Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

EVALUASI DAN PENGEMBANGAN


LABORATORIUM DAN BENGKEL

Ditunjukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Bengkel


yang diampu oleh Bapak Faris Humami,, M.Eng.

Disusun Oleh Kelompok 6:


Adhi Izar Mutaqin 20021032 TRO B
Rio Pandu Priambudi 20021053 TRO B
Wildan Surya Lazuardi 20021060 TRO B

PROGRAM STUDI D4 TEKNOLOGI REKAYASA OTOMOTIF


POLITEKNIK KESELAMATAN TRANSPORTASI JALAN
TEGAL
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan pembuatan modul dengan judul “MAKALAH EVALUASI
DAN PENGEMBANGAN LABORATORIUM DAN BENGKEL”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

Penulis

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL .................................................. Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

I.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1

I.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 2

I.3. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2

I.4. Manfaat Penulisan ................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 4

II.1. Pengertian Evaluasi .............................................................................. 4

II.2. Pengertian Pengembangan ................................................................... 4

II.3. Pengertian Laboratorium ...................................................................... 5

II.4. Fungsi Laboratorium ............................................................................ 5

II.5. Evaluasi Laboratorium ......................................................................... 7

II.6. Pengembangan kegiatan laboratorium ............................................... 14

II.6.1. Pengembangan Kegiatan Di Labor ........................................ 14

II.6.2. Personalia Laboratorium ........................................................ 14

II.6.3. Laboratorium Virtual.............................................................. 16

II.6.4. Peningkatan Berkelanjutan ..................................................... 17

II.6.5. Tindakan Perbaikan ................................................................ 17

II.6.6. Tindakan Pencegahan ............................................................. 18

II.6.7. Prosedur Evaluasi Mutu Dan Perbaikan Berkelanjutan ......... 20

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 22

III.1. Kesimpulan ........................................................................................ 22

ii
III.2. Saran ................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 24

LAMPIRAN .......................................................................................................... 25

iii
DAFTAR GAMBAR

Tabel 1 Tahapan Audit Mutu Laboratorium/bengkel ........................................... 20

iv
1

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Bagi setiap perguruan tinggi, monitoring dan evaluasi mutu
laboratorium/bengkel/studio secara berkala dan terencana merupakan tuntutan
untuk melaksanakan koreksi terhadap peran perguruan tinggi yang bersangkutan
pada tridharma perguruan tinggi. Tuntutan evaluasi dan/atau pengembangan mutu
laboratorium/bengkel/studio merupakan kebutuhan atas mutu luaran pendidikan,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Atas dasar tersebut, tradisi
melakukan evaluasi dan/atau pengembangan mutu laboratorium/ bengkel/studio
adalah suatu bentuk tanggung jawab melakukan perbaikan secara berkelanjutan atas
tugas dan kewajibannya melaksanakan program pendidikan, penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat. Dengan demikian stake holders dari program
pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang dijalankan oleh
Unand selalu mendapatkan hasil dan luaran yang bermanfaat bagi masyarakat dan
industri.
Atas dasar prinsip kesetaraan mutu serta kesepahaman tentang standarisasi
pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di era global, maka
diperlukan sebuah parameter standar layanan laboratorium/bengkel/studio secara
nasional dan internasional. Selanjutnya, dengan diberlakukannya KKNI oleh
DIKTI tahun 2013 dan SNPT tahun 2014, maka sudah selayaknya Unand
melakukan mulai menetapkan kebijakan dan standar serta evaluasi mutu
laboratorium/bengkel/studio. Dengan ditetapkannya kebijakan mutu
laboratorium/bengkel/studio maka pengelola pendidikan mulai dari tingkat
universitas, fakultas dan program studi berkomitmen mengembangkan mutunya.
Untuk mencapai kebijakan tersebut dibutuhkan standar mutu
laboratorium/bengkel/studio sebagai acuan capaian mutu yang akan dicapai dalam
periode empat tahun kedepan. Selanjutnya, untuk menjamin ketercapaian setiap
butir-butir yang dinyatakan dalam standar mutu maka perlu dievaluasi secara
terukur dan periodik. Alat ukur pencapaian standar mutu
laboratorium/bengkel/studio akan dievaluasi dengan menggunakan instrument
Audit Mutu Internal (AMI) Mutu Laboratorium/ Bengkel/Studio. Berdasarkan hasil
2

evaluasi mutu laboratorium/bengkel/ studio yang menggunakan interumen AMI


akan diketahui ketercapaian untuk setiap standar. Butir-butir mutu yang belum
tercapai atau dengan keadaan perbaikan mayor dan minor akan dinyatakan dalam
bentuk Permintaan Tindakan Koreksi (PTK) yang ditujukan terhadap pengelola
laboratorium/bengkel/studio, sebagai dasar perbaikan mutu berkelanjutan.
I.2. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Evaluasi Dan Pengembangan Manajemen
Laboratorium/Bengkel?
2. Apa Fungsi Laboratorium/Bengkel?
3. Apa Saja Yang Dapat Dievaluasi Pada Manajemen
Laboratorium/Bengkel?
4. Apa Saja Yang Dapat Dievaluasi Pada Manajemen
Laboratorium/Bengkel?
5. Bagaimana Tahapan Evalusai Dan Pengembangan Manajemen
Laboratorium/Bengkel?
I.3. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan Kepada Pembaca Mengenai Definisi Evaluasi Dan
Pengembangan Manajemen Laboratorium/Bengkel
2. Menjelaskan Kepada Pembaca Mengenai Fungsi
Laboratorium/Bengkel
3. Menjelaskan Kepada Pembaca Mengenai Apa Saja Yang Dapat
Dievaluasi Pada Manajemen Laboratorium/Bengkel
4. Menjelaskan Kepada Pembaca Mengenai Apa Saja Yang Dapat
Dievaluasi Pada Manajemen Laboratorium/Bengkel
5. Menjelaskan Kepada Pembaca Mengenai Bagaimana Tahapan Evalusai
Dan Pengembangan Manajemen Laboratorium/Bengkel
I.4. Manfaat Penulisan
1. Menambah Wawasan Pembaca Mengenai Definisi Evaluasi Dan
Pengembangan Manajemen Laboratorium/Bengkel
2. Menambah Wawasan Pembaca Mengenai Fungsi
Laboratorium/Bengkel
3. Menambah Wawasan Pembaca Mengenai Apa Saja Yang Dapat
3

Dievaluasi Pada Manajemen Laboratorium/Bengkel


4. Menambah Wawasan Pembaca Mengenai Apa Saja Yang Dapat
Dievaluasi Pada Manajemen Laboratorium/Bengkel
5. Menambah Wawasan Pembaca Mengenai Bagaimana Tahapan
Evalusai Dan Pengembangan Manajemen Laboratorium/Bengkel
4

BAB II PEMBAHASAN

II.1. Pengertian Evaluasi


Pada umumnya evaluasi adalah suatu pemeriksaan terhadap
pelaksanaan suatu program yang telah dilakukan dan yang akan digunakan
untuk merencanakan pelaksanaan program kedepannya agar jauh lebih baik.
Dengan demikian misi dari evaluasi itu adalah perbaikan atau
penyempurnaan dimasa mendatang atas suatu program.
Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan
secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan, diantaranya terhadap peserta didik,
lembaga, dan program pendidikan(Presiden Republik Indonesia and Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, 2003).
Dalam hal ini menitik beratkan kajian evaluasi dari segi manajemen,
dimana evaluasi itu merupakan salah satu fungsi atau unsur manajemen, yang
misinya adalah untuk perbaikan fungsi atau social manajemen lainnya, yaitu
perencanaan. Dalam mengadakan sebuah proses evaluasi, terdapat beberapa
hal yang akan dibahas yaitu apa yang menjadi bahan evaluasi, bagaimana
proses evaluasi, kapan evaluasi diadakan, mengapa perlu diadakan evaluasi,
di mana proses evaluasi diadakan, dan pihak yang mengadakan evaluasi.
II.2. Pengertian Pengembangan
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 18 tahun 2002,
Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah
terbukti kebenarannyauntuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu
pengetahuan dan teknologi yang telah ada atau menghasilkan teknologi
baru(Presiden Republik Indonesia and Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia, 2002). Pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk
mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Penelitian ini
mengikuti suatu langkah-langkah secara siklus. Langkah penelitian atau
proses pengembangan ini terdiri atas kajian tentang temuan penelitian produk
yang akan dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan temuan-
5

temuan tersebut, melakukan uji coba lapangan sesuai dengan latar di mana
produk tersebut akan dipakai, dan melakukan revisi terhadap hasil uji
lapangan.
II.3. Pengertian Laboratorium
Laboratorium, yang sering disingkat “lab”, adalah tempat dilakukannya
riset (penelitian) ilmiah, eksperimen (percobaan), ataupun pelatihan ilmiah.
Pada umumnya, laboratorium dirancang untuk memungkinkan dilakukannya
kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali. Laboratorium ilmiah biasanya
dibedakan menurut disiplin ilmunya seperti laboratorium fisika, laboratorium
biokimia, laboratorium komputer, dan laboratorium bahasa. Dengan kata lain,
laboratorium adalah tempat sekelompok orang yang melakukan berbagai
macam kegiatan penelitian (riset) pengamatan, pelatihan, dan pengujian
ilmiah sebagai pendekatan antara teori dan praktik dari berbagai disiplin ilmu.
Pembelajaran atau riset-riset pengembangan ilmu tersebut dilakukan terhadap
berbagai macam ilmu yang telah dikenal sebelumnya, atau terhadap ilmu
yang baru dikenal. Pada dasarnya, secara fisik laboratorium juga dapat
merujuk pada suatu ruangan tertutup, kamar atau ruangan terbuka.
II.4. Fungsi Laboratorium
Laboratorium sebagai tempat dilakukan riset, penelitian, percobaan,
pengamatan, serta pengujian ilmiah memiliki banyak fungsi. Berikut ini
beberapa fungsi laboratorium yang paling utama.
1. Menyeimbangkan antara teori dan praktik ilmu dan menyatukan antara
teori dan praktik. Laboratorium adalah tempat untuk menguji sebuah
teori sehingga akan dapat menunjang pelajaran teori yang telah diterima
secara langsung. Dalam konteks itu, keduanya akan saling melengkapi,
yaitu teori akan dapat menjadikan pijakan (dasar) praktik dan
penelitian, sedangkan penilitian akan menguatkan argumentasi teori.
2. Memberikan keterampilan kerja ilmiah bagi para peneliti, baik dari
kalangan siswa, mahasiswa, dosen, ataupun peneliti lainnya. Hal ini
disebabkan laboratorium tidak hanya menuntut pemahaman terhadap
objek yang dikaji, tetapi juga menuntut seseorang untuk melakukan
sebuah ekserimentasi.
6

3. Memberikan dan memupuk keberanian para peneliti (yang terdiri dari


pembelajar, peserta didik, mahasiswa, dosen dan seluruh praktisi
keilmuan dalam lingkungan alam dan lingkungan sosial.
4. Menambah keterampilan dan keahlian para peneliti dalam
mempergunakan alat media yang tersedia di dalam laboratorium untuk
mencari dan menentukan kebenaran ilmiah sesuai dengan berbagai
macam riset atau pun eksperimentasi yang akan dilakukan.
5. Memupuk rasa ingin tahu kepada para peneliti mengenai berbagai
macam keilmuan sehingga akan mendorong mereka untuk selalu
mengkaji dan mencari kebenaran ilmiah dengan cara penelitian,
ujicoba, maupun ekperimentasi. Hal ini akan dapat memupuk sikap
ilmiah mereka sebagai calon-calon ilmuwan di masa depan
6. Laboratorium dapat memupuk dan membina rasa percaya diri para
peneliti dalam keterampilan yang diperoleh atau terhadap penemuan
yang didapat dalam proses kegiatan kerja di laboratorium. Artinya,
orang yang menemukan kebenaran ilmiah dalam penelitian di
laboratorium akan lebih percaya diri dengan kebenaran tersebut karena
telah melewati proses ilmiah yang sangat ketat, teliti, dan objektif
sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah. Oleh karena itu, tidak
mengherankan apabila banyak orang yang menjadikan laboratorium
sebagai proses akhir pengujian sebuah kebenaran.
7. Laboratorium dapat menjadi sumber belajar untuk memecahkan
berbagai masalah melalui kegiatan praktik, baik itu masalah dalam
pembelajaran, masalah akademik, maupun masalah yang terjadi di
tengah masyarakat yang membutuhkan penanganan dengan uji
laboratorium.
Laboratorium dapat menjadi sarana belajar bagi para siswa, mahasiswa,
dosen, aktivis, peneliti, dan lain-lain untuk memahami segala ilmu
pengetahuan yang masih bersifat abstrak sehingga menjadi sesuatu yang
bersifat konkret dan nyata. Hal ini akan sangat berguna bagi individu-individu
yang taraf berpikirnya normatif sehingga dapat mengarahkan mereka kepada
hal-hal yang lebih konkret (nyata). Oleh karena itu, laboratorium sebenarnya
7

menekankan perhatian terhadap ranah kognitif, ranah psikomotorik, dan


tanah afektif yang tentunya sangat diperlukan oleh setiap orang.
II.5. Evaluasi Laboratorium
1. Evaluasi SOP
Evaluasi SOP adalah penilaian terhadap SOP yang telah dibuat,
baik dari segi penyusunan maupun penerapannya, guna memperoleh
masukan untuk penyempurnaan sehingga SOP selalu mutakhir, sesuai
dengan kebutuhan, dan proses penerapannya dapat berjalan
dengan baik(Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan, 2011).
Evaluasi bertujuan mengetahui kelemahan pelaksanaan SOP sehingga
dilakukan penyempurnaan SOP dan dimungkinkan terjadi perubahan
SOP seiring dengan perubahan lingkungan organisasi(Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara, 2008).
Metode yang pernah digunakan dalam proses evaluasi SOP, di
antaranya benchmarking dan teknik audit kepatuhan. Metode
benchmarking digunakan untuk evaluasi pelaksanaan Standard
Operating Procedures (SOP) pada usaha. Pada penelitian tersebut
pengumpulan data dilakukan dengan mensurvei 50 konsumen.
Diperoleh kesimpulan Alfamart sudah menerapkan SOP dengan baik.
Dengan menggunakan metode benchmarking diperoleh hasil pelayanan
Alfamart lebih baik dari pembandingnya.
Teknik audit kepatuhan digunakan untuk menilai evaluasi SOP
oleh Kurniawan (2011) di unit pelayanan Puskesmas Mangunsari
Salatiga dan Prasetya (2012) di Rumah Sakit Umum Daerah Salatiga.
Dalam penelitian Kurniawan dan Prasetya data diperoleh melalui
wawancara, observasi, dan studi dokumen. Hasil penelitian Kurniawan
(2011) menunjukkan bahwa evaluasi level atribut beberapa prosedur
yang tidak efektif banyak terjadi pada atribut yang bersifat pelayanan
servis kepada pasien, karena tidak adanya briefing karyawan mengenai
pentingnya SOP. Sementara dalam penelitian Prasetya (2012) diperoleh
hasil bahwa penerapan SOP dinyatakan efektif hanya pada prosedur
pendaftaran pasien rawat jalan lama, sedangkan efektivitas untuk
8

prosedur lainnya hanya pada tingkat cukup efektif.


2. Melakukan evaluasi hasil kalibrasi peralatan
Kalibrasi didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang
membentuk, hubungan antara nilai yang ditunjukkan oleh instrumen
pengukur atau sistem pengukuran, atau nilai yang diwakili oleh bahan
ukur, dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang berkaitan dari
besaran yang diukur dalam kondisi tertentu. Berdasarkan program
kalibrasi yang ditetapkan, pelaksanaan kalibrasi dapat dilakukan secara
internal maupun eksternal.
Kalibrasi dilaksanakan oleh pihak internal laboratorium, maka
petugas kalibrasi harus memiliki kompetensi yang dibuktikan dengan
telah diikutinya pelatihan kalibrasi berkaitan dengan peralatan yang
dikalibrasi. Personil tersebut harus memiliki sertifikat pelatihan atau
keterangan lain yang menyatakan bahwa telah mengikuti pelatihan dari
pihak penyelenggara yang kompeten dan berwenang. Pada saat
melakukan kalibrasi peralatan atau standar acuan, maka kondisi
akomodasi dan lingkungan harus sedemikian rupa sehingga dapat
memfasilitasi kebenaran unjuk kerja kalibrasi. Selain itu, tahapan
kalibrasi harus sesuai dengan instruksi kerja yang ditetapkan oleh
manufaktur pembuat alat dan/atau metode kalibrasi.
Bila menggunakan jasa kalibrasi eksternal maka ketertelusuran
pengukuran harus dijamin dengan menggunakan jasa kalibrasi dari
laboratorium yang dapat memperagakan komptensi, kemampuan
pengukuran dan ketertelusuran ke sistem satuan internasional. Sertifikat
kalibrasi yang diterbitkan oleh laboratorium tersebut harus berisi hasil-
hasil pengukuran, termasuk ketidakpastian pengukuran dan/atau suatu
pernyataan kesesuaian dengan spesifikasi metrologis tertentu.
Sedapat mungkin pihak luar yang melakukan kalibrasi adalah
laboratorium yang telah memenuhi persyaratan ISO/IEC 17025: 2005
sehingga dapat menerbitkan sertifikat kalibrasi dengan menampilkan
logo dari badan akreditasi.
Secara umum, evaluasi hasil kalibrasi dilakukan dengan cara
9

membandingkan faktor koreksi dan ketidakpastian terbesar dengan


toleransi atau alurasi yang disyaratkan oleh peralatan ukur, metode
pengujian atau metode kalibrasi, sebagai berikut:
3. Mengevaluasi kinerja peralatan
Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam
evaluasi kinerja peralatan dalam manajemen laboratorium:
a. Kalibrasi: Pastikan bahwa peralatan telah dikalibrasi sesuai
dengan spesifikasi produsen dan standar yang ditetapkan.
Pastikan juga bahwa jadwal kalibrasi telah ditetapkan dan diikuti
secara teratur.
b. Verifikasi: Pastikan bahwa peralatan telah diverifikasi untuk
memastikan bahwa hasil yang dihasilkan akurat dan andal.
Pastikan juga bahwa prosedur verifikasi telah ditetapkan dan
diikuti secara teratur.
c. Maintenance: Pastikan bahwa peralatan dirawat dan dipelihara
secara teratur. Pastikan juga bahwa staf laboratorium menerima
pelatihan yang cukup dalam pemeliharaan dan perawatan
peralatan.
d. Sertifikasi: Pastikan bahwa peralatan telah disertifikasi oleh
badan pengakreditasi yang terkait untuk memastikan kualitas dan
keandalannya.
e. Evaluasi dan Peninjauan: Pastikan bahwa kinerja peralatan
dievaluasi secara berkala dan diperbarui jika diperlukan. Pastikan
juga bahwa peralatan direview oleh pimpinan laboratorium dan
institusi atau organisasi terkait secara berkala.
4. Mengevaluasi metode kerja
Monitoring dan evaluasimerupakan kegiatan yang ditujukan
untuk memantau pelaksanaan pembelajaran dilaboratorium mencakup
perencanaan program, implementasi program, monitoring program dan
evaluasi program.
a. Kepatuhan: Pastikan bahwa metode kerja yang digunakan
mematuhi peraturan dan persyaratan yang ditetapkan oleh badan
10

pengawas dan lembaga akreditasi terkait.


b. Keakuratan: Pastikan bahwa metode kerja yang digunakan
memberikan hasil yang akurat dan andal. Pastikan juga bahwa
metode kerja telah divalidasi dan diverifikasi secara teratur.
c. Pelatihan: Pastikan bahwa staf laboratorium menerima pelatihan
yang cukup dalam metode kerja yang digunakan. Pastikan juga
bahwa staf laboratorium memahami dan mengikuti prosedur dan
protokol yang ditetapkan.
d. Efisiensi: Pastikan bahwa metode kerja yang digunakan efisien
dan efektif dalam mencapai tujuan laboratorium. Pastikan juga
bahwa metode kerja diupdate secara berkala dan ditingkatkan jika
diperlukan.
e. Evaluasi dan Peninjauan: Pastikan bahwa metode kerja dievaluasi
secara berkala dan diperbarui jika diperlukan. Pastikan juga
bahwa metode kerja direview oleh pimpinan laboratorium dan
institusi atau organisasi terkait secara berkala.
Data yang diperoleh dari evaluasi dan monitoring kegiatan
laboratorium semester atau tahun ajaran yang lalu dapat digunakan
sebagai bahan masukan untuk memperhitungkan peluang dan kendala
dalaam merencanaka kegiatan semester atau tahun ajaran yang akan
datang.
5. Mengevaluasi penggunaan peralatan
Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam
evaluasi penggunaan peralatan dalam manajemen laboratorium:
a. Ketersediaan Peralatan: Pastikan bahwa semua peralatan yang
diperlukan untuk kegiatan laboratorium tersedia dan dalam
kondisi baik. Pastikan juga bahwa peralatan yang tidak lagi
digunakan atau rusak segera diperbaiki atau diganti.
b. Kualitas Peralatan: Pastikan bahwa peralatan yang digunakan
dalam laboratorium memiliki kualitas yang baik dan sesuai
dengan standar industri atau akademik yang berlaku. Pastikan
juga bahwa peralatan dijaga dengan baik dan diperiksa secara
11

berkala untuk memastikan bahwa performanya tetap optimal.


c. Pelatihan Penggunaan Peralatan: Pastikan bahwa seluruh staf
laboratorium menerima pelatihan yang cukup tentang
penggunaan peralatan yang tersedia. Hal ini akan membantu
mengurangi kesalahan dan memastikan bahwa data yang
dihasilkan akurat dan andal.
d. Penggunaan Peralatan: Pastikan bahwa peralatan digunakan
secara benar dan sesuai dengan spesifikasi produsen. Pastikan
juga bahwa peralatan dibersihkan dan disanitasi secara teratur
untuk memastikan bahwa tidak ada kontaminasi silang atau
penyebaran penyakit.
e. Perawatan Peralatan: Pastikan bahwa peralatan dirawat dengan
baik dan diperiksa secara berkala. Pastikan juga bahwa peralatan
diperbaiki atau diganti jika rusak atau tidak berfungsi dengan
baik.
6. Mengevaluasi program tahunan laboratorium
Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam
evaluasi program tahunan laboratorium:
a. Tujuan dan Sasaran: Pastikan bahwa tujuan dan sasaran
laboratorium telah ditetapkan dengan jelas dan sesuai dengan
kebutuhan dan tujuan organisasi atau institusi. Pastikan juga
bahwa program tahunan laboratorium didesain untuk mencapai
tujuan dan sasaran tersebut.
b. Anggaran dan Sumber Daya: Pastikan bahwa program tahunan
laboratorium dapat dilakukan dengan anggaran dan sumber daya
yang tersedia. Pastikan juga bahwa program tahunan
laboratorium didesain untuk memaksimalkan penggunaan
anggaran dan sumber daya yang tersedia.
c. Rencana Kerja: Pastikan bahwa program tahunan laboratorium
memiliki rencana kerja yang jelas dan terstruktur. Pastikan juga
bahwa rencana kerja tersebut mencakup tugas, tanggung jawab,
jadwal, dan indikator kinerja yang jelas.
12

d. Pelatihan Staf: Pastikan bahwa staf laboratorium menerima


pelatihan yang cukup dan berkala tentang tugas dan tanggung
jawab mereka dalam program tahunan laboratorium. Pastikan
juga bahwa staf laboratorium dapat berpartisipasi dalam pelatihan
dan pengembangan yang relevan dengan bidang laboratorium.
e. Evaluasi dan Peninjauan: Pastikan bahwa program tahunan
laboratorium dievaluasi secara berkala dan diperbarui jika
diperlukan. Pastikan juga bahwa program tahunan laboratorium
direview oleh pimpinan laboratorium dan institusi atau organisasi
terkait secara berkala.
7. Mengevaluasi pemeliharaan/perawatan peralatan dan bahan
Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam
evaluasi pemeliharaan atau perawatan peralatan dan bahan dalam
manajemen laboratorium:
a. Jadwal Pemeliharaan: Pastikan bahwa jadwal pemeliharaan
peralatan dan bahan telah ditetapkan dan diikuti secara teratur.
Pastikan juga bahwa perawatan dilakukan sesuai dengan
spesifikasi produsen dan panduan penggunaan.
b. Pelatihan Penggunaan: Pastikan bahwa staf laboratorium
menerima pelatihan yang cukup tentang pemeliharaan dan
perawatan peralatan dan bahan yang digunakan. Pastikan juga
bahwa staf laboratorium mampu memperbaiki atau merawat
peralatan dan bahan jika diperlukan.
c. Penggunaan Bahan Kimia: Pastikan bahwa bahan kimia disimpan
dengan benar dan dalam kondisi yang aman. Pastikan juga bahwa
staf laboratorium tahu cara menghapus bahan kimia dengan aman
dan benar jika terjadi kecelakaan atau insiden.
d. Peralatan Pengujian: Pastikan bahwa peralatan pengujian diuji
dan dikalibrasi secara teratur untuk memastikan keakuratan dan
keandalan data yang dihasilkan.
e. Inspeksi Reguler: Pastikan bahwa inspeksi teratur dilakukan
untuk memeriksa kondisi peralatan dan bahan. Pastikan juga
13

bahwa staf laboratorium membuat catatan tentang inspeksi dan


perawatan yang dilakukan pada peralatan dan bahan.
8. Mengevaluasi metode penanganan bahan
Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam
evaluasi metode penanganan bahan dalam manajemen laboratorium:
a. Perpindahan. Perpindahan material membutuhkan waktu dan
tempat, kesesuaian: - ukuran - bentuk - berat - kondisi material
dengan lintasan - analisis frekuensi getaran
b. Penyimpanan
1) Penyangga operasi
2) Memudahkan pekerjaan manusia dan mesin
3) Hal-hal yang perlu dipertimbangkan:
o Ukuran
o Berat
o Kondisi dan kemampuan tumpukan material
o Keperluan untuk mengambil dan menempatkan
material
o Keperluan mengambil dan menempatkan material
o Kendala bangunan (beban lantai, kondisi lantai dll)
c. Perlindungan
• Pengawasan
• Pengepakan
• Pengelompokan Material
• Dirancang untuk meminimasi pengawasan dan biaya
d. Pengawasan
• Pengawasan Fisik. Pengawasan yang berorientasi pada
susunan dan jarak penempatan antar material
• Pengawasan Status Material.Pengawasan tentang lokasi,
jumlah, tujuan, kepemilikan, keaslian dan jadwal materia
e. Material
Sistem penanganan tergantung pada bentuk material (gas, cair
dan padat)
14

II.6. Pengembangan kegiatan laboratorium


II.6.1. Pengembangan Kegiatan Di Labor
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 26
Tahun 2008 mengenai kemampuan merencanakan dan
mengembangkan laboratorium, mengelola kegiatan laboratorium dan
tenaga laboratorium, memantau kegiatan laboratorium beserta sarana
dan prasarana, dan mengevaluasi kegiatan laboratorium serta aktivitas
tenaga laboratorium lainnya(Kementrian Agama, 2008).
Berdasarkan peraturan tersebut, maka laboratorium dapat
dikembangkan secara profesional guna untuk mencapai target yang
ditentutan dan dapat melakukan inovasi baik dari segi personalia,
kegiatan, peraturan, sarana dan prasarana dan lain sebagainya.
II.6.2. Personalia Laboratorium
Dalam melakukan pengembangan kegiatan laboratorium
pendidikan dapat dilaksanakan dimulai dari personalia laboratorium
yang dimulai dari kepala laboratorium pendidikan, Teknisi
laboratorium, laboran laboratorium(Kementrian Agama, 2008).
1. Kepala Laboratorium
a) Merencanakan Kegiatan dan Pengembangan Laboratorium
b) Mengelola Kegiatan Laboratorium
c) Membagi Tugas Teknisi dan Laboran Laboratorium
d) Memantau Sarana dan Prasarana Laboratorium
e) Mengevaluasi kinerja teknisi dan laboran serta kegiatan
laboratorium
f) Menerapkan Gagasan, Teori, dan Prinsip Kegiatan
Laboratorium
g) Memanfaatkan Laboratorium untuk Kepentingan
Pendidikan dan Penelitian
2. Teknisi Laboratorium
a) Merencanakan Pemanfaatan Laboratorium
1) Merencanakan kebutuhan bahan, peralatan, dan suku
cadang laboratorium
15

2) Memanfaatkan katalog sebagai acuan dalam


merencanakan bahan, peralatan, dan suku cadang
laboratorium
3) Membuat daftar bahan, peralatan, dan suku cadang
yang diperlukan laboratorium
4) Merencanakan kebutuhan bahan dan perkakas untuk
perawatan dan perbaikan peralatan laboratorium
5) Merencanakan jadwal perawatan dan perbaikan
peralatan laboratorium
b) Mengatur Penyimpanan Bahan, Peralatan, Perkakas, dan
Suku Cadang Laboratorium
1) Mencatat bahan, peralatan, dan fasilitas laboratorium
dengan memanfaatkan peralatan teknologi informasi
dan komunikasi (TIK)
2) Mengatur tata letak bahan, peralatan, dan fasilitas
laboratorium
3) Mengatur tata letak bahan, suku cadang, dan perkakas
untuk perawatan dan perbaikan peralatan
laboratorium
c) Menyiapkan Kegiatan Laboratorium
Menyiapkan kegiatan laboratorium meliputi
kegiatan sebagai berikut.
1) Menyiapkan petunjuk penggunaan peralatan
laboratorium
2) Menyiapkan paket bahan dan rangkaian peralatan
yang siap pakai untuk kegiatan praktikum
3) Menyiapkan penuntun kegiatan praktikum
d) Merawat Peralatan dan Bahan di Laboratorium
Merawat peralatan dan bahan di laboratorium
meliputi kegiatan sebagai berikut.
1) Mengidentifikasi kerusakan peralatan dan bahan
laboratorium
16

2) Memperbaiki kerusakan peralatan laboratorium


e) Menjaga Kesehatan dan Keselamatan Kerjadi
Laboratorium
Menjaga kesehatan dan keselamatan kerja di
laboratorium meliputi kegiatan sebagai berikut.
1) Menjaga kesehatan diri dan lingkungan kerja
2) Menggunakan peralatan kesehatan dan keselamatan
kerja di laboratorium
3) Menangani bahan-bahan berbahaya dan beracun (B3)
sesuai dengan prosedur yang berlaku
4) Menangani limbah laboratorium sesuai dengan
proseduryang berlaku
5) Memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan
3. Laboran Laboratorium
a) Menginventarisasi Bahan Praktikum
b) Mencatat Kegiatan Praktikum
c) Merawat Ruang Laboratorium
d) Mengelola Bahan dan Peralatan Laboratorium
e) Melayani Kegiatan Praktikum
f) Menjaga Kesehatan dan Keselamatan Kerjadi
Laboratorium
II.6.3. Laboratorium Virtual
Laboratorium virtual merupakan sistem yang dapat digunakan untuk
mendukung sistem praktikum yang berjalan secara konvensional(’Zein et al.,
2015). laboratorium virtualini biasa disebut dengan Virtual Laboratory atau
V-Lab. Diharapkan dengan adanya laboratorium virtual ini dapat
memberikan kesempatan kepada siswa khususnya untuk melakukan
praktikum baik melalui atau tanpa akses internet sehingga siswa tersebut tidak
perlu hadir untuk mengikuti praktikum di ruang laboratorium. Hal ini menjadi
pembelajaran efektif karena siswa dapat belajar sendiri secara aktif tanpa
bantuan instruktur ataupun asisten seperti sistem yang berjalan. Dengan
format tampilan berbasis web cukup membantu siswa untuk dapat mengikuti
17

praktikum secara mandiri.


Laboratorium virtual ini juga dapat memungkinkan akses jarak jauh
terhadap instrumen pengukuran, kamera video, mikrofon, rangkaian listrik
dan mekanik, reaksi kimia, percobaan biologi, dan sebagainya. Keragaman
model dan struktur untuk laboratorium virtual adalah sangat luas dan
bervariasi sesuai dengan sifat proyek diteliti, tujuan, dan teknologi yang
terlibat. Motivasi untuk implementasi laboratorium virtual termasuk, tetapi
tidak terbatas pada:
1. Keterbatasan pada sumber daya dan ruang dalam laboratorium dunia
nyata
2. Kemungkinan berbagi peralatan biasanya mahal.
3. Stimulus untuk kolaborasi penelitian atau bekerja dalam kelompok
independen jarak fisik mereka.
4. Keberadaan lingkungan belajar di luar sekolah, yang memungkinkan
siswa untuk berpartisipasi atau mengembangkan proyek mereka sendiri
bersama-sama dengan siswa lain di waktu luang mereka.
5. Kemungkinan mengembangkan berbagai percobaan di lokasi yang
berbeda.
6. Pengawasan terpencil dan intervensi dalam eksperimen berbahaya,
sehingga membantu untuk mencegah kecelakaan.
II.6.4. Peningkatan Berkelanjutan
Laboratorium harus meningkatkan efektivitas sistem
manajemen secara berkelanjutan melalui penggunaan kebijakan mutu,
sasaran mutu, hasil audit,analisis data, tindakan perbaikan dan
pencegahan serta kaji ulang manajemen(Komite Akreditasi Nasional,
2005). Siklus peningkatan berkelanjutan meliputi empat tahapan
yaitu: merencanakan, mengerjakan, memeriksa, dan melakukan
tindakan (plan, do, check, act).
II.6.5. Tindakan Perbaikan
Sistem manajemen mutu laboratorium ISO/IEC 17025: 2005
menerangkan tindakan perbaikan dilakukan karena adanya
ketidaksesuaian yang terdapat dalam laboratorium. Ketidaksesuaian ini
18

disebabkan oleh salah satu atau gabuangan antara aspek


ketidakmengertian seluruh personel laboratorium, aspek dokumen
mutu, aspek sumberdaya laboratorium dan aspek sikap dan perilaku
personel laboratorium. Sesuai dengan persyaratan yang tertuang di
dalam ISO/IEC 17025: 2005 terdapat empat tahapan tindakan
perbaikan yaitu: analisis penyebab; pemilihan dan pelaksanaan
tindakan perbaikan; pemantauan tindakan perbaikan; dan audit
tambahan(International Organization for Standardization, 2015).
Ketidaksesuaian saat terjadi dalam laboratorium baik dalam
sistem manajemen maupun teknis laboratorium maka tindakan
perbaikan harus segera dilakukan. Berikut dibawah ini merupakan tabel
ketidaksesuaian dan tindakan perbaikan.
II.6.6. Tindakan Pencegahan
Menurut Anwar Hadi, tindakan pencegahan merupakan suatu
proses proaktif untuk mengidentifikasi kesempatan melakukan
peningkatan daripadasuatu reaksi untuk mengidentifikasi masalah atau
pengaduan(Anwar Hadi, 2018). Tindakan pencegahan meliputi
beberapa tahap yaitu: kaji ulang prosedur operasional, analisis data,
analisis kecenderungan dan analisis resiko serta hasil uji banding
(profesiensi),(Komite Akreditasi Nasional, 2005).
1. Pengendalian Rekaman
Pengendalian rekaman pada laboratorium sangat penting,
karena dengan adanya tahap sistem ini nanti akan berguna jika
suatu saat terjadi suatu masalahdengan hasil uji laboratorium.
Rekaman juga merupakan bukti bahwa laboratorium telah
melakukan kegitan pengujian. Berdasarkan ISO 9000:2000
rekaman didefinisikan sebagai dokumen yang menyatakan hasil
yang dicapai atau memberi bukti pelaksanaan kegiatan. Rekaman
dapat berupa hard copy, atau media elektronik(International
Organization for Standardization, 2000).
Rekaman dapat dibedakan menjadi dua yaitu rekaman
teknis dan rekaman mutu. Rekaman teksis merupakan data dan
19

informasi yang dihasilkan dari kegiatan pengujian di dalam


laboratrorium, sedangkan lebih merupakan hasil laporan dari
audit internal dan kaji ulang manajemen. Persyaratan umum
ISO/IEC 17025: 2005 prosedur pengendalian rekaman dibagi
menjadi tujuh tahap yaitu: 1) pengumpulan; 2) identifikasi dan
pemberian indeks; 3) pengarsipan dan penyimpanan; 4)
pembuatan cadangan dan pengaksesan; 5) koreksi; 6)
perlindungan dan pemeliharaan; dan 7) pemusnahan. Kesadaran
personel penanggung jawab, pehitungan kembali, verifikasi data
perlu ditingkatkan untuk meminimalisasi kesalahan pada
pengendalian rekaman(International Organization for
Standardization, 2005).
2. Audit Internal
Berdasarkan ISO 9000, audit adalah suatu proses sitematis,
mandiri, dan terdokumentasi untuk memperoleh bukti audit dan
mengevalusi secara objektif untuk menentukan sejauh mana kriteria
audit telah dipenuhi. Audit internal laboratorium dapat diartikan
sebagai suatu proses yang dimiliki laboratorium untuk memantau
penerapan sistem manajemen mutunya dengan penilaian sistematis dan
mandiri untuk menetapkan apakah kegiatan mutu dan hasil yang
berkaitan sesuai dengan pengaturan yang direncanakan serta apakah
pengaturan- pengaturan tersebut secara efektif dan sesuai untuk
mencapai tujuan(International Organization for Standardization, 2015).
Audit internal dimaksudkan untuk mengantisipasi
kestidaksesuaian yang terjadi dalam penerapan sistem manajemen
mutu. Manfaat yang diperoleh dengan adanya audit internal diantaranya
sebagai pemeriksa apakah penerapan sistem manajemen mutu di
laboratorium telah memenuhi standar ISO/IEC 17025: 2005 yang
digunakan sebagai acuan akreditasi laboratorium dan untuk menilai
kesiapan menghadapi audit eksternal dari badan
akreditasi(International Organization for Standardization, 2005).
Pelaksanaan audit internal terdiri dari tiga proses yaitu pertama
20

perencanaan audit internal, pada proses ini manajer mutu harus


menetapkan lingkup audit, menetapkan tanggal, waktu dan lamanya
audit internal, menyiapkan dokumen kerja yang berkaitan dengan audit
internal, kemudian yang terakhir manajer mutu harus memastikan
pemahaman kepada tim audit. Proses kedua setelah perencanaan audit
adalah persiapan audit dalam proses ini auditor harus menghubungi
auditi, mempelajari dokumen terkait, mempersiapkan daftar periksa
audit internal, dan menghubungi kembali auditi untuk memastikan
kembali mengenai tanggal, waktu dan lama pelaksanaan audit.
Proses ketiga adalah pelaksanaan audit internal itu sendiri adapun
pelaksanaan audit internal meliputi: pertemuan pembukaan;
pemeriksaan dokumentasi sistem manajemen mutu dan penerapan
kegiatannya; pertemuan tim auditor; dan pertemuan penutupan.
Persyaratan umum ISO/IEC 17025: 2005 Versi Bahasa Indonesia
menyatakan bahwa, setelah pelaksanaan audit internal, bila temuan
audit menimbulkan keraguan pada efektivitas kegiatan atau pada
kebenaran atau keabsahan hasil pengujian atau kalibrasi, laboratorium
harus melakukan tindakan perbaikan pada waktunya, dan harus
memberitahu customer secara tertulis bila penyelidikan
memperlihatkan hasil laboratorium mungkin telah terpengaruh.
II.6.7. Prosedur Evaluasi Mutu Dan Perbaikan Berkelanjutan
Berikut ini dapat dilihat prosedur mutu dan perbaikan dari suatu
laboratorium/bengkel/studio.
Tabel 1 Tahapan Audit Mutu Laboratorium/bengkel

1. Rektor menetapkan Tim Auditor


Penunjukan Tim Audit Mutu Kegiatan Audit Mutu Internal
Internal (AMI) (AMI) laboratorium/bengkel/studio
atas usul Ketua LP3M.

Penyiapan Tim AMI 2. Auditor menyiapkan pelaksanaan


Laboratorium/Bengkel/Studio AMI laboratorium/bengkel/studio.
21

3. Auditor melaksanakan AMI


Pelaksanaan AMI laboratorium/bengkel/studio
Laboratorium/Bengkel/Studio bengkel/studio atas penugasan
rektor sesuai siklus audit.

4. Auditor menyusun laporan audit dan


Penyusunan Laporan
PTK berdasarkan data hasil audit,
Audit dan Permintaan
kemudian menyerahkannya kepada
Tindakan Koreksi (PTK)
ketua LP3M.

Analisis Data Hasil AMI 5. Tim LP3M menganalisis data Data


Laboraorium/Bengkel/ AMI Laboratorium/Bengkel/Studio.
Studio

6 Ketua LP3M melaporkan


Pelaporan Pelaksanaan PTK
rangkuman PTK kepada rektor.

7 Rektor merekomendasikan tidak


lanjut perbaikan mayor dan minor
sebagaimana dalam laporan PTK
untuk diprioritaskan dalam
Perbaikan Rencana Program Perencanaan dan Kegiatan Unit
dan Kegiatan Kerja dan Program Studi.
Laboraorium/Bengkel/Studio 8 Pimpinan Unit Kerja dan Ketua
Jurusan/Ketua Program Studi
menindaklanjuti rekomendasi rektor
atas temuan tentang perbaikan
mayor dan minor dalam PTK.
22

BAB III PENUTUP

III.1. Kesimpulan
Bagi setiap perguruan tinggi, monitoring dan evaluasi mutu
laboratorium/bengkel/studio secara berkala dan terencana merupakan
tuntutan untuk melaksanakan koreksi terhadap peran perguruan tinggi yang
bersangkutan pada tridharma perguruan tinggi. Pada umumnya, laboratorium
dirancang untuk memungkinkan dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut
secara terkendali.
Laboratorium sebagai tempat dilakukan riset, penelitian, percobaan,
pengamatan, serta pengujian ilmiah memiliki banyak fungsi. Laboratorium
dapat menjadi sarana belajar bagi para siswa, mahasiswa, dosen, aktivis,
peneliti, dan lain-lain untuk memahami segala ilmu pengetahuan yang masih
bersifat abstrak sehingga menjadi sesuatu yang bersifat konkret dan nyata.
Evaluasi Laboratorium dilakukan dalam rangka pengendalian mutu
Laboartorium. Dalam hal ini menitik beratkan kajian evaluasi dari segi
manajemen, dimana evaluasi itu merupakan salah satu fungsi atau unsur
manajemen, yang misinya adalah untuk perbaikan fungsi atau social
manajemen lainnya, yaitu perencanaan. Dalam mengadakan sebuah proses
evaluasi, terdapat beberapa hal yang akan dibahas yaitu apa yang menjadi
bahan evaluasi, bagaimana proses evaluasi, kapan evaluasi diadakan,
mengapa perlu diadakan evaluasi, di mana proses evaluasi diadakan, dan
pihak yang mengadakan evaluasi
Laboratorium dapat dikembangkan secara profesional guna untuk
mencapai target yang ditentutan dan dapat melakukan inovasi baik dari segi
personalia, kegiatan, peraturan, sarana dan prasarana dan lain sebagainya.
Dalam melakukan pengembangan kegiatan laboratorium pendidikan dapat
dilaksanakan dimulai dari personalia laboratorium yang dimulai dari kepala
laboratorium pendidikan, Teknisi laboratorium, laboran laboratorium
III.2. Saran
Dalam melakukan evaluasi dan pengembangan perlu diketahui tantan
gapa saja yang diperlukan dalam melakukan evaluasi dan pengembangan
23

laboratorium maupun bengkel. Instrument yang berbeda pada setiap jenis


laboratorium merupakan hasil dari perbedaan fungsi awal dari laboratorium
itu sendiri. Maka diperlukan penanganan yang berbeda dalam memanajemen
laboratorium tersebut.
24

DAFTAR PUSTAKA

Anwar Hadi (2018) Evaluasi Hasil Kalibrasi Peralatan, Blogger.

Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (2011) Peraturan Kepala


BPKP Nomor PER-1236/K/SU/2011.

International Organization for Standardization (2000) ‘ISO 9000:2000’.

International Organization for Standardization (2005) ‘ISO/IEC


17025:2005’, 2.

International Organization for Standardization (2015) ‘ISO 9000:2015’.

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara (2008) ‘Permen PAN & RB


No. PER/21/M.PAN/11/2008 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan
Standar Operational Prosedur (SOP) Administrasi Pemerintahan’.

Kementrian Agama (2008) Permendiknas Nomor 26 Tahun 2008 tentang


Standar Tenaga Laboratorium Sekolah/Madrasah.

Komite Akreditasi Nasional (2005) ‘Standar Laboratorium Pendidikan


Sekolah/Madrasah’.

Presiden Republik Indonesia and Dewan Perwakilan Rakyat Republik


Indonesia (2002) ‘Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2002
tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi’.

Presiden Republik Indonesia and Dewan Perwakilan Rakyat Republik


Indonesia (2003) ‘Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional’.

’Zein, R. et al. (2015) PEDOMAN MANAJEMEN DAN EVALUASI MUTU


LABORATORIUM/BENGKEL/STUDIO. Padang: UNIVERSITAS
ANDALAS.
25

LAMPIRAN

Instrumen Audit Mutu Internal Laboratorium/Bengkel/Studio


26
27
28
29
30
31

Anda mungkin juga menyukai