Anda di halaman 1dari 6

KODE ETIK PROFESI GIZI

Makalah Inovasi Gizi di Rumah Sakit


Dalam Program Peningkatan Nutrisi di Rumah sakit

NOR HIDAYAH

16S10195

PROGRAM STUDI GIZI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

HUSADA BORNEO BANJARBARU

2020
A. Latar Belakang

Pelayanan gizi adalah suatu upaya memperbaiki, meningkatkan gizi


makanan, dietetik masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan
suatu rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis,
simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik
dalam rangka mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau
sakit (Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, 2003).
Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah serangkaian kegiatan mulai
dari merencanakan menu sampai makanan disajikan ke pasien.
Penyelenggaraan makanan rumah sakit dilaksanakan dengan tujuan untuk
menyediakan makanan yang kualitasnya baik dan jumlahnya sesuai
kebutuhan serta pelayanan yang layak dan memadai bagi klien atau pasien
yang membutuhkannya (Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat,
2003).

Instalasi Gizi merupakan salah satu unit yang ada di sebuah rumah
sakit. Peran instalasi gizi cukup penting karena instalasi tersebut
mensupply makanan/ gizi kepada pasien, khususnya pasien rawat inap.
Bahkan ada rumah sakit pemerintah yang mensupply  gizi/ makanan untuk
perawat dan dokter yang bertugas dimalam hari. Pengelolaan instalasi gizi
harus dilakukan secara profesional karena pengelolaannya melibatkan banyak
pihak yang ada di rumah sakit maupun pihak luar rumah sakit. Berkenaan
dengan pihak dalam rumah sakit, berkaitan dengan pengelolaan standar porsi
menu, pendistribusian menu, dan lain-lain.

Pelayanan gizi di rumah sakit, khususnya pelayanan gizi rawat inap,


mempunyai beberapa kegiatan, di antaranya menyajikan makanan kepada
pasien dengan tujuan untuk penyembuhan dan pemulihan kesehatan pasien.
Pasien yang dirawat di rumah sakit memisahkan diri dari kebiasaan hidupnya
sehari-hari, terutama dalam hal kebiasaan makan, bukan hanya dari macam
makanan yang disajikan, tetapi juga cara menghidangkan, tempat, waktu
makan, dan rasa makanan yang disajikan, di mana semua ini sangat
berdampak pada asupan makanan pasien, sehingga food service di rumah
sakit diharapkan mampu memberi kepuasan pada pasien agar asupan
makanannya adekuat dan tidak berakibat pada penurunan status gizi pasien.
Rata-rata 75% status gizi penderita yang dirawat di RS akan menurun
dibandingkan pada waktu baru masuk rumah sakit. Jika kebutuhan minimal
energi tidak terpenuhi dalam waktu yang lama, maka akan timbul kekurangan
gizi yang dapat dilihat dari penurunan berat badan (malnutrisi). Malnutrisi yang
dimulai dengan tidak cukupnya cadangan zat gizi ini dapat disebabkan karena
asupan makanan rendah, gangguan penyerapan, maupun banyaknya zat gizi
yang keluar dari tubuh yang ditandai dengan adanya gangguan metabolisme
tubuh.

B. Program Peningkatan Nutrisi Di Rumah Sakit


Perubahan lingkungan dalam dunia rumah sakitan dari waktu ke waktu
semakin berkembang dengan pesat khususnya lingkungan eksternal
(Kemajuan teknologi, kompetisi regional / global, meningkatnya tuntutan
pelayanan customer, dll). Perubahan tersebut harus diimbangi dengan upaya
perubahan internal untuk menyesuaikan dengan perkembangan / perubahan
lingkungan eksternal tersebut. Ketidak mampuan Rumah Sakit dalam
menghadapi perubahan lingkungan dapat membawanya ke dalam situasi
cycle of death yang akhirnya berdampak pada memburuknya kinerja serta
citra Rumah Sakit tersebut. 

Program perbaikan gizi di rumah sakit yang dapat dilakukan yakni:

1. Nutrisi yang cukup merupakan bagian yang penting dari pelayanan yang
berpusat ke orang, keamanan dan pelayanan yang efektif. Sehingga perlu
ditekankan bahwa penting untuk membuat pengalaman yang positif bagi
pasien dengan memberikan perawatan gizi yang baik.
2. Dukungan dari manajer senior
3. Perlunya kejuaraan gizi
4. Perubahan harus di uji coba di wilayah yang kecil sebelum diluncurkan.
5. Memproduksi makanan kemasan yang dapat membantu meningkatkan
pengalaman waktu makan pasien.
Salah satu contoh inovasi yang dilakukan oleh Rumah sakit Islam Jakarta
Pondok Kopi mampu meraih Juara 1 untuk kategori Inovation In Hospital
dengan inovasi  “SPONSKU BERBUSA BERJUTA – JUTA”  yang
menyisihkan peserta lain dari Siloam Hospitals Lippo Cikarang "Program
happy hour" suatu strategi guna meningkatkan jumlah kunjungan di out patient
departement Siloam Hospitals Lippo Cikarang, RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
Upaya penempatan pasien rawat inap melalui sistem reservasi berbasis
teknologi informasi ,  RS. Panti Rapih Yogyakarta "Layanan antar catering diet
sebagai revenue centre" inovasi dan strategi rumah sakit untuk menjawab
kebutuhan pasien akan pelayanan gizi yang mudah, aman dan sehat , serta
RS Islam Sultan Agung Semarang Modifikasi penyajian makanan dengan
karakter kartun pada pasien anak.
SPONSKU BERBUSA HEMAT BERJUTA – JUTA merupakan metode
penghematan di unit Gizi untuk pelayanan penyediaan makanan pasien di
ruang rawat inap merupakan salah satu upaya dalam proses penyembuhan
pasien dan merupakan pemenuhan kebutuhan dasar pasien. Dalam
penyediaan makanan diperlukan beberapa komponen, salah satunya adalah
alat hidang yang digunakan. Penggunaan alat hidang yang tidak disposible
memberikan keuntungan dalam mendukung program green hospital.
Merujuk pada pengendalian hygiene dan sanitasi pengelolaan makanan
khususnya dalam penanganan alat hidang kotor disyaratkan menggunakan
deterjen sebagai bahan aktif penghilang sisa makanan terutama yang
mengandung minyak (lemak). Sabun yang digunakan Unit Gizi RS Islam
Jakarta Pondok Kopi adalah jenis sabun cair, kelebihan sabun cuci cair dalam
penggunaan lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan jenis krim  karena
lebih sulit larut didalam air dan sisa dari sabun bisa menempel dialat hidang
dan perlu pembilasan berulang - ulang untuk menghilangkan aroma dan
bekas sabun krim. Agar tujuan penggunaan sabun cuci yang efektif dan
efisien dapat tercapai, diperlukan adanya standarisasi pengenceran sabun
cair dengan air yang tepat dan penggunaan tapas cuci yang tepat.
Kondisi di Unit Gizi saat ini, pengenceran sabun cuci cair dilakukan  oleh
petugas pramusaji dengan perkiraan kekentalan sabun hingga menghasilkan
busa yang banyak tanpa adanya standar pengenceran yang baku. Jenis tapas
yang digunakan adalah tapas biasa (berwarna hijau). Rata-rata dalam 1 bulan
Unit Gizi menggunakan 38 pouch sabun cuci (1 pouch = 900ml) untuk
memenuhi kebutuhan seluruh pantry. Uji coba sederhana yang dilakukan oleh
penulis di pantry An Nasr pada bulan April 2014, dengan mencoba
menggunakan tapas spons (warna hijau kuning), didapatkan hasil
berkurangnya jumlah penggunaan sabun cuci cair 6 pouch per bulannya. Jika
menggunakan standar pengenceran dan jenis tapas yang tepat maka
tindakan efisiensi dapat terlaksana. Efisiensi dalam  biaya penyediaan sabun
cuci cair tanpa mengurangi kualitas pencucian alat hidang.  Selain itu juga
berkurangnya kepekatan limbah deterjen (busa sabun) dan ini tentu saja
dapat mendukung program green hospital di RS Islam Jakarta Pondok Kopi. 
Daftar Pustaka

Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, 2003


http://mutupelayanankesehatan.net/index.php/sample-levels/22-
editorial/1740-mutu-gizi-pasien-meningkatkan-program-perbaikan-gizi-di-
tingkat-organisasi-rumah-sakit
http://rumahsakitislam.com/details/87-demo/news/226-juara-1-persi-award

Anda mungkin juga menyukai