Anda di halaman 1dari 7

APLIKASI KETIDAKPASTIAN DALAM PENGUKURAN

Nama: Handoyo Margi Waluyo


NIM: H12112022
A. Latar Belakang dan Tujuaan Pengukuran langsung tunggal adalah
Fisika adalah ilmu pengetahuan yang pengukuran yang dilakukan hanya satu kali saja,
berbasis pada pengamatan terhadap gejala alam. apapun alasannya. Hasil pembacaan skala yang
Inti dari pengamatan adalah pengukuran. Dengan dapat diketahui dengan pasti adalah hanya sampai
demikian, fisika adalah ilmu pengetahuan yang kepada skala terkecilnya saja, sedangkan
berdasarkan pada pengukuran. Kebenaran selebihnya adalah hanya terkaan atau taksiran
tertinggi dalam fisika adalah hasil pengamatan saja, dan ini bersifat sangat subjektif sehingga
(eksperimen). Hal ini berarti jika ada teori yang pantas diragukan.
ramalannya tidak sesuai dengan hasil Penulisan hasil pengukurannya adalah:
pengamatan, maka teori tersebut ditolak x=x 0 ± ∆ x
bagaimanapun bagusnya teori tersebut. Hal ini Dengan:
menunjukkan betapa pengamatan dalam fisika itu x = hasil pengukuran tunggal
sangat penting. Itulah sebabnya pengetahuan x0 = hasil pengukuran yang sebenarnya
tentang cara pengukuran merupakan kebutuhan 1
yang penting. x = ketidakpastian = x NST
Pada pengukuran, wajib memiliki nilai 2
ketidakpastian. Jika tidak memiliki ketidakpastian, Pengukuran langsung berulang adalah
data tersebut diragukan bahkan tidak dipakai. pengukuran yang dilakukan lebih dari satu kali
Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui cara yaitu lima atau sepuluh kali pengukuran.
menggunakan alat ukur, mampu menentukan nilai Penulisan hasil pengukurannya adalah:
ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan x=x́ ± ∆ x
berulang, serta bisa mengolah data dan Dengan:
menuliskannya dalam bentuk baku. x = hasil pengukuran berulang
xi
B. Landasan Teori x́=∑ =¿ hasil rata-rata pengukuran berulang
n
Pengukuran adalah membandingkan suatu 2
2
besaran yang diukur dengan besaran lain sejenis
yang ditetapkan sebagai satuan. Pengukuran ada
dua macam yaitu pengukuran langsung dan
pengukuran tidak langsung. Pengukuran
∆ x=
n √
1 n ∑ x i −( ∑ x i )
n−1
=¿ ketidakpastian
Pengukuran tak langsung tunggal, jika kita
langsung adalah pengukuran yang dilakukan ingin "mengukur" (menghitung) besaran fisika C,
dengan cara langsung mengukur benda yang dengan mengukur A dan B masing-masing satu
bersangkutan dan memperoleh hasilnya, seperti kali ukur, melalui suatu fungsi (rumus) C = C(A,B).
mengukur panjang dengan penggaris, massa Dimana:
dengan neraca, suhu dengan termometer dan A = A0±A, (A didapat melalui NST)
sebagainya. Sedangkan, pengukuran tak B = B0±B, (B didapat melalui NST)
langsung adalah dengan menggunakan rumus, Maka:
seperti mengukur luas lingkaran, luas persegi C = C0±C dihitung melalui:
panjang dan sebagainya. Co = C(A0,B0), dan
Dalam kegiatan pengukuran suatu besaran
tidaklah mungkin didapatkan hasil yang
sempurna. Selalu ada kesalahan, baik yang
∆ C= ( ∂C (∂AA, B ) ) ∆ A+ ¿
0 0

disebabkan oleh pengukur atau alat ukurnya. Pengukuran tak langsung berulang, jika ingin
Dengan kata lain kita tidak mungkin memperoleh melakukan "pengukuran" (penghitungan) suatu
nilai benar (x0), melainkan selalu terdapat besaran fisika dengan mengukur besaran A dan B
ketidakpastian (Δx). Hasil pengukuran suatu keduanya secara berulang melalui fungsi (rumus)
besaran dituliskan dalam bentuk : C = C(A,B).
Dengan:
x=x 0 ± ∆ x
A = A0±A (A0 didapat dari rata-rata, A didapat
Dengan x adalah nilai pendekatan terhadap nilai dengan standar deviasi)
benar (x0) dan (Δx) adalah ketidakpastian.
B = B0±B (B0 didapat dari rata-rata, B didapat
dengan standar deviasi)

FMIPA FISIKA UNIVERSITAS TANJUNGPURA


Maka: C. Metodologi
C = C0±C, dihitung melalui: Pengukuran dilakukan pada hari rabu, 7
Co = C(A0,B0), dan November 2012 di lab. Fisika dasar FMIPA
UNTAN. Pengukuran yang di lakukan antara lain:
∂C ( A0 , B 0) 2 ∂ C ( A 0 , B0 ) 2
∆ C=
√( ∂A )(
+
∂B
Selain ketidakpastian mutlak, dalam pengukuran
) 1. Pengukuran Langsung Tunggal
Alat dan bahan yang digunakan adalah satu buah
juga dikenal ketidakpastian relative. Bila sebuah jangka sorong, satu buah balok tembaga, dan alat
besaran fisis dinyatakan dengan x=x 0 ± ∆ x tulis. Untuk kegiatan pengukuran, pertama alat
satuan, maka ketidakpastian mutlak besaran fisis dan bahan disiapkan. Jangka sorong diambil dan
dikalibrasikan. Kemudian balok tembaga diambil
itu adalah x satuan dan ketidakpastian relatif
dan dihitung panjang, lebar dan tingginya dengan
∆x jangka sorong. Setelah itu, nilai panjang, lebar, dan
besaran fisis itu adalah .
x0 tingginya dicatat dalam tabel.
Dengan begitu banyaknya operasi matematika
untuk mengolah data-data hasil pengukuran dan 2. Pengukuran Tak Langsung Tunggal
untuk menentukan ketidakpastian hasil Di dalam pengukuran tak langsung tunggal yang
pengukuran itu, maka dapat dibayangkan saya lakukan, data yang digunakan adalah data
bagaimana rumitnya angka-angka yang harus dari pengukuran langsung tunggal. Hanya saja
diolah dan angka-angka yang harus dilaporkan. dipengukuran tak langsung tunggal ini, yang dicari
Untuk menghindari kesulitan membaca dan adalah volumenya. Alat dan bahan yang digunakan
menuliskan atau melaporkan angka-angka hasil masih sama, yaitu satu buah jangka sorong, satu
pengukuran dan hasil perhitungan, maka data buah balok tembaga, dan alat tulis. Untuk kegiatan
hasil pengukuran dan hasil pengolahannya ditulis pengukuran, pertama alat dan bahan disiapkan.
dengan menggunakan aturan angka penting. Jangka sorong diambil dan dikalibrasikan.
Angka penting adalah angka-angka yang Kemudian balok tembaga diambil dan dihitung
diperoleh dari hasil pengukuran yang terdiri dari panjang, lebar dan tingginya dengan jangka
angka-angka pasti dan satu angka terakhir yang sorong. Setelah itu, nilai panjang, lebar, dan
diragukan. Semua angka yang diperoleh dari hasil tingginya dicatat dalam tabel.
pengukuran disebut ANGKA PENTING, terdiri atas
angka-angka pasti dan angka-angka terakhir yang 3. Pengukuran Langsung Berulang
ditaksir (Angka taksiran). Hasil pengukuran dalam Di dalam pengukuran langsung berulang, alat dan
fisika tidak pernah eksak, selalu terjadi kesalahan bahan yang digunakan adalah satu buah
pada waktu mengukurnya. Kesalahan ini dapat stopwatch, satu buah kelereng, satu buah
diperkecil dengan menggunakan alat ukur yang penggaris yang panjangnya 100 cm atau lebih, dan
lebih teliti. alat tulis. Untuk kegiatan pengukuran, pertama
Aturan baku penulisan angka penting: penggaris diambil dan diukurkan pada dinding
 jika angka pertama pada x selain nol adalah : dengan ketinggian 1,5 m sebagai ketinggian untuk
1,2,3 atau 4, maka diambil dua angka penting. kelereng yang akan dijatuhkan. Kemudian
 Jika angka pertama selain nol adalah : 5, 6, 7, 8 kelereng diambil dan diangkat setinggi 1,5 m.
atau 9, maka cukup menuliskan satu angka Kelereng yang telah diangkat dijatuhkan. Pada
penting. saat kelereng akan dijatuhkan, stopwatch
 Cara membulatkan angka mengikuti aturan dihidupkan dan dimatikan setelah kelereng jatuh
pembulatan. di lantai. Waktu saat jatuhnya kelereng dihitung
Aturan pembulatan: sebanyak 10 kali dan hasilnya dicatat dalam tabel.
 Jika angka awal yang akan dihilangkan kurang
dari 5, maka dibulatkan ke bawah. 4. Pengukuran Tak Langsung Berulang
 Jika angka awal yang akan dihilangkan lebih Pada pengukuran tak langsung berulang ini saya
dari 5, maka dibulatkan ke atas. menghitung massa jenis benda. Alat dan bahan
 Jika angka yang akan dihilangkan sama yang digunakan adalah satu buah neraca analitik,
dengan 5, maka angka sebelumnya harus satu buah gelas ukur, satu buah benda, dan alat
digenapkan jika ganjil, dan dibiarkan jika tulis. Untuk kegiatan pengukurannya, pertama alat
genap. dan bahan disiapkan. Neraca analitik diambil dan
dikalibrasikan. massa benda dihitung dengan
menggunakan neraca analitik dan dihitung

FMIPA FISIKA UNIVERSITAS TANJUNGPURA


sebanyak 10 kali. Setelah itu, gelas ukur diambil Hal ini dilakukan sebanyak 10 kali. Hasilnya
dan diisi dengan air sebanyak n mililiter. dicatat dalam tabel.
Kemudian benda tersebut dimasukkan kedalam
gelas ukur dan diamati serta volumenya dihitung.

D. Hasil dan Pembahasan


1. Pengukuran Langsung Tunggal
a) Tabel

Panjang (cm) Lebar (cm) Tinggi (cm)


Balok SU SN SU SN SU SN
Tembaga
4,8 cm 0,09 cm 1,8 cm 0,08 cm 1,2 cm 0,055 cm
4,89 cm 1,88 cm 1,255 cm

b) Analisa

Pengukuran tunggal artinya


pengukuran yang (karena suatu hal)
dilakukan hanya sekali. Pada
pengukuran ini, alat yang digunakan
adalah Jangka Sorong. Maka
ketidakpastiannya (Dx) adalah:
1
∆ x= NST
2
1
∆ x= ( 0,005 cm )
2
∆ x=0,0025 cm

FMIPA FISIKA UNIVERSITAS TANJUNGPURA


p= p 0 ± ∆ p
p=4,89 ±0,0025 cm
l=l 0 ± ∆ l
l=1,88 ± 0,0025 cm
t=t 0 ± ∆ t
t=1,255 ± 0,0025
cm

2. Pengukuran Tak Langsung Tunggal


a) Tabel

Panjang (cm) Lebar (cm) Tinggi (cm)

Balok Tembaga SU SN SU SN SU SN
4,8 cm 0,09 cm 1,8 cm 0,08 cm 1,2 cm 0,055 cm
4,89 cm 1,88 cm 1,255 cm

b) Analisa

v= p0 .l 0 .t 0 ∂v
=l. t
∂p
v=( 4,89 ) ( 1,88 ) (1,255) ∂v
= p .t
∂l
v=¿11,537466 ∂v
= p .l
∂t
v=11,5cm 3

∂v ∂v ∂v
∆ v= ( ∆ p ) + ( ∆l ) + (∆ t )
∂p ∂l ∂t
∆ v=( l .t ) ( ∆ p ) + ( pt ) ( ∆ l ) + ( p . l ) ( ∆ t )
∆ v=( 1,88 x 1,255 ) ( 0,0025 ) + ( 4,89 x 1,255 )( 0,0025 ) + ( 4,89 x 1,88 ) ( 0,0025 )
∆ v=( 2,3594 )( 0,0025 ) + ( 6,13695 )( 0,0025 ) + ( 9,1932 ) ( 0,0025 )
∆ v=0,0058985+0,015342375+ 0,022983
∆ v=0,044223875
∆ v=0,042 cm3

v=v 0 ± ∆ v
v=11,5 ± 0,042 cm3
v=1,15 ±0,042 cm3 x 10
3. Pengukuran Langsung Berulang
a) Tabel

Pengukuran Ke- t (s) t2


1 0,7 0,49
2 0,44 0,1936
3 0,89 0,7921
4 0,84 0,7056

FMIPA FISIKA UNIVERSITAS TANJUNGPURA


5 0,69 0,4761
6 0,87 0,7569
7 0,63 0,3969
8 0,77 0,5929
9 0,46 0,2116
10 0,52 0,2704
∑ 6,81 4,8861
∑2 46,3761
Rata-Rata 0,681

b) Analisa

t 0=0,681 t=t 0 ± ∆ t
t 0=0,7 s t=0,7 ± 0,05 s
t=7 ± 0,05 s x 10−¿¿
2


2
1 n ∑ t −( ∑ t )
∆ t=S´t=
n n−1
1 10 ( 4,8861 )−46,3761 ∆t
∆ t=
10 √ 10−1
1 48,861−46,3761
KTP=
t0
0,05
∆ t=
10 √
1 2,4849
9
KTP=
0,7
KTP=0,071428571
∆ t=
10
1
√ 9
KTP=0,07
∆ t= √0,2761
10
1
∆ t= ( 0,525452186 )
10
∆ t=0,052545219
∆ t=0,05 s

4. Pengukuran Tak Langsung Berulang


a) Tabel

Pengukuran Ke- m (gr) v (ml) m2 v2


1 50,7 8 2570,49 64
2 50,9 8 2590,81 64
3 51 9 2601 81
4 50,8 8 2580,64 64
5 50,9 8 2590,81 64
6 50,8 9 2580,64 81
7 50,8 8 2580,64 64
8 50,9 8 2590,81 64
9 50,9 8 2590,81 64
10 50,9 8 2590,81 64
∑ 508,6 82 25867,46 674
∑2 258673,96 6724
Rata-Rata 50,86 8,2

FMIPA FISIKA UNIVERSITAS TANJUNGPURA


b) Analisa

2 2 ∂ρ m

√ √
2 2
1 n ∑ m −( ∑ m ) 1 n ∑ v −( ∑ v ) =
∂m v
∆ m=S ḿ= ∆ v=S v́ =
n n−1 n n−1
1 10 ( 25867,49 )−258673,961 10 ( 674 )−6724 ∂ρ 1
∆ m=
10 √ 10−1
∆ v=
10
1 258674,6−258673,96 1 6740−6724
10−1 √ =
∂m v

∆ m=
10
1 0,64
√ 9
∆ v=
10
1 16
9 √ ∂ρ m
∆ m=
10
1
9√ ∆ v=
10 9
1
√ ∂ρ
=
∂v v
∆ m= √ 0,071 ∆ v= √ 1,777777778 =m. v −¿¿
10 10 ∂v
1 1 ∂ρ
∆ m= ( 0,266666667 ) ∆ v= ( 1,333 ) =m.−1 v−1−1
10 10 ∂v
∆ m=0,0266666667 ∆ v=0,1333 ∂ρ
=m.−v−2
∂v
∆ m=0,027 gr ∆ v=0,13 gr ∂ ρ −m
=
∂ v v2

m=m0 ± ∆ m v=v 0 ± ∆ v ∆ρ
KTP=
ρ0
m=50,86 ± 0,027 gr v=8,2 ±0,13 ml 0,10
KTP=
6,20
KTP=0,016129032
m0 KTP=0,016
ρ0 =
v0
50,86
ρ0 =
8,2
ρ0 =6,202439024
ρ0 =6,20 gr /cm3
∂ρ 2 ∂ρ 2
∆ ρ=
√( ∂m
1 2
)
. ( ∆ m )2 +
∂v
−m 2
( )
. ( ∆ v )2

∆ ρ=
√( ) v
1 2
v ( )
. ( ∆ m ) 2+ 2 . ( ∆ v ) 2
2
∆ ρ=
√( ) 8,2
2
. ( 0,027 ) +
( −50,86
8,2 )
−50,86 2
2
. ( 0,13 ) 2

√√ 2
∆ ρ= ( 0,12195122 ) . ( 0,027 ) +
2
67,24
2

2
(
. ( 0,13 )2

∆ ρ= ( 0,12195122 ) . ( 0,027 ) + (−0,756395003 ) . ( 0,13 )


)
2 2

∆ ρ=√ ( 0,0148721 ) . ( 0,000729 ) + ( 0,572133401 ) . ( 0,0169 )


∆ ρ=√ 0,0000108418+0,009669054

FMIPA FISIKA UNIVERSITAS TANJUNGPURA


∆ ρ=√ 0,009679896
∆ ρ=0,098386464
∆ ρ=0,10 gr /cm3

ρ=ρ0 ± ∆ ρ
ρ=6,20± 0,10 gr /cm3
E. Kesimpulan
Pada pengukuran ini dapat disimpulkan bahwa
setiap pengukuran pasti memiliki nilai
ketidakpastian. Untuk pengukuran langsung nilai
ketidakpastian relatifnya bisa langsung diperoleh
1
dengan rumus xNST . Sedangkan untuk
2
pengukuran tak langsung bisa diperoleh dengan
∆x
rumus . Pada pengukuran langsung nilainya
x0
bisa langsung dicari dengan alat ukur, sedangkan
pada pengukuran tak langsung harus dengan
rumus sehingga terlebih dahulu melakukan
pengukuran langsung.

Pustaka
Djonoputro, B. Darmawan. Teori ketidakpastian.
Bandung: Penerbit ITB, 1984.
Giancolli, Douglas. 2001. Fisika jilid 1. Jakarta :
Erlangga.
Tippler, P.A.1998. Fisika Untuk Sains dan Teknik
jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga.

FMIPA FISIKA UNIVERSITAS TANJUNGPURA

Anda mungkin juga menyukai