Anda di halaman 1dari 6

RESUME

SEJARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN INDONESIA


diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Pembangunan Daerah

DOSEN:
Drs. Sayuti, MT

oleh

GAMA PERSADA GINTING MUNTE 28.0270


G-10

FAKULTAS POLITIK PEMERINTAHAN


INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
JATINANGOR 2020
PENDAHULUAN

Definisi perencanaan dikemukakan oleh Erly Suandy (2001:2) sebagai berikut :


“Secara umum perencanaan merupakan proses penentuan tujuan organisasi (perusahaan) dan
kemudian menyajikan (mengartikulasikan) dengan jelas strategi-strategi (program), taktik-taktik (tata
cara pelaksanaan program) dan operasi (tindakan) yang diperlukan untuk mencapai tujuan
perusahaan secara menyeluruh”.
Perencanaan merupakan suatu proyeksi yang diharapkan terjadi dalam jangka waktu tertentu
dimasa yang akan datang. Pembuat rencana perlu menghitung, membuat asumsi-asumsi agar proyeksi
tersebut tercapai, juga perlu adanya lembaga yang mampu mengkoordinasikan semua kegiatan. Tujuan
akhir perencanaan adalah perbaikan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat.

A. Plan Mengatur Ekonomi Indonesia (1947)


Susunan Panitia Pemikir Siasat Ekonomi.
Ketua : Mohammad Hatta
Wakil ketua I : Dr. A.K. Gani
Wakil ketua II : Mr. Mohammad Roem
Wakil ketua III : Mr. Sjarifoedin Prawiranegara
Sekretariat : Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo;
Dr. Ong Eng Die;
Dr. Ir. Samsoedin;
Ir. Kasam Moetalib;
Dr. Alfian Yoesoef Helmi;
Ahli Statistik.

Panitia Pemikir Siasat Ekonomi ini bertugas menyusun Plan Mengatur Ekonomi Indonesia.
Program-program yang direncanakan bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat yang
merata, melalui cara :
a. Mengintensifkan usaha produksi
b. Memajukan perdagangan internasional
c. Meningkatkan standar hidup masyarakat
d. Meningkatkan kecerdasan bangsa.

Tujuan ini dicapai melalui kegiatan-kegiatan :


1. Meningkatkan impor barang-barang sandang, alat-alat transfortasi dan perhubungan,
barang-barang modal dan barang-barang keperluan lainnya.
2. Meningkatkan ekspor yang diprioritaskan pada hasil perkebunan, hasil kehutanan, minyak
dan logam.
3. Memperbaiki organisasi kedalam melalui :
                            i. Penetapan upah minimum
                           ii. Perbaikan perumahan rakyat
                          iii. Transmigrasi
                          iv. Peningkatan pembangunan jalan dan jalan kereta api baru, bendungan, tenaga
listrik dan pelabuhan.
                           v. Industrialisasi
                          vi. Tambang dan minyak tanah
                         vii. Industri pertanian
                        viii. Pertanian dan perikanan
                          ix. Penanaman hutan
                           x. Pelayaran dan perhubungan antar pulau.
Panitia Pemikir Siasat Ekonomi ini dibagi atas 8 bagian, yaitu :
Bagian 1 : Soal Ekonomi Umum
Bagian 2 : Hal Ihwal Perkebunan
Bagian 3 : Industri, Tambang dan Minyak
Bagian 4 : Harta Benda Asing
Bagian 5 : Hal Ihwal Keuangan
Bagian 6 : Listrik, Kereta Api dan Tram
Bagian 7 : Hal Ihwal Perburuhan   
Bagian 8 : Hal Ihwal Daerah Pendudukan Belanda

Dilhat dari bagian-bagian tersebut diatas, perencanaan ini masih bersifat parsial yang
disesuaikan dengan keadaan pada waktu itu, dimana situasi Negara sangat tidak stabil. Cara bekerja
panitia, termasuk panitia untuk masing-masing kelompok menjadi tidak menentu. Mereka sewaktu-
waktu dapat mengadakan pertemuan, bahkan sekurang-kurangnya sekali dalam 2 minggu. Ketua
Panitia Pemikir mengadakan pertemuan dengan ketua-ketua kelompok.
Rencana ini tidak menyebutkan batas waktu sehingga tidak dapat dikatakan apakah jenis
rencana ini merupakan rencana jangka pendek, jangka sedang atau jangka panjang. Disamping itu
materi pembicaraan dari para kelompok Panitia Pemikir juga masih sangat sederhana dan sering tidak
disertai data-data yang lengkap.
Biaya untuk perencanaan ini diharapkan diperoleh dari :
a.   Pemerintah yang terdiri dari pinjaman dalam negeri dan tabungan masyarakat
b.   Pinjaman Luar Negeri
c.   Penyertaan perusahaan-perusahaan swasta
Plan pengatur ekonomi ini dalam pelaksanaannya mengalami banyak gangguan, antara lain :
a. Dua tahun setelah proklamasi kemerdekaan, Belanda menyerbu kembali ke Indonesia yang
dikenal dengan Peristiwa Perang Kemerdekaan I. perang kemerdekaan I ini dilancarkan pada
tanggal 21 Juli 1947, hanya 4 bulan sebelum ditandatangani Persetujuan Linggar Jati pada
tanggal 25 maret 1947. Perang ini berakhir pada tanggal 1 agustus 1947 setelah Dewan
Keamanan PBB menyerukan gencatan senjata kepada pemerintah.
b. Pemberontakan komunis pada tanggal 18 september 1948 yang berpusat di kota Madiun.
Pemberontakan ini sangat menguntungkan pihak belanda untuk melancarkan serangan
bersenjata yang disebut Perang Kemerdekaan II pada tanggal 19 Desember 1948 yang dalam
waktu singkat berhasil menduduki seluruh kota-kota di wilayah Republik Indonesia.

B. Rencana Kasimo (1948-1950)


Dalam kedudukannya sebagai Menteri Muda Kemakmuran, I.J.Kasimo menyusun rencana
pertama yang berdimensi waktu, yaitu rencana produksi jangka menengah ( 3 tahun ) dari tahun 1948
– 1950.
Konsep perencanaan yang sangat sederhana ini bertujuan untuk menanggulangi kedaan darurat pada
waktu itu, mengingat perang masih terus berkecamuk. Fokus rencananya adalah penyediaan pangan
menuju swasembada pangan, melalui intensifikasi dan ekstensifikasi.
Menurut rencana kasimo, swasembada pangan dilakukan melalui usaha intensifikasi dengan
menggunakan bibit unggul maupun usaha ekstensifikasi di daerah-daerah yang masih banyak lahan
tidurnya. Selain itu I.J Kasimo juga menyarankan penanaman jagung dan ketela guna menanggulangi
masalah kekurangan pangan yang mendesak pada waktu itu. Sedangkan usaha untuk meningkatkan
produksi peternakan ditempuh dengan melarang penyembelihan ternak dan penggunaannya yang
kurang perlu. Sedangkan produksi sandang, yang keadaan pada waktu itu sangat sulit dipenuhi sendiri
melalui penannaman kapas oleh petani.
Walaupun perencanaan Rencana Kasimo ini sangat tidak menentu disebabkan karena sebagian
besar wilayah Republik Indonesia masih diduduki oleh Belanda, tetapi didalam rencana ini sebenarnya
banyak petunjuk-petunjuk praktis yang mudah dilaksanakan.

C. Rencana Urgensi Perkembangan Industry Dan Industry Kecil (1951-1952)


Antara tahun 1951 sampai dengan 1952 Sumitro Djojohadikusumo mencanangkan Rencana
urgensi untuk perkembangan industri dan industri kecil.
Rencana ini didasarkan atas pemikiran bahwa industrialisasi dipandang sebagai bagian
integral dari kebijaksanaan umum untuk menambah kekutan ekonomi rakyat Indonesia sebagai dasar
perkembangan ekonomi nasional yang sehat. Dalam rangkaian rencana ini industri-industri besar
diharapkan dapat menciptakan eksternal economies sehingga dapat merupakan faktor yang strategis
untuk perkembangan sector-sektor lainnya.
Konsep dasar rencana ini meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Memperbaiki dan memperluas balai-balai penelitian dan pendidikan untuk mempercepat
perkembangan industry
b. Menambah pinjaman kepada perusahaan kerajinan rumah tangga dan industri kecil untuk
memperkuat kedudukan ekonomi mereka dan memungkinkan meningkatkan mekanisme
perusahaan
c. Mendirikan induk-induk perusahaan dengan bantuan langsung dari pemerintah di pusat-
pusat industri di daerah-daerah agraria.
d. Mendirikan perusahaan-perusahaan industry besar pada sektor-sektor yang dipandang
penting dengan biaya pemerintahan dan swasta.
Evaluasi pelaksanaan samapi dengan akhir 1952, banyak proyek-proyek yang belum dapat
diselesaikan, bahkan sampai tahun 1954 (2 tahun setelah rencana berakhir) sebagian besar proyek-
proyek yang dilaksanakan juga masih terbengkalai.
Faktor-faktor yang menghambat pelasksanaan rencana ini meliputi dua faktor yaitu intern dan
ekstern. Faktor-faktor intern meliputi :
1.   Organisasi yang jelek dan pengalaman manajerial yang kurang;
2.   Kekurangan tenaga ahli.
Faktor ekstern meliputi :
1.   Masalah birokrasi terutama peraturan-peraturan mengenai keuangan Negara;
2.   Kurangnya koordinasi.
Untuk membantu industri-ndustri kecil, telah didirikan induk-induk perusahaan yang berfungsi untuk :
1.   Memperbaiki kualitas industry kecil
2.   Mengorganisasikan teknis produksi yang lebih baik
3.   Membuat standardisasi kualitas
4.   Memperkenalkan bentuk-bentuk organisasi baru yang lebih efisien
5.   Memberi pemahaman tentang organisasi dan koperasi kepada penguasa
6.   Mengorganisasikan penjualan hasil dan pembelian bahan mentah secara bersama-sama.

Rencana urgensi perkembangan industry dan industry kecil (1951-1952) secara keseluruhan
ini bisa dikatakan kurang berhasil, tetapi rencana ini merupakan batu loncatan awalan dalam
perkembangan perencanaan industri di Indonesia secara terkoordinasi dan terpadu.
DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Anggito. 2000. Ekonomi Indonesia Baru: Kajian dan Alteernatif solusi menuju pemulihan.
Jakarta: Elex Media Komputindo.

Anoraga, Pandji. 1994. BUMN, Swasta dan Koperasi : Tiga Pelaku Ekonomi. Jakarta: Pustaka Jaya.

Badan Pusat Statistik. 2002. Buletin Statistik Indonesia “ Indikator Ekonomi”. Edisi juli 2002.

Erly Suandy, Perencanaan Pajak, Edisi 1, 2001, Jakarta: Salemba Empat.

SUMBER LAINNYA

Slide PPT Bapak Drs. Sayuti, MT

Anda mungkin juga menyukai