Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

(CARA PENYUSUNAN GIGI)

Dosen Pembimbing: drg.Bintang H Simbolon, M.Kes

DISUSUN OLEH :

NAMA : ICA TERPILA

NIM : 1912401007

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

PRODI D.III TEKNIK GIGI

TP. 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulisan penulisan makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang
telah ditentukan.

Makalah dengan judul “PENYUSUNAN GIGI RAHANG ATAS DAN RAHANG


BAWAH” ini saya susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dental Material 2. Untuk itu saya
selaku penulis menyusun makalah ini dengan harapan dapat membantu pembaca untuk lebih
memahami lagi materi tentang Penyusunan Gigi Rahang Atas dan Rahang Bawah.

Namun demikian tentu saja dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dalam penulisan dan pemilihan kata yang kurang tepat. Dengan ini, penulis
memohon maaf jika dalam pembuatan makalah ini banyak kekurangan.

Bandar Lampung, 25 Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................I

DAFTAR ISI...................................................................................................................................II

BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................2

1.3 Tujuan...............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3

2.1 Pengertian Penyusunan Gigi ............................................................................................3

2.2 Cara Penyusunan Gigi Rahang Atas Dan Rahang Bawah................................................4

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................14

3.1 Kesimpulan......................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gigi merupakan salah satu organ sistem pencernaan yang sangat penting dalam tubuh
manusia. Gigi memiliki fungsi yang beragam dalam rongga mulut yaitu sebagai alat
pengunyahan, memulihkan fungsi bicara, memelihara atau mempertahankan jaringan sekitar
mulut, relasi rahang dan meningkatkan kualitas hidup seseorang. Kehilangan sebagian gigi
dapat menimbulkan gangguan dari fungsi gigi, sehingga akan mendorong seseorang datang
ke dokter gigi untuk dibuatkan gigi tiruan untuk mengembalikan fungsi tersebut (Jatuadomi
dkk, 2016:41). Apabila gigi yang hilang tidak segera digantikan dengan elemen gigi tiruan,
gigi akan menyebabkan migrasi dan rotasi, penurunan efisiensi kunyah, terganggunya
kebersihan mulut dan estetik menjadi kurang baik (Gunadi dkk, 2015:32).
Selain erat kaitannya dengan mempertahankan kesehatan mulut, juga mengatur
bagaimana agar gaya-gaya yang terjadi bersifat fungsional atau mengurangi besarnya gaya
yang kemungkinan merusak jaringan periodontal gigi yang tersisa (Lenggogeny dan
Masulili, 2015:123-124).
Dalam pembuatan gigi tiruan hal penting yang harus diketahui adalah, penentuan relasi
rahang atau hubungan rahang pasien. Secara normal, hubungan rahang atas letaknya sejajar
dengan rahang bawah. Namun, rahang atas dapat tumbuh lebih besar ataupun maju daripada
rahang bawah atau sebaliknya. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap profil wajah, dapat
terlihat lebih cembung jika rahang atas lebih maju, atau lebih cekung jika rahang bawah lebih
maju (Ramadhan, 2010:154-155).
Maloklusi yang sering ditemukan dalam masyarakat diantaranya adalah, seperti pada
kasus gigitan protrusif dan crossbite. Penyusunan protrusif posisi 2 gigi incisivus atas dapat
diletakkan lebih ke arah palatal, dapat disusun dengan penyusunan normal agar estetik pasien
tidak terganggu. Penyusunan crossbite posisi gigi caninus bawah harus digeser ke atas
puncak linggir rahang bawah dan inklinasi gigi caninus atas dibuat lebih maju ke arah labial,
dapat dilakukan penyusunan dengan susunan edge to edge dan susunan normal (Damayanti,
2017:54).
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian penyusunan gigi
2. Cara penyusunan gigi rahang atas dan rahang bawah
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari penyusnan gigi
2. Untuk mengetahui cara penyusunan gigi rahang atas dan rahang bawah
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penyusunan Gigi


a. Penyusunan Gigi
Penyusunan gigi dilakukan secara bertahap yaitu penyusunan gigi anterior atas,
gigi anterior bawah, gigi posterior atas, gigi M1 bawah dan gigi posterior bawah lainnya.
Dengan syarat utama:
1. Setiap gigi mempunyai 2 macam kecondongan atau inklinasi
a. Inklinasi mesio distal.
b. Inklinasi anterior posterior atau labio palatinal sesuai dengan kecondongan
galengan gigit. Bila terlalu kelabial akan tampak penuh dan bila terlalu ke palatal
akan tampak ompong.
2. Dilihat dari oklusal berada diatas puncak ridge.
3. Penyusunan gigi harus disesuaikan dengan keadaan ridge, pada pasien yang sudah
lama omong sering sudah terjadi resopsi lengkung rahang (berubah bentuk).

Berhubungan dengan tujuan pembuatan gigi tiruan adalah untuk memperbaiki fungsi
pengunyahan, fungsi bicara dan estetik maka perlu di perhatikan beberapa factor dalam
penyusunan gigi:

a. Inklinasi atau posisi setiap gigi


b. Hubungan setiap gigi dengan gigi tetangga nya dan gigi antagonis nya
c. Hubungan kontak antara gigi atas dan gigi bawah yaitu hubungan :
- Oklusi sentris
- Oklusi protusiv movement
- Sisi kerja dan sisi keseimbangan (eksentris)
d. Overbite dengan overjet gigi atas dan bawah dalam hubungan yang normal
e. Estetik
- Bentuk gigi hendak nya sesuai dengan bentuk lengkung rahang , bentuk
kepala , bentuk muka , dan jenis kelamin
- Besar gigi sesuai dengan besar kecil nya lengkung rahang
- Susunan gigi tiruan hendak nya di buat sewajar mungkin agar bila gigi tiruan
dipakai kelihatan wajar
- Profil pasien yang menyangkut ketepatan dimensi vertikal dan oklusi sentrik
kita tentukan . dimensi vertikal yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan
mengubah profil pasien
b. Penyusunan gigi anterior
- Garis senyum merupakan 2/3 panjang gigi anterior RA
- Garis caninus merupakan batas distal keenam gigi anterior
- Garis median
c. Penyusunan gigi posterior
- Panjang gigi disesuaikan dengan jarak antara puncak ridge
- Lebar mesial distal gigi
- Lebar buko lingual atau palatal

Alat dan bahan penyusunan gigi

Alat:

- Articulator
- Pisau malam
- Lecron
- Scapel

Bahan:

- Baseplate wax
- Anasir gigi
2.2 Cara Penyusunan Gigi Rahang Atas dan Rahang Bawah
A. Persiapan sebelum tahap penyusunan gigi:
1. Pertama sebelum kita menyusun gigi kita siapkan kaca datar yang digunakan
sebagai
alat bantu untuk mengetahui bahwa incisal gigi terletak atau menempel di
galangan gigit bawah.
2. Memeriksa Relasi model rahang atas dan bawah. Kemudian perhatikan galangan
gigitnya. Ada 3 garis yang tampak pada galangan gigit: garis median (garis batas
antara gigi Incisiv 1 kanan kiri), garis senyum (2/3 panjang gigi anterior rahang
atas), garis caninus (batas distal keenam gigi anterior rahang atas)
B. Penyusunan gigi anterior rahang atas
Dimulai dari gigi I1 kiri dan kanan, dilanjutkan I2 dan C di satu sisi, setelah itu baru
dilanjutkan gigi I2 dan C sisi yang lainnya.
1. Insisive 1 :
a) sudut inklinasi mesio distal 50
b) Inklinasi labio palatinal
c) Insisal gigi menyentuh kaca
2. Insisive 2 :
a) sudut inklinasi mesio distal 150
b) Inklinasi labio palatinal
c) Insisal gigi menyentuh kaca
3. Caninus :
a) sudut inklinasi mesio distal 100
b) Inklinasi labio palatinal
c) Insisal gigi menyentuh kaca

C. Penyusunan gigi anterior rahang bawah


 Penyusunanan gigi anterior rahang bawah menyesuaikan gigi anterior rahang atas.
 Penyusunan gigi anterior rahang bawah untuk bagian insisal berjarak 2mm
sebagai overjet dari gigi anterior rahang atas.
> Overjet adalah : jarak horisontal antara incisal edge gigi depan Rahang atas dan
incisal edge gigi-gigi depan rahang bawah.
> Overbite adalah jarak vertikal antara incisal edge gigi depan Rahang atas dengan
incisal edge gigi depan rahang bawah

> Incisal edge 1 mm di atas batas oklusi

D. penyusunan gigi posterior rahang atas dan rahang bawah

Ada dua alternatif penyusunan yaitu :

a. Penyusunan untuk gigi posterior dimulai dengan menyusun gigi P1 rahang atas,
kemudian P1 rahang bawah selanjutnya P2 atas, M1 atas lalu M2 atas. Dan dilanjutkan
menyusun gigi rahang bawah dimulai dari M1 dengan cara cusp gigi M1 bawah
dipaskan / dioklusikan dengan M1 atas dengan menempelkannya dengan malam yang
telah dilelehkan, setelah itu galangan gigit rahang bawah dikerok lalu dipaskan dengan
gigi M1 yang telah ditempelkan dengan M1 atas tadi, barulah menyusun gigi M2
dilanjutkan P2.

b. Penyusunan gigi posterior rahang atas terlebih dahulu menyusun gigi P1 baru setelah
itu menyusun gigi P2, baru disusun gigi M1 dan M2, kemudian menyusun gigi M1
rahang bawah dimana spasi untuk P1 bawah di perkecil atau dicukupkan. kemudian baru
kita menyusun gigi P2 lalu gigi M2, kemudian terkhir menyusun gigi P1.
 Premolar 1 : Cusp buccal menempel pada kaca / rahang bawah dan berdiri tegak
 Premolar 2 : Cusp buccal dan cusp palatinal menempel pada kaca / rahang bawah
dan berdiri tegak
 Molar 1 : Cusp mesio palatinal menempel pada kaca / rahang bawah
 Molar 2 : Menyesuaikan gigi sebelahnya, sudut inklinasi 60⁰

Kekurangan dan kelebihan dari alternatif penyusunan gigi dengan cara 1:

a. Kekurangan

Cara Penyusunan 1

 Tidak bisa menentukan oklusi dengan gigi antagonisnya.


 Waktu penyusunan lebih lama.
 Ada diastema antara caninus dengan p1.

Cara Penyusunan 2

 Space untuk P1 lebih sempit.


 Cara penyusunannya lebih rumit dibanding dengan cara penyusunan 1.
 Kekurangan tempat antara penyusunan gigi-giginya.

b. Kelebihan :

Cara Penyusunan 1

 Lebih mudah dibanding dengan cara penyusunan 2.


 Space untuk masing-masing gigi lebih tertata.

Cara Penyusunan 2

 Efektif dan efisien dalam waktu.


 Bisa menentukan oklusi dengan gigi antagonis secara tepat.

Syarat Penyusunan Gigi Rahang Bawah :


Gigi Anterior Rahang atas dan Bawah

 Penyusunan untuk gigi anterior rahang atas agak protusiv (maju kedepan) kira-kira
2mm
 Penyusunan gigi rahang bawah berada dipuncak ridge
 Tinggi gigi pada bagian incisal harus sejajar dengan kaca pada seluruh gigi anterior
rahang bawah. Lengkung geligi Rahang Atas cenderung lebih besar dibanding
Rahang Bawah, sehingga gigi-gigi Rahang Atas posisi lebih keluar (overhanging )
terhadap gigi-gigi Rahang Bawah saat oklusi sentris

Gigi Posterior Rahang Atas :

 Cusp bukal P1 kontak dengan bidang oklusi dan berdiri tegak


 Cups bukal dan cusp palatinal P1 kontak dengan bidang oklusi dan berdiri tegak
 Cups mesio palatinal M1 kontak dengan bidang oklusi, dan menyesuaikan dengan
bidang atau garis kompensasi sagital spee (dilihat dari samping)

 M2 Menyesuaikan gigi sebelahnya, dengan sudut inklinasi 60


 Gigi posterior dipasang di daerah netral zone. Daerah netral zone adalah daerah yang
dibebaskan, dimana gigi posterior atas saat beroklusi dengan gigi posterior bawah
tidak mengenai pipi, dan lidah. Tujuannya agar saat seseorang melakukan aktifitas
seperti makan atau berbicara tidak tergigit

Gigi posterior rahang bawah :

 Menyesuaikan dengan bidang kompensasi sagital dan transfersal


 Gigi P dan M menyesesuaikan dengan posisi gigi posterior atas seperti oklusi dan
artikulasi
 Penyusunan gigi posterior bawah disusun sedemikan rupa sehingga terbentuk
lengkung sphere dari Monson agar tetap berada dan berhubungan yang tepat terhadap
gigi geligi lawannya, tidak saja saat oklusi sentris tetapi juga saat semua gerakan dari
rahang bawah selama pengunyahan. Curva Monson adalah kurva bidang oklusal
dilihat secara tiga dimensi meliputi premolar kanan kiri, cusp molar serta kondili
kanan dan kiri

 Curve Wilson adalah kurva yang dilihat dari lateral ( kanan – kiri) yang
menghubungkan non fungsional cusp yang lebih pendek dari fungsional cusp
 Klas 1 Angle disebut juga neutro oklusi ditandai dengan tonjol mesio bukal dari
molar pertama permanen maksila terletak pada bukal groove dari molar pertama
permanen mandibula. Kaninus maksila terletak pada ruangan antara tepi distal dari
kaninus mandibula dan tepi mesial dari premolar pertama mandibula.
 Gigitan fissure luar rahang atas dimana gigitan yang terjadi antara gigi posterior
rahang atas dan rahang bawah dimana cusp lingual rahang atas berada pada central
ridge rahang bawah, begitu pula sebaiknya. Cusp bukal rahang bawah berada pada
central ridge rahang atas.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Gigi tiruan adalah gigi yang dibuat untuk menggantikan gigi asli baik rahang atas
maupun rahang bawah yang didukung oleh jaringan keras ataupun lunak yang ada di dalam
rongga mulut.
Dalam pembuatan gigi tiruan ada indikasi dan kontraindikasi yang perlu diperhatikan
agar hasil tujuan dari pembuatan gigi tiruan tercapai. Selain itu factor-faktor penting seperti
usia, jenis kelamin, bahan yang digunakan, penyakit sistemik, dan keadaan edentulous juga
harus diperhatikan. Hal yang penting pada prosedur pembuatan gigi tiruan adalah
menentukan dimensi vertikal, karena dimensi vertikal akan membentuk profil wajah dan
menentukan nyaman atau tidaknya gigi tiruan tersebut digunakan.
Agar gigi tiruan nyaman digunakan, tidak mudah lepas saat makan, minum dan berbicara
maka harus diperhatikan retensi dan stabilisasinya. Beberapa factor yang mempengaruhi
retensi stabilisasi antara lain adesi, kohesi, tegangan permukaan interfasisal, tekanan atmosfir,
otot-otot fasial dan rongga mulut dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Jatuadomi, Gunawan PN, Siagian KV (2016). Alasan pemakaian gigi tiruan pada pasien poliklinik
gigi. eG.4(1):40-5.

Gunadi (2015). Termonilogi. Dalam : Gunadi HA, Margo A, Burhan LK, Suriatenggara F, Setiabudi
I. Buku ajaran ilmu geligi tiruan sebagian lepasan jilid 1. Jakarta: Hipokrates, hal: 30-9.

Ramadhan, AG. 2010. Serba serbi kesehatan gigi dan mulut. Jakarta: Bukene.

Lenggogeny dan Masulili, 2015:123-124.

Damayanti, 2017:54.

Anda mungkin juga menyukai