Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI
“SKRINING HIPOKRATIK”

Kelompok 4 D
Dosen Pembimbing : Via Rifkia, M.Si.

Dhiya Carissa Anggraini 11171020000076


Shabrina Kamila 11171020000080
Jubaidah 11171020000084
Aldina Sausan Firdausa 11171020000097
Angelia Nuuril Fahmi Niarto 11171020000099

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
2019
DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................1

BAB II Tinjauan Pustaka...................................................................................2


2.1 Definisi Hipokratik....................................................................................2
2.2 Tujuan Skrining Hipokratik.........................................................................2
2.3 Prinsip Skrining Hipokratik.......................................................................2

BAB III Metode Praktikum............................................................................... 7


3.1 Alat dan Bahan.......................................................................................... 7
3.2 Prosedur Kerja........................................................................................... 7

BAB IV HASIL....................................................................................................8
4.1. Hasil Percobaan Kelompok 1D.................................................................8
4.2 Hasil Percobaan Kelompok 2....................................................................13
4.3 Hasil Percobaan Kelompok 3....................................................................17
4.4 Hasil Percobaan Kelompok 4....................................................................22

BAB V PEMBAHASAN......................................................................................30

BAB VI KESIMPULAN.....................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................36

LAMPIRAN.........................................................................................................37

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada dewasa ini, masih terdapat tanaman dan senyawa obat-obatan yang
masih belum diketahui manfaatnya. Dalam penelitian contohnya, bila
menemukan tanaman di alam bebas yang belum diketahui khasiatnya dan kita
ingin mengetahui khasiat dari tanaman tersebut. Atau ketika kita diposisikan
pada kondisi yang belum mengetahui manfaat dan khasiat dari suatu senyawa
sintetis atau semi sintesis. Skrining hipokratos ini dapat digunakan untuk
mengidentifikasi manfaat dari senyawa sintetis, semi sintetis, atau senyawa
dari alam tersebut. Skrinning hipokratis merupakan salah satu cara menapis
aktivitas suatu obat atau bahan yang belum diketahui sebelumnya baik yang
berasal dari alam maupun senyawa sintesis / semisintesis.

1.2. Tujuan
Setelah menyelesaikan praktikum ini mahasiswa diharapkan :
1. Memahami dan terampil melakukan skrinning farmakodinamik obat
menggunakan skrinning hipokratik
2. Memahami dan mampu menganalisis hasil-hasil skrining farmakologi obat

2
BAB II
T INJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Hipokratik


Hipokratik berasal dari nama seorang Bapak Kedokteran, Hyppocrates,
yang secara klinis mendiagnosa penyakit berdasarkan gejala-gejala yang
diperlihatkan oleh penyakit tersebut. Dia dan juga dokter-dokter zaman
sekarang mencatat perilaku, keadaan fisik, tonus otot, dan koordinasi pasien,
lalu menghubungkannya dengan temuan lain seperti tekanan darah, denyut
jantung, hasil analisis urin dan darah. Semua data diintegrasikan dan
dibandingkan dengan pengalaman sebelumnya untuk mengambil suatu
diagnosa yang dapat dipercaya dari penyakit pasien itu. Diagnosa seperti ini
disebut dengan diagnosa hipokratik. Pemakaian prinsip diagnosa hipokratik
terhadap penapisan obat disebut skrning hipokratik.
Prosedurnya mencakup observasi multidimensi dari perubahan-
perubahan fungsional yang terjadi pada hewan percobaan sehat akibat
pemakaian obat. Teknik ini menggunakan kertas kerja standar yang berisi
respon perilaku pada interval waktu yang berbeda-beda setelah injeksi obat.

2.2. Tujuan Skrining Hipokratik


Penapisan atau skinning hipokratik dilakukan untuk mengetahui aktivitas
farmakologi dari suatu zat yang belum diketahui efeknya. Hal ini dilakukan
dengan melihat gejala-gejala yang timbul pada hewan coba setelah diberi zat
uji.

2.3. Prinsip Skiring Hipokratik


Beberapa prinsip yang mendasari penapisan hipokratik :
2.3.1 Semua obat mampu menginduksi toksisitas bila dosisnya
melebihi batas keamanan.
2.3.2 Semua obat memperlihatkan profil aktivitas dosis-respon yang
berarti bahwa, semakin besar dosis semakin besar jumlah sisi
kerja obat sehingga responnya juga meningkat, baik intensitas
maupun lama efeknya. Implikasi dari pernyataan ini adalah,

3
bahwa suatu obat dinyatakan tidak mempunyai gejala bila dengan
penambahan dosis gejala tersebut juga tidak terlihat.
2.3.3 Setiap golongan obat mempunyai profil dosis-respon yang khas
yang dapat dikenal dan dibedakan. Penentuan multiplikasi
aktivitas obat dapat mengarahkan pada profil aktivitas, sehingga
dapat dibandingkan dengan golongan-golongan obat tertentu.
2.3.4 Dengan menggunakan profil dosis-respon obat-obat yang
diketahui kerja farmakologinya dan dengan didukung oleh
pengetahuan tentang fisiologi dan farmakologi, seseorang dapat
memperkirakan kegunaan senyawa yang diuji dengan suatu derjat
ketelitian yang cukup tinggi, demikian juga dengan toksisitas dan
efek sampingnya.

Ada atau tidaknya aktivitas farmakologi suatu obat yang diuji dapat
diperhatikan dari gejala-gejala yang terjadi pada hewan percobaan setelah
diberi suatu dosis obat seperti salivasi, urinasi, diare, fasikulasi, miosis,
midriasis, muntah, konvulsi, dan sebagainya. Keadaan ini dibandingkan
dengan hewan kontrol. Sebagai keluaran dari penapisan hipokratik adalah
suatu perkiraan kasar akan sifat-sifat farmakologi dan toksisitas umum
dari suatu obat, lengkap dengan potensi, lama kerja dan rasio
keamanannya. Hasil ini nantinya dapat membantu seorang ahli farmakologi
dan toksikologi dalam merencanakan suatu studi farmakologi yang lebih
spesifik dan mencari prosedur ekstraksi dan isolasi bagi seorang ahli
farmakognosi. Sifat-sifat farmakologi obat yang dapat ditetapkan dari
hasil penapisan hipokratik antara lain depresan atau stimulan sistem saraf
pusat, simpatomimetik, simpatolitik, parasimpatomimetik, parasimpatolitik,
vasodilator, vasokontrikstor, analgetik, dan relaksan otot.

a. Parasimpatomimetik atau kolinergik


Parasimpatomimetika atau kolinergika adalah sekelompok zat yang
dapat menimbulkan efek yang sama dengan stimulasi susunan
parasimpatis, karena melepaskan neurohormon asetilkolin di ujung-
ujung neuronnya.
Efek-efek yang muncul setelah pemberian kolinergika adalah:

4
 Stimulasi pencernaan dengan jalan memperkuat peristaltik
dan sekresi kelenjar ludah dan getah lambung (HCl), juga
sekresi air mata, dll.
 Memperlambat sirkulasi, antara lain dengan mengurangi
kegiatan jantung, vasodilatasi, dan penurunan tekanan darah.
 Memperlambat pernapasan, antara lain dengan menciutkan
bronchi, sedangkan sekresi dahak diperbesar.
 Kontraksi otot mata dengan efek penyempitan pupil
(miosis) dan menurunnya tekanan intraokuler akibat
lancarnya pengeluaran air mata.
 Kontraksi kandung kemih dan ureter dengan efek
memperlancar pengeluaran urin.
 Dilatasi pembuluh dan kontraksi otot kerangka.
 Menekan SSP setelah pada permulaan menstimulasinya
b. Parasimpatolitika atau antagonis
Parasimpatolitika atau antagonis kolinergik adalah zat-zat yang
dapat menghambat efek kolinergik yang menstimulasi susunan
parasimpatiskarena menghambat pelepasan neurohormon asetilkolin
di ujung-ujung neuronnya. Efek antikolinergik yang muncul :
 Terjadi peningkatan denyut nadi
 Mengurangi sekresi mukus
 Menurunkan peristaltik usus
 Dilatasi pupil mata (midriatis)
 Merangsang sistem saraf pusat
 Mengurangi tonus dan motilitas saluran cerna
c. Simpatomimetika atau adrenergika
Simpatomimetika atau adrenergika adalah zat-zat yang dapat
menimbulkan (sebagian) efek yang sama dengan stimulasi
susunan sipaticus dan melepaskan noradrenalin di ujung-ujung
sarafnya.
Efek-efek yang ditimbulkan adalah:

5
 Vasokonstriksi otot polos dan menstimulasi sel-sel kelenjar
dengan bertambahnya antar lain sekresi liur dan keringat.
 Menurunkan peristaltik usus.
 Memperkuat daya dan frekuensi kontraksi jantung.
Bronkodilatasi dan stimulasi metabolisme glikogen dan lemak.
d. Simpatolitik Simpatolitika atau adrenolitika
Simpatolitik Simpatolitika atau adrenolitika adalah zat-zat yang
melawan sebagian atau seluruh aktivitas susunan saraf simpatis.
Efeknya melawan efek yang ditimbulkan oleh simpatomimetika.
e. Analgetika Analgetika atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang
mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran.
f. Vasodilator Vasodilator didefinisikan sebagai zat-zat yang
berkhasiat melebarkan pembuluh darah secara langsung.
g. Vasokonstriktor Efek yang ditimbulkan berlawanan dengan
vasodilator.
h. CNS Activation Zat-zat yang dapat merangsang SSP.
Efek-efek yang ditimbulkan adalah:
 Konvulsi.
 Meningkatkan laju pernapasan. Misal pada tikus, efek yang
ditimbulkan antara lain: - Aktivitas motorik meningkat
 Temperatur rektum naik
 Rasa ingin tahu meningkat
i. CNS Depressant zat-zat yang dapat menekan SSP.
Efek yang ditimbulkan berlawanan dengan CNS activation. Misal
pada tikus, efek yang ditimbulkan antara lain:
 Aktivitas motorik menurun
 Laju pernapasan menurun
 Hilang refleks pinal
 Paralisa kaki
 Hilang daya cengkeram
j. Muscle Relaxant

6
 Efek yang ditimbulkan mirip dengan CNS depressant.

7
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1. Alat dan Bahan
1. Hewan percobaan
2. Obat alam atau sintesis
3. Alat suntuk, stopwatch, hotplat, thermometer, platform, pinset, kertas
saring, alat gelantung, jarring kawat, dan alat-alat gelas

3.2 Prosedur percobaan


1. Timbang hewan, tandai dan tentukan dosis yang diberikan
2. Amati parameter-parameter dan beri poin 0,1,2,3
3. Respon kuantitatif diukur dengan alat yang sesuai.
Gunakan alat yang tersedia untuk mendeteksi gejala tertentu, seperti :
 Tonus otot melalui kemampuan hewan memegang jarring atau
bergelantungan pada alat gelembung.
 Laju pernapasan dihitung persatuan wakti memakai stopwatch
 Reaksi jepit ekor menggunakan pinset
 Reaksi pat panas menggunakan hotplate
 Air mata berdarah (Chromodaoriorea, salvias, lakrimasi
menggunakan kertas saring)
4. Setelah semua parameter teramati (pada keadaan tidak diberi obat)
injeksikan masing-masing hewan pada dosis yang telah ditentukan
5. Amati lagi semua parameter di atas 5,10,15,30, dan 60 menit setelah
penyuntikan obat
6. Evaluasi hasil dan hitung skor total dengan mengalikan skor dengan
faktor untuk masing-masing parameter pada tiap-tiap dosis dan
dibandingkan dengan skor maksimum.

8
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

Dari hasil pengamatan, data tersebut diolah untuk mencari nilai skor total
dan skor maksimal serta persentase dari kedua skor tersebut, dengan rumus
sebagai berikut :
 SKOR TOTAL = FAKTOR BOBOT x JUMLAH
 SKOR MAKSIMAL = FAKTOR BOBOT x BANYAK WAKTU x
BOBOT TERTINGGI
SKOR TOTAL
 PERSENTASE SKOR = x 100%
SKOR MAKS

4.1. Hasil Kelompok 1D


a) Tabel Pengamatan
Nilai (1-3) atau terukur pada waktu
No. Parameter
5' 10' 15' 30' 60'
1 Kelopak mata menurun 0 0 0 0 0
2 Bulu berdiri 0 0 0 0 0
3 Ekor berdiri 0 0 0 0 0
4 Mata menonjol 0 0 0 0 0
5 Ekor memerah 0 0 0 0 0
6 Telinga memerah 0 0 0 0 0
7 Tremor 0 0 0 0 0
8 Aktivitas motorik menurun 0 0 0 0 0
9 Aktivitas motorik meningkat 0 0 0 0 0
10 Respirasi menurun 0 0 0 0 0
11 Gerak berputar ekor bergelombang 0 0 0 0 0
12 Agresif 0 0 0 0 0
13 Rasa ingintahu meningkat 0 0 0 0 0
14 Rasa ingintahu menurun 0 0 0 0 0
15 Refleksi kornea hilang 0 0 0 0 0
16 Refleksi telinga hilang 0 0 0 0 0
17 Refleksi balik hilang 0 0 0 0 0
18 Salivasi 0 0 0 0 0
19 Lakrimasi meningkat 0 0 0 0 0
20 Lakrimasi menurun 0 0 0 0 0
21 Air mata berdarah 0 0 0 0 0
22 Paralisa kaki 0 0 0 0 0
23 Tremor 0 0 0 0 0
24 Konvulsi 0 0 0 0 0

9
25 Urinasi 1 1 2 2 3
26 Diare 0 0 0 0 0
27 Katalepsi 0 0 0 0 0
28 Tonus tubuh menurun 0 0 0 0 0
29 Reaksi alat panas menurun 0 0 0 0 0
30 Reaksi jepit ekor menurun 0 0 0 0 0
31 Mengeliat 0 0 0 0 0
32 Pandangan tak lurus 0 0 0 0 0
33 Pupil mengecil 0 0 0 0 0
34 Pupil melebar 0 0 0 0 0
35 Ekor naik 0 0 0 0 0

b) Tabel skor total, skor maksimal dan presentasi skor

No. Parameter SKOR SKOR PERSENTA GOLONGAN


TOTAL MAKSIMAL -SE SKOR OBAT
1 Kelopak mata 0 0 0% Pen SSP/SIMPL/
menurun REL OTOT
2 Bulu berdiri 0 0 0% SIMM/PARASIMM
3 Ekor berdiri 0 0 0% ANALG
4 Mata menonjol 0 0 0% SIMM
5 Ekor memerah 0 0 0% VASODILATASI
6 Telinga memerah 0 0 0% VASODILATASI
7 Tremor 0 0 0% STIM SSP
8 Aktivitas motorik 0 0 0% Pen SSP/SILML/
menurun REL OTOT
9 Aktivitas motorik 0 0 0% STIM SSP
meningkat
10 Respirasi 0 0 0% Pen SSP/REL OTOT
menurun
11 Gerak berputar 0 0 0% STIM SSP/ANALG
ekor
bergelombang
12 Agresif 0 0 0% STIM SSP
13 Rasa ingintahu 0 0 0% STIM SSP
meningkat
14 Rasa ingintahu 0 0 0% Pen SSP/REL OTOT
menurun
15 Refleksi kornea 0 0 0% Pen SSP
hilang
16 Refleksi telinga 0 0 0% Pen SSP/REL OTOT
hilang
17 Refleksi balik 0 0 0% Pen SSP
hilang

10
18 Salivasi 0 0 0% PARASIMM
19 Lakrimasi 0 0 0% PARASIMM
meningkat
20 Lakrimasi 0 0 0% SIMM
menurun
21 Air mata berdarah 0 0 0% PARASIMM
22 Paralisa kaki 0 0 0% Pen SSP/REL OTOT
23 Tremor 0 0 0% STIM SSP
24 Konvulsi 0 0 0% STIM SSP/SIMM/
SIML/PARASIMM
25 Urinasi 2x9= 2 x 5 x 3 = 30 18/30 x100% PARASIMMM
18 = 60%
26 Diare 0 0 0% PARASIMM
27 Katalepsi 0 0 0% Pen SSP
28 Tonus tubuh 0 0 0% Pen SSP/REL OTOT
menurun
29 Reaksi alat panas 0 0 0% Pen SSP/REL
menurun OTOT/ANALG
30 Reaksi jepit ekor 0 0 0% Pen SSP/REL
menurun OTOT/ANALG
31 Mengeliat 0 0 0% REL OTOT
32 Pandangan tak 0 0 0% Pen SSP
lurus
33 Pupil mengecil 0 0 0% PARASIMM/SIML/
Pen SSP
34 Pupil melebar 0 0 0% SIMM/PARASIML/
ANALG
35 Ekor naik 0 0 0% ANALG

c) Tabel presentase skor

STIM SSP
PARAMETER PRESENTASE SKOR
Tremor 0%
Aktivitas motorik meningkat 0%
Gerak berputar ekor bergelombang 0%
Agresif 0%
Rasa ingin tahu meningkat 0%
Konvulsi 0%
JUMLAH 0%
RATA-RATA % SKOR 0%

PEN SSP
PARAMETER PRESENTASE SKOR

11
Kelopak mata menurun 0%
Aktivasi motorik menurun 0%
Respirasi Menurun 0%
Rasa ingin tahu menurun 0%
Refleks kornea hilang 0%
Refleks telinga hilang 0%
Refleks balik hilang 0%
Paralisa kaki 0%
Katalepsi 0%
Tonus tubuh menurun 0%
Reaksi alat panas menurun 0%
Reaksi jepit ekor menurun 0%
Pandangan tak lurus 0%
Pupil Mengecil 0%
JUMLAH 0%
RATA-RATA % SKOR 0%

ANALGETIK
PARAMETER PRESENTASE SKOR
Ekor berdiri 0%
Gerak berputar 0%
Reaksi plat panas menurun 0%
Pupil melebar 0%
Ekor naik 0%
Reaksi jepit ekor menurun 0%
JUMLAH 0%
RATA-RATA % SKOR 0%

PARASIMM
PARAMETER PRESENTASE SKOR
Bulu berdiri 0%
Salivasi 0%
Lakrimasi meningkat 0%
Air mata berdarah 0%
Konvulsi 0%
Urinasi 60%
Diare 0%
Pupil mengecil 0%
JUMLAH 0%
RATA-RATA % SKOR 60%

REL OTOT

12
PARAMETER PRESENTASE SKOR
Kelopak mata menurun 0%
Aktivasi motorik menurun 0%
Respirasi Menurun 0%
Rasa ingin tahu menurun 0%
Refleks telinga hilang 0%
Paralisa kaki 0%
Tonus tubuh menurun 0%
Reaksi alat panas menurun 0%
Reaksi jepit ekor menurun 0%
Menggeliat 0%
JUMLAH 0%
RATA-RATA % SKOR 0%

SIMM
PARAMETER PRESENTASE SKOR
Bulu berdiri 0%
Bola mata menonjol 0%
Lakrimasi menurun 0%
Konvulsi 0%
Pupil melebar 0%
JUMLAH 0%
RATA-RATA % SKOR 0%

SIML
PARAMETER PRESENTASE SKOR
Kelopak mata menurun 0%
Aktivasi motorik menurun 0%
Konvulsi 0%
Pupil mengecil 0%
JUMLAH 0%
RATA-RATA % SKOR 0%

VASODILATASI
PARAMETER PRESENTASE SKOR
Ekor memerah 0%
Telinga memerah 0%
JUMLAH 0%
RATA-RATA % SKOR 0%

Dari data yang kami dapat, beberapa kemungkinan efek dari obat X ini
setelah kita lakukan percobaan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

13
TOTAL %SKOR
STIM SSP 0%
PEN SSP 0%
PARASIMM 60%
REL OTOT 0%
SIMM 0%
SIML 0%
ANALGETIK 0%
VASODILATASI 0%

4.2. Hasil Kelompok 2D


a) Tabel Pengamatan
Nilai (1-3) atau terukur pada waktu
No. Parameter
5' 10' 15' 30' 60'
1 Kelopak mata menurun 0 0 0 0 0
2 Bulu berdiri 0 0 0 0 0
3 Ekor berdiri 0 0 0 2 1
4 Mata menonjol 0 1 1 1 0
5 Ekor memerah 0 0 0 0 0
6 Telinga memerah 0 0 0 0 0
7 Tremor 0 0 0 0 0
8 Aktivitas motorik menurun 1 1 0 0 0
9 Aktivitas motorik meningkat 0 0 0 0 0
10 Respirasi menurun 1 1 0 0 0
11 Gerak berputar ekor bergelombang 0 0 0 0 0
12 Agresif 0 0 0 0 0
13 Rasa ingintahu meningkat 0 0 0 0 0
14 Rasa ingintahu menurun 0 0 0 0 0
15 Refleksi kornea hilang 0 0 0 0 0
16 Refleksi telinga hilang 0 0 0 0 0
17 Refleksi balik hilang 1 1 1 0 0
18 Salivasi 0 0 0 0 0
19 Lakrimasi meningkat 0 0 0 0 0
20 Lakrimasi menurun 0 0 0 0 0
21 Air mata berdarah 0 0 0 0 0
22 Paralisa kaki 0 0 0 0 0
23 Tremor 0 0 0 0 0
24 Konvulsi 0 0 0 0 0
25 Urinasi 0 0 0 0 0
26 Diare 1 1 1 0 0
27 Katalepsi 0 0 0 0 0

14
28 Tonus tubuh menurun 0 0 0 0 0
29 Reaksi alat panas menurun 1 2 2 2 2
30 Reaksi jepit ekor menurun 3 3 3 3 3
31 Mengeliat 0 0 0 0 0
32 Pandangan tak lurus 0 0 0 0 0
33 Pupil mengecil 0 0 0 0 0
34 Pupil melebar 0 0 0 1 1
35 Ekor naik 0 0 0 1 1

d) S
K
O
R e) SKOR
b) f) PERSE
c) Param MAK g) GOLONGAN
T NTASE
eter T SIMA OBAT
SKOR
O L
T
A
L
s) Kelopa
r) k mata w) Pen SSP/SIMPL/
t) 0 u) 0 v) 0%
1 menur x) REL OTOT
un
aa) bb)Bulu
cc) 0 dd) 0 ee) 0% ff) SIMM/PARASIMM
2 berdiri
kk) 0
,
5
x mm) 1,
ii) 3 5/5 x
nn) ANALG
3 = 100% =
30%
1
jj) Ekor , ll) 0,5 x 5
berdiri 5 x2=5
ss) 1
,
5
x
tt) 0,5 x 5 uu) 4,5/2,5 x
qq) 3
x1= 100% = vv) SIMM
4 =
2,5 180%
rr) Mata 4
menon ,
jol 5
yy) zz) Ekor aaa) bbb) ccc) 0 ddd) VASODILAT

15
memer
5 0 0 % ASI
ah
hhh) T
ggg) elinga kkk) 0
lll) VASODILATASI
6 memer %
ah iii) 0 jjj) 0
ooo) ppp) T qqq) sss) 0
rrr) 0 ttt) STIM SSP
7 remor 0 %
xxx) A
ktivita yyy)
aaaa) 2
s 1x2 zzz) bbbb) Pen
www) /5 x
motori = 1x5x1= SSP/SILML/
8 100% =
k 5 cccc) REL OTOT
40%
menur 2
un
gggg) A
ktivita
s
ffff)
motori jjjj)0% kkkk) STIM SSP
9
k
menin hhhh)
gkat 0 iiii)0
oooo) R pppp)
rrrr) 4
nnnn) espiras 2x2 qqqq)
/10 x ssss) Pen SSP/REL
1 i = 2 x 5 x1 =
100% = OTOT
menur 10
40%
un 4
wwww) G
erak
berput
vvvv)
ar xxxx) yyyy) zzzz) 0 aaaaa) STIM
1
ekor 0 0 % SSP/ANALG
bergel
omban
g
ddddd)
hhhhh) 0
1 eeeee) A fffff) ggggg) iiiii) STIM SSP
%
gresif 0 0
mmmmm)
Rasa
lllll)
inginta nnnnn) ooooo) ppppp) 0
1 qqqqq) STIM SSP
hu 0 0 %
menin
gkat
ttttt) uuuuu) R vvvvv) wwwww) xxxxx) 0 yyyyy) Pen SSP/REL
1 asa 0 0 % OTOT
inginta
hu

16
menur
un
cccccc) R
bbbbbb)
efleksi ffffff) 0
1 gggggg) Pen SSP
kornea dddddd) eeeeee) %
hilang 0 0
kkkkkk) R
jjjjjj)
efleksi llllll) mmmmmm) nnnnnn) 0 oooooo) Pen SSP/REL
1
telinga 0 0 % OTOT
hilang
tttttt)
vvvvvv) 6
rrrrrr)ssssss) R 2x3 uuuuuu)
/10 x wwwwww) Pen
1 efleksi = 2x5x1=
100% = SSP
balik 10
60%
hilang 6
zzzzzz)
ddddddd) 0
1 aaaaaaa) S bbbbbbb) ccccccc) eeeeeee) PARASIMM
%
alivasi 0 0
iiiiiii) L
hhhhhhh)akrim
jjjjjjj) kkkkkkk) lllllll) 0 mmmmmmm) PARA
1 asi
0 0 % SIMM
menin
gkat
qqqqqqq) L
ppppppp)akrim
rrrrrrr) sssssss) ttttttt) 0
2 asi uuuuuuu) SIMM
0 0 %
menur
un
yyyyyyy) A
xxxxxxx) ir
bbbbbbbb) 0
2 mata cccccccc) PARASIMM
%
berdar zzzzzzz) aaaaaaaa)
ah 0 0
ffffffff)
gggggggg) P
hhhhhhhh) iiiiiiii) jjjjjjjj) 0 kkkkkkkk) Pen SSP/REL
2 aralisa
0 0 % OTOT
kaki
nnnnnnnn)
pppppppp) qqqqqqqq) rrrrrrrr) 0
2 oooooooo) T ssssssss) STIM SSP
0 0 %
remor
aaaaaaaaa) STIM
vvvvvvvv)
zzzzzzzz) 0 SSP/SIMM/
2
wwwwwwww) xxxxxxxx) yyyyyyyy) % bbbbbbbbb) SIML
Konvulsi 0 0 PARAS
eeeeeeeee)
iiiiiiiii) 0 jjjjjjjjj) PARASIMM
2 fffffffff) U ggggggggg)hhhhhhhhh)
% M
rinasi 0 0
mmmmmmmmm)
nnnnnnnnn) ooooooooo)ppppppppp) qqqqqqqqq) rrrrrrrrr) PARASIMM
2 Diare 1x3 1x5x1= 3/5 x 100%

17
=
= 60%
3 5
uuuuuuuuu)
yyyyyyyyy)
2 vvvvvvvvv) wwwwwwwww)
xxxxxxxxx) zzzzzzzzz) Pen SSP
0%
Katalepsi 0 0
dddddddddd)
cccccccccc)
Tonus
gggggggggg) hhhhhhhhhh) Pen
2 tubuh
0% SSP/REL OTOT
menur eeeeeeeeee)ffffffffff)
un 0 0
llllllllll) R
eaksi mmmmmmmmmm)
kkkkkkkkkk) oooooooooo) pppppppppp) Pen
alat 1x9
2 9/10 x 100% SSP/REL
panas = nnnnnnnnnn)
= 90% OTOT/ANALG
menur 1x5x2=
un 9 10
uuuuuuuuuu)
1x
tttttttttt) R 1 wwwwwwwwww)
ssssssssss) xxxxxxxxxx) Pen
eaksi 5 15/15 x
3 SSP/REL
jepit = 100% =
OTOT/ANALG
ekor vvvvvvvvvv) 100%
menur 1 1x5x3=
un 5 15
aaaaaaaaaaa)
eeeeeeeeeee)
3 bbbbbbbbbbb) ccccccccccc) ddddddddddd) fffffffffff) REL OTOT
0%
Mengeliat 0 0
jjjjjjjjjjj) P
iiiiiiiiiii) andan
mmmmmmmmmmm)
nnnnnnnnnnn) Pen
3 gan
0% SSP
tak kkkkkkkkkkk)lllllllllll)
lurus 0 0
rrrrrrrrrrr)
qqqqqqqqqqq) vvvvvvvvvvv) PARA
Pupil uuuuuuuuuuu)
3 SIMM/SIML/Pen
menge sssssssssss)ttttttttttt) 0%
SSP
cil 0 0
aaaaaaaaaaaa)
0,5 x cccccccccccc)
yyyyyyyyyyy) dddddddddddd) SIMM
zzzzzzzzzzz) 2 1/2,5 x
3 /PARASIML/ANAL
Pupil = bbbbbbbbbbbb) 100% =
G
meleba 0,5 x 5 x 1 40%
r 1 = 2,5
gggggggggggg)
hhhhhhhhhhhh)iiiiiiiiiiii) jjjjjjjjjjjj) kkkkkkkkkkkk) llllllllllll) ANALG
3 Ekor naik 0,5 x 0,5 x 5 x 1 1/2,5 x
2 = 2,5 100% =
= 40%

18
1
oooooooooooo)

pppppppppppp) Tabel presentase skor

STIM SSP
PARAMETER PRESENTASE SKOR
Tremor 0%
Aktivitas motorik meningkat 0%
Gerak berputar ekor bergelombang 0%
Agresif 0%
Rasa ingin tahu meningkat 0%
Konvulsi 0%
JUMLAH 0%
RATA-RATA % SKOR 0%

PEN SSP
PARAMETER PRESENTASE SKOR
Kelopak mata menurun 0%
Aktivasi motorik menurun 40%
Respirasi Menurun 40%
Rasa ingin tahu menurun 0%
Refleks kornea hilang 0%
Refleks telinga hilang 0%
Refleks balik hilang 60%
Paralisa kaki 0%
Katalepsi 0%
Tonus tubuh menurun 0%
Reaksi alat panas menurun 90%
Reaksi jepit ekor menurun 100%
Pandangan tak lurus 0%
Pupil Mengecil 0%
JUMLAH 330%
RATA-RATA % SKOR 24%

ANALGETIK
PARAMETER PRESENTASE SKOR
Ekor berdiri 30%
Gerak berputar 0%
Reaksi plat panas menurun 90%
Pupil melebar 40%

19
Ekor naik 40%
Reaksi jepit ekor menurun 100%
JUMLAH 300%
RATA-RATA % SKOR 50%

PARASIMM
PARAMETER PRESENTASE SKOR
Bulu berdiri 0%
Salivasi 0%
Lakrimasi meningkat 0%
Air mata berdarah 0%
Konvulsi 0%
Urinasi 0%
Diare 60%
Pupil mengecil 0%
JUMLAH 60%
RATA-RATA % SKOR 60%

REL OTOT
PARAMETER PRESENTASE SKOR
Kelopak mata menurun 0%
Aktivasi motorik menurun 40%
Respirasi Menurun 40%
Rasa ingin tahu menurun 0%
Refleks telinga hilang 0%
Paralisa kaki 0%
Tonus tubuh menurun 0%
Reaksi alat panas menurun 90%
Reaksi jepit ekor menurun 100%
Menggeliat 0%
JUMLAH 270%
RATA-RATA % SKOR 27%

SIMM
PARAMETER PRESENTASE SKOR
Bulu berdiri 0%
Bola mata menonjol 180%
Lakrimasi menurun 0%
Konvulsi 0%
Pupil melebar 40%
JUMLAH 220%
RATA-RATA % SKOR 44%

20
SIML
PARAMETER PRESENTASE SKOR
Kelopak mata menurun 0%
Aktivasi motorik menurun 40%
Konvulsi 0%
Pupil mengecil 0%
JUMLAH 40%
RATA-RATA % SKOR 40%

VASODILATASI
PARAMETER PRESENTASE SKOR
Ekor memerah 0%
Telinga memerah 0%
JUMLAH 0%
RATA-RATA % SKOR 0%

Dari data beberapa kemungkinan efek dari obat X ini setelah kita lakukan
percobaan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

TOTAL %SKOR
STIM SSP 0%
PEN SSP 24%
PARASIMM 60%
REL OTOT 27%
SIMM 44%
SIML 40%
ANALGETIK 50%
VASODILATASI 0%

4.3. Hasil Kelompok 3D


a) Tabel Pengamatan
Nilai (1-3) atau terukur pada waktu
No. Parameter
5' 10' 15' 30' 60'
1 Kelopak mata menurun 2 2 0 2 3
2 Bulu berdiri 0 0 0 0 0
3 Ekor berdiri 0 0 0 0 0
4 Mata menonjol 0 0 1 0 0
5 Ekor memerah 0 3 3 3 2
6 Telinga memerah 0 0 0 0 0
7 Tremor 0 0 0 0 0

21
8 Aktivitas motorik menurun 3 3 2 3 3
9 Aktivitas motorik meningkat 0 0 1 0 0
10 Respirasi menurun 0 0 0 0 0
11 Gerak berputar ekor bergelombang 0 0 0 0 0
12 Agresif 0 0 0 0 0
13 Rasa ingintahu meningkat 0 0 1 0 0
14 Rasa ingintahu menurun 3 3 2 3 3
15 Refleksi kornea hilang 3 3 3 3 3
16 Refleksi telinga hilang 3 3 3 3 3
17 Refleksi balik hilang 1 1 2 3 0
18 Salivasi 0 0 0 0 0
19 Lakrimasi meningkat 0 0 0 0 0
20 Lakrimasi menurun 0 0 0 0 0
21 Air mata berdarah 0 0 0 0 0
22 Paralisa kaki 2 3 3 3 3
23 Tremor 0 0 0 0 0
24 Konvulsi 0 0 0 0 0
25 Urinasi 0 0 0 0 0
26 Diare 0 0 0 0 0
27 Katalepsi 0 0 0 0 0
28 Tonus tubuh menurun 3 3 3 3 3
29 Reaksi alat panas menurun 1 1 2 2 2
30 Reaksi jepit ekor menurun 3 3 3 2 3
31 Mengeliat 0 0 0 0 0
32 Pandangan tak lurus 1 1 1 1 1
33 Pupil mengecil 0 0 0 0 0
34 Pupil melebar 0 0 0 0 0
35 Ekor naik 0 0 0 0 0

b) Tabel skor total, skor maksimal dan presentasi skor


SKOR
SKOR PERSENTASE
No Parameter MAKSI- GOLONGAN OBAT
TOTAL SKOR
MAL
Kelopak mata 1x5x3 9/15 x 100% = Pen SSP/SIMPL/REL
1 1x9=9
menurun = 15 60% OTOT
2 Bulu berdiri 0 0 0% SIMM/PARASIMM
3 Ekor berdiri 0 0 0% ANALG
Mata 1,5 x 1 = 0,5 x 5 x 4,5/2,5 x 100% =
4 SIMM
menonjol 1,5 1 = 2,5 180%
Ekor 1 x 11 = 1x5x3 11/15 x 100% =
5 VASODILATASI
memerah 11 = 15 73%
6 Telinga 0 0 0% VASODILATASI

22
memerah
7 Tremor 0 0 0% STIM SSP
Aktivitas
1 x 14 = 1 x 5 x 3= 14/15 x 100% = Pen SSP/SILML/REL
8 motorik
14 15 93% OTOT
menurun
Aktivitas
1/5 x 100% =
9 motorik 1x5x1 STIM SSP
20%
meningkat 1x1=1 =5
Respirasi
10 0 0 0% Pen SSP/REL OTOT
menurun
Gerak
11 berputar ekor 0 0 0% STIM SSP/ANALG
bergelombang
12 Agresif 0 0 0% STIM SSP
Rasa
1x5x1 1/5 x 100% =
13 ingintahu 1x1=1 STIM SSP
=5 20%
meningkat
Rasa
1 x 14 = 1x5x3 14/15 x 100% =
14 ingintahu Pen SSP/REL OTOT
14 = 15 93%
menurun
Refleksi 1 x 15 = 1x5x3 15/15 x 100% =
15 Pen SSP
kornea hilang 15 = 15 100%
Refleksi 1 x 15 = 1x5x3 15/15 x 100% =
16 Pen SSP/REL OTOT
telinga hilang 15 = 15 100%
Refleksi balik 2x7= 1 x 5 x 3= 14/15 x 100% =
17 Pen SSP
hilang 14 15 93%
18 Salivasi 0 0 0% PARASIMM
Lakrimasi
19 0 0 0% PARASIMM
meningkat
Lakrimasi
20 0 0 0% SIMM
menurun
Air mata
21 0% PARASIMM
berdarah 0 0
1 x 14 = 1x5x3 14/15 x 100% =
22 Pen SSP/REL OTOT
Paralisa kaki 14 = 15 93%
23 Tremor 0 0 0% STIM SSP
STIM SSP/SIMM/
24 0%
Konvulsi 0 0 SIML/PARAS
25 Urinasi 0 0 0% PARASIMMM
26 Diare 0 0 0% PARASIMM
27 Katalepsi 0 0 0% Pen SSP
Tonus tubuh 1,5 x 15 1,5 x 5 x 22,5/22,5 x
28 Pen SSP/REL OTOT
menurun = 22,5 3 = 22,5 100% = 100%
29 Reaksi alat 1x8=8 1x5x2 8/10 x 100% = Pen SSP/REL
panas = 10 80% OTOT/ANALG

23
menurun
Reaksi jepit 1 x 14 = 1x5x3 14/15 x 100% = Pen SSP/REL
30
ekor menurun 14 = 15 93% OTOT/ANALG
31 Mengeliat 0 0 0% REL OTOT
Pandangan 2x5= 1x5x1 10/5 x 100% =
32 Pen SSP
tak lurus 10 =5 200%
PARASIMM/SIML/Pen
33 0%
Pupil mengecil 0 0 SSP
SIMM/PARASIML/AN
34 0%
Pupil melebar 0 0 ALG
35 Ekor naik 0 0 0% ANALG

c) Tabel presentase skor

STIM SSP
PARAMETER PRESENTASE SKOR
Tremor 0%
Aktivitas motorik meningkat 20%
Gerak berputar ekor bergelombang 0%
Agresif 0%
Rasa ingin tahu meningkat 20%
Konvulsi 0%
JUMLAH 40%
RATA-RATA % SKOR 7%

PEN SSP
PARAMETER PRESENTASE SKOR
Kelopak mata menurun 60%
Aktivasi motorik menurun 93%
Respirasi Menurun 0%
Rasa ingin tahu menurun 93%
Refleks kornea hilang 100%
Refleks telinga hilang 100%
Refleks balik hilang 93%
Paralisa kaki 93%
Katalepsi 0%
Tonus tubuh menurun 100%
Reaksi alat panas menurun 80%
Reaksi jepit ekor menurun 93%
Pandangan tak lurus 200%
Pupil Mengecil 0%
JUMLAH 1105%
RATA-RATA % SKOR 79%

24
ANALGETIK
PARAMETER PRESENTASE SKOR
Ekor berdiri 0%
Gerak berputar 0%
Reaksi plat panas menurun 80%
Pupil melebar 0%
Ekor naik 0%
Reaksi jepit ekor menurun 93%
JUMLAH 173%
RATA-RATA % SKOR 29%

PARASIMM
PARAMETER PRESENTASE SKOR
Bulu berdiri 0%
Salivasi 0%
Lakrimasi meningkat 0%
Air mata berdarah 0%
Konvulsi 0%
Urinasi 0%
Diare 0%
Pupil mengecil 0%
JUMLAH 0%
RATA-RATA % SKOR 0%

REL OTOT
PARAMETER PRESENTASE SKOR
Kelopak mata menurun 60%
Aktivasi motorik menurun 93%
Respirasi Menurun 0%
Rasa ingin tahu menurun 20%
Refleks telinga hilang 100%
Paralisa kaki 93%
Tonus tubuh menurun 100%
Reaksi alat panas menurun 80%
Reaksi jepit ekor menurun 93%
Menggeliat 0%
JUMLAH 639%
RATA-RATA % SKOR 64%

SIMM
PARAMETER PRESENTASE SKOR

25
Bulu berdiri 0%
Bola mata menonjol 180%
Lakrimasi menurun 0%
Konvulsi 0%
Pupil melebar 0%
JUMLAH 180%
RATA-RATA % SKOR 36%

SIML
PARAMETER PRESENTASE SKOR
Kelopak mata menurun 60%
Aktivasi motorik menurun 93%
Konvulsi 0%
Pupil mengecil 0%
JUMLAH 153%
RATA-RATA % SKOR 38%

VASODILATASI
PARAMETER PRESENTASE SKOR
Ekor memerah 73%
Telinga memerah 0%
JUMLAH 73%
RATA-RATA % SKOR 37%

Dari data beberapa kemungkinan efek dari obat X ini setelah kita lakukan
percobaan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

TOTAL %SKOR
STIM SSP 7%
PEN SSP 79%
PARASIMM 0%
REL OTOT 64%
SIMM 36%
SIML 38%
ANALG 29%
VASODILATASI 37%

4.4. Hasil Kelompok 4D


a) Tabel Pengamatan
Nilai (1-3) atau terukur pada waktu
No. Parameter
5' 10' 15' 30' 60'
1 Kelopak mata menurun 0 0 0 0 0

26
2 Bulu berdiri 2 1 1 0 0
3 Ekor berdiri 0 0 0 0 0
4 Mata menonjol 2 2 1 1 1
5 Ekor memerah 0 0 0 0 0
6 Telinga memerah 2 2 1 1 1
7 Tremor 2 2 2 2 2
8 Aktivitas motorik menurun 0 0 0 1 2
9 Aktivitas motorik meningkat 2 2 2 1 1
10 Respirasi menurun 1 1 1 2 2
11 Gerak berputar ekor bergelombang 0 0 0 0 0
12 Agresif 2 2 3 2 1
13 Rasa ingintahu meningkat 2 2 2 1 1
14 Rasa ingintahu menurun 0 0 0 1 2
15 Refleksi kornea hilang 0 0 0 1 1
16 Refleksi telinga hilang 0 0 0 1 1
17 Refleksi balik hilang 0 0 0 1 1
18 Salivasi 0 0 0 0 0
19 Lakrimasi meningkat 0 0 0 0 0
20 Lakrimasi menurun 0 0 0 0 0
21 Air mata berdarah 0 0 0 0 0
22 Paralisa kaki 0 0 0 0 0
23 Tremor 1 1 2 2 2
24 Konvulsi 0 1 1 2 1
25 Urinasi 0 0 1 1 1
26 Diare 0 0 1 1 2
27 Katalepsi 0 0 0 0 0
28 Tonus tubuh menurun 0 0 0 1 1
29 Reaksi alat panas menurun 2 1 1 1 1
30 Reaksi jepit ekor menurun 0 0 1 1 1
31 Mengeliat 0 0 0 0 0
32 Pandangan tak lurus 0 0 0 0 0
33 Pupil mengecil 0 1 1 1 2
34 Pupil melebar 0 0 0 0 0
35 Ekor naik 0 0 0 0 0

b) Tabel skor total, skor maksimal dan presentasi skor


No Parameter SKOR SKOR PERSENTASE GOLONGAN OBAT
TOTAL MAKS SKOR
1 Kelopak mata 1 x 0 = 0 1 x 5 x 0 0% Pen SSP/SIMPL/REL
menurun =0 OTOT
2 Bulu berdiri 0,5 x 4 = 0,5 x 5 x 2 2/5 x 100% = SIMM/PARASIMM
2 =5 40%

27
3 Ekor berdiri 0,5 x 0 = 0,5 x 5 x 0% ANALG
0 0=0
4 Mata 1,5 x 7 1,5 x 5 x 2 10,5/15 x 100% SIMM
menonjol =10,5 =15 =70%
5 Ekor 1x0=0 1x5x0= 0% VASODILATASI
memerah 0
6 Telinga 1x7=7 1x5x2= 7/10 x 100% = VASODILATASI
memerah 10 70%
7 Tremor 1 x 10 = 1 x 5 x 2 = 10/10 x 100% = STIM SSP
10 10 100%
8 Aktivitas 1x3=3 1x5x2= 3/10 x 100% = Pen SSP/SILML/REL
motorik 10 30% OTOT
menurun
9 Aktivitas 1x8=8 1x5x2= 8/10 x 100% = STIM SSP
motorik 10 80%
meningkat
10 Respirasi 2 x 7 = 2x5x2= 14/20 x 100% = Pen SSP/REL OTOT
menurun 14 20 70%
11 Gerak 1 x 0 = 0 1 x5 x 0 = 0% STIM SSP/ANALG
berputar ekor 0
bergelombang
12 Agresif 1 x 10 = 1 x 5 x 3 = 10/15 x 100% = STIM SSP
10 15 67%
13 Rasa 1x8=8 1x5x2= 8/10 x 100% = STIM SSP
ingintahu 10 80%
meningkat
14 Rasa 1x3=3 1x5x2= 3/10 x 100% = Pen SSP/REL OTOT
ingintahu 10 30%
menurun
15 Refleksi 1x2=2 1x5x 1 2/5 x 100% = Pen SSP
kornea hilang =5 40%
16 Refleksi 1x2=2 1x5x1= 2/10 x 100% = Pen SSP/REL OTOT
telinga hilang 10 20%
17 Refleksi balik 2x2=4 2x5x1= 4/10 x 100% = Pen SSP
hilang 10 40%
18 Salivasi 0,5 x 0 = 0,5 x 5 x 0 0% PARASIMM
0 =0
19 Lakrimasi 0,5 x 0 = 0,5 x 5 x 0 0% PARASIMM
meningkat 0 =0
20 Lakrimasi 1,5 x 0 = 1,5 x 5 x 0 0% SIMM
menurun 0 =0
21 Air mata 1x0=0 1x5x0= 0% PARASIMM
berdarah 0
22 Paralisa kaki 1x0=0 1x5x0= 0% Pen SSP/REL OTOT
0
23 Tremor 1x8=8 1x5x2= 8/10 x 100% = STIM SSP
10 80%

28
24 Konvulsi 1x6=6 1x5x2= 6/10 x 100% = STIM SSP/SIMM/SIML
10 60% /PARAS
25 Urinasi 2x3=6 2x5x1= 6/10 x 100% = PARASIMMM
10 60%
26 Diare 1x4=4 1x5x2= 4/10 x 100% = PARASIMM
10 40%
27 Katalepsi 1x0=0 1x5x0= 0% Pen SSP
0
28 Tonus tubuh 1,5 x 2 = 1,5 x 5 x 1 3/7,5 x 100% = Pen SSP/REL OTOT
menurun 3 = 7,5 40%
29 Reaksi alat 1x6=6 1x5x2 6/10 x 100% = Pen SSP/REL
panas = 10 60% OTOT/ANALG
menurun
30 Reaksi jepit 1x3=3 1x5x1= 3/5 x 100% = Pen SSP/REL
ekor menurun 5 60% OTOT/ANALG
31 Mengeliat 0,5 x 0 = 0,5 x 5 x 0 0% REL OTOT
0 =0
32 Pandangan 2x0=0 2x5x0= 0% Pen SSP
tak lurus 0
33 Pupil mengecil 1,5 x 5 = 1,5 x 5 x 7,5/15 x 100% = PARASIMM/SIML/Pen
7,5 2= 15 50% SSP
34 Pupil melebar 0,5 x 0 = 0,5 x 5 x 0 0% SIMM/PARASIML/
0 =0 ANALG
35 Ekor naik 0,5 x 0 = 0,5 x 5 x 0 0% ANALG
0 =0

c) Tabel presentase skor


STIM SSP

PARAMETER PRESENTASE SKOR


Tremor 100%
Aktivitas motorik meningkat 80%
Gerak berputar ekor bergelombang 0%
Agresif 67%
Rasa ingin
PEN SSPtahu meningkat 80%
Konvulsi
PARAMETER 60% SKOR
PRESENTASE
JUMLAH
Kelopak mata menurun 387%
0%
RATA-RATA
Aktivasi motorik%menurun
SKOR 65%
30%
Respirasi Menurun 70%
Rasa ingin tahu menurun 30%
Refleks kornea hilang 40%
Refleks telinga hilang 20%
Refleks balik hilang 40%

29
Paralisa kaki 0%
Katalepsi 0%
Tonus tubuh menurun 40%
Reaksi alat panas menurun 60%
Reaksi jepit ekor menurun 60%
Pandangan tak lurus 0%
Pupil Mengecil 50%
JUMLAH 440%
RATA-RATA % SKOR 31%

PARASIMM
PARAMETER PRESENTASE SKOR
Bulu berdiri 40%
Salivasi 0%
Lakrimasi meningkat 0%
Air mata berdarah 0%
Konvulsi 60%
Urinasi 60%
Diare 40%
Pupil mengecil 50%
JUMLAH 250%
RATA-RATA % SKOR 31%

REL OTOT
PARAMETER PRESENTASE SKOR
Kelopak mata menurun 0%
Aktivasi motorik menurun 30%
Respirasi Menurun 70%
Rasa ingin tahu menurun 30%
Refleks telinga hilang 20%
Paralisa kaki 0%
Tonus tubuh menurun 40%
Reaksi alat panas menurun 60%
Reaksi jepit ekor menurun 60%
Menggeliat 0%
JUMLAH 310%
RATA-RATA % SKOR 31%

SIMM
PARAMETER PRESENTASE SKOR
Bulu berdiri 40%

30
Bola mata menonjol 70%
Lakrimasi menurun 0%
Konvulsi 60%
Pupil melebar 0%
JUMLAH 170%
RATA-RATA % SKOR 34%

SIML
PARAMETER PRESENTASE SKOR
Kelopak mata menurun 0%
Aktivasi motorik menurun 30%
Konvulsi 60%
Pupil mengecil 50%
JUMLAH 140%
RATA-RATA % SKOR 35%

ANALGETIK
PARAMETER PRESENTASE SKOR
Ekor berdiri 0%
Gerak berputar 0%
Reaksi plat panas menurun 60%
Pupil melebar 0%
Ekor naik 0%
Reaksi jepit ekor menurun 60%
JUMLAH 120%
RATA-RATA % SKOR 20%

VASODILATASI
PARAMETER PRESENTASE SKOR
Ekor memerah 0%
Telinga memerah 70%
JUMLAH 70%
RATA-RATA % SKOR 35%

Dari data beberapa kemungkinan efek dari obat X ini setelah kita lakukan
percobaan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

TOTAL %SKOR
STIM SSP 65%
PEN SSP 31%
PARASIMM 31%

31
REL OTOT 31%
SIMM 34%
SIML 35%
ANALG 20%
VASODILATASI 35%

KESIMPULAN
KELOMPOK 1D Furosemid
KELOMPOK 2D Tramadol
KELOMPOK 3D Diazepam
KELOMPOK 4D Aminoflin

BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum ini, tiap kelomopok menggunakan 1 ekor tikus. Setiap


kelompok mendapatkan 1 jenis obat dan obat tersebut diberikan secara

32
intraperitoneal. Pengamatan ini dilakukan tiap menit ke-5, 10, 15, 30, 60 dengan
memperhatikan tingkah mencit sesuai parameter yang sudah disediakan.

Praktikum kali ini membahas tentang skrining hipokratik terhadap obat X


yang belum diketahui khasiatnya. Skrining hipokratik adalah salah satu cara untuk
menapis aktivitas suatu obat atau bahan yang belum diketahui sebelumnya baik
yang berasal dari alam maupun senyawa sintetis atau semisintetis. Cara ini
didasarkan atas bahwa obat bila berinteraksi dengan materi biologis dalam tubuh
akan menghasilkan efek tertentu tergantung pada dosis yang diberikan. Prinsip ini
diambil dari cara dokter (hypocrates) mendiagnosa suatu penyakit melalui gejala-
gejala yang ditunjukkan. Tujuan dari skrining ini adalah agar kita mengetahui efek
biologis apa yang dihasilkan oleh obat X tersebut dan juga skrining ini dapat
membedakan suatu obat atau bahan yang berguna dan yang tidak berguna dengan
cepat dan biaya yang relatif murah. Darinya akan dihasilkan profil
farmakodinamik obat atau bahan.

Pada menit ke-5 didapatkan perilaku bulu berdiri, telinga memerah,


tremor, aktivitas motorik meningkat, respirasi menurun, agresif, dan rasa ingin
tahu meningkat. Pada menit ke-10 didapatkan perubahan perilaku yang sama pada
menit ke-5 namun terdapat tambahan perubahan, seperti bulu pada mencit yang
sudah tidak terlalu berdiri, konvulsi dan pupil mengecil. Pada menit ke-15 pun
terjadi perubahan perilaku berkelanjutan dari menit ke-10 tetapi terdapat
tambahan perubahan perilaku, seperti mulai berkurangnya kemerahan pada telinga
tikus, meningkatnya sikap agresif, semakin cepat tremor, urinasi, dan diare. Pada
menit ke-30, terjadi beberapa perilaku yang sama seperti menit sebelumnya (menit
ke-15) namun terjadi tambahan perubahan perilaku, seperti sudah tidak berdirinya
bulu tikus, aktivitas motorik menurun, rasa ingin tahu menurun, refleksi pada
kornea, telinga, dan balik hilang, meningkatnya konvulsi, dan tonus tubuh
menurun. Pada menit pengamatan terakhir, yakni menit ke-30 didapatka aktivitas
yang sama seperti menit sebelumnya, seperti menonjolnya mata, memerahnya
telinga, tremor, menurunnya respirasi, hilangnya refleksi kornea, telinga, dan
balik, tremor, urinasi, menurunnya tonus tubuh, namun juga ada perubahan
aktivitas yang terjadi, seperti semakin menurunnya aktivitas motorik, tingkat

33
keagresifan, rasa ingin tahu, konvulsi, dan ukuran pupil tetapi diare yanh dialami
semakin meningkat.

Setelah pengonversian parameter skrinning hipokratik ke dalam persen,


didapatkan hasil bahwa obat tersebut memengaruhi sistem saraf pusat sebanyak
65%. Hal tersebut ditandai dengan perubahan pada perilaku dan kondisi fisik dari
tikus setelah pemberian obat. Tikus mengalami tremor, aktivitas motorik yang
meningkat, agresif, rasa ingin tahu yang meningkat, serta konvulsi.

Lalu, diamati pengaruh obat tersebut apakah memiliki efek terhadap


penghambatan aktivitas sistem saraf pusat. Didapati persentase sebanyak 31%.
Sesekali tikus mengalami penurunan sistem respirasi dan pupil mengecil. Di akhir
pengamatan, refleks tikus terhadap cahaya menurun.

Pada pengamatan obat terhadap efek parasimpatomimetik, total rata-rata


persentase skor adalah 31%. Bulu-bulu tikus berdiri sejak awal pemberian obat
dan tikus mengalami konvulsi. Terdapat urinasi pada tikus di bawah 1 mL. Pupil
tikus mengecil dan tikus mengalami diare ditandai dengan feses cair.

Tikus secara konstan pada rentang waktu tertentu mengalami konvulsi.


Tikus secara konstan mengalami seizure dalam rentang waktu yang pendek.
Seizure tersebut terjadi seringkali.

Tikus merespon dengan baik pada saat diberi reaksi respon jepit. Tikus
mengeluarkan suara mencicit ketika diberikan respon tersebut. Hal ini diduga
karena tikus merasakan adanya sentuhan terhadap ekornya.

Tikus memperlihatkan efek analgetik sebesar 20%. Pengamatan terhadap


efek analgetik dibantu dengan metode tail flick. Ekor tikus dicelupkan ke dalam
air pada suhu di bawah 700C. Tikus memberikan respon segera setelah ujung ekor
dicelupkan ke dalam air tersebut.

Persentase efek vasodilatasi didapatkan sebanyak 35%. Parameter yang


dapat diamati adalah bagian belakang telinga tikus dan ekor tikus. Tidak didapati
adanya kemerahan pada tikus, namun didapati adanya kemerahan pada telinga
bagian belakang.

34
Obat tersebut diduga memiliki efek stimulan yang tinggi terhadap sistem
saraf pusat. Ditandai dengan beberapa perubahan perilaku dan kondisi fisik tikus
tersebut, obat diduga memiliki efek stimulan psikomotor. Stimulan psikomotor
memiliki efek eksitasi, euforia, dan menigkatkan aktivitas motorik.

Di akhir praktikum, diberitahu bahwa terdapat 4 obat yang diberikan


dengan dosis yang tidak diketahui kepada setiap kelompok. Obat-obat tersebut
adalah furosemid, tramadol, diazepam, dan aminofilin. Kelompok 4 mendapatkan
obat aminofilin.

Aminofilin atau teofilin menghambat enzim fosfodiesterase (PDE)


sehingga mencegah pemecahan cAMP dan cGMP masing-masing menjadi 5’-
AMP dan 5’GMP. Penghambatan PDE menyebabkan akumulasi cAMP dan
cGMP dalam sel sehingga menyebabkan relaksasi otot polos termasuk otot polos
bronkus. Aminofilin ataupun teofilin relatif nonselektif dalam menghambat
subtipe PDE. Aminofilin ataupun teofilin merupakan suatu antagonis kompetitif
pada reseptor adenosin. Adenosin dapat menyebabkan bronkokonstriksi pada
pasien asma dan memperkuat pelepasan mediator dari sel mast yang diinduksi
oleh rangsang imunologis, karena itu dengan pemberian aminofilin atau teofilin
dapat mengatasi bronkokonstriksi yang terjadi pada pasien asma. Atas dasar kedua
hal di atas maka aminofilin dapat menimbulkan efek relaksasi otot polos bronkus
atau bronkodilator pada pasien asma.

Aminofilin atau teofilin merupakan perangsang SSP yang kuat, bila dosis
pemberian ditinggikan maka mampu memberikan efek gugup, gelisah, insomnia,
tremor, dan kejang. Tetapi dengan dosis rendah metilxantin seperti aminofilin
dapat merangsang SSP yang sedang mengalami depresi, misalnya pemberian
aminofilin dosis 2mg/kgbb dengan cepat akan memulihkan keadaan narkosis pada
individu yang mendapat 100 mg morfin IV untuk anestesia.

Metilxantin seperti aminofilin dapat merangsang pusat nafas pada medula


oblongata dengan meningkatkan kepekaan pusat nafas terhadap perangsangan
CO2. Selain itu juga dapat menimbulkan mual dan muntah karena perangsangan
sentral maupun perifer. Muntah dapat diinduksi bila kadar dalam plasma melebihi
15 mcg/ml.

35
Aminofilin pernah digunakan untuk pengobatan darurat payah jantung
berdasarkan kemampuannya menurunkan tahanan perifer, merangsang jantung,
meningkatkan perfusi dan menimbulkan diuresis, tetapi karena absorbsi dan
disposisinya susah diduga dan sering terjadi toksisitas serius terhadap SSP dan
jantung sekarang sudah tidak digunakan lagi.

 Jantung

Aminofilin atau teofilin dapat meningkatkan frekuensi denyut jantung.


Pemberian aminofilin dapat meningkatkan kadar epinefrin hingga 100% dan
hanya memberikan pengaruh sedikit pada norepinefrin.

 Pembuluh darah

Aminofilin atau teofilin menyebabkan dilatasi pembuluh darah termasuk


pembuluh darah koroner dan pulmonal karena efek langsung pada otot pembuluh
darah

 Sirkulasi otak

Xantin menyebabkan hambatan adenosin yang penting untuk pengaturan


sirkulasi otak, sehingga dengan pemberian xantin akan terjadi pengurangan aliran
darah ke otak.

 Sirkulasi koroner

Golongan xantin menyebabkan vasodilatasi arteri koroner dan


bertambahnya aliran darah koroner. Selain itu golongan xantin juga meningkatkan
kerja jantung atau kontraksi jantung.

 Tekanan darah

Efek aminofilin atau teofilin pada tekanan darah tidak bisa diramalkan,
karena disatu sisi menyebabkan stimulasi pusat vasomotor dan stimulasi miokard
yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah, tetapi disisi lain menyebabkan
adanya vasodilatasi yang dapat menyebabkan penurunan tekanan darah, resultan
dari kedua hal ini biasanya sedikit menaikkan tekanan darah tidak lebih dari

36
10mmHg. Karena adanya vasodilatasi aliran darah lebih cepat dan efisien dan
menyebabkan tekanan nadi meningkat.

Golongan xantin dapat merelaksasi otot polos utamanya otot polos


bronkus dengan menghambat PDE. Aminofilin juga menyebabkan penurunan
motilitas usus untuk sementara waktu.

Golongan xantin dapat memperbaiki kontraktilitas dan mengurangi


kelelahan otot diafragma.

Semua golongan xantin meningkatkan produksi urin tetapi efeknya hanya


sebentar. Diduga efek ini melalui mekanisme penghambatan reabsorbsi elektrolit
di tubulus proksimal tanpa disertai perubahan filtrasi ataupun perubahan aliran
darah ke ginjal. Golongan xantin dapat meningkatkan sekresi asam lambung.

BAB VI

KESIMPULAN

Skrinning hipokratik merupakan metode yang digunakan oleh Hypocrates


untuk menapis aktivitas suatu obat atau bahan yang belum diketahui sebelumnya

37
baik yang berasal dari alam maupun senyawa sintetis atau semisintetis. Obat yang
diberikan pada kelompok 4 memilki efek sebanyak 65% terhadap sistem saraf
pusat. Hal tersebut ditandai dengan adanya konvulsi berulang pada tikus dan
beberapa tanda lain yang terlihat pada tikus.

Selain itu, obat diduga adalah salah satu stimulan sistem saraf pusat.
Stimulan tersebut diduga stimulan psikomotor. Hal tersebut ditandai perubahan
perilaku dari tikus.

Lalu, di akhir praktikum diberitahukan bahwa obat yang diberikan adalah


aminofilin. Efek-efek yang terlihat setelah pemberian obat menunjukkan
kesesuaian terhadap efek samping aminofilin. Aminofilin adalah obat golongan
xantin yang termasuk stimulan psikomotor dan obat epileptika.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1995. Farmakologi dan Terapi ed.4. Jakarta: Bagian Farmakologi


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

38
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Pusat Informasi Obat
Nasional. Teofilin. 2015. http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-3-sistem-
saluran-napas-0/31-antiasma-dan-bronkodilator/311-teofilin.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian Dan
Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2007. Pharmaceutical Care
Untuk Penyakit Asma. http://binfar.kemkes.go.id/v2/wp-
content/uploads/2014/02/PC_ASMA.pdf.
Katzung, Bertram G, (2004), Basic & clinical pharmacology, 9th Edition,
Lange Medical Books/Mcgraw-Hill: New York

Sunaryo, 1980, Obat Perangsang Susunan Saraf Pusat dan Farmakologi dan
Terapi, Jakarta.

39
LAMPIRAN

Pertanyaan :

1. Apa beda skrining buta dan skrining spesifik?


Jawab :
Skrining buta adalah program skrining terhadap senyawa baru yang tidak
diketahui aktivitas farmakologinya. Sedangkan skrining spesifik adalah program
skrining yang dilakukan pada senyawa yang telah dapat diperkirakan khasiatnya.
2. Apa kelebihan metode skrining hipokratik dibandingkan dengan skriningspesifik?
Apa pula kelemahannya?
Jawab :
a) Kelebihan
 Caranya sederhana dan peralatan yang digunakan relative murah.
 Aktivitas bahan/obat yang diuji dapat diketahui dengan cepat.
b) Kekurangan
Dalam pengamatannya sedikit rumit karena waktu pengamatan
membutuhkan waktu yang singkat (5 menit) sedangkan parameter yang
diamati banyak.
3. Apakah toksisitas bahan obat dapat diramalkan menggunakan cara skriningini?
Jelaskan.
Jawab :
Bisa. Karena dari skrining hipokratik ini diperoleh seberapa besar aktivitas dari
berbagai kriteria yang diamati. Bila pada skrining hipokratik ini pada dosis yang
besar dapat memberikan efek yang sangat berlebihan, maka bisa dinyatakan
berefek toksik.
4. Jelaskan tahap-tahap penelitian yang harus dilalui untuk suatu obat baru agar
dapat digunakan secara klinis?
Jawab :
a) Tahap seleksi.
Proses pemilihan jenis-jenis bahan alam yang akan diteliti sesuai
dengan prioritas, yang meliputi jenis obat tradisional yang diharapkan
bermanfaat untuk penyakit-penyakit utama. Jenis obat tradisional yang
diperkirakan akan memberikan khasiat dan manfaat berdasarkan

40
pengalaman pemakaian empiris sebelumnya. Jenis obat tradisional yang
diperkirakan dapat menjadi obat untuk penyakit-penyakit yang belum
ada atau belum jelas pengobatannya.
b) Tahap Penyaringan Biologi (Biological Screening).
Tahap ini bertujuan untuk menyaring adanya tindak efek farmakologi calon
obat yang mengarah kekhasiatan terapetik. Pengujian dilakukan
dengan model penyakit dan dibuat pada hewan percobaan.
Penyaring efek keracunan (toksisitas) akut, yaitu ada tidaknya efek akut
pada hewan uji sesudah pengujian dosis tunggal, spektrum toksisitasnya jika
ada, dan sistem organ vital mana yang paling peka terhadap efek racun
tersebut.
c) Tahap Penelitian Faramakodinamik.
Tahap ini bertujuan untuk melihat pengaruh calon obat terhadap
masing-masing sistem organ tubuh. Penelitian ini dikerjakan pada hewan
uji secara in vitro (organ terpisah ) maupun in vivo (keseluruhan sistem
tubuh). Penelitian ini tidak disyaratkan mutlak, hanya jika diperlukan saja
untuk mengetahui mekanisme kerja yang lebih rinci dari calon obat dan
dapat dilakukan kemudian.
d) Tahap Toksisitas.
Lebih Lanjut pengujian ini untuk mengetahui efektoksit pada hewan setelah
pemberian berulang (toksisitas sub akut dan kronik). Dalam tahap ini juga
dikerjakan beberapa uji toksisitas khusus jika diperlukan yaitu
teratogenitas, karsinogenesis atau tolisistas terhadap fungsi reproduksi
dan fertilitas.
e) Tahap Pengembangan Sediaan (Formulasi).
Dalam tahap ini dikembangkan bentuk-bentuk sediaan yang
memenuhi syarat mutu, keamanan, dan estetika untuk pemakaian pada
manusia.
f) Tahap Pengujian Klinik pada Manusia.
Pengujian klinik pada manusia baru dapat dilakukan jika syarat keamanan
diperoleh dari pengujian toksisitas pada hewan serta syarat mutu sediaan
memungkinkan untuk pemakaian pada manusia. Pengujian klinik calon obat
pada manusia terbagi dalam beberapa fase, yaitu :

41
 Fase I :
Dilakukan pada sukarela sehat untuk melihat efek farmakologi,sifat
farmakokinetik, serta hubungan dosis dan efek obat.
 Fase II :
Dilakukan pada kelompok pasien secara terbatas untuk melihat
kemungkinan penyembuhan dan pencegahan penyakit. Fase ini
rancangan penelitian masih dilakukan tanpa kelompok
pembanding, sehingga belum ada kepastian bukti manfaat terapetik.
 Fase III :
Dilakukan pada pasien dengan rancangan uji klinik yang
memadai, sehingga didapat kepastian ada tidaknya manfaat terapetik.
 Fase IV :
Pemantauan pasca pemasaran untuk melihat kemungkinan terjadinya
efek samping yang tidak terkendali pada waktu pengujian pra klinik atau
klinik fase 1, 2, dan 3. Proses pengujian di atas memakan waktu (sekitar
3- 4 tahun) dan memerlukan banyak biaya serta keahlian, maka untuk
pengujian calon obat dimungkinkan apabila uji toksiksikologi (akut atau
kronik) telah dinyatakan aman pada manusia dan langsung dilakukan
uji klinik. Hal ini dengan pengertian bahwa yang diperlukan adalah
bukti kemanfaatan untuk bahan-bahan yang memang sudah dipakai
secara empiris. Fase-fase dalam Uji Klinik sebenarnya bertujuan
mengkuantifikasikan tingkat manfaat dan risiko suatu obat baru. Setiap
zat yang aktif untuk terapi pasti mengandung sejumlah risiko akibat
aktivitasnya dalam mempengaruhi fungsi-fungsi tubuh. Dalam
perkembangan penelitian klinik, mula-mula kita praktis tidak
mengetahui sama sekali seluk beluk suatu obat. Maka tujuan penelitian
adalah memperoleh pengetahuan lengkap tentang obat itu,
kalau mungkin. Dan ini memakan waktu yang lama sekali. Dalam
percobaan pre-klinik belum dipakai subyek manusia. Pengaruh-
pengaruh suatu obat baru diselidiki pada hewan percobaan. Begitu
obat mulai dicoba pada manusia, dimulailah suatu uji klinik.
5. Jelaskan hubungan parameter-parameter yang diamati dengan jenis aktivitas-
aktivitas yang ditentukan.

42
Jawab :
 Piloerection atau bulu mencit berdiri menunjukkan adanya kompensasi
temperatur yang rendah atau aktivitas simpatomimetik.
 Skin colour atau warna kulit khususnya daun telinga, bila berubah dari
merah muda menjadi merah maka menunjukkan adanya vasodilatasi akibat
pengaruh simpatolitik. Warna putih menunjukkan vasikontriksi karena
pengaruh simpatomimetik.
 Heart rate yaitu detak jantung dapat dipercepat oleh aktivitas
parasimpatomimetik dan dapat diperlambat oleh depresan pernafasandan
SSP, khususnya pada dosis tinggi.
 Ukuran pupil dibandingkan antara sebelum dan sesudah diberi obat.
Pelebaran pupil menandakan bahwa hewan terpengaruh obat
parasimpatolitik atau simpatomimetik.

43

Anda mungkin juga menyukai