(gambar/ foto)
Tanggal
1/ 12
NAMA QCC
GarasiX
Asi Eksklusif dengan MPASI berkualitas menuju generasi bebas stunting
PROFIL GUGUS FUNGSI/ TUGAS POKOK
Mengadakan inovasi secara berkesinambungan
Nama Gugus : Garasi Exmmud untuk mengatasi suatu masalah di wilayah kerja
Badan Layanan : Puskesmas Kel. Kebon Baru Puskesmas Kelurahan Kebon Baru, Tebet, dengan
Produksi : UKM mengutamakan Preventif dan Promotif guana
ALAMAT
2/ 12
NAMA QCC
STRUKTUR ORGANISASI
3/ 12
NAMA QCC
ABSTRAK
ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah memberikan hanya ASI
saja tanpa memberikan makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6
bulan, kecuali obat dan vitamin. Namun bukan berarti setelah pemberian ASI eksklusif
pemberian ASI eksklusif pemberian ASI dihentikan, akan tetapi tetap diberikan kepada bayi
sampai bayi berusia 2 tahun. ASI merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi,
bersifat ilmiah. ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa tambahan
makanan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa
tambahan makanan padat , seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali
Millenium Development Goals (MDG’s), Indonesia menargetkan pada tahun 2015 angka
kematian bayi dan angka kematian balita menurun sebesar dua pertiga dalam kurun waktu 1990-
2015. Berdasarkan hal tersebut Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan angka
kematian bayi dari 68 menjadi 23/1.000 kelahiran hidup (KH) dan angka kematian balita dari 97
menjadi 32/1.000 KH pada tahun 2015. Menghadapi tantangan dari MDGs tersebut maka perlu
adanya program kesehatan anak yang mampu menurunkan angka kesakitan 2 dan kematian pada
bayi dan anak. Salah satuprogram dalam proses penurunan angka kematian bayi dan angka
kematian balita adalah program ASI eksklusif, dan penyediaan konsultan ASI eksklusif di
Di Indonesia, pada tahun 2010 Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 34 per 1000 kelahiran
hidup (KH) dan Angka Kematian Balita (AKABA) 44/1000 KH. Walaupun angka ini telah turun
dari tahun 1990 (AKB 68/1000 KH) penurunan ini masih jauh dari target millenium
4/ 12
NAMA QCC
development gold’s (MDG’s) tahun 2015 dimana AKB diharapkan turun menjadi 23/1000 KH
dan AKABA 32 / 1000 KH (Kemenkes, 2006). Target 80% cakupan pemberian ASI eksklusif di
Indonesia masih sangat jauh dari kenyataan. Pemberian ASI eksklusif merupakan investasi
terbaik bagi kesehatan dan kecerdasan anak (Kemenkes, 2006). Manfaat pemberian ASI
eksklusif sesuai dengan salah satu tujuan dari Millenium Development Goals (MDGs) yaitu
mengurangi tingkat kematian anak dan meningkatkan kesehatan Ibu. WHO (2009) menyatakan
sekitar 15% dari total kasus kematian anak di bawah usia lima tahun di negara berkembang
disebabkan oleh pemberian ASI secara tidak eksklusif. Berbagai masalah gizi kurang maupun
gizi lebih juga timbul akibat dari pemberian makanan sebelum bayi berusia 6 bulan (Ariani,
2008).
Pemberian ASI eksklusif secara keseluruan pada umur 0-1 bulan, 2-3 bulan, dan 4-5 bulan
berturut-turut adalah 45,4 persen, 38,3 persen, dan 31,0 persen. ASI eksklusif lebih tinggi di
daerah perdesaan yaitu 3,8 % dan daerah perkotaan 26,9% (Riskesdas, 2010).
Banyak faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0 -6 bulan.
Penelitian februhartanty (2008) menyatakan bahwa kegagalan ASI eksklusif adalah karena faktor
predisposisi yaitu pengetahuan dan pengalaman ibu yang kurang dan faktor pemungkin penting
yang menyebabkan terjadinya kegagalan adalah karena ibu tidak difasilitasi melalui IMD. Hasil
penelitian menunjukan bahwa pengetahuan dan pengalaman ibu sangat penting dalam
menentukan pemberian ASI eksklusif pada bayinya. Hal ini sesuai dengan teori Though and
Feeling yang dikemukakan oleh WHO (2007), dalam Notoatmdjo (2010) bahwa yang
menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu adalah karena pemikiran dan perasaan yang
terdiri dari pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayan, orang penting sebagai referensi, sumber-
5/ 12
NAMA QCC
Masalah gizi utama remaja di negara berkembang adalah, kurang nutrisi yang tercermin dari
stunting (Fatmah, 2010). Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi remaja stunting
kelompok usia 16-18 tahun sebesar 31,4% (Balitbangkes, 2013). Menurut Tuft (2001) dalam The
World Bank (2007) stunting disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor individu yang meliputi
asupan makanan (ASI Eksklusif), berat badan lahir, keadaan kesehatan, faktor rumah tangga
yang meliputi kualitas dan kuantitas makanan, sumber daya, jumlah dan struktur keluarga, pola
asuh, perawatan kesehatan, dan pelayanan, serta faktor lingkungan yang meliputi infrastruktur
Sesuai dengan standar WHO dalam Buku Saku Pemantauan Status Gizi tahun 2017, suatu
wilayah dikatakan kategori baik bila prevalensi balita pendek kurang dari 20% dan prevalensi
balita balita kurus kurang dari 5%. Suatu wilayah dikatakan mengalami masalah gizi akut bila
prevalensi balita pendek kurang dari 20% dan prevalensi balita kurus 5% atau lebih.
Menurut Riskesdas (2013), masalah kesehatan masyarakat sudah dianggap serius bila prevalensi
kurus antara 10% - 14% dan dianggap kritis bila ≥15,0 persen (WHO 2010). Pada tahun 2013,
secara nasional prevalensi kurus pada anak balita masih 12,1% yang artinya masalah kurus di
Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang seriu. prevalensi gizi buruk dan
gizi kurang meningkat dari tahun 2007 ke tahun 2013. Prevalensi pendek secara nasional tahun
2013 adalah 37,2 persen, yang berarti terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2010 (35,6%) dan
2007 (36,8%). Prevalensi pendek sebesar 37,2 persen terdiri dari 18,0 persen sangat pendek dan
Berdasarkan data prevalensi pasien balita gizi kurang di wilayah Kebon Baru tahun 2017
sebanyak 16 kasus. Terjadi peningkatan kasus di tahun 2018 yaitu prevalensi pasien balita gizi
kurang sebanyak 20 kasus. Berdasarkan survey balita ditemukan 59 balita mengalami stunting
6/ 12
NAMA QCC
atau sekitar 40,41%. Berdasarkan data tersebut penulis akan membahas mengenai hubungan
pemberian asi eksklusif terhadap stunting pada balita di wilayah Kebon Baru tahun 2018.
JADWAL AKTIVITAS
7/ 12
NAMA QCC
4. PENETAPAN SASARAN
Aspek Masalah Sasaran
Quality
Cost
Delivery
Safety, Healthy,
Environment, Security
Moral
5. PENGESAHAN AKTIVITAS
Diusulkan Oleh Diketahui Oleh Disetujui Oleh
(Ketua) (Fasilitator) (Atasan Per Fungsi)
8/ 12
NAMA QCC
9/ 12
NAMA QCC
2. PENGESAHAN RENCANA
Diusulkan Oleh Diketahui Oleh Disetujui Oleh
(Ketua) (Fasilitator) (Atasan Per Fungsi)
10/ 12
NAMA QCC
11/ 12
NAMA QCC
12/ 12