Anda di halaman 1dari 12

Asi eksklusif dengan MPASI berkualitas

menuju generasi bebas Stunting


(Tumbuh Pendek)
Garasi Exmmud

PUSKESMAS KELURAHAN KEBON BARU

(gambar/ foto)

Tanggal
1/ 12
NAMA QCC

GarasiX
Asi Eksklusif dengan MPASI berkualitas menuju generasi bebas stunting
PROFIL GUGUS FUNGSI/ TUGAS POKOK
Mengadakan inovasi secara berkesinambungan
Nama Gugus : Garasi Exmmud untuk mengatasi suatu masalah di wilayah kerja
Badan Layanan : Puskesmas Kel. Kebon Baru Puskesmas Kelurahan Kebon Baru, Tebet, dengan
Produksi : UKM mengutamakan Preventif dan Promotif guana

Direktori : Dinkes Prov. DKI Jakarta meningkatkan kualitas hidup Masyarakat


kelurahan kebon baru khususnya.
PERSONAL GUGUS PROFIL TIM
Fasilitator dr. Arif H
Ketua dr. Imelda Nainggolan Dibentuk
April 2018
Jumlah
Sekretaris Maya 32
pertemuan
Anggota Farah 80%
Persentase
Eva absensi
2x/minggu
Rovela Periode aktivitas

ALAMAT

2/ 12
NAMA QCC

STRUKTUR ORGANISASI

3/ 12
NAMA QCC

ABSTRAK

ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah memberikan hanya ASI

saja tanpa memberikan makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6

bulan, kecuali obat dan vitamin. Namun bukan berarti setelah pemberian ASI eksklusif

pemberian ASI eksklusif pemberian ASI dihentikan, akan tetapi tetap diberikan kepada bayi

sampai bayi berusia 2 tahun. ASI merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi,

bersifat ilmiah. ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa tambahan

makanan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa

tambahan makanan padat , seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali

vitamin, mineral, dan obat (Prasetyono, 2009).

Millenium Development Goals (MDG’s), Indonesia menargetkan pada tahun 2015 angka

kematian bayi dan angka kematian balita menurun sebesar dua pertiga dalam kurun waktu 1990-

2015. Berdasarkan hal tersebut Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan angka

kematian bayi dari 68 menjadi 23/1.000 kelahiran hidup (KH) dan angka kematian balita dari 97

menjadi 32/1.000 KH pada tahun 2015. Menghadapi tantangan dari MDGs tersebut maka perlu

adanya program kesehatan anak yang mampu menurunkan angka kesakitan 2 dan kematian pada

bayi dan anak. Salah satuprogram dalam proses penurunan angka kematian bayi dan angka

kematian balita adalah program ASI eksklusif, dan penyediaan konsultan ASI eksklusif di

Puskesmas atau Rumah Sakit (Badan Pusat Statistik, 2007).

Di Indonesia, pada tahun 2010 Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 34 per 1000 kelahiran

hidup (KH) dan Angka Kematian Balita (AKABA) 44/1000 KH. Walaupun angka ini telah turun

dari tahun 1990 (AKB 68/1000 KH) penurunan ini masih jauh dari target millenium

4/ 12
NAMA QCC

development gold’s (MDG’s) tahun 2015 dimana AKB diharapkan turun menjadi 23/1000 KH

dan AKABA 32 / 1000 KH (Kemenkes, 2006). Target 80% cakupan pemberian ASI eksklusif di

Indonesia masih sangat jauh dari kenyataan. Pemberian ASI eksklusif merupakan investasi

terbaik bagi kesehatan dan kecerdasan anak (Kemenkes, 2006). Manfaat pemberian ASI

eksklusif sesuai dengan salah satu tujuan dari Millenium Development Goals (MDGs) yaitu

mengurangi tingkat kematian anak dan meningkatkan kesehatan Ibu. WHO (2009) menyatakan

sekitar 15% dari total kasus kematian anak di bawah usia lima tahun di negara berkembang

disebabkan oleh pemberian ASI secara tidak eksklusif. Berbagai masalah gizi kurang maupun

gizi lebih juga timbul akibat dari pemberian makanan sebelum bayi berusia 6 bulan (Ariani,

2008).

Pemberian ASI eksklusif secara keseluruan pada umur 0-1 bulan, 2-3 bulan, dan 4-5 bulan

berturut-turut adalah 45,4 persen, 38,3 persen, dan 31,0 persen. ASI eksklusif lebih tinggi di

daerah perdesaan yaitu 3,8 % dan daerah perkotaan 26,9% (Riskesdas, 2010).

Banyak faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0 -6 bulan.

Penelitian februhartanty (2008) menyatakan bahwa kegagalan ASI eksklusif adalah karena faktor

predisposisi yaitu pengetahuan dan pengalaman ibu yang kurang dan faktor pemungkin penting

yang menyebabkan terjadinya kegagalan adalah karena ibu tidak difasilitasi melalui IMD. Hasil

penelitian menunjukan bahwa pengetahuan dan pengalaman ibu sangat penting dalam

menentukan pemberian ASI eksklusif pada bayinya. Hal ini sesuai dengan teori Though and

Feeling yang dikemukakan oleh WHO (2007), dalam Notoatmdjo (2010) bahwa yang

menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu adalah karena pemikiran dan perasaan yang

terdiri dari pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayan, orang penting sebagai referensi, sumber-

sumber daya dan budaya.

5/ 12
NAMA QCC

Masalah gizi utama remaja di negara berkembang adalah, kurang nutrisi yang tercermin dari

stunting (Fatmah, 2010). Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi remaja stunting

kelompok usia 16-18 tahun sebesar 31,4% (Balitbangkes, 2013). Menurut Tuft (2001) dalam The

World Bank (2007) stunting disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor individu yang meliputi

asupan makanan (ASI Eksklusif), berat badan lahir, keadaan kesehatan, faktor rumah tangga

yang meliputi kualitas dan kuantitas makanan, sumber daya, jumlah dan struktur keluarga, pola

asuh, perawatan kesehatan, dan pelayanan, serta faktor lingkungan yang meliputi infrastruktur

sosial ekonomi, layanan pendidikan dan layanan kesehatan.

Sesuai dengan standar WHO dalam Buku Saku Pemantauan Status Gizi tahun 2017, suatu

wilayah dikatakan kategori baik bila prevalensi balita pendek kurang dari 20% dan prevalensi

balita balita kurus kurang dari 5%. Suatu wilayah dikatakan mengalami masalah gizi akut bila

prevalensi balita pendek kurang dari 20% dan prevalensi balita kurus 5% atau lebih.

Menurut Riskesdas (2013), masalah kesehatan masyarakat sudah dianggap serius bila prevalensi

kurus antara 10% - 14% dan dianggap kritis bila ≥15,0 persen (WHO 2010). Pada tahun 2013,

secara nasional prevalensi kurus pada anak balita masih 12,1% yang artinya masalah kurus di

Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang seriu. prevalensi gizi buruk dan

gizi kurang meningkat dari tahun 2007 ke tahun 2013. Prevalensi pendek secara nasional tahun

2013 adalah 37,2 persen, yang berarti terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2010 (35,6%) dan

2007 (36,8%). Prevalensi pendek sebesar 37,2 persen terdiri dari 18,0 persen sangat pendek dan

19,2 persen pendek.

Berdasarkan data prevalensi pasien balita gizi kurang di wilayah Kebon Baru tahun 2017

sebanyak 16 kasus. Terjadi peningkatan kasus di tahun 2018 yaitu prevalensi pasien balita gizi

kurang sebanyak 20 kasus. Berdasarkan survey balita ditemukan 59 balita mengalami stunting

6/ 12
NAMA QCC

atau sekitar 40,41%. Berdasarkan data tersebut penulis akan membahas mengenai hubungan

pemberian asi eksklusif terhadap stunting pada balita di wilayah Kebon Baru tahun 2018.

JADWAL AKTIVITAS

LANGKAH I. PENENTUAN AKTIVITAS


1. IDENTIFIKASI MASALAH & STRATIFIKASI

No. Masalah Data Prioritas


1. Tingginya kasus underweight pd balita. 38,23% 1

2. Rendahnya Aseptor KB 33,2 % 2

3 Rendahnya Kunjungan ANC 24,9% 3


4 Rendahnya Kunjungan k4 pada Ibu hamil 15,25% 4

GRAFIK PRIORITAS MASALAH


(Pareto)

7/ 12
NAMA QCC

2. MENENTUKAN MASALAH DAN TEMA

3. ANALISIS DAMPAK MASALAH & HARAPAN TEMA


No. Dampak Masalah

No. Harapan Tema

4. PENETAPAN SASARAN
Aspek Masalah Sasaran
Quality
Cost
Delivery
Safety, Healthy,
Environment, Security
Moral

5. PENGESAHAN AKTIVITAS
Diusulkan Oleh Diketahui Oleh Disetujui Oleh
(Ketua) (Fasilitator) (Atasan Per Fungsi)

Tanggal : Tanggal : Tanggal :


Arahan :

LANGKAH II. IDENTIFIKASI PENYEBAB


1. TINJAUAN OBYEK MASALAH

8/ 12
NAMA QCC

2. ANALISIS SEBAB AKIBAT

3. ANALISIS AKAR PENYEBAB


No. Akar Penyebab Fakta & data Prioritas

4. AKAR PENYEBAB DOMINAN

LANGKAH III. PENENTUAN SOLUSI


1. ALTERNATIF SOLUSI
Pertimbangan Pilihan
No. Alternatif solusi Peluang Pertimbangan
Waktu Biaya
hasil lain

2. URAIAN SOLUSI TERPILIH

3. ANALISIS RISIKO SOLUSI TERPILIH


Potensi Dampak Tindakan Tindakan
No. Aktivitas
masalah masalah pencegahan penanggulangan

9/ 12
NAMA QCC

4. ANALISIS PENGARUH SOLUSI TERHADAP PIHAK TERKAIT


No. Pihak Terkait Pengaruh Positif Pengaruh Negatif

LANGKAH IV. RENCANA PERBAIKAN


1. RENCANA PERBAIKAN
Akar penyebab Aktivitas solusi Sasaran Antara
No. Dokumen
(WHY) (HOW) (WHAT)
1. 1.

Penanggung jawab (WHO)


Tempat (WHERE)
Waktu (WHEN)
Estimasi biaya (HOW MUCH)
2. 2. Sasaran Antara
Dokumen
(WHAT)

Penanggung jawab (WHO)


Tempat (WHERE)
Waktu (WHEN)
Estimasi biaya (HOW MUCH)

2. PENGESAHAN RENCANA
Diusulkan Oleh Diketahui Oleh Disetujui Oleh
(Ketua) (Fasilitator) (Atasan Per Fungsi)

Tanggal : Tanggal : Tanggal :


Arahan :

10/ 12
NAMA QCC

LANGKAH V. PENERAPAN RENCANA PERBAIKAN


1. PERSIAPAN KOMPETENSI TIM

2. PELAKSANAAN RENCANA, PEMANTAUAN & PENGUKURAN DATA YANG VALID

LANGKAH VI. EVALUASI SOLUSI


1. ANALISIS HASIL PERBAIKAN

2. ANALISIS PENCAPAIAN SASARAN


Aspek Masalah Sasaran Pencapaian
Quality
Cost
Delivery
Safety, Healthy,
Environment,
Security
Moral

Menilai value added


Analisa Dampak Positif

Memverifikasi kinerja keuangan


Evaluasi cost & benefit

Meninjau masalah yang belum terselesaikan


Evaluasi Dampak Negatif

Meninjau tindakan pencegahan terhadap dampak peningkatan


Solusi ( pencegahan / pengurangan) dampak negatif yang timbul

Meninjau pengaruh terhadap pihak yang berkepentingan

11/ 12
NAMA QCC

LANGKAH VII. STANDARDISASI

Membuat usulan standar baru


Standar Masukan (Input)
Standar Operasi (Proses)
Standar Output (Hasil)

Mengesahkan standard baru

Mensosialisasikan standard baru

LANGKAH VIII. PENETAPAN TEMA BERIKUTNYA


1. PENETAPAN TEMA BERIKUTNYA

2. PENGESAHAN TEMA BERIKUTNYA


Diusulkan Oleh Diketahui Oleh Disetujui Oleh
(Ketua) (Fasilitator) (Atasan Per Fungsi)

Tanggal : Tanggal : Tanggal :


Arahan :

12/ 12

Anda mungkin juga menyukai