BAHASA KOREA
SEBAGAI SARANA
PENYAMPAIAN PESAN
BAGI ANGGOTA
KOMUNITAS
(Studi Kasus pada anggota Bandung
Korea Community)
Abstrak
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara holistik mengenai
bagaimana anggota Bandung Korea Community menggunakan bahasa Korea sebagai
sarana penyampaian pesan, baik bahasa verbal maupun bahasa non verbal. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
Secara operasional, penelitian ini dilakukan melalui proses observasi, wawancara, dan studi
kepustakaan di Bandung Korea Community. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahasa
verbal yang digunakan sebagai sarana penyampaian pesan adalah bahasa gaul Korea.
Sedangkan bahasa non verbal yang digunakan sebagai sarana penyampaian pesan adalah
melalui gerakan tangan. Kedua bahasa ini digunakan untuk melekatkan kecintaan mereka
pada budaya korea dan komunitas serta sebagai ciri khas komunitas.
A. Pendahuluan
M
emasuki era globalisasi, yang sering disebut dengan Westernisasi.
masyarakat Indonesia tidak Westernisasi dapat didefinisikan sebagai
bisa menafikan datangnya suatu arus dimensi politik, sosial, budaya,
produk-produk luar negeri. Bukan hanya seni, dan pengetahuan untuk mengubah
produk-produk luar, masyarakat juga karakter bangsa menjadi kebarat-baratan
sekaligus menerima budaya-budaya asing, (Waluya, 2007: 94). Dalam kehidupan
berbudaya, saat ini masyarakat Indonesia khalayak tidak mampu untuk menolak
telah membiasakan diri dengan tampilan budaya yang memesona mereka.
mengkonsumsi Junk Food atau makanan Akibatnya, khalayak tidak mampu
cepat saji yang bisa dibeli kapan saja menolak para pelaku budaya populer,
mereka menginginkannya, dalam Fashion, dalam hal ini artis, aktor, atlet, dan penari
masyarakat Indonesia sudah secara terang- yang kemudian dijadikan figur idola dalam
terangan berani memakai pakaian yang kehidupan sehari-harinya.
mempertontonkan bagian-bagian dan Sejalan dengan hal itu, Kpop dan
lekuk-lekuk tubuhnya. Hal itu merupakan Kdrama yang sangat populer belakangan
sebuah contoh kecil budaya barat telah ini dan disukai oleh kaum remaja di
mengubah karakter masyarakat Indonesia Indonesia ikut melambungkan bahasa
yang memiliki nilai budaya timur tinggi. Korea menjadi bahasa pilihan kedua selain
Belakangan ini bukan hanya budaya bahasa Inggris. Jika dahulu sulit sekali
barat saja yang merambah Indonesia, menemukan tempat untuk belajar bahasa
tetapi juga budaya-budaya Asia, Korea, sekarang sudah sangat banyak
khususnya Asia Timur, salah satunya yaitu ditemukan diberbagai kota di Indonesia,
Korea. Masyarakat Indonesia mengenal termasuk kota Bandung. Di Bandung,
budaya Korea melalui industri hiburan tempat untuk belajar bahasa Korea tidak
yang ditunjukkan melalui film dan drama hanya dilembaga-lembaga bahasa asing
Korea, mulai dari makanan, fashion, saja, saat ini dibeberapa Universitas juga
sampai pada produk-produk elektronik sudah dibuka jurusan bahasa Korea.
seperti handphone, televisi, mobil, dll, Hal ini membuktikan bahwa bahasa
yang sedang menjadi tren dikalangan Korea sudah diterima secara luas oleh
masyarakat Korea saat ini. Budaya yang masyarakat Indonesia dan memiliki
menjadi tren ini sering disebut dengan banyak peminatnya.
budaya populer. Bandung Korea Community (BKC)
Budaya Populer, menurut Hull merupakan sebuah komunitas yang
(1998: 85) merupakan sebuah budaya menampung siapa saja penyuka budaya
yang secara luas dapat diterima oleh Korea. Pada dasarnya, secara kasat mata
kebanyakan masyarakat dimana budaya BKC tidak jauh berbeda dengan sebuah
tersebut diperkenalkan. Dalam hal ini, fans club. Keduanya berdiri karena
industri pertelevisian mempunyai andil adanya kesamaan minat dan tujuan
dalam mengenalkan budaya tertentu dari anggota-anggotanya terhadap figur
pada masyarakat melalui film, musik, idola tertentu. Perbedaannya terletak
tari, dan fashion. Selanjutnya Hull pada fokus kegiatannya. Kegiatan di
menyatakan bahwa televisi secara tidak BKC tidak hanya sekedar menonton
langsung melakukan promosi budaya kegiatan yang dilakukan oleh figur idola
yang dapat menawan imajinasi khalayak saja, melainkan juga bisa menjadi salah
karena cara berpikir, bertindak, dan satu partisipan yang mendukung figur
keberadaan budaya tersebut disajikan idolanya, seperti tergabung dalam satu
semenarik mungkin. Sehingga khalayak tim kepanitian konser bersama kru dari
dapat mengidentifikasikan apa yang Korea atau melalui kelas-kelas yang ada
disaksikannya itu kedalam kehidupan di Bandung Korea Community (BKC),
mereka sehari-hari karena biasanya anggota-anggotanya dapat menunjukkan
lagi bagi masyarakat Indonesia saat ini, lain. Perbedaan ini menyangkut dialek,
sejak kemunculannya pada tahun 2000- intonasi, kecepatan, volume, dan tentu
an melalui serial televisi yang telah kosa katanya. Menurut Mulyana (2001:
ditayangkan oleh stasiun TV swasta. 279), bahasa yang digunakan dalam suatu
Sebelum budaya populer Korea dikenal lingkungan tertentu sering tidak berfungsi
oleh masyarakat Indonesia, budaya apabila digunakan dalam lingkungan lain.
populer Korea lebih dulu dikenal oleh Selanjutnya, bahasa non verbal secara
masyarakat Asia Timur, yaitu China dan harfiah dapat didefinisikan sebagai bahasa
Jepang pada pertengahan tahun 1990-an yang dilakukan tidak melalui kata-kata,
melalui serial televisi Korea. melainkan dalam bentuk isyarat. Dalam
Pemilihan kedua negara ini karena para hal ini, Larry A. Samovar dan Richard E.
pemilik modal Korea berpendapat bahwa Porter (dalam Mulyana, 2001) membagi
produk-produk mereka akan mudah pesan-pesan non verbal ke dalam dua
diterima apabila ada kedekatan budaya kategori, yaitu:
antar dua negara dan ini pula sebagai 1. Perilaku yang terdiri dari penampilan
salah satu alasan mengapa serial televisi dan pakaian, gerakan dan postur tubuh,
yang dikenalkan lebih dulu (Chua, 2008: ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan,
15). Sejalan dengan hal itu, Shim (2006: bau-bauan, dan parabahasa.
29) mengatakan bahwa di Singapura, 2. Ruang, waktu dan diam.
penggemar-penggemar yang menggilai
serial televisi Korea berusaha keras untuk Sejalan dengan hal itu, Jurgen Ruesch
belajar bahasa Korea agar mereka dapat (dalam Mulyana, 2001: 317) menyatakan
menyampaikan hasratnya kepada idolanya bahwa isyarat non verbal dapat
ketika mereka berkunjung ke Korea. diklasifikasikan ke dalam tiga bagian,
antara lain:
b. Bahasa Verbal Dan Bahasa Non 1. Bahasa tanda, yaitu bahasa yang
Verbal ditunjukkan dengan gerakan tangan
Setiap individu dalam kelompok tertentu.
melakukan serangkaian komunikasi 2. Bahasa tindakan, yaitu bahasa yang
sebagai ciri khas atau pembeda dengan disampaikan melalui semua gerakan
kelompok lain. Komunikasi tersebut dapat tubuh yang tidak digunakan secara
dilakukan dengan menggunakan bahasa eksklusif untuk memberikan sinyal.
verbal maupun non verbal. 3. Bahasa objek, yaitu pertunjukkan
Bahasa verbal menurut Mulyana benda, pakaian, dan lambang non
(2012: 259) adalah sarana utama untuk verbal yang bersifat publik.
menyatakan pikiran, perasaan, dan maksud
seseorang. Bahasa verbal menggunakan
kata-kata yang merepresentasikan C. Metode Penelitian
berbagai aspek realitas individual. Salah
satu bahasa verbal yang sering dijadikan Penelitian ini menggunakan metode
identitas dalam kelompok adalah bahasa kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
gaul. Bahasa gaul dalam kelompok Dalam hal ini, Yin (2006) mendefinisikan
digunakan sebagai pengukuhan identitas penelitian studi kasus sebagai penelitian
mereka yang berbeda dengan kelompok empiris yang menyelidiki suatu fenomena
bukan hanya berasal dari Bandung dan 2. YS Terbujuk rayuan teman yang
sudah lama menjadi anggota.
sekitarnya tetapi juga berasal dari luar 3. DA Senang karena bisa bergabung
Kota, khususnya Jakarta. sama teman-teman yang punya
hobi dan kesenangan yang sama.
Bagi masyarakat luar kota yang ingin
4. NR Ingin punya teman yang sama-
bergabung menjadi anggota Bandung sama tertarik dengan Korea.
Korea Community, biasanya mendaftar 5. TM Ingin punya teman yang sama-
dulu disitus resmi Bandung Korea sama penyuka Korea.
E. Daftar Pustaka