Anda di halaman 1dari 10

PRoListik

BAHASA KOREA
SEBAGAI SARANA
PENYAMPAIAN PESAN
BAGI ANGGOTA
KOMUNITAS
(Studi Kasus pada anggota Bandung
Korea Community)

Vina Alvinia Septadinusastra

Abstrak

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara holistik mengenai
bagaimana anggota Bandung Korea Community menggunakan bahasa Korea sebagai
sarana penyampaian pesan, baik bahasa verbal maupun bahasa non verbal. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
Secara operasional, penelitian ini dilakukan melalui proses observasi, wawancara, dan studi
kepustakaan di Bandung Korea Community. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahasa
verbal yang digunakan sebagai sarana penyampaian pesan adalah bahasa gaul Korea.
Sedangkan bahasa non verbal yang digunakan sebagai sarana penyampaian pesan adalah
melalui gerakan tangan. Kedua bahasa ini digunakan untuk melekatkan kecintaan mereka
pada budaya korea dan komunitas serta sebagai ciri khas komunitas.

Kata Kunci : udayaPopuler, Korea Selatan, Bahasa, Komunitas, anggota komunitas

A. Pendahuluan

M
emasuki era globalisasi, yang sering disebut dengan Westernisasi.
masyarakat Indonesia tidak Westernisasi dapat didefinisikan sebagai
bisa menafikan datangnya suatu arus dimensi politik, sosial, budaya,
produk-produk luar negeri. Bukan hanya seni, dan pengetahuan untuk mengubah
produk-produk luar, masyarakat juga karakter bangsa menjadi kebarat-baratan
sekaligus menerima budaya-budaya asing, (Waluya, 2007: 94). Dalam kehidupan

Nomor 1 Volume 2 Januari – Juni 2017 159


PRoListik

berbudaya, saat ini masyarakat Indonesia khalayak tidak mampu untuk menolak
telah membiasakan diri dengan tampilan budaya yang memesona mereka.
mengkonsumsi Junk Food atau makanan Akibatnya, khalayak tidak mampu
cepat saji yang bisa dibeli kapan saja menolak para pelaku budaya populer,
mereka menginginkannya, dalam Fashion, dalam hal ini artis, aktor, atlet, dan penari
masyarakat Indonesia sudah secara terang- yang kemudian dijadikan figur idola dalam
terangan berani memakai pakaian yang kehidupan sehari-harinya.
mempertontonkan bagian-bagian dan Sejalan dengan hal itu, Kpop dan
lekuk-lekuk tubuhnya. Hal itu merupakan Kdrama yang sangat populer belakangan
sebuah contoh kecil budaya barat telah ini dan disukai oleh kaum remaja di
mengubah karakter masyarakat Indonesia Indonesia ikut melambungkan bahasa
yang memiliki nilai budaya timur tinggi. Korea menjadi bahasa pilihan kedua selain
Belakangan ini bukan hanya budaya bahasa Inggris. Jika dahulu sulit sekali
barat saja yang merambah Indonesia, menemukan tempat untuk belajar bahasa
tetapi juga budaya-budaya Asia, Korea, sekarang sudah sangat banyak
khususnya Asia Timur, salah satunya yaitu ditemukan diberbagai kota di Indonesia,
Korea. Masyarakat Indonesia mengenal termasuk kota Bandung. Di Bandung,
budaya Korea melalui industri hiburan tempat untuk belajar bahasa Korea tidak
yang ditunjukkan melalui film dan drama hanya dilembaga-lembaga bahasa asing
Korea, mulai dari makanan, fashion, saja, saat ini dibeberapa Universitas juga
sampai pada produk-produk elektronik sudah dibuka jurusan bahasa Korea.
seperti handphone, televisi, mobil, dll, Hal ini membuktikan bahwa bahasa
yang sedang menjadi tren dikalangan Korea sudah diterima secara luas oleh
masyarakat Korea saat ini. Budaya yang masyarakat Indonesia dan memiliki
menjadi tren ini sering disebut dengan banyak peminatnya.
budaya populer. Bandung Korea Community (BKC)
Budaya Populer, menurut Hull merupakan sebuah komunitas yang
(1998: 85) merupakan sebuah budaya menampung siapa saja penyuka budaya
yang secara luas dapat diterima oleh Korea. Pada dasarnya, secara kasat mata
kebanyakan masyarakat dimana budaya BKC tidak jauh berbeda dengan sebuah
tersebut diperkenalkan. Dalam hal ini, fans club. Keduanya berdiri karena
industri pertelevisian mempunyai andil adanya kesamaan minat dan tujuan
dalam mengenalkan budaya tertentu dari anggota-anggotanya terhadap figur
pada masyarakat melalui film, musik, idola tertentu. Perbedaannya terletak
tari, dan fashion. Selanjutnya Hull pada fokus kegiatannya. Kegiatan di
menyatakan bahwa televisi secara tidak BKC tidak hanya sekedar menonton
langsung melakukan promosi budaya kegiatan yang dilakukan oleh figur idola
yang dapat menawan imajinasi khalayak saja, melainkan juga bisa menjadi salah
karena cara berpikir, bertindak, dan satu partisipan yang mendukung figur
keberadaan budaya tersebut disajikan idolanya, seperti tergabung dalam satu
semenarik mungkin. Sehingga khalayak tim kepanitian konser bersama kru dari
dapat mengidentifikasikan apa yang Korea atau melalui kelas-kelas yang ada
disaksikannya itu kedalam kehidupan di Bandung Korea Community (BKC),
mereka sehari-hari karena biasanya anggota-anggotanya dapat menunjukkan

160 Nomor 1 Volume 2 Januari – Juni 2017


PRoListik

bakat seni mereka, khususnya di depan B. Tinjauan Pustaka


salah satu idola Korea, atau warga Korea
di Indonesia pada umumnya. a. Budaya Populer
Berkaitan dengan itu, Bandung Korea Pada awal kemunculannya, sekitar tahun
Community (BKC) juga memiliki simbol- 1930-an, banyak kalangan menganggap
simbol, seperti setiap kali ada perhelatan bahwa budaya populer merupakan sebuah
anggotanya diwajibkan memakai baju budaya yang tidak bernilai dan rendah.
bernuansa merah atau biru, setiap anggota Budaya populer diciptakan hanya untuk
perempuan yang usianya lebih muda kesenangan belaka. Namun, seiring dengan
selalu memanggil “eonni” pada anggota perkembangan zaman, budaya populer
perempuan yang lebih tua darinya dan justru membuktikan eksistensinya dalam
anggota laki-laki yang usianya lebih muda masyarakat tidak hanya diciptakan demi
selalu memanggil “nuna” pada anggota kesenangan belaka, tetapi juga memacu
perempuan yang lebih tua darinya. kreativitas dan kebebasan berekspresi
Disamping itu, Bahasa gaul yang lazim sehingga dapat menampilkan sebuah nilai
digunakan oleh remaja Korea seperti seni yang tinggi.
“chingu”, “gomawo”, “Mianhe”, “saranghe”, Berkaitan dengan hal itu, Hull (1998:
“pabo”, dsb, sudah kerapkali digunakan 85) menyatakan bahwa budaya populer
oleh anggotanya dalam berkomunikasi merupakan sebuah budaya yang secara
dan bukan merupakan kata-kata yang luas dapat diterima oleh kebanyakan
asing lagi ditelinga mereka. Kata-kata masyarakat dimana budaya tersebut
yang digunakan oleh remaja tersebut diperkenalkan. Dalam hal ini, industri
dijadikan sebuah identitas mereka untuk pertelevisian mempunyai andil dalam
menunjukkan pada orang lain bahwa mengenalkan budaya tertentu pada
mereka merupakan bagian dari kelompok masyarakat melalui film, musik, tari, dan
pecinta budaya Korea. fashion. Selanjutnya Hull menyatakan
Bandung Korea Community (BKC) bahwa televisi secara tidak langsung
bukanlah satu-satunya komunitas yang melakukan promosi budaya yang
mengusung budaya Korea di Indonesia, dapat menawan imajinasi khalayak
namun yang menyediakan tempat paling karena cara berpikir, bertindak, dan
lengkap untuk anggotanya mengetahui keberadaan budaya tersebut disajikan
lebih dalam tentang budaya Korea secara semenarik mungkin. Sehingga khalayak
holistik hanya BKC saja. BKC memiliki dapat mengidentifikasikan apa yang
banyak kelas yang dapat diikuti oleh disaksikannya itu kedalam kehidupan
anggotanya, mulai dari Kelas menyanyi, mereka sehari-hari karena biasanya
kelas modern dance, kelas tradisional khalayak tidak mampu untuk menolak
dance, kelas memasak, kelas akting, dan tampilan budaya yang memesona mereka.
kelas bahasa. Oleh sebab itu, penulis Akibatnya, khalayak tidak mampu
tertarik untuk melakukan penelitian di menolak para pelaku budaya populer,
BKC karena jumlah anggotanya yang dalam hal ini artis, aktor, atlet, dan penari
banyak dan heterogen. yang kemudian dijadikan figur idola dalam
kehidupan sehari-harinya.
Fenomena budaya populer Korea
sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru

Nomor 1 Volume 2 Januari – Juni 2017 161


PRoListik

lagi bagi masyarakat Indonesia saat ini, lain. Perbedaan ini menyangkut dialek,
sejak kemunculannya pada tahun 2000- intonasi, kecepatan, volume, dan tentu
an melalui serial televisi yang telah kosa katanya. Menurut Mulyana (2001:
ditayangkan oleh stasiun TV swasta. 279), bahasa yang digunakan dalam suatu
Sebelum budaya populer Korea dikenal lingkungan tertentu sering tidak berfungsi
oleh masyarakat Indonesia, budaya apabila digunakan dalam lingkungan lain.
populer Korea lebih dulu dikenal oleh Selanjutnya, bahasa non verbal secara
masyarakat Asia Timur, yaitu China dan harfiah dapat didefinisikan sebagai bahasa
Jepang pada pertengahan tahun 1990-an yang dilakukan tidak melalui kata-kata,
melalui serial televisi Korea. melainkan dalam bentuk isyarat. Dalam
Pemilihan kedua negara ini karena para hal ini, Larry A. Samovar dan Richard E.
pemilik modal Korea berpendapat bahwa Porter (dalam Mulyana, 2001) membagi
produk-produk mereka akan mudah pesan-pesan non verbal ke dalam dua
diterima apabila ada kedekatan budaya kategori, yaitu:
antar dua negara dan ini pula sebagai 1. Perilaku yang terdiri dari penampilan
salah satu alasan mengapa serial televisi dan pakaian, gerakan dan postur tubuh,
yang dikenalkan lebih dulu (Chua, 2008: ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan,
15). Sejalan dengan hal itu, Shim (2006: bau-bauan, dan parabahasa.
29) mengatakan bahwa di Singapura, 2. Ruang, waktu dan diam.
penggemar-penggemar yang menggilai
serial televisi Korea berusaha keras untuk Sejalan dengan hal itu, Jurgen Ruesch
belajar bahasa Korea agar mereka dapat (dalam Mulyana, 2001: 317) menyatakan
menyampaikan hasratnya kepada idolanya bahwa isyarat non verbal dapat
ketika mereka berkunjung ke Korea. diklasifikasikan ke dalam tiga bagian,
antara lain:
b. Bahasa Verbal Dan Bahasa Non 1. Bahasa tanda, yaitu bahasa yang
Verbal ditunjukkan dengan gerakan tangan
Setiap individu dalam kelompok tertentu.
melakukan serangkaian komunikasi 2. Bahasa tindakan, yaitu bahasa yang
sebagai ciri khas atau pembeda dengan disampaikan melalui semua gerakan
kelompok lain. Komunikasi tersebut dapat tubuh yang tidak digunakan secara
dilakukan dengan menggunakan bahasa eksklusif untuk memberikan sinyal.
verbal maupun non verbal. 3. Bahasa objek, yaitu pertunjukkan
Bahasa verbal menurut Mulyana benda, pakaian, dan lambang non
(2012: 259) adalah sarana utama untuk verbal yang bersifat publik.
menyatakan pikiran, perasaan, dan maksud
seseorang. Bahasa verbal menggunakan
kata-kata yang merepresentasikan C. Metode Penelitian
berbagai aspek realitas individual. Salah
satu bahasa verbal yang sering dijadikan Penelitian ini menggunakan metode
identitas dalam kelompok adalah bahasa kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
gaul. Bahasa gaul dalam kelompok Dalam hal ini, Yin (2006) mendefinisikan
digunakan sebagai pengukuhan identitas penelitian studi kasus sebagai penelitian
mereka yang berbeda dengan kelompok empiris yang menyelidiki suatu fenomena

162 Nomor 1 Volume 2 Januari – Juni 2017


PRoListik

kontemporer (masa kini) dalam konteks ditransfer melalui rekening. Setelah


kehidupan nyata (real life). Studi Kasus diproses, kartu keanggotaan akan dikirim
bersifat kontemporer berarti kasus tersebut ke alamat masing-masing. Sedangkan
sedang atau telah terjadi, tetapi masih masyarakat yang berdomisili di Bandung
memiliki dampak yang masih dirasakan dan sekitarnya harus atang langsung
pada saat penelitian dilaksanakan. ke kantor Bandung Korea Community
Sedangkan studi kasus dipandang untuk mendaftar dan mengisi formulir,
sebagai penelitian yang dilakukan dalam anggota akan mendapatkan kartu anggota
konteks kehidupan nyata (real life) adalah pada saat pendaftaran dan bisa langsung
mengungkapkan dan menjelaskan segala memilih untuk menjadi anggota baru
sesuatu yang berkaitan dengan objek yang pada kelas-kelas yang diminatinya.
diteliti pada kondisi yang sebenarnya, Pada umumnya, anggota Bandung
mulai dari kebaikan, keburukan, kegagalan, Korea Community tertarik pada budaya
maupun keberhasilan secara apa adanya. Korea karena mereka menilai budaya Korea
selanjutnya, teknik pengumpulan data memiliki banyak keunikan tersendiri,
dalam penelitian ini adalah observasi, mulai dari bahasa sampai kebiasaan hidup
wawancara dan studi kepustakaan. yang dianggap lebih sederhana daripada
budaya Asia lainnya hingga mudah untuk
dipelajari dan diadaptasi ke dalam hidup
D. Hasil Penelitian mereka sehari-hari. Kebiasaan hidup
masyarakat Korea menurut pandangan
1. Anggota Bandung Korea Community anggota Bandung Korea Community tidak
(BKC) berlebihan dan sangat menjunjung tinggi
Sejak awal berdirinya Bandung kesopanan pada orang yang lebih tua. Hal
Korea Community, setiap masyarakat ini menurut mereka karena orang Korea
diperkenankan untuk menjadi anggota masih taat pada nilai-nilai konghucu
dengan tidak membatasi umur, jenis yang mengajarkan tentang cinta kasih,
kelamin, pendidikan, maupun pekerjaan. ketulusan, dan mengutamakan kesetiaan
Namun sampai sekarang, mayoritas dan ketaatan anak kepada orang tua.
anggota komunitas ini adalah remaja
puteri berumur antara 13-25 tahun atau Alasan anggota bergabung di Bandung Korea
Community
bisa dikatakan juga anggota Bandung
Korea Community mayoritas terdiri dari No Responden Alasan Bergabung
pelajar dan mahasiswa. Disamping itu, 1. HR Punya teman yang bisa diajak
anggota Bandung Korea Community sharing tentang budaya Korea.

bukan hanya berasal dari Bandung dan 2. YS Terbujuk rayuan teman yang
sudah lama menjadi anggota.
sekitarnya tetapi juga berasal dari luar 3. DA Senang karena bisa bergabung
Kota, khususnya Jakarta. sama teman-teman yang punya
hobi dan kesenangan yang sama.
Bagi masyarakat luar kota yang ingin
4. NR Ingin punya teman yang sama-
bergabung menjadi anggota Bandung sama tertarik dengan Korea.
Korea Community, biasanya mendaftar 5. TM Ingin punya teman yang sama-
dulu disitus resmi Bandung Korea sama penyuka Korea.

Community kemudian mengisi formulir


dan membayar uang pendaftaran yang

Nomor 1 Volume 2 Januari – Juni 2017 163


PRoListik

6. RR Ingin punya teman yang dengan temannya.


tertarik dengan korea dan ingin Bahasa gaul Korea merupakan
menambah pengetahun tentang
budaya Korea. bahasa yang pada umumnya memang
7. ER Supaya tidak dikatakan anak digunakan dalam keseharian masyarakat
autis karena sendirian menyukai Korea. Bahasa gaul tersebut lebih banyak
Korea dan berharap bisa
mendapat teman yang bisa digunakan oleh anak-anak muda dengan
diajak berbicara bahasa Korea. teman-temannya agar tampak lebih
8. VA Suka pada budaya Korea dan akrab, seperti halnya bahasa anak gaul di
ingin bisa menggunakan bahasa
Korea. Indonesia. Bahasa gaul Korea sebenarnya
9. LY Ingin mempunyai teman yang merupakan bahasa informal yang
bisa diajak mengobrol tentang
Korea dan belajar bahasanya
sifatnya kasar dan kurang sopan untuk
agar tidak dibilang anak autis digunakan, terutama apabila digunakan
karena punya kesenangan
pada orang-orang yang baru dikenal
sendiri.
10. RN Tertarik pada bahasa Korea
atau digunakan ketika berbicara dengan
dan ingin tahu lebih banyak orangtua. Berkaitan dengan bahasa gaul,
tentang budaya Korea melalui
bahasanya.
orang Korea seringkali mengucapkan kata
aigoo pada saat marah atau kesal sambil
Dari tabel di atas, terlihat bahwa memukul lawan bicaranya, aigoo apabila
alasan utama yang mendorong anggota diartikan secara harfiah ke dalam bahasa
bergabung dalam komunitas adalah Indonesia berarti aduh.
ingin memiliki teman yang memiliki Kata aigoo merupakan salah satu bahasa
ketertarikan yang sama terhadap budaya gaul yang sering digunakan oleh anggota
Korea sehingga mereka dapat bertukar Bandung Korea Community untuk
pikiran, berdiskusi, berkomunikasi, dan mengungkapkan rasa kesal atau tidak
memaknai budaya Korea bersama-sama. puas pada sesuatu. Disamping itu, masih
banyak kata-kata dalam bahasa gaul Korea
2. Bahasa Verbal Sebagai Sarana yang seringkali diucapkan oleh anggota
Penyampaian Pesan komunitas selain kata aigoo, seperti ketika
Pada umumnya, gaya berbicara mereka memanggil temannya dengan
masyarakat Korea cenderung keras mengatakan Chingu, ketika berterima
dan ekspresif, terutama ketika mereka kasih mereka akan mengucapkan
sedang berbicara dengan orang-orang Komawo, ketika berpamitan mereka
terdekatnya. Mayoritas orang Korea akan akan mengucapkan Annyeong sambil
mengekspresikan semua perasaannya melambaikan tangannya, ketika meminta
tanpa perlu ada yang harus disembunyikan. maaf mereka akan mengucapkan Mianhe,
Mereka akan marah dengan menaikkan ketika mereka mengajak pergi temannya
volume suaranya pada saat kesal atau akan berkata kaja, ketika mereka meminta
kecewa, mereka akan tertawa lepas atau temannya untuk melakukan sesuatu
bahkan menangis apabila sedang bahagia, dengan cepat akan mengatakan Ppalli,
dan mereka akan menangis tersedu-sedu dan ketika mereka melihat temannya
apabila ada hal-hal yang membuatnya melakukan kecerobohan mereka spontan
sakit hati dan sedih. Sejalan dengan itu, mengatakan pabo.
anak muda Korea biasanya menggunakan Di samping bahasa gaul, anggota BKC
bahasa gaul apabila sedang berkomunikasi seringkali menggunakan huruf hangeul

164 Nomor 1 Volume 2 Januari – Juni 2017


PRoListik

(huruf Korea) atau huruf alphabet


dalam bahasa Korea ke dalam bentuk
tulisan. Hal ini dapat dilihat ketika
mereka membubuhkan namanya dan
ketika mereka berkomunikasi melalui
media sosial, WA, Line, atau SMS. Hal
ini mereka lakukan untuk menunjukkan
ekspresi ketertarikan mereka dalam
menggunakan bahasa Korea pada semua Anggota BKC menggunakan gerakan
temannya di media sosial. Dalam hal ini, tangan tersebut untuk mengungkapkan
mereka mengungkapkan bahwa selama rasa sayang mereka pada sesama anggota
mereka menulis dengan menggunakan yang memiliki hubungan dekat dan baik
huruf hangeul, mereka bisa lebih banyak dengannya. Hal ini menurut mereka
mengungkapkan apa yang ada didalam karena ungkapan kasih sayang memang
pikirannya dengan leluasa karena tidak selayaknya ditunjukkan pada orang
semua teman-temannya di media sosial yang benar-benar mereka sayangi dan
akan mengerti apa yang tertuang dalam sayang pada mereka. Apabila dilakukan
tulisannya tersebut. pada teman biasa atau teman yang
Selanjutnya, penggunaan bahasa bukan anggota, selain pesan tidak akan
gaul Korea oleh anggota Bandung Korea tersampaikan dengan sempurna, tapi
Community dimaknai sebagai sarana juga temannya itu akan menanggapi
untuk mempererat tali pertemanan simbol tersebut dengan biasa-biasa saja.
sebagai anggota komunitas, disamping Akibatnya, pesan tersebut menjadi tidak
juga digunakan untuk mempertebal rasa memiliki makna apapun.
kepemilikan anggota pada komunitas.
Anggota meyakini bahwa berkomunikasi b. Gerakan mengepal tangan
dengan menggunakan bahasa Korea,
maka mereka akan mengetahui siapa
dirinya dan peran apa yang harus mereka
mainkan dalam komunitas tersebut.

3. Bahasa Non Verbal Sebagai Sarana


Penyampaian Pesan
Bahasa non verbal biasanya dilakukan
oleh anggota Bandung Korea Community Anak-anak muda Korea melakukan
ketika mereka sedang berinteraksi. Bahasa gerakan tangan tersebut sambil mengatakan
non verbal yang sering dilakukan oleh “Himne!” atau “Hwaiting!” atau fighting
mereka melalui gerakan tangan. Gerakan dalam bahasa Inggris yang artinya kurang
tangan tersebut antara lain: lebih semangat. Hal ini pun seringkali
a. Gerakan tangan menyentuh ujung dilakukan oleh anggota Bandung Korea
kepala menyerupai bentuk hati Community untuk memberikan dukungan
pada teman-temannya, terutama pada
teman-temannya yang sedang menempuh
ujian, melakukan pertandingan, dan

Nomor 1 Volume 2 Januari – Juni 2017 165


PRoListik

melakukan pertunjukan di atas pentas,


agar semua teman-temannya tersebut
dapat melakukan yang terbaik.

c. Gerakan mengacungkan dua jari


Gerakan mengacungkan dua jari,
yaitu jari telunjuk dan jari tengah
merupakan sebuah gerakan yang tidak Gerakan saling mengaitkan jari
asing lagi karena dibeberapa negara, kelingking kemudian diikuti dengan
termasuk Indonesia, gerakan tersebut menempelkan ibu jari seperti gambar di
melambangkan perdamaian. atas melambangkan sebuah janji. Gerakan
ini sudah tidak asing lagi karena cukup
sering dilakukan oleh anak-anak muda,
baik di Indonesia terlebih lagi di Korea
apabila sedang mengucapkan janji. Bagi
anggota Bandung Korea Community
meskipun gerakan ini bukan hal yang
baru karena sebelumnya sudah pernah
dilakukan, tetapi mereka menganggap
Berbeda dengan Indonesia, di Korea, gerakan ini termasuk hal yang cukup
gerakan tangan di atas bagi anak-anak penting ketika mereka mengucapkan janji
muda melambangkan pertemanan. pada temannya. Mereka menganggap
Apabila dilakukan pada acara pemotretan kurang sempurna ketika sedang
atau foto-foto, hal itu berarti orang-orang mengucapkan janji hanya dibibir saja,
yang ada didalam foto tersebut memiliki mereka menganggap tidak ada salahnya
hubungan pertemanan atau mereka menirukan gerakan tersebut untuk
bersedia untuk menjalin hubungan menyempurnakan janji mereka sambil
pertemanan. Sedangkan bagi anggota mengucapkan kata “Yaksok!”.
Bandung Korea Community, gerakan
tersebut dimaknai sebagai sebuah gaya
spontan yang dilakukan pada saat difoto E. Pembahasan
agar terlihat lucu. Mereka mengungkapkan
bahwa setiap kali difoto tidak lengkap Komunikasi verbal merupakan suatu
apabila tidak melakukan gerakan proses penyampaian pesan melalui kata-
mengacungkan dua jari dan gerakan itu kata, baik lisan maupun tulisan. Dalam
menjadi favorit mereka sejak mengetahui berkomunikasi dengan orang lain, manusia
makna sebenarnya dari gerakan tangan membutuhkan alat untuk menyampaikan
tersebut. pesan, yaitu bahasa. Menurut Mulyana
(2001: 238), bahasa verbal adalah sarana
d.
Gerakan saling mengaitkan jari utama untuk menyatakan pikiran,
kelingking perasaan, dan maksud kita. Bahasa
verbal menggunakan kata-kata yang
merepresentasikan berbagai aspek realitas
individual kita. Di dunia ini ada banyak

166 Nomor 1 Volume 2 Januari – Juni 2017


PRoListik

ragam bahasa yang digunakan. Setiap dengan parabahasa atau paralinguistik.


budaya memiliki bahasanya sendiri- Yang dimaksud dengan Paralinguistik
sendiri dan cara berbicara yang berbeda adalah suatu pesan non verbal yang
antara satu dengan yang lainnya, mulai berhubungan dengan cara mengucapkan
dari dialek, intonasi, volume suara sampai pesan verbal. Dalam hal ini merujuk
kosakata. Perbedaan itu yang akan pada aspek-aspek suara selain ucapan
menunjukkan identitas seseorang. yang dapat dipahami, seperti nada bicara,
Sejalan dengan hal itu, bahasa intonasi, dialek, volume suara, dan
verbal yang digunakan oleh anggota sebagainya (Rakhmat, 2001: 292; Mulyana,
Bandung Korea Community sebagian 2001: 342).
besar diadopsi dari drama Korea, yaitu Berkaitan dengan hal ini, anggota
bahasa gaul Korea. Bahasa gaul Korea Bandung Korea Community
merupakan bahasa yang biasa digunakan menyampaikan pesan non verbal dengan
oleh anak muda Korea dalam pergaulan cara berbicara dengan nada dan intonasi
mereka sehari-hari. Bahasa gaul Korea yang hampir sama dengan cara orang
diambil dari bahasa informal yang Korea sedang berbicara, seperti ketika
sebenarnya merupakan bahasa kasar. sedang kesal mereka akan menaikkan
Namun bagi anggota Bandung Korea volume suaranya dan dengan lantang
Community, bahasa gaul Korea dimaknai mengungkapkan kekesalannya tersebut.
sebagai sarana untuk lebih mengeratkan Bagi anggota yang belum terbiasa, pada
hubungan pertemanan diantara mereka. awalnya mereka menganggap hal itu
Tanpa bahasa gaul, mereka beranggapan terlalu berlebihan. Namun pada akhirnya
akan mengurangi rasa kepemilikan mereka pun menjadi terbiasa dengan hal-
pada komunitas, disamping juga untuk hal yang sudah berlaku dalam komunitas
menunjukkan kekhasan sebagai pembeda dan kemudian melakukan hal yang sama
dengan komunitas serupa lainnya. setelah mereka melakukan serangkaian
Disamping bahasa verbal, penyesuian diri melalui proses belajar
anggota Bandung Korea Community yang didapatkannya setelah melakukan
menggunakan bahasa non verbal dalam interaksi dengan anggota yang sudah lama
berkomunikasi. Bahasa non verbal berada dalam komunitas tersebut.
ditunjukkan melalui gerakan tangan.
Gerakan tangan atau isyarat tangan sering
disebut dengan emblem (Mulyana, 2001: F. Kesimpulan
318). Penggunaan isyarat tangan antara
satu budaya dengan budaya lain memiliki Remaja dalam masyarakat termasuk
makna yang berbeda-beda, seperti isyarat golongan pencari identitas diri. Remaja
tangan “V” dimaknai sebagai tanda diberikan kebebasan untuk mencari
perdamaian dibeberapa negara, sementara sesuatu yang bermakna bagi dirinya.
bagi anak muda Korea tanda “V” dimaknai Pencarian identitas ini, remaja biasanya
sebagai sebuah pertemanan. secara aktif untuk mencoba, mempelajari,
Cara berbicara merupakan hal yang dan mengaplikasikan setiap hal yang
tidak kalah penting dalam berkomunikasi baru baginya. Sama halnya ketika mereka
dalam sebuah komunitas. Cara berbicara mengenal drama Korea yang didalamnya
dalam komunikasi non verbal disebut sarat akan makna-makna yang belum

Nomor 1 Volume 2 Januari – Juni 2017 167


PRoListik

pernah mereka ketahui sebelumnya. sesamanya, seperti “ppalli kaja chinguya!”


Dalam drama, mereka mengenal bahasa atau “Komawa chingu!” atau “Aigoo…”
Korea, perilaku orang Korea, simbol- dsb. Mereka memaknai bahasa gaul Korea
simbol Korea yang tentunya berbeda ini sebagai sarana untuk mempererat tali
dengan budayanya sendiri. Karena pertemanan sebagai anggota komunitas.
perbedaan itulah, mereka beranggapan Dengan menggunakan bahasa gaul
bahwa Korea unik dan memaknainya Korea tersebut, mereka meyakini rasa
dengan cara mencoba, mempelajari, dan kepemilikan pada komunitas akan
mengaplikasikan apa yang dianggapnya bertambah besar, disamping juga sebagai
unik tersebut. Hal itu yang sebenarnya kebanggaan anggota karena mampu
terjadi pada anggota Bandung Korea menggunakan bahasa Korea, baik lisan
Community, dimulai dengan menyukai maupun tulisan. Begitu juga ketika
Kpop dan Kdrama, mereka mulai mereka menggunakan bahasa non verbal
menyukai bahasanya, mempelajarinya, dan melalui gerakan tangan, hal itu diartikan
mengaplikasikan dalam berkomunikasi sebagai sarana untuk mempertebal
dengan sesama anggota komunitas. rasa kepemilikan pada komunitas dan
Sejalan dengan hal itu, bahasa gaul sarana untuk menunjukkan kekhasan
Korea merupakan bahasa verbal yang dari komunitas sebagai pembeda dengan
seringkali digunakan oleh anggota BKC komunitas serupa lainnya.
ketika sedang berkomunikasi dengan

E. Daftar Pustaka

Chua, Beng Huat dan Koichi Iwabuchi. Remaja Rosdakarya.


2008. East Asian Pop Culture: Shim, Doo Bo. 2006. Hybridity and The
Analysing The Korean Wave. Hong Rise of Korean Popular Culture in
Kong University Press. Asia. E-journal Online. Melalui:
Fornas, Jhon dan Goran Bolin. 1995. h t t p : / / m c s . s a g e p u b. c o m / c g i /
Youth Culture in Late Modernity. content/short/28/1/25.
Sage Publications Ltd. Storey, John. 2007. Cultural Studies dan
Hull, James. 1998. Media Komunikasi Kajian Budaya Pop: Pengantar
Kebudayaan Suatu Pendekatan Komprehensif Teori dan Metode.
Global. Jakarta: Yayasan Obor Terjemahan Layli Rahmawati.
Indonesia. Yogyakarta: Jalasutra.
Mulyana, Deddy. 2012. Ilmu Komunikasi Waluya, Bagja. 2007. Sosiologi: Menyelami
Suatu Pengantar. Bandung: PT. Fenomena Sosial. Jakarta: Grafindo
Remaja Rosdakarya. Media Pratama.
Mulyana, Deddy. 2002. Metodologi Yin, Robert K. 2006. Studi Kasus: Desain
Penelitian Kualitatif: Paradigma & Metode. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Persada.
Sosial Lainnya. Bandung: PT.

168 Nomor 1 Volume 2 Januari – Juni 2017

Anda mungkin juga menyukai