Anda di halaman 1dari 4

Psikologi Klinis – Analisis Gangguan Neurotik dan Psikotik

Nama Anggota Kelompok :


1. Arienda Fintania (J01218008)
2. Arsada Ilmiah (J91218080)
3. Widya Putri G. A (J71218068)

Klasifikasi Gangguan Jiwa

1. Analisis Gangguan Neurotik


Pada kesempatan kali ini, kami menganalisis neurotik disorder yang dialami salah
satu publik figur. Ia adalah komedian Tri Retno Prayudati atau yang lebih dikenal dengan
sebutan Nunung Srimulat. Dibalik sikap humoris dan pembawaan yang selalu ceria,
ternyata Nunung mengidap anxiety disorder yaitu serangan panik dan depresi. Hal itulah
yang menjadi alasan Nunung terjerat kasus penyalahgunaan narkoba. Rupanya Nunung
sudah sekitar 20 tahun menggunakan narkotika jenis sabu tepatnya sejak bergabung grup
lawak.

Gangguan kecemasan yang dialami oleh nunung masuk dalan anxiety state yaitu,
individu mengalami situasi yang tidak dapat terkendali akibat kecemasan yang hebat,
perasaan cemas yang hebat memunculkan panick attack seperti yang dialami Nunung usai
menjalani sidang, ia mengaku panik tersebut muncul karena tekanan pertanyaan yang
diajukan terus menerus mengenai gangguan kejiwaannya. Panick attack ialah serangan
panik yang tiba –tiba datang, tidak dapat diantisipasi, dalam kasus nunung ia juga
mengaku mengalami panik ketika kondisi senang “Ini lagi panik ini. Paniknya tuh tiba-
tiba datang, pas lagi senang-senang kadang-kadang (kambuh), ini lagi panik ini.”

Tekanan stress yang kemudian tidak mampu dikontrol oleh individu dapat mengarah
pada kecemasan berlebihan sehingga mengalami gannguan kecemasan. Menurut berita
yang kami dapatkan, 3 tahun sebelum dia terjerat kasus narkoba, dia sedang menjalani
perawatan oleh psikiater Prof. Sasanto di Darmawangsa Jakarta. Gangguan kecemasan
ditandai dengan jantung lebih cepat, gemetar, keringat dingin, nafas pseakan tertahan,
sesak nafas, dll. Hal ini sama seperti yang diungkapkan oleh nunung ketika menjalani
sidang di Pengadilan Negri Jakarta “Ya itu sudah sejak lama ya. Lima tahun lalu. Kayak
kekurangan oksigen gitu. Gejalanya mudah panik."

Nunung mengaku menggunakan narkotika untuk obat penenang ketika penyakitnya


kambuh, ketika seseorang terjun dalam lingkup narkotika, maka akan memunculkan rasa
candu bagi pengkonsumsi. Hal ini disebabkan mulai dari pendoping stamina, euforia,
untuk menjaga mood, dan lain sebagainya. Namun, jika menelaah kasus Nunung,
sebenarnya ada tiga faktor mengapa seseorang ingin mengonsumsi sabu. Pertama,untuk
menambah semangat dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Kedua, sabu dikonsumsi
terlebih dahulu sebelum mengatasi suatu masalah, misal, ketika Nunung merasa terlalu
gemuk sehingga ingin menurunkan berat badan supaya tampil prima atau dalam kata lain
sabu digunakan untuk meningkatkan rasa percaya diri. Dan faktor ketiga, yaitu rasa
penasaran dan tekanan lingkungan.

2. Analisis Gangguan Psikotik

Kami menganalisis salah satu penderita Bipolar Disorder dan Bipolar Personality
Disorder melalui salah satu channel youtube “Menjadi Manusia”. Dalam video yang
berdurasi sekitar 21 menit tersebut subjek wawancara bernama Naajmi W, berusia 33
tahun. Ia bercerita awal mulanya ketika tahun 2013 satu bulan setelah menikah ia
mengalami mood swing yang sangat parah. Disatu sisi, penderita merasa terkadang ia
ingin menangis namun setelahnya ia merasa bahagia, sampai ketika itu ia dipecat dari
tempatnya bekerja. Hal ini membuat kondisinya memburuk, ia tidak ingin bangun dari
tempat tidur dan bertemu dengan banyak orang. Suaminya menduga ada yang salah
dengan istrinya maka ia membawanya ke psikiater dan menjalani assessment. Saat itulah
ia mengetahui bahwa ia didiagnosa mengalami Bipolar Disorder. Ketika ditanya
bagaimana perasaannya hidup sebagai orang dengan Bipolar Disorder, penderita
mengatakan bahwa kehidupannya ini sangat menyiksanya tiba-tiba dunia nya sendu dan
ingin menyendiri. Penderita pun tidak tahu mengapa ia merasa sangat sedih dan dunianya
serasa menghilang. Hal ini ia alami selama kurang lebih 4 bulan. Setelah mengalami
gejolak batin itu, ia masuk pada fase manik dimana ia merasa dirinya baik-baik saja dan
sangat produktif. Namun, fase ini menyebabkan ia tidak bisa tidur berhari-hari dan makan
hanya sekadarnya. Penderita menceritakan saat pertama kali ia di diagnosa terkena Bipolar
ini tidak semua teman bahkan keluarganya menerimanya. Ada teman yang
menganggapnya hal yang mengerikan dan menurut keluarganya ia kurang dekat dengan
Tuhan sampai-sampai ia dibawa ke salah satu tempat rukyah. Orang yang pertama kali
menerima keadaaanya saat itu ialah suaminya. Suaminya sangat mendukung terapi dan
pengobatan yang dilakukannya sampai keadaanya perlahan membaik.

Pada tahun 2017 penderita melahirkan anak pertamanya, saat itulah ia juga
mengalami masalah dengan suaminya. Rumah tangga yang ia jalani tidak harmonis. Ia
mulai merasakan emosi yang teramat sangat. Ia menjadi temperamen saat ada hal yang
membuat ia marah. Ketika ia berdebat dengan suaminya, ia pernah mengatakan hal yang
menyakiti hati suaminya namun satu jam kemudian ia merasa tidak ada yang terjadi. Ia
juga sering membenturkan kepalanya sendiri saat berdebat dengan suaminya sampai
suaminya berkata, “sudah stop jangan lakukan lagi.” Hal ini terjadi sampai 1,5 tahun
lamanya, ia dan suaminya merasa munkin ini merupakan bipolarnya. Puncaknya saat ia
bertengkar hebat dengan ibunya disaksikan suami dan beberapa keluarganya ia memukul
kaca hingga tangannya terluka cukup parah namun sesaat kemudia ia menyapa ibunya
seolah-olah tidak ada pertengkaran beberapa saat lalu. Akhirnya, ia kembali pergi ke
psikiaternya dan menceritakan kejadian 1,5 tahun terakhir yang ia alami. Saat itulah ia
juga didiagnosa menderita Borderline Personality Disorder diamana ini merupakan
gangguan yang ter-trigger oleh hubungan antar personal. Setelah diteliti ternyata masalah
yang dialaminya dengan suaminya lah yang salah satu penyebabnya dan diperparah
dengan ketika ia mengetahui bahwa ibunya juga mengalami Bipolar Disorder namun tidak
mau mengakuinya selama ini.

Dalam klasifikasi gangguan jiwa, penderita tergolong kedalam gangguan jiwa


psikotik dengan jenis psikotik non-organik yakni Bipolar Disorder dan Borderline
Personality Disorder (BPD). Dimana, Bipolar Disorder merupakan kondisi dimana
seseorang mengalami perubahan suasana hati secara fluktuatif dan drastis, misalnya tiba-
tiba menjadi sangat bahagia dari yang sebelumnya murung. Kondisi ini disebabkan oleh
ketidakseimbangan neurotransmitter atau zat pengontrol fungsi otak. Tidak hanya itu, ada
ahli yang berpendapat bahwa gangguan bipolar berkaitan dengan faktor keturunan.
Sedangkan, Borderline personality disorder (BPD) atau gangguan kepribadian ambang
adalah sebuah kondisi yang muncul akibat terganggunya kesehatan mental seseorang.
Kondisi ini berdampak pada cara berpikir dan perasaan terhadap diri sendiri maupun orang
lain, serta adanya pola tingkah laku abnormal. BPD dapat menimbulkan gangguan fungsi
seseorang dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan hubungan interpersonal dengan
sekitarnya. Seseorang yang mengidap BPD umumnya memiliki perasaan takut ditolak,
cemas, marah, tidak berarti, takut ditinggalkan, atau marah.  Bahkan, mereka juga
memiliki kecenderungan menyakiti diri sendiri maupun orang lain.

Anda mungkin juga menyukai