Anda di halaman 1dari 6

Analisa Red Cell Distribution Width (RDW)

RDW merupakan suatu hitungan matematis yang menggambarkan jumlah


anisositosis (variasi ukuran sel) dan pada tingkat tertentu menggambarkan
poikilositosis (variasi bentuk sel) sel darah merah pada pemeriksaan darah tepi.
RDW adalah cerminan dari nilai koefisien variasi dari distribusi volume sel darah
merah. Baik MCV dan RDW keduanya dinilai dari histogram eritrosit (RBC).
MCV dihitung dari seluruh luas area dibawah kurva, sedangkan RDW dihitung
hanya dari basis tengah histogram. Ada 2 metode yang dikenal untuk mengukur
nilai RDW, yaitu RDW-CV (Coefficient Variation) dan RDW-SD (Standard
Deviation).
Nilai RDW-CV dapat diukur dengan formula:

Standard deviasi RBC (1 SD)


RDW = x 100
Mean MCV
Nilai normal berkisar antara 11.5% - 14.5%. Sedangkan RDW-SD
merupakan nilai aritmatika lebar dari kurva distribusi yang diukur pada
frekwensi 20%. Nilai normal RDW-SD adalah 39 sampai 47 fL. Semakin tinggi
nilai RDW maka semakin besar variasi ukuran sel.

Nilai RDW-CV sangat baik digunakan sebagai indikator anisositosis


ketika nilai MCV adalah rendah atau normal dan anisositosis sulit dideteksi,
namun kurang akurat digunakan pada nilai MCV yang tinggi. Sebaliknya nilai
RDW-SD secara teori lebih akurat untuk menilai anisositosis terhadap berbagai
nilai MCV. Namun tidak semua laboratorium kesehatan mengukur nilai RDW-SD
pada pemeriksaan hitung darah lengkapnya.
Gambar. Histogram distribusi ukuran sel normal. Ukuran sel lebih kecil dari
normal distribusi kekiri; Ukuran sel lebih besar dari normal distribusi kekanan.

Gambar. Histogram penilaian RDW. RDW dinilai dari lebar histogram


pada 1 standard deviasi (1SD) dibagi nilai rerata MCV. Nilai normal RDW-CV
adalah 11,5% sampai 14,5%. RDW-SD adalah nilai aritmatika lebar dari kurva
distribusi yang diukur pada frekwensi 20%.
Nilai normal RDW-SD adalah 39 sampai 47 fL.

RDW pada awalnya diperkenalkan sebagai alat bantu diagnosa kerja dari
anemia normositik. Penyebab umum yang mendasari terjadinya peningkatan
RDW adalah defisiensi zat besi, vitamin B12, atau asam folat, dimana eritrosit
yang normal akan bercampur dengan yang ukurannya lebih kecil atau yang lebih
besar yang terbentuk saat terjadi defisiensi. Kenaikan serupa juga terjadi selama
mendapatkan terapi pengganti besi, B12, dan folat ketika jumlah retikulosit
meningkat. Nilai RDW juga meningkat setelah mendapatkan tranfusi darah,
seperti halnya juga pada penderita anemia hemolitik dan trombotik dimana
eritrosit terfragmentasi dalam sirkulasi. Peningkatan RDW juga berhubungan
dengan penyakit hati, pecandu alkohol, keadaan inflamasi, dan penyakit ginjal,
namun mekanisme dibalik timbulnya variasi eritrosit ini masih sangat
kompleks.

Tabel. Hubungan RDW dengan MCV

Low MCV Normal MCV High MCV

Normal Chronic disease Acute blood loss Aplastic anemia


RDW Thalassemia trait Inflamation Chronic liver disease
Renal disease Various medication

High Iron deficiency Early iron deficiency B12 deficiency


RDW Sicle β-thalassemia Early B12 deficiency Folate deficiency
Early folate deficiency Immune hemolysis
Sickle cell anemia Chronic liver disease
SC disease Myelodiplasia
Chronic liver disease
Myelodiplasia

Analisa MCV
MCV ( Mean Corpuscular Volume) atau VER (Volume Eritrosit Rata-rata)
adalah volume rata-rata sebuah eritrosit yang dinyatakan dengan satuan femtoliter
(fl). Rumus perhitungannya :
Nilai Hematokrit (Vol %)
MCV = juta x 10
Jumlah Eritrosit ( )
μl
Nilai normal MCV = 82 – 92 fl. Penurunan MCV terjadi pada pasien
anemia mikrositik, defisiensi besi, arthritis rheumatoid, thalassemia, anemia sel
sabit, hemoglobin C, keracunan timah dan radiasi. Peningkatan MCV terjadi pada
pasien anemia aplastik, anemia hemolitik, anemia penyakit kronis, hipotiroidisme,
efek obat vitamin B12, anti konvulsan dan anti metabolik.
Analisa MCH
MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) atau HER (Hemoglobin Eritrosit
Rata-rata) adalah jumlah hemoglobin per-eritrosit yang dinyatakan dengan satuan
picogram (pg). Rumus perhitungannya :
Nilai Hemoglobin(gr %)
MCH = juta x 10
Jumlah Eritrosit ( )
μl
Nilai Normal MCH = 27 – 31 pg. Penurunan MCH terjadi pada pasien
anemia mikrositik dan anemia hipokromik. Peningkatan MCH terjadi pada pasien
anemia defisiensi besi.

Analisa MCHC
MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) atau KHER
(Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-rata) adalah konsentrasi hemoglobin yang
didapat per-eritrosit yang dinyatakan dengan satuan gram per desiliter (gr/dl).
Rumus perhitungannya :
Nilai Hemoglobin(gr %)
MCHC =
Jumlah Hematokrit (vol %)
Nilai MCHC = 30 – 35 gram per desiliter (gr/dl). Penurunan MCHC
terjadi pada pasien anemia mikrositik dan anemia hipokromik dan peningkatan
MCHC terjadi pada pasien anemia defisiensi besi.
Perhitungan indeks eritrosit, sebaiknya tetap dilakukan konfirmasi indeks
eritrosit dengan sediaan apus darah tepi (SADT). Apabila morfologi eritrosit pada
sediaan apus tidak sesuai dengan nilai-nilai eritrosit rata-rata, perlu mengulangi
pemeriksaan atau sekali lagi melakukan pemeriksaan hemoglobin, hematokrit dan
jumlah eritrosit kembali.

Analisa MPV
MPV (Mean Platelet Volume). Platelet (trombosit) adalah sel darah kecil
yang esensial untuk pembekuan darah, proses yang membantu untuk
menghentikan perdarahan karena trauma. Tes darah MPV bertujuan memeriksa
rata-rata ukuran trombosit, tes ini dapat membantu mendiagnosa perdarahan
abnormal dan penyakit pada sumsum tulang.
Nilai normal MPV adalah 9,4 – 12,3 fl, equivalen dengan ukuran diameter
trombosit yaitu 2,65 – 2,9 µm.
Nilai MPV tinggi mempunyai arti bahwa ukuran trombosit lebih besar dari
ukuran normal. Ketika pasien mempunyai nilai hitung jumlah trombosit rendah
dan level MPV tinggi, ada kemungkinan sumsum tulang terlalu cepat untuk
memproduksi trombosit. Hal ini diperkirakan karena trombosit yang tua sedang
dihancurkan sehingga sumsum tulang berusaha untuk mengkompensasi.

Analisa PDW
PDW (Platelet Distribution Width) adalah pengukuran anisositosis pada
trombosit yang dihitung dari distribusi volume trombosit individual. Nilai normal
PDW yaitu 8,3 – 25,0 fl.
Indeks trombosit berpotensi menjadi penanda yang berguna untuk
diagnosis dini penyakit tromboemboli. Peningkatan MPV dan PDW karena
aktivasi dari trombosit, dihipotesiskan akibat dari pembengkakan trombosit dan
pembentukan pseudopodia.

Analisa Hb
Hemoglobinopati merupakan kelainan darah yang diturunkan, di mana
seorang individu memiliki bentuk hemoglobin yang abnormal (varian) atau
mengalami penurunan produksi hemoglobin (thalassemia). Analisis Hb HPLC
adalah pemeriksaan yang mengidentifikasi bentuk abnormal atau kelainan pada
produksi hemoglobin untuk menyaring dan/atau mendiagnosis kelainan
hemoglobin.
Analisis Hb HPLC dilakukan sebagai tindak lanjut dari hasil abnormal
pada pemeriksaan hematologi lengkap (complete blood count) dan/atau apusan
darah; ketika seseorang mengalami gejala anemia hemolitik seperti lemah dan
lelah, serta adanya kecurigaan dokter terhadap hemoglobinopati; ketika seseorang
memiliki riwayat keluarga hemoglobinopati.
Analisa Hb HPLC merupakan tes untuk mendeteksi beberapa jenis Hb
antara lain HbA0, HbA1a, HbA1b, HbA2, HbS, HbD, HbC, HbE dan HbF,
dengan metode liquid chromatography (High Performance Liquid
Chromatography / HPLC). HbA2 akan meningkat pada β thalassemia.
Hemoglobin S (HbS) adalah hemoglobin utama pada orang dengan penyakit sel
sabit. Hemoglobin C (HbC), terdapat pada penyakit hemoglobin C dan anemia
hemolitik. Hemoglobin E (HbE), pada umumnya terdapat pada penyakit anemia
ringan hemolitik, sel darah merah mikrositik, dan pembesaran ringan limpa.
Hemoglobin F (HbF) : ini adalah hemoglobin utama yang dihasilkan janin yang
sedang berkembang dan akan meningkat di beberapa gangguan, seperti beta
thalassemia dan anemia sel sabit. Hemoglobin H (HbH): terjadi pada beberapa
kasus alpha thalassemia. Hemoglobin Barts adalah hemoglobin yang berkembang
pada janin dengan alpha thalassemia, dan akan menghilang setelah bayi lahir.
Hemoglobin D (HbD), terdapat pada penyakit hemoglobin D

Anda mungkin juga menyukai