Anda di halaman 1dari 2

Nama : Fitrah Ramadhan

NIM : 1711012046

Kelas :B

Farmakokinetika Klinik : Obat-obatan Hepatotoksik

Hati sebagai organ yang sangat vital dan penting perannya dalam proses farmakinetika obat, dihati
terjadi proses metbolisme dan eksresi obat melaui saluran empedu ke pencernaan.

Dalam mengharapkan efek terapi yang sesuai sasaran perlu diperhatikan obat-obatan apa saja yang
dipengaruhi oleh hati dan memengaruhi kinerja hati. Tujuannyaa ialah untuk mengefektifkan efek terapi
dan menjaga organ hati tetap berfungsi secara normal terus. Dikenal dengan istilah hepatotokssik yaitu
zat yang bersifat toksis terhadap hati.

Obat-obatan hepatotoksik
A. Obat anti tuberkolosis, rifampicin, isoniazid, dan pyrozinamid memiliki efek
hepatotoksik, untuk ethambutol dan streptomycin belum ada laporan atau kasus
hepatotoksik.
1. Rifampicin, pada obat ini rifampicin menginduksi pembentukan enzyme sitokrom
P450, mengakibatkan peningkatan zat toksik acetyl hydrazin. Rifampicin ini
memepercepat metabolism INH menjadi asam nikotinik dan hydrazine (keduanya
toksik), kemudian rifampicin juga menyebabkan percepatan perubahan acetyl
hydrazine menjadi bentuk metabolit yg aktif. Proses perubahan ini meningkatkan
oksidasi eliminasi yang menyebabkan nekrosis sel hati.
2. Isoniazid, pengaruhnya masih idiosinkratik, Isoniazid dimetabolisme menjadi
monoacetyl hydrazine yang bersifat toksik . isoniazid juga menghambat CYP1A2,
yang mana enzim ini brfungsi sebagai detoksifikasi Isoniazid.
3. Pyrazinamide. Belum diketahui apakah pyrazinamide ini merusak hati dalam bentuk
aktifnya atau metabolitnya, diteliti pada tikus pyrazinamide menghambat isoenzym
CYP450, tapi pada studi manusia tidak ditemukan CYP450 isoenzym yang terhambat.
B. NSAID
Difenilamin yang merupakan bagian struktur umum dari NSAID fosforilasi oksidatif yang
tidak berikatan, mengurangi produksi ATP karna mitokondria mengalami pembengkakan
dan terjadi kerusakan membrane mitokondria, sehingga produksi ATP mnurun sel
mengalami nekrosis.
C. Obat-obatan antiretroviral dimetabolisme di hati melalui jalur sitokrom, idiosinkratik
polimorfisme enzim yang terjadi menyebabkan perubahan predisposisi metabolism
sehingga mengaktifkan ezim stress dan pengaktivasian respetor perusakan(kematian
sel)
Bisa terjadi reaksi hipersensitivitas.
Kemudian terbentuknya mikrovesikular steatosis menyebabkan focal necrosis, fibrosis,
kolestasis dan profilasi dari kantong empedu.
D. Obat golongan antihyperlipidemic.
Golongan statin ini pada dosis tinggi menyebabkan hepatotoksik. Untuk golongan niacin
sangat potensial bersifat hepatotoksik, peningkatan amino transferase level dan
kolestatik terjadi pada hepatotoksik oleh niacin. Pada golongan fibrat menyebabkan
hepatomegaly, apoptosis hepatosit, hepatokarsinogenik.
E. Golongan anastesi.
Halothan, terdapat 2 mekanisme yang pertama terdapat halothan yang langsung
menyebabkan hepatptpksik pada hati melalui mekanisme asetilasi intraselular.
Kemudian yang kedua ialah pembentukan antibody yang menyerang permukaan
hepatosit, dengan terbentuknya neoantigen yang terasetilasi.
Kolorofrom mengalami oksidasi yang dimediasi oleh enzim sitokrom P450, sehingga
memetabolisme kloroform yang menghasilkan zat-zat yang bersifat hepatotoksik.
Isofluran, isofluran menghasilkan metabolit yang melawan protein hati yang bisa
menyebabkan hepatotoksik.
Kasus hepatotoksik yang terjadi tidak begitu banyak karena anastesi ditangani oleh
dokter yang kompeten di bidang ini dan tidak bisa sembarangan menggunakannya,
sehingga jarang kasus yang muncul.
F. Golongan antirematik. Methotrexate meningkatkan kadar homocystein plasma yang
mana bisa meningkatkan stress oksidatif
Homocysteine has been shown to induce endoplasmic
reticulum (ER) stress, which, when unresolved, leads to fatty
infiltration of the liver. Homocysteine, in addition, can also
activate proinflammatory cytokines. The combination of these
insults could contribute to the activation of hepatic stellate cells,
which leads to liver fibrosis.

Anda mungkin juga menyukai