PENDAHULUAN
1.1. Tujuan
1.1.1. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa dapat mengetahui berbagai faktor penyebab penyusutan kuantitatif dan
kualitatif pada bahan pangan selama penyimpanan.
1.1.2. Tujuan Intuksional Khusus
Mahasiswa mengetahui pengaruh penyimpanan suhu kamar dan penyimpanan
suhu dingin terhadap penyusutan bahan pangan.
Mahasiswa mengetahui perbedaan pengaruh kondisi (terluka dan tidak terluka)
terhadap penyusutan bahan pangan.
Mahasiswa mengetahui pengaruh penyimpanan dengan kemasan dan tanpa
kemasan terhadap penyusutan bahan pangan
Umbi kentang merupakan umbi batang yang terbentuk dari pembesaran ujung
stolong, mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Air
merupakan komposisi terbesar yang dapat mencapai 80% (Pijoto, 2004).
New Potatoes adalah istilah untuk berbagai jenis kentang yang telah dipanen
sebelum mencapai kedewasaan. New Potatoes juga disebut baby potatoes dan terkadang
creamers. Ukurannya bisa sekecil marmer (Wadas and Rymuza, 2019).
Kandungan dry matter adalah salah satunya karakteristik penting dari new
potatoes. Ketika umbi dipanen sangat awal, kandungan dry matter yang rendah dapat
menghasilkan tekstur umbi yang basah, dan mengurangi kualitas new potatoes
(Mustonen, 2004). Kandungan dry matter dalam umbi kentang tergantung pada varietas
dan waktu panen. New potatoes berkontribusi 22-33% dari Recommended Dietary
Allowance (RDA) vitamin C dan 4-6% protein dalam asupan makanan manusia sehari-
hari (Wadas and Rymuza, 2019).
1.2.3. Tekstur
Tekstur dinyatakan untuk menentukan kekerasan buah. Penetrometer dilengkapi
jarum penusuk dan penyangga beban maka kedalam tusukan semakin keras demikian
semakin dalam jarum masuk kedalam bahan semakin lunak bahannya (Bird, 2001).
Kekerasan produk merupakan salah satu parameter mutu fisik untuk menentukan
tingkat kesegaran produk hasil pertanian. Tingkat kekerasan digunakan untuk
mengetahui perubahan mutu fisik selama penyimpanan. Penurunan kadar air kentang
terjadi karena pengaruh suhu juga diamati Kusdibyo et al., (2004) dalam Broto dkk.,
(2017), yaitu semakin tinggi suhu akan mempercepat transpirasi hasil laju respirasi
salah satunya adalah H2O dan akan terus menurun selama penyimpanan sebagaimana
dijumpai Knowles et al. (2009) dalam Broto dkk., (2017). Kadar air dalam umbi
kentang merupakan indikasi dari tingkat kesegaran sehingga berpengaruh terhadap
mutu, terutama fisik. Fisik pada kentang yang berpengaruh ketika kadar air kentang
menurun adalah tekstur kentang yang semakin lunak. Air dalam umbi lebih mudah
hilang di suhu ruang daripada di suhu kamar melalui proses evaporasi (Purnomo dkk.,
2017). Beukema dan Zaag (2007) dalam Purnomo dkk., (2017) menambahkan bahwa
evaporasi umbi kentang akan lebih besar terjadi pada suhu kamar daripada suhu dingin
1.2.4. Warna
Pengukuran warna suatu bahan dilakukan dengan beberapa metode, salah satunya
dengan alat color reader. Color reader adalah alat pengukur warna yang didesain
dengan tiga reseptor sehingga mampu membedakan warna akurat antara terang dan
gelap. Salah satu pengukuran warna menggunakan color reader yang umum digunakan
adalah color reader dengan seri CR-10, dengan ukuran dan lebar sinar, mudah
digunakan karena hanya menggunakan satu tangan, dan perbedaan warna dalam bentuk
Δ L,a,b, ΔE a,b atau Δ L,c,h (Wiratama dan Cingah, 2007). Satuan ini L menandakan
gelap terangnya lightness benda, nilai a* menyatakan cahaya pantul yang menghasilkan
warna kromatik campuran merah-hijau, notasi b* menyatakan warna kromatik
campuran biru kuning, c* mewakili kroma, dan h* adalah sudut rona. Setelah
mengidentifikasi perbedaan warna menggunakan L * a * b * atau L * C * nilai h, harus
diputuskan apakah sampel diterima atau tidak menggunakan batas toleransi baik atau
buruknya. Nilai ∆E* menunjukkan perubahan atau perbedaan nilai L*a*b* yang
dihasilkan (Pakiding dkk., 2015). Semakin tinggi nilai ∆E* maka semakin besar
perubahan atau perbedaan nilai L*a*b* yang terjadi. Penggunaan rumus Δ E (Indrayani,
2012):
Δ E=√ ΔL2 + Δa2 + Δb 2
Keterangan:
∆E* = Perubahan nilai Lab* selama waktu tertentu
∆L* = Perubahan nilai L* selama waktu tertentu
∆a* = Perubahan nilai a* selama waktu tertentu
∆b* = Perubahan nilai b* selama waktu tertentu
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1. Alat
Lemari pendingin (suhu rendah) dan lemari biasa (suhu kamar)
Nampan atau piring plastik
Plastik wrap
Pisau
Timbangan semi analitis (Kabuto)
Pnetrometer (Sun Berlin PNR10)
Color reader
Gunting
2.2. Bahan
Kentang kecil (Baby potato)
Label nama
Plastik wrap
Kentang
Perlakuan pada kentang dengan melukai kentang dengan pisau dan tanpa luka
Kentang
Kentang
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Asgar dan Rahayu (2014) bahwa semakin lama
penyimpanan, maka semakin besar susut bobotnya.
4.2. Tekstur
0.1
f(x) = 0.01 x − 0 Kemas & Tidak Luka Linear (Kemas & Tidak Luka)
0.06
R² = 0.5 Tidak Kemas & Luka Linear (Tidak Kemas & Luka)
0.04 Tidak Kemas & Tidak Luka Linear (Tidak Kemas & Tidak
Luka)
f(x) == 0
0.02 f(x)
R² 0 xx ++ 0.02
0.01
0.02
R² == 0.06
0.16
0.03
0
0 3 1 0 14
Hari ke-
0
0 0 3 3 7 7 10 10 14 14
Hari ke-
Gambar 6. Grafik Tekstur Pada Suhu Kamar
4.3. Warna
Pada percobaan penyusutan kentang berkaitan erat dengan perubahan warna yang
terjadi selama penyusutan kentang. Perubahan secara visual dilihat pada kentang adalah
kulit kentang yang mengerut dan warna pada kentang yang awal semula terlihat segar
setelah penyimpanan selama percobaan berangsur-angsur warna kentang akan seperti
pucat kering. Perubahan warna tersebut akibat metabolisme kentang pasca pemanenan
masih berlangsung yang dipengaruhi lama penyimpanan (Kusumiyati dkk., 2017).
Kerusakan pada umbi-umbian dipicu oleh adanya respirasi dan transpirasi (Semariyani
dkk., 2016). Respirasi adalah reaksi pemecahan oksidatif dari substrat yang komplek
yang terdapat dalam sel, misal: senyawa pati, gula, lemak, asam organik menjadi
molekul yang sederhana yaitu CO₂ dan H20, disertai pembentukan energi siap pakai
dalam bentuk ATP dan energi yang dibebaskan (Semariyani dkk., 2016). Hasil
sampingan dari respirasi ini adalah CO₂, uap air dan panas yang dapat mengakibatkan
menurunnya mutu bahan (Semariyani dkk., 2016). Respirasi yang menigkat
menyebabkan trannpirasi dari bahan meningkat juga menyebabkan kadar air bahan
semakin menurun (Kusumiyati dkk., 2017). Ketika kadar air menurun akan
menyebabkan kulit kentang mengerut dan teksur akan melunak dan akan memberikan
warna kulit pada kentang semakin menurun.
Pada percobaan diperlakukan pada kentang dengan pengemasan dan perlukan
pada kentang atau tidak keduanya. Penyimpanan dilakukan pada suhu refrigerator dan
suhu kamar. Berdasarkan percobaan didapatkan hasil grafik yang naik turun seiring
dengan waktu penyimpanan. Perbedaan warna yang dihasilkan tidak seturut dengan
lamanya waktu penyimpanan. Kondisi kentang yang diperoleh pada percobaan tidaklah
sama antara satu kentang dengan kentang lainnya. Kondisi yang diperoleh ada yang
besar dan ada yang kecil. Maka dari itu perubahan warna yang dihasilkan berbeda.
Tetapi berdasarkan perlakuan yang diberikan dapat diketahui jika penyimpanan
kentang terbaik adalah dengan penyimpanan kentang dalam kondisi suhu rendah. Selain
itu, Mahendra (1984) dalam Semariyani dkk., (2016) menyatakan bahwa penyimpanan
pada suhu dingin diperlukan untuk bahan pangan karena cara ini secara nyata dapat
mengurangi (a) kegiatan respirasi dan metabolisme lainnya, (b) proses penuaan
(ripening), pelunakan (softening) dan perubahan warna dan tesktur, (c) kehihangan air
(transpirasi) dan kelayuan, (d) kerusakan karena bakteri, khamir, dan kapang, (e) proses
lain yang tidak dikehendaki yang dapat mengakibatkan menurunnya mutu bahan
pangan. Maka jika tanpa penyimpanan pada suhu rendah menyebabkan warna bahan
menjadi berubah, karena bahan kehilangan air membuat pengerutan kulit yang membuat
pigmen kulit pada kentang memudar. Bentuk seperti kerutan ini diduga karena membran
sel pada bagian sub epidermis saling berdekatan sehingga membentuk seperti alur
(garis) pada bagian permukaan umbi (Purnomo dkk., 2014). Maka dari itu penting
pengemasan sebagai penghambat respirasi dan transpirasi yang berdampat pada
perubahan warna.
66
64
f(x) = − 0.17 x + 63.43
62 f(x)
R² ==0.01
− 0.45 x + 63.04
f(x)
R² = 0.26 x + 60.88
f(x)===0.04
R² − 0.3 x + 62.03
0.03
R² = 0.03
60
ΔE
58
56
54
52
0 3 7 10 14
70
60
f(x) 0.29
0.54
f(x) == −0 0.77 60.6
60.52
x + 60.65
x + 59.23
R² 0.03
0.07
R² == 0.11
0
50
40
ΔE
30
20
10
0
0 3 7 10 14
Disusun Oleh:
Kelompok D – 6