Anda di halaman 1dari 9

Nama : muhamad Furqo

Nim : 1702122434

SEJARAH THE BIG FOUR

The Big FourAuditors adalah kelompok empat firma Jasa profesional dan akuntansi
internasional terbesar, yang menangani mayoritas pekerjaan audit untuk perusahaan publik
maupun perusahaan swasta.
Empat besar auditor tersebut adalah :
1. PricewaterhouseCoopers (PwC)
PricewaterhouseCoopers (PwC) adalah kantor jasa professional terbesar di dunia saat ini.
Kantor ini dibentuk pada tahun 1998 dari penggabungan usaha antara Price Waterhouse dan
Coopers & Lybrand. PwC adalah yang terbesar di antara the Big Four auditors, yang lainnya
adalah Deloitte, Ernst & Young dan KPMG. Penghasilan gabungan Price Waterhouse
Coopers di seluruh dunia mencapai 20.3 miliar dolar Amerika Serikat untuk tahun fiskal
2005, dan mempekerjakan lebih dari 130.000 profesional di 148 negara. Di Amerika Serikat
kantor ini beroperasi dengan nama Price Waterhouse Coopers LLP yang merupakan
perusahaan swasta terbesar keenam.
2. Deloitte Touche Tohmatsu
Deloitte Touche Tohmatsu juga terkenal dengan merek Deloitte adalah urutan kedua terbesar
di dunia dalam bidang jasa profesional setelah PricewaterhouseCoopers dan merupakan
anggota dari the Big Four auditors, sebuah kelompok kantor akuntan internasional terbesar
didunia. Dalam tahun 2004, dengan 16,4 miliar dolar Amerika Serikat, mereka merupakan
yang terbesar di antara the Big Four auditors dalam hal penghasilan. Sebagai tambahan dari
jasa akuntansi, Deloitte adalah satu dari kantor penasehat bisnis yang terbesar di dunia yang
menawarkan jasa manajemen strategik dan operasional pada perusahaan-perusahaan dalam
Fortune 500. Sebelumnya, kantor ini dikenal dengan nama Deloitte & Touche yang terbentuk
karena bergabungnya Touche Ross dan Deloitte Haskins & Sells (di luar Kerajaan Inggris)
pada tahun 1990. Dalam tahun 1993, kantor internasional mengubah namanya menjadi
Deloitte Touche Tohmatsu, nama yang ketiga berasal dari kantor Tohmatsu & Co, yang
bergabung dengan Touche Ross dalam tahun 1975. Nama kantor ini merupakan gabungan
nama William Welch Deloitte, George Touche, dan Panglima Nobuzo Tohmatsu.
3. Ernst & Young (EY)
Ernst & Young (EY atau E&Y) adalah perusahaan jasa profesional yang merupakan salah
satu dari the Big Four auditors, bersama dengan Price Waterhouse Coopers (PwC), Deloitte
Touche Tohmatsu (Deloitte), dan KPMG. Ernst & Young merupakan perusahaan global yang
terdiri dari sejumlah perusahaan anggota. EY Global bermarkas di London, EY AS di New
York, dan EY Indonesia di Jakarta. Perusahaan (persekutuan/ perserikatan) ini merupakan
hasil dari serangkaian merger dari perusahaan-perusahaan pendahulunya. Persekutuan tertua
didirikan pada tahun 1849 di Inggris dengan nama Harding & Pullein. Pada tahun itu juga,
Frederick Whinney bergabung. Dia kemudian menjadi partner pada tahun 1859. Pada tahun
1894, seiring dengan bergabungnya anak- anaknya persekutuan tersebut berganti nama
menjadi Whinney, Smith & Whinney. Pada tahun 1903, perusahaan Ernst & Ernst didirikan
di Cleveland oleh Alwin dan Theodore Ernst. Pada tahun 1906, Arthur Young & Company
didirikan di Chicago oleh Arthur Young. Pada awal tahun 1924, perusahaan-perusahaan AS
tersebut beraliansi dengan perusahaan dari Britania Raya, Young denganBroad Paterson &
Co, dan Ernst dengan Whinney, Smith & Whinney. Pada 1979, Ernst & Whinney terbentuk
dan menjadi firma akuntansi keempat terbesar di dunia.
Pada tahun 1989, peringkat empat bergabung dengan peringkat lima, Arthur Young, sehingga
tercipta Ernst & Young (“EY”). Di Indonesia, EY berafiliasi dengan Kantor Akuntan Publik
Purwantono, Suherman & Surja (PSS). Klien utama Ernst & Young antara lain Pertamina
sudah dicuri PWC, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), PT
Krakatau Steel & Group, Coca Cola Bottling Indonesia & Indosat.
4. KPMG
KPMG adalah salah satu perusahaan jasa profesional terbesar di dunia. KPMG
mempekerjakan 104.000 orang dalam partnership global menyebar di 144 negara. Pendapatan
komposit dari anggota KPMG pada 2005 adalah US$15,7 miliar. KPMG memiliki tiga jalur
layanan: audit, pajak, dan penasehat. KPMG adalah salah satu anggota the Big Four auditors,
bersama dengan PricewaterhouseCoopers, Ernst & Young dan Deloitte. Setiap perusahaan
nasional KPMG adalah sebuah badan legal independen dan merupakan anggota dari KPMG
internasional, perusahaan Swiss Verein yang bermarkas besar di Belanda. Pada awal 2005,
perusahaan anggotanya di AS, KPMG LLP, dituduh oleh Departemen Kehakiman Amerika
Serikat atas penipuan dalam memasarkan perlindungan pajak yang menyimpang dari hukum.
Dalam suatu kesepakatan, KPMG LLP mengakui telah berbuat kejahatan dengan
menciptakan perlindungan pajak palsu untuk menolong klien-kliennya yang kaya untuk
menghindari pajak sebesar $2.5 miliar dan setuju untuk membayar hukuman denda sebesar
$456 juta. KPMG LLP tidak akan menghadapi tuntutan hukum atas perbuatan kriminal ini
selama ia setuju dengan syarat-syarat dalam kesepakatan dengan pemerintah.

Sejarah The Big Four


Pada tahun 1979, ada 8 kantor akuntan publik besar yang dikenal dengan big 8 yang
mendominasi di dunia internasional, Delapan kantor akuntan tersebut adalah :

 Arthur Andersen
 Arthur Young & Company
 Coopers & Lybrand
 Ernst & Whinney
 Deloitte, Haskins and Sells (Gabungan Haskins & Sells dengan satu perusahaan di
eropa)
 KPMG (terbentuk karena bergabungnya Peat Marwick International dan KMG
Group)
 Price Waterhouse
 Touche Ross
Pada Juni 1989 Ernst & Whinney memutuskan untuk bergabung dengan Arthur Young dan
kemudian membentuk Ernst & Young . Kemudian pada bulan Agustus ditahun yang sama
Deloitte, Haskins & Sells pun melakukan merger dengan Touche Ross yang kemudian
menghasilkan kantor akuntan Deloitte & Touche. Maka dengan ini, kelompok big 8 berubah
menjadi big 6 .
Pada Juli 1998 Kantor Akuntan Price Water house memutuskan untuk bergabung dengan
Kantor Coopers & Lybrand yang kemudian membentuk kantor akuntan Price Waterhouse
Coopers. Dengan terbentuknya kantor akuntan Price Waterhouse Coopers ini, maka
kelompok the big 6 berubah menjadi big 5 dengan anggota 5 Kantor Akuntan sebagai
berikut :

 Arthur Andersen
 PricewaterhouseCoopers
 Deloitte Touche Tohmatsu
 Ernst & Young
 KPMG
Pada tahun 2001 terjadi suatu peristiwa yang kita kenal sebagai Skandal Enron. Dalam
Skandal Enron ini, kantor akuntan Arthur Andersen didakwa melawan hukum karena
menghancurkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pengauditan Enron, dan dianggap
menutup-nutupi kerugian jutaan dolar dalam skandal Enron. Kejadian ini menyebabkan
kebangkrutan bisnis Arthur Andersen yang bersifat global. Kantor-kantor partner di seluruh
dunia yang berada di bawah bendera Arthur Andersen seluruhnya dijual dan kebanyakan
bergabung menjadi kantor akuntan internasional lainnya Dengan adanya kejadian ini, maka
hanya tersisa empat kantor akuntan internasional yang kita kenal dengan nama big 4
sampaisaat ini.

The Big Four di Indonesia


Berikut ini kantor akuntan Big Four dengan afiliasinya di Indonesia :

 KAP Purwantono, Sarwoko, Sandjaja Affiliate of Ernst & Young


 KAP Osman Bing Satrio Affiliate of Deloitte
 KAP Sidharta, Sidharta, Widjaja Affiliate of KPMG
 KAP Haryanto Sahari Affiliate of PwC
 
Alasan Bubarnya KAP Arthur Andresen 
Enron merupakan perusahaan dari penggabungan antara InterNorth (penyalur gas alam
melalui pipa) dengan Houston Natural Gas. Kedua perusahaan ini bergabung pada tahun
1985. Bisnis inti Enron bergerak dalam industri energi, kemudian melakukan diversifikasi
usaha yang sangat luas bahkan sampai pada bidang yang tidak ada kaitannya dengan industri
energi. Diversifikasi usaha tersebut, antara lain meliputi future transaction, trading
commodity non energy dan kegiatan bisnis keuangan.Kasus Enron mulai terungkap pada
bulan Desember tahun 2001 dan terus menggelinding pada tahun 2002 berimplikasi sangat
luas terhadap pasar keuangan global yang di tandai dengan menurunnya harga saham secara
drastis berbagai bursa efek di belahan dunia, mulai dari Amerika, Eropa, sampai ke Asia.
Enron, suatu perusahaan yang menduduki ranking tujuh dari lima ratus perusahaan terkemuka
di Amerika Serikat dan merupakan perusahaan energi terbesar di AS jatuh bangkrut dengan
meninggalkan hutang hampir sebesar US $ 31.2 milyar.
Dalam kasus Enron diketahui terjadinya perilaku moral hazard diantaranya manipulasi
laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS padahal perusahaan
mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar saham
tetap diminati investor, kasus memalukan ini konon ikut melibatkan orang dalam gedung
putih, termasuk wakil presiden Amerika Serikat. Kronologis, fakta, data dan informasi dari
berbagai sumber yang berkaitan dengan hancurnya Enron (debacle), dapat penulis
kemukakan sebagai berikut:
1. Board of Director (dewan direktur, direktur eksekutif dan direktur non eksekutif)
membiarkan kegitan-kegitan bisnis tertentu mengandung unsur konflik kepentingan dan
mengijinkan terjadinya transaksi-transaksi berdasarkan informasi yang hanya bisa di akses
oleh Pihak dalam perusahaan (insider trading), termasuk praktek akuntansi dan bisnis tidak
sehat sebelum hal tersebut terungkap kepada publik.
2. Enron merupakan salah satu perusahaan besar pertama yang melakukan out sourcing
secara total atas fungsi internal audit perusahaan.
a. Mantan Chief Audit Executif Enron (Kepala internal audit) semula
adalah partner KAP Andersen yang di tunjuk sebagai akuntan publik perusahaan.
b. Direktur keuangan Enron berasal dari KAP Andersen.
c. Sebagian besar Staf akunting Enron berasal dari KAP Andersen.
3 Pada awal tahun 2001 patner KAP Andersen melakukan evaluasi terhadap kemungkinan
mempertahankan atau melepaskan Enron sebagai klien perusahaan, mengingat resiko yang
sangat tinggi berkaitan dengan praktek akuntansi dan bisnis enron. Dari hasil evaluasi di
putuskan untuk tetap mempertahankan Enron sebagai klien KAP Andersen.
4 Salah seorang eksekutif Enron di laporkan telah mempertanyakan praktek akunting
perusahaan yang dinilai tidak sehat dan mengungkapkan kekhawatiran berkaitan dengan hal
tersebut kepada CEO dan partner KAP Andersen pada pertengahan 2001. CEO Enron
menugaskan penasehat hukum perusahaan untuk melakukan investigasi atas kekhawatiran
tersebut tetapi tidak memperkenankan penasehat hukum untuk mempertanyakan
pertimbangan yang melatarbelakangi akuntansi yang dipersoalkan. Hasil investigasi oleh
penasehat hukum tersebut menyimpulkan bahwa tidak ada hal-hal yang serius yang perlu
diperhatikan.
5 Pada tanggal 16 Oktober 2001, Enron menerbitkan laporan keuangan triwulan ketiga.
Dalam laporan itu disebutkan bahwa laba bersih Enron telah meningkat menjadi $393 juta,
naik $100 juta dibandingkan periode sebelumnya. CEO Enron, Kenneth Lay, menyebutkan
bahwa Enron secara berkesinambungan memberikan prospek yang sangat baik. Ia juga tidak
menjelaskan secara rinci tentang pembebanan biaya akuntansi khusus (special accounting
charge/expense) sebesar $1 miliar yang sesungguhnya menyebabkan hasil aktual pada
periode tersebut menjadi rugi $644 juta. Para analis dan reporter kemudian mencari tahu lebih
jauh mengenai beban $1 miliar tersebut, dan ternyata berasal dari transaksi yang dilakukan
oleh perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh CFO Enron.
6 Pada tanggal 2 Desember 2001 Enron mendaftarkan kebangkrutan perusahaan ke
pengadilan dan memecat 5000 pegawai. Pada saat itu terungkap bahwa terdapat hutang
perusahaan yang tidak di laporkan senilai lebih dari satu milyar dolar. Dengan pengungkapan
ini nilai investasi dan laba yang di tahan (retained earning) berkurang dalam jumlah yang
sama.
7 Enron dan KAP Andersen dituduh telah melakukan kriminal dalam bentuk penghancuran
dokumen yang berkaitan dengan investigasi atas kebangkrutan Enron (penghambatan
terhadap proses peradilan
8 Dana pensiun Enron sebagian besar diinvestasikan dalam bentuk saham Enron. Sementara
itu harga saham Enron terus menurun sampai hampir tidak ada nilainya.
9 KAP Andersen diberhentikan sebagai auditor enron pada pertengahan juni 2002. sementara
KAP Andersen menyatakan bahwa penugasan Audit oleh Enron telah berakhir pada saat
Enron mengajukan proses kebangkrutan pada 2 Desember 2001.
10 CEO Enron, Kenneth Lay mengundurkan diri pada tanggal 2 Januari 2002 akan tetapi
masih dipertahankan posisinya di dewan direktur perusahaan. Pada tanggal 4 Pebruari Mr.
Lay mengundurkan diri dari dewan direktur perusahaan.
11 Tanggal 28 Pebruari 2002 KAP Andersen menawarkan ganti rugi 750 Juta US dollar
untuk menyelesaikan berbagai gugatan hukum yang diajukan kepada KAP Andersen.
12 Pemerintahan Amerika (The US General Services Administration) melarang Enron dan
KAP Andersen untuk melakukan kontrak pekerjaan dengan lembaga pemerintahan di
Amerika.
13 tanggal 14 Maret 2002 departemen kehakiman Amerika memvonis KAP Andersen
bersalah atas tuduhan melakukan penghambatan dalam proses peradilan karena telah
menghancurkan dokumen-dokumen yang sedang di selidiki.
14 KAP Andersen terus menerima konsekwensi negatif dari kasus Enron berupa kehilangan
klien, pembelotan afiliasi yang bergabung dengan KAP yang lain dan pengungkapan yang
meningkat mengenai keterlibatan pegawai KAP Andersen dalam kasus Enron.
15 tanggal 22 Maret 2002 mantan ketua Federal Reserve, Paul Volkcer, yang direkrut untuk
melakukan revisi terhadap praktek audit dan meningkatkan kembali citra KAP Andersen
mengusulkan agar manajeman KAP Andersen yang ada diberhentikan dan membentuk suatu
komite yang diketuai oleh Paul sendiri untuk menyusun manajemen baru.
16 tanggal 26 Maret 2002 CEO Andersen Joseph Berandino mengundurkan diri dari
jabatannya.
17 Tanggal 8 April 2002 seorang partner KAP Andersen, David Duncan, yang bertindak
sebagai penanggungjawab audit Enron mengaku bersalah atas tuduhan melakukan hambatan
proses peradilan dan setuju untuk menjadi saksi kunci dipengadilan bagi kasus KAP
Andersen dan Enron .
18 tanggal 9 April 2002 Jeffrey McMahon mengumumkan pengunduran diri sebagai presiden
dan Chief Opereting Officer Enron yang berlaku efektif 1 Juni 2002.
19 Tanggal 15 Juni 2002 juri federal di Houston menyatakan KAP Andersen bersalah telah
melakukan hambatan terhadap proses peradilan.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi dari masalah ini adalah Bagaimana Kasus Enron dilihat dari Perspektif Etika
Bisnis dan Profesional Akuntan beserta implikasinya.
C. Pembahasan Masalah
Menurut teori fraud ada 3 komponen utama yang menyebabkan orang melakukan
kecurangan, menipulasi, korupsi dan sebangsanya (prilaku tidak etis), yaitu opportunity;
pressure; dan rationalization, ketiga hal tersebut akan dapat kita hindari melalui
meningkatkan moral, akhlak, etika, perilaku, dan lain sebagainya, karena kita meyakini
bahwa tindakan yang bermoral akan memberikan implikasi terhadap kepercayaan publik
(public trust). Praktik bisnis Enron yang menjadikannya bangkrut dan hancur serta
berimplikasi negatif bagi banyak pihak.Pihak yang dirugikan dari kasus ini tidak hanya
investor Enron saja, tetapi terutama karyawan Enron yang menginvestasikan dana pensiunnya
dalam saham perusahaan serta investor di pasar modal pada umumnya (social impact).
Milyaran dolar kekayaan investor terhapus seketika dengan meluncurnya harga saham
berbagai perusahaaan di bursa efek. Jika dilihat dari Agency Theory, Andersen sebagai KAP
telah menciderai kepercayaan dari pihak stock holder atau principal untuk memberikan suatu
fairrness information mengenai pertanggungjawaban dari pihak agent dalam mengemban
amanah dari principal. Pihak agent dalam hal ini manajemen Enron telah bertindak secara
rasional untuk kepentingan dirinya (self interest oriented) dengan melupakan norma dan etika
bisnis yang sehat. Lalu apa yang dituai oleh Enron dan KAP Andersen dari sebuah ketidak
jujuran, kebohongan atau dari praktik bisnis yang tidak etis? adalah hutang dan sebuah
kehancuran yang menyisakan penderitaan bagi banyak pihak disamping proses peradilan dan
tuntutan hukum.

D. Dampak Akibat Kasus Enron dan KAP Andersen

Kasus ini memberikan dampak di Amerika bahkan di Indonesia.


A. Seperti yang saya kutip dari sumber yang sama (blog yang Diposkan oleh Dr. Dedi
Kusmayadi, SE., M.Si., Ak di 04:47), kasus ini mempunyai implikasi terhadap pembaharuan
tatanan kondisi maupun regulasi praktik bisnis di Amerika Serikat antara lain :
1. Pemerintah AS menerbitkan Sarbanes-Oxley Act (SOX) untuk melindungi para investor
dengan cara meningkatkan akurasi dan reabilitas pengungkapan yang dilakukan perusahaan
publik. Selain itu, dibentuk pula PCAOB (Public Company Accounting Oversight Board)
yang bertugas:
• Mendaftar KAP yang mengaudit perusahaan publik
• Menetapkan atau mengadopsi standar audit, pengendalian
mutu, etika, independensi dan standar lain yang berkaitan dengan audit perusahaan publik
• Menyelidiki KAP dan karyawannya, melakukan disciplinary hearings, dan mengenakan
sanksi jika perlu
• Melaksanakan kewajiban lain yang diperlukan untuk meningkatkan standar professional di
KAP
• Meningkatkan ketaatan terhadap SOX, peraturan-peraturan PCAOB, standar professional,
peraturan pasar modal yang berkaitan dengan audit perusahaan publik.
2. Perubahan-perubahan yang ditentukan dalam Sarbanes-Oxley Act
• Untuk menjamin independensi auditor, maka KAP dilarang
memberikan jasa non audit kepada perusahaan yang diaudit. Berikut ini adalah sejumlah jasa
non audit yang dilarang :
1. Pembukuan dan jasa lain yang berkaitan.
2. Desain dan implementasi sistem informasi keuangan.
3. Jasa appraisal dan valuation
4. Opini fairness
5. Fungsi-fungsi berkaitan dengan jasa manajemen
6. Broker, dealer, dan penasihat investasi
• Membutuhkan persetujuan dari audit committee perusahaan
sebelum melakukan audit. Setiap perusahaan memiliki audit committee ini karena definisinya
diperluas, yaitu jika tidak ada, maka seluruh dewan komisaris menjadi audit committee.
• Melarang KAP memberikan jasa audit jika audit partnernya telah memberikan jasa audit
tersebut selama lima tahun berturut-turut kepada klien tersebut.
• KAP harus segera membuat laporan kepada audit committee
yang menunjukkan kebijakan akuntansi yang penting yang digunakan, alternatif perlakuan-
perlakuan akuntansi yang sesuai standar dan telah dibicarakan dengan manajemen
perusahaan, pemilihannya oleh manajemen dan preferensi auditor.
• KAP dilarang memberikan jasa audit jika CEO, CFO, chief
accounting officer, controller klien sebelumnya bekerja di KAP
tersebut dan mengaudit klien tersebut setahun sebelumnya.
3. SOX melarang pemusnahan atau manipulasi dokumen yang dapat menghalangi investigasi
pemerintah kepada perusahaan yang menyatakan bangkrut. Selain itu, kini CEO dan CFO
harus membuat surat pernyataan bahwa laporan keuangan yang mereka laporkan adalah
sesuai dengan peraturan SEC dan semua informasi yang dilaporkan adalah wajar dan tidak
ada kesalahan material. Sebagai tambahan, menjadi semakin banyak ancaman pidana bagi
mereka yang melakukan pelanggaran ini.
4. International Federation Accountants (IFAC), pada akhir tahun 2001 merevisi kode etik
bagi para akuntan yang bekerja agar menjadi whitstleblower sebagai berikut “ para
profesional dituntut bukan hanya bersikap profesional dalam kaidah-kaidah aturan profesi
saja tetapi profesional juga dalam menyatakan kebenaran pada saat masyarakat akan
dirugikan atau ada tindakan-tindakan perusahaan yang tidak sesuai dengan hukum yang
berlaku”.
5. AICPA dan The Big Five KAP di Amerika mendukung inisiatif Reform yang melarang
KAP untuk menawarkan jasa internal audit dan jasa konsultasi lainnya kepada perusahaan
yang menjadi klien audit KAP yang bersangkutan.
6. Jhon Whitehead dan Ira Millstein, ketua bersama Blue Ribbon Committe
SEC,mengeluarkan rekomendasi tentang perlunya kongres menyusun Undang-Undang yang
mengharuskan perusahaan Go Public melaksanakan dan melaporkan ketaatanyan terhadap
pedoman corporate governance.
7. Securities Exchange Commission (SEC) dan New York Stock Exchange (NYSE),
menyerukan bahwa auditor internal harus lebih mempertajam peran dalam pemeriksaan
ketaatan, mengelola resiko, dan mengembangkan operasi bisnis, dan setiap perusahaan
diwajibkan untuk memiliki fungsi audit intern (James : 2003).

B. Adapun dampak lain dari kasus ini yang saya kutip dari sebuah artikel yang
berjudul “Audit Eksternal dan Hubungannya dengan Komite Audit”
(Oleh IKAI ) . Dalam artikel tersebut dijelaskan menurut Agus Kretarto-Anggota Komite
Audit PT Bank BII, Tbk dalam pembahasannya tentang “Kriteria Pemilihan Auditor
Eksternal” menjelaskan bahwa profesi akuntan publik saat ini sedang mendapatkan sorotan
tajam bahkan sinis dari masyarakat umum akibat terjadinya skandal-skandal besar di negara
maju seperti AS yaitu kasus Enron dan WorldCom. Akibat kasus-kasus tersebut kini
kredibilitas akuntan publik menjadi jatuh terutama disebabkan oleh keterlibatan Arthur
Andersen salah satu KAP terbesar di dunia di dalam skandal tersebut. Akuntan Publik tidak
lagi dipandang sebagai profesi yang unik melainkan sebagai industri yang tidak lepas dari
kepentingan bisnis yang sempit.
Fenomena ini telah mendorong berbagai upaya untuk memulihkan kepercayaan masyarakat
terhadap profesi akuntan publik. Contoh yang paling nyata adalah inisiatif Sarbanes-Oxley
yang merekomendasikan pembentukan badan pengawas akuntan publik di pasar modal.
Indonesia sendiri tidak terlepas dari pengaruh skandal tersebut sehingga berbagai pihak
seperti IAI dan BAPEPAM kini tengah membahas pengawasan kompetensi dari Akuntan
publik terutama yang terlibat di pasar modal Indonesia.
Bagi perusahaan di Indonesia sendiri, pelajaran dari AS tersebut harus menjadi acuan agar
tidak sampai terulang di Indonesia. Untuk itu di dalam menunjuk auditor eksternalnya
perusahaan harus memiliki kriteria yang mampu meminimalkan resiko manipulasi audit.
C. Kasus ini juga berdampak di Indonesia, seperti yang saya kutip dari Jum’at, 05 April
2002 | 10:27 WIB TEMPO Interaktif, Jakarta dengan judul “Arthur Andersen Indonesia
Belum Terpengaruh Enron”.
Berikut adalah kutipan dari artikel tersebut :
TEMPO Interaktif, Jakarta:Prasetio, Utomo & Co, member akuntan publik Arthur Andersen
di Indonesia, belum mendapat pengaruh bangkrutnya Enron. Country Managing Partner
Arthur Andersen Indonesia, Soemarso Slamet Rahardjo, di kantornya, Jumat (5/4), juga
mengatakan akan mengikuti kantor pusat berkaitan dengan soal merger. “Kami tetap bekerja
seperti biasa tanpa gangguan, dengan dukungan infrastruktur dan administratif penuh dari
jaringan global maupun regional Andersen Worldwide,” katanya.
Arthur Andersen LLP – member di Amerika Serikat – dianggap ikut bersalah dalam
kebangkrutan Enron. Akibatnya, Member Arthur Andersen di beberapa negara seperti,
Jepang dan Thailand, telah membuat kesepakatan merger dengan KPMG, Australia dan
Selandia Baru dengan Ernst & Young, dan Spanyol dengan Deloitte Touche Tohmatsu.
Soemarso mengatakan di Amerika Serikat, sejumlah kliennya tidak lagi menggunakan
Andersen sebagai konsultannya akibat kasus Enron. “Kalau Indonesia, seperti saya katakan,
secara bisnis masih bisa dipertahankan,” katanya. “Belum ada klien yang drop gara-gara
kasus Enron.”
Ia mengatakan perkembangan terakhir yang terjadi pada Andersen LLP dapat mempengaruhi
hubungan kerjasama perusahaan yang berdiri sejak 1968 itu dengan Andersen. Tapi, katanya,
“Sampai saat ini kami masih bekerjasama dengan Andersen.”
Tapi jika Andersen di Amerika Serikat kondisinya tidak membaik, katanya, “Mau tidak mau
kita juga nantinya terpaksa harus merger.”
Ia mengatakan Arthur Andersen Indonesia, yang memiliki lebih dari 1000 eksekutif, akan
mengikuti kebijakan pusat. “Dengan siapa [kita merger], kita ikutin,” katanya. Alasannya,
jika merger sendiri, meskipun berhak, nilainya akan dipandang kecil.
Ia juga mengatakan dirinya dan sekitar 40 partner Prasetio Utomo akan terus mengkaji
dengan hati-hati beberapa opsi sambil mencermati perkembangan di AS. Pada waktunya
nanti, lanjut dia, Prasetio Utomo akan membuat keputusan yang sebaik-baiknya untuk
melindungi kepentingan karyawan. “(Seandainya merger)Tidak ada pemutusan hubungan
kerja. Tidak ada itu,” tegasnya.
Di Amerika sendiri, aktivitas seluruh member Andersen dibekukan pemerintah. Akibatnya,
menurut Asian Wall Street Journal edisi Jumat (5/4), klien-klien Andersen LLP beralih ke
berbagai auditor. Antara lain Delotte and Touche (10 persen), KPMG (11 persen),
PriceWaterhouseCooper (20 persen), dan Ernst & Young (28 persen). Dan yang berpindah ke
auditor-auditor kecil lainnya atau mengaku belum tahu berpindah kemana sebanyak 40
persen.
Prasetio, Utomo&Co didirikan tahun 1968. Pada awal pendiriannya, firm ini bekerja sama
dengan SGV Group (Sycip, Gorres, Velayo) yang berbasis di Manila, Filipina. Pada saat itu,
SGV Group merupakan KAP independen yang memiliki jaringan terbesar di Asia Timur.
Pada tahun 1985, SGV Group bergabung menjadi mitra Arthur Andersen & Co., Societe
Cooperative, yang diikuti pula oleh Prasetio Utomo. (Ucok Ritonga-Tempo News Room)

E. Simpulan
Dari kasus tersebut bisa saya simpulkan bahwa Enron dan KAP Arthur Andersen sudah
melanggar kode etik yang seharusnya menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya dan
bukan untuk dilanggar. Mungkin saja pelanggaran tersebut awalnya mendatangkan
keuntungan bagi Enron, tetapi akhirnya dapat menjatuhkan kredibilitas bahkan
menghancurkan Enron dan KAP Arthur Andersen. Dalam kasus ini, KAP yang seharusnya
bisa bersikap independen tidak dilakukan oleh KAP Arthur Andersen. Karena perbuatan
mereka inilah, kedua-duanya menuai kehancuran dimana Enron bangkrut dengan
meninggalkan hutang milyaran dolar sedangakn KAP Arthur Andersen sendiri kehilangan
keindependensiannya dan kepercayaan dari masyarakat terhadap KAP tersebut, juga
berdampak pada karyawan yang bekerja di KAP Arthur Andersen dimana mereka menjadi
sulit untuk mendapatkan pekerjaan akibat kasus ini. Kesimpulan yang bisa diambil dar ketiga
sumber yang saya kutip kurang lebih sama seperti yang saya simpulkan.
Salah satunya adalah kesimpulan yang saya kutip dari blog yang Diposkan oleh Dr. Dedi
Kusmayadi, SE., M.Si., Ak di 04:47 yang berisi sebagai berikut :
• Pihak manajemen Enron telah melakukan berbagaimacam pelanggaran praktik bisnis yang
sehat melakukan (Deception, discrimination of information, coercion, bribery) dan keluar
dari prinsif good corporate governance.Akhirnya Enron harus menuai suatu kehancuran yang
tragis dengan meninggalkan hutang milyaran dolar.
• KAP Andersen sebagai pihak yang seharusnya menjungjung tinggi independensi, dan
profesionalisme telah melakukan pelanggaran kode etik profesi dan ingkar dari
tanggungjawab terhadap profesi maupun masyarakat diantaranya melalui Deception,
discrimination of information, coercion, bribery. Akhirnya KAP Andersen di tutup disamping
harus mempertanggungjawabkan tindakannya secara hukum.

Anda mungkin juga menyukai