Sherman
--------------------
Kata Pengantar oleh:
Reggie McNeal
--------------------
Kata Penutup oleh:
Steve Garber
-----------------
Originally published in English under the title
KINGDOM CALLING
VOCATIONAL STEWARDSHIP
FOR THE COMMON GOOD
by Amy L. Sherman
Copyright © 2011 by Amy L. Sherman
InterVarsity Press, P.O.Box 1400,
Downers Grove, IL 60515, USA.
---------------------------
DAFTAR ISI
---------------------------
Pendahuluan - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 017
Visi Mulia Dalam Amsal 11:10
Kesimpulan - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 273
Membuat Kota Beria-ria
Lampiran A - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 289
Tema-tema Teologis Penting Yang Mendasari Penatalayanan Vokasi
Lampiran B - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 299
Panduan Diskusi bagi Kelompok-Kelompok Kecil di Gereja
Lampiran C - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 305
Informasi Lebih Lanjut
Lampiran D - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 307
Indeks Profil Menurut Vokasi
Catatan - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 311
-------------------------------------------
KATA PENGANTAR
-------------------------------------------
D
ua percakapan pribadi baru-baru ini mengisahkan cerita di
balik kisah buku ini. Percakapan pertama berlangsung saat
makan malam di rumah bersama putri saya yang tertua.
“Gereja tidak perlu menyarankan kegiatan lain apapun untuk
kulakukan agar aku bermisi,” katanya. “Aku sudah merasa
bermisi lima hari dalam seminggu.” Bekerja sebagai Licensed Master
Social Worker (LMSW--KepalaPekerja Sosial Berlisensi) di rumah sakit
setempat, ia terpapar pada sisi-sisi gelap yang tak terlihat dari budaya
kami, setiap hari menolong orang memilah-milah berbagai pilihan
rangkaian perawatan kesehatan yang akan membentuk tahap hidup
mereka selanjutnya. Seringkali tak satu pun dari pilihan yang ada bagus,
dan orang merasa putus asa. Seringkali ialah satu-satunya orang yang
bisa memberi harapan dalam situasi itu. Ia menghidupi imannya di suatu
tempat dan dengan cara yang benar-benar bermakna. Tepat di mana
hidup (dan mati) berlangsung.
Percakapan kedua berlangsung setengah benua jauhnya.
Seorang pendeta menceritakan kepada salah satu periset kami dari
Leadership Network suatu komentar dari salah satu anggota timnya
setelah mereka berpartisipasi dalam Missional Renaissance Leadership
Community yang kami selenggarakan. Berbagai tim yang terlibat dalam
komunitas pemimpin ini mencakup baik para pemimpin gereja maupun
para pemimpin komunitas yang mencari cara untuk mempercepat
Reggie McNeal
----------------
Missional Leadership Specialist, Leadership Jejaring, Dallas, Texas
Penulis buku Missional Renaissance dan Missional Communities
---------------------------------
UCAPAN
TERIMAKASIH
---------------------------------
B
anyak individu berpartisipasi dalam proyek ini, dan saya
berhutang budi kepada mereka, rasa syukur yang tidak bisa
disampaikan dengan perkataan semata. Namun demikian,
ucapan terimakasih ini dari lubuk hati yang terdalam.
Hutang secara inteletual saya kepada Rev. Tim Keller dari
Redeemer Presbyterian Church, New York City, akan sangat jelas dalam
halaman-halaman berikutnya. Tim, pekerjaan dan perkataan Anda telah
memperkaya hidup saya secara luar biasa. Andy Crouch dengan murah
hati berbagi waktu dengan saya dan mengarahkan saya dengan terampil
pada awal proyek ini. Andy, dorongan semangat darimu sangat berharga,
dan tulisanmu telah begitu banyak mengajarku. Wawasan-wawasan dan
nasehat-nasehat dari Steve Garber tidak ternilai. Steve, saya senang
sekali bekerja sama dengan Anda di ladang anggur ini, tempat Anda telah
bekerja dengan setia selama bertahun-tahun.
Pendeta saya, Greg Thompson, dan Rev. Scott Seaton dari
Emmanuel Presbyterian, Arlington, Virginia, membaca draf salah
satu naskah saya dengan seksama dan memberi saran-saran yang
sangat meningkatkan produk akhirnya. Terimakasih banyak, saudara-
saudaraku. Sejumlah pemimpin gereja lainnya, termasuk Andy
-----------------------------------------------------------------
PENDAHULUAN
-----------------------------------------------------------------
Visi Mulai Dalam Amsal 11:10
S
aya menangis saat membaca buku itu—dan merasa agak
malu. Bagaimana pun, itu adalah buku non-fiksi—buku sosiologi
yang besar dan berat yang menjadi tugas baca dari kelas
teologia seorang teman. Buku itu sebenarnya bukan buku yang
sangat mengharukan. Tetapi saya menangis saat membaca
buku Faith in the Halls of Power karya Michael Lindsay.
Buku itu adalah karya ilmiah yang sangat bagus. Lindsay
menghabiskan tiga tahun mewawancarai sekitar 360 orang Kristen
yang telah mencapai posisi penting dalam berbagai bidang pekerjaan—
bisnis, politik, akademis, media, dan dunia hiburan. Pertanyaan yang
menggerakkan buku itu berkaitan dengan bagaimana para individu
yang sukses itu mengintegrasikan iman dan pekerjaan mereka. Setelah
melakukan riset yang seksama, Lindsay meyimpulkan:
apa yang bisa mereka capai bagi kerajaan Allah. Dan itu membuat
saya menangis, karena tepat sebelum saya membaca buku Lindsay,
saya sangat tergerak oleh suatu kotbah yang disampaikan oleh Rev.
Tim Keller dari gereja Redeemer Presbyterian di New York City. Dalam
kotbah itu, Keller berbicara secara singkat tentang Amsal 11:10: “Bila
orang benar mujur, beria-rialah kota.”5
Keller menjelaskan bahwa “orang benar” (dalam bahasa Ibrani,
tsaddiqim) adalah orang-orang yang menonjol secara moral, umat yang
menuruti hati dan jalan Allah dan yang melihat segala sesuatu yang
mereka lakukan sebagai anugerah-anugerah dari Allah yang harus dikelola
bagi maksud-Nya. Keller menulis, “Orang-orang benar dalam kitab Amsal,
secara definisi adalah mereka yang bersedia mengalah demi komunitas
sedangkan orang-orang fasik adalah mereka yang mengedepankan
kebutuhan-kebutuhan ekonomis, sosial, dan pribadi mereka dibandingkan
dengan kebutuhan-kebutuhan komunitas.”6
Definisi orang benar inilah yang membuat ayat itu masuk
akal. Jika tidak demikian, ayat itu akan berlawanan dengan akal sehat.
Bagaimana pun, teksnya memberitahu kita ada sekelompok orang yang
mujur di kota —berkembang dengan baik dalam pekerjaan, kesehatan,
keuangan mereka. Kelompok yang mujur ini memiliki kekuasaan,
kekayaan, dan posisi; mereka, seperti yang dikatakan Keller, “berada
di puncak”. Dan dengan makin berkembangnya mereka, seluruh kota—
termasuk mereka yang ada di lapisan bawah—bersukaria.
Itu agak aneh, mengingat natur manusia. Orang bisa dengan
mudah membayangkan skenario yang lebih bisa diterima yang ditandai
dengan iri hati dan kebencian, di mana mereka yang ada di lapisan bawah
mengeluh, “Orang-orang kaya makin kaya, sedangkan orang-orang miskin
makin miskin.”
Sebaliknya, makin berkembangnya orang-orang benar adalah
penyebab terjadinya sukaria. (Dan bukan hanya sukaria biasa, seperti
yang akan kita lihat nanti.) Karena tsaddiqim memandang kemujuran
mereka bukan sebagai jalan untuk memperkaya atau memuliakan
diri sendiri, namun sebagai alat untuk menjadi berkat bagi orang lain,
semua orang memperoleh manfaat dari keberhasilan mereka. Dengan
makin berkembangnya tsaddiqim, mereka mengelola segala sesuatu—
uang, posisi dan keterampilan dalam pekerjaan, aset, sumber daya,
kesempatan, pendidikan, relasi, posisi sosial, akses dan jejaring yang
mereka miliki—untuk kebaikan bersama, untuk memajukan keadilan
dan shalom Allah.7 Dan saat mereka yang berada “di puncak” bertindak
ada dalam buku Faith in the Halls of Power, berarti mencapai “beria-
ria” itu menuntut setidaknya dua hal besar.
Pertama, itu berarti banyak gereja perlu memiliki pandangan
yang lebih besar dan komprehensif tentang apa yang harus menjadi tujuan
mereka secara misional. Jika kita ingin benar-benar membuat kota kita
“beria-ria”, kita perlu menilai apa yang kita lakukan secara terus terang.
Apakah kita terlibat dalam upaya-upaya yang relevan dengan erangan
seluruh mahluk ciptaan dan tangisan orang-orang miskin? Apakah
kita menciptakan murid-murid yang karyanya berkontribusi kepada
transformasi mendalam yang membuat orang-orang menari kegirangan
di jalanan? Apakah kita sudah bergabung dengan Yesus Sang Raja dalam
misi pemulihan-Nya yang agung dan menyeluruh? Bekerjasama dengan-
Nya, apakah kita membuat keadilan dan shalom tercicipi—atau apakah
sebagian besar dari kita hanya terlibat dalam kegiatan amal semata?
Kedua, itu artinya gereja-gereja perlu menganggap vokasi
secara lebih serius. Amsal 11:10 mengajarkan kepada kita apa tujuan
kemujuran kita. Kebanyakan orang-orang Injili Amerika kelas menengah
dan menengah ke atas bisa dilabeli “mujur”. Benar, kita memang bukan
Bill Gates atau Donald Trump. Tetapi dibandingkan dengan banyak
sesama kita dan dengan milyaran orang-orang miskin di seluruh dunia,
kita memang beruntung dan kaya.
Satu bagian vital dari kemujuran itu adalah daya vokasi kita.
Tidak seperti banyak orang di dunia, kita memiliki pilihan-pilihan pekerjaan
apa yang bisa kita lakukan. Kita berpendidikan tinggi dan terampil. Kita
memiliki jejaring pendukung, mimbar yang bisa digunakan, pengetahuan
yang bisa dibagikan. Banyak dari kita yang bekerja di institusi-institusi—
sekolah-sekolah, media, badan-badan pemerintah, korporasi-korporasi—
yang secara signifikan mempengaruhi kualitas hidup bangsa kita. Allah
telah melimpahkan semua ini pada kita untuk suatu alasan: agar kita
bisa menggunakannya untuk kebaikan bersama, bukan sekadar untuk
keuntungan pribadi.
Jelas, belajar untuk mengelola daya vokasi kita adalah suatu
komponen utama untuk bertumbuh sebagai tsaddiqim yang membuat
kota kita bersukaria. Yang saya maksudkan sebagai penatalayanan
vokasi adalah menggunakan secara sengaja dan strategis daya vokasi
kita—pengetahuan, mimbar, jejaring, posisi, pengaruh, keterampilan, dan
reputasi—untuk cicipan pendahuluan kerajaan Allah. Bagi jemaat-jemaat
misional yang ingin membuat kota mereka bersukaria, penatalayanan
vokasi adalah suatu strategi yang penting. Untuk mencapai visi besar
Hanya ada sangat sedikit gereja yang memiliki sistem yang kuat dan
disengaja untuk menggunakan waktu dan talenta-talenta para anggota
jemaatnya. Gereja-gereja tidak akan mempertimbangkan untuk
melakukan suatu kampanye penatalayanan untuk uang jika mereka tidak
memiliki sistem untuk bisa mengumpulkan, membagikan, melaporkan
penggunaannya, dan melaporkannya kembali kepada orang-orang yang
memberikannya. Tetapi mereka tidak memikirkan pelayanan orang dalam
hal waktu dan penggunaan talenta mereka dengan cara yang sama.10
LANDASAN TEOLOGIS
1
-----------------------------------------------------------------
J
ika panggilan misi gereja adalah menjadikan kota kita “beria-ria”
dengan menawarkan kesempatan kepada sesama kita untuk
mencicipi realitas kerajaan Allah, kita perlu memahami apa
yang diajarkan Kitab Suci kepada kita tentang kerajaan Allah
yang akan datang. Para pemimpin jemaat perlu tahu tanda-
tanda kerajaan Allah—berbagai karakteristiknya, ciri khasnya, tujuannya,
dan nilainya. Lalu mereka perlu mengkhotbahkan dan mengajarkan
tanda-tanda kerajaan Allah ini, untuk menolong jemaat mereka
menangkap suatu visi tentang seperti apa kota yang bersukaria akan
terlihat. Anggota-anggota gereja kemudian akan memiliki arah untuk
secara strategis menggunakan daya vokasi yang diberikan Allah untuk
menyatakan perwujudan-perwujudan awal dari kerajaan Allah itu.
Satu cara yang menolong untuk mengidentifikasi ciri-ciri
kerajaan Allah adalah meneliti secara seksama perikop-perikop
“tinjauan pendahuluan” di dalam Alkitab. Masukkan sebuah film ke
dalam DVD player Anda, dan pertama-tama Anda akan melihat tinjauan
KEADILAN
Bagian kedua dari Amsal 11:10 menarik perhatian kita ke tempat
pentingnya keadilan dalam membuat kota bersukaria. Ayat lengkapnya
adalah, “Bila orang benar mujur, beria-rialah kota, dan bila orang fasik
binasa, gemuruhlah sorak-sorai.”
-----------------------------------------------------------------
Gambar 1.1. Tiga dimensi keadilan
SHALOM
Suatu kota yang bersukaria ditandai dengan tiga dimensi keadilan yang
dibahas di atas: pembebasan, kesetaraan, dan pemulihan. Ini juga adalah
suatu tempat di mana saudari kembar keadilan, shalom, makin nyata.
Teolog Cornelius Plantinga Jr mendefinisikan shalom sebagai
“teranyamnya Allah, manusia, dan segala mahluk ciptaan dalam keadilan,
kepuasan sepenuhnya, dan kegembiraan … Kita menyebutnya damai
sejahtera, tetapi maknanya jauh lebih dari sekedar ketenangan pikiran
atau gencatan senjata antar musuh. Di dalam Alkitab shalom berarti
perkembangan, keutuhan, dan sukacita yang universal.”12
Kerajaan Allah yang digenapi bercirikan shalom dalam empat
relasi hidup yang mendasar: damai dengan Allah, diri sendiri, sesama, dan
ciptaan Allah. Beberapa karakteristik yang menandai kerajaan Allah bisa
secara longgar diorganisir di bawah empat judul, seperti yang dipetakan
dalam tabel 1.2.13 Saya mengatakan diorganisir “secara longgar” karena
beberapa nilai-nilai kerajaan Allah, seperti keindahan atau keutuhan, bisa
dimasukkan ke dalam lebih dari satu judul. Tetapi skema ini memberika
suatu titik awal untuk membangun suatu pemahaman yang kokoh akan
dimensi-dimensi shalom. Mari kita lihat satu persatu secara terperinci.
-----------------------------------------------------------------
Tabel 1.2. Tanda-tanda Kerajaan Allah yang Tergenapi
Ujian yang dilakukan sebelum dan sesudah proyek ini hanyalah berupa
survei satu pertanyaan. Kami berkata, “Apakah kalian percaya bahwa
lingkungan ini bisa berubah?” Tanpa kecuali, semua berkata tidak. Pada
akhir semester, [surveinya] mengatakan, “Apakah kalian percaya bahwa
lingkungan ini bisa berubah?” Mereka semua mengatakan ya.22
menyediakan rumah dengan harga terjangkau dan air bersih untuk setiap
orang; dan mendukung ditegakkannya hukum sehingga perusahaan-
perusahaan bebas dan jujur bisa berkembang.
Diversified Conveyors Inc. (DCI), yang dimiliki oleh Tom dan Beth
Phillips, membawa manfaat-manfaat ekonomi yang unik ke Memphis—
dan sekitarnya. Perusahaan itu telah menjadi pembuat sistem conveyor
terkemuka bagi perusahaan-perusahaan raksasa seperti UPS dan FedEx.
Perusahaan ini mempekerjakan tiga puluh lima individu di kantor pusat
Memphis dan banyak lagi di kantor-kantor cabang.
Sejak awal, suami istri Phillips membayangkan perusahaan
mereka sebagai suatu “perusahaan yang lebih dari sekedar laba”.
“Karena apa yang Kristus telah lakukan bagi kami, bagaimana mungkin
kami tidak menjadi berkat bagi sesama?” demikian alasan mereka.31 DCI
bermitra dengan Advance Memphis, suatu badan nirlaba Kristen yang
menyediakan kelas-kelas pelatihan kerja bagi warga wilayah Cleaborn/
Foote (kode pos dari wilayah termiskin ketiga dari AS). Warga yang
lulus dari Advance Memphis mendapatkan pekerjaan di DCI. Suami istri
Phillips juga telah menciptakan dana beasiswa dari laba perusahaan
yang menolong warga Cleaborn/Foote untuk masuk ke sekolah-sekolah
pelatihan kerja atau memperoleh gelar sarjana di universitas.32
Bukan hanya itu, suami istri Phillips baru-baru ini juga
mempekerjakan seorang koordinator misi penuh waktu.33 Perusahaan
mereka mungkin adalah satu-satunya korporasi berorientasi laba di negara
ini yang memiliki jabatan seperti itu. Tetapi dengan jumlah kemitraan
yang dibentuk oleh DCI dengan berbagai pelayanan, dan sejumlah besar
laba yang diperuntukkan untuk dana sumbangan, pengelolaan yang bijak
membutuhkan seseorang dengan jabatan penuh waktu dalam peran ini.
Secara lokal, DCI mendukung proyek-proyek pembaharuan perkotaan,
inisiatif-inisiatif memberantas buta huruf, penjangkauan ke penjara-penjara,
dan lainnya. Secara internasional, perusahaan ini mendanai pelayanan-
pelayanan yang melakukan berbagai hal mulai dari perawatan kesehatan
sampai dana pinjaman mikro, dengan mitra-mitra di Nepal, Burma,
Polandia, Peru, Brazil, dan beberapa negara yang letaknya jauh lainnya.
Keberlangsungan alam. Begitu banyak dari perikop-perikop
tinjauan awal yang berbicara tentang pemulihan alam semesta itu
sendiri saat Allah memulihkan apa yang tadinya mandul. Yesaya 51:3
cukup representatif: “Ia membuat padang gurunnya seperti Taman Eden,
dan padang belantaranya seperti taman Tuhan.” Allah akan membawa
aliran-aliran sungai ke padang gurun, membuat tanah pasir yang hangat
tiba sepenuhnya hanya pada saat kembalinya Sang Raja. Dan hanya
dengan kuasa Sang Raja—dan oleh hikmat dan tuntunan-Nya saja—kita
akan bisa maju dalam mentransformasi komunitas-komunitas kita.
Di sisi lain, kita tidak boleh membiarkan jemaat percaya bahwa,
karena visi sepenuhnya dari perikop-perikop tinjauan pendahuluan tidak akan
direalisasi sampai “masa yang akan datang,” kita tidak perlu melakukan apa-
apa sekarang. Memang benar kita menantikan penggenapan sepenuhnya
dari kerajaan Allah saat Yesus datang kembali. Tetapi sambil menunggu,
adalah tugas gereja—tubuh Kristus—untuk melakukan dan mewujudkan
dimulainya realitas kerajaan Allah itu dirasakan. Kita, sebagai murid-
murid Yesus, memiliki hak istimewa untuk berpartisipasi dalam pekerjaan
pemulihan-Nya. Bahkan, bekerjasama dengan-Nya dalam pekerjaan ini
adalah pusat dari hidup kita yang sudah ditebus.
Pendeknya, kita perlu ingat bahwa kerajaan Allah itu kini dan nanti.
Mengkhotbahkan perikop-perikop tinjauan pendahuluan
mengarahkan pandangan orang-orang percaya kepada “kehidupan di
masa yang akan datang.” Frasa tersebut berasal dari kalimat terakhir
pengakuan iman Nicea, yang diucapkan oleh banyak orang Kristen setiap
minggu di gereja-gereja mereka.36 Terlepas dari pengucapan pengakuan
seperti itu—dan seringnya amanat Perjanjian Baru untuk mengarahkan
pandangan kita terhadap apa yang kekal37—banyak orang di gereja yang
tidak secara teratur mengarahkan pandangan mereka ke sana. Banyak
orang percaya mudah teralih perhatiannya oleh kekhawatiran, pencobaan-
pencobaan, dan berhala-berhala dunia ini. Hanya sedikit yang memiliki visi
yang jelas untuk melakukan dan mewujudkan dicicipinya kerajaan Allah.
Sebagai akibatnya jemaat membutuhkan pengingat teratur tentang dunia
indah yang akan datang, juga dorongan untuk hidup sekarang dalam
cara-cara yang sesuai dengan harapan-harapan itu. Mengkhotbahkan
perikop-perikop tinjauan pendahuluan memampukan para pendeta untuk
mengingatkan jemaat bahwa Yesus sedang bekerja untuk mewujudkan
realitas-realitas itu—dan memanggil kita untuk bergabung dengan-Nya
dalam pekerjaan pemulihan-Nya.
Khotbah yang demikian kemudian harus menawarkan aplikasi-
aplikasi praktis tentang seperti apa hal-hal itu bisa terwujud. Harapan
saya adalah gambaran yang dilukiskan di sini tentang orang-orang
Kristen yang bekerja untuk mengupayakan dirasakannya keadilan dan
shalom menolong kita melihat apa yang mungkin dan bisa dilakukan
di masa kini sementara kerajaan Kristus secara misterius adalah kini
dan nanti.
2
-----------------------------------------------------------------
SEPERTI APAKAH
ORANG BENAR ITU?
-----------------------------------------------------------------
Bila orang benar [tsaddiqim] mujur,
beria-rialah kota.
AMSAL 11:10
P
ernyataan inti dari buku ini adalah rata-rata orang Kristen kelas
menengah (atau lebih kaya) di Amerika telah banyak diberkati
oleh Allah—keterampilan, kekayaan, kesempatan, posisi
vokasi, pendidikan, pengaruh, jejaring. Pendeknya, kita adalah
orang-orang yang mujur. Tujuan dari segala berkat ini mudah
dinyatakan dan sulit dijalankan: kita diberkati untuk menjadi berkat. Bapa
sorgawi kita yang murah hati ingin kita menggunakan waktu, talenta, dan
harta kita untuk menawarkan kepada orang lain untuk mencicipi kerajaan
Allah yang akan datang. Mereka yang melakukannya disebut tsaddiqim,
orang-orang benar. Namun, apa yang kita lihat dari contoh-contoh dalam
buku Michael Lindsay menunjukkan bahwa mungkin bagi kita untuk
menjadi orang yang mujur tanpa menjadi tsaddiqim.
Jelas, hidup sebagai tsaddiqim tidaklah mudah. Hidup seperti
ini menuntut upaya yang besar dan disengaja. Yang lebih penting, hidup
seperti ini membutuhkan kuasa dari Roh Kudus Allah. Hidup seperti ini
juga menuntut pemahaman tentang seperti apa seorang tsaddiq itu.
PARA TSADDIQIM
Kata tsaddiq dalam bahasa Ibrani (“orang benar”) dan bentuk jamaknya,
tsaddiqim, digunakan dua ratus kali dalam Perjanjian Lama.2 Kata-kata
itu sering muncul dalam kitab Mazmur (lima puluh kali) dan Amsal (enam
puluh enam kali). Para penerjemah Alkitab mencoba menangkap maknanya
dengan menggunakan kata-kata dalam bahasa Inggris just (= adil/benar)
dan lawful (= taat hukum), dan dengan mengacu pada berbagai jenis
kebenaran—dalam pemerintahan, dalam tingkah laku dan karakter, dan
dalam masalah keadilan yang didukungnya. Teolog N.T. Wright berkata,
“Makna dasar dari ‘kebenaran’ ... menunjukkan bukan hanya ide abstrak
tentang keadilan atau nilai kebenaran, tetapi juga pendirian yang benar dan
perilaku yang benar sebagai konsekuensinya, di dalam suatu komunitas.”3
Walaupun definisi-definisi ini bisa menjadi pegangan untuk mulai
menangkap apa yang dimaksudkan Allah dengan orang benar, mereka
bisa terasa agak abstrak. Dalam mempelajari keilmuan alkitabiah
tentang konsep ini, saya mendapati sangat menolong untuk melihat
kebenaran mengekspresikan dirinya dalam tiga dimensi atau arah: ke
atas, ke dalam, dan ke luar (lihat tabel 2.1 di bawah ini).
-----------------------------------------------------------------
Tabel 2.1. Dimensi Kebenaran
KE ATAS
Para tsaddiqim hidup ke arah Allah. Yaitu, orientasi sentral dari hidup
mereka adalah ke arah Allah. Mereka menghindari segala bentuk
berhala, selalu berusaha memberi Allah (dan bukan sesuatu atau orang
lain) tempat-Nya yang seharusnya. Dan pendirian mereka ke arah Allah
membuat mereka menjadi orang-orang yang berdoa, karena “dekat
dengan Allah adalah apa yang diupayakan orang-orang benar lebih dari
segala sesuatu yang lain.”5
Para tsaddiqim adalahorang-orang yang sangat rendah hati.
Mereka melihat “ke atas” dan menegaskan bahwa Allah adalah Sang
Pencipta dan mereka adalah mahluk-mahluk ciptaan. Mereka mengakui
Dia sebagai sumber dari segala kehidupan dan napas, tidak menipu diri
bahwa mereka telah “berhasil” atas upaya mereka sendiri. Bersama
pemazmur mereka menyanyi, “Dialah yang menjadikan kita dan punya
Dialah kita” (Mzm 100:3). Mereka mengakui bahwa mereka adalah milik
Allah, bukan milik diri mereka sendiri (1 Kor 6:19-20). Orientasi mendasar
mereka dalam kehidupan bukanlah menuju pemuasan diri sendiri, tetapi
kepada kemuliaan Allah.
Orientasi ke arah Allah dari para tsaddiqim juga berarti mereka
memiliki suatu sudut pandang kekekalan. Mereka mencari kerajaan Allah
terlebih dahulu (Mat 6:33). Horizon waktu mereka mencakup baik zaman
sekarang ini maupun masa yang akan datang.
Aplikasi untuk kehidupan kerja kita. Aspek kebenaran ini
menyatakan beberapa implikasi bagi penatalayanan vokasi. Pertama,
kebenaran “vertikal” ini berarti kita menegaskan tujuan hidup adalah
memuliakan Allah, bukan diri sendiri. Hal itu sangat relevan, praktis,
dan sangat bertentangan dengan budaya dunia kerja kita, karena yang
ada pada inti kebanyakan “konseling karir” modern adalah pengabdian
kepada pemuasan diri. Bagi para pengikut Kristus, pemuasan diri
bukanlah tujuan utama. Sebaliknya, seperti yang dijelaskan oleh seorang
pakar, Douglas Schuurman, “Vokasi terutama adalah tentang melayani
Allah melalui melayani sesama.”6 Ini tidak berarti, seperti yang akan kita
lihat di bab-bab mendatang, Allah tidak peduli akan sukacita kita di tempat
kerja. Ini juga tidak berarti kita tidak boleh menyelidiki bagaimana Allah
secara unik telah menciptakan kita saat kita memilih karir. Ini berarti
ini seringkali tak terduga). Mereka memeluk apa yang Volf sebut sebagai
paradigma transformatio mundi—keyakinan bahwa penghakiman final
adalah api yang memurnikan, mengubahkan tetapi tidak sepenuhnya
menghancurkan ciptaan yang ada sekarang. Dari paradigma eskatologis
ini mereka merayakan signifikansi pekerjaan manuisa dan melihatnya
sebagai “kerjasama dengan Allah.”8
DI DALAM
Aspek kedua kebenaran berkaitan dengan keadaan hati kita sendiri. Aspek
ini melibatkan baik tingkah laku pribadi yang benar, dan yang penting,
motivasi dan pembawaan yang kudus. Orang-orang benar bukan hanya
berusaha bertindak dengan benar tetapi juga menjadi benar secara
batiniah. Seorang pakar, Jerome Creach, menunjuk kepada Mazmur
15 dan 24 tentang masalah ini. Teks-teks ini menyampaikan ide tentang
kebenaran sebagai baik “bersih tangannya” dan “murni hatinya”.9
Allah yang kepada siapa kita diarahkan adalah Dia yang
memerintahkan kita, “Kuduslah kamu sebab Aku kudus.” Kekudusan ini
mengambil berbagai ekspresi. Misalnya, orang-orang benar benci kepada
segala dusta (Ams 13:5). Mereka memiliki perilaku yang “tidak bercela”,
mengatakan kebenaran dari dalam hatinya dan takut akan Tuhan (Mzm
15). Kesukaan mereka adalah Taurat Allah (Mzm 1:2). Mereka menjaga
kemurnian seksual (Yeh 18:6). Mereka tidak bersumpah palsu (Mzm
24:4). Mereka mempertahankan neraca dan timbangan yang betul;
mereka tidak berbuat curang (Im 19:36).
Kebenaran pribadi juga melibatkan upaya yang giat untuk
“menanggalkan” diri yang lama dan “mengenakan” diri yang baru
yang dibicarakan dalam Kolose 3. Para tsaddiqim berupaya berjalan
dalam Roh Kudus dan menyerahkan diri kepada pekerjaan Roh Kudus
(Rm 8). Mereka meminta Allah menumbuhkan di dalam diri mereka
buah Roh: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan,
kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri (Gal 5:22-
23). Mereka berusaha mematikan perbuatan-perbuatan jahat dari diri
yang lama—menahan hawa nafsu keserakahan, kerakusan, birahi, dan
mementingkan diri sendiri.
Orang-orang benar juga adalah orang-orang yang sangat penuh
syukur, yang memahami bahwa segala keberadaan mereka dan segala
yang mereka miliki datang dari Allah. Mereka menegaskan kepemilikan-
Nya atas segala sesuatu dan tahu hanya dari Allah datangnya napas
hidup itu sendiri dan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk hidup. Hati
mereka tidak penuh kebanggaan diri yang berakar pada pencapaian
atau kerja keras mereka sendiri. Mereka menyadari kekayaan yang
mereka kumpulkan atau keberhasilan yang telah mereka capai sebagian
besar berasal dari pemeliharaan Allah. Di dalam hati mereka juga tidak
ada orientasi untuk serakah. Sebaliknya, mereka mengakui mereka
tidak memiliki apapun; namun mereka adalah pengelola-pengelola dari
sumber-sumber daya Allah. Sebagai akibatnya, mereka murah hati
dengan penuh sukacita.
Dimensi internal dari kebenaran mencakup pembawaan hati kita
terhadap belas kasihan dan kemurahan. Banyak orang Farisi pada zaman
Yesus dianggap sebagai orang benar oleh sesama warganegara karena
berbagai disiplin yang mereka anut. Orang-orang Farisi berusaha untuk
jujur, setia terhadap tuntutan relijius, dan etis. Namun kadangkala Yesus
mendapati mereka kurang memiliki kebenaran pribadi karena hati mereka
dingin. Memiliki hati yang murni, menurut sudut pandang Yesus, bukan
hanya menjadi orang yang “menjaga agar hidungnya bersih.” Orang yang
hatinya murni memiliki hati yang hangat, siap turut merasakan penderitaan
orang lain dan berespons dengan penuh belas kasihan.
Belas kasihan ini digambarkan dengan baik dalam Amsal 29:7:
“Orang benar mengetahui (bahasa Inggris: care about) hak orang lemah,
tetapi orang fasik tidak mengertinya” (penekanan ditambahkan). “Care
about”(=peduli) hak orang lemah ini sebenarnya adalah suatu komitmen
radikal yang tidak ditangkap dengan baik oleh terjemahan bahasa
Inggris, yang cenderung melemahkan dan mengurangi tersampaikannya
makna yang sepenuhnya. Dalam bahasa Ibrani yang asli, kata kerja yang
diterjemahkan sebagai “care about” adalah ya-vah, dan kata ini sangat
intens maknanya. Istilah yang sama diterjemahkan dalam kitab Kejadian
sebagai “mengetahui”—misalnya pada “Adam bersetubuh dengan Hawa”
dan Hawa mengandung. Jadi ketika orang-orang benar “mengetahui”
keadilan bagi orang-orang lemah, itu artinya mereka sangat berhasrat
melihat keadilan diberlakukan bagi orang-orang yang lemah. Kepedulian
mereka sangat mendalam, intim, dan sepenuh hati.
Yesus menunjukkan jenis kepedulian intens terhadap orang-orang
miskin seperti ini pada saat Dia memberi makan lima ribu orang. Dalam
pengisahan mukjizat ini pada Matius 14 dan Markus 6, kita diajar pada saat
Yesus melihat orang banyak itu, “tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan”
kepada mereka karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai
gembala. Lalu Dia menyembuhkan dan memberi mereka makan.
DI LUAR
Sejauh ini kita telah memeriksa aspek vertikal dan internal/pribadi dari
kebenaran. Yang juga wajib bagi para tsaddiqim adalah apa yang mungkin
kita sebut kebenaran sosial. Creach menggambarkan aspek sosial dari
kebenaran ini dengan fasih:
Maka [ini] berarti Anda tidak boleh hanya sekedar menjadi selembar
benang di sisi benang-benang lainnya. Saat Anda melihat orang lain
berjatuhan dari tenunan [sosial], orang yang tidak memiliki harta benda,
... yang disuruh membela dirinya sendiri dan tidak memiliki kuasa untuk
melakukannya, itulah tugas Anda, itulah tanggungjawab Anda, untuk
terlibat dengan mereka. Dan itulah artinya merajutkan hidup Anda. Kita
tidak ingin terlibat—kita terlalu sibuk. Tetapi [kita] harus. Kita harus
merajutkan diri kita, waktu kita, uang kita, kasih kita, upaya kita, ke dalam
hidup orang-orang yang lebih lemah dari diri kita.14
Afrika Selatan, yang pada saat itu masih berada di bawah pemerintahan
apartheid. Ia juga berusaha membuat para pemimpin perusahaan
menyisihkan persentasi tertentu dari suatu kontrak konstruksi dari
pembangunan gedung kantor baru yang besar untuk diberikan kepada
perusahaan-perusahaan yang dimiliki oleh kelompok-kelompok minoritas.
Transformasi institusional mencakup tindakan-tindakan yang
bisa menggerakan seluruh industri kepada standar kualitas atau
keselamatan kerja atau transparansi finansial atau efisiensi energi atau
keragaman rasial yang lebih tinggi—atau kebaikan sosial lainnya. Bagi
seorang arsitek, misalnya, ini mungkin melibatkan melayani di suatu
komisi yang memeriksa prosedur-prosedur kredensial dari para arsitek
dan mendorong reformasi kurikulum yang mendorong makin banyaknya
mahasiswa arsitektur dilatih dalam praktek-praktek pembangunan yang
hijau. Bagi eksekutif-eksekutif periklanan, ini bisa berarti menetapkan
panduan perusahaan internal yang melindungi para model perempuan
dari eksploitasi dan kemudian menyelenggarakan suatu pertemuan
sejawat dengan perusahaan-perusahaan serupa lainnya untuk
mengupayakan protokol-protokol industri yang baru tentang hal-hal
semacam itu.
Bagi penulis skenario Barbara Nicolosi, hal ini termasuk memulai
sutau badan nirlaba, Act One, dengan misi menciptakan “suatu komunitas
profesional Kristen bagi industri hiburan yang berkomitmen bagi kesenian,
profesionalisme, makna hidup, dan doa sehingga melalui hidup dan
pekerjaan mereka, mereka bisa menjadi saksi Kristus dan kebenaran
kepada sesama rekan artis mereka dan bagi budaya global.”17 Act One
menawarkan kursus dua mingguan dan program-program pelatihan
yang lebih panjang yang menolong orang-orang Kristen bertumbuh dalam
penulisan skenario dan keterampilan-keterampilan produksi. Sekitar dua
ratus siswa telah menyelesaikan program ini dan setengahnya sudah
bekerja di dalam industri itu. Dalam suatu wawancara dengan majalah
Godspy, Nicolosi menjelaskan visinya bagi upaya kreatif ini:
DUA KEBERATAN
Gambaran Alkitab tentang kebenaran sungguh menakutkan. Saya bisa
membayangkan bahan yang saya sajikan sejauh ini memprovokasi
dalam cara-cara yang nyata dan praktis. Sebagai contoh, mengetahui akan
tantangan yang kadangkala dihadapi oleh profesional-profesional penting
tetapi berpenghasilan sedang seperti para guru, petugas kepolisian, dan
petugas pemadam kebakaran untuk menemukan rumah-rumah dengan
harga terjangkau di tempat mereka melayani, Bigelow Homes dengan
sengaja membangun “perumahan pekerja”. Ini adalah rumah-rumah
keluarga dengan harga per meter persegi yang terjangkau.
Bigelow juga mengikuti suatu model konvensional untuk
merencanakan suatu lingkungan perumahan—perumahan yang ditandai
oleh keanekaragaman produk yang disengaja dan apa yang disebut Perry
sebagai “pengembangan terpadu”. Pendekatan ini menjadi berkat bagi
distrik sekolah dan kotapraja setempat. Inilah caranya: Dengan menawarkan
berbagai gaya rumah dengan harga bervariasi antara $150.000 sampai
$350.000, subdivisi-subdivisi Bigelow menciptakan keanekaragaman
demografis. Para lajang, pensiunan, dan keluarga-keluarga semua hidup
di dalam suatu komunitas. Keanekagaraman demografis ini menghasilkan
aliran kas yang positif bagi distrik sekolah setempat karena jumlah siswa
total pada subdivisi-subdivisi ini lebih sedikit dibandingkan jika perumahan
itu dibangun mengikuti praktek-praktek pembangunan konvensional,
yang tersebar di wilayah suburban.29 Apalagi, pengembangan terpadu
Bigelow mengakibatkan “nilai per acre yang dinilai tinggi dan tidak padat
infrastruktur.” Seperti yang dijelaskan Perry, ini adalah resep bagi kotapraja
untuk menghasilkan laba dari pajak properti.30
Pendeknya, praktek-praktek pembangunan dan perancangan
Bigelow Homes menantang hikmat konvensional dari industri
pembangunan rumah di wilayah suburban. Perusahaan Perry telah
menunjukkan kepada industri ini bahwa adalah mungkin untuk
berhasil dengan melakukan apa yang baik. Perusahaan ini telah
mendemonstrasikan bahwa mungkin untuk membangun rumah-rumah
yang menarik, efisien secara energi, namun terjangkau. Perusahaan
ini telah membuktikan pengembangan terpadu yang memperkuat basis
pajak komunitas bisa dirancang untuk menghasilkan subdivisi-subdivisi
yang menarik secara estetika dan ramah. Melalui tulisan-tulisan dan
pekerjaan Perry bersama petugas-petugas kotapraja, ia membawa
pesan ini kepada pihak yang berkuasa, mendorong terjadinya
reformasi dalam industri ke arah pendekatan-pendekatan yang lebih
berkesinambungan yang telah dirintis oleh Bigelow Homes.
Perry Bigelow telah mengelola daya vokasinya untuk membuat
kota beria-ria. Ia telah menjadi berkat bagi pegawai-pegawainya melalui
yang menarik karena ada kata-kata lain dalam bahasa Yunani yang bisa
menggambarkan ide perkumpulan atau pertemuan. Eklesia adalah kata
yang secara spesifik digunakan di Septuaginta (Perjanjian Lama yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani) yang artinya perkumpulan di
pintu gerbang kota—yaitu, perkumpulan para tsaddiqim.31 Ini artinya kata
yang digunakan oleh rasul Paulus untuk “gereja” menggambarkan suatu
perkumpulan orang yang mengambil keputusan-keputusan atas masalah-
masalah kesejahteraan bersama, orang-orang yang bertanggungjawab
untuk memperhatikan umat.
Bagi Paulus, gereja tidak dimaksudkan untuk menjadi suatu
kumpulan orang yang hanya mempedulikan masalah persekutuan
mereka. Gereja tidak pernah boleh menarik dirinya dari perhatian
terhadap komunitas yang lebih luas, untuk membentuk “kerumunan orang
kudus.” Tidak. Gereja—eklesia, perkumpulan di pintu gerbang kota—harus
memberi diri bagi kehidupan dan berkembangnya komunitas. Menurut
definisinya, gereja itu misional.
Gereja seharusnya menjadi suatu kumpulan dari para
tsaddiqim—orang-orang yang memiliki kesalehan pribadi yang
mendalam dan gairah yang intens bagi kerajaan Allah. Gereja adalah
persekutuan dari mereka yang berkomitmen untuk mengelola
kemakmuran mereka bagi kebaikan bersama, dari orang-orang yang
berpikir kreatif dan strategis tentang cara menggunakan talenta
mereka untuk meningkatkan dicicipinya kerajaan Allah. Ini adalah visi
yang sangat menggairahkan dan menginspirasi.
Namun sayangnya, gereja kita sering gagal. Dalam bab-bab
selanjutnya, kita akan mencoba memahami sebabnya.
3
-----------------------------------------------------------------
S
elama lebih dari empat puluh tahun, seorang percaya di
Afrika Selatan, Michael Cassidy dengan setia dan berani
memimpin orang-orang Kristen dalam suatu konteks yang
sering ditandai oleh kebingungan, kekerasan, ketidakadilan,
dan rasa takut. Ia telah berpikir lama dan keras tentang apa
artinya menjadi seorang pengikut Kristus dalam dunia yang rusak ini.
Dalam bukunya tentang perjuangan melawan apartheid, This Passing
Summer, Cassidy menulis, “Pertobatan menandai lahirnya gerakan
ini dari sekedar keberadaan pribadi menjadi suatu kesadaran umum.
Pertobatan adalah awal dari solidaritas aktif dengan tujuan-tujuan
kerajaan Allah di dalam dunia.”1
Pandangan yang sangat menarik tentang keselamatan ini
memberikan suatu fondasi yang kaya bagi kehidupan sebagai para
-----------------------------------------------------------------
Gambar 3.1. Ilustrasi Jembatan
Tergelitik dan cemas oleh kritik-kritik seperti ini, para asisten riset
saya dan saya sendiri memutuskan untuk melakukan suatu analisa isi
sederhana pada lirik lagu-lagu pujian sekarang ini. Untuk mengidentifikasi
lagu-lagu yang paling populer, kami bergantung pada dua sumber. Yang
pertama adalah buku CCM Magazine yang terbit pada tahun 2006 tentang
“100 lagu pujian Kristen terpopuler sepanjang masa.”7 Yang kedua adalah
data yang dikumpulkan dari Christian Copyright Licensing International
(CCLI). Dari laporan-laporan CCLI adalah mungkin untuk mengidentifikasi
lagu-lagu pujian yang paling sering digunakan di gereja-gereja.
Dari sumber-sumber ini, kami memeriksa 127 lagu-lagu pujian
yang sangat populer. Lalu kami menilai lirik-lirik dari masing-masing lagu
ini pada skala 1 sampai 4, dengan 1 mewakili lirik yang memperkokoh
pandangan saya-dan-Yesus dalam hal keselamatan dan kehidupan
Kristen, dan 4 mewakili suatu cara pandang injil kerajaan Allah dengan
pemahaman yang lebih luas tentang karya penebusan Kristus dan
panggilan kita untuk mengikut Kristus dalam misi shalom-Nya. Penilaian
rata-rata kami atas lagu-lagu itu adalah 1.57, condong ke arah injil yang
terlalu sempit.8
Pada tahun 2005, buku Ronald Sider The Scandal of the Evangelical
Conscience meneruskan kritik ini. Buku Sider dipicu oleh berbagai laporan
survei Barna dan Gallup yang menyatakan praktek-praktek orang-orang
Kristen tentang banyak masalah (misalnya, perceraian, materialisme, dan
rasisme) tidak bisa dibedakan dari perilaku orang-orang sekuler. Pada bab
tiga, Sider berargumen bahwa alasannya adalah orang-orang Kristen telah
menukar “injil yang utuh” dengan “injil murahan”:
keadilan dan shalom juga bisa menjadi si penggoda yang memanggil kita
menjauh dari pengorbanan untuk kerajaan Allah.
Kurangnya akuntabilitas. Orang-orang bijak telah mengajar di
sepanjang zaman bahwa kekuasaan bisa merusak orang. Siapapun yang
mengalami berada “di bawah lampu sorot” tahu bagaimana hak istimewa
seperti itu bisa membuat suara hati yang sudah jatuh dalam dosa
untuk semakin berani membisikkan kepada diri kita tentang pentingnya
diri kita. Saat karpet merah digelar bagi Anda, saat Anda diundang ke
acara kumpul-kumpul eksklusif, makin sulit untuk memerangi ego yang
terpompa. Saat Anda adalah orang paling atas, sulit untuk menghindari
rasa bangga. Tambahkan semua ini kepada bobot dari kekayaan—kuasa
kekayaan untuk membelokkan hati dari ketergantungan yang penuh
kerendahan hati kepada Allah—dan Anda bisa memahami mengapa
banyak orang Kristen yang makmur di dunia ini mendapati diri mereka
sulit menjadi tsaddiqim pada saat yang sama.
Nyanyian kemakmuran si penggoda membuat sangat penting
bahwa para pengkhotbah di jemaat kelas menengah dan yang lebih kaya
mendorong anggota-anggota mereka untuk bergabung dalam kelompok-
kelompok kecil akuntabilitas. Di sana mereka bisa meminta untuk saling
mengajukan pertanyaan sulit tentang bagaimana mereka mengelola
kualitas hak-hak istimewa, kekayaan, dan kuasa yang mengerosi iman.28
Dalam buku Faith in the Halls of Power, Michael Lindsay menemukan
sangat sedikit orang Kristen yang diwawancarainya berpartisipasi
dalam persekutuan-persekutuan seperti itu. Mungkin kurangnya
akuntabilitas ini menolong menjelaskan mengapa ia mendapati begitu
sedikit orang yang diwawancarainya memandang kekayaan “sebagai
sumber untuk memberi manfaat kepada masyarakat, bukan kepada
individu saja.”29
Masalah isolasi. Terakhir, selain masalah godaan yang
menyusahkan ini, riset Lindsay mengidentifikasi masalah lain:
terasingnya profesional-profesional Kristen dari orang-orang di luar kelas
sosioekonomi mereka. Pikirkan rangkaian pengamatan Lindsay ini:
KESIMPULAN
Dalam remuk redamnya Afrika Selatan sebelum jatuhnya apartheid,
Michael Cassidy bekerja tanpa kenal lelah untuk membina orang-
orang Kristen kulit putih yang mau hidup sebagai tsaddiqim. Pada inti
pekerjaannya adalah khotbah yang kuat dan alkitabiah tentang kisah
penciptaan Allah yang agung, kejatuhan manusia ke dalam dosa,
penebusan, dan penggenapan. Ia menantang orang-orang percaya untuk
meninggalkan iman yang hanya bersifat pribadi yang memberi mereka
4
-----------------------------------------------------------------
BAGAIMANA INJIL
KERAJAAN MENUMBUHKAN
PARA TSADDIQIM
-----------------------------------------------------------------
Yesus memikat orang ke dalam
suatu misi kerajaan Allah sejak awal.
JAMES CHOUNG
I
njil yang terlalu sempit yang kita pelajari di bab sebelumnya tidak
memberikan fondasi teologis yang cukup untuk menumbuhkan para
pengikut Kristus yang benar, yang mempraktekkan penatalayanan
vokasi. Apa yang dibutuhkan sebenarnya adalah penyajian yang kuat
akan injil kerajaan Allah dari Yesus.
Yesus.1 Yesus adalah “ya” dan “amin” dari Allah bagi semua janji
pemulihan dan penebusan (2 Kor 1:20). Yesus datang mengumumkan
bahwa di dalam Dia janji-janji yang ada dalam perikop-perikop tinjauan
pendahuluan sudah digenapi. Keselamatan dari-Nya adalah sesuatu yang
utuh dalam mengatasi segala dimensi Kejatuhan. Melalui kehidupan,
kematian, dan kebangkitan-Nya, Dia mengatasi semua efek Kejatuhan.
Dia membayar harga dosa-dosa kita dan segala dosa, menerima
penghukuman Allah di atas kayu salib. Kebangkitan-Nya membawa
kemungkinan-kemungkinan shalom yang diperbaharui antara manusia
dan Allah, di dalam diri manusia itu sendiri, antar manusia, dan antara
manusia dengan tatanan ciptaan.
Namun walaupun Yesus mengatakan pekerjaan kerajaan-
Nya telah dimulai di dunia, Dia menjelaskan itu semua belum
selesai—dan tidak akan selesai sampai Dia datang kembali untuk
menggenapinya. Undangan penginjilan-Nya adalah untuk datang dan
memasuki kerajaan-Nya sekarang, merengkuh-Nya sebagai Raja yang
sejati yang suatu hari nanti akan diakui oleh seluruh alam semesta.
Dalam injil Yesus, keselamatan jelas melibatkan karya penebusan
individual yang vital dan agung. Mereka yang percaya akan Kristus
bagi keselamatan mereka menerima pengampunan atas dosa-dosa
mereka dan suatu relasi yang dipulihkan bersama Allah. Mereka
memasuki janji ke dalam kehidupan kekal. Namun, tergambar dari
kisah penciptan/Kejatuhan/penebusan/ penggenapan, bahwa
karya penebusan Yesus lebih dari sekedar menyelamatkan jiwa-
jiwa secara individual. Penebusan-Nya telah menggenapkan tidak
kurang dari janji pemulihan firdaus di mana shalom dengan segala
dimensinya akan bertahta.
Pada tahun 2008, pemimpin InterVarsity James Choung
melakukan sesuatu yang tak ternilai bagi dunia Kristen saat ia
menerbitkan suatu diagram baru sederhana untuk menjelaskan injil
kerajaan Allah ini.2 Ilustrasi Empat Lingkaran Choung (lihat gambar 4.1)
menceritakan kisah Kristiani dari paradigma penciptaan/Kejatuhan/
penebusan/penggenapan. Tidak seperti ilustrasi Jembatan, presentasi
Choung memusatkan kisah injil langsung pada Allah dan misi Allah di
dalam dunia, ketimbang pada manusia dan keberdosaan mereka.
-----------------------------------------------------------------
Gambar 4.1 Empat Lingkaran Choung
akan dunia yang lebih baik, lebih adil, damai, dan sehat menyatakan entah
dunia seperti itu dulunya pernah ada atau suatu hari nanti akan ada. Lalu
ia menyatakan bahwa inilah sebenarnya yang diajarkan oleh Kekristenan.
Kini ia menggambarkan lingkaran lain. Lingkaran ini
menggambarkan tatanan dunia yang baik yang diciptakan dalam Kejadian
1. Ia menjelaskan Allah pada awalnya menciptakan suatu dunia yang
penuh shalom, ditandai oleh keindahan, kebaikan, dan keselarasan. Ada
damai antara manusia dan Allah, antara manusia, dan antara manusia
dengan lingkungan yang diciptakan. Kemudian ia melabeli lingkaran kedua
ini sebagai “Dirancang untuk kebaikan.”
Dengan keberadaan mencolok dari dua lingkaran pertama di
hadapannya, mudah kini bagi Choung untuk mengangkat pertanyaan
yang jelas: Bagaimana kita bisa berpindah dari dunia sempurna yang
dulunya ada ke dalam dunia kacau yang kini kita diami? Pada titik ini,
Choung memperkenalkan konsep kejahatan dan dosa. Dosa adalah titik
fundamental di mana manusia berbalik dari Allah dan jalan-jalan-Nya, untuk
mendudukkan diri di tahta. Sekali orang melakukan itu, mereka mulai
menggunakan dunia alamiah dan relasi-relasi manusia untuk keuntungan
yang egois. Ini merusak segala sesuatu—lingkungan, diri kita sendiri, relasi-
relasi manusia kita, dan relasi kita dengan Allah. Berpikir jalan mereka
sendiri akan membawa kehidupan, manusia-manusia berdosa malah
mendapati mereka terasing secara total. Keluar dari jalan kehidupan dari
Allah, mereka mendapati pembusukan dan kematian. Mereka berdiri di
bawah murka Allah.
Choung kemudian menambahkan garis-garis yang lebih
berlekuk-lekuk ke lingkaran pertama untuk menggambarkan semua
relasi yang rusak ini, dan ia menamainya “Dirusak oleh kejahatan”.
Gambarnya menangkap natur dosa yang meresapi segala sesuatu.
Tidak seperti ilustrasi Jembatan, yang menyoroti keterpisahan orang-
orang berdosa secara individual dari Allah, gambar ini menunjukkan
bagaimana dosa mempengaruhi keempat relasi fundamental yang pada
awalnya diciptakan bagi shalom. Ini menyoroti bagaimana segala sesuatu
ternoda oleh dosa; menggarisbawahi bahwa hanya suatu penebusan
yang menyeluruh yang bisa memulihkannya.
Choung kemudian menjelaskan kepada para pendengarnya Allah
tidak mau meninggalkan kita sendirian dalam dosa kita di dalam dunia
yang rusak ini. Kabar baiknya adalah Allah dengan sangat pemurah sudah
kembali ke planet ini dalam diri Putra-Nya Yesus untuk menyembuhkannya.
Yesus memasuki dunia kita yang rusak, menawarkan jalan rekonsiliasi,
berbunyi, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Dia
mengutusku ke dalam dunia.”
Nah, yang harus segera ditekankan adalah bahwa pengutusan
Yesus benar-benar unik. Hanya Dialah Mesias dan penebus sejati dari
Allah. Tetapi seperti yang telah jelas dari Yoh 20:21, Allah memiliki
maksud agar orang-orang percaya mengikuti Anak-Nya ke dalam dunia
sebagai pelayan-pelayan yang mau berkorban. Allah menunjukkan kasih-
Nya bagi mereka yang terhilang dan yang terkecil melalui Putra-Nya dan
melalui semua anak-anak-Nya yang berupaya, dalam kuasa Roh Kudus-
Nya, menjadi kaki tangan-Nya dalam pelayanan belas kasihan. Allah
dan Yesus telah mengutus kita ke dalam dunia.5 Pengudusan berarti
mengikut Yesus saat Dia mengutus kita ke setiap tempat dan setiap
lingkup masyarakat, memberi diri kita kepada pekerjaan pemulihan
segala sesuatu.
Penginjilan. Cara kita memahami injil juga membentuk
pendekatan kita terhadap penginjilan. Penyampaian kita akan mencakup
kabar baik yang vital tentang pembenaran pribadi oleh iman akan darah
Kristus yang menebus kita. Tetapi kita juga akan membicarakan tentang
kuasa Yesus dalam menebus segala relasi mendasar kita (dengan Allah,
diri sendiri, orang lain, dan bumi). Apalagi Lebih lagi, penyampaian injil kita
akan bersukaria di dalam kemenangan Yesus baik atas hukuman dosa
maupun kerusakan akibat dosa. Kita akan membagikan kabar baik bahwa
melalui karya penebusan Yesus kita bisa dibersihkan dan menjadi utuh.
Kita akan merayakan kabar baik bahwa Dia menjadikan kita ciptaan baru
dan Dia menjanjikan pemulihan segala sesuatu.
Injil kerajaan Allah seharusnya juga membentuk ulang bahasa yang
kita gunakan dalam penginjilan. Biasanya, jemaat dilatih untuk mendorong
para pencari Allah untuk “meminta Yesus masuk ke dalam hati mereka.”
Namun, ini tidak mencerminkan bahasa yang Yesus sendiri gunakan.
Undangan penginjilan-Nya adalah, “Mari, masuklah ke dalam kerajaan-
Ku.” Karenanya, para penyebar injil kerajaan Allah harus mendorong para
pencari Allah untuk berespons terhadap undangan Yesus untuk mendekat
dan bergabung dengan hati-Nya. Persekutuan yang intim dengan Yesus
terjadi saat kita pergi bersama-Nya. Teolog Jerman Dietrich Bonhoeffer
menyatakannya demikian: “Allah bukanlah penonton dan Pribadi yang
berbagi hidup dengan kita, betapa pun pentingnya itu, namun kitalah
pendengar yang penuh hormat dan partisipan dalam tindakan Allah dalam
kisah kudus, sejarah Kristus di bumi. Dan sejauh kita ada di sana, maka
Allah berada bersama kita hari ini.”6
yang benar akan diri kita (sebagai ciptaan baru) adalah bahwa kita adalah
orang-orang kudus yang berbuat dosa. Seperti yang sering dikatakan
oleh salah satu mantan pendeta saya, kita adalah tongkat-tongkat
yang bengkok, tetapi Allah bisa membuat pukulan yang lurus dengan
menggunakan kita. Jika kita menganggap diri kita hanya sebagai cacing-
cacing tanpa harapan yang terus menerus berbuat dosa dan tidak bisa
memberi apapun, kita tidak akan percaya diri kita mampu memenuhi
panggilan kita sebagai rekan-rekan sekerja Allah yang telah dirancang
oleh-Nya bagi pekerjaan-pekerjaan baik (Efesus 2:10).
Tetapi, Allah tidak membutuhkan kita—kita harus jelas tentang
hal ini. Dia Mahakuasa. Bukan karena kekurangan sesuatu maka Dia
mencari kita sebagai mitra. Tidak, kita menjadi mitra-mitra-Nya karena
Dia telah memilih untuk bertindak bersama kita. Kita adalah mitra-
mitra-Nya karena undangan-Nya. Ini hanya karena cara inilah yang telah
ditentukan oleh Pencipta Alam Semesta yang maha bijaksana.12
Sementara itu, walaupun kita memiliki panggilan untuk bergabung
dengan-Nya dalam pekerjaan kerajaan-Nya, kita sebenarnya tidak bisa
melakukannya terlepas dari ketergantungan total kita terhadap-Nya.
Jadi Allah tetap memperoleh segala kemuliaan. Sia-sialah usaha orang
yang membangun, jika bukan Dia yang membangun rumah. Kita hanya
melakukan “pekerjaan-pekerjaan besar” yang Yesus prediksikan dalam Yoh
14 jika kita tinggal pada pokok anggur. “Di luar Aku,” Dia memperingatkan,
“kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15:5). Menegaskan kemitraan
yang aneh dan mengagumkan yang telah Allah rancang antara diri-
Nya sendiri dan kita umat manusia yang rapuh ini untuk mengerjakan
pekerjaan-pekerjaan-Nya di dalam dunia tidak mengurangi kemuliaan-Nya.
Ini justru menonjolkannya—karena betapa penuh kasihnya Bapa kita karena
mengundang kita untuk bekerjasama seperti itu.
Kisah yang diceritakan tentang kehidupan Kristen dalam injil
yang terlalu sempit tidak menangkap realitas dan hak istimewa yang
mengagumkan ini bahwa kita—orang-orang berdosa yang diselamatkan—
adalah bagian dari rencana Allah untuk menyembuhkan dunia. Injil yang
terlalu sempit mengajarkan kita dari apa kita telah diselamatkan: dosa,
neraka, dan maut. Dan itu memang kabar yang sangat baik. Namun injil
kerajaan Allah mengajarkan bukan hanya dari apa kita diselamatkan, tetapi
juga untuk apa kita diselamatkan. Kita memiliki suatu tujuan, kita memiliki
suatu panggilan kudus, kita memiliki vokasi yang dari Allah: bermitra
bersama Allah dalam karya-Nya untuk memulihkan segala sesuatu.
Apa yang bisa lebih menggairahkan dari itu?
MEMURIDKAN BAGI
PENATALAYANAN VOKASI
5
-----------------------------------------------------------------
MENGINTEGRASIKAN
IMAN DAN PEKERJAAN
STATUS QUO
TIDAKLAH CUKUP
-----------------------------------------------------------------
Tidak ada hal lain di mana gereja
telah begitu kehilangan genggamannya
akan realita dibandingkan kegagalannya
untuk memahami dan menghormati
vokasi sekuler.
DOROTHY SAYERS
D
i bab-bab mendatang, kita akan bertemu dengan arsitek-ar-
sitek, insinyur-insinyur, pemilik bisnis, sejarawan, penghibur,
fotografer, ahli kimia, penari, sales, pengacara, dan penilai
rumah Kristen. Kisah-kisah penatalayanan vokasi mereka
menarik dan mencerahkan. Namun, seringkali mereka mem-
Gereja secara umum menjauhkan diri dari topik [pekerjaan], dan sekolah-
sekolah teologia serta seminari-seminari kita tidak lebih baik dari itu.
Kurang dari 10 persen jemaat gereja, menurut survei, bisa mengingat
kapan terakhir kalinya pendeta mereka berkhotbah tentang topik peker-
jaan. Jika ia memang berkhotbah tentang pekerjaan, tidak terhindarkan
nadanya mengkritik—jika tidak bermusuhan—dan menggambarkan se-
mua pebisnis sebagai serakah dan tidak peduli. Pendeta-pendeta jarang
yang menghargai dunia kerja sebagai suatu tempat bagi jemaatnya untuk
menjalani panggilan ilahi mereka. Entah Anda seorang sekretaris atau
seorang CEO, orang-orang di bangku gereja jarang mendengar dari mim-
bar bahwa Allah memiliki suatu rencana yang mencakup pekerjaan Anda,
dan bahwa iman Anda bisa menolong memberitahu Anda bagaimana
Anda harus mendekati pekerjaan Anda.2
PELAYANAN-PELAYANANMARKETPLACE
Untuk menjawabnya, para asisten penelitian saya dan saya sendiri me-
nyelidiki visi dan aktivitas-aktivitas dari limabelas “pelayanan marketplace”
hanya sedikit orang yang memiliki visi yang maju dan mempraktekkan
integrasi iman/kerja.18 Orang-orang bisnis seperti itu tidak memperoleh
pemuridan yang cukup dari gereja-gereja mereka, dan banyak orang
yang berpartisipasi dalam pelayanan marketplace tidak didorong terlalu
jauh secara kreatif juga.
Ijinkan saya mengatakan bahwa pelayanan-pelayanan market-
place telah memainkan peran yang penting dan berharga dalam kera-
jaan Allah. Mereka telah memperkuat pemuridan orang-orang percaya
di tengah-tengah rimba raya dunia kerja modern. Mereka telah meno-
long eksekutif-eksekutif yang sungguh-sungguh untuk tetap berjalan lurus
dalam menghadapi godaan-godaan pribadi dan korporasi yang sangat
sulit. Mereka telah berkontibusi terhadap stabilitas pernikahan dan me-
nolong eksekutif-eksekutif Kristen menghindari membuat karir mereka
sebagai berhala. Dan mereka telah memperkenalkan orang-orang non-
Kristen di tempat kerja kepada Yesus dalam cara-cara yang menawan,
ramah, dan relevan. Semua ini sangat bagus dan patut dipuji. Hanya saja
masih ada ruang bagi integrasi iman/kerja yang lebih mendalam, lebih
kaya, lebih kreatif.
KESIMPULAN
Rata-rata profesional Kristen yang duduk di bangku gereja jarang menden-
gar dari mimbar atau di sekolah Minggu tentang bagaimana hidupnya
bersama Allah berkaitan dengan hidupnya di tempat kerja. Ia mungkin
menerima panduan umum tentang menjadi garam dan terang dalam se-
mua bidang kehidupannya, termasuk di tempat kerja. Namun secara kes-
eluruhan, gerejanya jarang memberi panduan tentang mengapa peker-
jaannya penting, bagaimana Allah bisa dan memang memakainya, atau
bagaimana daya vokasinya bisa dikelola untuk memajukan kerajaan-Nya.
Karena kekurangan panduan ini, sebagian orang Kristen “me-
matikan” imannya di tempat kerja; mereka bertindak sebagai “ateis prak-
tis” di pekerjaan mereka.27 Mereka tidak memiliki visi tentang apa artinya
bermitra dengan Allah di dalam pekerjaan, memberi makna bagi peker-
jaan mereka atau mencapai maksud-maksud kerajaan Allah di dalam
dan melalui pekerjaan mereka. Lainnya mencari panduan di luar jemaat
mereka, bergabung dengan suatu pelayanan marketplace atau suatu
komunitas profesional Kristen. Individu-individu ini menerima sejumlah
nasehat yang baik dan dukungan pribadi, dan tergantung pada perseku-
tuan mana mereka berinduk, mungkin juga mendengar visi yang cukup
kokoh tentang penatalayanan vokasi.
Namun yang lebih sering terjadi, mereka hanya diberi instruksi
untuk menjadi orang-orang yang berintegritas kuat dan berusaha me-
menangkan rekan-rekan kerja bagi Kristus. Penekanan-penekanan pada
etika dan penginjilan ini dibutuhkan dan berharga, tetapi mereka tidak
cukup untuk memperlengkapi orang-orang Kristen untuk mengelola daya
vokasi mereka untuk memajukan dicicipinya kerajaan Allah. Kita perlu
maju melampaui status quo.
6
-----------------------------------------------------------------
INSPIRASI
-----------------------------------------------------------------
Vokasi itu integral, bukan insidental,
bagi misi Allah di dalam dunia.
STEVE GARBER
D
oug Spada, pemimpin WorkLife, Inc., menawarkan kepada
para pendeta suatu perumpamaan yang hidup tentang
identitas gereja yang selayaknya:
Sejak hari ini dan seterusnya, saya ingin Anda memikirkan gereja
setempat Anda sebagai suatu kapal induk pembawa pesawat-pesawat
tempur. Kecuali gereja-gereja kita mengambil posisi yang tepat dan
alkitabiah dalam peperangan yang kita hadapi di tempat kerja, kita tidak
bisa benar-benar maju. Hanya ketika kapal-kapal induk mempersenjatai,
memperlengkapi, memaparkan rencana pertempuran, mengisi
bahan bakat pesawat, dan kemudian meluncurkan pilot-pilot keluar
untuk melakukan misi maka mereka mampu menyandang kekuasaan
mereka secara maksimum … Sayangnya, banyak dari gereja-gereja kita
beroperasi seperti kapal pesiar. Pikirkan hal itu, apa yang Anda lakukan
di kapal pesiar? Anda diberi hiburan, Anda makan banyak, hampir tidak
ada pertanggungjawaban. Dan pikirkan kapal pesiar: kapal itu keluar
dari pelabuhan, mencapai beberapa titik tujuan, dan kembali ke tempat
yang sama—jarang maju ke wilayah-wilayah yang baru. Jika musuh jiwa
kita bisa melumpuhkan persenjataan kapal induk, membuat para pilot
bingung, memecahkan sistem pelontar, maka pada dasarnya kita terus
berfungsi sebagai suatu kapal pesiar … Allah sangat mungkin meminta
Anda menjadi suatu katalis untuk reformasi kehidupan kerja dalam gereja
Anda. Gereja bukanlah suatu kapal pesiar, tetapi suatu kapal induk.1
merasa tidak puas dalam karir mereka. Memang benar bahwa kutukan
pada Kejadian 3 membawa susah payah dan kesia-siaan ke dalam
pekerjaan. Sejak saat itu, pengalaman kita dalam bekerja mencakup
rasa sakit selain juga kesenangan. Tetapi bekerja itu sendiri baik.
Memiliki nilai intrinsik.
Nilai intrinsik kerja keras: Bagaimana kita berpartisipasi
dalam pekerjaan Allah sendiri. Manusia diciptakan dalam gambar dan
rupa Allah, dan Allah adalah pekerja. Kerja keras manusia memiliki nilai
intrinsik karena di dalamnya kita “menggambarkan”, atau mencerminkan,
Pencipta kita. Dalam buku Faith Goes to Work, penulis Robert Banks
membahas Allah sebagai “teladan vokasi” kita, menggambarkan berbagai
jenis pekerjaan yang dilakukan-Nya dan bagaimana berbagai jenis
pekerjaan manusia mengekspresikan aspek-aspek pekerjaan Allah ini.3
Model yang diberikan Banks sangat menolong untuk mengajar jemaat
tentang nilai intrinsik kerja. Para pendeta bisa menjelaskan berbagai cara
yang menunjukkan Allah adalah pekerja, kemudian mendorong jemaatnya
untuk mengidentifikasi di mana pekerjaan mereka sendiri cocok dengan
itu. Kerja keras Allah mencakup yang berikut ini:
penting adalah karena aktivitas dan hasil kerja itu bertahan hingga
kekekalan. Bekerja—yang menyenangkan, berbuah, bermakna—akan
menjadi suatu realita kekal. Perikop-perikop tinjauan pendahuluan
tentang kehidupan dalam kerajaan yang digenapkan, seperti Yesaya 60,
menggambarkan manusia membawa segala bentuk pengembangan
budaya, keterampilan kerajinan, dan produksi ekonomi ke dalam zaman
yang baru. Wahyu 21:24 menggambarkan bagaimana “raja-raja di bumi
membawa kekayaan mereka” ke dalam Yerusalem baru. Adalah baik
bagi para pendeta untuk mengingatkan jemaat mereka akan kebenaran
agung ini, karena orang-orang percaya kadangkala menjadi kecil hati oleh
apa yang tampak sebagai kesia-siaan dari pekerjaan mereka. Pikirkan
pemahaman Lesslie Newbigin yang hebat ini:
Setiap tindakan pelayanan yang setia, setiap kerja keras yang jujur untuk
membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik, yang tampaknya sudah
hilang selamanya dan dilupakan di antara puing-puing sejarah, akan terlihat
pada hari itu [pada kebangkitan terakhir] sebagai kontribusi terhadap
persekutuan sempurna di kerajaan Allah. … Semua yang melakukan
pekerjaan mereka dalam kesetiaan kepada Allah akan diangkat oleh-Nya
untuk menerima bagiannya dalam zaman yang baru, dan akan mendapati
jerih payah mereka tidak lenyap, tetapi telah menemukan tempatnya
dalam kerajaan yang digenapkan.5
Saya masih ingat saat saya berusia dua belas tahun dimana saya
memutuskan untuk menjadi seorang arsitek. Ayah saya (seorang
kontraktor) telah membawa saya ke kantornya. Saya duduk di ruang
tunggu dan melihat-lihat majalah. Salah satunya adalah suatu buku
perencanaan pribadi dengan banyak rancangan untuk berbagai ukuran
rumah. Saya ingat bertanya apakah saya bisa membawanya pulang.
Malam itu, saya menarik kertas sulam silang ibu saya yang bermotif kotak-
kotak, mengambil salah satu rancangan [rumah] dan mengerjakan ulang
rancangan itu secara total. Saya mengubah dinding-dinding di sekeliling
rumah, dan memutuskan bahwa ini akan menjadi rumah impian saya
suatu hari nanti. Dan jika saya ingin membangunnya, saya tahu bahwa
saya harus menjadi seorang arsitek.8
-----------------------------------------------------------------
Gambar 6.1 Titik Pukul Vokasi
Saya akan memandanginya dan saya akan berkata, “Yah, untuk apa
semua ini?” Maksud saya, semuanya tampak begitu hampa bagi saya.”9
Lalu Cynthia memperoleh suatu pekerjaan desain bagi suatu
tempat praktek dokter. Pekerjaan itu berhasil dengan “luar biasa baik”
dan menyebabkan kliennya memintanya untuk mempertimbangkan
suatu posisi paruh waktu untuk menyelia suatu proyek untuk membangun
suatu rumah bagi mereka yang mengalami cacat dalam perkembangan
mental. Ia berkata,
Proyek itu menandai suatu titik balik besar dalam karirnya saat
ia menyadari desain bisa berkontribusi terhadap kemandirian. Seperti
yang dikatakannya kepada wartawan New York Times pada tahun 2009,
“Saya ingin orang tahu [bahwa] tidak peduli apakah mereka memiliki
keterbelakangan mental atau fisik … mereka hanya terbelakang jika
mereka tidak bisa melakukan apa yang ingin mereka lakukan. Arsitektur
bisa menghilangkan kelemahan melalui desain. … Jika Anda berada di
dalam suatu rumah di mana Anda bisa melakukan apa yang ingin Anda
lakukan, Anda tidak terbelakang lagi.”10
Cynthia telah memperoleh pengakuan nasional di bidang desain
universal, telah diundang untuk mengajar kelas-kelas di Harvard dan
adalah juru kampanye gerakan “menjadi tua di tempat yang tepat”. Ia
berkontribusi kepada transformasi industri desain.
Ia dan suaminya—dibantu oleh banyak kontribusi korporasi—
membangun rumah mereka di Colorado, Green Mountain Ranch, sebagai
suatu “rumah contoh, laboratorium, dan pusat pelatihan bagi mereka
yang tertarik oleh desain universal.” Rumah itu mencakup berbagai
elemen desain untuk menjadi tua di tempat yang tepat, seperti suatu lift
bak mandi tersembunyi dan lemari-lemari dapur dengan laci berukuran
sepuluh inci di bagian bawah yang bisa disingkirkan untuk menurunkan
lemari-lemari itu ke ketinggian kursi roda, jika dibutuhkan.11
Dengan setiap langkah yang saya ambil, menjadi makin jelas bagi saya
bahwa kedua jalan ini, sebagai seorang arsitek dan seorang murid, tidak
dimaksudkan untuk dijalani secara terpisah dan independen satu sama lain.
Makin panjang tumpang tindih dan irisannya, makin jauh mereka terajut dan
sesuai, saya merasa makin hidup dan makin besar kemuliaan bagi-Nya.14
MEMAHAMI MUSIM-MUSIM
Saya mendorong para pemimpin gereja untuk mengundang orang untuk
menemukan dan hidup dalam titik pukul vokasinya karena sukacita yang
dibawanya bagi para pekerja, harapan yang dibawanya bagi mereka
yang dilayani, dan kemuliaan yang dibawanya bagi Allah. Bersamaan
dengan itu, dalam dorongan yang mereka berikan, para pemimpin harus
menggunakan bahasa “perkecualian”—menyarankan agar orang sebisa
mungkin mencari titik pukul itu. Bahasa seperti itu adalah keharusan
karena tidak semua orang dalam jemaat memang bisa bekerja dalam
titik pukul vokasi mereka, dan sejumlah orang yang bisa melakukannya
mungkin hanya bisa melakukannya untuk masa hidup terbatas saja.
semusim, dan pekerjaan yang sekarang ini cocok. Atau mungkin ia hanya
tidak bisa menemukan pekerjaan yang benar-benar diinginkannya dalam
ekonomi yang menurun saat ini.
Dalam situasi-situasi seperti ini—dan lainnya yang bisa kita
bayangkan—bekerja di dalam titik pukul vokasi bukanlah sesuatu yang
bisa dianggap pasti akan terjadi. Jadi para pendeta harus berhati-hati
untuk tidak membuat para jemaat merasa bersalah jika, untuk berbagai
alasan yang sah, mereka tidak mampu berada di titik pukul tersebut.
7
-----------------------------------------------------------------
MENEMUKAN
-----------------------------------------------------------------
Aku lebih dari karunia-karunia rohaniku.
Aku adalah suatu kisah,
aku adalah luka-lukaku,
aku adalah keberhasilanku.
Penemuan diri haruslah holistik.
SUE MALLORY
A
llah memanggil para pemimpin gereja kepada pekerjaan
untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pelayanan
(Ef 4). Saya belum pernah bertemu seorang rohaniwan yang
tidak setuju tentang hal itu. Saya juga belum pernah berada
di suatu gereja yang tidak menegaskan pentingnya menolong
orang untuk mengelola “waktu, talenta, dan harta” mereka bagi Allah.
Namun, pembicaraan seperti itu tidak selalu digabungkan dengan
tindakan yang sengaja.
Lebih dari sekedar melemparkan suatu visi yang inspiratif
kepada jemaat untuk mengelola vokasi mereka untuk kemuliaan Allah dan
kebaikan bagi sesama mereka, para pemimpin gereja perlu menyediakan
suatu sistem yang menolong umat mereka untuk menyelidiki karunia-
karunia, minat-minat, dan “ketidakpuasan kudus” mereka, serta dimensi
daya vokasi mereka. Kita tidak bisa mengharapkan jemaat mengelola
dengan baik jika mereka tidak mengenali apa yang mereka miliki. Saat
jemaat mengambil waktu untuk menyelidiki desain unik mereka yang dari
Allah, mereka mulai menemukan tempat mereka yang paling tepat untuk
melayani-Nya dalam kerajaan-Nya.
Pleasant Valley Baptist Church di wilayah metro Kansas City
adalah pemimpin nasional dalam menyertai anggota-anggotanya
melalui proses penemuan dan memperlengkapi untuk pelayanan
ini. Gereja Willow Creek yang dipimpin oleh Bill Hybels telah memuji
pekerjaannya, dan konsultan gereja yang berpengalaman, Don
Simmons, memujinya sebagai “gereja yang memperlengkapi paling
baik di negara ini.” Setiap tahun para pemimpin gereja mengantri
untuk berpartisipasi dalam program mentoring E2 di Pleasant Valley
untuk belajar bagaimana mereka bisa menciptakan suatu budaya
yang bersemangat untuk melibatkan orang-orang awam melayani di
dalam dan luar gereja.
Pada paruh pertama bab ini, kita akan melihat pendekatan
Pleasant Valley. Pada paruh kedua, kita akan melihat bagaimana anggota-
anggota jemaat gereja saya sendiri telah melakukan curah gagasan
tentang dimensi-dimensi spesifik daya vokasi. Akhirnya, kita akan melihat
bagaimana suatu serial khotbah dari The Well Community Church di
Fresno, California, menolong pendengar-pendengarnya mengidentifikasi
ketidakpuasan kudus mereka.
Ada jauh lebih banyak hal dalam diri saya (atau siapa pun) ketimbang
hanya karunia-karunia rohani saya saja. Jika suatu gereja menolong saya
menemukan karunia-karunia rohani saya, mereka hanya menemukan
satu bagian dari diri saya. Mereka akan kehilangan banyak pengalaman
yang telah Allah berikan kepada saya; mereka akan kehilangan peristiwa-
peristiwa dan aktivitas-aktivitas, dan geografi saya, serta perjalanan
rohani saya.5
-----------------------------------------------------------------
Gambar 7.1. Dimensi-dimensi daya vokasi
yang bekerja diam-diam tetapi dengan setia untuk membawa kabar baik
dan harapan di sejumlah komunitas kota yang paling bermasalah.
3. Jejaring. Untuk memeriksa ketersediaan jejaring vokasi,
jemaat bisa mulai dengan membuat daftar rekan kerja, baik yang
sekarang maupun yang lama. Lalu mereka bisa mengidentifikasi teman-
teman dan kolega-kolega sejak dari masa persiapan vokasi mereka
(universitas, sekolah pasca-sarjana, program-program pelatihan); kolega-
kolega yang mereka temui di konferensi-konferensi profesional; dan
pelanggan, pemasok, mitra, mentor, dan pejabat-pejabat publik yang
telah berinteraksi dengan mereka dalam pekerjaan. Kebanyakan orang
terkejut saat melihat betapa luasnya jejaring mereka. Berikutnya adalah
tugas untuk secara seksama dan hati-hati memikirkan bagaimana
mengelola jejaring itu untuk tujuan-tujuan shalom.
Radiolog Simon Chiu dari Christ Church of Oak Brook (Illinois)
telah menggunakan jejaringnya untuk merekrut banyak dokter dan
profesional perawatan kesehatan lainnya untuk memberikan pelayanan
sukarela di Lawndale Christian Health Clinic di pusat kota Chicago.
Chiu sendiri adalah seorang partisipan yang antusias.14 Demikian pula,
pengembang perumahan John Phillips dari Willow Creek North Shore
Community Church, di Northfield, Illinois, menggunakan jejaringnya
untuk menemukan tempat-tempat yang terjangkau untuk disewa bagi
pelayanan remaja di pusat kota yang dibantunya.15
Orang-orang Kristen yang memiliki jejaring yang kuat di dalam
bidang profesi mereka bisa mengumpulkan rekan-rekan seprofesi
untuk mendiskusikan isu-isu yang mempengaruhi bidang dan industri
mereka—atau meluncurkan suatu inisiatif baru yang mengurus
masalah yang dikhawatirkan anggota-anggota bidang itu. Dengan kata
lain, salah satu cara untuk mempromosikan transformasi insititusional
di dalam suatu bidang adalah menggunakan jejaring yang dimiliki
seseorang untuk mengorganisir kelompok-kelompok minat, koalisi,
gugus tugas, dan sejenisnya.
Andy Macfarlan, dokter umum keluarga yang kita jumpai di
bab satu, membawa keprihatinannya tentang orang-orang yang tidak
memiliki asuransi kesehatan di kotanya kepada kolega-koleganya di
Albemarle County Medical Society. Ia membagikan visi di sana agar ada
suatu sistem perawatan pro bono yang terkoordinasi bagi orang-orang
dewasa bekerja yang tidak memiliki asuransi kesehatan. Rekan-rekan
sesama dokter berkomitmen terhadap visi itu, dan bersama-sama Andy
dan mitra-mitranya ini menggunakan jejaring mereka untuk merekrut
Saya telah bermain dalam konser di seluruh bagian tenggara negara ini
selama dua puluh tahun, dan telah merekam lagu-lagu saya dan lagu-
lagu saya juga direkam oleh orang lain. Saya telah memimpin kebaktian
penyembahan di mana saya pikir awan kemuliaan akan memenuhi
ruang kebaktian karena cara jemaat menyanyi; tetapi malam itu, di
ruang keluarga dari keluarga terkasih itu, Allah memberi saya hak
istimewa untuk melihat pelayanan musik yang sesungguhnya, di mana
dalam privasi rumah itu, airmata dukacita berubah menjadi airmata
penuh pengharapan dan isi hati dicurahkan dalam mazmur-mazmur,
himne-himne, dan lagu-lagu rohani yang naik dari ruangan itu. Saya bisa
melihat bagaimana Allah menggunakan pekerjaan tangan saya untuk
menguatkan dan menghibur saudara dan saudari saya dalam suatu cara
yangbelum pernah saya alami sebelumnya. Tidak ada kontrak rekaman di
dunia ini atau suatu panggung konser yang akan saya tukarkan dengan
malam itu.18
KETIDAKPUASAN KUDUS
Akhirnya, selain mengidentifikasi karunia-karunia rohani dan dimensi
daya vokasi, tugas menemukan mencakup mendorong jemaat-jemaat
untuk memahami ketidakpuasan kudus mereka. Ini bukanlah suatu
area di mana Pleasant Valley banyak memfokuskan diri, tetapi The Well
Community Church sudah melakukannya.
Suatu ketidakpuasan kudus adalah suatu gairah yang
“meremukkan” seseorang—isu yang “membuatmu tidak bisa tidur
di malam hari; sesuatu di dalam dunia yang ingin kamu bereskan,”
kata pendeta The Well, Brad Bell.20 Pada bulan September 2009, ia
menyampaikan suatu serial khotbah tentang topik itu, menggunakan
kitab Nehemia sebagai teksnya. Kata-katanya terbukti mengubahkan
hidup setidaknya bagi satu orang pendengar, Tim Schultz yang berusia
tiga puluh tiga tahun.
Tim telah bekerja dalam bidang konstruksi di suatu pengembang
perumahan di Fresno selama beberapa tahun. Ia memiliki minat lama
dalam beberapa area penting: masalah tuna wisma, kepedulian terhadap
ciptaan, pengangguran, dan desain. Sebelum mendengar khotbah
Bell, Tim telah bergumul tentang bagaimana mengintegrasikan minat-
minat ini ke dalam suatu upaya sosial baru yang bisa menggunakan
keterampilan vokasi, pengalaman, dan jejaringnya. Khotbah Nehemia itu,
katanya, “Benar-benar menarik pemicu” bagi ide-idenya.21
Ketika Bell pertama menggunakan frasa “ketidakpuasan kudus”,
sesuatu menjadi jelas bagi Tim. “Frasa itu benar-benar memberi nama
kepada apa yang sedang saya alami,” ujarnya. “Saya akhirnya bisa
mengatakan, ‘Itu dia! Itulah yang sedang saya alami.’” Tim berduka karena
masalah pengangguran dan tuna wisma dan berhasrat agar cara-cara
yang lebih baik ditemukan dalam industri konstruksi untuk mengurangi
pemborosan yang berakhir di tempat pembuangan sampah. Mengikuti
8
-----------------------------------------------------------------
PEMBENTUKAN
-----------------------------------------------------------------
Yesus sebenarnya
mencari orang-orang
yang kepadanya bisa
dipercayakan kuasa-Nya.
DALLAS WILLARD
P
enatalayanan vokasi yang setia bukan hanya tentang
melakukan, tetapi juga tentang menjadi. Untuk menggunakan
daya vokasi mereka untuk kebaikan bersama, orang-orang
percaya harus memiliki karakter untuk menangani daya ini
dengan rendah hati dan menjauhkan diri dari penggunaannya
secara keliru. Itulah sebabnya memuridkan untuk penatalayanan vokasi
melibatkan bukan hanya pekerjaan inspirasi dan penemuan tetapi juga
suatu penekanan tentang pembentukan. Aspek persiapan bagi jemaat
bagi penatalayanan vokasi ini tidak terlalu tentang mekanika bagaimana-
caranya tetapi lebih tentang hati. Memperlengkapi tidak lengkap sampai
para pemimpin gereja menyediakan pengajaran, nasehat, dan pembinaan
yang dibutuhkan untuk membentuk karakter anggota-anggota mereka
dengan tepat.
Pembaca yang seksama akan beberapa bab terakhir mungkin
menyimpulkan—dengan tepat—adalah penting orang menghindari
meremehkan talenta dan daya vokasi yang mereka miliki. Sekarang saya
ingin menyeimbangkan hal itu dengan menggarisbawahi betapa vitalnya
Sebagai responsnya, seperti yang telah diucapkan oleh Rev. Tim Keller
dari Redeemer Presbyterian Church, orang-orang Kristen harus menjadi
suatu “budaya tandingan bagi kebaikan bersama.”9 Ini mencakup membuat
pilihan-pilihan untuk bersikap berani ketimbang aman
Yang penting, ini tidak mencakup meninggalkan hal-hal yang kita
lakukan dengan baik, kekuatan-kekuatan yang kita miliki, atau keahlian
vokasi yang telah kita kumpulkan. Ini justru berarti menggunakan karunia-
karunia yang diberikan Allah itu untuk apa yang disebut oleh penulis Gary
Haugen “tanjakan yang lebih menuntut.”10 Dengan kata lain, keberanian ini
adalah tentang mengabdikan karunia-karunia dan talenta-talenta kita bagi
maksud-maksud kerajaan Allah, bukan kerajaan-kerajaan kita sendiri. Ini
artinya berusaha melakukan berbagai hal menurut ukuran Allah dengan
talenta-talenta kita, tugas-tugas yang tidak bisa kita selesaikan sendirian,
tanpa pertolonganNya. Kita membawa semua daya kita kepada Allah dan
mengakui bahwa itu semua tidak cukup untuk menyelesaikan pekerjaan
untuk membawa cicipan kerajaan Allah. Kita memandang, seperti anak-
anak, dalam kebergantungan penuh tekad kepada Bapa Sorgawi kita.
Haugen menulis,
Ini bukanlah memasrahkan talenta atau hasrat atau pelatihan kita, tetapi
menaruh hal-hal yang sudah dianugerahkan itu di suatu tempat yang
melampaui batas aman, di luar kemampuan [kita] untuk mengendalikan
hasil dan di luar daya [kita] sendiri untuk berhasil. Ini adalah suatu
tempat di mana Allah sangat dibutuhkan dan suatu pekerjaan di mana
Dia senang terlibat—karena itu adalah pekerjaan-Nya sendiri. 11
itu masuk akal, tetapi ia tidak tahu komunitas mana di Richmond yang
akan menjadi pilihan yang bagus untuk investasi itu. Karena ia orang
yang berkepribadian aktif, Martha memutuskan untuk mengendarai
saja mobilnya dan mulai mencari. Tidak lama kemudian mobil putihnya
menjadi pemandangan yang biasa terlihat meluncur pelan di lingkungan
sebelah timur yang lebih keras.
Saat ia berkendara dan mengamati, ia juga berdoa terus
menerus, meminta pimpinan Allah. Pada tahun 2001 Allah membuatnya
bertemu dengan Rosa Jiggets. Rosa adalah seorang perempuan Afrika
Amerika paruh baya dari lingkungan Highland Park di Richmond, suatu
lingkungan perumahan yang sulit secara ekonomi. Ia tumbuh dewasa
dalam keluarga pengusaha—ayahnya mengoperasikan suatu “minimart
berjalan” selama bertahun-tahun.
Minat bisnis Rosa dan Martha yang serupa serta iman mereka
yang sama menolong kedua perempuan ini untuk langsung akrab.
Kemitraan mereka menyatukan berbagai jenis daya. Martha memiliki
jenis-jenis daya tertentu yang tidak dimiliki Rosa; ia memiliki kekayaan
dan akses kredit dan jejaring sosial serta bisnis yang sangat luas. Rosa
memiliki daya yang tidak dimiliki Martha: pengetahuan lokal, modal
budaya, dan reputasi yang bagus di lingkungan itu. Keduanya memiliki
daya untuk ketajaman bisnis. Dengan mengombinasikan talenta mereka,
mereka menerapkan suatu pelayanan yang membawa transformasi
kepada beberapa blok kota di Highland Park.
Sejak tahun 2002, kedua perempuan ini telah mengembangkan
pelayanan mereka, dinamai Boaz & Ruth, menjadi suatu perusahaan
multifaset yang memberi kehidupan. Saat Martha lebih memahami
komunitas di sana dari Rosa dan tetangga-tetangganya yang lain, ia
menjadi tahu bahwa Highland Park menerima para lelaki dan perempuan
yang keluar dari penjara-penjara Virginia dalam jumlah yang tidak
proporsional. Ia mendapati tingkat berulangnya kejahatan adalah sekitar
66 persen dan seringkali itu disebabkan karena para mantan napi itu
tidak bisa menemukan pekerjaan.
Rosa mulai memperkenalkan Martha kepada beberapa lelaki
dan perempuan ini, dan Martha memiliki mata yang melihat mereka lebih
dari sekedar mantan napi. Dalam lima tahun berikutnya, ia menggunakan
koneksi politik, uang, jejaring bisnis, dan keahlian pemasarannya untuk
meluncurkan tujuh bisnis lokal lagi di Highland Park, yang masing-masing
mempekerjakan mantan napi. Para lelaki dan perempuan ini bergabung
dalam program magang Boaz & Ruth dan bekerja selama setahun atau
lebih di toko Second Harvest atau dalam bisnis pindahan, bisnis restorasi
furnitur, bisnis eBay, restoran, atau perusahaan B & R lainnya. Dengan
berbagi kuasa dengan Rosa dan anggota-anggota komunitas lainnya,
Martha telah berkontribusi terhadap beria-ria penuh sukacita dalam
blok-blok kota Highland Park.
Martha senang berkata tentang semua orang yang terlibat
dalam B & R, mulai dari para staf sampai relawan sampai para partisipan
dalam program, “Kami percaya setiap orang adalah seorang ‘Ruth’ yang
memiliki kebutuhan-kebutuhan dan juga seorang ‘Boaz’ yang memiliki
karunia-karunia.”19
KESIMPULAN
Saat para pemimpin gereja memandang umatnya, mereka melihat
banyak individu yang diberkati dengan pendidikan, hak-hak istimewa,
kesempatan-kesempatan, dan pengaruh. Para jemaat ini memiliki banyak
hal yang bisa dibagikan. Beberapa di antaranya perlu ditantang untuk
mengarahkan talenta mereka yang besar ke arah kebaikan bersama,
mengalahkan kecenderungan ke arah kenyamanan dan kemewahan.
Lainnya ingin menolong sesama tetapi mungkin perlu bertumbuh dalam
hal kepekaan untuk mengelola kuasa mereka di tengah-tengah orang-
orang yang tidak terlalu memilikinya.
Diharapkan, sebagai hasil dari terinspirasi dan menjalani proses-
proses penemuan yang disengaja yang telah memampukan mereka untuk
memperjelas talenta-talenta unik yang telah Allah berikan kepada mereka
untuk dibagikan, banyak jemaat yang akan merasa tergerak untuk keluar
dan melakukan sesuatu. Namun, sebelum meluncurkan energi ini, para
pemimpin gereja harus bekerja keras untuk memperkuat “diri batiniah”
anggota-anggota mereka sehingga pelayanan mereka di dunia benar-
benar membawa kemuliaan bagi Allah dan membantu sesama mereka
dengan tulus.
JALAN MENUJU
PENATALAYANAN VOKASI
9
-----------------------------------------------------------------
MENEMPATKAN
DAYA VOKASI
EMPAT JALAN
-----------------------------------------------------------------
Paling banyak, Anda akan menghabiskan
sekitar 5 persen dari jam bangun Anda
di [gereja]. Sembilan puluh lima persen
hidup Anda dihabiskan di dunia ...
Kartu pencatat isinya adalah tentang
95 persen [yang dihidupi] di dunia.
PDT. VICTOR PENTZ
P
ara pemimpin gereja mungkin percaya bahwa jika mereka
mengkhotbahkan pesan yang benar (inspirasi), menyediakan
peralatan dan forum yang menolong umat mereka
mengidentifikasi karunia, minat-minat, dan dimensi-dimensi daya
vokasi mereka (penemuan), dan menolong anggota-anggota
mereka mengembangkan karakter yang matang untuk menangani
daya yang mereka miliki dalam sikap yang alkitabiah (pembentukan),
maka anggota-anggota mereka akan langsung mulai mengelola daya
-----------------------------------------------------------------
Tabel 9.1. Ringkasan Empat Jalan
peduli dan prihatin terhadap orang itu, dan itu juga mengharuskan mengundang
orang lain ke dalam percakapan itu, mendengarkan tanpa berprasangka, dan
mengakui harkat orang lain dan pandangan-pandangan mereka bahkan saat
terjadi perbedaan pendapat yang logis. Yang lebih penting, keramahtamahan
intelektual mencakup nilai keramahtamahan dasar keilmuan, yang
mengakarkan keterbukaan kita terhadap pandangan-pandangan orang lain
karena mengetahui bahwa daya mental kita terbatas, dan bahwa wawasan
kognitif, pengalaman, dan afektif orang lain, terutama saat mereka berbeda
dari milik kita, bisa benar-benar memperdalam dan memperluas pemahaman
kita akan orang-orang lain dan dunia yang mengelilingi kita.3
ada suatu harapan atau suatu prospek yang dibayangkan agar manusia
mekar dalam dunia kontemporer, maka hal itu dimulai saat Firman shalom
menjadi daging dalam diri kita dan diberlakukan melalui kita ke arah mereka
yang dengannya kita hidup, dalam tugas-tugas yang diberikan kepada kita,
dan dalam lingkungan pengaruh di mana kita beroperasi.”4
Jalan 2: Menyumbang. Jalan penatalayanan vokasi kedua
mencakup menyumbangkan keterampilan-keterampilan kita kepada
organisasi-organisasi selain tempat kerja kita yang biasanya. Ini mencakup
pelayanan relawan di gereja-gereja, pelayanan-pelayanan nirlaba, atau
badan-badan nirlaba atau pribadi atau publik yang bisa menggunakan
pengetahuan dan pengalaman vokasi tertentu kita dalam pekerjaan mereka
di negara ini atau di negera lain. Jalan ini unik dalam hal bahwa pelayanan
relawan secara sengaja menggunakan daya vokasi. Ini adalah tentang
membuat para bankir melayani sebagai bankir, tukang kayu melayani
sebagai tukang kayu, dan arsitek melayani sebagai arsitek. Pendekatan
seperti itu jelas masuk akal; tetapi di sebagian besar jemaat, hanya sedikit
atau tidak ada upaya sama sekali untuk memobilisasi anggota-anggota
untuk melayani sesuai dengan talenta-talenta vokasi mereka.
Banyak gereja yang mungkin memiliki kapasitas untuk
memperlengkapi para anggota jemaat mereka bagi penatalayanan
vokasi di sepanjang jalan ini sebagai tambahan kepada jalan pertama.
Jika strategi penjangkauan gereja berfokus pada kemitraan dengan
badan-badan lokal (ketimbang meluncurkan inisiatif-inisiatif baru yang
disponsori gereja) maka jalan kedua akan cocok secara alamiah.
Godaan-godaan di jalan 2. Godaan-godaan utama di jalan
ini mencakup ketidaksabaran, keangkuhan dan kegagalan untuk
menghargai gaya kerja atau lingkungan/budaya kerja yang berbeda
dengan yang biasa dialami dan terasa nyaman. Profesional-profesional
dunia kerja berkapasitas tinggi kemungkinan besar akan mendapati dunia
nirlaba sebagai sesuatu yang berbeda dari dunia korporasi. Beberapa
perbedaannya menunjukkan kelemahan-kelemahan dalam budaya
nirlaba, tetapi lainnya mungkin mengungkapkan kekuatan-kekuatannya.
Para relawan pro bono membutuhkan mata untuk melihat
keduanya, ketimbang mudah merasa jengkel oleh ketidakefisienan
atau kurangnya kebijakan dan prosedur yang rapi. Mereka juga
perlu mengembangkan suatu apresiasi terhadap talenta-talenta dan
keterampilan-keterampilan dari para staf nirlaba. Individu-individu ini
mungkin tidak mendemonstrasikan jenis “kecerdasan” yang sama yang
dimiliki oleh relawan-relawan profesional. Mereka mungkin tidak memiliki
10
-----------------------------------------------------------------
JALAN 1
MEKARLAH DI TEMPAT
ANDA DITANAM
-----------------------------------------------------------------
Gereja ada untuk misi, demi dunia.
Namun gereja diorganisir untuk
membangun dirinya sebagai
suatu institusi. Gereja memberkati
pekerjaan yang dilakukan anggota-anggotanya
di dalam institusi itu tetapi tidak
memperhatikan pekerjaan yang mereka
lakukan “di luar” gereja.
PDT. DAVIDA CRABTREE
P
ada tahun 1985, perusahaan Tom Hill, Kimray, mengalami
saat-saat sulit. Perusahaan di kota Oklahoma City itu, yang
memproduksi alat ukur pengendali dan termostat yang canggih
untuk perusahaan-perusahaan minyak dan gas, sedang
berada di siklus terpuruk. Ini tidak aneh di dalam industri
-----------------------------------------------------------------
Table 10.1. Bagaimana Membina Anggota-anggota Jemaat yang Mekar
Allah telah memanggil kita ke Babel. Ini adalah rumah kita sementara
ini, dan di sinilah kita dipanggil untuk membangun murid-murid dan
membangun gereja-gereja. Allah akan memberimu orang-orang untuk
digembalakan dan dilayani, dan mereka mungkin sebenarnya lebih efektif
bagi kerajaan Kristus, dan berpengaruh dalam budaya kita sebagai orang
awam, ketimbang Anda atau saya. Beri mereka semangat, yakinlah
akan mereka, berdoalah bagi mereka. Bersabarlah kepada mereka.
Jangan mencoba melindungi mereka dari Babel, tetapi katakan kepada
mereka bahwa mereka adalah benih-benih Kristus, diutus keluar untuk
menghasilkan buah, dan mereka akan melakukannya. 2
Bagi para pengikut Yesus, siapa kita adalah suatu pribadi yang diciptakan
dalam gambar dan rupa Allah. Pekerjaan Anda—entah Anda berada
dalam dunia perbankan, atau seorang ibu rumahtangga, atau seorang
guru, atau dalam dunia kedokteran, atau sudah pensiun, atau apapun
yang Anda lakukan, penting bagi Allah. Pekerjaan Anda, kehidupan Anda,
sangat penting bagi Allah, dan Dia mengundang Anda untuk bermitra
dengan-Nya dalam hal itu, seperti halnya Dia mengundang Anda untuk
menyembah-Nya. 12
temukan dalam riset saya. Center for Faith and Work mereka, yang
diluncurkan pada bulan Januari 2003, berusaha “memperlengkapi,
menghubungkan, dan memobilisasi komunitas gereja kita dalam bidang
profesional dan industri mereka ke arah transformasi yang berpusatkan
injil bagi kebaikan bersama.”15 Pendirinya, Katherine Leary Alsdorf
berkata bahwa pekerjaan pusat kajian itu didasarkan pada “teori praktis
tentang pembaharuan budaya [bahwa] kebanyakan [orang percaya]
akan memiliki pengaruh terbesar melalui pekerjaan kita.” Memiliki visi
yang jelas akan hal itu, juga ketekunan yang dibutuhkan untuk menjadi
garam dan terang di lingkungan kerja sekular, membutuhkan dukungan.
“Kami ingin menciptakan suatu komunitas,” kata Katherine. “Orang perlu
membangun relasi-relasi dan menolong menantang satu sama lain.”16
Sekarang ini pusat kajian itu membanggakan lima belas
persekutuan berdasarkan vokasi di mana setiap orang mulai dari
eksekutif periklanan sampai perancang mode sampai insinyur sampai
penari bisa berkumpul dengan sesamanya untuk berdoa, berdiskusi, dan
saling mendukung. Kelompok terbaru adalah bagi para profesional yang
bekerja dalam diplomasi internasional.
Kelompok-kelompok itu mengundang orang-orang Kristen
yang lebih tua dengan pengalaman bertahun-tahun mengawinkan iman
dengan pekerjaan mereka. Mereka menyelenggarakan dialog-dialog, studi
buku-buku, kelompok-kelompok doa, dan acara-acara sosial. Beberapa
berupaya melayani badan-badan nirlaba melalui keterampilan vokasi
spesifik mereka. Semua kelompok itu bertujuan mendorong terjadinya
penatalayanan vokasi yang berorientasi kerajaan Allah bagi kebaikan
bersama. Seperti yang dipaparkan oleh website Kelompok Industri Mode,
kerajaan Allah seperti keadilan atau keindahan atau belas kasihan atau
kesempatan ekonomis atau kepedulian terhadap lingkungan.
ingin dokter hewan saya menguasai riset terbaru yang bisa menolong
hewan peliharaan saya yang sakit. Mengejar keunggulan dengan diam-
diam, setia, seksama dalam suatu vokasi bisa menjadi sangat vital.
Menceritakan kisah-kisah tentang keunggulan mungkin rasanya
tidak terlalu menggairahkan ketimbang menunjukkan jenis kisah-kisah
yang telah kita lihat tadi. Tetapi setiap inisiatif penatalayanan vokasi
harus berhati-hati untuk memasukkan pengajaran akan nilai ini. Memang,
dalam beberapa kasus, karena bobot tanggungjawab individual mereka,
beberapa orang percaya mungkin perlu memandang keunggulan sebagai
yang tertinggi di antara nilai-nilai kerajaan Allah yang mereka coba jalani
saat mereka mekar bagi Yesus dalam profesi mereka.
11
-----------------------------------------------------------------
JALAN 2
SUMBANGKAN
KETRAMPILANMU
-----------------------------------------------------------------
Saya ingin [anggota-anggota jemaat]
memiliki momen-momen bersama Allah
yang membuat mereka terkesiap
karena aktivasi dan penggunaan karunia
yang diberikan-Nya yang membuat
mereka merasakan menjadi pembuat
perbedaan dalam suatu dunia yang rusak.
Dan kita sebagai pemimpin-pemimpin gereja
memiliki karunia itu untuk diberikan
kepada setiap relawan.
BILL HYBELS, PENDETA PENDIRI
WILLOW CREEK CHURCH
A
hli kimia kertas Dan Blevins tidak memandang dirinya sebagai
orang yang luarbiasa. Ia tumbuh dewasa di suatu kota kecil
di Michigan, pergi ke universitas dan memperoleh pekerjaan
setelah lulus. Ia mendapat seorang istri, mulai membangun
keluarga. Mereka bergabung dengan suatu gereja. Di Mt.
Pisgah United Methodist Church di Atlanta, Dan menyanyi di paduan
suara dan menjadi relawan dengan pelayanan rekreasi sebagai seorang
wasit sepakbola.1
Pada bulan April 2003, Dan berusia lima puluh tahun. Ia telah
bekerja di Dow Chemical Company selama hampir dua puluh lima
tahun. Ia mendengar tentang suatu konferensi misi yang akan diadakan
di kota Atlanta pada bulan Juni dan memutuskan untuk menghadirinya.
Karena ulangtahunnya baru-baru ini yang menandai suatu tonggak
hidup, ia memilih mengikuti suatu jalur di konferensi itu yang diorganisir
oleh Finisher Project. (Misi Finisher Project adalah menghubungkan
orang-orang dewasa paruh baya dengan “kesempatan-kesempatan
berdampak global bagi Allah.”)2 Pada hari terakhir, Dan menghadiri
suatu lokakarya berjudul “Menemukan Tempatmu dalam Pelayanan:
Keterampilanmu Dibutuhkan.”
“Pengajarnya memulai presentasinya dengan menyatakan
terlepas dari apapun keterampilan Anda, ada pelayanan di suatu
tempat yang membutuhkan Anda,” ujar Dan.3 Lalu si pengajar berkata
ia akan bertanya kepada setiap orang di ruang itu tentang pekerjaannya,
lalu memberikan rekomendasi tentang suatu pelayanan yang bisa
menggunakan keterampilannya. “Ia mulai berkeliling ruangan ke sebelah
kiri saya,” ujar Dan, “dan contoh-contoh mulai mengalir. Guru, ahli listrik,
perawat—dan kepada setiap orang, [si pengajar] mulai menyebutkan
pelayanan-pelayanan dan tempat-tempat di dunia di mana mereka bisa
terlibat.” Namun, saat si pengajar tiba pada Dan, ia terdiam. Ia tidak yakin
bagaimana Allah bisa menggunakan seorang ahli kimia kertas.
“Tiba-tiba dari baris belakang ruangan ada suara memanggil,”
Dan mengenang. Seseorang mengatakan bahwa mereka telah
bertemu dengan seorang pemimpin pelayanan di ruang pameran yang
membutuhkan seorang ahli kimia kertas. Dan bergegas ke stan pelayanan
itu saat sesinya selesai.
Di sana ia diberitahu bahwa Village Handcrafters, suatu pelayanan
untuk menolong mata pencaharian para penduduk liar di Manila, telah
melibatkan sekitar empat puluh orang untuk membuat produk kertas buatan
tangan dari bahan rami. Usaha itu menciptakan pekerjaan dan menghasilkan
Saat Anda melihat sesuatu yang memanggil Anda dengan begitu spesifik
kepada suatu area di mana Anda sudah dipersiapkan dan Anda benar-
benar suka melakukannya, rasanya hal itu menjadi sangat-sangat
pribadi. Saat itu Anda akan berkata, “Ya, saya tahu Allah mengenal
saya, mengenal nama saya, dan ia peduli kepada saya.” Saat Dia benar-
benar merenggut bajumu dan berkata, “Ayo sini, lakukan hal ini di sini,”
itu benar-benar suatu penguatan besar akan hal-hal yang sering kita
bicarakan dan yakini. Saya percaya secara mendalam bahwa itu benar,
berdasarkan apa yang telah terjadi pada saya.
******
yang dibagikan kepada mereka yang lapar dan dijual dengan harga
terjangkau melalui pasar-pasar pertanian di komunitas itu. Sebagai
tambahan, Charlene telah memobilisasi para pendidik dari gereja itu
untuk melayani di sekolah-sekolah negeri setempat. Ia sendiri melayani
di badan pengawas sekolah. Ini muncul baik dari hasrat pribadinya (ia
adalah seorang pendidik selama tiga puluh tahun) maupun keinginannya
untuk menjadi teladan pelayanan dalam masyarakat kepada sesama
anggota gereja. “Mereka perlu melihat bahwa itu sama berharganya
dengan menyanyi di paduan suara,” ujarnya.23
Dan apa yang menjadi hasilnya bagi Pleasant Valley Baptist
Church? “Kami menemukan, makin banyak kami pergi ke luar gereja,
bagian dalam gereja kami makin terurus,” ujar Charlene. “Itu bukan yang
kami perkirakan sama sekali! Ini sangat mirip dengan apa yang Yesus
katakan, ‘Keluarlah dari dirimu.’”
Dengan terlibatnya Pleasant Valley dalam lebih banyak
kemitraan dengan pelayanan-pelayanan parachurch dan berpartisipasi
dalam upaya-upaya penjangkauan multi gereja di seluruh kota, makin
banyak orang-orang yang tanpa gereja berkebaktian di sana. Ini memberi
energi kepada anggota-anggota jemaat—dan membuat anggota-
anggota jemaat lebih bersedia melayani di dalam gereja, bahkan di
ruangan untuk anak-anak, untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan para
pendatang baru. Charlene menambahkan, “Cara terbaik yang saya tahu
untuk mengatakannya adalah, ‘Anda harus keluar dari diri Anda dan diri
Anda akan diurus.”
Di Fellowship Bible, komitmen untuk melatih anggota-anggota
jemaat berkapasitas tinggi untuk melayani di mana pun—di dalam maupun
di luar gereja—difasilitasi oleh falsafah “tangkap dan lepaskan” dari
Pendeta Senior Robert Lewis. “Umat kita memiliki suatu keinginan untuk
melakukan pelayanan di garis depan sendiri, dan mereka ingin gereja
menolong mereka melakukannya,” ujarnya.24 Sayangnya, kebanyakan
pendeta memiliki falsafah “tangkap dan simpan”, Lewis mengakui. Pada
masa-masa awal pelayanannya, ini adalah pendekatannya. Falsafah
ini baru berubah saat ia mulai belajar tentang kepemimpinan yang
diteladankan Yesus secara lebih seksama. Lewis berkata bahwa Yesus
adalah seorang “nelayan tangkap-dan-lepaskan. Dia akan menangkap
lelaki dan perempuan dengan injil-Nya, dan menghabiskan waktu untuk
mengembangkan, membumbui, dan menggerus mereka dengan cara
Allah, tetapi kemudian Dia akan melepaskan mereka.” Dia melepaskan
mereka “untuk menjadi garam dan terang, dan mengubah komunitas.”25
12
-----------------------------------------------------------------
JALAN 3
LUNCURKAN UPAYA
SOSIALMU SENDIRI
-----------------------------------------------------------------
Mavuno Marathon-lah yang telah
benar-benar mampu menghubungkan kita
dengan misi kita di bumi ini. ...
[Kita] ada di sini untuk mengubah
masyarakat untuk kemuliaan Allah.
KANJII MBUGUA
J
alan ketiga untuk penatalayanan vokasi yang bisa dipikirkan
untuk difasilitasi oleh para pemimpin gereja adalah mendukung
impian kewirausahaan dari para anggota jemaat yang
berkapasitas tinggi. Sekarang ini, gereja Anda mungkin berisikan
sejumlah pemimpin bertalenta di dunia kerja yang sedang
digugah Allah dalam suatu cara baru yang menggairahkan—dan mungkin
agak menakutkan. Mereka secara aktif berpikir untuk meninggalkan
“pekerjaan siang hari” mereka (atau setidaknya mengosongkan sejumlah
besar waktu dalam jadwal mereka untuk melahirkan suatu usaha sosial
MAVUNO MARATHON
Mavuno dimulai sekitar lima tahun yang lalu di bawah kepemimpinan
seorang pendeta yang muda, fasih lidah, dan dinamis bernama Muriithi
Wanjau. Pendeta Muriithi merasa frustrasi dengan apa yang disebut
pemuridan di gereja-gereja injili di Kenya. Dipinjam dari dunia Barat,
pelatihan pemuridan mereka terlalu individualistis, seringkali terkotak-
kotak dan melenceng dari ide dasarnya. Modelnya yang berorientasi
informasi tidak cocok dengan budaya Afrika atau menghasilkan orang-
orang percaya yang hidupnya benar-benar diubahkan. “Saya merasa
kami menciptakan orang-orang Kristen yang telah menyesuaikan diri
dengan budaya Kristen di luar tetapi tidak tertransformasi di dalam,”
ujar Muriithi. “Jadi saya ada di gereja, saya tahu lagu-lagu pujian,
saya tahu ayat-ayat Alkitab. Saya tidak memaki, saya tidak memukuli
istri saya—semua hal yang menurunkan harkat Kekristenan menjadi
Salah satunya adalah politik dan pemerintah. ... kami mendorong banyak
orang untuk memulai inisiatif-inisiatif dalam pemerintahan. Hal itu
mungkin berupa kelompok-kelompok pelobi. Mungkin berupaya menduduki
salah satu jabatan sebagai penasehat kota atau dalam parlemen. Kami
ingin orang-orang yang adalah orang-orang Kristen yang berintegritas
untuk keluar dan mereformasi politik negara kami. Yang kedua adalah
media dan seni. Itu hal besar bagi kami; media adalah alat yang sangat
besar untuk memberi dampak dan kami telah melihatnya. Banyak hal-
hal negatif yang masuk ke dalam budaya kita masuk karena Hollywood
dan semua media yang diasosiasikan dengannya. Jadi kami mendorong
anggota-anggota jemaat untuk memulai inisiatif-inisiatif yang menciptakan
kandungan positif dan mendorongnya ke dalam masyarakat.
Sekolah doa ini sangat mengagumkan bagi kami kaum lelaki. Kami
benar-benar ditantang di gereja untuk menjadi orang-orang yang
berintegritas dan pantas dihormati. Jadi kami berdiskusi bahwa kami
ingin melakukan sesuatu yang benar-benar berani. [Kami memutuskan]
untuk melakukan doa empat puluh hari—bertemu di kantor setiap pagi
pada pk. 5.00 pagi. Pada dasarnya kami meminta Allah mengatakan
kepada kami bagaimana kami bisa menjadi orang-orang yang patut
dihargai di tempat kerja kami dan dalam keluarga-keluarga kami. Dan
kami beroperasi dengan cara yang sangat berbeda sejak saat itu.
pengikut, kata Kanjii dengan penuh gairah. Para musisi ini telah setuju
untuk membagikan talenta mereka di pelayanan ibadah Minggu di Mavuni
dan pada penjangkauan-penjangkauan di sekolah-sekolah menengah
atas yang dipimpin oleh tim-tim dari Mavuno. Kanjii mengharapkan hal
ini untuk mempengaruhi kehadiran orang di gereja dan acara-cara di
sekolah-sekolah menengah atas secara positif, karena para fans akan
meraih kesempatan untuk mendengar bintang-bintang favorit mereka.
Kedua, Kijiji bertujuan mensponsori acara-acara dan konser-
konser yang menarik dengan para musisi Kristen yang cemerlang
memberikan pesan-pesan moral yang positif. Kelompoknya telah
menyelenggarakan berbagai acara di sekolah-sekolah menengah atas
negeri di seluruh negeri. Di sini sekali lagi penjangkauan Kijiji kepada
komunitas beradu secara cerdas dengan pelayanan mendidik-orang-
orang-kudus dari gereja sendiri.
Bersama Mavuno, Kijiji Records juga telah menerapkan
suatu acara Spread the Love baik bagi gereja dan para anggota-
anggota komunitas. Konser itu menawarkan suatu acara sosial yang
positif, berorientasi keluarga dan merupakan suatu kesempatan untuk
memamerkan kepedulian Mavubo terhadap keadilan sosial. Acara Spread
the Love terakhir membangkitkan kesadaran tentang kondisi-kondisi yang
buruk di penjara-penjara Nairobi dan menghasilkan pendapatan untuk
upaya gereja secara keseluruhan untuk membeli ranjang-ranjang bagi
para napi di penjara yang telah dijangkau oleh beberapa Life Group. Selain
itu, siaran-siaran radio dan TV lokal menyiarkan acara-cara ini, sehingga
memberikan “iklan” lebih banyak bagi Mavuno Church dan membawa lebih
banyak pencari kebenaran yang penasaran ke kebaktian Minggu pagi.
Muriithi tahu bahwa semua penjangkauan ini berkontribusi
terhadap pertumbuhan numerik bagi Mavuno. Dengan pertumbuhan itu
muncul kesempatan-kesempatan yang lebih besar untuk menarik orang
ke dalam Marathon dan sumberdaya-sumberdaya yang lebih besar bagi
gereja untuk membayar tagihan-tagihan dan melakukan misinya.
13
-----------------------------------------------------------------
JALAN 4
BERPARTISIPASILAH
DALAM INISIATIF YANG
DITUJU GEREJAMU
-----------------------------------------------------------------
Allah tidak hanya bergantung pada
para pengkhotbah dan pendeta untuk
membawa perubahan ke dalam dunia ini;
Dia menggunakan orang dalam berbagai
bidang masyarakat dengan keterampilan-keterampilan
dan keyakinan yang dibutuhkan untuk
melaksanakan Amanat Agung.
PDT. BOB ROBERTS, JR.
B
isakah Anda membayangkan suatu gereja yang menuju
suatu komunitas tertentu sebagai investasi jangka panjang
dan mendalam lalu “memasang” profesional-profesional
dunia kerja untuk melakukan pelayanan yang bermakna dan
strategis? Arsitek-arsitek dan pengembang real estat dari
gereja bekerja bermitra dengan penduduk dalam komunitas yang dituju
untuk membangun perumahan yang terjangkau—karena naungan yang
aman adalah suatu cicipan kerajaan Allah. Dokter-dokter, perawat-
perawat, dokter gigi, konselor, apoteker, dan mahasiswa-mahasiswa
kedokterannya memimpikan cara-cara kreatif untuk melayani anggota-
anggota komunitas yang dituju yang tidak memiliki asuransi kesehatan—
karena keutuhan adalah suatu cicipan kerajaan Allah. Akuntan-akuntannya
membangun klinik-klinik keuangan gratis sehingga orang-orang miskin
yang bekerja di lingkungan itu bisa memiliki alternatif terhadap perusahaan-
perusahaan yang membantu pelaporan pajak dengan biaya yang tinggi
untuk memperoleh “pengembalian pajak instan”—karena keadilan sama
adalah suatu kerajaan Allah. Dan para artis serta musisi, fotografer, dan
desainer grafis, videografer, dan penari-penari dari gereja berkolaborasi
dengan individu-individu yang memiliki karunia artistik dalam lingkungan
itu untuk menyediakan suatu program seni yang baik bagi anak-anak
setempat—karena keindahan adalah suatu cicipan kerajaan Allah.
Atau bayangkan suatu kisah yang agak berbeda, salah satu
gereja yang tidak memilih suatu tempat khusus untuk keterlibatan
radikal, jangka panjang, tetapi suatu isu spesifik. Gereja itu maju ke
arah kebutuhan untuk menyediakan rumah-rumah penuh kasih sayang
bagi anak-anak yang ada dalam sistem anak asuh atau perumahan
terjangkau bagi keluarga-keluarga berpenghasilan rendah. Bayangkan
fokus-fokus yang dituju pada isu-isu seperti ini menyediakan berbagai
jalan masuk menuju pelayanan praktis bagi para pengacara, pekerja
sosial, konselor, agen-agen real estat, pekerja konstruksi, arsitek-arsitek,
psikolog, petugas penilai tanah/rumah, tukang kayu, pendidik orangtua,
para dokter, desainer interior, spesialis komunikasi, arsitek lanskap—dan
banyak lainnya—untuk menerapkan talenta-talenta vokasi mereka.
Semua ini kedengarannya luarbiasa secara teori, tetapi
menimbulkan suatu pertanyaan yang jelas: Apakah ada gereja-gereja
yang benar-benar melakukan hal-hal seperti ini? Jawaban yang jujur
adalah, yah, tidak banyak. Tetapi ada beberapa yang melakukannya.
Di Brooklyn, New York, misalnya, St. Paul Community Church
telah berada di pusat inisiatif Nehemia Housing yang telah membawa
rumah-rumah baru dengan harga terjangkau bagi lebih dari dua ribu
keluarga pekerja.1 Di Fort Lauderdale, Florida, Calvary Chapel secara
harafiah telah mengubah sistem pengasuhan anak melalui upayanya
untuk memobilisasi dan melatih banyak keluarga-keluarga asuh dan
adopsi di Florida selatan.2 Jadi adalah mungkin bagi suatu gereja untuk
menetapkan dan mengeksekusi suatu fokus spesifik, berkelanjutan
tentang suatu isu dan membuat perbedaan yang bisa diukur.
Selain itu, di pemukiman Sandtown di tengah kota Baltimore,
di pemukiman-pemukiman Lawndale dan West Garfield di tengah kota
Chicago, di pemukiman Ravendale di Detroit dan pemukiman Summerhill di
Atlanta—dan lusinan tempat seperti itu—gereja-gereja yang berkomitmen
untuk pengembangan komunitas secara mendalam, komprehensif, dan
jangka panjang telah menghasilkan transformasi yang terlihat.3
Pemikiran bahwa gereja-gereja dalam kehidupan nyata bisa
benar-benar membuat kotanya bersukaria bukanlah suatu fiksi.
Dalam bab ini, kita akan melihat dua gereja secara terperinci—
Southwood Presbyterian Church (PCA) di Huntsville, Alabama, dan
Crossroads, di Cincinnati, Ohio—yang menguji, dalam dunia nyata, inisiatif-
inisiatif tranformasi yang berorientasikan kerajaan Allah yang melibatkan
penatalayanan vokasi. Salah satunya menuju suatu lingkungan pemukiman
spesifik di kotanya; lainnya, menuju suatu isu spesifik. Keduanya sudah
bekerja selama beberapa tahun; dan keduanya sama sekali belum
selesai. Kisah-kisah mereka memberi banyak inspirasi dan pengajaran.
Kedua gereja itu cukup berbeda. Southwood adalah gereja
yang tradisional dalam banyak hal, suatu gereja denominasional dengan
keanggotaan yang hampir homogen, dalam suatu kota yang relatif
kecil (populasi 180.000 orang). Crossroad sama sekali bukan gereja
tradisional. Gereja ini nondenominasional, anggotanya beragam, dan
besar—dengan 12.000 orang pengunjung—dan berada di suatu kota
yang populasinya lebih dari dua juta orang.
Tetapi keduanya memiliki kesamaan dalam hal misi. Keduanya
berfokus eksternal. Keduanya percaya bahwa suatu pelayanan
penjangkauan yang terbatas dan mendalam jauh lebih efektif ketimbang
pendekatan luas tapi dangkal yang menjadi ciri banyak gereja. Sebagai
tambahan, baik di Southwood maupun di Crossroad, para pemimpin
gereja harus dicengkram oleh panggilan misional injil kerajaan Allah
sebelum mereka bisa meluncurkan inisiatif-inisiatif mereka yang
mengesankan. Dan baik para pemimpin maupun anggota dari kedua
gereja harus mengalami belas kasihan yang membuat perut mereka
GAMBARAN “SEBELUM”
Tantangan di depan sangat besar. Walaupun tingkat kemiskinan di
seluruh kota Huntsville adalah 12.8 persen, di Lincoln Village angkanya
mencapai lebih dari 57 persen. Tanda-tanda penggunaan narkoba dan
kejahatan sangat jelas. Menurut data Sensus A.S. tahun 2000, jumlah
orang dewasa di Lincoln Village dengan diploma sekolah menengah atas
tujuan itu,” kenang Mark. “Kami benar-benar harus duduk pada awalnya
dan berkata, ‘Bagaimana kita akan mengatasi [masalah-masalah ini]?”
Saya bicara tentang setiap area [kebutuhan] yang saya lihat—karena saya
berjalan di jalanan dan menghabiskan waktu dengan keluarga-keluarga di
sana. Jadi saya tahu di sana ada masalah medis, bahwa kami membutuhkan
dokter-dokter dan dokter-dokter gigi. [Kami membutuhkan] pengacara untuk
Apa yang saya lakukan sekarang memenuhi sesuatu yang saya selalu
tahu Allah sudah memanggil saya ke dalamnya. Pada awalnya, saat saya
bertanya kepada-Nya tentang hal itu, saya merasa Dia mengatakan, ‘Ya—
tapi tidak sekarang.’ Dengan memberi saya hak istimewa untuk mengajar
anak-anak saya, saya tahu Allah akan menggunakan hal-hal yang saya
pelajari untuk menolong saya mengajar anak-anak yang tidak memiliki
kesempatan-kesempatan seperti anak-anak saya. Jadi bekerja di Lincoln
Elementary adalah suatu jawaban bagi suatu visi yang saya miliki untuk
waktu yang lama. Pekerjaan itu memuaskan, bukan karena saya dulunya
berpikir saya akan “bagus” dalam melakukannya ... tetapi karena saya
meminta kepada Allah setiap hari untuk menolong saya menyelesaikan
pekerjaan yang telah disiapkan-Nya untuk saya lakukan.
ADVOKASI HUKUM
Saat Mark Stearns makin mengenal keluarga-keluarga di pemukiman,
salah satu kebutuhan penting yang mencuat adalah pelayanan hukum.
Ia meminta bantuan Derek Simpson dari Southwood, yang telah siap
untuk berespons dengan positif—baik karena persahabatannya yang
sudah lama dengan Mark dan karena ia tidak asing dengan tantangan-
tantangan yang dihadapi oleh orang-orang miskin. Tepat setelah lulus
dari fakultas hukum di University of Alabama, Derek bekerja bagi banyak
kasus untuk klien-klien miskin yang ditunjuk oleh pengadilan.
Saya adalah orang pertama yang mengenali bahwa saya tidak bagus
dalam banyak hal. Jadi pengurus yang saya rekrut termasuk seorang
pengembang perumahan. Pengurus itu termasuk seorang pengacara
yang menangani semua aspek hukumnya. Juga termasuk seseorang
yang memiliki suatu perusahaan konstruksi, jadi ia yang menangani
semua isu konstruksi bagi kami. Jadi saya rasa itu adalah suatu
perangkat keterampilan yang saya miliki: melihat apa yang dibutuhkan lalu
mengumpulkannya untuk membuat sesuatu terjadi.
GAMBARAN “SETELAH”
Pekerjaan Southwood—dan banyak gereja lain yang terlibat dalam Lincoln
Village Ministry—di Lincoln Village belum selesai. Namun setelah tujuh
tahun investasi strategis dan penuh kasih, perubahan nyata telah terbuka.
Dengan upaya-upaya LVPC dalam bidang perumahan, penampilan
pemukiman itu, setidaknya di wilayah yang berdekatan dengan sekolah,
telah berubah secara nyata. “Bagaikan malam dan siang,” ujar Mark.
“Lingkungan itu menjadi damai, tenang. Anda melihat anak-anak bermain
bersama. Anda melihat para tetangga bercakap-cakap satu sama lain.”
Ia melaporkan bahwa tidak ada lalulintas perdagangan narkoba yang
dulunya mencirikan jalanan-jalanan itu.
“Saat orang berkendara melewati daerah ini, mereka melihat
bahwa tempat ini telah dibersihkan,” ujarnya. Saat suatu kendaraan
yang tidak dikenal melintas, [para penghuni] memperhatikannya—dan
mereka melihat pengemudinya berbalik dan pergi, mencari area yang
lebih bobrok untuk “berhubungan.” Mark menyimpulkan: “Komunitas
ini kini lebih ramah, penuh harapan, aman. Rasanya seperti mengarah
ke tujuan yang berbeda.” Pada saat yang sama, ia menekankan
bahwa jalannya masih panjang. “Saya bisa pergi dua blok dari sini dan
keadaannya akan sangat berbeda.”
Di bawah perbaikan-perbaikan eksternal yang mudah terlihat
ada suatu aliran harapan baru—harapan yang muncul saat orang
mendapati bahwa mereka tidak sendirian, bahwa seseorang peduli
terhadap mereka dan ada bagi mereka. Dale Bowen dari LVPC berkata,
Jika Lincoln Village Ministry tidak terlibat di sini, kami akan merasakan
tekanan untuk harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar siswa-siswa
kami. Saya mengajar di sekolah-sekolah Kelompok 1 di Georgia, dan sulit
melakukannya. Sulit menjangkau mereka secara akademis saat Anda
berkonsentrasi untuk menjangkau mereka secara emosi. Di sini pelayanan
ini melakukan pekerjaan sukarela dengan anak-anak kami, memberi
semangat kepada mereka, menunjukkan kasih sayang kepada mereka.37
Ada banyak ide-ide bagus di luar sana, ada banyak hal ke mana Allah
memanggil, tetapi hanya ada sedikit saja hal ke mana Allah memanggil
kami. Jadi untuk melakukan hal itu Anda harus mengatakan tidak untuk
banyak sekali hal-hal yang bagus. Jika tidak demikian, Anda akan punya
suatu keharusan bahwa ada lima puluh atau enam puluh hal yang Anda beri
dukungan sebesar lima puluh dolar sebulan, atau jika Anda adalah gereja
yang lebih kecil, tiga puluh hal yang Anda beri dukungan sebesar dua puluh
lima dolar sebulan. Dan hal-hal semacam itu kami lihat sejak awal tidak
efektif. Jadi kami ingin melakukan hanya sedikit hal saja dengan sangat baik.
mengingat kembali apa misi mereka dan memiliki suatu energi saat
kembali keluar.
Di sini kami melakukan suatu serial yang disebut Consumed, dan isinya
adalah tentang membebaskan diri dari materialisme. Seperti bagaimana
cara berpikir konsumen Barat mempengaruhi cara Anda menghabiskan
uang Anda? Jadi ini adalah suatu serial selama enam minggu, sangat intens,
dan pada dasarnya dari sana kami melihat suatu [hasil] yang luarbiasa—
orang-orang baru saja mengalami kemerdekaan dalam memberi secara
finansial pada bulan Februari ’08 dalam cara yang mengagumkan.53
-----------------------------------------------------------------
KESIMPULAN
MEMBUAT KOTA BERIA-RIA
-----------------------------------------------------------------
Klaim dari Alkitab adalah Yesus bukan
hanya datang untuk mengerjakan
proyek-Nya untuk menciptakan ulang
dunia ke dalam shalom; Dia datang untuk
menjadikan kita peserta-peserta dalam pembangunan itu.
Itu adalah bagian dari tujuan intrinsik kedatangan-Nya.
PDT. GREG THOMPSON
K
adangkala kisah-kisah bisa secara bersamaan menginspirasi
dan melumpuhkan. Kita mendengar kisah tentang seseorang—
mungkin seperti orang-orang dalam buku ini—dan berpikir,
Yang mereka lakukan sangat mengagumkan. Saya suka
mendengar tentang semua itu. Tetapi saya kira saya tidak
akan pernah melakukan hal seperti itu.
Mungkin ini adalah reaksi Anda terhadap kisah-kisah yang
diceritakan di sini. Sebagai seorang pemimpin gereja atau anggota
jemaat, mungkin hati Anda agak berdebar-debar saat membaca kisah-
kisah ini—tetapi kemudian keraguan merayap masuk. Anda bertanya-
tanya apakah Anda memiliki energi atau kreativitas, keleluasaan atau
berdebat. Wendy Clark, pemilik bisnis Carpe Diem Cleaning yang masih
muda yang kita jumpai dalam bab sepuluh, memperkirakan bahwa ia
membutuhkan waktu sekitar sepuluh tahun untuk memahami bagaimana
cara memajukan dicicipinya kerajaan Allah melalui bisnisnya. Pada masa-
masa awal, banyak perhatiannya hanya tercurah untuk menjaga agar
perusahaannya tetap hidup. Perry Bigelow (bab dua) tidak membaca visi
indah dalam Zakaria 8 tentang suatu lingkungan pemukiman di mana
anak-anak bermain dengan aman di jalanan sedangkan orang-orang tua
bercakap-cakap di teras rumah mereka pada suatu hari lalu pergi dan
membangun HomeTown Aurora pada hari berikutnya. Wendy dan Perry
membaca banyak buku, pergi ke konferensi-konferensi, mendiskusikan
berbagai hal dengan teman-teman yang mereka percaya.
Tim Schulz (bab tujuh) bercerita bahwa ReVive Industries adalah
suatu mimpi yang telah dipikirkannya selama tiga tahun atau lebih. Selama
waktu yang lebih lama dari itu, ia bergumul dengan bagaimana berbagai
minatnya—tentang daur ulang, tuna wisma, pengangguran, dan seni—
harus atau bisa dipersatukan secara masuk akal. Ia memperdebatkan dan
mendiskusikan hal-hal ini dengan istrinya, anggota-anggota keluarganya,
dan para mentor rohaninya. Kini visinya sudah lebih jelas, tetapi ia baru
saja memulai tahap implementasi. Suatu pertanyaan besar baginya
adalah apakah dan kapan ia harus berhenti dari pekerjaan sehari-harinya
untuk menjalankan ReVive secara penuh waktu.
Menemukan titik pukul vokasi biasanya adalah suatu proses
dengan banyak coba-coba di dalamnya. Eksekutif Coke Bonnie Wurzbacher
(bab sepuluh) tidak mulai sebagai mahasiswa yang mengambil jurusan
bisnis di universitas. Pekerjaan pertamanya juga bukan dalam bisnis.
Ia menghabiskan waktu lima tahun sebagai guru sebelum menyadari
pekerjaan itu tidak cocok dan ia harus berani mencoba sesuatu yang
lain. Margaret Powell (bab tigabelas) sudah rindu selama bertahun-tahun
untuk mengajar anak-anak yang beresiko, tetapi harus menunggu sampai
tanggungjawab membesarkan anak-anaknya sendiri sudah berkurang
sebelum ia bisa mengambil peran seperti yang dimilikinya sebagai
seorang spesialis intervensi. Dan ingatlah bahwa sebelum Tom Hill III
meminjamkan pegawai-pegawai KimRay ke kotanya, ia pernah hampir
kehilangan bisnisnya dan mem-PHK banyak pegawai karena keputusan-
keputusannya sendiri yang kurang bijaksana.
Menyadari berbagai kemungkinan yang ada untuk melayani Allah
melalui keterampilan-keterampilan vokasi kita juga membutuhkan waktu.
Selama beberapa waktu, Derek Simpson, pengacara dari Southwood
hidup di tempat seperti itu, Nehemia menangis sedih saat seorang rekan
sebangsanya dari Yerusalem mengunjungi Babel dan memberitahunya
kondisi di kampung halaman (Neh 1:4). Nehemia begitu tergerak oleh
erangan penduduk Yerusalem sehingga ia bertekad mengambil tindakan.
Allah membuatnya disukai oleh majikannya di Babel, dan Nehemia pergi
ke Yerusalem. Di sana ia memobilisasi orang banyak dan menginspirasi
mereka untuk bekerja sama dengan tekun untuk membangun kembali
tembok-tembok kota dan pintu-pintu gerbangnya.
Nehemia 3 kadangkala dilewatkan, karena membacanya terasa
agak seperti perikop-perikop “memperanakkan”—urutan-urutan silsilah
yang membosankan dalam Perjanjian Lama. ini adalah daftar dari semua
orang yang bekerja membangun tembok dan di bagian mana mereka
bekerja. Bagian ini bahkan menceritakan pekerjaan-pekerjaan mereka
biasanya. Beberapa dari orang-orang yang membangun tembok ini
adalah para imam; lainnya adalah pejabat-pejabat publik. Beberapa
adalah pembuat wewangian, salah satunya adalah penjaga keamanan,
beberapa adalah tukang emas, dan beberapa adalah pedagang.
Semua orang memiliki bagian untuk dimainkan. Mereka
bekerja di bagian yang berbeda-beda tembok itu dan mereka membawa
ke dalam pekerjaan itu talenta mereka masing-masing. Bersama-sama
mereka menggunakan karunia-karunia mereka untuk mewujudkan
kebaikan bersama.
Pendeta Scott Seaton dari Emmanuel Church di Arlington,
Virginia, memperhatikan bahwa penatalayanan vokasi mirip sekali
dengan hal ini. Ia menjelaskan bahwa tanpa adanya tembok kota yang
kokoh, Yerusalem bukanlah suatu tempat shalom. “Tembok-tembok
dan pintu-pintu gerbang menolong menciptakan suatu lingkungan yang
aman bagi suatu komunitas yang makmur,” ujarnya, “bukan hanya
secara ekonomi, tetapi juga secara sosial, pendidikan, dan rohani.”3
Lebih dari itu, kata-kata bahasa Ibrani yang digunakan dalam Nehemia
1 mengindikasikan bahwa rakyat Yerusalem merasa malu akan kota
dan situasi mereka. Sekarang ini kita tidak memiliki tembok-tembok
fisik di sekeliling komunitas kita. Sebaliknya, fitur-fitur lain menyediakan
kekuatan dan identitas: sistem ekonomi kita, sekolah-sekolah kita, seni
dan sektor-sektor nirlaba, struktur pemerintahan kita, lingkungan kita,
media, sistem hukum, sistem perawatan kesehatan, dan sejenisnya.
Masing-masing sektor ini bagaikan suatu bagian dari tembok kota, dan
semuanya harus kuat dan berkembang subur jika kita ingin menikmati
rasanya shalom.
-----------------------------------------------------------------
KATA PENUTUP
-----------------------------------------------------------------
Anda mengucapkan doa syukur
sebelum makan. Tetapi saya mengucapkan
doa syukur sebelum konser dan opera,
dan doa syukur sebelum drama dan pantomim,
dan doa syukur sebelum saya membuka sebuah buku,
dan doa syukur sebelum membuat sketsa, melukis,
berenang, main anggar, bertinju, berjalan, bermain, menari,
dan doa syukur sebelum saya mencelupkan pena ke tinta.
G.K. CHESTERTON
S
aya memiliki seorang teman baik yang adalah seorang
pebisnis, atau mungkin lebih tepat adalah, seorang
wirausahawan. Sejak masa kuliahnya, ia memiliki mata untuk
melihat kesempatan-kesempatan lalu menemukan cara-
cara untuk menggunakan wawasannya. Dengan berjalannya
waktu, ia terlibat dalam berbagai hal, dan secara harafiah tidak
mungkin bagi rata-rata orang untuk menjalani hidup tanpa berinteraksi
dengan pekerjaannya. Kita hidup bersama dan menurut imajinasi
kewirausahaannya; ide-idenya memiliki kaki.
Beberapa tahun yang lalu kami makan siang bersama, dan
ia bertanya kepada saya apakah saya tahu mengapa ia ingin bicara.
Terus terang, saya tidak tahu, walaupun ada kasih dan rasa hormat
Anda tidak punya waktu untuk membahas realitas itu dalam tahun-
tahun di mana mereka ada di sini?”
Jika kisahnya berakhir di sana, itu akan berarti satu hal. Tetapi
seperti halnya ide memiliki kaki, demikian pula kurikulum. Tidak ada
suatu minggu berlalu tanpa saya berbicara kepada seseorang yang
hidupnya terbenam dalam dunia kerja—dan di sini saya menggunakan
kata itu untuk meliputi serangkaian vokasi, dari bisnis ke politik, dari
agrikultur sampai pendidikan, dari jurnalisme sampai kedokteran,
dari hukum sampai seni, dari membangun perdagangan sampai
arsitektur, dan seterusnya dan seterusnya dan seterusnya. Ke mana
pun saya pergi saya mendengar kerinduan yang dimiliki orang untuk
melihat pekerjaan tangan mereka terhubung secara integral dalam
pekerjaan Allah. Dan biasanya kerinduan itu dibungkus dengan rasa
sedih karena gereja tampaknya tidak paham, dan yang bahkan lebih
tajam dari itu, bahwa para pendeta tampaknya tidak paham.
Salah satu orang yang saya ajak bicara setahun belakangan
ini menceritakan kepada saya tentang hidupnya. Selama berpuluh-
puluh tahun ia bekerja dalam dunia bisnis, bekerja keras, mengambil
tugas-tugas yang makin rumit yang melibatkan orang dan uang.
Selama bertahun-tahun ia telah memberikan dirinya dengan
kerendahan hati yang jujur untuk melayani dalam gereja-gereja di
mana ia berada, dan merupakan orang yang baik hati, setia, penuh
pertimbangan (ini pendapat saya atas dirinya, bukan ungkapannya
tentang dirinya sendiri). Dengan agak terluka, ia berkata, “Saya
belum pernah memiliki perasaan bahwa para pendeta memikirkan
seseorang seperti saya saat ia mempersiapkan khotbahnya. Rasanya
lebih seperti ia membayangkan bahwa orang-orang hidup di gereja,
bukan di dunia.”
Apa yang harus kita lakukan? Saya menolak untuk menjadi
orang yang sinis, dan bersama Bono saya percaya bahwa “saat
merobek suatu sudut kegelapan” ada suatu kehidupan yang baik.
Kita semua bisa merasa senang bahwa Amy Sherman memiliki
minat-minat dan komitmen-komitmen yang telah membawanya ke
dalam pertanyaan ini dengan kekayaan teologis yang mengagumkan.
Selalu penuh perhatian kepada baik visi alkitabiah dan tantangan
dari kehidupan sehari-hari bagi Setiap lelaki dan Setiap perempuan,
ia telah mengajukan suatu visi vokasi yang sangat dibentuk oleh
realitas kerajaan Allah, menceritakan kisah-kisah tentang para
lelaki dan perempuan dari seluruh dunia yang memandang hidup
Steven Garber
The Washington Institute
-----------------------------------------------------------------
LAMPIRAN A
TEMA-TEMA TEOLOGIS
PENTING YANG MENDASARI
PENATALAYANAN VOKASI
-----------------------------------------------------------------
segala sesuatu menjadi benar. Ini adalah tentang penciptaan dunia yang
baru—apa yang disebut oleh Wahyu 21:1 sebagai “langit yang baru dan
bumi yang baru”—suatu tempat tanpa penderitaan, rasa sakit, airmata,
perang, kelaparan, penindasan, dan kematian.
Kerajaan Yesus telah dimulai dan kini jelas sedang berlangsung
karena hidup, pelayanan, dan kebangkitan-Nya (Lk 4:21, “Pada hari ini
genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya”). Sebagai orang-orang
Kristen, kita telah memasuki kerajaan ini dan menjadi warga-warga di
dalamnya, dan bahwa kewarganegaraan itu harus membentuk kita
dalam segala cara—termasuk dalam kehidupan kerja kita.
Mengapa hal ini penting bagi penatalayanan vokasi.
1. Karena ini menolong kita menghindari kesalahan berpikir bahwa satu-
satunya vokasi yang penting adalah “pelayanan Kristen penuh waktu”
(pendeta-pendeta, misionaris-misionaris, dan seterusnya).
2. Karena ini sangat menolong mengarahkan perhatian kita kepada
prioritas “daftar pilihan” Allah (mengkhotbahkan injil kepada orang-orang
miskin, memulihkan penglihatan mereka yang buta, membebaskan yang
tertindas—yaitu, penginjilan, pelayanan belas kasihan, dan misi keadilan).
3. Karena ini memberikan kepada kita tujuan umum—yang relevan dengan
semua pekerjaan vokasi—tentang melakukan apa yang berfungsi
sebagai tanda dan cicipan kerajaan yang sedang datang.
reklamasi Allah sekarang ... dan partisipasi kita dalam apa yang akan
terus berlangsung. Pendeknya—pekerjaan kita penting. Pasal yang luar
biasa tentang kebangkitan berakhir dengan perkataan ini: “Karena itu,
saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan
giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam
persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia” (1 Kor 15:58).
Oleh karena kebangkitan Yesus, pekerjaan kita tidak sia-sia. Pekerjaan
kita tidak akan dibuang pada saat penggenapan kerajaan Allah. Karya
reklamasi Allah terbentang “sejauh kutuk ditemukan”; Dia memperbaharui
dan mendamaikan segala sesuatu di bawah kedaulatan-Nya.
Tuntutan Allah yang tinggi kepada umat manusia—untuk
melayani sebagai wakil-wakil pemerintahan atas ciptaan—tidak dicabut
paska Kejatuhan; ini tetap menjadi jalan hidup kita dalam Yerusalem Baru
(Why 5:10). Maka, pekerjaan yang dilakukan pengikut-pengikut Kristus
yang setia di masa kini, entah itu mencakup seni atau bisnis atau menulis
atau merawat atau menjadi insiyur atau merencanakan kota atau salah
satu dari berbagai profesi yang ada, terus berlangsung ke dalam masa
depan milik Allah. Seperti yang ditulis Lesslie Newbigin, “Semua orang
yang telah melakukan pekerjaan mereka dengan setia kepada Allah oleh-
Nya akan diangkat untuk memperoleh bagian dalm zaman baru, dan akan
mendapati bahwa pekerjaan mereka tidak hilang, tetapi menemukan
tempatnya dalam kerajaan Allah yang digenapi.”1
dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia”; bahwa peduli kepada orang-
orang yang membutuhkan dan melakukan keadilan adalah sentral kepada
apa artinya mengenal Allah (Yer 22:16); orang-orang miskin adalah
“empunya” kerajaan Allah; dan bahwa kita bahkan bisa menemukan
Yesus pada wajah-wajah orang-orang miskin (Mat 25:45).
Mengapa ini penting bagi penatalayanan vokasi. Walaupun
kita dipanggil untuk melakukan berbagai hal yang berbeda-beda melalui
vokasi-vokasi kita (seperti membuat penemuan-penemuan ilmiah,
menciptakan keindahan, dan membela kebenaran), Allah memang
memiliki suatu penekanan khusus terhadap keadilan dan belas kasihan
kepada orang-orang miskin, dan prioritas-Nya itu harus mempengaruhi
penatalayanan vokasi kita dalam sejumlah cara.
-----------------------------------------------------------------
LAMPIRAN B
PANDUAN DISKUSI BAGI
KELOMPOK-KELOMPOK
KECIL JEMAAT
-----------------------------------------------------------------
K
amus mendefinisikan vokasi sebagai “perasaan kuat akan
kecocokan bagi suatu karir atau pekerjaan tertentu.” Istilah ini
pada hakekatnya sinonim dengan panggilan, karena berasal
dari bahasa Latin vocare (“memanggil”), perasaan ditarik
ke dalam suatu bidang tertentu. Maka suatu vokasi bukan
hanya sekedar pekerjaan; benar, pekerjaan Anda sekarang ini bisa sesuai
atau tidak sesuai dengan suatu panggilan yang lebih mendalam. Lebih
jauh lagi, Anda mungkin tidak dibayar untuk vokasi Anda: Anda mungkin
belajar dalam suatu program tertentu, menjadi relawan dalam bidang
minat Anda, atau tidak memperoleh pendapatan apapun. Aspek yang
menentukan dari vokasi adalah suatu perasaan dalam batin bahwa Anda
“tercipta untuk hal ini”, seperti yang makin ditegaskan oleh kedekatan
dan keterampilan Anda, dan oleh orang-orang lain dan kesempatan-
kesempatan yang ada.
Allah bukan hanya menciptakan kita untuk menyembah Dia dan
hidup dalam komunitas bersama orang lain; Dia telah membentuk di
dalam diri kita suatu kebutuhan untuk bekerja dengan penuh martabat
dan tujuan. Pekerjaan kita mengelola dan mengembangkan harta karun
ciptaan sebagai bagian dari apa yang disebut para teolog sebagai
“mandat budaya” kita. Walaupun dunia yang sudah jatuh dalam dosa
menodai martabat inheren dari kerja—melalui apa yang disebut Alkitab
“semak duri dan rumput duri”—mandat Allah terus berlanjut. Dan
mungkin yang paling mengagumkan, apa yang kita lakukan bagi Kristus
akan dinikmati selamanya.
Kita ingin memikirkan isu-isu ini dalam komunitas, untuk
menolong satu sama lain memilah-milah apa artinya secara praktis
menjalani panggilan kita. Salah satu format adalah kelompok-kelompok
komunitas membahas fokus ini sekali sebulan, dimulai dengan makan
bersama. Setelah makan, mintalah seorang anggota kelompok berbagi
respons atas salah satu atau semua pertanyaan-pertanyaan di bawah
ini, mengangkat tema-tema yang berkaitan yang mereka ingin bahas,
atau membahas pertanyaan-pertanyaan dari kelompok. Paling baik
memberitahu mereka setidaknya seminggu di muka, untuk memberi
mereka waktu untuk mempersiapkannya. Pastikan untuk mengakhiri
diskusi dengan doa bagi para anggota kelompok tersebut dan vokasinya.
1. Ulasan. Dalam beberapa menit, ceritakan kepada kelompok tentang
vokasi Anda. Apa yang Anda lakukan? Kepada siapa Anda bekerja?
Seperti apa gambaran hari kerja Anda biasanya (jika ada yang seperti
itu)? Dengan siapa Anda bekerja? Pelatihan dan pendidikan terkait
apa yang Anda terima?
2. Panggilan. Kapan dan bagaimana Anda mulai merasa ditarik ke dalam
bidang ini? Sejauh mana Anda telah berpikir tentang pekerjaan Anda
sebagai suatu panggilan dari Allah, bagian dari “Mandat budaya” yang
lebih besar? Tidak apa-apa, jujur saja! Bagi banyak orang, pekerjaan
apakah apa yang saya kerjakan sekarang ini berkaitan? Setiap orang
memiliki jawaban yang terucap maupun tidak terhadap pertanyaan-
pertanyaan itu. Alkitab memproklamirkan hal-hal ini:
• Penciptaan: Allah menciptakan kita dalam gambar dan rupa-Nya,
memberi kita martabat dan citra diri yang melekat, untuk maksud
memuliakan-Nya, bukan memuliakan diri sendiri.
• Kejatuhan: Kita secara alamiah terasing dari Allah, sehingga
segala sesuatu yang kita lakukan tercemar oleh sejumlah bentuk
keegoisan: kesombongan, ambisi, keserakahan, irihati, kebencian,
prasangka, nafsu, dll.
• Penebusan: Dalam diri kita sendiri, kita tidak mampu mengatasi
natur-natur kita yang berdosa dan menghilangkan rasa bersalah
dan malu kita. Namun di atas kayu salib, hidup Yesus dipertukarkan
secara murah hati dengan hidup kita.
• Pemulihan: Suatu hari nanti kerajaan Allah akan datang dalam
kepenuhannya, tetapi kerajaan itu sudah dimulai dalam hati dan
hidup kita. Apa yang kita lakukan sekarang dalam iman bagi
Kristus akan dinikmati selamanya.
Vokasi Anda kemungkinan besar memiliki jawaban-jawaban eksplisit
atau implisit bagi beberapa atau semua pertanyaan-pertanyaan di
atas. Bagaimana jawaban-jawaban itu jika dibandingkan dengan
suatu cara pandang Kristiani? Apakah mereka bertentangan
sedemikian rupa sehingga menyebabkan tekanan profesional atau
sosial bagi Anda?
9. Artefak. Dalam buku Culture Making Andy Crouch mendorong orang-
orang Kristen untuk menolong membentuk dunia kita tidak hanya dengan
mengutuk, mengkritik, meniru atau mengonsumsi budaya tetapi dengan
menciptakan “artefak-artefak”—benda-benda budaya, entah itu kursi-
kursi, bahasa, hukum, seni, atau bahkan telur dadar. Artefak-artefak
vokasi apa yang telah Anda pikirkan untuk ciptakan sehingga dengan
suatu cara, walaupun kecil, bisa menolong menciptakan budaya?
10. Pengaruh. James Davison Hunter dalam buku To Change the
World menyebut hampir semua upaya Kristiani pada keterlibatan
-----------------------------------------------------------------
LAMPIRAN C
UNTUK INFORMASI
LEBIH LANJUT
-----------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------
LAMPIRAN D
INDEKS PROFIL-PROFIL
MENURUT VOKASI
-----------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------
CATATAN
-----------------------------------------------------------------
Pendahuluan
1D. Michael Lindsay, Faith in the Halls of Power: How Evangelicals Joined
the American Elite (New York: Oxford University Press, 2007), hal. 226.
2Ibid, hal, 192.
3Ibid, hal. 130.
4Misalnya, Greg Newman, seorang ahli modal ventura, telah
menyediakan suatu dana awal bagi suatu perusahaan lilin di Thailand
yang mempekerjakan perempuan-perempuan yang sudah pulih dari
kekerasan seksual. Filantrofis penuh waktu, Dennis dan Eileen Bakke
telah menetapkan program Harvey Fellows untuk mendukung orang-
orang Kristen yang cerdas untuk belajar di sekolah-sekolah unggulan.
William Inboden menggunakan posisi-posisinya dalam eselon-eselon
atas pemerintahan untuk menciptakan International Religious Freedom
Act pada tahun 1998. Ia menggambarkan dirinya sendiri sebagai orang
yang ingin membentuk budaya, bukan hanya mengikutinya.
5Timothy J. Keller, “Creation Care and Justice”, khotbah yang disampaikan
di Redeemer Presbyterian Church, New York, 16 Januari 2005.
6Ibid.
7Shalom adalah istilah dalam bahasa Ibrani yang kaya makna yang
menyampaikan ide damai dengan Allah, damai dengan diri sendiri, damai
dengan sesama, dan damai dengan tatanan ciptaan. Damai di sini
tidak hanya mengacu pada ketiadaan kekerasan tetapi keutuhan yang
mendalam.
8
Saya berhutang kepada Rev. Jeff White dari New Song Harlem Church di
New York City untuk wawasan ini.
9
Pastinya, Yesus juga jelas mengajarkan bahwa kerajaan Allah juga “belum”.
Kita menunggu dan merindukannya dalam dunia kita yang masih rusak
untuk penggenapannya. Upaya-upaya kita sendiri tidak akan dan tidak
bisa menggenapkannya. Kita diperbolehkan untuk memiliki suatu visi
yang sebesar Allah bagi pekerjaan-pekerjaan dan harapan-harapan kita,
tetapi kita tidak diperbolehkan memiliki Utopianisme. Kerajaan Allah akan
tiba dalam kepenuhannya hanya pada saat kembalinya Sang Raja.
10
Don Simmons, presiden, Creative Potential Consulting and Training,
wawancara melalui telepon dengan penulis, 5 Agustus 2010.
11
Istilah ini berasal dari Bill Hybel dari bukunya Holy Discontent: Fueling the
Fire That Ignites Personal Vision (Grand Rapids: Zondervan, 2007).
12
Saya menghabiskan waktu yang tidak proporsional hanya untuk jalan
satu, “Mekarlah di Tempatmu Ditanam,” karena ini adalah ekspresi yang
paling penting dan paling umum dari penatalayanan vokasi. Ini juga jalan
yang semua gereja—terlepas dari ukuran atau keterbatasan sumber
daya—bisa dan harus tekankan.
13
Lisa Belkin, “Time Wasted? Perhaps It’s Well Spent,” New York Times,
31 May, 2007 <www.nytimes.com/2007/05/31/fashion/31work.
html?spc=19&sq=&st=nyt>.
10
Seperti yang dikutip dalam tulisan Howard Owens, “The Genesee Justice
Story,” The Batavian, 26 November 2010 <http://thebatavian.com/
blogs/howard-owens/genesee-justice-story/22423>.
11
Paul Mrozek, “MHA Salutes Dennis Wittman,” Restorative Justice Online
(20 Mei 2010) <www.restorativejusticeonline.net/RJOB/mba-salutes-
dennis-wittman/>.
12
Cornelius Plantinga, Jr., “Educating for Shalom: Our Calling as a
Christian College,” Calvin College <www.calvin.edu/about/shalom.htm>.
Penekanan berasal dari naskah aslinya.
13
Ini bukan daftar yang memuat semua tanda-tanda kerajaan Allah.
Tambahannya bisa mencakup kebenaran, sukacita, solidaritas,
aksesibilitas, komunitas, kreativitas, dan jasa.
14
Semua kutipan dari Danny Wuerffel berasal dari wawancara melalui
telepon dengan penulis, 5 Oktober 2010.
15
Seni juga melayani maksud-maksud “horisontal”. Berbagai jenis artis
menciptakan karya-karya yang memuaskan rasa lapar estetika jiwa kita.
Kita membutuhkan keindahan, karena Allah menciptakan kita dengan
indera-indera dan menempatkan kita dalam suatu dunia sensorik.
Lingkungan itu penting. Upaya arsitek lanskap untuk memperindah
kota, pekerjaan insinyur untuk membersihkan tanah yang diabaikan
dan penetapan perencana kota untuk adanya suatu taman umum yang
baru—semua ini adalah upaya-upaya kerajaan Allah.
16
Semua kutipan dari Jessie Nilo, pendiri dan direktur, VineArts, berasal dari
wawancara per telepon dengan penulis, 1 September 2010. Sebagai
tambahan kepada cara-cara para artis VineArts mempromosikan
keindahan dalam ibadah, mereka juga menempatkan talenta-talenta
artistik mereka untuk membawa keindahan kepada individu-individu
yang mengalami kesusahan. Para artis dari VineArts mengunjungi
rumah-rumah perawatan dan suatu pusat krisis kehamilan setempat,
memfasilitasi proyek-proyek seni oleh para lansia dan para calon ibu.
Seni menolong membawa orang keluar dari kecemasan dan kesedihan
mereka, demikian cerita Jessie.
17
Lisa Marten, pemilik, relevatorart, berasal dari wawancara per telepon
dengan penulis, 1 September 2010.
18
Semua kutipan dari Andrew Macfarlan, MD, Albemarle Square Family
Healthcare, CHarlottesville, Va., berasal dari wawancara per telepon
dengan penulis, 6 Maret 2011.
19
Semua kutipan dari Courtney Williams, Community Gardening
Coordinator, Lots of Hope Garden, The Pittsburgh Project, berasal dari
tanpa tubuh atau hanya menolong orang untuk menikmati suatu relasi
yang memuaskan dengan Allah seolah-olah itulah akhir masalahnya. Ini
juga akan berbeda secara signifikan dari jenis pekerjaan yang mungkin
akan kita ambil jika satu-satunya tugas kita adalah melupakan dimensi
apapun tentang Allah dan hanya mencoba untuk membuat hidup lebih
baik di dalam terus berlangsungnya dunia seperti itu.”
28
D. Michael Lindsay, komentar-komentar di konferensi Following Christ,
Chicago, Ill., InterVarsity Christian Fellowship, 2008.
29
D. Michael Lindsay, Faith in the Halls of Power: How Evangelicals Joined
the American Elite (New York: Oxford University Press, 2007), hal. 191.
30
Ibid., hal. 221.
31
Ibid., hal. 130.
32
Ibid., hal. 192.
33
D. Michael Lindsay, “A Gated Community in the Evangelical World.”
USA Today, 11 February 2008. Tersedia di <www.rev.org/article.
asp?ID=2991>.
34
Ini adalah penemuan dari seseorang dari Afrika Selatan yang sangat
terpelajar, Charles Villa-Vicencio an pengalaman pribadi dari Beyers
Naude, salah satu orang kulit putih Kristen konservatif yang paling
terkemuka yang bergabung dengan gerakan resistensi. Saat mengatakan
“perjumpaan nyata”, Villa-Vicencio bermaksud mengatakan bahwa orang-
orang Kristen telah berkenalan secara pribadi dengan kondisi-kondisi
kehidupan dunia nyata dari orang-orang kulit hitam di bawah apartheid,
dan mereka telah mengembangkan relasi sejajar dengan orang-orang
hitam (yang adalah penting karena pada saat itu kebanyakan orang-
orang kulit putih berurusan dengan orang-orang kulit hitam hanya dalam
relasi majikan-pelayan). Lihat Resistance and Hope: South African Essays
in Honor of Beyers Naude, ed. Charles Villa-Vicencio, Beyers Naude, dan
John W. de Gruchy (Grand Rapids: Eerdmans, 1985).
35
Cassidy, This Passing Summer, hal. 224.
36
Ibid., hal. 227.
37
Ibid., hal. 473.
38
Ibid., hal. 239.
3
Ibid., hal. 198.
4
Darrow L. Miller, Servanthood: The Calling of Every Christian (Phoenix:
Disciple Nations Alliance, 2009), hal. 95.
5
Michael Frost and Alan Hirsch menekankan bahwa keterutusan kita terikat
dengan pemuridan kita terhadap Yesus: “Yesus mendefinisikan kita
secara total. ... Hubungan kita dengan Tritunggal adalah melalui Pribadi
Kedua. Ini memiliki banyak implikasi, tetapi salah satunya bermakna
bahwa kita tidak akan pernah bisa melampaui fakta bahwa kita adalah
murid-murid dan karenanya orang-orang secara langsung terhubung
dengan maksud-maksud mesianik di dalam dunia.” The Shaping of Things
to Come (Peabody, Mass.: Hendrickson, 2003), hal. 113.
6
Dietric Bonhoeffer, Life Together: The Classic Exploration of Faith in
Community (New York: HarperColllins, 1954), hal. 43-44, penekanan
ditambahkan.
7
Ryan Bell, “Witnessing to God’s Reign,” Spectrum, 4 Agustus 2008 <www.
spectrummagazine.org/print/845>.
8
Rasul Yohanes menulis, “Untuk inilah Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu
supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu” (1 Yoh 3:8).
9
Yesus menuntut para murid yang pertama dengan kerja keras seperti
ini: “Maka Yesus memanggil kedua belas murid-Nya, lalu memberikan
tenaga dan kuasa kepada mereka untuk menguasai setan-setan dan
untuk menyembuhkan penyakit-penyakit. Dan Ia mengutus mereka untuk
memberitakan Kerajaan Allah dan untuk menyembuhkan orang” (Lk 9:1-
2).
10
Frost dan Hirsch, The Shaping of Things, hal. 115, penekanan
ditambahkan.
11
N.T. Wright, Surprised by Hope: Rethinking Heaven, the Resurrection,
and the Mission of the Church (New York: HarperOne, 2006), hal. 200,
penekanan ditambahkan.
12
”Ada suatu teka-teki dalam Talmud yang bunyinya demikian, ‘Jika Allah
ingin manusia hidup oleh roti, mengapa Dia tidak menciptakan pohon
roti’ ... Jawabannya adalah bahwa, pada kenyataannya, Allah lebih suka
memberi kita suatu bijian dan mengundang kita untuk membeli sebidang
tanah dan menanam benih itu. Dia lebih suka kita mengerjakan tanah itu
sambil mengirimkan hujan. Dia lebih suka kita memanen hasil pertanian
sambil mengirimkan sinar matahari. ... Mengapa? Karena Dia lebih suka
kita menjadi mitra-mitra-Nya dalam ciptaan. Tentu saja, Allah bisa saha
memberikan semua kebutuhan kita dan menyelesaikan semua masalah
kita. Namun Allah kita mengundang kita ke dalam suatu kemitraan yang
14
Limabelas badan itu adalah Blackaby Ministries International—
Marketplace Ministries, Fellowship of Companies for Christ International,
Kingdom Companies, Breakthrough Fellowship, Businessmen’s
Fellowship USA, International Fellowship of Christian Businessmen,
Christians in Commerce, His Church at Work, C-12 Group, Christian
Businessmen Connection, Kiros, Life Chasers, Marketplace Network/
Made to Matter, International Christian Chambmer of Commerce, dan
Needle’s Eye Ministries.
15
Fellowship of Companies for Christ International, “Vision and Mission”
<www.fcci-online.org/about-us/vision-mission>.
16
Ibid. Breakthrough Fellowship, International Fellowship of Christian
Businessmen, dan Christian Businessmen Connection juga menyatakan
tujuan utama mereka adalah penginjilan dan pemuridan pribadi.
Businessmen’s Fellowship USA mendorong para pebisnis untuk
membagikan Kristus dalam tempat kerja mereka dan menawarkan
berbagai acara di mana orang-orang Kristen bisa memberikan
kesaksian mereka secara publik. Semua kelompok ini cenderung
membatasi perhatian mereka terhadap masalah-masalah etis kepada
yang menyangkut perilaku individu, berlawanan dengan isu-isu etis level
mezzo dan makro yang dijelaskan oleh Miller.
17
Lihat Blackaby’s Marketplace Ministries webpage untuk tanggal-tanggal
Penelaahan Alkitab terbaru <www.blackaby.org/resources/bible_
study>.
18
D. Michael Lindsay menemukan bahwa para pemimpin bisnis ini sangat
berkomitmen terhadap etika-etika pribadi dan banyak yang mensponsori
Penelaahan Alkitab di tempat kerja atau menggaji pendeta perusahaan.
Ia juga bertemu dengan para pemimpin bisnis yang mengekspresikan
keprihatinan mereka tentang menjaga presentasi publik dari perusahaan
mereka. Beberapa eksekutif korporasi yang diwawancarainya mencatat
bahwa satu cara iman mereka membentuk pekerjaan mereka berkaitan
dengan keputusan-keputusan mereka tentang juru bicara perusahaan.
Mereka bekerja untuk memastikan bahwa jurubicara-jurubicara seperti
itu, termasuk para selebritas, memiliki nilai-nilai iman yang sama dengan
yang dimiliki oleh eksekutif Kristen itu. CEO Jockey Debra Waller membuat
suatu keputusan bahwa dalam iklan pakaian dalam perusahaan itu yang
mempertontonkan baik lelaki maupun perempuan, para aktornya akan
mengenakan cincin pernikahan. Dengan cara ini Waller “secara publik
mengaitkan iman Kristen dengan pengambilan keputusan perusahaan.”
Faith in the Halls of Power: How Evangelicals Joined the American Elite
Bab 6: Inspirasi
1
Doug Spada, “Founder’s WorkLife Vision,” YouTube <www.youtube.com/
watch?v=r-tDaFcsVdo>.
2
Semua kutipan dari Tom Nelson, pendeta senior, Christ Community
Church, Leawood, Kans., berasal dari wawancara per telepon dengan
penulis, 21 Oktober 2010.
3
Robert J. Banks, ed., Faith Goes to Work: Reflections from the Marketplace
(Eugene, Ore.: Wipf & Stock, 1999), hal. 22-26.
4
7Ibid., hal. 24.
5
Lesslie Newbigin, Signs Amid the Rubble: The Purposes of God in Human
History (Grand Rapids, Eerdmans, 2003), hal. 47.
6
Frederick Buechner, Wishful Thinking: A Seeker’s ABC (New York:
HarperOne, 1993), hal. 119.
7
Para pakar Kristen John Bernbaum dan Simon Steer mengambil
posisi yang terus terang dalam isu ini. Mereka berargumen bahwa
“tidak semua pekerjaan memiliki nilai yang setara di mata Allah. Suatu
pandangan alkitabiah tentang pekerjaan menyatakan bahwa pekerjaan
adalah suatu aktivitas yang ditahbiskan Allah dan bahwa kerja keras
adalah bernilai saat kita melayani sebagai pengelola dan rekan pencipta
dalam dunia Allah. Tetapi nilai budaya adalah kriteria lain dari pengajaran
Kristen tentang pekerjaan. Jika kita dipanggil untuk menjadi pelayanan-
pelayanan, pekerjaan yang harus kita lakukan harus membawa
manfaat bagi sesama—manfaat yang memiliki signifikansi. Kita harus
menghindari bukan hanya pekerjaan-pekerjaan yang berbahaya menurut
definisinya (berjudi dan prostitusi, misalnya), tetapi juga pekerjaan yang
tidak menghasilkan jasa yang berguna. Menggunakan kemampuan-
kemampuan kita untuk mengembangkan, membuat, atau menjual
barang-barang mewah atau barang-barang yang bisa berbahaya
bukanlah pilihan karir yang baik secara alkitabiah. Itu bukan keinginan
Allah bagi kita.” Why Work (Grand Rapids: Baker, 1986), hal. 87.
8
Kecuali dinyatakan demikian, semua kutipan dari Jill Sorenson, penasehat
keberlangsungan hidup, Rebuild Consulting, berasal dari suatu
wawancara per telepon dengan penulis pada tgl 29 Juli 2010.
9
Kecuali dinyatakan demikian, semua kutipan dari Cynthia Leibrock
berasal dari “The Secrests of Aging Beautifully” (file audio) <http://
agingbeautifully.org/tape1.mp3>.
10
Joyce Wadler, “A Colorado Home Is Ready for Its Owners’ Old Age,” New
York Times, 19 Februari 2009.
11
Ibid.
12
”Rehabitat Fund: The Carpenter’s Helpers,” Aging Beautifully <http://
agingbeautifully.org/volunteers.html>.
13
Pada bagian tiga, saya memaparkan empat jalan untuk mengekspresikan
penatalayanan vokasi. Jill dan Cynthia mendemontrasikan bagaimana
orang-orang percaya bisa menjalani lebih dari satu jalan setiap kali.
Keduanya adalah contoh dari jalan pertama (berkembang di mana Anda
ditanam). Sebagai tambahan, pekerjaan Jill sebagai relawan di luar negeri
adalah contoh dari jalan dua (menyumbangkan keterampilan). Inisiatif
Rehabitat Cynthia adalah suatu contoh dari jalan ketiga (meluncurkan
usaha sosial Anda sendiri).
14
Jill Sorenson, “Beyond the Walls,” JILLM: Searching for Beauty in the
Everyday (19 Februari 2007) <http://jillm.com/2007/02/19/
beyond-the-walls-2>.
15
Douglas J. Schuurman, Vocation: Discerning Our Callings in Life (Grand
Rapids: Eerdmans, 2004), hal. 130-131.
16
Kecuali dinyatakan demikian, kutipan-kutipan berikut adalah dari Adam
Hamilton, “@ Work,” khotbah yang disampaikan di Church of the
Resurrection, Leawood, Kans., 19 Juli 2009.
17
”GEAR for Sports® Joins Fair Labor Association,” 19 Juni 2000, press
rilis <www.gearnosweat.com>.
Bab 7: Penemuan
1
Pendeta Armitage pensiun dari perannya sebagai pendeta senior di
Pleasant Valley pada kahir tahun 2010.
2
Church Community Builder (CCB) adalah suatu program canggih yang
memampukan jemaat untuk membangun dan mengelola profll-profil
keterlibatan jemaat. Fitur “Posisi” pada CCB, misalnya, menolong para
pemimpin gereja mencocokkan kesempatan-kesempatan pelayanan
dengan individu-individu yang paling cocok untuk mengisinya berdasarkan
karunia-karunia, minat-minat, keterampilan-keterampilan, dan gaya
kepemimpinan. Software ini juga memungkinkan anggota jemaat
untuk mencari secara online dan menerapkannya bagi kesempatan-
kesempatan pelayanan yang cocok dengan mereka.
3
Semua kutipan dari Charlene Armitage, direktur bagian memperlengkapi,
Pleasant Valley Baptist Church, berasal dari wawancara per telepon
dengan penulis, 24 Agustus 2010. (Ia pensiun dari posisi di gereja ini
pada akhir tahun 2010.)
4
Kutipan dari Sue Mallory, asisten pencatat dari sesi itu, Brentwood
Presbyterian Church, dan penulis dari The Equipping Church, berasal
dari wawancara per telepon dengan penulis, 11 Agustus 2010.
5
Semua kutipan dari Don Simmons, presiden, Creative Potential Consulting
12
Hammack, “Gourmet Giving,” hal. 64.
13
Stan Grossfeld, dikutip dalam “The Pulitzer Photographs: A Glimpse of
Life,” diproduksi oleh Newseum, Washington, D.C.
14
Ronald J. Sider, et al., Linking Arms, Linking LIves: How Urban-Suburban
Partnerships Can Transform Communties (Grand Rapids: Baker, 2008),
hal. 127.
15
John Phillips, pengembang real estat, wawancara dengan penulis,
Chicago, 28 Juni 2010.
16
Kecuali dinyatakan demikian, kutipan-kutipan berikut adalah dari Helen
Bach, penyelia administratif, Olive Crest, berasal dari suatu wawancara
per telepon dengan penulis pada tgl 23 September 2010.
17
Kevin Brennfleck dan Kay Marie Brennfleck, Live Your Calling: A Practical
Guide to Finding and Fulfilling Your Mission in Life (San Francisco: Jossey-
Bass, 2005), hal. 36-39.
18
Craig Pitman, “The Christian Artist in Ministry,” ArtsReformation.com
(12 April 2006) <www.artsreformation.com/a001/cp-ministry.html>.
19
”Our Impact,” Carson Scholars Fund <http://carsonscholars.org/
content/about-csf/our-impact>.
20
Brad Bell, “A Dislocated Heart,” khotbah yang disampaikan di The
Well Community Church, Fresno, Calif., 5 September 2009 <http://
thewellcommunity.org/podcast/the-feed-sermon-podcast/1/
dislocated -heart-nehemiah-11-4/220>.
21
Semua kutipan dari Tim Schulz, pendiri, ReVive Industries, berasal dari
wawancara per telepon dengan penulis, 2 September 2010.
Bab 8: Pembentukan
1
Saya berhutang kepada Tim Keller untuk wawasan ini.
2
Rabbi Michael Strassfeld, “Avodah: Vocation, Calling, Pelayanan,” My
Jewish Learning <www.myjewishlearning.com/practices/Ethics/
Business_Ethics/Themes_and_Theology/Value_of_Work/Work_as_
Callig.shtml>
3
Kenton Beshore, Rooted: Connect with God, the Church, Your Purpose
(Irvine, Calif.: Mariners Church, 2010), hal. 108.
4
Ibid., hal. 104.
5
Mark Labberton, The Dangerous Act of Loving Your Neighbor:Seeing
Others Through the Eyes of Jesus (Downers Grove, Ill.: InterVarsity
Press, 2010), hal. 96.
6
Ibid., hal. 67.
7
Ibid., hal. 182.
8
Ibid., hal. 184.
9
Tim Keller, “A New Kind of Urban Christian,” The Christian Vision Project
(15 Juni 2006) <www.christianvisionproject.com/2006/06/a_new-
kind_of_urban_christian.html>.
10
Gary Haugen, Just Courage: God’s Great Expedition for the Restless
Christian (Downers Grove, Ill.: InterVarsity Press, 2008), hal. 18.
11
Ibid., hal. 20, penekanan ditambahkan
12
Ibid., hal. 38.
14
Dallas Willard, The Great Omission: Reclaiming Jesus’ Essential
Teachings on Discipleship (New York: HarperOne, 2006), hal. 16-17.
15
Steve Gillen, pendeta kampus, Willow Creek North Shore Community
Church, wawancara per telepon dengan penulis, 7 September 2010.
16
Sebagai wakil penguasa, tanggungjawab penatalayanan kita adalah untuk
mengembangkan alam ciptaan (Kej 2:15 menggunakan kata abad dalam
bahasa Ibrani, saat mengatakan bahwa Adam harus mengusahakan
taman itu) dan melindunginya (ini adalah kata shamar dalam bahasa
Ibrani dalam Kej 2:15, diterjemahkan sebagai memelihara).
17
Saya berhutang kepada Andy Crouch untuk wawasan ini.
18
Andy Crouch, Culture Making: Recovering Our Creative Calling (Downers
Grove, Ill.: InterVarsity Press, 2008), hal. 230, penekanan ditambahkan.
19
Dikutip dalam Amy L. Sherman, Being There: Faith on the Frontlines—
succesful Models of Faith-based, Cross-Sector Collaboration from the
2006 Partners in Transformation Awards Program (Indianapolis:
Sagamore Institute for Policy Research, 2006), hal. 41.
25
Ibid.
26
Jeanine Lacquement, pendiri dan direktur, Chidren of the Light Dancers,
wawancara per telepon dengan penulis, 16 Mei 2010.
27
Timothy Stiner, “Milt Kuyers: Redefining Success,” dalam My Business,
My Mission, ed. Dog Seebeck dan Timothy Stoner (Grand Rapids:
Partners Worldwide, 2009), hal 23.
28
Ibid.
29
Milt Kuyers, mantan pemilik, Star Sprinklers, wawancara per telepon
dengan penulis, 25 Agustus 2010.
30
Semua kutipan dari Carlos Oscar, komedian profesional, berasal dari
wawancara per telepon dengan penulis, 25 Agustus 2010.
31
Informasi tentang Pia Cayetano di sini diambil dari blognya di <www.
mydailyrace.com> dan wesbsite-nya di <www.senatorpiacayetano.com>.
32
”Interview with Philippines’ Senator Pia Cayetano,” The World of
Parliaments, Juli 2005, hal. 4 <www.ipu.org/PDF/wop/18_en.pdf>.
33
”Profile: Bora Aksu,” Artisan, vol. 1 <www.artisaninitiatives.org/
Publisher/Article.aspx?ID=75333>.
34
Bonnie Alter, “People Tree Goes Designer,” Treehugger (10 May 2007)
<www.treehugger.com/files/2007/05/people_trees_ne.php>.
35
Ibid.
36
Cerita ini didasarkan pada profil Schenk dalam Entrepreneurs in the Faith
Community: Profiles of Mennonites in Business, ed. Calvin W. Redekop
dan Benjamin W. Redekop (Scottdale, Penn.: Herald Press, 1996), hal.
18-38.
placeministry.org>.
6
Dengan mengambil artis-pelayan sebagai contoh, nasehat alkitabiah yang
perku diperhatikan datang dari Kolose 3:23-24, tentang melakukan
semua tugas kita “seperti untuk Tuhan”. Si pelayan harus meminta
pertolongan Allah dalam memberikan pelayanan terbaik kepada
pelanggan dan menjadi pegawai yang tepat waktu, bekerja keras, dan
jujur. Ia harus berusaha mengasihi dan melayani rekan-rekan kerjanya.
Ia juga bisa melakukan curah gagasan dengan teman-temannya tentang
bagaimana, terlepas dari posisinya yang rendah, ia bisa memajukan
nilai-nilai kerajaan Allah—seperti kedamaian, keindahan, keadilan,
kelangsungan hidup, atau komunitas—di dalam dan melalui pekerjaannya.
Misalnya, jika restoran itu kecil dan milik suatu keluarga, ia mungkin
bisa bicara dengan pemiliknya tentang membeli bahan-bahan makanan
lokal sebagai ekspresi dari penatalayanan lingkungan. Jika restoran itu
adalah bagian dari jaringan besar rumah makan, boss-nya mungkin
tidak memiliki banyak lingkup untuk membuat keputusan seperti itu.
Dalam hal ini, si pelayan mungkin bisa menyarankan suatu jenis aktivitas
yang berbeda, seperti suatu sesi pelatihan bagi para staf pelayan
tentang cara-cara efektif untuk menghadapi pelanggan-pelanggan
yang tidak menyenangkan. Mungkin seorang konselor, atau seseorang
dengan keterampilan menyelesaikan konflik, dari gereja si pelayaa, bisa
diundang untuk memberikan suatu presentasi singkat tentang topik itu.
Dengan cara yang sederhana ini, si pelayan bisa berkontribusi untuk
mempromosikan nilai kerajaan Allah tentang kedamaian di tempat
kerjanya.
Sementara itu, karena panggilannya yang sejati adalah sebagai
seorang seniman, ia bisa memikirkan tindakan-tindakan apa yang harus
diambilnya untuk mempromosikan keindahan dalam cara penyajian
makanan atau dalam cara mendekorasi restoran itu. Atau ia mungkin
bisa menawarkan jasanya untuk mendekorasi kamar mandi atau
mempercerah pemandangan di luar restoran. Mungkin ia bahkan bisa
meyakinkan pemilik restoran untuk membiarkannya kadang-kadang
menggunakan fasilitas itu, untuk memberikan kelas-kelas pelajaran
tentang seni kepada anak-anak yang kurang beruntung.
7
Aaron Hurst, “Making the Most of a Wave of Volunteers,” The Chronicle of
Philanthropy, 4 Juni 2009 <http://philantrophy.com/article/Making-
the-most-of-a-Wave-of/57445>.
8
Mark A. Hager, “Volunteer Management Capacity in America’s Charities
and Congregations: A Briefing Report,” Urban Institute, Washington,
28
Gordon Murphy, mitra pengelola, The Barnabas Group Chicago,
wawancara per telepon dengan penulis, 7 April 2010.
29
Semua kutipan dari Kay Edwards, presiden dan CEO, Vesper Services
Network, berasal dari wawancara per telepon dengan penulis, 13
Agustus 2010.
30
John Rahe, presiden, Rahe Engineering, wawancara per telepon dengan
penulis, 22 Juli 2010.
31
Semua kutipan dari Larry Mollner, berasal dari wawancara dengan
penulis, Glencoe, Ill., 30 Juni 2010.
2010.
15
Dikutip dalam artikel Kari Hawkins, “Opening Doors: Church Groups Find
Ways to Revitalize Community, Families,” Huntsville Times, 5 Agustus
2005.
16
Ibid.
17
Sherman, “Enlarging Worlds”, hal. 8.
18
21Semua kutipan dari Frank Six, petugas umum universitas, Marshall
Space Flight Center, berasal dari wawancara per telepon dengan penulis,
18 Oktober 2010.
19
”A Journey to Remember,” Lincoln Village Ministry (video) <www.
lincolnvillageministry.com/Home.html>.
20
Sherman, “Enlarging Worlds”, hal. 8.
21
Semua kutipan dari Margaret Powell, spesialis intervensi, Martin Luther
King Jr. Elementary School, berasal dari wawancara per telepon dengan
penulis, 8 Oktober 2010.
22
Dikutip dalam Pyron, “Lincoln’s Powerful Community Partnership,”
Working Toward Excellence: The Journal of the Alabama Best Practices
Center 8, no. 1 (Fall 2008): 14.
23
Derek Simpson, mitra, Warren and Simpson PC, wawancara per telepon
dengan penulis, 13 Oktober 2010.
24
”Journey to Remember.”
25
Ibid.
26
Ibid.
27
Penghuni perempuan yang tidak disebut namanya di Lincoln Village yang
dikutip dalam ”Journey to Remember.”
28
Liz Clemmons, wawancara per telepon dengan penulis, 14 Oktober
2010.
29
Michelle Gilliam Jordan, kepala departemen, Department of Community
Development, City of Huntsville, wawancara per telepon dengan penulis,
15 Oktober 2010.
30
Mickey Plott, broker, PLOTT ReGroup, wawancara per telepon dengan
penulis, 14 Oktober 2010.
31
San Yaeger, pendiri, Bristol Development Group, wawancara per telepon
dengan penulis, 5 Oktober 2010.
32
Ibid.
33
”Journey to Remember.”
34
Dale Brown, koordinator perumahan, Lincoln Village Preservation
Corporation, wawancara per telepon dengan penulis, 16 September
2010.
35
Data yang dilaporkan oleh sekolah dalam aplikasinya bagi 2010
Panasonic Award.
36
Ibid.
37
Dikutip dalam Pyron, “Lincoln’s Powerful Community Partnership.”
38
Ibid.
39
Semua kutipan dari Brian Tome, pendeta utama, Crossroads, berasal
dari wawancara per telepon dengan penulis, 5 Oktober 2010.
40
Semua kutipan dari Brian Wells, mantan pendeta pengajar, Crossroads,
berasal dari wawancara per telepon dengan penulis, 24 Oktober 2010.
41
Deborah Leydon, mitra, Dinsmore & Shol LLP, wawancara per telepon
dengan penulis, 21 Oktober 2010.
42
Semua kutipan dari Andrew Peters, mantan direktur keadilan,
Crossroads, berasal dari wawancara per telepon dengan penulis, 21
Oktober 2010.
43
Mark Pruden, konselor klinis profesional berlisensi, Mark Pruden and
Associates, wawancara per telepon dengan penulis, 1 Oktober 2010.
44
Jamie Elkins, pegawai magang di kantor lapangan, International Justice
Mission, wawancara per telepon dengan penulis, 16 September 2010.
45
David Masys, manajer penjualan korporasi, GE Health Care, wawancara
dengan penulis, Cincinnati, Ohio, 1 Oktober 2010.
46
Don Gerred, direktur keadilan, Crossroads, wawancara dengan penulis,
Cincinnati, Ohio, 1 Oktober 2010.
47
Linda Averbeck, pengacara senior, IRS Office of Chief Counsel, wawancara
dengan penulis, Cincinnati, Ohio, 2 Oktober 2010.
48
Ibid.
49
Semua kutipan dari Roberta Teran, wakil direktur, Global Logistic, Procter
and Gamble, berasal dari wawancara per telepon dengan penulis, 1
Oktober 2010.
50
Rob Seddon, South Africe Partnership Director, Crossroads, wawancara
per telepon dengan penulis, 12 Oktober 2010.
51
Mike Honeycutt, “Shepherding Change in the Local Congregation,” hal.
143-151.
52
Wawancara telepon dengan penulis, 14 Oktober 2010.
53
Andrew Peters, mantan direktur keadilan, Crossroads, wawancara per
telepon dengan penulis, Cincinnati, 21 Oktober 2010.
54
Dale Brown, koordinator perumahan, Lincoln Village Preservation
Corporation, wawancara per telepon dengan penulis, 16 September
2010.
55
Steve Corbett dan Brian Fikkert, When Helping Hurts: How to Alleviate
Poverty Without Hurting the Poor ... and Yourself (Chicago: Moody Press,
2009), hal. 62.
56
Alan Judge, pengacara real estat, wawancara per telepon dengan
penulis, 5 Oktober 2010.
Kesimpulan
1
Greg Thompson, “By Bringing Us into His Work,” khotbah yang disampaikan
di Trinity Presbyterian Church, Charlottesville, Va., 31 Oktober 2010.
2
Scott Adams, pencipta Dilbert, dikutip di artikel Virginia Postrel, “The
Dilbert Doctrines: An Interview with Scott Adams,” Reason, Februari
1999 <www.reason.com/archives/1999/02/01/the-dilbert-
doctrines-an-inter>.
3
Scott Seaton, “Restoring the City,” khotbah yang disampaikan di
Emmanuel Presbyterian Church, Arlington, Va., 12 September 2010
(file audio) <www.emmanuelarlington.org/pages/page.asp?page_
id=128989&programId=74889>.
Lampiran A
1
Lesslie Newbigin, Signs Amid the Rubble: The Purposes of God in Human
History (Grand Rapids: Eerdmans, 2003), hal. 47.
2
John Eldredge, Waking the Dead: The Glory of a Heart Fully Alive (Nashville:
Thomas Nelson, 2003), hal. 14.
3
John Calvin, Institutes of the Christian Religion 2.2.15.
Lampiran B
1
Panduan ini aslinya dihasilkan oleh para pemimpin di Emmanuel
Presbyterian Church di Arlington, Virginia, dan digunakan dan disesuaikan
dengan izin mereka.