Anda di halaman 1dari 344

Amy L.

Sherman
--------------------
Kata Pengantar oleh:
Reggie McNeal
--------------------
Kata Penutup oleh:
Steve Garber

isi 1 7/16/13 7:02 PM


KINGDOM CALLING
Penatalayanan Vokasi Untuk Kebaikan Bersama
Oleh Amy L. Sherman

-----------------
Originally published in English under the title

KINGDOM CALLING
VOCATIONAL STEWARDSHIP
FOR THE COMMON GOOD
by Amy L. Sherman
Copyright © 2011 by Amy L. Sherman
InterVarsity Press, P.O.Box 1400,
Downers Grove, IL 60515, USA.

Pengalih Bahasa : Lily Endang Joeliani


Penyunting : Sutrisna Harjanto
Perancang Sampul : Stephanus Joe Ell
Penata Aksara : Stephanus Joe Ell

Hak cipta terjemahan Indonesia:


Literatur Perkantas
(PT. Suluh Cendekia, anggota IKAPI)
E-mail: literatur.perkantas@ymail.com

Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT)


Cetakan Pertama : 2013

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.


Dilarang mengutip, memperbanyak,
atau menyalin – baik secara menyeluruh
maupun sebagian – dalam bentuk elektronik,
cetak, dan lain sebagainya tanpa izin
tertulis dari penerbit.

isi 2 7/16/13 7:02 PM


-------------------------------------------
Kiranya kemurahan Tuhan, Allah kami, atas kami,
dan teguhkanlah perbuatan tangan kami,
ya, perbuatan tangan kami, teguhkanlah itu.
-------------------------------------------
Mazmur 90:17

isi 3 7/16/13 7:02 PM


isi 4 7/16/13 7:02 PM
Untuk Jay Hein ,
---------------------------------------------
pelayan-pemimpin sejati,
orang yang memiliki visi dan kerendahan hati, orang benar.

Sungguh diberkatilah aku bisa bekerjasama denganmu.

isi 5 7/16/13 7:02 PM


isi 6 7/16/13 7:02 PM
007

---------------------------

DAFTAR ISI
---------------------------

Kata Pengantar oleh Reggie McNeal - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 009

Ucapan Terimakasih - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 013

Pendahuluan - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 017
Visi Mulia Dalam Amsal 11:10

BAGIAN 1: Landasan Teologis


01. Seperti Apakah Kota yang Beria-Ria? - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 031
02. Seperti Apakah Orang Benar Itu? - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 053
03. Mengapa Kita Bukan Para Tsaddiqim - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 077
04. Bagaimana Injil Kerajaan Memeliharakan
Para Tsaddiqim - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 093

BAGIAN 2: Memurid kan bagi Penatalayanan Vokasi


05. Mengintegrasikan Iman dan Pekerjaan - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 109
Status Quo Tidaklah Cukup
06. Inspirasi - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 121
07. Penemuan - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 139
08. Pembentukan - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 155

isi 7 7/16/13 7:02 PM


008

BAGIAN 3: Jalan Menuju Penatalayanan Vokasi


09. Menempatkan Daya Vokasi - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 173
Empat Jalan
10. Jalan 1 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 183
Mekarlah di Tempat Anda Ditanam
11. Jalan 2 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 205
Sumbangkan Ketrampilanmu
12. Jalan 3 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 223
Luncurkan Upaya Sosialmu Sendiri
13. Jalan 4 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -243
Berpartisipasilah Dalam Inisiatif yang Ditargetkan Gerejamu

Kesimpulan - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 273
Membuat Kota Beria-ria

Kata Penutup oleh Steve Garber - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 285

Lampiran A - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 289
Tema-tema Teologis Penting Yang Mendasari Penatalayanan Vokasi
Lampiran B - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 299
Panduan Diskusi bagi Kelompok-Kelompok Kecil di Gereja
Lampiran C - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 305
Informasi Lebih Lanjut
Lampiran D - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 307
Indeks Profil Menurut Vokasi

Catatan - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 311

Tentang Penulis - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -344

isi 8 7/16/13 7:02 PM


009

-------------------------------------------

KATA PENGANTAR
-------------------------------------------

D
ua percakapan pribadi baru-baru ini mengisahkan cerita di
balik kisah buku ini. Percakapan pertama berlangsung saat
makan malam di rumah bersama putri saya yang tertua.
“Gereja tidak perlu menyarankan kegiatan lain apapun untuk
kulakukan agar aku bermisi,” katanya. “Aku sudah merasa
bermisi lima hari dalam seminggu.” Bekerja sebagai Licensed Master
Social Worker (LMSW--KepalaPekerja Sosial Berlisensi) di rumah sakit
setempat, ia terpapar pada sisi-sisi gelap yang tak terlihat dari budaya
kami, setiap hari menolong orang memilah-milah berbagai pilihan
rangkaian perawatan kesehatan yang akan membentuk tahap hidup
mereka selanjutnya. Seringkali tak satu pun dari pilihan yang ada bagus,
dan orang merasa putus asa. Seringkali ialah satu-satunya orang yang
bisa memberi harapan dalam situasi itu. Ia menghidupi imannya di suatu
tempat dan dengan cara yang benar-benar bermakna. Tepat di mana
hidup (dan mati) berlangsung.
Percakapan kedua berlangsung setengah benua jauhnya.
Seorang pendeta menceritakan kepada salah satu periset kami dari
Leadership Network suatu komentar dari salah satu anggota timnya
setelah mereka berpartisipasi dalam Missional Renaissance Leadership
Community yang kami selenggarakan. Berbagai tim yang terlibat dalam
komunitas pemimpin ini mencakup baik para pemimpin gereja maupun
para pemimpin komunitas yang mencari cara untuk mempercepat

isi 9 7/16/13 7:02 PM


010

keterlibatan misional gereja dalam komunitas mereka masing-masing.


Tim ini telah membawa walikota mereka ke pertemuan baru-baru ini di
Dallas. Dalam penerbangan pulang dari pengalaman itu, sang walikota
berkomentar kepada pendeta itu, “Saya tidak pernah menganggap
pekerjaan saya sebagai walikota sebagai suatu pelayanan—sampai saat
ini.” Saya kira tidak ada pekerjaan komisi mana pun di gereja yang bisa
dibandingkan dengan apa yang dilakukan orang ini setiap hari, dalam hal
dampaknya terhadap komunitas.
Putri saya dan walikota itu mewakili makin banyaknya orang
yang memiliki kesadaran yang sama bahwa pekerjaan kerajaan Allah
biasanya mencakup tempat-tempat lain di luar lokasi dan program
gereja setempat. Panggilan kerajaan Allah membawa kita ke sekolah-
sekolah, rumah sakit-rumah sakit, berbagai bisnis, dan studio-studio seni,
juga penampungan tuna wisma, klinik-klinik AIDS, dan penampungan
perempuan-perempuan korban kekerasan. Panggilan kerajaan Allah
dijalani sebagai tetangga, teman, pasangan, orangtua, pegawai, dan
pelajar, juga relawan komunitas, mentor-mentor di sekolah, pelatih tim
baseball anak-anak Little League, dan, ya, para aktivis gereja. Dengan
kata lain, panggilan kerajaan Allah berlangsung di seluruh aspek
kehidupan, karena di situlah kehidupan berlangsung!
Selama berabad-abad kita telah berfokus pada aktivitas-aktivitas
yang berpusat di gereja sebagai arena utama melaksanakan panggilan
kita sebagai pengikut-pengikut Yesus. Sudut pandang misional gereja
tidak boleh menyempitkan kerajaan Allah kepada lingkup aktivitas yang
terbatas ini. Para pemikir misional harus memandang gereja dalam
kapasitas kerajaan Allah sepenuh-penuhnya—tersebar di seluruh bidang
dalam budaya kita. Kita jelas adalah umat Allah yang “dipanggil”. Tetapi
kita telah “dipanggil” untuk “diutus kembali”! Kita diutus kembali sebagai
agen-agen penular dari Sang Raja untuk menjadi mitra-mitraNya dalam
misi penebusan-Nya di dalam dunia.
Dalam buku yang penuh pemikiran ini, Amy Sherman
membagikan kepada kita keyakinannya bahwa “penatalayanan vokasi”—
penyebaran pengetahuan, keterampilan, prinsip-prinsip, dan jejaring
di tempat kerja—memberi kita jalan untuk memperluas kerajaan Allah
untuk mengubahkan komunitas. Karya Amy lebih dari sekedar diskusi
sejenis tentang integrasi iman/pekerjaan. Ia bukan hanya menolong
kita melihat potensi untuk memajukan suatu agenda kerajaan Allah
di tempat kerja, tetapi ia juga memberi kita saran-saran tentang
bagaimana para pemimpin jemaat dan gereja bisa memperlengkapi

isi 10 7/16/13 7:02 PM


011

anggota-anggotanya untuk melakukannya. Jika Anda berpikir buku ini


terutama akan menolong jemaat gereja belajar cara memulai PA di
tempat kerja, maka pemikiran Anda terlalu terbatas. Amy bermaksud
mengubah kota Anda, tidak kurang dari itu!
Bayangkan para arsitek melayani kerajaan Allah sebagai arsitek,
dan para bankir mempromosikan nilai-nilai kerajaan Allah sebagai
bankir, semua mengarahkan upaya mereka kepada pengembangan
komunitas untuk menolong orang mengalami kelimpahan hidup yang
diajarkan Yesus. Sekarang bayangkan memiliki suatu sumber daya
sehingga orang yang “paham” akan hal ini bisa “menjalankannya”. Tidak
perlu membayangkan lagi.
Baca saja buku ini.

Reggie McNeal
----------------
Missional Leadership Specialist, Leadership Jejaring, Dallas, Texas
Penulis buku Missional Renaissance dan Missional Communities

isi 11 7/16/13 7:02 PM


isi 12 7/16/13 7:02 PM
013

---------------------------------

UCAPAN
TERIMAKASIH
---------------------------------

B
anyak individu berpartisipasi dalam proyek ini, dan saya
berhutang budi kepada mereka, rasa syukur yang tidak bisa
disampaikan dengan perkataan semata. Namun demikian,
ucapan terimakasih ini dari lubuk hati yang terdalam.
Hutang secara inteletual saya kepada Rev. Tim Keller dari
Redeemer Presbyterian Church, New York City, akan sangat jelas dalam
halaman-halaman berikutnya. Tim, pekerjaan dan perkataan Anda telah
memperkaya hidup saya secara luar biasa. Andy Crouch dengan murah
hati berbagi waktu dengan saya dan mengarahkan saya dengan terampil
pada awal proyek ini. Andy, dorongan semangat darimu sangat berharga,
dan tulisanmu telah begitu banyak mengajarku. Wawasan-wawasan dan
nasehat-nasehat dari Steve Garber tidak ternilai. Steve, saya senang
sekali bekerja sama dengan Anda di ladang anggur ini, tempat Anda telah
bekerja dengan setia selama bertahun-tahun.
Pendeta saya, Greg Thompson, dan Rev. Scott Seaton dari
Emmanuel Presbyterian, Arlington, Virginia, membaca draf salah
satu naskah saya dengan seksama dan memberi saran-saran yang
sangat meningkatkan produk akhirnya. Terimakasih banyak, saudara-
saudaraku. Sejumlah pemimpin gereja lainnya, termasuk Andy

isi 13 7/16/13 7:02 PM


014

Rittenhouse, Sean Radke, Drue Warner, Wade Bradshaw, Sue Mallory,


Don Simmons, Tom Nelson, dan Dana Preusch, juga telah memberikan
dorongan semangat secara murah hati dan komentar-komentar
berharga di sepanjang jalan.
Terimakasih juga kepada Gary MacPhee dari Engineering
Ministries International, Gordon Murphy dari The Barnabas Group,
Lloyd Reeb dari Halftime, Bill Wellons dari Fellowship Associates, dan
Mark Stearns serta Dale Bowen dari Lincoln Village Ministries karena
sudah menghubungkan saya dengan beberapa individu yang ditampilkan
profilnya dalam buku ini.
Teman-teman saya dari Mariners Church di Irvine, California,
terutama Robin Riley, Laurie Beshore, dan Matt Olthoff, memungkinkan
saya “mengetes” beberapa konsep dalam buku ini dalam konteks jemaat
yang nyata. Terimakasih kepada kalian semua untuk kesempatan yang
luar biasa itu. Asisten-asisten periset muda saya dalam beberapa tahun
terakhir ini—Reynolds Chapman, Becca Saunders, Rose Merritt, Mary
Grace Edwards, Sally Carlson, dan Kelly Givens—membantu melakukan
riset dengan setia, mewawancara dan menuliskan hasilnya. Rasa humor
dan antusiasme mereka yang tulus untuk proyek ini adalah salah satu
sumber semangat di sepanjang jalan.
Saya sangat berterimakasih juga kepada teman-teman saya
yang tersayang Barb Armacost, Anne McLain Brown, dan Ellen Merry
untuk banyak percakapan yang kita lakukan tentang bahan ini dan
berbagai saran yang mereka berikan yang telah memperkuat buku ini.
Terimakasih juga pantas diterima oleh Ken Myers, Jerry Moll, Steve
Hayner, Mark Labberton, Arloa Sutter, Nate Ledbetter, dan Jason Adkins
untuk komentar-komentar berguna di sepanjang jalan. Saya bersyukur
juga untuk kunjungan-kunjungan ke Crossroad Church di Cincinnati dan
terutama kepada Don Gerrod serta Andrew Peters untuk bantuan dan
keramahtamahan mereka.
Kunjungan saya ke Mavuno Church di Nairobi atas kebaikan dan
keramahtamahan yang murah hati dari para pendeta Murithii Wanjau
dan Linda Ochola-Adolwa, serta asisten Murithii yang cakap, Frank
Ondere, adalah bagian paling menarik dari proyek ini. Teladan Mavuno
terus menjadi inspirasi bagi saya, dan saya berdoa agar demikian pula
adanya bagi banyak orang-orang Kristen di Amerika melalui buku ini.
Ucapan terimakasih yang hangat bagi Emily Masloff untuk menemani saya
sebagai asisten yang ceria dan selalu siap menolong dalam perjalanan ke
Nairobi. Saya harap kita bisa melakukannya lagi kapan-kapan.

isi 14 7/16/13 7:02 PM


015

Saya juga sangat berterimakasih kepada setiap orang yang


bersedia diwawancarai dan ditampilkan profilnya dalam buku ini.
Tanpa kisah-kisah kalian, buku ini tidak akan memiliki nyawa, inspirasi,
dan pengajaran.
Akhirnya, ucapan terimakasih terbesar adalah bagi atasan dan
teman saya, Jay Hein, yang tanpa dukungannya yang luar biasa buku ini
tidak akan mungkin ditulis.

isi 15 7/16/13 7:02 PM


isi 16 7/16/13 7:02 PM
017

-----------------------------------------------------------------

PENDAHULUAN
-----------------------------------------------------------------
Visi Mulai Dalam Amsal 11:10

S
aya menangis saat membaca buku itu—dan merasa agak
malu. Bagaimana pun, itu adalah buku non-fiksi—buku sosiologi
yang besar dan berat yang menjadi tugas baca dari kelas
teologia seorang teman. Buku itu sebenarnya bukan buku yang
sangat mengharukan. Tetapi saya menangis saat membaca
buku Faith in the Halls of Power karya Michael Lindsay.
Buku itu adalah karya ilmiah yang sangat bagus. Lindsay
menghabiskan tiga tahun mewawancarai sekitar 360 orang Kristen
yang telah mencapai posisi penting dalam berbagai bidang pekerjaan—
bisnis, politik, akademis, media, dan dunia hiburan. Pertanyaan yang
menggerakkan buku itu berkaitan dengan bagaimana para individu
yang sukses itu mengintegrasikan iman dan pekerjaan mereka. Setelah
melakukan riset yang seksama, Lindsay meyimpulkan:

Ketika para pemimpin ini mendaki tangga profesional, mereka tidak


pernah merendahkan identitas relijius mereka. Sebenarnya, menurut
banyak di antara mereka, perjalanan itu telah memperdalam iman
mereka. Ya, para pemimpin yang saya wawancarai jatuh ke jurang yang
sama dengan rekan-rekan mereka yang sekuler. Mereka rentan terhadap
materialisme dan kesombongan. Namun, secara keseluruhan, mereka
tetap sangat berbeda dari para pemimpin lainnya, dan alasannya adalah
karena iman mereka.1

isi 17 7/16/13 7:02 PM


018

Tidak terdengar seperti sesuatu yang bisa menyebabkan air


mata mengalir. Tetapi riset Lindsay menunjukkan kesimpulannya terlalu
murah hati; sedikit sekali bukti yang ada dalam buku Faith in the Halls of
Power yang menunjukkan perbedaan gaya hidup para pemimpin Kristen
ini dari rekan-rekan sekuler mereka.
Tentang para pemimpin bisnis, misalnya, Lindsay mendapati
“para eksekutif Kristen cenderung menerima tetek bengek materi
dari suatu gaya hidup makmur tanpa mempertanyakannya.”2 Yang
membuatnya terkejut dan risau, hampir tidak ada orang yang
diwawancarainya yang mengangkat masalah gaji CEO yang terlalu tinggi.
Kurang dari separuh dari para eksekutif bisnis itu bercerita bahwa iman
mereka mempengaruhi cara mereka menginvestasikan uang mereka.
Seorang CEO dari suatu perusahaan raksasa mengakui ia tidak pernah
berdoa atas suatu kesepakatan bisnis. Beberapa ekskutif bisnis pria,
ketika ditanya bagaimana pengaruh iman mereka terhadap pekerjaan,
menunjuk kepada hiasan dinding di kantor mereka yang menunjukkan
iman Kristen mereka. Di sisi lain, para eksekutif wanita bercerita bahwa
mereka dengan sengaja mengenakan kalung salib.
Tentang orang-orang Kristen di posisi-sisi berpengaruh di
Hollywood, Lindsay menulis bahwa mereka “hanya berbeda sedikit
dari orang-orang lain di dunia industri hiburan. Mereka mengendarai
mobil mewah, hidup di komunitas-komunitas eksklusif, dan khawatir
kemasyhuran dan bakat mereka akan lenyap dalam sekejap.”3
Lebih dari 60 persen orang yang diwawancarai oleh Lindsay
tidak terlibat di gereja setempat. Sangat sedikit yang menjadi anggota
kelompok-kelompok akuntabilitas yang bisa menolong mereka bergumul
dengan godaan tentang kekuasaan, hak-hak istimewa, dan kekayaan.
Ada pengecualian-pengecualian, tentu saja, dan titik-titik terang
di buku ini bisa menjadi inspirasi.4 Phil Manschutz, seorang produser
film yang juga milyarder, telah menggunakan pengaruh dan uangnya
untuk membawa ke layar perak film-film besar seperti Amazing Grace
dan serial Narnia. Dan Max De Pree, mantan CEO dari Herman Miller,
mengupayakan keadilan di perusahaannya dengan secara sengaja
membatasi agar gajinya tidak lebih dari dua puluh kali lipat dari
penghasilan pegawainya yang paling rendah.
Tetapi, secara keseluruhan, riset Lindsay yang dilakukan
dengan seksama menunjukkan mayoritas orang-orang Kristen yang
bertengger di atas tangga karir mereka di berbagai sektor sosial
mempertontonkan suatu visi yang sangat tidak bersemangat tentang

isi 18 7/16/13 7:02 PM


019

apa yang bisa mereka capai bagi kerajaan Allah. Dan itu membuat
saya menangis, karena tepat sebelum saya membaca buku Lindsay,
saya sangat tergerak oleh suatu kotbah yang disampaikan oleh Rev.
Tim Keller dari gereja Redeemer Presbyterian di New York City. Dalam
kotbah itu, Keller berbicara secara singkat tentang Amsal 11:10: “Bila
orang benar mujur, beria-rialah kota.”5
Keller menjelaskan bahwa “orang benar” (dalam bahasa Ibrani,
tsaddiqim) adalah orang-orang yang menonjol secara moral, umat yang
menuruti hati dan jalan Allah dan yang melihat segala sesuatu yang
mereka lakukan sebagai anugerah-anugerah dari Allah yang harus dikelola
bagi maksud-Nya. Keller menulis, “Orang-orang benar dalam kitab Amsal,
secara definisi adalah mereka yang bersedia mengalah demi komunitas
sedangkan orang-orang fasik adalah mereka yang mengedepankan
kebutuhan-kebutuhan ekonomis, sosial, dan pribadi mereka dibandingkan
dengan kebutuhan-kebutuhan komunitas.”6
Definisi orang benar inilah yang membuat ayat itu masuk
akal. Jika tidak demikian, ayat itu akan berlawanan dengan akal sehat.
Bagaimana pun, teksnya memberitahu kita ada sekelompok orang yang
mujur di kota —berkembang dengan baik dalam pekerjaan, kesehatan,
keuangan mereka. Kelompok yang mujur ini memiliki kekuasaan,
kekayaan, dan posisi; mereka, seperti yang dikatakan Keller, “berada
di puncak”. Dan dengan makin berkembangnya mereka, seluruh kota—
termasuk mereka yang ada di lapisan bawah—bersukaria.
Itu agak aneh, mengingat natur manusia. Orang bisa dengan
mudah membayangkan skenario yang lebih bisa diterima yang ditandai
dengan iri hati dan kebencian, di mana mereka yang ada di lapisan bawah
mengeluh, “Orang-orang kaya makin kaya, sedangkan orang-orang miskin
makin miskin.”
Sebaliknya, makin berkembangnya orang-orang benar adalah
penyebab terjadinya sukaria. (Dan bukan hanya sukaria biasa, seperti
yang akan kita lihat nanti.) Karena tsaddiqim memandang kemujuran
mereka bukan sebagai jalan untuk memperkaya atau memuliakan
diri sendiri, namun sebagai alat untuk menjadi berkat bagi orang lain,
semua orang memperoleh manfaat dari keberhasilan mereka. Dengan
makin berkembangnya tsaddiqim, mereka mengelola segala sesuatu—
uang, posisi dan keterampilan dalam pekerjaan, aset, sumber daya,
kesempatan, pendidikan, relasi, posisi sosial, akses dan jejaring yang
mereka miliki—untuk kebaikan bersama, untuk memajukan keadilan
dan shalom Allah.7 Dan saat mereka yang berada “di puncak” bertindak

isi 19 7/16/13 7:02 PM


020

seperti ini, seluruh komunitas bersorak. Saat orang benar mujur,


kemujuran mereka membuat hidup semua orang lain lebih baik.

BERIA-RIA, MENARI DI JALANAN


Kata beria-ria dalam Amsal 11:10 sangat penting. Ini adalah istilah yang
unik, hanya digunakan sekali lagi di Perjanjian Lama, mengandung konotasi
yang hampir bersifat militer. Kata ini menggambarkan sukacita yang
penuh gairah, kegembiraan dan kemenangan yang orang ekspresikan
dalam perayaan saat mereka telah dibebaskan dari tangan orang-orang
yang menindas mereka.
Jadi beria-ria di sini adalah kata yang besar, dan gagah. Ini adalah
sukacita yang mendalam dan penuh gairah—bukan sukacita “bersenang-
senang” dari suatu perayaan ulang tahun, tetapi jenis sukacita VE Day*—
“perang sudah selesai dan kita menang.” Ini adalah kegembiraan di mana
roh kita terasa terbang tinggi karena gembira.
Melalui kata ini, kita menyadari bahwa dengan berkembangnya
orang-orang benar, mereka pasti membuat perbedaan positif yang
mengagumkan di kota mereka. Mereka pasti mengelola kekuasaan,
kekayaan, keterampilan, dan pengaruh mereka bagi kebaikan bersama
untuk membawa transformasi signifikan yang terlihat di kotanya.
Jika tidak demikian, apa yang mendorong warga kota di sana untuk
bersukacita habis-habisan dengan kegembiraan dan ucapan syukur?
Jelas penatalayanan para tsaddiqim bukan hanya membawa pakaian
bekas mereka ke Toko Barang Bekas Bala Keselamatan dan orang-
orang miskin mendapatkannya di sana dan merasa senang karena telah
memperoleh gaun senilai seratus dolar dengan harga lima dolar. Tidak,
sukacita yang membuat orang turun ke jalan dan menari terjadi saat
tsaddiqim memajukan keadilan dan shalom di kota sedemikian rupa
sehingga orang-orang yang mudah terimbas di lapisan bawah berhenti
ditindas, mulai memiliki kesempatan yang sejati, dan mulai menikmati
kesehatan spiritual dan fisik, kecukupan dan keamanan ekonomis.
Benar, apa yang diajarkan oleh teks ini adalah dengan
penatalayanan yang sengaja dilakukan atas waktu, talenta, dan harta
mereka, tsaddiqim membawa kita untuk mencicipi kerajaan Allah
dalam realita.
Jenis perayaan seperti VE Day terjadi di tempat-tempat di mana
Yesus Sang Raja mengerjakan karya pemulihan-Nya yang agung dan
menyeluruh. Mereka terjadi di titik-titik temu dimana Yesus menahan

isi 20 7/16/13 7:02 PM


021

kerajaan kegelapan dan mendorong kerajaan terang ke permukaan.


Hidup-Nya menawarkan kesempatan mencicipi datangnya shalom
kerajaan Allah; kematian-Nya mengalahkan segala dosa dan kejahatan
yang bisa menghalangi realisasi kerajaan Allah yang sepenuhnya. Dia
datang untuk memulai karya “menjadikan segala sesuatu baru”. Dia
menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita untuk memanggil kita masuk ke
dalam karya itu bersama-Nya.

MISI KERAJAAN YESUS


Yesus membuat misi kerajaan-Nya sangat jelas. Dia menyatakannya
dalam pidato penobatan-Nya dalam Lukas 4:16-21. Membaca perikop
nubuatan tentang masa yang akan datang di mana kabar baik akan
diberitakan kepada orang-orang miskin, orang buta dicelikkan, dan
orang-orang yang tertindas dibebaskan, Dia mengumumkan bahwa di
dalam Dia, teks ini “digenapi.” Tema utama pengajaran Yesus adalah
kerajaan Allah. Kotbah di Bukit-Nya adalah tentang etika kerajaan Allah.
Dia menawarkan perumpamaan-perumpamaan untuk menyediakan
jendela bagi orang banyak untuk melirik ke dalam cara-cara dan nilai-
nilai kerajaan Allah.
Undangan penginjilan Yesus adalah “Mari, masuklah ke dalam
kerajaan-Ku.” Dan Dia menafsirkan mukjizat-mukjizat-Nya dalam bahasa
kerajaan-Nya. Misalnya, Dia mengusir setan dari seseorang yang
menderita, dan orang-orang Farisi mengritik-Nya. Mereka menuduh-
Nya berkonspirasi dengan Beelzebul. Tetapi Yesus berespons, “Jika Aku
mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah
sudah datang kepadamu” (Luk 11:20). Saat Dia menyembuhkan orang-
orang kusta, Dia seolah-olah sedang menggapai langit dan bumi yang
baru, di mana tidak akan ada lagi penyakit, dan mengambil sejumput hal
itu untuk dicicipi di masa kini.8
Raja kita ingin kita menyadari Kerajaan Allah telah mulai
menerobos ke dalam zaman dan waktu kita.9 Karya-Nya menawarkan
dicicipinya realita kerajaan Allah¬¬—dan ke dalam hidup dan misi seperti
inilah Dia memanggil kita, pengikut-pengikut-Nya. Tsaddiqim dengan
penuh syukur menyertai Yesus Sang Raja dalam misi yang mulia ini.

MUJUR, TETAPI BUKAN TSADDIQIM-NYA


Perbedaan yang sangat besar antara visi mulia yang inspiratif tentang
para tsaddiqim ini dengan visi lemah yang dimiliki oleh begitu banyak

isi 21 7/16/13 7:02 PM


022

profesional Kristen yang diwawancarai oleh Lindsay benar-benar


mengusik saya. Betapa tragisnya bahwa begitu banyak orang percaya
yang menyandang nama “mujur” tidak bisa mengklaim diri mereka
sebagai “tsaddiqim”. Mengapa ini terjadi? Jelas bahwa komunitas-
komunitas Kristiani dimana orang-orang yang diwawancarai oleh Lindsay
menjadi bagiannya gagal memuridkan mereka untuk menjadi orang-
orang yang berpikir dengan baik dan mendalam tentang bagaimana
menggunakan daya vokasi mereka untuk memajukan Kerajaan Allah.
Saya bertanya-tanya, Seberapa luas masalah ini di seluruh kalangan Injili?
Yang lebih penting lagi, apa yang bisa dilakukan di gereja-gereja kita untuk
mengubahnya? Dan apakah ada jemaat tsaddiqim di luar sana yang bisa
kita teladani?
Karena pemahaman saya sendiri tentang panggilan vokasi, saya
tidak bisa membiarkan pertanyaan-pertanyaan ini. Selama hampir dua
puluh tahun, saya telah mencoba menolong gereja-gereja bertumbuh
dalam mengasihi sesama mereka jauh dan dekat—terutama sesama
mereka yang berpendapatan rendah dan rentan. Karya hidup saya
adalah menolong gereja-gereja mewujudkan Mikha 6:8: “Hai manusia,
telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut
Tuhan dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup
dengan rendah hati di hadapan Allahmu?” Untuk tujuan itulah, saya
melayani sebagai staf gereja saya sendiri, mendirikan dan mengelola
suatu badan pengembangan komunitas nirlaba yang melayani suatu
wilayah berpenghasilan rendah di Charlottesville, Virginia. Saya melatih
para pemimpin pelayanan untuk memetakan kebutuhan-kebutuhan
dan aset-aset komunitas mereka, merancang respons yang efektif
dan mengevaluasi kemajuannya. Saya menulis buku-buku dan manual-
manual cara untuk menolong para pemimpin jemaat memobilisasi
dan mengatur penempatan para anggota mereka dalam pelayanan-
pelayanan komunitas yang holistik.
Visi tsaddiqim yang dimiliki Keller benar-benar memesona
saya. Amsal 11:10 memberikan sejumlah bahasa baru yang
menggairahkan ke dalam pekerjaan saya. Saya menyadari apa yang
saya coba lakukan selama bertahun-tahun adalah menolong gereja-
gereja membuat kota mereka bersuka-ria—entah gereja itu berada
di kota-kota kecil seperti kota kelahiran saya Charlottesville, atau di
megapolitan seperti Miami, atau di komunitas-komunitas di negara
lain seperti di Nairobi, atau Guatemala City. Saya juga menyadari visi
Amsal 11:10 yang mulia ini, bersama bukti-bukti menyedihkan yang

isi 22 7/16/13 7:02 PM


023

ada dalam buku Faith in the Halls of Power, berarti mencapai “beria-
ria” itu menuntut setidaknya dua hal besar.
Pertama, itu berarti banyak gereja perlu memiliki pandangan
yang lebih besar dan komprehensif tentang apa yang harus menjadi tujuan
mereka secara misional. Jika kita ingin benar-benar membuat kota kita
“beria-ria”, kita perlu menilai apa yang kita lakukan secara terus terang.
Apakah kita terlibat dalam upaya-upaya yang relevan dengan erangan
seluruh mahluk ciptaan dan tangisan orang-orang miskin? Apakah
kita menciptakan murid-murid yang karyanya berkontribusi kepada
transformasi mendalam yang membuat orang-orang menari kegirangan
di jalanan? Apakah kita sudah bergabung dengan Yesus Sang Raja dalam
misi pemulihan-Nya yang agung dan menyeluruh? Bekerjasama dengan-
Nya, apakah kita membuat keadilan dan shalom tercicipi—atau apakah
sebagian besar dari kita hanya terlibat dalam kegiatan amal semata?
Kedua, itu artinya gereja-gereja perlu menganggap vokasi
secara lebih serius. Amsal 11:10 mengajarkan kepada kita apa tujuan
kemujuran kita. Kebanyakan orang-orang Injili Amerika kelas menengah
dan menengah ke atas bisa dilabeli “mujur”. Benar, kita memang bukan
Bill Gates atau Donald Trump. Tetapi dibandingkan dengan banyak
sesama kita dan dengan milyaran orang-orang miskin di seluruh dunia,
kita memang beruntung dan kaya.
Satu bagian vital dari kemujuran itu adalah daya vokasi kita.
Tidak seperti banyak orang di dunia, kita memiliki pilihan-pilihan pekerjaan
apa yang bisa kita lakukan. Kita berpendidikan tinggi dan terampil. Kita
memiliki jejaring pendukung, mimbar yang bisa digunakan, pengetahuan
yang bisa dibagikan. Banyak dari kita yang bekerja di institusi-institusi—
sekolah-sekolah, media, badan-badan pemerintah, korporasi-korporasi—
yang secara signifikan mempengaruhi kualitas hidup bangsa kita. Allah
telah melimpahkan semua ini pada kita untuk suatu alasan: agar kita
bisa menggunakannya untuk kebaikan bersama, bukan sekadar untuk
keuntungan pribadi.
Jelas, belajar untuk mengelola daya vokasi kita adalah suatu
komponen utama untuk bertumbuh sebagai tsaddiqim yang membuat
kota kita bersukaria. Yang saya maksudkan sebagai penatalayanan
vokasi adalah menggunakan secara sengaja dan strategis daya vokasi
kita—pengetahuan, mimbar, jejaring, posisi, pengaruh, keterampilan, dan
reputasi—untuk cicipan pendahuluan kerajaan Allah. Bagi jemaat-jemaat
misional yang ingin membuat kota mereka bersukaria, penatalayanan
vokasi adalah suatu strategi yang penting. Untuk mencapai visi besar

isi 23 7/16/13 7:02 PM


024

mereka, mereka perlu memanfaatkan secara sengaja daya vokasi dari


para anggota mereka.
Saya memutuskan untuk menulis buku ini untuk menolong para
pemimpin misional untuk melakukannya.

PEMBACA YANG DITUJU


Saya tidak pernah mengenal satu gereja pun yang tidak memberi
semangat kepada umatnya untuk melayani Allah dengan “waktu,
talenta, dan harta” mereka. Walaupun demikian, sangat sedikit jemaat—
bahkan mereka yang sepenuhnya merengkuh missio Dei—benar-benar
memfasilitasi “melayani Allah melalui talentamu” dengan cara yang
sengaja, berkesinambungan, praktis, dan strategis yang memperhatikan
karunia-karunia, hasrat, dan daya vokasi para anggotanya.
Dr. Don Simmons telah mendampingi gereja-gereja dengan
pelayanan “memperlengkapi” mereka selama berpuluh-puluh tahun.
Berdasarkan pengamatan tentang berbagai jemaat, ia menceritakan,

Hanya ada sangat sedikit gereja yang memiliki sistem yang kuat dan
disengaja untuk menggunakan waktu dan talenta-talenta para anggota
jemaatnya. Gereja-gereja tidak akan mempertimbangkan untuk
melakukan suatu kampanye penatalayanan untuk uang jika mereka tidak
memiliki sistem untuk bisa mengumpulkan, membagikan, melaporkan
penggunaannya, dan melaporkannya kembali kepada orang-orang yang
memberikannya. Tetapi mereka tidak memikirkan pelayanan orang dalam
hal waktu dan penggunaan talenta mereka dengan cara yang sama.10

Jemaat-jemaat yang duduk di bangku gereja perlu tahu


bahwa mereka harus—dan bisa—mengaitkan dunia mereka sehari-
hari dan iman mereka. Mereka sering merasa Allah hanyalah Allah
di hari Minggu. Kadangkala kita sebagai pemimpin-pemimpin gereja
mendorong umat kita untuk “hidup bagi kerajaan Allah” tetapi gagal
memberikan penjelasan yang cukup tentang apa artinya bagi hidup
mereka dari Senin sampai Jumat, jam sembilan pagi sampai jam lima
sore. Kita harus melakukan upaya yang lebih baik untuk menginspirasi
para anggota jemaat kita tentang peran yang bisa mereka mainkan
dalam misi Allah, dan memperlengkapi mereka untuk hidup secara
misional melalui vokasi mereka.
Berdasarkan apa yang telah saya pelajari tentang jemaat-
jemaat yang melakukan hal ini, jelas penatalayanan vokasi memberi

isi 24 7/16/13 7:02 PM


025

hasil-hasil yang menumbuhkan semangat. Anggota-anggota jemaat


mengalami sukacita, makna, dan keintiman dengan Kristus yang
baru. Pada saat yang sama, gereja secara signifikan meningkatkan
efektivitasnya dalam membawa sesama dari jauh dan dekat untuk
makin merasakan cicipan shalom.
Ini adalah buku yang terutama ditujukan kepada para pendeta
dan pemimpin pelayanan—terutama mereka yang sudah berkomitmen
untuk memimpin gereja yang misional (yaitu, gereja yang berupaya
mengikut Yesus Sang Raja dalam misi-Nya untuk memperbaharui segala
sesuatu). Saya juga berharap para pendeta akan mengulurkannya
kepada para anggota jemaat yang bergumul untuk mengintegrasikan
iman dan pekerjaan mereka. Semoga orang-orang percaya yang ingin
memahami lebih baik cara memajukan maksud-maksud kerajaan Allah
melalui vokasi mereka—entah mereka sudah lima puluh tahun dalam
pekerjaan itu atau baru saja mulai—akan mendapati buku ini berguna.
Saya juga berdoa agar para pembaca yang masih kuliah S-1 atau paska
sarjana bisa menemukan hikmat yang relevan dalam halaman-halaman
ini tentang pekerjaan mereka di masa depan.

ULASAN BUKU INI


Bagian satu, “Landasan Teologis”, menyediakan fondasi Alkitabiah baik
bagi misi gereja untuk “membawa cicipan pendahuluan” maupun strategi
penatalayanan vokasi. Berdasarkan penelaahan akan perikop-perikop
“tinjauan pendahuluan” dalam Kitab Suci yang menggambarkan langit
dan bumi yang baru, saya berargumen di bagian pertama bahwa kota
yang “beria-ria” adalah suatu tempat di mana makin dicicipinya keadilan
dan shalom adalah realitas yang dialami. Saya menggali beberapa
dimensi spesifik keadilan dan shalom, dan saya menjelaskan bagaimana
orang-orang Kristen sekarang ini memajukan nilai-nilai kerajaan Allah
melalui pekerjaan mereka. Mengembangkan kota yang beria-ria adalah
tugas yang mulia dan menggentarkan.
Bab dua menggambarkan tsaddiqim yang mencoba melakukan
kerja keras ini. Mereka adalah orang-orang yang benar-benar rendah
hati, bergantung kepada Allah, dewasa secara rohani yang berupaya
hidup benar di dalam dan melalui pekerjaan mereka. Bab tiga meneliti
penghalang-penghalang yang telah merintangi banyak orang Kristen
untuk hidup sebagai tsaddiqim, dan bab empat membahas bagaimana
gereja-gereja bisa berespons terhadap penghalang-penghalang ini.

isi 25 7/16/13 7:02 PM


026

Bagian dua, “Memuridkan bagi Penatalayanan Vokasi”,


menyediakan panduan cara-cara praktis bagi para pemimpin gereja.
Dimulai di bab lima dengan suatu ulasan akan pemikiran Kristen saat
ini tentang integrasi iman/pekerjaan—dan kekurangan-kekurangan yang
ada di sana. Lalu saya memaparkan tiga tugas kunci yang dibutuhkan
untuk memperlengkapi jemaat untuk menjadi orang-orang yang
mengelola daya vokasi mereka secara sengaja sebagai tsaddiqim.
Bab enam, “Inspirasi”, memberikan suatu teologia alkitabiah
ringkas tentang pekerjaan yang harus mendasari inisiatif penatalayanan
vokasi manapun. Bab tujuh meneliti tugas menemukan—menolong
untuk mengidentifikasi hasrat mereka, “ketidakpuasan kudus”11 dan
dimensi-dimensi daya vokasi mereka. Bab delapan kemudian mengulas
tugas penting pembentukan—yaitu, pembentukan kehidupan batiniah
jemaat yang diperlukan, yang akan memampukan mereka untuk menjadi
pengelola-pengelola yang efektif, rendah hati, dan bijaksana akan daya
vokasi mereka.
Bagian tiga akan masuk ke inti penatalayanan vokasi. Pertama,
saya menawarkan suatu perkenalan singkat kepada empat jalan
untuk menempatkan jemaat dalam penatalayanan vokasi mereka:
(1) berkembang di mana kita ditempatkan, dengan secara strategis
mengelola pekerjaan kita sekarang ini; (2) menyumbangkan keterampilan-
keterampilan vokasi kita sebagai relawan; (3) meluncurkan suatu upaya
sosial yang baru; dan (4) berpartisipasi dalam suatu proyek gereja
yang ditujukan untuk mentransformasi suatu komunitas tertentu atau
menyelesaikan suatu masalah sosial yang spesifik. Di sini saya juga secara
singkat berbicara tentang godaan yang melekat pada setiap jalan—batu
sandungan potensial, dan para pemimpin gereja harus mempersiapkan
anggota-anggotanya untuk menghadapinya.
Bab sembilan sampai duabelas masing-masing membahas tiap
jalan. Masing-masing menunjukkan seperti apa penatalayanan vokasi yang
aktual dalam hidup orang-orang percaya dan memberikan contoh-contoh
spesifik gereja-gereja yang telah belajar bagaimana memperlengkapi dan
menempatkan para anggotanya di sepanjang jalan itu.12

SENDOK MERAH JAMBU


Beberapa tahun lalu, Rev. Jeff White dari Harlem New Song Church
mengajar dalam suatu lokakarya di gereja saya. Ia berbicara tentang
pekerjaan Yesus Sang Raja dalam membawa pemulihan dan ia

isi 26 7/16/13 7:02 PM


027

memegang satu sendok cicip warna merah jambu dari Baskin-Robbins.


Anda tahu ‘kan, sendok untuk mencicipi es krim yang akan datang. Jeff
menantang orang-orang yang hadir untuk melihat diri mereka sebagai
sendok seperti itu, karena peran kita di dalam dunia adalah menawarkan
kepada sesama, dekat maupun jauh, untuk mencicipi kerajaan Allah.
Para pemimpin gereja yang misional memanggil jemaat mereka
untuk hidup sebagai sendok-sendok merah jambu. Tetapi mereka perlu
menunjukkan kepada orang-orang ini seperti apa hidup yang seperti
itu persisnya. Saya menulis buku ini karena, pada taraf yang signifikan,
menjadi sendok-sendok merah jambu berarti mengelola daya vokasi kita
untuk kebaikan bersama.
Rata-rata, para pekerja di Amerika, menghabiskan empat puluh
lima jam di tempat kerja.13 Itu berarti sekitar 40 persen dari jam bangun
kita setiap minggu—jumlah waktu yang sangat besar. Jika para pemimpin
gereja tidak menolong jemaat untuk memahami bagaimana cara hidup
misional melalui pekerjaan itu, mereka melewatkan salah satu jalan
utama—dalam beberapa kasus satu-satunya jalan utama—yang dimiliki
orang-orang percaya untuk belajar hidup sebagai cicipan pendahuluan.

isi 27 7/16/13 7:02 PM


isi 28 7/16/13 7:02 PM
B A G I A N 1
---------------------------------------------

LANDASAN TEOLOGIS

isi 29 7/16/13 7:02 PM


isi 30 7/16/13 7:02 PM
031

1
-----------------------------------------------------------------

SEPERTI APAKAH KOTA


YANG BERIA-RIA ITU?
-----------------------------------------------------------------
Warga kota Allah adalah warga terbaik
yang ada di kota-kota di bumi mereka
REV. TIM KELLER

J
ika panggilan misi gereja adalah menjadikan kota kita “beria-ria”
dengan menawarkan kesempatan kepada sesama kita untuk
mencicipi realitas kerajaan Allah, kita perlu memahami apa
yang diajarkan Kitab Suci kepada kita tentang kerajaan Allah
yang akan datang. Para pemimpin jemaat perlu tahu tanda-
tanda kerajaan Allah—berbagai karakteristiknya, ciri khasnya, tujuannya,
dan nilainya. Lalu mereka perlu mengkhotbahkan dan mengajarkan
tanda-tanda kerajaan Allah ini, untuk menolong jemaat mereka
menangkap suatu visi tentang seperti apa kota yang bersukaria akan
terlihat. Anggota-anggota gereja kemudian akan memiliki arah untuk
secara strategis menggunakan daya vokasi yang diberikan Allah untuk
menyatakan perwujudan-perwujudan awal dari kerajaan Allah itu.
Satu cara yang menolong untuk mengidentifikasi ciri-ciri
kerajaan Allah adalah meneliti secara seksama perikop-perikop
“tinjauan pendahuluan” di dalam Alkitab. Masukkan sebuah film ke
dalam DVD player Anda, dan pertama-tama Anda akan melihat tinjauan

isi 31 7/16/13 7:02 PM


032

pendahuluan tentang atraksi yang akan Anda tonton. Demikian pula,


di sepanjang Alkitab ada tinjauan-tinjauan pendahuluan tentang “film
keseluruhan”: kerajaan Allah dalam segala kepenuhannya. Teks-teks ini
menawarkan kepada kita kilasan-kilasan tentang seperti apa hidup di
langit dan bumi yang baru.
Yesus menggunakan suatu perikop tinjauan pendahuluan (Yes
61:1-2) saat Dia berdiri di suatu sinagoga di Nazareth dan mengumumkan
misi-Nya di bumi. Banyak orang percaya sudah akrab dengan perikop-
perikop tinjauan pendahuluan seperti Yesaya 11:6 (“Serigala akan tinggal
bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing”)
dan Mikha 4:3 (“mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata
bajak”) karena perikop-perikop ini sering dibaca selama minggu Adven.
Tetapi banyak perikop tinjauan pendahuluan lainnya yang kurang lazim.
Penelitian komprehensif tentang semua perikop tinjauan
pendahuluan tentunya di luar jangkauan buku ini. Namun, kita bisa
melakukan suatu penggalian awal berdasarkan sejumlah koleksi
perikop tinjauan pendahuluan.1 Ini memberi kita suatu pandangan yang
jelas tentang karakteristik-karakteristik kerajaan Allah yang tergenapi.
Yang sangat menonjol, perikop-perikop tinjauan pendahuluan ini
mengungkapkan kerajaan Allah yang tergenapi ditandai oleh dua ciri
utama: keadilan dan shalom, yang berkaitan erat. Karenanya, suatu
kota yang beria-ria adalah kota di mana rasa keadilan dan shalom makin
meningkat.
Kedua konsep ini sangat besar skalanya. Dengan menggunakan
beberapa skema pengorganisasian cepat, saya akan meneliti beberapa
dimensi spesifik keadilan dan shalom. Di sepanjang jalan, kita akan
bertemu dengan orang-orang Kristen yang menumbuhkan aspek-aspek
keadilan dan shalom itu melalui pekerjaan mereka. Harapan saya adalah
bahan ini menyediakan umpan bagi khotbah-khotbah dan ilustrasi-
ilustrasi saat para pemimpin gereja berusaha memberi inspirasi kepada
jemaatnya untuk menangkap suatu misi untuk menjadi tsaddiqim yang
membuat kota bersukaria.

KEADILAN
Bagian kedua dari Amsal 11:10 menarik perhatian kita ke tempat
pentingnya keadilan dalam membuat kota bersukaria. Ayat lengkapnya
adalah, “Bila orang benar mujur, beria-rialah kota, dan bila orang fasik
binasa, gemuruhlah sorak-sorai.”

isi 32 7/16/13 7:02 PM


033

Para pembaca yang akrab dengan penelaahan Perjanjian Lama


akan mengenali suatu struktur di sini yang lazim dalam banyak puisi Ibrani:
paralelisme. Pada intinya, si penyair mengatakan hal yang sama dua kali
dalam suatu ayat, menggunakan konstruksi yang sedikit berbeda. Dalam
Amsal 11:10, ada kaitan antara “benar mujur” di satu sisi, dan “fasik
binasa” di sisi lain. Perhatikan bahwa kedua peristiwa itu—benar mujur dan
fasik binasa—menghasilkan reaksi yang sama: sukacita luarbiasa. Sorak-
sorai timbul saat orang-orang fasik—yang digambarkan berulang-ulang
dalam Perjanjian Lama sebagai pelaku ketidakadilan dan ketidaksetaraan—
diruntuhkan dan digantikan oleh tsaddiqim, para pelaku keadilan.
Saat orang benar mujur, maka keadilan berlaku. Tsaddiqim
berusaha agar tiga dimensi keadilan yang menjadi tanda digenapinya
kerajaan Allah menjadi kenyataan.2 Ini disajikan dalam gambar 1.1. Kita
akan membahas ketiganya satu persatu.

-----------------------------------------------------------------
Gambar 1.1. Tiga dimensi keadilan

Pembebasan. Digenapinya kerajaan Allah ditandai oleh


berakhirnya segala penindasan. Di dalamnya, orang-orang miskin, yang
tidak bersalah, dan yang tidak berdaya akan dibebaskan dari segala
realitas muram yang mereka hadapi di tangan penindas-penindas
yang kejam. Mazmur 10 melukiskan suatu gambaran menakutkan
akan realitas-realitas ini, memperhatikan bagaimana orang-orang fasik
“memburu orang yang tertindas” dan “mengendap di tempat yang
tersembunyi seperti singa di dalam semak-semak” untuk menyerang
dan menyeret mereka yang miskin. Sang nabi meratap dalam Yesaya
5:23 bahwa orang-orang fasik “membenarkan orang fasik karena suap
dan memungkiri hak orang benar” dan mereka “bersegera hendak
menumpahkan darah orang yang tidak bersalah” (Yes 59:7), di bawah
orang-orang fasik, tatanan sosial menjadi bangkrut dan orang merasa
tidak berdaya: “Keadilan tetap jauh dari pada kami dan kebenaran
tidak sampai kepada kami. Kami menanti-nantikan terang tetapi hanya

isi 33 7/16/13 7:02 PM


034

kegelapan belaka, menanti-nantikan cahaya, tetapi kami berjalan dalam


kekelaman” (Yes 59:9).
Pekerjaan pembebasan adalah tentang memperbaiki dari
ketidakadilan yang kasar seperti ini. Ini termasuk mengidentifikasi,
mengungkapkan, dan mengubah keadaan di mana ada penyalahgunaan
kekuasaan, yang biasanya diabadikan melalui pemaksaan dan penipuan.
Ini berarti memungkinkan orang mencicipi jenis-jenis keadilan yang
dirayakan dalam Yesaya 62:8-9 (mengakhiri kerja paksa) dan Yesaya
61:1 (membebaskan mereka yang dipenjarakan secara ilegal).3
Pengacara Inggris Matthew Price menggunakan talenta
vokasinya untuk mempengaruhi pembebasan jenis ini. Selama dua tahun,
Matthew dan istrinya serta anak lelaki mereka yang masih bayi menjadikan
Kampala, Uganda, sebagai rumah mereka, melayani masalah-masalah
keadilan dalam suatu penugasan jangka pendek melalui agen misi Inggris,
BMS World Mission. Di sana Matthew bekerjasama dengan Ugandan
Christian Law Fellowship (UCLF), menjadi mentor-mentor para mahasiswa
paralegal dan hukum untuk melatih mereka “[me]negakkan keadilan di
pintu gerbang” (Amos 5:15). Di bawah pengawasannya, para mahasiswa
menjangkau orang-orang tahanan, yang banyak di antaranya adalah korban
penahanan ilegal. Mereka tidak menjalani proses hukum dan telah lama
menderita di dalam penjara yang penuh sesak selama berbulan-bulan,
tanpa mengetahui kejahatan apa yang dituduhkan kepada mereka.
Matthew dan timnya mengunjungi kantor-kantor polisi dan
sel-sel penjara untuk memberi nasehat kepada orang-orang tahanan
akan hak-hak mereka di bawah hukum Uganda. Pada akhir tahunnya
yang pertama, Matthew dan para pengacara UCLF telah menawarkan
pembelaan kepada lebih dari 260 tahanan, dan hampir dua ratus
kasusnya diselesaikan. Ia menjelaskan, “Melalui intervensi para pengacara
Kristen, para tahanan ini akhirnya merasakan keadilan bagi kasusnya,
entah dengan cara dibebaskan dari tuduhan dan dilepaskan, atau divonis
dan memperoleh waktu hukuman yang jelas.”4
Kesetaraan. Dimensi kedua dari keadilan yang kita lihat dalam
perikop-perikop tinjauan pendahuluan adalah kesetaraan. Yesaya 11:4
merayakan masa yang akan datang saat Sang Raja akan “menghakimi
orang-orang lemah dengan keadilan, dan akan menjatuhkan keputusan
terhadap orang-orang yang tertindas di negeri” dengan adil. Yeremia
menantikannya dengan antisipasi yang serupa: “Sesungguhnya waktunya
akan datang, demikianlah firman Tuhan, bahwa Aku akan menumbuhkan
Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana

isi 34 7/16/13 7:02 PM


035

dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri” (Yer 23:5).


Nabi-nabi lain juga merayakan relasi-relasi yang tidak berat
sebelah yang akan mencirikan kehidupan di langit dan bumi yang baru.
Dalam kitab Yesaya kita belajar bahwa tidak akan ada lagi jahanam
yang berkuasa, menipu orang-orang yang miskin (Yes 32:5-8). Yehezkiel
menubuatkan tidak akan ada lagi orang yang akan menjarah mereka
yang miskin (Yeh 34:17-22).
Kesetaraan bukan kata yang mudah didefinisikan. Kata ini
menunjukkan kejujuran dan kenetralan. Kesetaraan adalah memastikan
mereka yang miskin dan lemah tidak dibebani secara tidak proporsional
oleh masalah-masalah bersama dalam masyarakat. Ini adalah tentang
memajukan kebijakan-kebijakan publik yang tidak menguntungkan mereka
yang kaya dengan mengorbankan yang miskin, tetapi memperlakukan
semua orang secara setara. Ini adalah tentang menghindari kebijakan-
kebijakan yang membebani mereka yang miskin dan lemah secara tidak adil.
Kesetaraan agak lebih mudah digambarkan ketimbang
didefinisikan. Sebagai contoh, pikirkan proses untuk mengupayakan solusi-
solusi yang setara terhadap tantangan untuk menyediakan perumahan
yang terjangkau dalam suatu komunitas. Perumahan seperti itu harus
dibangun dan itu membutuhkan uang. Harus ada keputusan-keputusan
yang dibuat tentang di mana letak rumah-rumah itu. Keputusan-
keputusan itu membutuhkan biaya-biaya. Dengan menyederhanakan
cerita, hanya sebagai ilustrasi, dalam hal tantangan sosial ini, dua
jalan mungkin bisa ditempuh. Yang satu memusatkan pembangunan
dan penempatan perumahan yang harganya terjangkau di komunitas-
komunitas miskin dan secara potensial lemah seperti di lingkungan
dalam kota. Kita bisa menamai pendekatan ini “memusatkan beban”.
Jalan lain adalah mendistribusikan biaya pembangunan perumahan
murah tersebut ke wilayah yang luas dan menyebarkan unit-unit rumah
itu ke berbagai lingkungan perumahan. Kita bisa menamai pendekatan ini
“berbagi beban”.
Di banyak kota, jalan pertamalah yang diambil—sebagian besar
sebagai hasil dari NIMBY-isme (“Not In My Back Yard” = bukan di
halaman belakangku). Warga yang lebih kaya di kota-kota pinggiran tidak
ingin perumahan-perumahan seperti itu dibangun di wilayah mereka,
karena takut akan kejahatan atau turunnya nilai properti. Karena mereka
yang mampu secara ekonomi biasanya juga memiliki koneksi politis
yang baik juga, perumahan murah seringkali hanya dibangun di wilayah-
wilayah dalam kota yang sudah minus. Ini menciptakan apa yang disebut

isi 35 7/16/13 7:02 PM


036

oleh para pakar sebagai “kawasan perumahan miskin terpusat”.5 Dan


itu membawa masalah-masalah yang melekat seperti sekolah-sekolah
yang terlalu banyak murid, tingkat kejahatan yang lebih tinggi, dan
isolasi sosial. Masalah-masalah sosial ini memiliki ongkos ekonomisnya
sendiri (misalnya, lebih sulit memulai bisnis di kawasan miskin terpusat).
Pendekatan ini juga secara finansial menekan kota-kota di mana kawasan-
kawasan miskin terpusat ini berada. Mereka harus menghabiskan
uang untuk penegakan hukum dan program kesejahteraan sosial dan
kurangnya penghasilan dari pajak properti serta bisnis.
Jalan kedua adalah pendekatan yang lebih setara. Dalam
skenario ini, ongkos-ongkos untuk membangun perumahan dibagi ke
seluruh wilayah metropolitan, dan unit-unit perumahan murah disebar
di seluruh wilayah untuk menghindari terbentuknya kawasan miskin
terpusat. Ini adalah pendekatan yang lebih sulit untuk dipraktekkan
secara politis, tetapi sudah pernah diterapkan di tempat-tempat di mana
warga kota yang tak mudah menyerah menuntutnya.
Pelobi Rich Nymoen berperan dalam kampanye berdasarkan
iman yang berhasil dengan baik untuk mengupayakan pendekatan ini
bagi masalah perumahan dengan harga terjangkau di wilayah Twin Cities
di Minnesota pada pertengahan tahun 1990an.6 Ia adalah seorang
pengacara baru dari University of Minnesota Law School. Keputusannya
untuk terlibat dalam upaya ini didorong sebagian karena ia menganut
konsep kesetaraan metropolitan. Ia mengenal ide ini melalui seorang
dosen tamu di universitas, Myron Orfield, yang juga adalah anggota
legislator negara bagian itu pada saat itu.7
Orfield sedang mendorong dibentuknya berbagai inisiatif legislatif,
termasuk yang disebut perumahan “setara”. Pendekatan ini menarik
bagi Nymoen karena menekankan “kita saling berbagi.” Ini membutuhkan
pendekatan regional untuk membagikan biaya pembangunan perumahan
yang harganya terjangkau.
Nymoen mulai bekerja dengan suatu koalisi gereja-gereja dan
lembaga-lembaga nirlaba yang akhirnya dinamai ISAIAH. Pertama-tama,
koalisi ini mengadakan suatu kampanye yang berhasil meningkatkan
secara drastis dana negara bagian bagi perumahan yang harganya
terjangkau. Lalu koalisi ini mulai mempromosikan ide perumahan inklusi—
menggunakan perumahan murah itu dalam perumahan berpenghasilan
campuran untuk menghindari masalah-masalah kemiskinan terpusat.
Peperangan untuk memajukan kesetaraan bukanlah hal yang
mudah, dan dibutuhkan waktu tiga tahun. Pada akhirnya, keputusan

isi 36 7/16/13 7:02 PM


037

tentang perumahan murah diletakkan di tangan dewan metropolitan


yang terdiri dari tujuh wilayah. Anggota-anggota dewan melakukan
tawar menawar akan tujuan-tujuan perumahan (seperti jumlah unit
yang dibangun dan di mana mereka akan ditempatkan. Masing-masing
wilayah berkontribusi secara finansial kepada dana perumahan regional,
sehingga beban itu tidak ditanggung oleh kota Minneapolis sendirian.
Pemulihan. Dimensi ketiga dari keadilan alkitabiah kita lihat
dalam kisah agung penciptaan/Kejatuhan/penebusan/penggenapan
berkaitan dengan pemulihan.
Dalam Alkitab, keadilan adalah suatu konsep relasional, bukan
sekedar konsep hukum yang abstrak. Itu sama dengan mengatakan
keadilan alkitabiah bukan hanya menyangkut dihukumnya orang-orang
yang melakukan kesalahan, tetapi juga dengan disembuhkannya pelaku
kesalahan dan dipulihkan ke dalam komunitas. Keadilan dan keselamatan
adalah konsep-konsep yang berkaitan. Seperti yang dikatakan seorang
pakar, “Keadilan Allah selalu menyangkut dipulihkannya keutuhan relasi—
dengan Allah dan dengan sesama manusia.”8
Sebagian besar dari Zakaria 8 adalah suatu perikop tinjauan
pendahuluan, dan dua ayat berbicara tentang keadilan Allah yang
memulihkan (Zak 8:16-17). Bangsa Israel telah melakukan pelanggaran
berat terhadap Allah. Mereka telah bertindak secara tidak adil, gagal
memberikan penilaian yang jujur di pengadilan, bersumpah palsu, dan
merencanakan kejahatan terhadap sesama mereka. Respons Allah bukan
hanya menghukum tetapi juga mengoreksi. Teks tersebut mengingatkan
akan penghakiman Allah, tetapi Allah menjanjikan pengampunan dan
pemulihan relasi, dan kemudian mengingatkan bangsa itu untuk tidak
melakukan dosa mereka itu lagi.
Di kota yang beria-ria, sistem keadilan kriminal mencakup
pemikiran akan keadilan restoratif ini, bukan hanya memusatkan diri
secara eksklusif pada keadilan retributif. Tentu saja sistem ini memanggil
si pelanggar untuk bertanggungjawab, tetapi juga berupaya membahas
kerusakan yang ditimbulkan kejahatan itu, bukan hanya pelanggaran
hukum terhadap negara. Sistem ini menanggapi korban dengan serius
dan mengupayakan dipulihkannya kedudukan si pelanggar ke dalam
struktur sosial jika mungkin. Dengan mengakui bahwa kejahatan
sebenarnya adalah tentang kerusakan relasi manusia, sistem ini
mengupayakan rekonsiliasi relasi-relasi itu semaksimal mungkin.9
Gerakan keadilan restoratif telah memiliki sejumlah keberhasilan
dalam menginfiltrasi sistem keadilan kriminal di Amerika Serikat dan

isi 37 7/16/13 7:02 PM


038

negara-negara lain. Sistem di Genesee County, New York, adalah


salah satunya. Di sana seorang kepala polisi bernama Doug Call dan
seorang petugas publik bernama Dennis Wittman bekerjasama untuk
menggabungkan prinsip-prinsip kunci dari keadilan restoratif ke dalam
cara wilayah itu menghukum pelanggar ringan. Inisiatif ini kemudian
dikenal dengan nama Genesee Justice.
Pada akhir tahun 1970an, Call memperdalam imannya dengan
studi di seminari dan meyakini bahwa keadilan sejati tidak selalu berlaku
pada sistem yang ada. Ia mengingat suatu kasus di mana seorang
perempuan muda kehilangan kedua kakinya dalam suatu kecelakaan yang
disebabkan oleh seorang lelaki berusia dua puluh tahun. Lelaki muda itu
diberi hukuman satu tahun penjara. Pada akhir masa hukuman, lelaki itu
pindah ke Rochester dan bekerja dengan gaji yang bagus. Sementara itu,
si korban kehilangan kakinya dan memiliki banyak hutang karena tagihan-
tagihan biaya medis.
“Sistem tersebut tidak ampuh pada kasus ini,” kata Call. “Kami
tidak membuat [si pelanggar] bertanggungjawab secara konstruktif
untuk kejahatannya.”10 Call merasa sudah waktunya mencoba
pendekatan yang berbeda. Makin banyak ia bicara tentang hal itu, teman-
temannya makin mendorongnya untuk mencoba mengajukan diri untuk
posisi kepala polisi county (wilayah). Ia melakukannya, memenangkan
posisi itu pada tahun 1980.
Sejak awal, Sheriff Call mempekerjakan sesama rekannya di
seminari Dennis Wittman sebagai pengawas kota di wilayah tersebut.
Call meminta Wittman untuk menetapkan suatu program vonis baru yang
menuntut para pelanggar ringan melakukan pelayanan kepada komunitas.
Call ingin para pelanggar hukum ini melakukan sejumlah kebaikan bagi
komunitas ketimbang hanya duduk di penjara, menghabiskan uang
pembayar pajak. Selama dua puluh lima tahun berikutnya, Wittman tanpa
kenal lelah menerapkan program itu. Ketika ia pensiun pada tahun 2006,
hampir lima ribu pelanggar hukum telah melakukan lebih dari 350.000
jam pekerjaan tanpa digaji di Genesee County.
Kedua orang ini senang akan program ini tetapi merasa Genesee
Justice masih perlu melakukan lebih banyak hal untuk memperhatikan
korban-korban kejahatan. Selama bertahun-tahun, mereka menerapkan
beberapa inisiatif lain. Salah satunya melibatkan kerjasama dengan
komunitas agama setempat untuk menyediakan bantuan praktis kepada
para korban, seperti perbaikan rumah dalam kasus perampokan. Lainnya
membawa perubahan-perubahan dalam prosedur penghukuman dimana

isi 38 7/16/13 7:02 PM


039

para korban diijinkan untuk menawarkan “pernyataan dampak” tentang


kerusakan yang telah mereka derita. Yang ketiga adalah suatu program
rekonsiliasi yang mempertemukan para korban dengan pelaku kejahatan
dalam percakapan yang dimediasi. Wittman berkata, “Di mana ada
kesenjangan dalam sistem keadilan kami mencoba mengisinya.”11

SHALOM
Suatu kota yang bersukaria ditandai dengan tiga dimensi keadilan yang
dibahas di atas: pembebasan, kesetaraan, dan pemulihan. Ini juga adalah
suatu tempat di mana saudari kembar keadilan, shalom, makin nyata.
Teolog Cornelius Plantinga Jr mendefinisikan shalom sebagai
“teranyamnya Allah, manusia, dan segala mahluk ciptaan dalam keadilan,
kepuasan sepenuhnya, dan kegembiraan … Kita menyebutnya damai
sejahtera, tetapi maknanya jauh lebih dari sekedar ketenangan pikiran
atau gencatan senjata antar musuh. Di dalam Alkitab shalom berarti
perkembangan, keutuhan, dan sukacita yang universal.”12
Kerajaan Allah yang digenapi bercirikan shalom dalam empat
relasi hidup yang mendasar: damai dengan Allah, diri sendiri, sesama, dan
ciptaan Allah. Beberapa karakteristik yang menandai kerajaan Allah bisa
secara longgar diorganisir di bawah empat judul, seperti yang dipetakan
dalam tabel 1.2.13 Saya mengatakan diorganisir “secara longgar” karena
beberapa nilai-nilai kerajaan Allah, seperti keindahan atau keutuhan, bisa
dimasukkan ke dalam lebih dari satu judul. Tetapi skema ini memberika
suatu titik awal untuk membangun suatu pemahaman yang kokoh akan
dimensi-dimensi shalom. Mari kita lihat satu persatu secara terperinci.

-----------------------------------------------------------------
Tabel 1.2. Tanda-tanda Kerajaan Allah yang Tergenapi

isi 39 7/16/13 7:02 PM


040

DAMAI DENGAN ALLAH


Keintiman dengan Allah. Di pusat sukacita kita karena digenapinya kerajaan
Allah ada relasi kita yang akrab dengan Allah. Seperti sorak sorai Zefanya,
kita akan “bersorak-sorai”, “bertempik-sorak”, dan “bersukacita” karena
Tuhan akan bersama kita. Sang Pencipta segala alam semesta yang
mengagumkan akan “bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai”
(Zef 3:14-20). Kita akan melihat Dia “muka dengan muka” (1 Kor 13:12).
Dengan pengharapan besar ini di hadapan kita, suatu bagian
penting dari misi kita sekarang ini adalah memperkenalkan banyak orang
kepada suatu relasi pribadi dengan Allah. Penginjilan yang memimpin
orang untuk mengikut Yesus menawarkan kepada orang-orang yang
baru percaya untuk mencicipi keintiman dengan Allah, yang nantinya
akan mereka alami selama-lamanya. Banyak dari kita yang memiliki
kesempatan untuk melakukan penginjilan melalui berbagai relasi
berdasarkan pekerjaan.
Stanley Tam adalah contoh yang baik. Ia mengelola bisnis-bisnis
yang berkembang sejak tahun 1930an. Ia secara sah membentuk
suatu perusahaan, United States Plastic Corporation, sehingga Allah
bisa menjadi pemegang dari 51 persen saham. Perusahaan itu telah
menghasilkan keuntungan lebih dari 120 juta dolar. Tam mengirimkan
jutaan dolar dari keuntungan itu untuk mendukung pelayanan-pelayanan
penginjilan di seluruh dunia. Ia bercerita bahwa melalui kelompok-
kelompok seperti itu, sekitar 140.000 orang telah membuat keputusan
untuk Kristus.
Tetapi Tam tidak hanya menulis cek supaya orang-orang lain bisa
melakukan pekerjaan itu. Ia sendiri adalah seorang penginjil. Ia “pensiun”
beberapa tahun yang lalu dan membuka suatu toko yang membuat
perabot rumahtangga. Di pintu depan toko itu, ia menggantungkan suatu
tulisan: “Apakah Anda mencari kedamaian? Masuklah ke dalam dan
dapatkan Alkitab gratis.” Tulisan ini telah membawa banyak percakapan
yang menarik.
Pemenang piala Heisman, Danny Wuerffel menggunakan
kesempatan-kesempatan yang dimilikinya untuk membagikan imannya
selama pekerjaan “sungguhan”nya yang pertama setelah lulus kuliah—
sebagai seorang pemain futbal profesional bagi New Orleans Saints. Ia
ingat sudah mengira akan diejek di ruang ganti pakaian karena imannya,
tetapi ia mendapati sebaliknya yang terjadi. Dalam dunia olahraga
yang persaingannya sangat tinggi dan penuh stress, hati dan perilaku
gembala dari Danny menjadi menarik. Lingkungan itu “menciptakan

isi 40 7/16/13 7:02 PM


041

banyak kesempatan pelayanan di mana orang-orang benar-benar


datang kepada saya dan mengajukan sejumlah pertanyaan yang
sungguh-sungguh tulus,” paparnya.14
Sebagai tambahan, dalam tahun pertamanya bersama the
Saints, Danny dan seorang rekan satu timnya memulai didirikannya suatu
klub Our Daily Bread:

Kami menantang orang untuk membaca Our Daily Bread [buku


kecil berisikan renungan untuk sebulan, dengan bacaan harian yang
singkat] setiap pagi, dan Anda harus ingat apa isinya. Dan jika ada
yang menanyakannya kepada Anda dan Anda tidak tahu, Anda harus
memasukkan uang satu dolar ke kotak. Saya kira tadinya kami hanya
akan mendapatkan sekitar lima atau enam orang, tetapi akhirnya kami
memiliki lima puluh enam pemain dan pelatih pada tahun itu.

Danny mendirikan klub-klub yang sama di tim-tim profesional di


mana ia bermain. Tahun di mana ia bermain sebagai pemain belakang
memberikan, seperti yang dikatakannya, “kesempatan yang cukup
besar untuk membagikan siapa saya dan membagikan iman saya dan
bagaimana hal itu bisa berkaitan di dunia NFL.”
Keindahan. Dalam bumi yang baru, keelokan alam semesta
akan mencapai puncaknya; padang belantara akan bersorak-sorak
dengan bunga-bunga, dan mata air memancar di padang gurun (Yes
35). Untuk melengkapi semua keindahan alam ini, budaya manusia akan
berkembang. Semua kreativitas besar umat manusia—karya artistik
dalam musik, tarian, lukisan, ukiran kayu, patung, arsitektur, dan lebih
banyak lagi—akan di bawa ke dalam Yerusalem baru (Yes 60).
Allah adalah sumber dari segala keindahan dan kreativitas.
Artis, musisi, pematung, penulis, aktor, dan penari bisa membawa
orang kepada penyembahan akan Allah ini. Talenta artistik bisa
menghubungkan kita dengan keindahan transenden itu; talenta itu
memiliki maksud “vertikal”.15
Artis Jessie Nilo dan Lisa Marten dari Boise Vineyard Church di
Idaho telah membawa keindahan kepada banyak orang. Jessie, seorang
perancang grafis dan ilustrator, meluncurkan Vine Arts di gereja pada
tahun 2004. Kelompoknya yang terdiri dari dua puluh profesional dan
artis baru menggunakan talenta mereka untuk menciptakan tempat-
tempat di bangunan gereja untuk penyembahan yang didorong oleh
keindahan. Jessie merasa tidak ada yang “menggerakkan secara visual”
di lingkungan gereja untuk melengkapi pengajaran firman di Vineyard

isi 41 7/16/13 7:02 PM


042

yang kaya secara rohani. Jadi VineArts melukiskan mural di dinding-


dinding gereja. Mereka juga menciptakan suatu galeri di gereja, berisikan
karya seni dari berbagai media, di mana jemaat bisa memiliki waktu
teduh. “Saya ingin tempat ini menjadi tempat kita menyembah Allah dan
berkontemplasi,” papar Jessie.16
Pada suatu hari pendeta misi Vineyard mengusulkan kepada
Jessie kemungkinan untuk suatu perjalanan misi jangka pendek yang
berorientasi pada seni ke negara lain. Ia menceritakan kepada seorang
rekan pendeta Ekuador tentang bagaimana VineArts memperkaya
kehidupan ibadah jemaat di Boise, dan pendeta itu bertanya apakah
beberapa seniman bisa datang ke gereja mereka. Pada bulan Juni 2010,
lima orang seniman dari Boise Vineyard berkunjung ke Quito untuk
melayani Iglesia la Vina.
Bagian paling menarik dari perjalanan ini adalah suatu pagi yang
dikhususkan untuk ibadah dan seni yang difasilitasi oleh tim itu. Dalam
ruang ibadah, mereka memasang beberapa kanvas besar dan suatu
meja kecil yang dipenuhi oleh perlengkapan melukis. “Sang pendeta
menjelaskan kepada mereka bahwa ini adalah pagi di mana segala
bentuk ibadah, termasuk kretivitas kita, akan dipersembahkan,” ungkap
Lisa.17 Sambil para pemain musik memainkan lagu-lagu penyembahan,
jemaat akan bangkit dari tempat duduknya dan melukis di kanvas untuk
mengekspresikan hati mereka kepada Allah. “Tampaknya ibadah itu
melibatkan semua panca indera sekaligus,” kenang Jessie. “Mereka
menciptakan beberapa gambar yang indah—di sekitar tema penebusan
dan transformasi dan air hidup.” Pada Minggu pagi itu, Allah menjumpai
dengan para penyembah-Nya dalam suasana yang mengharukan saat
mereka berbicara kepadaNya dengan menggunakan bahasa baru, yaitu
bahasa visual, berkat para artis yang menggunakan vokasi mereka bagi
kerajaan Allah.

DAMAI DENGAN DIRI SENDIRI


Sehat/utuh. Betapa menakjubkannya jika di masa yang datang jika
kita bisa menikmati kemerdekaan dari tubuh yang membusuk. Dalam
kerajaan Allah yang digenapi, tidak akan ada lagi kebutaan dan ketulian
(Yes 32:3-4). “Orang lumpuh akan melompat seperti rusa” (Yes 35:6).
Tidak akan ada lagi penyakit tubuh atau pikiran atau jiwa (Yes 65:19).
Pelayanan Yesus di bumi selalu menunjukkan bahwa Dia penuh
perhatian terhadap mereka yang sakit. Berkali-kali Dia membawa kita

isi 42 7/16/13 7:02 PM


043

mencicipi kerajaan Allah yang akan datang dan menganugerahkan


kesembuhan dan kelegaan. Pada masa kini kita terus mewakili-Nya
saat kita membangun klinik-klinik medis dan rumahsakit, menciptakan
jalur-jalur distribusi baru untuk obat-obatan yang diresepkan di tempat
yang membutuhkan, mendukung adanya akses yang cukup terhadap
perawatan kesehatan bagi semua orang yang membutuhkannya dan
melakukan riset tentang tehnologi-tehnologi kesehatan yang baru.
Sebagai dokter umum di suatu tempat praktek kecil, Dr. Andy
Macfarlan bercerita bahwa imannya memotivasinya untuk mengambil
suatu pendekatan yang sangat holistik untuk merawat pasien. Ia percaya
Allah telah menciptakan manusia sedemikian rupa sehingga aspek
rohani, emosi, dan fisik semuanya terkait. Saat para dokter melayani
pasien dengan sumber-sumber daya untuk seluruh area ini, ujarnya,
si pasien memperoleh perawatan terbaik yang mungkin diperolehnya.
Baginya, seperti inilah yang terlihat untuk mengupayakan nilai keutuhan
dalam kerajaan Allah.
Pendekatan ini membutuhkan suatu komitmen yang tinggi akan
relasi. Keyakinan Andy bahwa “tujuan hidup adalah tentang relasi kasih
dengan Allah, diri, sesama, dan lingkungan” memotivasi keinginannya
untuk memasuki kedokteran umum.18 Ia juga tidak pernah ingin bekerja
di tempat praktek yang besar, karena waktu bersama pasien mungkin
harus dikorbankan. Andy mengukur sukses dalam pengertian bukan
hanya menyediakan perawatan kesehatan yang paling cemerlang dan
kompeten, tetapi juga melakukannya dengan cara yang menghargai si
pasien secara mendalam. Baginya, bagian besar dari definisi sukses
adalah memiliki pasien-pasien yang “keluar dari sini sambil berkata,
‘Saya didengarkan dengan baik, saya diberi waktu yang cukup. Mereka
menghargai saya.’”
Karena menghargai pasien-pasiennya yang sudah manula,
Andy telah mensponsori acara makan siang khusus di rumahnya bagi
mereka yang berusia lebih dari tujuh puluh tahun. “Saya ingin merayakan
pemberian-pemberian mereka kepada saya dalam praktek saya selama
bertahun-tahun,” paparnya. Relasinya dengan pasien-pasien manula itu
telah memperdalam kehidupan rohaninya. “Mereka ini adalah orang-
orang yang memiliki perspektif jangka panjang tentang apa artinya
memiliki relasi dengan Allah dan tahu di mana Allah dalam hidup mereka
dan betapa pentingnya hal itu dengan berjalannya waktu,” katanya.
Keinginan Andy agar para pasien dilayani dengan penuh
martabat melalui relasi jangka panjang dengan seorang dokter umum

isi 43 7/16/13 7:02 PM


044

telah memotivasinya untuk meluncurkan suatu inisiatif baru di kotanya.


Suatu klinik gratis di sana melayani para pekerja miskin yang tidak
memiliki asuransi kesehatan, tetapi mereka jarang bertemu dokter
yang sama. Jadi Andy mendirikan Physician Partnership Network (PPN
– Jejaring Kemitraan Dokter). Melaluinya, para dokter mengorganisir
suatu perawatan gratis bagi pasien-pasien yang memenuhi syarat
tertentu. Masing-masing dokter sepakat untuk mengambil sejumlah
pasien tertentu melalui PPN dan melayani mereka di tempat praktek
mereka masing-masing. Klinik gratis itu kemudian menangani surat-
menyurat dan dokumentasi dan menyediakan asuransi kompensasi
bagi para dokter yang berpartisipasi. Walaupun PPN baru dimulai
pada akhir tahun 2010, Andy sudah merekrut tiga puluh enam dokter
yang melayani sekitar 250 pasien melalui program itu pada awal
tahun 2011.
Harapan. Ada suatu nuansa tentang harapan di dalam semua
perikop tinjauan pendahuluan. Semuanya memberi janji tentang
betapa mulianya kehidupan masa depan di langit dan bumi yang baru.
Perikop-perikop itu berbicara kepada kita di tengah-tengah kesakitan
kita dan memberi kita keyakinan tidak seorang pun yang berharap
kepada Allah akan kecewa. Kita belajar bahwa Allah akan meletakkan
“mereka yang kesepian dalam keluarga-keluarga” (Mzm 68:6), dan
Dia akan menyembuhkan mereka yang mandul (Mzm 113:9). Karena
kebaikan, kesetiaan, dan keadilan Allah, segala pulau mengharapkan
pengajaran-Nya (Yes 42:3-4). Dalam ciptaan baru, seluruh harapan
kita—akan perubahan, akan kesembuhan, akan pembaharuan, akan
perjumpaan kembali dengan orang-orang yang kita kasihi, akan
kebangkitan—akan dipenuhi.
Menawarkan pengharapan kepada mereka yang merasa tak
punya harapan adalah pekerjaan kerajaan Allah. Melalui pekerjaan
mereka sebagai orang-orang yang bergelut dengan perkebunan di
perkotaan, Mark dan Courtney Williams menumbuhkan harapan di
lingkungan mereka yang penuh masalah di tengah kota Pittsburgh.
Courtney tumbuh dewasa di pedesaan Kentucky, di mana
pertanian adalah “bagian besar dari budaya yang saya kenal,” ujarnya.19
Setelah lulus dari Wheaton College, ia bekerja di Grow Pittsburgh,
“suatu organisasi pertanian perkotaan yang menanam sayur-sayuran
bagi restoran-restoran kelas atas dan bekerja dengan remaja-remaja
dari lingkungan perumahan bermasalah.” Di sana ia mengasah
keterampilan berkebunnya dan memperoleh pengetahuan dalam hal

isi 44 7/16/13 7:02 PM


045

kesehatan dan nutrisi. Saat atasan suaminya di organisasi nirlaba


memutuskan untuk meluncurkan suatu inisiatif kebun perkotaan musim
panas, mereka menggaji Courtney sebagai koordinatornya. Program
itu begitu berhasilnya sehingga pekerjaannya menjadi penuh waktu.
Sekarang ia dan Mark mengawasi tiga kebun Lots of Hope.
Salah satunya muncul dari suatu tempat yang sudah lama merusak
pemandangan di suatu komunitas: bekas lapangan baseball yang
telantar yang “penuh dengan tumbuhan liar, semak belukar, dan sampah
setinggi pinggang.” Pelajar-pelajar sekolah menengah di lingkungan
itu membersihkan sampah-sampahnya, mengolah tanah berumput,
dan menanam biji-bijian. Mark menjelaskan bahwa ayat tema untuk
proyek itu adalah Kejadian 2:15: “Tuhan Allah mengambil manusia itu
dan menempatkannya dalam Taman Eden untuk mengusahakan dan
memelihara taman itu.”20
Kehidupan anak-anak ini tidak seharusnya demikian, papar
Mark. Mereka menderita karena diperlakukan secara kasar, memiliki
anggota-anggota keluarga yang mengalami kecanduan, diskriminasi, dan
kemiskinan. Tetapi saat mereka bekerja untuk mengubah tanah yang
kosong itu menjadi sesuatu yang indah dan sehat, mereka mencapai
“satu langkah ke arah menjadikan lingkungan perumahan itu seperti
seharusnya.”21
Nama Lots of Hope (Tanah Harapan, juga bisa berarti Banyak
Harapan) muncul karena transformasi yang disaksikan Courtney dan
Mark di tengah-tengah para siswa sekolah menengah yang terlibat
dalam program ini. Seperti yang dipaparkan Mark:

Ujian yang dilakukan sebelum dan sesudah proyek ini hanyalah berupa
survei satu pertanyaan. Kami berkata, “Apakah kalian percaya bahwa
lingkungan ini bisa berubah?” Tanpa kecuali, semua berkata tidak. Pada
akhir semester, [surveinya] mengatakan, “Apakah kalian percaya bahwa
lingkungan ini bisa berubah?” Mereka semua mengatakan ya.22

Penghiburan. Allah peduli akan mereka yang terluka rohnya.


Kaya akan belas kasihan, Dia datang dengan “penghiburan kilat.”23
Penghiburan-Nya diekspresikan dalam berbagai metafora dalam
Yesaya 54—mereka yang tertolak dan telantar yang mengalami
diterima; mereka yang terhina dan dipermalukan yang menerima
harkat baru dan kesembuhan; para janda yang mengalami Tuhan
sendiri sebagai suami.

isi 45 7/16/13 7:02 PM


046

Hadir bersama mereka yang berduka, memberi nasihat bagi


yang menderita—ini adalah pekerjaan-pekerjaan kerajaan Allah. Upaya-
upaya kita untuk mengungkap misteri penyakit-penyakit mental, program-
program terapi kita untuk menyembuhkan mereka yang mengalami
kekerasan seksual dan trauma emosional, pekerjaan kita dalam segala
jenis pusat konseling dan kamp-kamp rehabilitasi, dan pelayanan
perkunjungan kita yang setia kepada mereka yang terkungkung di rumah
dan mereka yang berada di rumah-rumah perawatan—semua ini adalah
ekspresi-ekspresi dari prioritas-prioritas kerajaan Allah.
Perawat Susan Beeney bekerja setiap hari untuk membawa
penghiburan kepada mereka yang berduka melalui New Hope Grief
Support. New Hope mengorganisir sekitar tiga puluh kelompok yang
melakukan kunjungan mingguan, menyediakan konselor-konselor
kedukaan di sekolah-sekolah negeri, dan bermitra dengan militer AS
dalam menjangkau keluarga-keluarga serdadu yang terbunuh dalam
pekerjaan mereka. Yang paling unik, pada tahun 2003 organisasi
Beeney menciptakan New Hope Kids Camp—satu-satunya kamp jenis
ini di negara itu. Setiap kamp menyediakan kepada limabelas anak yang
berduka, antara usia lima dan delapan belas tahun, pemberian yang
berharga dalam bentuk waktu untuk menyingkir, telinga-telinga yang siap
mendengar, sesi-sesi terapi kelompok, seni, permainan-permainan, terapi
dengan menggunakan binatang-binatang peliharaan, suatu museum
kelautan yang bisa dipindah-pindahkan, dan berbagai aktivitas di alam
sekitar. “Kamp-kamp ini sedikit jumlah orang yang mengikutinya, tetapi
efeknya sangat besar,” demikian papar Beeney.

DAMAI DENGAN SESAMA


Kesatuan. Dalam kerajaan Allah yang digenapi, kita akan mengalami
kehidupan komunitas dengan orang-orang lain yang lebih mendalam,
lebih kaya, lebih memuaskan. Yesaya 25:6-9 melukiskan suatu gambaran
perjamuan besar yang akan dipersiapkan oleh Allah sendiri bagi “segala
bangsa.” Di bumi yang baru, kita akan mengalami kedamaian dan
keselarasan saat anggota-anggota dari segala “bangsa dan suku dan
kaum dan bahasa” bergabung untuk menyembah Yesus Sang Raja
bersama-sama (Why 7:9-20).
Pada zaman sekarang ini, upaya kita untuk mendorong terjadinya
rekonsiliasi rasial dan membangun kepekaan akan keanekaragaman dan
lintas budaya turut memajukan mulai dicicipinya kerajaan Allah dalam hal

isi 46 7/16/13 7:02 PM


047

kesatuan. Di kampung multirasial South Holland, Illinois, Walikota Don De


Graff telah membuat mengupayakan kesatuan sebagai tema utama di
sepanjang masa jabatannya.
Lima puluh tahun lalu, penduduk South Holland sebagian besar
adalah warga kulit putih, karena riwayatnya sebagai komunitas Belanda.
Pada tahun 1990, populasinya 86 persen kulit putih.25 Sekarang ini, De
Graf melaporkan bahwa penduduk kota itu 72 persen Afrika Amerika, 23
sampai 24 persen Kaukasia, 3 sampai 4 persen Hispanik, dan 1 sampai
2 persen Asia.26
Untuk memecahkan penghalang di antara berbagai kelompok
ini, De Graf mengupayakan makan malam CommUNITY. Seperti yang
dijelaskan oleh website Village of South Holland, “Tujuan utama makan
malam CommUNITY adalah untuk meningkatkan diskusi-diskusi positif
antara orang-orang yang memiliki berbagai perbedaan dalam suasana
yang santai dan bisa dinikmati. Ini menolong para anggota komunitas
untuk saling mengenal dalam suasana yang positif.”27 Beberapa acara
makan malam disponsori sepanjang tahun. “Gereja-gereja, asosiasi
bisnis, dan sekolah mempromosikan acara makan malam komunitas ini,”
demikian ujar De Graf. “Dalam pertemuan-pertemuan ini [kita memiliki]
kesempatan untuk berbicara tentang konsep yang lebih luas tentang
‘Bagaimana kita bisa hidup dalam komunitas ini bersama-sama? Apa
yang membuat kita hidup? Apa yang membuat kita istimewa dan unik?’”
Sang walikota juga sangat mendorong lingkungan-lingkungan
perumahan untuk menyelenggarakan pesta-pesta lingkungan. “Kami
menyediakan sumber daya-sumber daya untuk itu, termasuk makanan,
mobil pemadam kebakaran, polisi, kursi-kursi taman ... semuanya
dalam upaya untuk mencoba mempersatukan semua penduduk.” Ia
mendapati acara-cara sosial seperti itu bisa mempercepat terjadinya
persahabatan-persahabatan baru di antara tetangga dan mengkatalisasi
perkembangan asosiasi-asosiasi lingkungan perumahan yang baru.
Dalam komunitas multietnis, ada resiko prasangka antar
kelompok-kelompok rasial, prasangka yang bisa diekspresikan dalam
diskriminasi perumahan. De Graf secara sengaja bekerjasama dengan
asosiasi pengusaha-pengusaha perumahan setempat untuk “mengawasi
secara ketat situasi perumahan kita.” Asosiasi itu memberinya data-data
tentang “status tentang lamanya waktu [yang dibutuhkan] untuk menjual
rumah, harga rata-rata, dan [kami mengawasi] perlakuan kasar atau
diskriminasi ilegal dalam hal pemberian kredit, asuransi, atau aktivitas-
aktivitas ilegal dan tidak etis lainnya.”

isi 47 7/16/13 7:02 PM


048

Di South Holland, De Graf berkata dengan bangga, “Kami pada


dasarnya telah meruntuhkan dinding-dinding yang biasanya memisahkan
banyak orang. Dan alasannya adalah karena kami memiliki niat yang tulus
dan sengaja, hari demi hari, bulan demi bulan, untuk mengupayakannya
secara langsung. Kami sangat proaktif.”
Keamanan/Tiada Kekerasan. Suatu hari nanti, Allah akan
membuat semua peperangan berhenti (Mzm 46:9). Dalam langit dan
bumi yang baru, pedang akan dijadikan mata bajak (Mikha 4:3). Bangsa-
bangsa tidak akan lagi mengangkat senjata atas satu sama lain. Hari-
hari penuh kekerasan akan berakhir selamanya, dan umat Allah akan
menikmati rasa aman yang sempurna. Seperti yang diungkapkan
Yehezkiel dengan indah, kita akan hidup aman tenteram di tanah kita dan
hidup dalam rasa aman, dan tidak seorang pun akan membuat kita takut
(Yeh 34:27-28).
Pada zaman sekarang ini, diplomasi untuk mencegah dan
mengakhiri peperangan, dan upaya-upaya untuk melindungi keamanan
publik, untuk mengembangkan pengampunan dan penyembuhan antar
para mantan musuh, dan mengurangi kekerasan (misalnya, melalui
program-program pendidikan, mentoring, atau terapi) semuanya
menolong menumbuhkan mulai dicicipinya kedamaian yang menantikan
kita di masa yang akan datang.
Di Uganda, Allah telah menggunakan seorang dokter hewan
untuk mempromosikan mulai dicicipinya rasa aman. Dr. Val Shean,
seorang anggota dari Christian Veterinary Mission, telah melayani di
wilayah Karamoja di timur laut Uganda sejak tahun 1992. Suku-suku
di sana memiliki sejarah perang selama berpuluh-puluh tahun karena
masalah hewan ternak. Masalah ini meruncing pada akhir tahun 1970an
dengan diperkenalkannya senjata otomatis ke wilayah itu. “Sejak tahun
1979 ada bentrokan, bentrokan, bentrokan di tanah ini, dari satu sudut
ke sudut lainnya,” ujar Shean.28 Perampasan skala kecil atas hewan
ternak oleh satu pihak menyebabkan pembalasan, kemudian kekerasan
meningkat. “Kadangkala ratusan orang akan datang membawa senapan
mesin, memasuki desa-desa kecil,” ungkapnya.
Namun pada musim semi tahun 2009, suatu mukjizat kecil
terjadi. Lebih dari enam ribu orang Karamojong berdiam kembali dengan
damai di enam puluh desa. Mereka adalah anggota anak-suku Pian dan
Bokora yang di masa lalu telah saling membunuh. Kesepakatan damai itu
adalah hasil langsung dari jerih payah Shean.
Di kalangan orang-orang Karamojong yang “terobsesi dengan

isi 48 7/16/13 7:02 PM


049

hewan ternak”, Shean sangat dihormati. Keahlian profesionalnya


sebagai dokter hewan telah membuatnya memperoleh rasa hormat
dan persahabatan dari para pemimpin baik dari pihak Pian maupun
Bokora. Setelah memperoleh kepercayaan dari mereka, ia menggunakan
pengaruhnya untuk mendorong mereka menghentikan pertumpahan
darah. Ia meyakinkan para pemimpin untuk mempelajari prinsip-prinsip
rekonsiliasi yang alkitabiah.
Dengan menggunakan jejaring yang dimilikinya, Shean membawa
satu tim yang terdiri dari orang-orang Kristen yang matang dari Oregon
ke Uganda untuk mengajarkan rekonsiliasi dengan menggunakan buku
Ken Sande The Peacemaker. Pada musim dingin tahun 2007, ia dan
timnya menghabiskan waktu dua minggu untuk mengajar enam puluh
tetua dan pendeta, para petarung dan para wanita dari setiap anak-suku.
Walaupun mereka perlu mengadaptasikan buku Sande ke konteks Afrika,
prinsip-prinsip alkitabiah tentang pembawa damai berhasil ditanamkan,
membawa kebangunan dan pertobatan di kalangan suku-suku itu.29 Pada
bulan-bulan selanjutnya, lebih dari 2.500 orang dari kelompok Pian dan
Bokoro menyelesaikan pelatihan mereka.30 Pada bulan November 2007,
perwakilan-perwakilan dari setiap suku bertemu untuk membentuk
dewan perdamaian yang merupakan suatu terobosan.

DAMAI DENGAN CIPTAAN


Pertumbuhan ekonomi. Langit dan bumi yang baru akan menjadi
suatu tempat yang penuh kelimpahan ekonomi. Semua bangsa akan
memperoleh akses terhadap sumber-sumber daya yang dibutuhkan
untuk kesejahteraan ekonomi mereka. Setiap orang akan duduk dengan
aman di bawah pohon anggur dan pohon aranya sendiri (Mik 4:4) dan
menikmati buah sulung dari pekerjaan tangan mereka (Yes 65:22).
Semua orang akan memiliki rumah (Yes 65:21). Kesejahteraan akan
bertahta saat Allah menyediakan makanan berlimpah rumah: “Pada
waktu itu akan terjadi, bahwa gunung-gunung akan meniriskan anggur
baru, bukit-bukit akan mengalirkan susu” (Yoel 3:18). Tidak akan ada
lagi kelaparan (Yes 49:10).
Orang-orang percaya mengupayakan dicicipinya kerajaan Allah
saat mereka mengabdikan diri kepada pekerjaan-pekerjaan besar untuk
membantu dan mengembangkan; mengurangi kelaparan; membangun
perusahaan-perusahaan mikro; mengembangkan pertanian yang
berkesinambungan; berupaya menemukan cara-cara baru untuk

isi 49 7/16/13 7:02 PM


050

menyediakan rumah dengan harga terjangkau dan air bersih untuk setiap
orang; dan mendukung ditegakkannya hukum sehingga perusahaan-
perusahaan bebas dan jujur bisa berkembang.
Diversified Conveyors Inc. (DCI), yang dimiliki oleh Tom dan Beth
Phillips, membawa manfaat-manfaat ekonomi yang unik ke Memphis—
dan sekitarnya. Perusahaan itu telah menjadi pembuat sistem conveyor
terkemuka bagi perusahaan-perusahaan raksasa seperti UPS dan FedEx.
Perusahaan ini mempekerjakan tiga puluh lima individu di kantor pusat
Memphis dan banyak lagi di kantor-kantor cabang.
Sejak awal, suami istri Phillips membayangkan perusahaan
mereka sebagai suatu “perusahaan yang lebih dari sekedar laba”.
“Karena apa yang Kristus telah lakukan bagi kami, bagaimana mungkin
kami tidak menjadi berkat bagi sesama?” demikian alasan mereka.31 DCI
bermitra dengan Advance Memphis, suatu badan nirlaba Kristen yang
menyediakan kelas-kelas pelatihan kerja bagi warga wilayah Cleaborn/
Foote (kode pos dari wilayah termiskin ketiga dari AS). Warga yang
lulus dari Advance Memphis mendapatkan pekerjaan di DCI. Suami istri
Phillips juga telah menciptakan dana beasiswa dari laba perusahaan
yang menolong warga Cleaborn/Foote untuk masuk ke sekolah-sekolah
pelatihan kerja atau memperoleh gelar sarjana di universitas.32
Bukan hanya itu, suami istri Phillips baru-baru ini juga
mempekerjakan seorang koordinator misi penuh waktu.33 Perusahaan
mereka mungkin adalah satu-satunya korporasi berorientasi laba di negara
ini yang memiliki jabatan seperti itu. Tetapi dengan jumlah kemitraan
yang dibentuk oleh DCI dengan berbagai pelayanan, dan sejumlah besar
laba yang diperuntukkan untuk dana sumbangan, pengelolaan yang bijak
membutuhkan seseorang dengan jabatan penuh waktu dalam peran ini.
Secara lokal, DCI mendukung proyek-proyek pembaharuan perkotaan,
inisiatif-inisiatif memberantas buta huruf, penjangkauan ke penjara-penjara,
dan lainnya. Secara internasional, perusahaan ini mendanai pelayanan-
pelayanan yang melakukan berbagai hal mulai dari perawatan kesehatan
sampai dana pinjaman mikro, dengan mitra-mitra di Nepal, Burma,
Polandia, Peru, Brazil, dan beberapa negara yang letaknya jauh lainnya.
Keberlangsungan alam. Begitu banyak dari perikop-perikop
tinjauan awal yang berbicara tentang pemulihan alam semesta itu
sendiri saat Allah memulihkan apa yang tadinya mandul. Yesaya 51:3
cukup representatif: “Ia membuat padang gurunnya seperti Taman Eden,
dan padang belantaranya seperti taman Tuhan.” Allah akan membawa
aliran-aliran sungai ke padang gurun, membuat tanah pasir yang hangat

isi 50 7/16/13 7:02 PM


051

menjadi kolam dan menghiasi padang belantara dengan bunga-bungaan


(Yes 35:1-2, 7). Allah mengasihi bumi yang diciptakan-Nya. Suatu hari
nanti Dia akan membebaskan bumi dari ratapannya. Sementara itu,
kita menunjukkan kebaikan-Nya dan maksud-Nya di masa depan dengan
mengelola ciptaan dengan seksama.
Upaya-upaya pada masa kini, untuk berespons secara efektif
terhadap kecelakaan-kecelakaan industri seperti tumpahan minyak,
pelestarian spesies-spesies hewan langka, reklamasi sungai-sungai yang
tercemar, dan menjadi pengelola alam semesta yang lebih baik melalui
tehnologi-tehnologi dan bangunan-bangunan hijau, semuanya merupakan
partisipasi dalam membawa cicipan bumi yang baru.
Ilmuwan kelautan Jorge Vazquez berkata ia masih ingat berjalan-
jalan bersama ayahnya di sepanjang pantai ketika ia masih kecil. Saat itu
ayahnya menunjukkan berbagai organisme dan keindahan alam ciptaan
Allah. “Acara jalan-jalan itu telah menanamkan dalam diriku suatu rasa
cinta untuk memahami planet kita, dan yang lebih penting, keinginan
untuk memastikan bahwa kita adalah pengelola anugerah tak ternilai
yang kita sebut planet Bumi,” ujarnya.34 Sekarang ini, sebagai ilmuwan
dari NASA’s Jet Propulsion Laboratory di California, Vazquez bekerja
untuk memperbaiki kualitas data suhu permukaan laut, suatu elemen
penting dalam upaya memahami dan memonitor pemanasan global.35

KESIMPULAN: MENGAJARKAN PERIKOP-PERIKOP TINJAUAN AWAL


Perikop-perikop tinjauan awal yang telah kita amati di sini indah, penuh
inspirasi, dan penuh pengharapan. Para pemimpin misional bisa
menggunakan mereka untuk membentuk visi yang kuat di kalangan
jemaatnya untuk pekerjaan membuat kota bersukaria melalui
penatalayanan vokasi. Namun, dalam menutup bagian ini, perhatikan
bahwa penting untuk menolong jemaat menghindari dua ekstrim saat
mereka mendengarkan khotbah semacam ini.
Di satu sisi, sebagian jemaat mungkin secara keliru berasumsi
bahwa mereka (atau gereja) bisa “melakukannya begitu saja”. Dengan
cara itu, mereka mungkin sangat menyelepelekan apa yang perlu
dilakukan untuk membawa cicipan keadilan dan shalom. Mereka mungkin
gagal bergantung seperti yang seharusnya kepada Yesus dan Roh Kudus.
Walaupun perikop-perikop tinjauan awal memungkinkan kita memiliki
visi sebesar Allah bagi pekerjaan dan harapan kita, ada bahaya mereka
mendorong terjadinya Utopianisme. Kerajaan keadilan dan shalom akan

isi 51 7/16/13 7:02 PM


052

tiba sepenuhnya hanya pada saat kembalinya Sang Raja. Dan hanya
dengan kuasa Sang Raja—dan oleh hikmat dan tuntunan-Nya saja—kita
akan bisa maju dalam mentransformasi komunitas-komunitas kita.
Di sisi lain, kita tidak boleh membiarkan jemaat percaya bahwa,
karena visi sepenuhnya dari perikop-perikop tinjauan pendahuluan tidak akan
direalisasi sampai “masa yang akan datang,” kita tidak perlu melakukan apa-
apa sekarang. Memang benar kita menantikan penggenapan sepenuhnya
dari kerajaan Allah saat Yesus datang kembali. Tetapi sambil menunggu,
adalah tugas gereja—tubuh Kristus—untuk melakukan dan mewujudkan
dimulainya realitas kerajaan Allah itu dirasakan. Kita, sebagai murid-
murid Yesus, memiliki hak istimewa untuk berpartisipasi dalam pekerjaan
pemulihan-Nya. Bahkan, bekerjasama dengan-Nya dalam pekerjaan ini
adalah pusat dari hidup kita yang sudah ditebus.
Pendeknya, kita perlu ingat bahwa kerajaan Allah itu kini dan nanti.
Mengkhotbahkan perikop-perikop tinjauan pendahuluan
mengarahkan pandangan orang-orang percaya kepada “kehidupan di
masa yang akan datang.” Frasa tersebut berasal dari kalimat terakhir
pengakuan iman Nicea, yang diucapkan oleh banyak orang Kristen setiap
minggu di gereja-gereja mereka.36 Terlepas dari pengucapan pengakuan
seperti itu—dan seringnya amanat Perjanjian Baru untuk mengarahkan
pandangan kita terhadap apa yang kekal37—banyak orang di gereja yang
tidak secara teratur mengarahkan pandangan mereka ke sana. Banyak
orang percaya mudah teralih perhatiannya oleh kekhawatiran, pencobaan-
pencobaan, dan berhala-berhala dunia ini. Hanya sedikit yang memiliki visi
yang jelas untuk melakukan dan mewujudkan dicicipinya kerajaan Allah.
Sebagai akibatnya jemaat membutuhkan pengingat teratur tentang dunia
indah yang akan datang, juga dorongan untuk hidup sekarang dalam
cara-cara yang sesuai dengan harapan-harapan itu. Mengkhotbahkan
perikop-perikop tinjauan pendahuluan memampukan para pendeta untuk
mengingatkan jemaat bahwa Yesus sedang bekerja untuk mewujudkan
realitas-realitas itu—dan memanggil kita untuk bergabung dengan-Nya
dalam pekerjaan pemulihan-Nya.
Khotbah yang demikian kemudian harus menawarkan aplikasi-
aplikasi praktis tentang seperti apa hal-hal itu bisa terwujud. Harapan
saya adalah gambaran yang dilukiskan di sini tentang orang-orang
Kristen yang bekerja untuk mengupayakan dirasakannya keadilan dan
shalom menolong kita melihat apa yang mungkin dan bisa dilakukan
di masa kini sementara kerajaan Kristus secara misterius adalah kini
dan nanti.

isi 52 7/16/13 7:02 PM


053

2
-----------------------------------------------------------------

SEPERTI APAKAH
ORANG BENAR ITU?
-----------------------------------------------------------------
Bila orang benar [tsaddiqim] mujur,
beria-rialah kota.
AMSAL 11:10

P
ernyataan inti dari buku ini adalah rata-rata orang Kristen kelas
menengah (atau lebih kaya) di Amerika telah banyak diberkati
oleh Allah—keterampilan, kekayaan, kesempatan, posisi
vokasi, pendidikan, pengaruh, jejaring. Pendeknya, kita adalah
orang-orang yang mujur. Tujuan dari segala berkat ini mudah
dinyatakan dan sulit dijalankan: kita diberkati untuk menjadi berkat. Bapa
sorgawi kita yang murah hati ingin kita menggunakan waktu, talenta, dan
harta kita untuk menawarkan kepada orang lain untuk mencicipi kerajaan
Allah yang akan datang. Mereka yang melakukannya disebut tsaddiqim,
orang-orang benar. Namun, apa yang kita lihat dari contoh-contoh dalam
buku Michael Lindsay menunjukkan bahwa mungkin bagi kita untuk
menjadi orang yang mujur tanpa menjadi tsaddiqim.
Jelas, hidup sebagai tsaddiqim tidaklah mudah. Hidup seperti
ini menuntut upaya yang besar dan disengaja. Yang lebih penting, hidup
seperti ini membutuhkan kuasa dari Roh Kudus Allah. Hidup seperti ini
juga menuntut pemahaman tentang seperti apa seorang tsaddiq itu.

isi 53 7/16/13 7:02 PM


054

Tetapi hidup seperti ini mungkin dilakukan.


Dalam bab ini, kita akan melihat karakteristik-karakteristik
kebenaran para tsaddiqim.1 Dan, karena buku ini terutama adalah
tentang kehidupan kerja kita, kita akan memusatkan perhatian terutama
pada apa artinya menjadi tsaddiqim dalam konteks vokasi kita.

PARA TSADDIQIM
Kata tsaddiq dalam bahasa Ibrani (“orang benar”) dan bentuk jamaknya,
tsaddiqim, digunakan dua ratus kali dalam Perjanjian Lama.2 Kata-kata
itu sering muncul dalam kitab Mazmur (lima puluh kali) dan Amsal (enam
puluh enam kali). Para penerjemah Alkitab mencoba menangkap maknanya
dengan menggunakan kata-kata dalam bahasa Inggris just (= adil/benar)
dan lawful (= taat hukum), dan dengan mengacu pada berbagai jenis
kebenaran—dalam pemerintahan, dalam tingkah laku dan karakter, dan
dalam masalah keadilan yang didukungnya. Teolog N.T. Wright berkata,
“Makna dasar dari ‘kebenaran’ ... menunjukkan bukan hanya ide abstrak
tentang keadilan atau nilai kebenaran, tetapi juga pendirian yang benar dan
perilaku yang benar sebagai konsekuensinya, di dalam suatu komunitas.”3
Walaupun definisi-definisi ini bisa menjadi pegangan untuk mulai
menangkap apa yang dimaksudkan Allah dengan orang benar, mereka
bisa terasa agak abstrak. Dalam mempelajari keilmuan alkitabiah
tentang konsep ini, saya mendapati sangat menolong untuk melihat
kebenaran mengekspresikan dirinya dalam tiga dimensi atau arah: ke
atas, ke dalam, dan ke luar (lihat tabel 2.1 di bawah ini).

isi 54 7/16/13 7:02 PM


055

-----------------------------------------------------------------
Tabel 2.1. Dimensi Kebenaran

Yang saya maksud dengan ke atas adalah dimensi “vertikal”


dari kebenaran yang melibatkan ibadah kita yang penuh hormat dan
ketergantungan penuh kerendahan hati terhadap Allah. Yang saya
maksud dengan ke dalam adalah keadaan hati kita: karakteristik
internal dari kebenaran yang ditangkap oleh istilah “kemurnian hati” dan
diekspresikan melalui kebenaran pribadi (apa yang disebut oleh kitab-kitab
hikmat sebagai “tangan yang bersih”). Yang saya maksud dengan ke luar
adalah dimensi sosial dari kebenaran, bagian kebenaran yang melibatkan
interaksi dengan sesama, dekat dan jauh. Ekspresi menyeluruh dari
kebenaran menandai para tsaddiqim. Seperti yang dipaparkan Tim Keller,

Kebenaran alkitabiah secara tak terhindarkan bersifat sosial, karena


berkaitan dengan relasi. Saat orang-orang di zaman modern melilhat
kata “kebenaran” dalam Alkitab, mereka cenderung memikirkannya
dalam pemahaman moralitas pribadi, seperti kemurnian seksual atau
ketekunan berdoa dan penelaahan Alkitab. Tetapi di dalam Alkitab,

isi 55 7/16/13 7:02 PM


056

tzadeqah mengacu pada kehidupan hari demi hari di mana seseorang


melaksanakan semua relasi dalam keluarga dan masyarakat dengan adil,
murah hati, dan setara.4

KE ATAS
Para tsaddiqim hidup ke arah Allah. Yaitu, orientasi sentral dari hidup
mereka adalah ke arah Allah. Mereka menghindari segala bentuk
berhala, selalu berusaha memberi Allah (dan bukan sesuatu atau orang
lain) tempat-Nya yang seharusnya. Dan pendirian mereka ke arah Allah
membuat mereka menjadi orang-orang yang berdoa, karena “dekat
dengan Allah adalah apa yang diupayakan orang-orang benar lebih dari
segala sesuatu yang lain.”5
Para tsaddiqim adalahorang-orang yang sangat rendah hati.
Mereka melihat “ke atas” dan menegaskan bahwa Allah adalah Sang
Pencipta dan mereka adalah mahluk-mahluk ciptaan. Mereka mengakui
Dia sebagai sumber dari segala kehidupan dan napas, tidak menipu diri
bahwa mereka telah “berhasil” atas upaya mereka sendiri. Bersama
pemazmur mereka menyanyi, “Dialah yang menjadikan kita dan punya
Dialah kita” (Mzm 100:3). Mereka mengakui bahwa mereka adalah milik
Allah, bukan milik diri mereka sendiri (1 Kor 6:19-20). Orientasi mendasar
mereka dalam kehidupan bukanlah menuju pemuasan diri sendiri, tetapi
kepada kemuliaan Allah.
Orientasi ke arah Allah dari para tsaddiqim juga berarti mereka
memiliki suatu sudut pandang kekekalan. Mereka mencari kerajaan Allah
terlebih dahulu (Mat 6:33). Horizon waktu mereka mencakup baik zaman
sekarang ini maupun masa yang akan datang.
Aplikasi untuk kehidupan kerja kita. Aspek kebenaran ini
menyatakan beberapa implikasi bagi penatalayanan vokasi. Pertama,
kebenaran “vertikal” ini berarti kita menegaskan tujuan hidup adalah
memuliakan Allah, bukan diri sendiri. Hal itu sangat relevan, praktis,
dan sangat bertentangan dengan budaya dunia kerja kita, karena yang
ada pada inti kebanyakan “konseling karir” modern adalah pengabdian
kepada pemuasan diri. Bagi para pengikut Kristus, pemuasan diri
bukanlah tujuan utama. Sebaliknya, seperti yang dijelaskan oleh seorang
pakar, Douglas Schuurman, “Vokasi terutama adalah tentang melayani
Allah melalui melayani sesama.”6 Ini tidak berarti, seperti yang akan kita
lihat di bab-bab mendatang, Allah tidak peduli akan sukacita kita di tempat
kerja. Ini juga tidak berarti kita tidak boleh menyelidiki bagaimana Allah
secara unik telah menciptakan kita saat kita memilih karir. Ini berarti

isi 56 7/16/13 7:02 PM


057

kita dipanggil untuk menolak asumsi modern bahwa kebahagiaan dan


kepuasan pribadi adalah kriteria paling tinggi dalam mempertimbangkan
keputusan-keputusan yang berkaitan dengan pekerjaan.
Kedua, suatu orientasi kepada Allah berarti dalam mengelola
vokasi mereka, para tsaddiqim tidak jatuh ke dalam godaan untuk
memberhalakan pekerjaan atau organisasi tempat mereka bekerja.
Mungkin ekspresi yang paling terlihat akan hal ini adalah para tsaddiqim
bukanlah workaholik. Mereka berusaha menarik identitas utama mereka
bukan dari pekerjaan mereka, tetapi dari relasi mereka bersama Allah.
Orientasi mereka kepada Allah menolong mengingatkan mereka untuk
setia kepada berbagai panggilan yang telah Dia telah tempatkan dalam
hidup mereka selain pekerjaan mereka, seperti relasi-relasi keluarga,
tanggungjawab sebagai orangtua, peran-peran pelayanan di dalam
gereja, dan tugas-tugas terhadap komunitas dan bangsa.
Tidak memberhalakan pekerjaan juga berarti para
tsaddiqim mencari pemahaman tentang batasan-batasan kesetiaan
mereka terhadap atasan-atasan mereka. Saat organisasi mereka
memerintahkan mereka untuk melakukan tindakan-tindakan yang secara
eksklusif menguntungkan perusahaan dengan merugikan orang-orang
lain, mereka berhenti. Dalam sistem ekonomi modern kita yang sangat
kompleks dan dibangun di atas persaingan, menempuh jalan ini tidak
diragukan lagi sangat sulit. Pertimbangkan situasi-situasi ini:

• Insinyur yang diminta untuk mengambil “jalan pintas” untuk menghemat


uang perusahaan—dan ia menyadari bahwa melakukannya bisa
membahayakan pelanggan atau pegawai-pegawai perusahaan itu
sendiri.
• Pengacara perusahaan yang diminta untuk menuntut seorang
pesaing, tetapi tahu tuntutan hukum itu didasarkan pada informasi
yang bias atau tidak lengkap tentang perusahaan lain itu.
• Akuntan yang ditekan untuk “mengotak-atik angka-angka”
sedemikian rupa sehingga prestasi perusahaan tampak lebih
bagus dari sebenarnya—dan menyadari hal ini akan menyesatkan
para penanam modal.

Dalam masing-masing contoh ini, si pegawai diminta untuk


meletakkan kepentingan si pegawai di atas segala kepentingan lainnya,
meruntuhkan hukum kasih akan sesama yang mendasar. Dalam situasi-
situasi seperti itu, kesetiaan kepada Allah dan hukum-Nya harus menang
di atas kesetiaan kepada institusi.

isi 57 7/16/13 7:02 PM


058

Ketiga, dimensi vertikal kebenaran ini berarti kita berusaha


melakukan pekerjaan kita dalam ketergantungan yang aktif, fungsional,
setiap hari terhadap kuasa Roh Kudus yang mendiami kita. Para tsaddiqim
mempraktekkan kehadiran Allah di tengah-tengah pekerjaan mereka.
Mereka rendah hati. Mereka mengakui keterbatasan mereka sebagai
mahluk ciptaan dan karenanya berusaha secara teratur mengundang
hikmat sorgawi Bapa dan tuntunan Roh Kudus. Mereka memahami
betapa bodohnya bersandar pada pemahaman mereka sendiri dan
sebaliknya mereka mencari pengajaran dari Firman Allah (Ams 3:5).
Mereka percaya Kristus hidup dan bangkit dan bekerja di dunia, dan
mengatakan kepada-Nya, “Tuhan, gunakan aku melalui pekerjaanku bagi
maksud-Mu. Ijinkan aku tahu apa yang Engkau ingin aku lakukan, dan
berikan kepadaku keberanian dan kekuatan untuk melakukannya.”
Berkaitan dengan itu, para tsaddiqim melakukan pekerjaan
mereka “dengan segenap hati, seperti untuk Tuhan dan bukan untuk
manusia” (Kol 3:23). Mereka tahu siapa pemirsa mereka. Mereka
mempersembahkan pekerjaan mereka—apapun yang terlibat di dalamnya,
tugas yang besar maupun yang kecil—dalam penyembahan kepada Allah.
Mereka menolak pengabdian yang bagai budak untuk menyenangkan
orang lain. Mereka bisa mengatasi rasa sakit yang dialami karena tidak
memperoleh pengakuan yang seharusnya, karena mereka berfokus
terutama pada pengakuan Bapa sorgawi mereka, bukan atasan mereka.
Akhirnya, karena orang-orang benar secara fundamental
memiliki orientasi ke arah Allah, mereka memandang pekerjaan mereka
dalam pemahaman eskatologis. Kita akan membahas ide ini secara lebih
mendalam di bab empat. Untuk sekarang ini, cukuplah dikatakan bahwa
para tsaddiqim memiliki sudut pandang kekekalan. Mereka yakin akan
janji Allah untuk memperbaharui segala sesuatu (Why 21:5). Mereka
percaya bahwa dalam pekerjaan mereka mereka berpartisipasi dalam
ciptaan baru, bahkan jika ide yang sangat mulia itu agak misterius bagi
mereka. Teolog Miroslav Volf mengacu kepada pemikiran ini sebagai
suatu teologia pneumatologis tentang pekerjaan. Dalam bukunya Work
in the Spirit: Toward a Theology of Work, ia menulis, “Melalui Roh
Kudus, Allah sudah bekerja dalam sejarah, menggunakan tindakan-
tindakan manusia untuk menciptakan urusan-urusan sementara yang
mengantisipasi ciptaan baru dengan cara yang nyata.”7
Para tsaddiqim percaya jerih payah mereka tidak sia-sia, karena
mereka percaya ada kesinambungan antara era eskatologis masa kini dan
masa depan (bahkan saat mereka mengakui natur dari kesinambungan

isi 58 7/16/13 7:02 PM


059

ini seringkali tak terduga). Mereka memeluk apa yang Volf sebut sebagai
paradigma transformatio mundi—keyakinan bahwa penghakiman final
adalah api yang memurnikan, mengubahkan tetapi tidak sepenuhnya
menghancurkan ciptaan yang ada sekarang. Dari paradigma eskatologis
ini mereka merayakan signifikansi pekerjaan manuisa dan melihatnya
sebagai “kerjasama dengan Allah.”8

DI DALAM
Aspek kedua kebenaran berkaitan dengan keadaan hati kita sendiri. Aspek
ini melibatkan baik tingkah laku pribadi yang benar, dan yang penting,
motivasi dan pembawaan yang kudus. Orang-orang benar bukan hanya
berusaha bertindak dengan benar tetapi juga menjadi benar secara
batiniah. Seorang pakar, Jerome Creach, menunjuk kepada Mazmur
15 dan 24 tentang masalah ini. Teks-teks ini menyampaikan ide tentang
kebenaran sebagai baik “bersih tangannya” dan “murni hatinya”.9
Allah yang kepada siapa kita diarahkan adalah Dia yang
memerintahkan kita, “Kuduslah kamu sebab Aku kudus.” Kekudusan ini
mengambil berbagai ekspresi. Misalnya, orang-orang benar benci kepada
segala dusta (Ams 13:5). Mereka memiliki perilaku yang “tidak bercela”,
mengatakan kebenaran dari dalam hatinya dan takut akan Tuhan (Mzm
15). Kesukaan mereka adalah Taurat Allah (Mzm 1:2). Mereka menjaga
kemurnian seksual (Yeh 18:6). Mereka tidak bersumpah palsu (Mzm
24:4). Mereka mempertahankan neraca dan timbangan yang betul;
mereka tidak berbuat curang (Im 19:36).
Kebenaran pribadi juga melibatkan upaya yang giat untuk
“menanggalkan” diri yang lama dan “mengenakan” diri yang baru
yang dibicarakan dalam Kolose 3. Para tsaddiqim berupaya berjalan
dalam Roh Kudus dan menyerahkan diri kepada pekerjaan Roh Kudus
(Rm 8). Mereka meminta Allah menumbuhkan di dalam diri mereka
buah Roh: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan,
kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri (Gal 5:22-
23). Mereka berusaha mematikan perbuatan-perbuatan jahat dari diri
yang lama—menahan hawa nafsu keserakahan, kerakusan, birahi, dan
mementingkan diri sendiri.
Orang-orang benar juga adalah orang-orang yang sangat penuh
syukur, yang memahami bahwa segala keberadaan mereka dan segala
yang mereka miliki datang dari Allah. Mereka menegaskan kepemilikan-
Nya atas segala sesuatu dan tahu hanya dari Allah datangnya napas

isi 59 7/16/13 7:02 PM


060

hidup itu sendiri dan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk hidup. Hati
mereka tidak penuh kebanggaan diri yang berakar pada pencapaian
atau kerja keras mereka sendiri. Mereka menyadari kekayaan yang
mereka kumpulkan atau keberhasilan yang telah mereka capai sebagian
besar berasal dari pemeliharaan Allah. Di dalam hati mereka juga tidak
ada orientasi untuk serakah. Sebaliknya, mereka mengakui mereka
tidak memiliki apapun; namun mereka adalah pengelola-pengelola dari
sumber-sumber daya Allah. Sebagai akibatnya, mereka murah hati
dengan penuh sukacita.
Dimensi internal dari kebenaran mencakup pembawaan hati kita
terhadap belas kasihan dan kemurahan. Banyak orang Farisi pada zaman
Yesus dianggap sebagai orang benar oleh sesama warganegara karena
berbagai disiplin yang mereka anut. Orang-orang Farisi berusaha untuk
jujur, setia terhadap tuntutan relijius, dan etis. Namun kadangkala Yesus
mendapati mereka kurang memiliki kebenaran pribadi karena hati mereka
dingin. Memiliki hati yang murni, menurut sudut pandang Yesus, bukan
hanya menjadi orang yang “menjaga agar hidungnya bersih.” Orang yang
hatinya murni memiliki hati yang hangat, siap turut merasakan penderitaan
orang lain dan berespons dengan penuh belas kasihan.
Belas kasihan ini digambarkan dengan baik dalam Amsal 29:7:
“Orang benar mengetahui (bahasa Inggris: care about) hak orang lemah,
tetapi orang fasik tidak mengertinya” (penekanan ditambahkan). “Care
about”(=peduli) hak orang lemah ini sebenarnya adalah suatu komitmen
radikal yang tidak ditangkap dengan baik oleh terjemahan bahasa
Inggris, yang cenderung melemahkan dan mengurangi tersampaikannya
makna yang sepenuhnya. Dalam bahasa Ibrani yang asli, kata kerja yang
diterjemahkan sebagai “care about” adalah ya-vah, dan kata ini sangat
intens maknanya. Istilah yang sama diterjemahkan dalam kitab Kejadian
sebagai “mengetahui”—misalnya pada “Adam bersetubuh dengan Hawa”
dan Hawa mengandung. Jadi ketika orang-orang benar “mengetahui”
keadilan bagi orang-orang lemah, itu artinya mereka sangat berhasrat
melihat keadilan diberlakukan bagi orang-orang yang lemah. Kepedulian
mereka sangat mendalam, intim, dan sepenuh hati.
Yesus menunjukkan jenis kepedulian intens terhadap orang-orang
miskin seperti ini pada saat Dia memberi makan lima ribu orang. Dalam
pengisahan mukjizat ini pada Matius 14 dan Markus 6, kita diajar pada saat
Yesus melihat orang banyak itu, “tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan”
kepada mereka karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai
gembala. Lalu Dia menyembuhkan dan memberi mereka makan.

isi 60 7/16/13 7:02 PM


061

Kata-kata yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris


sebagai “felt compassion” (=merasa kasihan) atau “had pity” (=berbelas
kasihan)” tidak menggambarkan makna sepenuhnya dari kata dalam
bahasa aslinya. Kata dalam bahasa Yunani untuk “felt compassion”
adalah splagchnizomai, yang artinya “isi perutnya melilit” karena merasa
kasihan. Splagchnizomai mengacu kepada “isi perut” atau “usus”. Saat
Yesus memandang orang banyak yang kelaparan itu, ia mengalami belas
kasihan yang “membuat isi perutnya melilit”. Kata dalam bahasa Yunani
ini digunakan sebanyak dua belas kali dalam Perjanjian Baru. Sebels
di antaranya mengacu pada Yesus “digerakkan oleh belas kasihan”
kemudian Dia memberi makan atau menyembuhkan atau mengajar.
Penggunaan ke duabelas adalah pada perumpamaan anak yang hilang
dan digunakan pada si ayah, yang melihat anaknya dari jauh, “tergeraklah
hatinya oleh belas kasihan”, dan mulai berlari ke arah anaknya.
Istilah dalam bahasa Ibrani yang cocok dengan pemikiran
splagchnizomai tentang “usus” atau “isi perut” adalah qereb. Kata
ini ditemukan dalam kitab Imamat di mana Allah menggambarkan
bagaimana bangsa Israel harus membuat berbagai korban hewan. Tanpa
harus membahas terlalu banyak rincian berdarah, cukuplah dikatakan
bahwa para imam mengikuti berbagai instruksi tentang apa yang harus
dilakukan dengan berbagai bagian hewan—kepala, ekor, dan “isi perut”
(atau jeroan atau usus). Untuk maksud kita di sini, poin utamanya adalah
ini: isi perut itulah yang diletakkan di altar sebagai korban.
Seorang pengkhotbah pernah menawarkan formula ini untuk
menggambarkan pelayanan kepedulian Yesus: Yesus melihat penderitaan
dan merasa isi perutnya bagaikan dipukul dengan belas kasihan yang
mendalam, dan ini mendorong-Nya untuk membuat persembahan korban.
Maka, untuk menjadi tsaddiqim artinya peduli tentang keadilan
bagi orang-orang lemah—peduli dengan belas kasihan yang mendalam
sampai ke isi perut yang memberi energi kepada komiten pribadi yang
penuh pengorbanan.
Aplikasi bagi kehidupan kerja kita. Sebagian besar pengajaran
tentang integrasi iman dan pekerjaan menekankan pentingnya
mengembangkan kebenaran pribadi dalam konteks jerih lelah kita sehari-
hari. Hal itu bisa dipahami dengan mengingat resiko etis yang sangat
besar dalam tempat kerja kontemporer. Kejatuhan manusia ke dalam
dosa telah mempengaruhi baik pekerjaan kita sendiri maupun lingkungan
di mana kita melakukannya. Karena kejatuhan manusia ke dalam
dosa, pekerjaan jadi melelahkan dan kadangkala terasa sia-sia. Karena

isi 61 7/16/13 7:02 PM


062

kejatuhan manusia ke dalam dosa, baik kita sebagai orang-orang Kristen


maupun rekan-rekan kerja kita yang bukan orang percaya adalah orang-
orang berdosa. Tempat kerja modern, seperti yang ditulis oleh Doug
Sherman dan William Hendricks dalam buku Your Work Matters to God,
“adalah suatu rimba belantara.”10
Allah telah memanggil kita ke dalam dunia ini, termasuk
ke dalam dunia kerja yang sudah jatuh dalam dosa. Di sana, gandum
dan lalang tumbuh bersama-sama (Mat 13:25). Orang-orang Kristen
kadangkala mendapati diri mereka menghadapi rekan-rekan kerja yang
hidupnya tidak bermoral atau atasan-atasan yang tidak jujur. Mereka
mungkin merasakan tekanan untuk berbohong kepada pelanggan atau
pemasok atau pemegang saham. Mereka mungkin bekerja dalam suatu
lingkungan di mana semua orang curang dalam laporan-laporan biaya
mereka. Mereka mungkin menghadapi godaan seksual dari rekan-rekan
kerja yang berpenampilan menarik.
Dalam setting ini, para tsaddiqim berusaha mengikuti panggilan
Paulus untuk “bercahaya ... seperti bintang-bintang di dunia” melalui
upaya mereka mengupayakan kekudusan secara sengaja, tekun, dan
penuh doa (Filipi 2:15). Orang-orang benar meminta pertolongan Allah
untuk menolong mereka mempertahankan “tangan yang bersih” dalam
pekerjaan dengan menolak untuk berbohong, menipu, mencuri, atau
terlibat dalam affair seksual di tempat kerja.
Para pemimpin jemaat perlu mengenali rimba belantara yang
dihadapi anggota-anggota mereka dan memberi semangat kepada
umat mereka dengan mengingatkan mereka akan kuasa penebusan
Allah. Melalu kematian dan kebangkitan-Nya, Kristus telah mengalahkan
baik penyesalan maupun kuasa dosa. Roh Kudus-Nya yang berdiam di
dalam kita memungkinkan pertumbuhan dalam kebenaran pribadi. Para
pendeta perlu mengingatkan umatnya bahwa mereka memang, melalui
kuasa Kristus, bisa menjadi pekerja yang berbeda dari orang-orang yang
bukan orang percaya di sekitar mereka.
Kadangkala para rekan kerja atau penyelia bersikap kasar
terhadap iman. Orang-orang percaya menghadapi cemoohan atau
penganiayaan di tempat kerja. Pada kesempatan lain orang-orang
percaya bekerja bersama orang-orang yang kelemahannya termasuk
bergosip, malas, atau licik. Dalam konteks seperti itu, orang-orang benar
berteriak kepada Allah untuk menunjukkan buah Roh-Nya di dalam diri
mereka. Mereka meminta kepada Allah untuk memberikan kepada
mereka kelemahlembutan, kesabaran, kemurahan, dan pengendalian diri.

isi 62 7/16/13 7:02 PM


063

Mereka berusaha membalas kejahatan dengan kebaikan dan bersikap


luwes terhadap rekan-rekan kerja yang sulit.
Pada saat-saat lain, tantangan-tangan terbesar di tempat kerja
tidak terlalu berkaitan dengan penganiayaan dan pencobaan, tetapi
berkaitan dengan pencobaan yang mengikuti keberhasilan. Saat orang-
orang percaya mendapatkan promosi pekerjaan, imbalan duniawi dari
jerih payah mereka juga meningkat. Gajinya naik. Jabatan-jabatan dan
kedudukan menjadi makin bergengsi. Sukacita-sukacita duniawi seperti
itu bisa memperdaya hati jemaat, menumpulkan perlawanan terhadap
kebanggaan diri, konsumerisme, dan memanjakan diri. Para pemimpin
harus memperingatkan jemaatnya akan bahaya-bahaya ini.
Sesungguhnya, para pendeta harus mengingatkan umat
mereka bahwa orang-orang percaya yang menghadapi permusuhan di
tempat kerja karena iman mereka mungkin menghadapi tantangan yang
lebih mudah dibandingkan dengan mereka yang menikmati promosi dan
keberhasilan. Yang pertama sadar sepenuhnya bagaimana atmosfir di
sekitar mereka berbahaya dan bahwa hal itu menuntut perilaku dan sikap
yang berlawanan dengan budaya yang ada. Di tengah-tengah pencobaan
dan kesusahan mereka, kemungkinan besar mereka akan mendapati
diri mudah berdoa, mempelajari Kitab Suci dan meminta orang lain
bersyafaat bagi mereka. Bagaimana pun mereka merasakan kebutuhan
besar akan sumber-sumber anugerah ini.
Sebaliknya, yang kedua bisa terlena ke dalam kepuasan diri.
Keberhasilan, pengakuan, hak-hak istimewa, imbalan-imbalan finansial—
orang-orang Kristen yang menerima semua ini di tempat kerja
mungkin akan mudah terpikat. Hal-hal yang menyenangkan seperti
itu mencengkeram kita, dan kita tidak ingin kehilangan mereka. Kita
mulai mencari pembenaran atas kompromi-kompromi moral yang
memungkinkan kita mempertahankan barang-barang yang telah biasa
kita miliki. Para pendeta harus mengingatkan anggota-anggota mereka
bahwa kaum profesional yang menikmati keberhasilan di tempat kerja
mungkin membutuhkan disiplin yang lebih besar daripada mereka yang
teraniaya di tempat kerja.
Kita telah melihat panggilan kepada kebenaran pribadi
mencakup bukan hanya suatu hati yang murni, tetapi juga hati yang
hangat. Mengelola hati yang ditandai oleh splagchnizomai—belas kasihan
yang menohok isi perut bagi mereka yang membutuhkan—melibatkan
banyak doa. Orang-orang percaya perlu memandang kepada Roh Kudus
untuk membuat mereka bertumbuh dalam bidang ini seperti halnya Dia

isi 63 7/16/13 7:02 PM


064

menolong mereka bertumbuh dalam kejujuran atau kemurnian seksual.


Namun sebagai tambahan terhadap doa, para tsaddiqim berusaha
menumbuhkan hati seperti ini dengan secara sengaja membuka diri
kepada orang-orang yang membutuhkan.
Banyak orang Kristen kelas menengah dan menengah ke atas
tinggal dalam lingkungan perumahan yang homogen secara ekonomi,
beribadah di gereja yang perbedaan kelas atau etnisnya kecil sekali, dan
dalam pekerjaan paling banyak berhubungan dengan orang-orang dari
kelas yang sama. Tanpa keterpaparan dan keterlibatan dengan mereka
yang tertindas, yang kelaparan, atau yang miskin, kita bisa dengan
mudah kehilangan belas kasihan splagchnizomai sepenuh hati seperti
yang dimiliki Yesus. Karena berjarak secara budaya dengan mereka yang
miskin, kita menjadi berjarak secara emosi juga. Dan kadangkala kita
bahkan tidak menyadarinya.
Sebaliknya, para tsaddiqim mengupayakan kebaikan bersama
karena kesadaran yang tajam akan tangisan mereka yang berada di
bawah. Tahu bahwa Allah adalah pemilik sesungguhnya dari segala
yang mereka miliki, mereka bersedia berbagi sumber daya dan talenta
supaya seluruh komunitas bersukaria. Mereka mengambil langkah-
langkah sengaja untuk mengenalkan kepada diri mereka kebutuhan-
kebutuhan sesama mereka. Beberapa dari sesama ini mungkin adalah
orang-orang di tempat kerja mereka, seperti petugas kebersihan di
malam hari yang berjuang memenuhi kebutuhan sebagai ibu tunggal
dari tiga orang anak dengan melakukan dua pekerjaan bergaji rendah.
Di lain waktu sesama yang membutuhkan mungkin adalah orang-orang
yang terpengaruh oleh atasan si tsaddiq (seperti keluarga-keluarga
yang tinggal dekat pabrik perusahaan yang mengotori lingkungan atau
orang-orang miskin di dunia ketiga yang dipekerjakan oleh perusahaan
dengan gaji yang tidak wajar). Dan sesama kita bisa juga orang-orang
miskin dan terbuang di kota kita sendiri yang tidak memiliki interaksi
dengan si atasan.
Dalam kasus mana pun, poinnya adalah bahwa orang-orang
benar mendidik diri mereka sendiri tentang kondisi orang-orang yang
rentan ini. Mereka mengajukan pertanyaan tentang berbagai keterlibatan
perusahaan di luar negeri; mereka mengetahui berita-berita komunitas
setempat; mereka sengaja mencari tahu nama-nama pekerja kelas
rendahan di perusahaan-perusahaan mereka. Mereka menyediakan
sejumlah ruang mental dan emosi bagi realitas-realitas yang dialami
sesama mereka. Mereka menyediakan ruang dalam hati mereka bagi

isi 64 7/16/13 7:02 PM


065

pergumulan-pergumulan sesama mereka; mereka mengijinkan sejumlah


penderitaan sesama mereka berdiam di sana.
Sebentar lagi, kita akan melihat apa itu kebenaran sosial
dan bagaimana kita bisa melaksanakan keadilan di dalam dan melalui
pekerjaan kita demi mereka yang membutuhkan. Pekerjaan internal
untuk mengembangkan hati yang lemah lembut dan penuh belas kasihan
mendahului dan memungkinkan tindakan-tindakan konkrit seperti itu.11

DI LUAR
Sejauh ini kita telah memeriksa aspek vertikal dan internal/pribadi dari
kebenaran. Yang juga wajib bagi para tsaddiqim adalah apa yang mungkin
kita sebut kebenaran sosial. Creach menggambarkan aspek sosial dari
kebenaran ini dengan fasih:

Orang-orang benar bertindak selaras dengan kehendak Allah bagi shalom


dalam komunitas. ... Aktivitas dari orang-orang benar menunjukkan bahwa
mereka menyelaraskan diri dengan keinginan Allah untuk menciptakan
kesejahteraan komunitas, dan aktivitas mereka adalah bagian dari upaya
Allah yang kreatif dan menegakkan keadilan.12

Kebenaran sosial adalah tentang bagaimana kita


memperlakukan sesama kita dekat dan jauh. Ini adalah tentang
bagaimana kasih vertikal kepada Allah diekspresikan dalam kasih
horizontal kepada dunia yang telah dibuat-Nya dan orang-orang yang
telah diciptakan-Nya. Pendeknya, kebenaran para tsaddiqim mencakup
baik kemurnian moral pribadi dan “upaya untuk menjadikan keadilan
Allah sebagai kenyataan yang mereka jalani.”13
Baik kitab-kitab hikmat dan kitab-kitab nabi-nabi banyak mengajar
kita tentang kontur kebenaran sosial. Orang-orang benar tidak memfitnah
atau menimpakan cela kepada orang lain (Mzm 15:3). Mereka tidak
mengambil keuntungan dari orang lain dalam masa-masa kesulitan
ekonomi dengan meminjamkan uang dengan mengambil riba (Yeh 18:8).
Sebaliknya, mereka memberi dengan murah hati (Mzm 112:9). Tidak
seperti orang-orang fasik, mereka menjauhkan diri dari kekerasan (Mzm
15:5). Mereka “berlaku adil” (Mikha 6:8) dan membela perkara janda-
janda (Yes 1:17). Dengan berani, mereka bahkan “merebut” mangsa-
mangsa penindasan dari gigi para penindas (Ayub 29:17). Berlawanan
dengan orang-orang fasik, mereka menghindari kehidupan yang serakah
dan berlebihan yang tidak peduli akan kesusahan orang-orang miskin.

isi 65 7/16/13 7:02 PM


066

Seperti yang telah kita lihat di bab sebelumnya, para tsaddiqim


mengupayakan tumbuhnya keadilan dan shalom. Mereka merajut hidup
mereka ke dalam tempat-tempat yang menyakitkan di mana tenunan
sosialnya sudah mulai terurai lepas. Seperti argumentasi Tim Keller,

Maka [ini] berarti Anda tidak boleh hanya sekedar menjadi selembar
benang di sisi benang-benang lainnya. Saat Anda melihat orang lain
berjatuhan dari tenunan [sosial], orang yang tidak memiliki harta benda,
... yang disuruh membela dirinya sendiri dan tidak memiliki kuasa untuk
melakukannya, itulah tugas Anda, itulah tanggungjawab Anda, untuk
terlibat dengan mereka. Dan itulah artinya merajutkan hidup Anda. Kita
tidak ingin terlibat—kita terlalu sibuk. Tetapi [kita] harus. Kita harus
merajutkan diri kita, waktu kita, uang kita, kasih kita, upaya kita, ke dalam
hidup orang-orang yang lebih lemah dari diri kita.14

Kebenaran sosial berkembang saat kita memandang “ke luar”


kepada sesama kita dekat dan jauh dan secara sengaja mempertimbangkan
bagaimana cara meningkatkan kebaikan bagi mereka.
Aplikasi terhadap kehidupan kerja kita. Bagian dari melihat ke
luar mencakup mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan orang-orang
yang kita bekerja di antaranya. Pertama, kita hanya harus melihat mereka.
Kita harus menyediakan ruang dalam hati kita untuk bisa peduli terhadap
sesama. Hati yang berbelas kasihan ini akan memancar tindakan-
tindakan yang terlihat. Jika kita telah memperoleh suatu posisi otoritas,
kita mungkin bisa menggunakan pengaruh kita untuk memperbaiki
kondisi kerja sesama kita. Atau kita mungkin berada dalam posisi untuk
menyediakan pekerjaan atau kesempatan belajar bagi orang-orang di luar
organisasi kita. (Di bab sembilan, kita akan mempertimbangkan berbagai
variasi cara-cara tambahan untuk mengupayakan kebaikan bersama dari
rekan-rekan kerja kita.).
Melihat “keluar” juga mencakup mempertimbangkan kebutuhan-
kebutuhan semua pemegang kepentingan dalam pekerjaan kita, seperti
pemasok, pelanggan, mitra, investor, atau tetangga (orang-orang yang
tinggal di komunitas di tempat fasilitas perusahaan kita berada). Panggilan
untuk melakukan keadilan bisa diterapkan dalam semua relasi ini. Maka
penatalayanan vokasi kita mungkin mencakup meraih kesempatan-
kesempatan untuk melakukan lebih banyak hal bagi pelanggan kita. Atau
mungkin mencakup menggunakan suara kita di dalam organisasi untuk
meringankan kerugian yang mungkin terjadi dalam komunitas, seperti
polusi lingkungan.

isi 66 7/16/13 7:02 PM


067

Bagi perancang website Justin Kitch, melihat keluar mencakup


pemikiran kreatif tentang bagaimana perusahaannya—Homestead, suatu
perusahaan IT yang menolong para pelanggan membangun website dan
toko online mereka—bisa meningkatkan kesejahteraan komunitas. Kitch
menjadi berkat bagi komunitas Bay Area dengan memperbolehkan pegawai-
pegawainya meluangkan waktu dua jam seminggu, atau sehari penuh setiap
bulan, untuk menjadi relawan dalam suatu badan nirlaba setempat yang
mereka pilih—dan tetap membayar mereka untuk jam-jam yang digunakan
itu. Karena perusahaan itu memiliki jumlah pegawai yang signifikan, praktek ini
menyediakan sejumlah pekerja penuh waktu setiap tahun secara gratis bagi
komunitas nirlaba.15 Sebagai tambahan, yayasan korporasi yang didirikan
Kitch saat ia pertama meluncurkan Homestead telah mendonasikan
puluhan ribu dolar kepada badan-badan amal setempat.
Akhirnya, melihat keluar berarti menganggap serius potensi
peran kita dalam mendorong terjadinya transformasi institusi. Ini dimulai
di dalam tempat kerja kita sendiri. Sebagai contoh, pertimbangkan cara-
cara yang diupayakan agen asuransi Bruce Copeland untuk menjalankan
panggilan akan kebenaran sosial di sepanjang karirnya.16 Pada tahun
1963, Copeland adalah wakil presiden dari suatu perusahaan asuransi
yang berpusat di Philadelphia. Peduli akan fakta bahwa perusahaan itu
sangat didominasi oleh pria dan hirarkis, ia menggunakan posisi dan
pengaruhnya untuk mendorong perubahan-perubahan institusional di
dalam perusahaan itu.
Copeland mengumpulkan beberapa manajer lain yang memiliki
pandangan yang sama dengannya. Tim ini mulai mempromosikan
hak-hak perempuan dan minoritas di dalam perusahaan itu. Tim ini
juga mensponsori suatu pertemuan bagi semua pegawai perempuan
perusahaan itu untuk menanyakan kepada mereka apa yang perlu
diubah. Lima puluh perempuan menghadiri sesi itu dan menghasilkan
lima proposal. Copeland mampu menerapkan tiga di antaranya secara
langsung dan satu di kemudian hari. Ia juga membawa para pelatih yang
mempromosikan gaya manajemen yang lebih partisipatif dan tidak terlalu
hirarkis. Pendekatan baru terhadap manajemen ini kemudian diterapkan
di semua divisi di bawah kepemimpinan Copeland.
Copeland juga berusaha mempengaruhi keputusan-keputusan
perusahaannya tentang ke mana perusahaan menginvestasikan uangnya.
Perannya sebagai wakil presiden memungkinkannya duduk semeja dengan
petinggi-petinggi senior perusahaan itu. Ia memperjuangkan dengan
penuh semangat agar perusahaan menarik investasi sahamnya dari

isi 67 7/16/13 7:02 PM


068

Afrika Selatan, yang pada saat itu masih berada di bawah pemerintahan
apartheid. Ia juga berusaha membuat para pemimpin perusahaan
menyisihkan persentasi tertentu dari suatu kontrak konstruksi dari
pembangunan gedung kantor baru yang besar untuk diberikan kepada
perusahaan-perusahaan yang dimiliki oleh kelompok-kelompok minoritas.
Transformasi institusional mencakup tindakan-tindakan yang
bisa menggerakan seluruh industri kepada standar kualitas atau
keselamatan kerja atau transparansi finansial atau efisiensi energi atau
keragaman rasial yang lebih tinggi—atau kebaikan sosial lainnya. Bagi
seorang arsitek, misalnya, ini mungkin melibatkan melayani di suatu
komisi yang memeriksa prosedur-prosedur kredensial dari para arsitek
dan mendorong reformasi kurikulum yang mendorong makin banyaknya
mahasiswa arsitektur dilatih dalam praktek-praktek pembangunan yang
hijau. Bagi eksekutif-eksekutif periklanan, ini bisa berarti menetapkan
panduan perusahaan internal yang melindungi para model perempuan
dari eksploitasi dan kemudian menyelenggarakan suatu pertemuan
sejawat dengan perusahaan-perusahaan serupa lainnya untuk
mengupayakan protokol-protokol industri yang baru tentang hal-hal
semacam itu.
Bagi penulis skenario Barbara Nicolosi, hal ini termasuk memulai
sutau badan nirlaba, Act One, dengan misi menciptakan “suatu komunitas
profesional Kristen bagi industri hiburan yang berkomitmen bagi kesenian,
profesionalisme, makna hidup, dan doa sehingga melalui hidup dan
pekerjaan mereka, mereka bisa menjadi saksi Kristus dan kebenaran
kepada sesama rekan artis mereka dan bagi budaya global.”17 Act One
menawarkan kursus dua mingguan dan program-program pelatihan
yang lebih panjang yang menolong orang-orang Kristen bertumbuh dalam
penulisan skenario dan keterampilan-keterampilan produksi. Sekitar dua
ratus siswa telah menyelesaikan program ini dan setengahnya sudah
bekerja di dalam industri itu. Dalam suatu wawancara dengan majalah
Godspy, Nicolosi menjelaskan visinya bagi upaya kreatif ini:

Strategi jangka panjang kami adalah menekankan melatih orang


ketimbang memproduksi proyek-proyek. Kami mencoba menetapkan
suatu alternatif bagi sekolah-sekolah perfilman sekuler yang top. Pergi
ke sekolah-sekolah itu masih memberikan manfaat yang besar, tetapi
pandangan hidup yang mendasarinya nihilistik secara radikal. Sebagai
seorang Kristen, Anda bisa mempelajari keahliannya di tempat-tempat
itu tetapi segala sesuatu yang Anda yakini akan diejek oleh dosen-dosen
Anda. Di Act One, mereka melihat adalah mungkin untuk menjalani

isi 68 7/16/13 7:02 PM


069

hidup Kristiani yang kudus, menguasai keahlian yang dibutuhkan, dan


menciptakan isi yang bagus sekaligus. Dan mereka telah menciptakan
persahabatan dan komunitas Kristen yang bisa menolong mereka
bertahan saat mereka memasuki industri ini.18

Lulusan-lulusan Act One kini diperlengkapi dengan lebih baik


untuk menanamkan tema-tema penciptaan, kejatuhan manusia dalam
dosa, dan penebusan ke dalam industri hiburan.
Atau pikirkan teladan dari ahli bedah tulang Barry Sorrels dari
Little Rock, Arkansas. Ia telah menggunakan pengaruh, pengalaman,
dan jejaring yang dimilikinya untuk membawa suatu perubahan yang
sederhana tetapi bermakna dalam persiapan yang diterima oleh
mahasiswa-mahasiswa kedokteran. “Saya memikirkan profesi saya,”
Barry menjelaskan, “dan setiap orang yang keluar dari sekolah kedokteran
berkata, ‘Saya merasa dipersiapkan dengan baik dalam hal kedokteran,
tetapi saya tidak benar-benar siap menghadapi dunia.’”19
Dengan dukungan dari pendetanya di Fellowship Bible Church,
Barry merancang suatu kursus intensif yang menawarkan suatu pelatihan
singkat bagi para mahasiswa kedokteran tentang hal-hal praktis seperti
menyusun anggaran, membeli rumah untuk pertama kali, dan mengelola
kartu kredit. Ia membawa idenya kepada para dosen fakultas kedokteran
di University of Arkansas, dan mereka merengkuhnya “sepenuh hati.”
Bagian paling menonjol dari LifeSkills Institute Barry adalah
suatu diskusi panel yang disebut “Wisdom from Medical Practice.” Ia
menjelaskan bahwa enam atau tujuh “dokter-dokter yang sudah ubanan,
terkenal dan dihormati di masyarakat” berbicara kepada para mahasiswa
selama beberapa jam tentang kehidupan. Tujuannya adalah menolong
para dokter di masa depan untuk menghindari beberapa kesalahan yang
sudah mereka lakukan. Dokter-dokter yang lebih tua ini berbicara secara
terbuka tentang kegagalan mereka dalam menyeimbangkan keluarga
dan pekerjaan dan tentang pernikahan yang rusak karena workaholisme
atau ketidaksetiaan. Dari tahun 2001 sampai 2009, LifeSkills Institute
Barry yang berjalan selama seminggu menjadi suatu bagian yang
diharuskan dalam kurikulum bagi mahasiswa kedokteran pada tahun
terakhir mereka di University of Arkansas.20

DUA KEBERATAN
Gambaran Alkitab tentang kebenaran sungguh menakutkan. Saya bisa
membayangkan bahan yang saya sajikan sejauh ini memprovokasi

isi 69 7/16/13 7:02 PM


070

setidaknya dua reaksi. Yang pertama adalah kecurigaan: bahwa saya


seharusnya tidak mendorong kita untuk menjadi para tsaddiqim, karena
itu adalah panggilan kepada kebenaran melalui pekerjaan. Yang kedua
adalah keputusasaan atau skeptisisme yang muncul dari pemikiran Ini
adalah standar yang tidak mungkin dicapai. Bagaimana mungkin ada
orang di dunia sekarang ini yang bisa mendekati standar itu?
Panggilan kepada kebenaran dalam buku ini tidak mungkin
menggantikan kebergantungan sepenuhnya kepada Kristus dan
kebenaran-Nya. Satu hal, dorongan yang saya berikan di sini bukanlah
kepada kesempurnaan. Tidak peduli seberapa pun bertumbuhnya kita
dalam menjadi benar seperti yang digambarkan pada halaman-halaman
sebelumnya, kita masih sangat membutuhkan Yesus dan kuasa Roh Kudus
yang mendiami kita setiap hari. Hal lainnya, panggilan di sini bukanlah
tentang mencapai beberapa tingkat kebenaran yang menempatkan kita
di suatu posisi yang layak menerima pujian Allah. Anugerah keselamatan
dari Allah melalui kebenaran Kristus adalah gratis, bukan karena kita
layak menerimanya, dan sepenuhnya karena kemurahanNya.
Tetapi doktrin akan penerimaan Allah yang tidak layak
kita terima tidak dimaksudkan untuk membawa kita kepada suatu
hidup yang pasif, suatu hidup yang tidak berubah, suatu hidup yang
mengabaikan panggilan untuk bertumbuh dalam kekudusan. Kita
diselamatkan untuk menjadi murid-murid Kristus. Dan, seperti yang
dikatakan Dallas Willard, “Murid adalah orang yang, berniat menjadi
seperti Kristus, dan dengan demikian tinggal dalam ‘iman dan
praktek’nya, secara sistematis dan progresif mengarahkan kembali
aspek-aspek hidupnya kepada tujuan itu.”21 Istilah-istilah itu—sistematis
dan progresif—terdengar seperti kerja keras. Memang demikian.
Dan hal itu sangat logis dan ortodoks. Mengapa? Karena ada suatu
perbedaan besar antara mengerjakan sesuatu untuk mendapatkan
imbalan (earning) dan mengupayakan sesuatu (effort). Tidak ada
tempat bagi yang pertama dalam kehidupan Kristiani. Tetapi beda
dengan yang kedua. “Kita harus bertindak,” kata Willard. “Anugerah
bertentangan dengan mengerjakan sesuatu untuk mendapatkan
imbalan, tetapi tidak terhadap mengupayakan sesuatu.”22
Tentang keberatan yang kedua, saya jelas akan mengakui
bahwa hidup sebagai seorang tsaddiq sekarang ini sangat sulit.
Tetapi ini bukanlah suatu impian kosong. Saya tahu, karena saya telah
bertemu dengan banyak tsaddiqim muka dengan muka. Ijinkan saya
memperkenalkan satu di antaranya kepada Anda.

isi 70 7/16/13 7:02 PM


071

SEORANG TSADDIQ ZAMAN MODERN


Perry Bigelow, seorang pembangun rumah di Chicago, tidaklah
sempurna. Ia rendah hati dan tahu ia perlu bergantung setiap hari
pada kemurahan Kristus. Tetapi saya pikir ia adalah seorang tsaddiq
(walaupun ia tersipu-sipu saat saya memberitahunya tentang hal itu). Ia
adalah pebisnis yang berorientasi kerajaan Allah yang saya harap akan
saya temukan dalam buku Lindsay Faith in the Halls of Power. Tetapi
tidak demikian. Upaya Perry untuk hidup benar dalam ketiga dimensi
yang telah kita bicarakan—ke atas, ke dalam, dan ke luar—membentuk
penatalayanan vokasinya.
Perry adalah pendiri Bigelow Homes, suatu perusahaan
pembangun rumah di daerah suburban tepat di luar kota Chicago.
(Putranya, Jamie, kini memimpin perusahaan itu). Integrasi iman dan
pekerjaan dari Perry dimulai dari keyakinan mendalam bahwa ia adalah
pengelola, bukan pemilik, dari perusahaannya. Orientasi dari seluruh
hidupnya, termasuk kehidupan profesionalnya, adalah ke arah Allah.
Selama bertahun-tahun, Perry telah berdoa, mempelajari Kitab Suci dan
membaca karya-karya penuh pemikiran dari para cendekiawan Kristen
untuk mengembangkan suatu pendekatan yang memuliakan Allah dalam
penatalayanannya akan semua karunia dan aset yang telah diterimanya.
Berdasarkan keinginan mendasar ini untuk menyenangkan dan
memuliakan Allah di dalam dan melalui pekerjaannya, Perry berusaha
menaati standar-standar moralitas alkitabiah dan meniru karakter
Kristus. Komitmen terhadap kebenaran pribadi ini diekspresikan secara
konkrit dalam etika-etika ketat yang diharapkan oleh Bigelow Homes
dari dirinya sendiri dan pegawai-pegawainya. Kebijakan perusahaan
sangat jelas: “Kita tidak akan pernah secara sengaja berbohong
kepada satu sama lain, kepada pembeli rumah, kepada pemasok, atau
sub-kontraktor, atau petugas pemerintah. Kita sangat menilai tinggi
integritas pribadi.”23
Kebenaran pribadi juga diekspresikan melalui keinginan Perry
untuk meniru kepemimpinan Yesus yang melayani. Selama tahun-tahun di
mana ia memimpin perusahaan secara aktif, hati pelayan itu terekspresikan
dalam gaya manajemennya. Dengan rendah hati menyadari keterbatasan
bakat dan pengetahuannya, ia dengan sengaja mempekerjakan kolega-
kolega yang memiliki kekuatan-kekuatan yang tidak dimilikinya. Lalu ia
menempatkan orang-orang itu untuk bertanggungjawab atas berbagai
bidang fungsional bisnis. Ia mengupayakan suatu gaya manajemen
berdasarkan konsensus dan menekankan saling ketergantungan dan

isi 71 7/16/13 7:02 PM


072

kolaborasi, memberi para pemimpin ruang untuk menggunakan karunia-


karunia mereka.
Sebagai tambahan terhadap meneladani kepelayanan Yesus,
Perry telah memperlakukan pegawai-pegawainya dengan penuh
belas kasihan. Industri pembangunan rumah terkenal sangat kejam
karena siklus kemakmuran dan penurunannya. Itu artinya sebagian
besar pekerja konstruksi mendapati bahwa mencari pekerjaan tetap
sama sulitnya dengan mencari chimera (mahluk khayalan berkepala
singa bertubuh kambing berekor ular). Bigelow Homes menganggap
serius tanggungjawab untuk menjaga agar pegawai-pegawainya tetap
bekerja. Perusahaan ini melakukannya dengan menolak menerima
terlalu banyak pekerjaan di masa-masa ramai dan menghindari godaan
untuk memperbesar diri demi menjadi besar. “Tujuan kami adalah
pertumbuhan yang hati-hati dan bertahan lama,” ujar Perry.24 Ini telah
memungkinkan perusahaan melalui segala siklus perumahan Chicago
tanpa memberhentikan siapapun, kecuali dua masa—sedangkan pesaing
mereka memberhentikan sampai 50 persen pegawai-pegawai mereka.25
Perry dan timnya telah berpikir masak-masak dan kreatif
tentang produk yang ditawarkan oleh bisnis mereka. Mereka memajukan
nilai-nilai kerajaan Allah melalui cara perancangan rumah-rumah Bigelow.
Yang pertama adalah komunitas. Perry sadar akan tren di dalam budaya
Amerika ke arah hiper-individualisme. Cintanya akan nilai koinonia dalam
Alkitab (persekutuan dan partisipasi bersama) dimasukkan ke dalam
rancangan komunitas yang dibangun oleh Bigelow Homes. Desain-desain
ini ditujukan kepada “suatu keseimbangan antara privasi dan kehidupan
bertetangga.”26 Sebagai contoh, Bigelow membangun trotoar yang
ekstra besar dan berbagai ruang “bersama” supaya terjadi interaksi
spontan dan menempatkan teras depan yang besar di setiap rumah.
Perry juga memajukan nilai-nilai kerajaan Allah akan
keberlangsungan hidup melalui pekerjaannya. Melalui inovasi produk dan
desain, rumah-rumah Bigelow sangat efisien dalam hal energi. Bahkan,
perusahaan itu menjamin pemilik rumah tidak akan menghabiskan lebih
dari empat ratus dolar per tahun untuk biaya menjaga agar suhu rumah
tetap hangat—di Chicago! “Inovasi kami dalam hal efisiensi energi adalah
hasil langsung dari penghormatan besar kami terhadap ciptaan Allah,”
Perry menjelaskan, “dan suatu keyakinan bahwa kita harus melestarikan
sebanyak mungkin dan sebisa mungkin untuk anak cucu kita.”27
Perry juga berusaha merancang dan membangun lingkungan-
lingkungan perumahan yang menjadi berkat bagi komunitas setempat

isi 72 7/16/13 7:02 PM


073

dalam cara-cara yang nyata dan praktis. Sebagai contoh, mengetahui akan
tantangan yang kadangkala dihadapi oleh profesional-profesional penting
tetapi berpenghasilan sedang seperti para guru, petugas kepolisian, dan
petugas pemadam kebakaran untuk menemukan rumah-rumah dengan
harga terjangkau di tempat mereka melayani, Bigelow Homes dengan
sengaja membangun “perumahan pekerja”. Ini adalah rumah-rumah
keluarga dengan harga per meter persegi yang terjangkau.
Bigelow juga mengikuti suatu model konvensional untuk
merencanakan suatu lingkungan perumahan—perumahan yang ditandai
oleh keanekaragaman produk yang disengaja dan apa yang disebut Perry
sebagai “pengembangan terpadu”. Pendekatan ini menjadi berkat bagi
distrik sekolah dan kotapraja setempat. Inilah caranya: Dengan menawarkan
berbagai gaya rumah dengan harga bervariasi antara $150.000 sampai
$350.000, subdivisi-subdivisi Bigelow menciptakan keanekaragaman
demografis. Para lajang, pensiunan, dan keluarga-keluarga semua hidup
di dalam suatu komunitas. Keanekagaraman demografis ini menghasilkan
aliran kas yang positif bagi distrik sekolah setempat karena jumlah siswa
total pada subdivisi-subdivisi ini lebih sedikit dibandingkan jika perumahan
itu dibangun mengikuti praktek-praktek pembangunan konvensional,
yang tersebar di wilayah suburban.29 Apalagi, pengembangan terpadu
Bigelow mengakibatkan “nilai per acre yang dinilai tinggi dan tidak padat
infrastruktur.” Seperti yang dijelaskan Perry, ini adalah resep bagi kotapraja
untuk menghasilkan laba dari pajak properti.30
Pendeknya, praktek-praktek pembangunan dan perancangan
Bigelow Homes menantang hikmat konvensional dari industri
pembangunan rumah di wilayah suburban. Perusahaan Perry telah
menunjukkan kepada industri ini bahwa adalah mungkin untuk
berhasil dengan melakukan apa yang baik. Perusahaan ini telah
mendemonstrasikan bahwa mungkin untuk membangun rumah-rumah
yang menarik, efisien secara energi, namun terjangkau. Perusahaan
ini telah membuktikan pengembangan terpadu yang memperkuat basis
pajak komunitas bisa dirancang untuk menghasilkan subdivisi-subdivisi
yang menarik secara estetika dan ramah. Melalui tulisan-tulisan dan
pekerjaan Perry bersama petugas-petugas kotapraja, ia membawa
pesan ini kepada pihak yang berkuasa, mendorong terjadinya
reformasi dalam industri ke arah pendekatan-pendekatan yang lebih
berkesinambungan yang telah dirintis oleh Bigelow Homes.
Perry Bigelow telah mengelola daya vokasinya untuk membuat
kota beria-ria. Ia telah menjadi berkat bagi pegawai-pegawainya melalui

isi 73 7/16/13 7:02 PM


074

model bisnisnya yang penuh belas kasihan dan penuh pertimbangan. Ia


telah membawa sukacita kepada pelanggan-pelanggannya—banyak dari
mereka yang merupakan pembeli rumah pertama, banyak dari mereka
adalah keluarga-keluarga pekerja yang membutuhkan komunitas yang
aman, ramah, dan terjangkau untuk tinggal. Ia juga menjadi berkat bagi
kota Aurora dengan membangun suatu subdivisi yang berkontribusi
terhadap basis pajak setempat, menghasilkan penghasilan bagi sekolah-
sekolah dan pelayanan-pelayanan kotapraja. Dan ia telah menjadi berkat
bagi generasi-generasi masa depan dengan menganggap cukup serius
nilai kesinambungan hidup yang ada dalam Alkitab dan membiarkannya
membentuk desain produknya.
Dan sementara itu, Perry tetaplah seseorang yang rendah hati
dan ramah—manusia biasa. Ia bukanlah “orang kudus yang luar biasa”.
Hidupnya menunjukkan adalah mungkin untuk menjadi seorang tsaddiq
di Amerika modern.

KESIMPULAN: PARA TSADDIQIM DAN EKLESIA


Pada masa Israel kuno, urusan-urusan umum yang penting diselesaikan
di “pintu gerbang kota.” Di sana, di tempat yang sekarang kita sebut
“alun-alun kota”, para pemimpin masyarakat mengawasi dilaksanakannya
pengadilan hukum. Ulangan 21-22 memberi instruksi-instruksi kepada
bangsa Israel tentang datang kepada “tua-tua kota” untuk menyelesaikan
masalah-masalah keluarga dan hukum. Dalam Rut 4, kita membaca
tentang Boas melakukan tawar menawar di gerbang kota untuk menjadi
penebus Rut. Dalam 2 Samuel 15 kita membaca tentang bangsa Israel
datang ke pintu gerbang kota untuk “diadili.”
Idealnya, para tua-tua ini haruslah orang-orang yang kudus,
memiliki reputasi yang baik, dan setia. Amsal 24:7 mengajar kita bahwa
tidak ada tempat bagi orang bodoh di pintu gerbang kota. Nabi Amos
mengindikasikan kebenaran para tua-tua dengan menggambarkan
seseorang yang keji sebagai orang yang membenci “yang memberi
teguran di pintu gerbang” (Amos 5:10). Ayub, tokoh di Perjanjian Lama
yang disebut Allah sendiri sebagai orang saleh, adalah salah satu tua-
tua di pintu gerbang (lihat Ayub 29:7). Dengan kata lain, perkumpulan
orang di pintu gerbang kota di Perjanjian Lama adalah perkumpulan para
tsaddiqim. Dan itu penting bagi kita sekarang. Inilah sebabnya.
Ketika rasul Paulus mencari kata yang bisa digunakan untuk
“gereja”, ia memilih kata dalam bahasa Yunani eklesia. Ini adalah pemilihan

isi 74 7/16/13 7:02 PM


075

yang menarik karena ada kata-kata lain dalam bahasa Yunani yang bisa
menggambarkan ide perkumpulan atau pertemuan. Eklesia adalah kata
yang secara spesifik digunakan di Septuaginta (Perjanjian Lama yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani) yang artinya perkumpulan di
pintu gerbang kota—yaitu, perkumpulan para tsaddiqim.31 Ini artinya kata
yang digunakan oleh rasul Paulus untuk “gereja” menggambarkan suatu
perkumpulan orang yang mengambil keputusan-keputusan atas masalah-
masalah kesejahteraan bersama, orang-orang yang bertanggungjawab
untuk memperhatikan umat.
Bagi Paulus, gereja tidak dimaksudkan untuk menjadi suatu
kumpulan orang yang hanya mempedulikan masalah persekutuan
mereka. Gereja tidak pernah boleh menarik dirinya dari perhatian
terhadap komunitas yang lebih luas, untuk membentuk “kerumunan orang
kudus.” Tidak. Gereja—eklesia, perkumpulan di pintu gerbang kota—harus
memberi diri bagi kehidupan dan berkembangnya komunitas. Menurut
definisinya, gereja itu misional.
Gereja seharusnya menjadi suatu kumpulan dari para
tsaddiqim—orang-orang yang memiliki kesalehan pribadi yang
mendalam dan gairah yang intens bagi kerajaan Allah. Gereja adalah
persekutuan dari mereka yang berkomitmen untuk mengelola
kemakmuran mereka bagi kebaikan bersama, dari orang-orang yang
berpikir kreatif dan strategis tentang cara menggunakan talenta
mereka untuk meningkatkan dicicipinya kerajaan Allah. Ini adalah visi
yang sangat menggairahkan dan menginspirasi.
Namun sayangnya, gereja kita sering gagal. Dalam bab-bab
selanjutnya, kita akan mencoba memahami sebabnya.

isi 75 7/16/13 7:02 PM


isi 76 7/16/13 7:02 PM
077

3
-----------------------------------------------------------------

MENGAPA KITA BUKAN


PARA TSADDIQIM
-----------------------------------------------------------------
Kita memperoleh apa yang kita khotbahkan ...
Cara hidup kita mengungkapkan injil yang
kepadanya kita berespons dan
injil yang kita yakini.
SCOT McKNIGHT

S
elama lebih dari empat puluh tahun, seorang percaya di
Afrika Selatan, Michael Cassidy dengan setia dan berani
memimpin orang-orang Kristen dalam suatu konteks yang
sering ditandai oleh kebingungan, kekerasan, ketidakadilan,
dan rasa takut. Ia telah berpikir lama dan keras tentang apa
artinya menjadi seorang pengikut Kristus dalam dunia yang rusak ini.
Dalam bukunya tentang perjuangan melawan apartheid, This Passing
Summer, Cassidy menulis, “Pertobatan menandai lahirnya gerakan
ini dari sekedar keberadaan pribadi menjadi suatu kesadaran umum.
Pertobatan adalah awal dari solidaritas aktif dengan tujuan-tujuan
kerajaan Allah di dalam dunia.”1
Pandangan yang sangat menarik tentang keselamatan ini
memberikan suatu fondasi yang kaya bagi kehidupan sebagai para

isi 77 7/16/13 7:02 PM


078

tsaddiqim. Sayangnya, definisi tentang apa artinya menjadi seorang Kristen


seperti itu asing bagi banyak orang Kristen Amerika. Ini disebabkan oleh
banyaknya gereja yang mengkhotbahkan injil individualis yang terbatas
sampai “memiliki hubungan pribadi dengan Yesus.” Kadangkala bahkan
para pemimpin gereja yang misional bisa lemah dalam hal ini. (Bahkan
jika tidak pun, mereka memiliki pendatang-pendatang baru ke dalam
gereja mereka yang datang dari jemaat-jemaat dengan injil individual).
Jika kita ingin membuat kemajuan dalam memuridkan
pengikut-pengikut Kristus yang akan hidup sebagai tsaddiqim, kita
perlu memahami alasan-alasan mengapa banyak di antaranya tidak
hidup seperti itu. Prevalensi dari pemahaman individualistik dari injil
adalah alasan nomor satu. Di banyak gereja-gereja kita, injil kita terlalu
sempit.2 Walaupun didasarkan dengan benar pada karya penebusan
Yesus yang vital di atas kayu salib, injil itu gagal menangkap signifikansi
menyeluruh akan karya penebusan-Nya. Sebagai akibatnya, injil itu gagal
mengarahkan para pengikut Kristus kepada gaya hidup benar dari para
tsaddiqim, yang dengan penuh sukacita akan bergabung dengan Yesus
dalam misi agung pemulihan-Nya.
Kita akan memeriksa injil yang terlalu sempit ini dalam bab
ini, mengamati bagaimana caranya diekspresikan dan dikokohkan
dalam musik-musik dan buku-buku populer dalam gerakan injil Amerika
sekarang ini. Lalu kita akan maju kepada alasan kedua tentang mengapa
kebanyakan orang Kristen bukan tsaddiqim: pemahaman kita yang
tidak memadai akan sorga dan kehidupan setelah kematian. Kita akan
melihat bagaimana kegagalan untuk menangkap dengan benar harapan
utama kita sebagai orang-orang Kristen membatasi pemahaman kita
akan misi kita yang benar di dunia ini. Akhirnya, kita akan melihat dua
alasan lain yang berkontribusi terhadap kegagalan kita untuk hidup
sebagai tsaddiqim: isolasi sosial dan kurangnya akuntabilitas. Lalu di bab
berikutnya, kita akan membahas pertanyaan tentang apa yang harus kita
lakukan tentang semua itu.

INJIL YANG TERLALU SEMPIT


Penyajiian injil yang paling umum dalam kekristenan injili Amerika
kontemporer berpusat pada kematian dan kebangkitan Yesus. Injil ini
dimulai dengan realitas manusia yang paling mendasar dan membuat
putus asa: kita adalah orang-orang berdosa yang terpisah dari Allah.
Kemudian injil ini menawarkan kabar yang sangat baik bahwa Allah, dalam

isi 78 7/16/13 7:02 PM


079

kemurahan-Nya, bersedia untuk mengampuni kita. Sedemikian rupa


sehingga Dia mengutus Putra tunggal yang dikasih-Nya untuk menjalani
hidup yang kita jalani dan mengalami kematian yang layak kita alami. Melalui
karya penebusan Yesus, kita bisa masuk ke dalam persekutuan dengan
Allah Pencipta dan Bapa kita. Kita meletakkan keyakinan kita kepada
Yesus sebagai Juruselamat, meminta Allah untuk memperhitungkan
kebenaran Yesus sebagai kebenaran kita. Kita mengakui selama ini kita
tidak hidup seperti yang seharusnya (yaitu, untuk kemuliaaan Allah), dan
kita “menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat”. Pengakuan iman
kita membuat kita menjadi bagian dari keluarga Allah. Karena penebusan
Yesus, kita dibebaskan dari penghukuman dosa (kematian kekal di neraka).
Kita menerima anugerah hidup kekal dari Yesus. Melalui iman kepada-Nya,
kita memiliki keyakinan bahwa kita akan masuk ke sorga saat kita mati.
Ilustrasi Jembatan, suatu alat penginjilan yang kuno,
menggambarkan injil dengan ringkas dan jelas (lihat gambar 3.1). Ilustrasi
ini muncul pada tahun 1981 melalui Para Navigator dan telah dimasukkan
ke dalam pelatihan-latihan penginjilan yang dilakukan oleh raksasa-raksasa
seperti Campus Crusade dan gerakan Willow Creek, dan juga di ratusan
gereja individual. Ilustrasi ini telah digunakan tidak terhitung banyaknya,
dan melalui pemeliharaan Allah, ilustrasi ini telah membawa banyak orang
kepada pengetahuan yang menyelamatkan akan Yesus.

isi 79 7/16/13 7:02 PM


080

-----------------------------------------------------------------
Gambar 3.1. Ilustrasi Jembatan

Ilustrasi jembatan menyoroti karya penebusan Yesus Kristus bagi


orang-orang berdosa. Ini menunjukkan seseorang di sisi suatu jurang yang
dalam. Ini mewakili kita di dalam dosa-dosa kita. Allah dan sorga ada di sisi
seberang jurang itu. Tidak ada upaya manusia yang bisa membuat orang
berdosa sampai ke sisi seberang jurang itu. Kita bisa mencoba melompat
(yaitu, mencari jalan melalui perbuatan-perbuatan baik), tetapi kita haya
akan terjerembab mati. Satu-satunya cara agar orang yang berdosa
bisa menerima kehidupan kekal dari Allah adalah melalui anugerah yang
penuh kemurahan dan bebas dari kayu salib. Salib Yesus berfungsi sebagai
jembatan yang menghubungkan kedua sisi jurang. Dengan berbalik dari
upaya-upaya kita sendiri dan hanya bergantung pada darah Yesus yang
telah tercurah, kita mampu menyeberangi jembatan itu.
Injil yang digambarkan dalam Ilustrasi Jembatan itu benar. Ilustrasi
itu dengan benar menyajikan dilema umat manusia (terpisah dari Allah
karena dosa-dosa kita). Ilustrasi ini juga dengan benar mengembalikan
kemuliaan kepada Allah dengan menunjukkan kekudusan-Nya (Dia tidak
mau mengabaikan dosa) dan kemurahan-Nya (Dia memberikan Putra-
Nya untuk membayar hukuman yang layak diterima oleh dosa-dosa kita).
Ilustrasi ini dengan benar meninggikan salib Kristus, dengan kuasanya
yang sangat unik. Ilustrasi ini meletakkan umat manusia di tempat yang
benar, dan Allah juga di tempat-Nya.
Tetapi injil ini tidak lengkap.
Kebenaran mulia yang dirayakan di dalam injil yang terlalu sempit
ini tidak, pada dirinya sendiri, menangkap lingkup sepenuhnya yang agung
dan mengagumkan dari karya penebusan Yesus. Karena Yesus datang
bukan hanya mengkhotbahkan injil pembenaran pribadi ini saja tetapi
injil kerajaan Allah. Karya Yesus tidaklah secara eksklusif hanya tentang

isi 80 7/16/13 7:02 PM


081

keselamatan pribadi kita, tetapi juga tentang penebusan kosmik dan


pembaharuan segala sesuatu. Ini bukan hanya tentang rekonsiliasi kita
dengan seorang Allah yang kudus—walaupun ini adalah inti yang indah
dari injil. Ini juga adalah tentang rekonsiliasi kita dengan satu sama lain
dan dengan ciptaan itu sendiri. Karya penebusan Yesus lebih besar dan
lebih baik daripada yang ditangkap oleh ilustrasi Jembatan.3

LAGU PUJIAN YANG PROBLEMATIK


Salah satu cara injil yang terlalu sempit meresap ke dalam kekristenan
injili adalah melalui lagu pujian kontemporer. Injil yang tidak lengkap bukan
hanya dikhotbahkan dari mimbar tetapi dinyanyikan oleh band-band
pujian. Banyak lagu Kristen kontemporer memelihara dan mengokohkan
mentalitas saya-dan-Yesus. Dan itu penting, karena kekurangan teologis
dalam lagu yang kita dengar di radio-radio Kristen atau nyanyikan pada
hari Minggu pagi mempengaruhi keyakinan kita. Seperti yang dikatakan
pemimpin pujian Keith Getty, “Apa yang kita nyanyikan menjadi tata
bahasa dari apa yang kita yakini.”4
Pada tahun 2005, Dick Staub dari Center for Faith and
Culture memeriksa kekurangan-kekurangan yang ada pada lagu Kristen
kontemporer (contemporary Christian music - CCM) dalam suatu esai
yang penuh pemikiran dalam majalah Christianity Today. Ia berargumen
bahwa CCM cenderung mempromosikan “pembentengan” ketimbang
“keterlibatan yang nyata” dengan dunia. Yang lebih parah lagi, kadangkala
CCM gagal mengkomunikasikan realitas yang kita jalani, realitas yang jika
ditanggapi dengan serius akan menolong kita memahami kebutuhan
akan injil yang sangat penuh kuasa yang mampu mengalahkan lebih dari
dosa pribadi kita. Staub menulis,

CCM dengan tekun menghindari ... menyatakan kebenaran sepenuhnya


tentang kehidupan, kondisi manusia, kejatuhan kita dalam dosa ... Jika
kita gagal menceritakan yang sebenarnya tentang kondisi kemanusiaan
kita, yang menuntut diungkapnya kekotoran dan kekacauan dan tidak
menginspirasi sama sekali, kita tidak akan mampu menggali kekayaan
dan kedalaman injil, yang adalah tentang memulihkan segala sesuatu
yang terurai lepas pada kejatuhan manusia dalam dosa.5

Brian McLaren, seorang pemimpin gerakan gereja baru,


memiliki kepedulian yang sama dengan Staub. Dalam artikel “Open
Letter to Worship Songwriters” dalam Worship Leader Magazine,

isi 81 7/16/13 7:02 PM


082

McLaren mengeluh bahwa banyak lirik lagu “secara memalukan bersifat


terlalu pribadi”:

Dengarkan saat anda menyanyi dalam ibadah. Lagu-lagunya adalah


tentang bagaimana Yesus mengampuniku, merengkuhku, membuatku
merasakan hadirat-Nya, menguatkanku, mengampuniku, memelukku
erat-erat, menyentuhku, membangkitkanku, dll, dll. Semua ini baik. Tetapi
jika ada orang luar angkasa dari Mars mengamati kita, saya kira ia akan
berkata a) semua orang ini agak mengalami disfungsi dan membutuhkan
banyak terapi peluk ... atau b) mereka tidak peduli sama sekali akan
dunia di sekitarnya, agama/spiritualitas mereka membuat mereka sama
egoisnya seperti orang-orang non-Kristen mana pun, hanya saja secara
spiritual bukan dalam hal materi.6

Tergelitik dan cemas oleh kritik-kritik seperti ini, para asisten riset
saya dan saya sendiri memutuskan untuk melakukan suatu analisa isi
sederhana pada lirik lagu-lagu pujian sekarang ini. Untuk mengidentifikasi
lagu-lagu yang paling populer, kami bergantung pada dua sumber. Yang
pertama adalah buku CCM Magazine yang terbit pada tahun 2006 tentang
“100 lagu pujian Kristen terpopuler sepanjang masa.”7 Yang kedua adalah
data yang dikumpulkan dari Christian Copyright Licensing International
(CCLI). Dari laporan-laporan CCLI adalah mungkin untuk mengidentifikasi
lagu-lagu pujian yang paling sering digunakan di gereja-gereja.
Dari sumber-sumber ini, kami memeriksa 127 lagu-lagu pujian
yang sangat populer. Lalu kami menilai lirik-lirik dari masing-masing lagu
ini pada skala 1 sampai 4, dengan 1 mewakili lirik yang memperkokoh
pandangan saya-dan-Yesus dalam hal keselamatan dan kehidupan
Kristen, dan 4 mewakili suatu cara pandang injil kerajaan Allah dengan
pemahaman yang lebih luas tentang karya penebusan Kristus dan
panggilan kita untuk mengikut Kristus dalam misi shalom-Nya. Penilaian
rata-rata kami atas lagu-lagu itu adalah 1.57, condong ke arah injil yang
terlalu sempit.8

PEMURIDAN YANG TIDAK MEMADAI


Injil saya-dan-Yesus bukan hanya dikokohkan dalam banyak lagu-lagu
pujian populer, injil ini juga meresap dalam banyak buku-buku Kristen
paling populer. Christian Bookseller Association dan Evangelical Christian
Publishers Association memproduksi suatu daftar buku laris setiap
bulan. Selain daftar ini, ada daftar yang diproduksi oleh para penerbit,

isi 82 7/16/13 7:02 PM


083

pengulas buku, dan komentator injili, dan majalah-majalah tentang “buku-


buku terbaik tentang pemuridan Kristen.” Para asisten riset saya dan
saya memeriksa daftar buku-buku laris bulanan selama beberapa tahun
terakhir. Kami juga mengumpulkan berbagai daftar “buku-buku terbaik
tentang pemuridan” untuk mengidentifikasi naskah-naskah pemuridan
yang paling sering disebut. Kami menemukan tiga belas buku yang
memenuhi syarat secara umum, seperti The Cost of Discipleship oleh
Dietrich Bonhoffer dan The Divine Conspiracy oleh Dallas Willard.9
Patut dicatat bahwa daftar buku-buku Kristen laris dan daftar
buku-buku terbaik pemuridan tidak banyak tumpang tindih. Buku-
buku pemuridan terbaik seringkali ditandai oleh teologi injil kerajaan
Allah. Sedangkan buku-buku Kristen paling populer biasanya berfokus
pada relasi orang Kristen secara individu dengan Allah.10 Untuk
menyederhanakan, buku-buku yang paling kuat dalam teologi yang kokoh
yang bisa mendasari kehidupan seorang tsaddiq biasanya bukan buku-
buku yang dipilih oleh persentasi tertinggi dari para pembaca Kristen.
Seperti halnya banyak lagu pujian tidak banyak menggerakkan kita dari
sekedar injil yang individualistik dan sempit, banyak buku-buku tentang
“kehidupan Kristen” memperkokoh cara berpikir saya-dan-Yesus.
Ini bukanlah masalah baru. Pada tahun 1983, sosiolog James D.
Hunter memperhatikan karakter kekristenan injili yang terlalu individualistik.
Penelitiannya akan delapan penerbit Kristen yang produktif menemukan
sebanyak 87 persen dari buku-buku mereka berurusan dengan topik-topik
yang berkaitan dengan diri.11 Sekitar sepuluh tahun kemudian, seorang
pakar, David Wells dalam bukunya No Place for Truth menyesali bahwa
karena lazimnya pemahaman injil yang terlalu sempit, kekristenan injili
menjadi bercirikan kurangnya aplikasi yang kuat akan pemikiran alkitabiah
yang menyeluruh terhadap berbagai aspek kehidupan:

Menjadi injili secara sederhana berarti menjadi orang yang memiliki


semacam pengalaman relijius yang mewarnai aspek-aspek pribadi dari
kehidupan sehari-hari tetapi di dalamnya hanya sedikit elemen teologis
teridentifikasi yang bisa terlihat atau, ternyata, penting. Iman injili
diupayakan sebagai suatu daya tarik internal tetapi masalah eksternal
dan relevansi publik diabaikan.12

Pada tahun 2005, buku Ronald Sider The Scandal of the Evangelical
Conscience meneruskan kritik ini. Buku Sider dipicu oleh berbagai laporan
survei Barna dan Gallup yang menyatakan praktek-praktek orang-orang
Kristen tentang banyak masalah (misalnya, perceraian, materialisme, dan

isi 83 7/16/13 7:02 PM


084

rasisme) tidak bisa dibedakan dari perilaku orang-orang sekuler. Pada bab
tiga, Sider berargumen bahwa alasannya adalah orang-orang Kristen telah
menukar “injil yang utuh” dengan “injil murahan”:

Salah satu ironi paling mengherankan dalam Penginjilan kontemporer


adalah sebagian besar orang Kristen bahkan tidak mendefinisikan injil
seperti yang Yesus lakukan! ... Yesus tidak mendefinisikan injil sebagai
pengampunan dosa, walaupun berkali-kali ia menawarkan pengampunan
yang cuma-cuma dan bukan karena usaha. Sebagian besar pakar
Perjanjian Baru sekarang ini, baik yang injili maupun liberal, sepakat
bahwa aspek sentral dari pengajaran Yesus adalah injil kerajaan Allah.
... Pengampunan dosa berada pada pusat proklamasi Yesus akan injil
kerajaan Allah. Tetapi itu hanya merupakan bagian darinya.13

Dengan pemahaman seorang reduksionis akan kabar baik,


Sider menulis, terlalu banyak orang percaya berpikir mereka bisa hanya
menerima injil, kemudian “menjalani kehidupan yang penuh perzinahan,
materialistis, rasis” yang mereka jalani sebelumnya.14
Tuduhan Sider yang membangkitkan kontroversi diulangi pada
karya dari pengamat kekristenan injili yang terpercaya, Dallas Willard.
Bukunya yang terbit pada tahun 2006 The Great Omission didasarkan
pada klaim bahwa, karena injil yang sempit menguasai kekristenan injili,
kita mendapatkan petobat-petobat tetapi bukan pengikut-pengikut Yesus.
Selama beberapa dekade terakhir, Willard berkata, “Gereja-gereja di
dunia Barat belum menjadikan pemuridan sebagai suatu syarat untuk
menjadi seorang Kristen.”15 Dari pengalamannya selama bertahun-tahun
mempelajari khotbah dan pengajaran yang mewarnai kekristenan injili, ia
menyimpulkan bahwa injil biasanya disajikan hanya tentang pengampunan
dosa—titik. “Sebaliknya,” Willard menekankan, “saya berani berkata, injil
dari seluruh Perjanjian Baru adalah Anda bisa memperoleh hidup baru
sekarang di dalam kerajaan Allah jika Anda mau percaya kepada Yesus
Kristus.” Kesimpulannya tentang hasil tragis dari dominasi injil yang
sempit pada intinya sama dengan kesimpulan Sider: “Jika ada hal yang
seharusnya sudah kita ketahui sekarang, itu adalah injil pembenaran saja
tidak menghasilkan murid-murid.”16

IMPLIKASI DARI INJIL YANG TERLALU SEMPIT


Suatu konteks dimana banyak khotbah, musik, dan buku-buku Kristen
menekankan suatu pemahaman yang sangat individualistik akan injil

isi 84 7/16/13 7:02 PM


085

tidak menyediakan tanah yang subur untuk membina orang-orang


percaya yang mau hidup sebagai para tsaddiqim. Injil yang terlalu sempit
ini memfokuskan orang-orang percaya secara misional hanya pada
pekerjaan “memenangkan jiwa”. Tidak banyak yang dikatakannya tentang
pelayanan holistik Yesus atau natur komprehensif dari karya pemulihan-
Nya. Injil ini hanya berfokus pada masalah dosa pribadi saja, sehingga
memberi pengertian bahwa pembenaran adalah suatu urusan yang
hanya berkaitan dengan moralitas pribadi (sedikit lebih dari itu ditambah
keadilan sosial). Injil ini memfokuskan orang-orang percaya hanya untuk
memperoleh tikat ke sorga, tetapi tidak banyak berbicara tentang seperti
apa hidup mereka di dunia ini seharusnya terlihat. Dengan kata lain, injil
ini hanya berfokus pada dari apa kita telah diselamatkan, ketimbang juga
memberitahu kita untuk apa kita telah diselamatkan.

PANDANGAN TENTANG SORGA YANG TIDAK MEMADAI


Jika injil yang terlalu sempit adalah alasan pertama mengapa kita
bukan tsaddiqim, alasan kedua yang berkaitan erat dengan itu adalah
pandangan kita tentang sorga yang tidak memadai. Dalam buku
Surprised by Hope: Rethinking Heaven, the Resurrection, and the Mission
of the Church, teolog N.T. Wright menekankan bahwa kebanyakan orang
Kristen “tetap puas dengan apa yang sebenarnya versi yang terpangkas
dan terdistorsi dari pengharapan agung alkitabiah.”17 Berdasarkan
survei-survei pada masyarakat Inggris, Wright berkata pandangan
yang merajai dari pengharapan Kristen yang terutama adalah “naik ke
sorga”.18 Ini mencakup suatu perasaan yang samar-samar tentang jiwa
kita berada bersama Allah selama-lamanya di suatu tempat “di atas
sana.” “Gambaran populer” tentang sorga ini, sesal Wright, “dikokohkan
berkali-kali dalam himne-himne, doa-doa, monumen-monumen, dan
bahkan karya-karya teologia dan sejarah yang cukup serius.”19
Di sini, di sisi lain samudera Atlantik, penulis Randy Alcorn telah
memperhatikan masalah yang serupa. Ia berkata walaupun mayoritas
kredo-kredo Kristen menegaskan kebangkitan tubuh, banyak orang
percaya di A.S. “merohanikan” konsep ini. “Mereka tidak menolaknya
sebagai doktrin, tetapi mereka mengingkari makna pentingnya:
kembalinya secara permanen kepada keberadaan fisik dalam suatu alam
semesta yang bersifat fisik juga. Dari orang-orang Amerika yang percaya
akan kebangkitan dari kematian, dua pertiganya percaya mereka tidak
akan memiliki tubuh setelah kebangkitan.”20

isi 85 7/16/13 7:02 PM


086

Bertentangan dengan pandangan yang populer tentang sorga


sebagai keberadaan yang halus di atas awan, pandangan alkitabiah
yang ada adalah Allah akan menciptakan kembali baik sorga dan bumi
dan menggabungkan keduanya selama-lamanya. Gambaran akan akhir
dunia “bukanlah tentang jiwa-jiwa yang ditebus berjalan ke arah suatu
sorga yang tidak berwujud tetapi tentang Yerusalem Baru yang turun
dari sorga ke bumi, mempersatukan keduanya dalam rengkuhan yang
kekal.”21 Alkitab mengajarkan kita bahwa apa yang menantikan kita di
hidup setelah kematian adalah hidup yang berwujud dalam suatu alam
semesta yang diciptakan ulang yang disebut bumi yang baru. Ruang,
waktu, dan materi semuanya akan ditebus.22
Pemahaman-pemahaman yang terdistorsi akan sorga dan
kehidupan setelah kematian memiliki efek korosif pada pemikiran Kristen
tentang bagaimana harus menjalani kehidupan ini dalam dunia kita yang
rutin dan sehari-hari. Jika kita (secara keliru) percaya pada akhirnya,
bumi akan dihancurkan sepenuhnya23 dan hanya roh-roh kita yang akan
hidup selama-lamanya, agak sulit membayangkan menjadi tsaddiqim
yang memiliki gairah akan hal-hal seperti penatalayanan lingkungan
atau reformasi budaya. Agak sulit untuk tetap berkomitmen terhadap
pekerjaan-pekerjaan kultural seperti itu jika mereka semua akan lenyap
sepenuhnya pada akhirnya. Jika semua itu akhirnya akan dibakar habis,
bukankah jerih payah kita di dunia ini akan sia-sia?
Terhadap pertanyaan seperti itu, Alkitab memberi jawaban
“Tidak!” yang bergema. Dalam 1 Korintus 15:58, Rasul Paulus
menasihati orang-orang percaya untuk “berdiri teguh” dan “giatlah selalu
dalam pekerjaan Tuhan. Sebab kamu tahu bahwa dalam persekutuan
dengan Tuhan jerih payahmu tidaksia-sia.” Wright menjelaskan ayat
ini muncul pada ujung perayaan Paulus tentang kebangkitan. Nasihat
ini sangat masuk akal saat mengaitkan kebangkitan di masa yang
akan datang dengan “bergiat dengan pekerjaan di masa kini,” ujar
Wright. “Tujuan kebangkitan, seperti yang telah dipaparkan Paulus di
sepanjang surat itu, adalah bahwa kehidupan dalam tubuh sekarang
ini bukan tidak berharga hanya karena tubuh itu akan mati. Allah akan
membangkitkannya kepada hidup yang baru. Apa yang Anda lakukan
dengan tubuh Anda di masa kini penting karena Allah menyimpan masa
depan yang hebat untuk itu.”24
Kebenaran ini memiliki signifikansi yang penting bagi kehidupan
vokasi kita. Apa yang kita lakukan di masa kini—“melukis, berkhotbah,
menyanyi, menjahit, berdoa, mengajar, membangun rumah sakit,

isi 86 7/16/13 7:02 PM


087

menggali sumur, mengampanyekan keadilan, menulis puisi, mengurus


orang-orang yang membutuhkan, mengasihi sesama seperti diri Anda
sendiri—akan bertahan sampai ke masa depan yang ditentukan Allah,”
kata Wright. Aktivitas-aktivitas seperti itu semuanya adalah bagian
dari “apa yang mungkin kita sebut membangun bagi kerajaan Allah.”25
Pekerjaan kita tidak sia-sia, karena kita “mencapai sesuatu yang pada
akhirnya nanti akan menjadi bagian dari dunia Allah yang baru.”26
Apa arti dari semua ini saat diterapkan pada misi gereja adalah
bahwa kita “akan bekerja di masa kini untuk tanda-tanda awal dari
keadaan akhir di mana Allah adalah ‘segala-galanya’, saat kerajaan-Nya
telah datang dan kehendak-Nya terjadi ‘di bumi seperti di sorga.’”27

TIDAK SEMUDAH ITU MENJADI TSADDIQIM


Yang diselidiki dalam bab ini adalah, Mengapa tidak lebih banyak orang
bertingkah laku sebagai tsaddiqim? Yang telah kita lihat sejauh ini adalah
dengan suatu teologia yang tidak memadai—suatu injil yang terpangkas—
kita tidak memiliki suatu visi tentang hidup yang sesuai dengan maksud
kerajaan Allah. Dan itu adalah masalah besar, karena keselarasan
seperti itu berada pada inti dari kebenaran sejati. Tidak mengherankan,
saat orang-orang Kristen mengkhotbahkan suatu injil yang terutama
individual—dan ini telah diperkokoh melalui lagu-lagu yang kita nyanyikan
dan buku-buku yang kita baca—konsepsi kita tentang kebenaran telah
menjadi kurang seimbang. Konsep kita menjadi condong kepada
kesalehan pribadi dengan mengorbankan keadilan sosial.
Apalagi, dengan suatu teologia yang intinya adalah tentang
memperoleh suatu tiket ke sorga jika aku mati, tidak mengherankan
banyak orang Kristen tidak menunjukkan banyak minat terhadap
pertanyaan tentang bagaimana kita harus hidup saat ini, dalam dunia
ini. Saat gereja-gereja kita mengajarkan suatu keselamatan yang hanya
dari (dari dosa dan maut), tidak sulit untuk memahami mengapa begitu
banyak orang percaya tampaknya tidak tahu untuk apa keselamatan.
Dan jika kita mengkhotbahkan injil yang hanya, atau terutama, tentang
“menyelamatkan jiwa”, kita seharusnya tidak terkejut jika kita akhirnya
hanya memiliki jemaat-jemaat yang tidak terlalu termotivasi untuk peduli
akan tubuh dan kebutuhan-kebutuhan materi.
Tetapi ini bukan satu-satunya alasan kita tidak menjadi
tsaddiqim. Alasan penting lainnya adalah posisi makmur dan berkuasa
yang memungkinkan penatalayanan yang benar yang bisa memajukan

isi 87 7/16/13 7:02 PM


088

keadilan dan shalom juga bisa menjadi si penggoda yang memanggil kita
menjauh dari pengorbanan untuk kerajaan Allah.
Kurangnya akuntabilitas. Orang-orang bijak telah mengajar di
sepanjang zaman bahwa kekuasaan bisa merusak orang. Siapapun yang
mengalami berada “di bawah lampu sorot” tahu bagaimana hak istimewa
seperti itu bisa membuat suara hati yang sudah jatuh dalam dosa
untuk semakin berani membisikkan kepada diri kita tentang pentingnya
diri kita. Saat karpet merah digelar bagi Anda, saat Anda diundang ke
acara kumpul-kumpul eksklusif, makin sulit untuk memerangi ego yang
terpompa. Saat Anda adalah orang paling atas, sulit untuk menghindari
rasa bangga. Tambahkan semua ini kepada bobot dari kekayaan—kuasa
kekayaan untuk membelokkan hati dari ketergantungan yang penuh
kerendahan hati kepada Allah—dan Anda bisa memahami mengapa
banyak orang Kristen yang makmur di dunia ini mendapati diri mereka
sulit menjadi tsaddiqim pada saat yang sama.
Nyanyian kemakmuran si penggoda membuat sangat penting
bahwa para pengkhotbah di jemaat kelas menengah dan yang lebih kaya
mendorong anggota-anggota mereka untuk bergabung dalam kelompok-
kelompok kecil akuntabilitas. Di sana mereka bisa meminta untuk saling
mengajukan pertanyaan sulit tentang bagaimana mereka mengelola
kualitas hak-hak istimewa, kekayaan, dan kuasa yang mengerosi iman.28
Dalam buku Faith in the Halls of Power, Michael Lindsay menemukan
sangat sedikit orang Kristen yang diwawancarainya berpartisipasi
dalam persekutuan-persekutuan seperti itu. Mungkin kurangnya
akuntabilitas ini menolong menjelaskan mengapa ia mendapati begitu
sedikit orang yang diwawancarainya memandang kekayaan “sebagai
sumber untuk memberi manfaat kepada masyarakat, bukan kepada
individu saja.”29
Masalah isolasi. Terakhir, selain masalah godaan yang
menyusahkan ini, riset Lindsay mengidentifikasi masalah lain:
terasingnya profesional-profesional Kristen dari orang-orang di luar kelas
sosioekonomi mereka. Pikirkan rangkaian pengamatan Lindsay ini:

Mereka cenderung berinteraksi dengan jenis orang yang sama,


entah itu di Los Angeles, London, atau Lima. Mereka mungkin lebih sering
bepergian dan berinteraksi dengan berbagai budaya yang berbeda, tetapi
pada sebagian besar waktu, mereka tetap berada dalam dunia sosial,
profesional, dan ekonomi yang sederajat. Dengan demikian orang-orang
Kristen kosmopolitan ini terlindungi dari dunia ketidaksetaraan ekonomi
seperti halnya yang dialami rekan-rekan sekuler mereka.30

isi 88 7/16/13 7:02 PM


089

Orang-orang Kristen di Hollywood tidak banyak bedanya dari orang


lain dalam industri hiburan. Mereka mengendarai mobil mewah, tinggal di
komunitas eksklusif, dan khawatir bahwa ketenaran dan talenta mereka
akan menguap dalam sekejap.31
Para eksekutif Kristen cenderung menerima barang-barang materi
dari suatu gaya hidup mewah tanpa mempertanyakannya.32

Di dalam dunia kemakmuran dan penuh hak istimewa mereka


yang homogen, banyak dari orang-orang Kristen yang Lindsay wawancarai
tidak pernah berhubungan dengan orang-orang miskin (atau bahkan
kelas pekerja). Teman-teman mereka adalah orang-orang yang seperti
mereka, dari kalangan elite yang sama.
Kemungkinan besar, isolasi yang Lindsay temukan di kalangan
orang percaya yang ditelitinya mungkin akan sedikit tidak terlalu parah
jika individu-individu itu adalah anggota aktif dari gereja setempat—tetap
banyak di antaranya tidak demikian. Dalam suatu kolom yang ditulis
dengan penuh pemikiran di USA Today pada tahun 2008, Lindsay
menyatakan, “Saya terkejut mendapati lebih dari separuh—60%—
memiliki kadar komitmen yang rendah terhadap denominasi dan gereja
mereka. Beberapa hanya mendaftarkan namanya sebagai anggota saja;
lainnya secara aktif tidak terlibat dalam kehidupan gereja.”33
Ini problematik karena keterpaparan pribadi akan kebutuhan-
kebutuhan itu seringkali menjadi prasyarat dari suatu gaya hidup
yang memiliki kemurahan yang mendalam dan penuh pengorbanan
bagi sesama. Komitmen tentang uang, waktu, dan energi pribadi
bisa berkembang jika orang-orang yang mujur benar-benar melihat
penderitaan orang miskin dan lemah.34 Keterpaparan ini kemudian bisa
membawa orang-orang percaya untuk benar-benar bertumbuh sebagai
tsaddiqim—orang-orang yang bukan hanya menolong orang miskin tetapi
mengenal mereka dalam relasi-relasi yang nyata.

KESIMPULAN
Dalam remuk redamnya Afrika Selatan sebelum jatuhnya apartheid,
Michael Cassidy bekerja tanpa kenal lelah untuk membina orang-
orang Kristen kulit putih yang mau hidup sebagai tsaddiqim. Pada inti
pekerjaannya adalah khotbah yang kuat dan alkitabiah tentang kisah
penciptaan Allah yang agung, kejatuhan manusia ke dalam dosa,
penebusan, dan penggenapan. Ia menantang orang-orang percaya untuk
meninggalkan iman yang hanya bersifat pribadi yang memberi mereka

isi 89 7/16/13 7:02 PM


090

alasan untuk tidak bekerja keras sebagai murid-murid Kristus, meniru


hidup Yesus yang penuh pengorbanan, dan berpusat pada sesama.
Cassidy bekerja tanpa kenal lelah bersama para pemimpin untuk
menolong gereja “menyatukan langkah di mana komponen-komponen
vertikal dan horizontal dari injil dibawa pada keseimbangan.”35
Cassidy juga bekerja keras untuk menunjukkan kepada orang-
orang percaya di Afrika Selatan bahwa kekristenan bukan hanya
tentang memiliki tiket ke sorga. Kekristenan adalah tentang bekerja
demi pembaharuan masyarakat sekarang ini dengan cara-cara yang
“memancarkan lebih nyata ketuhanan Kristus atas segala lingkup
kehidupan manusia.”36 Ia mengajar bahwa orang-orang percaya adalah
penduduk dari dua kota—duniawi dan sorgawi—dan mereka “tidak
diperbolehkan meninggalkan yang mana pun.” Tugas mereka adalah
bekerja dalam dunia materi ini sebagai “suatu tampilan permukaan dari
kerajaan Allah di bumi.” Mereka harus berfungsi sebagai “pengumuman
tertulis” bagi dunia yang mengamati mereka bahwa “ada realita yang
lebih dari apa yang terlihat ... Karena kita mengasihi sesuatu lebih dari
dunia ini, kita mengasihi dunia [ini] lebih dari mereka yang tidak mengenal
dunia lainnya.”37 Baginya, pemikiran yang benar tentang pengharapan
abadi kita membentuk perilaku yang benar dalam hidup ini.
Pada akhirnya, Cassidy tahu yang sama pentingnya dengan
teologia yang akurat adalah perlunya menolong orang-orang percaya
kulit putih mengatasi isolasi mereka. Tanpa relasi-relasi pribadi dengan
orang-orang kulit hitam yang menderita di bawah apartheid, dan tanpa
keterpaparan pribadi kepada kondisi kehidupan sebenarnya dari orang-
orang kulit hitam, Cassidy tahu kebanyakan orang-orang percaya kulit
putih tidak akan mau mengambil resiko yang dibutuhkan bagi keadilan dan
shalom. Sehingga ia mengorganisir program pertukaran yang melaluinya
orang-orang Kristen kulit putih akan pergi dan tinggal selama seminggu
di rumah sesama orang Kristen di kota-kota orang-orang kulit hitam.
Melalui program-program seperti itu, Cassidy melihat teman-teman
kulit putihnya akhirnya paham, akhirnya mereka bisa memahami realitas
sosial mereka dan panggilan yang mengikutinya untuk keterlibatan yang
berani atas nama keadilan.38
Atas pemeliharaan Allah, banyak dari jeritan kaum tertindas
di Afrika Selatan telah terjawab. Syukurlah, bangsa itu melepaskan
kebijakan jahat apartheid pada awal tahun 1990an—dan orang-orang
Kristen seperti Cassidy dan pengikut-pengikutnya memainkan peran
penting dalam mukjizat itu.

isi 90 7/16/13 7:02 PM


091

Sekarang ini, di kota-kota di negara ini dan di negara-negara


lain, banyak anak-anak Allah terus menjerit bagi keadilan dan shalom.
Gereja-gereja injili di Amerika memiliki kesempatan tak terhitung untuk
membuat komunitas-komunitas ini bersukacita. Ini akan terjadi saat
gereja-gereja kita menghasilkan pengikut-pengikut Kristus yang hidup
sebagai tsaddiqim.

isi 91 7/16/13 7:02 PM


isi 92 7/16/13 7:02 PM
093

4
-----------------------------------------------------------------

BAGAIMANA INJIL
KERAJAAN MENUMBUHKAN
PARA TSADDIQIM
-----------------------------------------------------------------
Yesus memikat orang ke dalam
suatu misi kerajaan Allah sejak awal.
JAMES CHOUNG

I
njil yang terlalu sempit yang kita pelajari di bab sebelumnya tidak
memberikan fondasi teologis yang cukup untuk menumbuhkan para
pengikut Kristus yang benar, yang mempraktekkan penatalayanan
vokasi. Apa yang dibutuhkan sebenarnya adalah penyajian yang kuat
akan injil kerajaan Allah dari Yesus.

INJIL KERAJAAN ALLAH


Injil Yesus dipusatkan pada pengumuman-Nya bahwa kerajaan yang
sudah lama dinantikan telah memasuki sejarah manusia. Untuk
memahami apa makna pengumuman seperti itu bagi pendengar mula-
mula membutuhkan ulasan atas apa yang disebut beberapa teolog
sebagai Narasi Agung sejarah penebusan.

isi 93 7/16/13 7:02 PM


094

Narasi itu dimulai dengan penciptaan. Pada awalnya, Allah


kita yang penuh kasih dan pemurah mewujudkan suatu firdaus yang
mengagumkan. Ia meletakkan manusia dalam firdaus itu, di mana
mereka menikmati shalom yang sempurna: damai dengan Allah, damai
dengan diri sendiri, damai dengan sesama, dan damai dengan tatanan
ciptaan yang ada.
Tragisnya, manusia-manusia pertama tidak menaati satu
perintah Allah, untuk tidak makan buah dari pohon pengetahuan yang
baik dan yang jahat. Ketimbang menikmati tempat mereka sebagai
wakil penguasa di bawah kedaulatan Allah yang pemurah, mereka
ingin berkuasa. Dosa mereka dikenal sebagai Kejatuhan, dan ini
mengubah segala sesuatu. Relasi mereka dengan Allah rusak, karena
kecurigaan dan rasa takut menggantikan sukacita dan rasa percaya.
Kesejahteraan psikologis mereka ternoda saat mereka mengalami
disorientasi dan malu. Relasi mereka dengan satu sama lain menjadi
penuh konflik. Mereka mengacungkan jari menyalahkan satu sama
lain, dan mereka bersembunyi dari satu sama lain. Damai antara
manusia dan tatanan ciptaan juga rusak saat Allah mengusir Adam
dan Hawa dari Taman Eden dan mengutuk tanah itu sendiri. Sebagai
akibat dosa manusia pertama, penderitaan, kejahatan, keterasingan,
rasa sakit, konflik, susah payah dalam bekerja, kesia-siaan, kelangkaan,
dan kematian memasuki dunia.
Namun bahkan di tengah-tengah tragedi kosmik ini, suatu
garis anugerah Allah yang mengagumkan terlihat. Dalam Kejadian 3
kita melihat Allah mencari anak-anak-Nya. Dengan penuh kemurahan
Dia membuatkan mereka pakaian untuk menutupi ketelanjangan
mereka. Dan, yang terpenting, Dia menjanjikan kepada mereka
seorang juruselamat—seorang penebus yang akan meremukkan
kepala kejahatan.
Dari Kejadian 3 sampai awal Perjanjian Baru, anugerah Allah
terus berlanjut bahkan dalam menghadapi dosa dan pemberontakan
kronis umat-Nya. Allah seringkali harus memberi penghukuman,
tetapi Dia berjanji tidak akan pernah meninggalkan komitmen-Nya
akan pemulihan sepenuhnya. Bahkan, Dia menginspirasi banyak nabi-
nabi dengan visi-visi akan pemulihan di masa yang akan datang itu
(termasuk perikop-perikop tinjauan pendahuluan yang kita periksa di
bab satu).
Lalu, seperti yang ditulis oleh seorang penyanyi-pencipta lagu
Michael Card, Allah mengucapkan “kata terakhir-Nya” dalam inkarnasi

isi 94 7/16/13 7:02 PM


095

Yesus.1 Yesus adalah “ya” dan “amin” dari Allah bagi semua janji
pemulihan dan penebusan (2 Kor 1:20). Yesus datang mengumumkan
bahwa di dalam Dia janji-janji yang ada dalam perikop-perikop tinjauan
pendahuluan sudah digenapi. Keselamatan dari-Nya adalah sesuatu yang
utuh dalam mengatasi segala dimensi Kejatuhan. Melalui kehidupan,
kematian, dan kebangkitan-Nya, Dia mengatasi semua efek Kejatuhan.
Dia membayar harga dosa-dosa kita dan segala dosa, menerima
penghukuman Allah di atas kayu salib. Kebangkitan-Nya membawa
kemungkinan-kemungkinan shalom yang diperbaharui antara manusia
dan Allah, di dalam diri manusia itu sendiri, antar manusia, dan antara
manusia dengan tatanan ciptaan.
Namun walaupun Yesus mengatakan pekerjaan kerajaan-
Nya telah dimulai di dunia, Dia menjelaskan itu semua belum
selesai—dan tidak akan selesai sampai Dia datang kembali untuk
menggenapinya. Undangan penginjilan-Nya adalah untuk datang dan
memasuki kerajaan-Nya sekarang, merengkuh-Nya sebagai Raja yang
sejati yang suatu hari nanti akan diakui oleh seluruh alam semesta.
Dalam injil Yesus, keselamatan jelas melibatkan karya penebusan
individual yang vital dan agung. Mereka yang percaya akan Kristus
bagi keselamatan mereka menerima pengampunan atas dosa-dosa
mereka dan suatu relasi yang dipulihkan bersama Allah. Mereka
memasuki janji ke dalam kehidupan kekal. Namun, tergambar dari
kisah penciptan/Kejatuhan/penebusan/ penggenapan, bahwa
karya penebusan Yesus lebih dari sekedar menyelamatkan jiwa-
jiwa secara individual. Penebusan-Nya telah menggenapkan tidak
kurang dari janji pemulihan firdaus di mana shalom dengan segala
dimensinya akan bertahta.
Pada tahun 2008, pemimpin InterVarsity James Choung
melakukan sesuatu yang tak ternilai bagi dunia Kristen saat ia
menerbitkan suatu diagram baru sederhana untuk menjelaskan injil
kerajaan Allah ini.2 Ilustrasi Empat Lingkaran Choung (lihat gambar 4.1)
menceritakan kisah Kristiani dari paradigma penciptaan/Kejatuhan/
penebusan/penggenapan. Tidak seperti ilustrasi Jembatan, presentasi
Choung memusatkan kisah injil langsung pada Allah dan misi Allah di
dalam dunia, ketimbang pada manusia dan keberdosaan mereka.

isi 95 7/16/13 7:02 PM


096

Dirancang Untuk Kebaikan Dirusak Oleh Kejahatan

Diutus Bersama Untuk Menyembuhkan Dipulihakan Untuk Lebih Baik

-----------------------------------------------------------------
Gambar 4.1 Empat Lingkaran Choung

Presentasi Choung dimulai dengan bertanya kepada orang-


orang tidak percaya apa pendapat mereka tentang keadaan dunia—dan
bagaimana perasaan mereka tentang hal itu. Kebanyakan mengakui dunia
sangat rusak, ditandai oleh penderitaan, ketidakadilan, dan pengasingan.
Kebanyakan orang juga mengakui mereka merasa sedih akan hal ini, dan
berharap keadaan bisa berbeda. Choung kemudian menggambarkan
lingkaran pertama yang menggambarkan dunia yang rusak.
Choung kemudian memanfaatkan kerinduan universal akan
suatu dunia yang lebih baik itu. dengan mengikuti pendekatan apologetika
klasik C.S. Lewis, ia berargumen bahwa seperti halnya rasa lapar universal
menyatakan realitas adanya makanan, demikian pula kerinduan universal

isi 96 7/16/13 7:02 PM


097

akan dunia yang lebih baik, lebih adil, damai, dan sehat menyatakan entah
dunia seperti itu dulunya pernah ada atau suatu hari nanti akan ada. Lalu
ia menyatakan bahwa inilah sebenarnya yang diajarkan oleh Kekristenan.
Kini ia menggambarkan lingkaran lain. Lingkaran ini
menggambarkan tatanan dunia yang baik yang diciptakan dalam Kejadian
1. Ia menjelaskan Allah pada awalnya menciptakan suatu dunia yang
penuh shalom, ditandai oleh keindahan, kebaikan, dan keselarasan. Ada
damai antara manusia dan Allah, antara manusia, dan antara manusia
dengan lingkungan yang diciptakan. Kemudian ia melabeli lingkaran kedua
ini sebagai “Dirancang untuk kebaikan.”
Dengan keberadaan mencolok dari dua lingkaran pertama di
hadapannya, mudah kini bagi Choung untuk mengangkat pertanyaan
yang jelas: Bagaimana kita bisa berpindah dari dunia sempurna yang
dulunya ada ke dalam dunia kacau yang kini kita diami? Pada titik ini,
Choung memperkenalkan konsep kejahatan dan dosa. Dosa adalah titik
fundamental di mana manusia berbalik dari Allah dan jalan-jalan-Nya, untuk
mendudukkan diri di tahta. Sekali orang melakukan itu, mereka mulai
menggunakan dunia alamiah dan relasi-relasi manusia untuk keuntungan
yang egois. Ini merusak segala sesuatu—lingkungan, diri kita sendiri, relasi-
relasi manusia kita, dan relasi kita dengan Allah. Berpikir jalan mereka
sendiri akan membawa kehidupan, manusia-manusia berdosa malah
mendapati mereka terasing secara total. Keluar dari jalan kehidupan dari
Allah, mereka mendapati pembusukan dan kematian. Mereka berdiri di
bawah murka Allah.
Choung kemudian menambahkan garis-garis yang lebih
berlekuk-lekuk ke lingkaran pertama untuk menggambarkan semua
relasi yang rusak ini, dan ia menamainya “Dirusak oleh kejahatan”.
Gambarnya menangkap natur dosa yang meresapi segala sesuatu.
Tidak seperti ilustrasi Jembatan, yang menyoroti keterpisahan orang-
orang berdosa secara individual dari Allah, gambar ini menunjukkan
bagaimana dosa mempengaruhi keempat relasi fundamental yang pada
awalnya diciptakan bagi shalom. Ini menyoroti bagaimana segala sesuatu
ternoda oleh dosa; menggarisbawahi bahwa hanya suatu penebusan
yang menyeluruh yang bisa memulihkannya.
Choung kemudian menjelaskan kepada para pendengarnya Allah
tidak mau meninggalkan kita sendirian dalam dosa kita di dalam dunia
yang rusak ini. Kabar baiknya adalah Allah dengan sangat pemurah sudah
kembali ke planet ini dalam diri Putra-Nya Yesus untuk menyembuhkannya.
Yesus memasuki dunia kita yang rusak, menawarkan jalan rekonsiliasi,

isi 97 7/16/13 7:02 PM


098

kesempatan untuk kembali kepada Allah melalui-Nya. Yesus membiarkan


diri-Nya terinfeksi oleh penyakit dosa (Dia menanggungnya demi kita) dan
dengan berani, dengan penuh pengorbanan membayar hukuman atas
dosa-dosa itu dengan diri-Nya sendiri di kayu salib.
Kini Choung menggambarkan lingkaran ketiga dengan suatu
anak panah besar yang menggambarkan masuknya Yesus ke dalam
dunia kita yang dirusak dosa. Ia menjelaskan Yesus datang untuk
memulai suatu gerakan resistensi terhadap segala kejahatan. Melalui
pelayanan-Nya yang memberi kehidupan, Dia mulai menekan kutukan
dan menawarkan kepadaorang untuk mencicipi awal kerajaan baru yang
dibawa-Nya. Dia mati di kayu salib, membayar sepenuhnya hukuman atas
murka Allah terhadap dosa. Kemudian Dia dibangkitkan dengan penuh
kemenangan atas maut, siap menghembuskan roh kehidupan-Nya
kepada mereka yang mau mengatakan ya kepada-Nya.
Mereka yang berespons kepada undangan Yesus untuk memasuki
kerajaan-Nya menerima pengampunan untuk dosa mereka dan penyembuhan
akan kerusakan mereka. Dia memberi mereka anugerah hidup kekal
dan membawa mereka masuk ke dalam keluarga Allah. Yesus kemudian
menunjukkan kepada kita suatu cara baru untuk hidup. Dia memerintahkan
kita untuk percaya dan taat kepada-Nya dan menempatkan Roh-Nya di dalam
kita untuk memberdayakan kita untuk bertumbuh menjadi makin seperti
Dia. Saat relasi kita dengan-Nya menjadi makin dewasa, kita mengalami
penyembuhan batiniah yang mendalam. Kita memperoleh motivasi dan kuasa
untuk mengupayakan relasi-relasi yang disembuhkan, diperdamaikan, dan
adil dengan orang lain. Dan jalan terbuka bagi kita untuk mengambil sekali
lagi tugas kita sebagai pengelola yang bijak atas bumi. Kini Choung menamai
lingkaran ketiga ini sebagai “Dipulihkan untuk menjadi lebih baik.”
Choung kemudian menggambarkan lingkaran ketiga. Kisahnya
akan injil tidak berakhir dengan pengorbanan Kristus dan keselamatan
kita (kita “menerima tiket ke sorga”). Tidak, kini ia menggambarkan suatu
anak panah mendatar dari lingkaran “Dipulihkan untuk menjadi lebih
baik” kepada lingkaran keempat yang dinamai “Diutus bersama-sama
untuk menyembuhkan menyembuhkan.” Kini—dengan tepat—percakapan
tentang keselamatan dikaitkan dengan suatu percakapan tentang
pemuridan. Choung menjelaskan Yesus menawarkan kita keselamatan
dari dosa kita dan akibat-akibatnya (yaitu, kematian kekal) dan Dia
memanggil kita untuk bergabung dengan-Nya dalam gerakan resistensi-
Nya terhadap kejahatan. Dalam penggambaran Choung tentang injil, kita
mendengar Yesus berkata, “Mari, ikutlah Aku.”

isi 98 7/16/13 7:02 PM


099

Injil yang terlalu sempit yang disajikan dalam ilustrasi Jembatan


tidak memiliki komponen pemuridan ini. Ini menciptakan suatu bahaya
memproduksi orang-orang Kristen yang pada intinya tetap tinggal pada
lingkaran ketiga. Mereka bertahan di sana dengan tiket pribadi mereka
ke sorga, dalam “kerumunan orang kudus”, menikmati persekutuan
dengan Allah dan orang-orang percaya lainnya, tetapi diceraikan dari
misi Allah. Ini adalah suatu bagian besar yang memotivasi Choung untuk
merancang suatu cara alternatif untuk menyajikan injil. Ia menjelaskan:

Kehidupan setelah kematian mengambil prioritas yang besar di atas


kehidupan misi dalam penjelasan injil yang ada sekarang ini. Mereka
menyiratkan bahwa injil adalah sesuatu yang terjadi setelah kematian,
bukan sekarang. Bahkan jika mereka mengatakan tentang suatu relasi
dengan Allah di masa kini, mereka sering menekankan apa yang bisa
diperoleh orang daripadanya—sukacita, damai sejahtera, penyembuhan,
kemakmuran. Sebagai akibatnya, kita mengundang orang ke dalam suatu
relasi dengan Yesus tanpa menyebutkan tentang missio Dei, berharap
bisa melakukannya nanti. … Tetapi Yesus menarik orang ke dalam suatu
misi kerajaan Allah sejak awal.3

IMPLIKASI TENTANG CARA KITA MEMAHAMI INJIL


Injil yang dikhotbahkan dalam jemaat-jemaat kita berdampak besar
terhadap menjadi seperti apa jemaat kita nantinya. Secara spesifik,
pemahaman jemaat akan injil mempengaruhi pandangan mereka akan
tiga arena yang penting bagi hidup sebagai tsaddiqim: pengudusan,
penginjilan, dan misi. Itulah sebabnya penting bagi para pemimpin
misional mengkhotbahkan injil “yang besar” kerajaan Allah.
Pengudusan. Injil yang besar menolong kita memahami
pengudusan adalah masalah mengikuti bukan hanya karakter Kristus,
tetapi juga gairah dan identitas-Nya. Para pemimpin misional tentu saja
harus cepat menegaskan bahwa mengikuti karakter Yesus yang kudus
sangat penting. Moralitas dan pertumbuhan pribadi dalam buah Roh
adalah bagian penting hidup benar, tetapi ini juga tidak lengkap. Menjadi
seperti Yesus juga berarti melihat diri kita seperti yang dilakukan-Nya,
sebagai “orang-orang yang diutus,” dan berminat tentang hal-hal yang
diminati-Nya. Marilah melihat masing-masing darinya secara singkat.
Yesus memiliki hasrat yang kuat akan keadilan dan shalom. Kita
melihat hal ini saat Dia menjungkirbalikkan meja-meja para penukar uang
yang serakah di bait Allah (Yoh 2:14-16), saat Dia memanggil orang-orang

isi 99 7/16/13 7:02 PM


100

Farisi untuk mempertanggungjawabkan perbuatan-perbuatan mereka


yang tidak adil (Mar 7:9-13), dan saat Dia dengan sengaja menjangkau
orang-orang yang terbuang dari masyarakat: mereka yang miskin, cacat,
penderita kusta. Yesus juga memiliki hasrat tentang rekonsiliasi antara
berbagai jenis orang. Dia menjangkau melampaui batasan-batasan jenis
kelamin, suku, dan agama untuk melayani perempuan Samaria di sumur
(Yoh 4) dan sepuluh penderita kusta di Lukas 17. Kesatuan juga adalah
suatu nilai inti bagi Yesus; pikirkan, misalnya, doanya yang sungguh-
sungguh dalam Yoh 17. Dan, seperti Bapa-Nya, Yesus juga memiliki
hasrat tentang orang-orang yang miskin, yang mudah terluka, yang sakit,
dan orang-orang asing. Menjadi seperti Dia adalah mengadopsi semua
hasrat ini menjadi hasrat kita.
Apalagi, pengudusan yang sejati berarti kita secara sengaja
mengidentifikasi diri dengan identitas Yesus. Dia melihat diri-Nya sendiri
sebagai “Yang diutus”, dan Dia menyebut kita orang-orang yang diutus.
Dengarkan lagi Yoh 20:21: “Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian
juga sekarang Aku mengutus kamu.” Pengudusan berarti bertumbuh makin
dalam ke dalam identitas kita sebagai orang-orang yang diutus—mereka
yang ditunjuk oleh Allah untuk berbuah, seperti yang dikatakan Yesus (Yoh
15:16). Bukan hanya para misionaris di gereja-gereja kita yang adalah orang-
orang yang diutus. Kita semua adalah orang-orang yang diutus.
Dalam mengajarkan poin ini, para pemimpin misional mungkin
harus mempertimbangkan untuk menggunakan suatu latihan untuk
menarik perhatian dari misionaris Darrow Miller. Miller memperhatikan
betapa berharganya Yoh 3:16 bagi banyak orang Kristen (“Karena begitu
besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-
Nya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak
binasa melainkan beroleh hidup yang kekal”). Di beberapa gereja injili,
Miller melaporkan, untuk menolong orang-orang yang belum Kristen
menangkap makna penting yang mengagumkan dari kasih yang besar
ini dan mempersonalisasikannya, para penginjil mendorong orang untuk
memasukkan namanya sendiri ke dalam ayat itu, menggantikan kata “dunia
ini.” Dengan demikian, Yoh 3:16 menjadi berbunyi, “Karena begitu besar
kasih Allah akan [Nama] sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang
tunggal supaya saya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Mengakui keabsahan hal ini, Miller kemudian menyarankan agar
para pengikut Kristus memanfaatkan teks yang mengaitkannya kepada
Yoh 20:21. Ini menolong kita menangkap pengutusan kita dengan lebih
baik. Ia mengusulkan kita untuk mempersonalisasikan Yoh 3:16 sehingga

isi 100 7/16/13 7:02 PM


101

berbunyi, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Dia
mengutusku ke dalam dunia.”
Nah, yang harus segera ditekankan adalah bahwa pengutusan
Yesus benar-benar unik. Hanya Dialah Mesias dan penebus sejati dari
Allah. Tetapi seperti yang telah jelas dari Yoh 20:21, Allah memiliki
maksud agar orang-orang percaya mengikuti Anak-Nya ke dalam dunia
sebagai pelayan-pelayan yang mau berkorban. Allah menunjukkan kasih-
Nya bagi mereka yang terhilang dan yang terkecil melalui Putra-Nya dan
melalui semua anak-anak-Nya yang berupaya, dalam kuasa Roh Kudus-
Nya, menjadi kaki tangan-Nya dalam pelayanan belas kasihan. Allah
dan Yesus telah mengutus kita ke dalam dunia.5 Pengudusan berarti
mengikut Yesus saat Dia mengutus kita ke setiap tempat dan setiap
lingkup masyarakat, memberi diri kita kepada pekerjaan pemulihan
segala sesuatu.
Penginjilan. Cara kita memahami injil juga membentuk
pendekatan kita terhadap penginjilan. Penyampaian kita akan mencakup
kabar baik yang vital tentang pembenaran pribadi oleh iman akan darah
Kristus yang menebus kita. Tetapi kita juga akan membicarakan tentang
kuasa Yesus dalam menebus segala relasi mendasar kita (dengan Allah,
diri sendiri, orang lain, dan bumi). Apalagi Lebih lagi, penyampaian injil kita
akan bersukaria di dalam kemenangan Yesus baik atas hukuman dosa
maupun kerusakan akibat dosa. Kita akan membagikan kabar baik bahwa
melalui karya penebusan Yesus kita bisa dibersihkan dan menjadi utuh.
Kita akan merayakan kabar baik bahwa Dia menjadikan kita ciptaan baru
dan Dia menjanjikan pemulihan segala sesuatu.
Injil kerajaan Allah seharusnya juga membentuk ulang bahasa yang
kita gunakan dalam penginjilan. Biasanya, jemaat dilatih untuk mendorong
para pencari Allah untuk “meminta Yesus masuk ke dalam hati mereka.”
Namun, ini tidak mencerminkan bahasa yang Yesus sendiri gunakan.
Undangan penginjilan-Nya adalah, “Mari, masuklah ke dalam kerajaan-
Ku.” Karenanya, para penyebar injil kerajaan Allah harus mendorong para
pencari Allah untuk berespons terhadap undangan Yesus untuk mendekat
dan bergabung dengan hati-Nya. Persekutuan yang intim dengan Yesus
terjadi saat kita pergi bersama-Nya. Teolog Jerman Dietrich Bonhoeffer
menyatakannya demikian: “Allah bukanlah penonton dan Pribadi yang
berbagi hidup dengan kita, betapa pun pentingnya itu, namun kitalah
pendengar yang penuh hormat dan partisipan dalam tindakan Allah dalam
kisah kudus, sejarah Kristus di bumi. Dan sejauh kita ada di sana, maka
Allah berada bersama kita hari ini.”6

isi 101 7/16/13 7:02 PM


102

Injil kerajaan Allah juga membawa kita untuk menginvestasikan


lebih banyak pikiran dan energi dalam karya misional untuk memberlakukan
dan mendemonstrasikan hati Allah di dalam dunia. Kita mengakui hidup
kita dan perkataan kita adalah pesan-pesan tentang Allah kepada dunia
yang mengamati. Inilah yang dipelajari oleh satu gereja di California saat
gereja itu mempelajari dan merenungkan selama tiga tahun berita yang
ada dalam Lukas 10 dan Matius 10, tentang Yesus mengutus murid-
murid-Nya. Pendeta Ryan Bell menulis,

Kami telah … belajar tentang kebutuhan kita untuk terus menerus


berubah ke arah injil. Sedikit demi sedikit, injil yang Yesus berikan kepada
murid-murid-Nya untuk dibagikan, tercatat dalam Matius 10, telah
digantikan oleh suatu injil yang tidak berwujud dan abstrak tentang pergi
ke sorga setelah Anda mati. Tetapi perhatikan dalam Matius 10 Yesus
tidak mengutus murid-murid dengan suatu yang mirip dengan injil “pergi
ke sorga.” Dia berkata, “beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat”
(Mat 10:7). Perbedaannya adalah, ini adalah suatu injil tentang sorga
datang ke bumi, bukan tentang kita naik ke sorga. Jelas juga injil ini lebih
tentang demonstrasi ketimbang penyajian. Yesus memang menyuruh
mereka untuk “memberitakan” kabar baik. Tetapi dengan cara apa?
“Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang
kusta; usirlah setan-setan” (Mat 10:8). Kita telah menemukan bahwa
untuk menjadi saksi Allah kita perlu dipertobatkan ulang ke dalam injil
kerajaan Allah “yang sudah dekat”.7

Misi. Pemahaman kita akan injil juga mempengaruhi pandangan


kita akan misi. Seperti yang sudah kita ketahui, injil kerajaan Allah
menyoroti panggilan fundamental bagi gereja untuk bergabung dengan
Yesus Sang Raja dalam misi untuk menawarkan kepada dunia untuk
mencicipi keadilan dan shalom. Ini membentuk pemahaman kita akan
misi gereja dalam empat cara tambahan.
Pertama, injil kerajaan Allah memperjelas tiga prioritas teratas
dari misi Tuhan kita. Seperti yang diartikulasikan dalam khotbah penobatan-
Nya dalam Lukas 4, mereka adalah penginjilan, belas kasihan, dan keadilan.
Kedua, injil kerajaan Allah menarik kita kepada pelayanan holistik,
memperhatikan kebutuhan-kebutuhan rohani dan materi orang. Pelayanan
ini melakukannya dengan menunjukkan perhatian kita bukan hanya kepada
kematian Yesus, tetapi juga kepada hidup-Nya. Penelitian seksama atas
hidup Yesus mengungkapkan Dia tidak memperlakukan orang seperti jiwa-
jiwa tanpa raga. Pelayanan penyembuhan-Nya sangat penting. Ketika Dia

isi 102 7/16/13 7:02 PM


103

mengutus murid-murid-Nya, itu adalah untuk melakukan tugas penginjilan


dan pekerjaan penyembuhan (Mereka 3:14-15; Luk 9:1-2).
Ketiga, injil kerajaan Allah membentuk misi dengan mendorong
kita untuk berpikir secara lebih “kosmis” tentang kejahatan ketimbang
injil yang terlalu sempit. Injil seperti itu berfokus pada dosa individual dan
penebusan pribadi. Injil kerajaan Allah berfokus pada itu plus kehancuran
akibat kutukan kosmik yang jangkauannya luas. Injil ini memproklamirkan
bukan hanya penebusan orang-orang berdosa secara individual tetapi juga
penghancuran pekerjaan iblis dan pemulihan segala sesuatu.8 Maka, orang-
orang kerajaan Allah mencari kuasa Yesus untuk “mengikat orang kuat”
dan “merampok rumahnya” (Mereka 3:27). Mereka mengakui bahwa misi
mencakup mengenyahkan kutuk, memerangi kejahatan dan ketidakadilan.9
Terakhir, injil kerajaan Allah membentuk arah misi kita. Dengan
fokus kita kepada hidup dan pelayanan Yesus sebagai teladan, kita jadi
melihat walaupun Dia mengasihi semua orang, langkah-langkah-Nya
cenderung membawa-Nya kepada mereka yang miskin. Dalam hal ini
Yesus hanya mengikuti jejak Bapa-Nya. Alkitab mengajarkan bahwa Allah
“tidak memandang bulu” (Ul 10:17). Tetapi Alkitab juga melukiskan suatu
gambaran yang sangat konsisten akan Allah bertindak secara kuat untuk
membela orang-orang miskin, anak-anak yatim, para janda, dan orang-
orang asing. Dia secara teratur menunjukkan suatu kepedulian khusus
bagi mereka. Pekerjaan misi kita seharusnya demikian pula.

MISSIO DEI: KITA MEMILIKI PERAN


Injil besar yang disajikan melalui alat-alat seperti Empat Lingkaran James
Choung meletakkan misi Allah, missio Dei, di depan dan di pusat. Kita
melihat Allah bergerak, melakukan pekerjaan-Nya untuk memulihkan
segala sesuatu. Visi seperti itu seharusnya memprovokasi penyembahan
kita yang penuh kekaguman: Betapa mengagumkannya Allah kita Sang
Juruselamat, yang mengalahkan segala kejahatan dan terus mengerjakan
penciptaan ulang firdaus! Tetapi ini seharusnya memprovokasi respons
lainnya juga. Yaitu, ini seharusnya menggerakkan kita untuk merengkuh
dengan penuh rasa terkejut sekaligus rendah hati dan percaya diri akan
peran pribadi kita dalam membangun kerajaan Allah.
Misionaris Australia Michael Frost dan Alan Hirsch membuat
poin ini sangat kuat dalam buku merekaThe Shaping of Things to Come
sehingga mereka layak dikutip panjang lebar:

isi 103 7/16/13 7:02 PM


104

Kita orang-orang Protestan pada dasarnya telah bergumul untuk


menegaskan tempat kita di dalam rencana penebusan Allah karena
takut mengembangkan suatu keselamatan karena usaha. Dalam upaya
kita untuk memastikan bahwa kedaulatan Allah tetap tak bercela, kita
cenderung merendahkan bagian vital yang Allah telah tetapkan bagi
umat manusia dalam penebusan dunia. Kita cenderung membuat suatu
formula tentang “Allah adalah segala-galanya” dan “kita bukan apa-
apa”. Hal ini bukan hanya sangat harus dipertanyakan secara teologis,
karena penuh dengan rasa benci diri yang dualistik, tetapi hal ini juga
tidak membawa kemuliaan apapun bagi Allah. Dalam fakta aktual hal ini
mungkin telah benar-benar menurunkan nilai investasi yang telah dibuat-
Nya dalam kemerdekaan manusia dan betapa berharganya gambar dan
rupa-Nya yang telah ditempatkannya dalam umat manusia. …
Kita bermitra dengan Allah dalam penebusan dunia. Ini bukan sekedar
masalah teologia atau kerohanian; ini adalah suatu masalah tentang
mengubah orientasi misiologi sepenuhnya. Ini akan memberi umat Allah
suatu pemahaman baru akan maksud Allah, suatu koneksi ilahi akan tindakan
sehari-hari. Kita perlu menangkap fakta bahwa dalam ekonomi Allah tindakan
kita memang memiliki suatu dampak abadi. Kita memang memperluas
kerajaan Allah dalam urusan-urusan dan aktivitas-aktivitas dan tindakan-
tindakan sehari-hari yang dilakukan didalam nama Yesus. Kita hidup di dalam
dunia yang belum ditebus. Tetapi dari setiap hidup manusia yang diserahkan
kepada Allah dan berkomitmen terhadap ciptaan-Nya, suatu benih penebusan
jatuh ke dunia, dan hasil panennya adalah untuk Allah!10

Seperti yang dikatakan N. T. Wright, “[Orang Kristen] bukan


hanya harus menjadi tanda dan cicipan dari keselamatan seutuhnya:
mereka harus menjadi bagian dari cara-cara di mana Allah mewujudkan
hal ini baik di masa kini maupun di masa depan.”11
Rencana Allah adalah untuk membawa shalom ke dalam dunia
yang rusak ini, tetapi Dia ingin melakukannya dalam kemitraan dengan
kita. Ini bisa terdengar sangat mengherankan bagi kita yang sangat
terdidik dalam realitas dosa-dosa kita sendiri. Saya beribadah di gereja
di mana kami melakukan pengakuan dosa setiap hari Minggu. Ini bisa
diterima, tetapi bisa beresiko mengomunikasikan kepada orang-orang
percaya bahwa kisah Kristiani dimulai di Kejadian 3 dan bukan di Kejadian
1. Kita diciptakan dengan kemuliaan pada awalnya; semua umat manusia
menyandang martabat diciptakan dalam gambar dan rupa Allah. Dosa
telah sangat menodai gambaran itu tetapi tidak menghilangkannya.
Apalagi, orang-orang percaya yang ditebus oleh Yesus disebut
orang-orang kudus di sepanjang Perjanjian Baru. Suatu pemahaman

isi 104 7/16/13 7:02 PM


105

yang benar akan diri kita (sebagai ciptaan baru) adalah bahwa kita adalah
orang-orang kudus yang berbuat dosa. Seperti yang sering dikatakan
oleh salah satu mantan pendeta saya, kita adalah tongkat-tongkat
yang bengkok, tetapi Allah bisa membuat pukulan yang lurus dengan
menggunakan kita. Jika kita menganggap diri kita hanya sebagai cacing-
cacing tanpa harapan yang terus menerus berbuat dosa dan tidak bisa
memberi apapun, kita tidak akan percaya diri kita mampu memenuhi
panggilan kita sebagai rekan-rekan sekerja Allah yang telah dirancang
oleh-Nya bagi pekerjaan-pekerjaan baik (Efesus 2:10).
Tetapi, Allah tidak membutuhkan kita—kita harus jelas tentang
hal ini. Dia Mahakuasa. Bukan karena kekurangan sesuatu maka Dia
mencari kita sebagai mitra. Tidak, kita menjadi mitra-mitra-Nya karena
Dia telah memilih untuk bertindak bersama kita. Kita adalah mitra-
mitra-Nya karena undangan-Nya. Ini hanya karena cara inilah yang telah
ditentukan oleh Pencipta Alam Semesta yang maha bijaksana.12
Sementara itu, walaupun kita memiliki panggilan untuk bergabung
dengan-Nya dalam pekerjaan kerajaan-Nya, kita sebenarnya tidak bisa
melakukannya terlepas dari ketergantungan total kita terhadap-Nya.
Jadi Allah tetap memperoleh segala kemuliaan. Sia-sialah usaha orang
yang membangun, jika bukan Dia yang membangun rumah. Kita hanya
melakukan “pekerjaan-pekerjaan besar” yang Yesus prediksikan dalam Yoh
14 jika kita tinggal pada pokok anggur. “Di luar Aku,” Dia memperingatkan,
“kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15:5). Menegaskan kemitraan
yang aneh dan mengagumkan yang telah Allah rancang antara diri-
Nya sendiri dan kita umat manusia yang rapuh ini untuk mengerjakan
pekerjaan-pekerjaan-Nya di dalam dunia tidak mengurangi kemuliaan-Nya.
Ini justru menonjolkannya—karena betapa penuh kasihnya Bapa kita karena
mengundang kita untuk bekerjasama seperti itu.
Kisah yang diceritakan tentang kehidupan Kristen dalam injil
yang terlalu sempit tidak menangkap realitas dan hak istimewa yang
mengagumkan ini bahwa kita—orang-orang berdosa yang diselamatkan—
adalah bagian dari rencana Allah untuk menyembuhkan dunia. Injil yang
terlalu sempit mengajarkan kita dari apa kita telah diselamatkan: dosa,
neraka, dan maut. Dan itu memang kabar yang sangat baik. Namun injil
kerajaan Allah mengajarkan bukan hanya dari apa kita diselamatkan, tetapi
juga untuk apa kita diselamatkan. Kita memiliki suatu tujuan, kita memiliki
suatu panggilan kudus, kita memiliki vokasi yang dari Allah: bermitra
bersama Allah dalam karya-Nya untuk memulihkan segala sesuatu.
Apa yang bisa lebih menggairahkan dari itu?

isi 105 7/16/13 7:02 PM


isi 106 7/16/13 7:02 PM
B A G I A N 2
---------------------------------------------

MEMURIDKAN BAGI
PENATALAYANAN VOKASI

isi 107 7/16/13 7:02 PM


isi 108 7/16/13 7:02 PM
109

5
-----------------------------------------------------------------

MENGINTEGRASIKAN
IMAN DAN PEKERJAAN
STATUS QUO
TIDAKLAH CUKUP
-----------------------------------------------------------------
Tidak ada hal lain di mana gereja
telah begitu kehilangan genggamannya
akan realita dibandingkan kegagalannya
untuk memahami dan menghormati
vokasi sekuler.
DOROTHY SAYERS

D
i bab-bab mendatang, kita akan bertemu dengan arsitek-ar-
sitek, insinyur-insinyur, pemilik bisnis, sejarawan, penghibur,
fotografer, ahli kimia, penari, sales, pengacara, dan penilai
rumah Kristen. Kisah-kisah penatalayanan vokasi mereka
menarik dan mencerahkan. Namun, seringkali mereka mem-

isi 109 7/16/13 7:02 PM


110

ulainya dengan suatu nada sedih. Banyak dari pengikut-pengikut Kristus


ini hampir tidak menerima pengajaran apapun dari gereja mereka ten-
tang bagaimana mereka mengintegrasikan iman dan pekerjaan mereka.
Sebagai akibatnya, banyak di antara mereka bertanya-tanya pada awal
kehidupan Kristiani mereka apakah komitmen mereka kepada Yesus
berarti mereka harus meninggalkan profesi sekuler mereka untuk me-
masuki “pelayanan Kristen penuh waktu.”
Kisah-kisah mereka—dan tiga tahun penelitian yang mendasari
buku ini—telah meyakinkan saya sekarang ini bahwa ribuan profesional
Kristen duduk di bangku-bangku gereja, bertanya-tanya, Bisakah aku ber-
partisipasi dalam misi Yesus—dan melakukannya dengan menggunakan
karunia-karunia dan keterampilan-keterampilan yang telah Allah berikan
kepadaku? Jawabannya adalah ya yang bergaung—tetapi kata seperti itu,
tragisnya, tidak umum terdengar di banyak jemaat-jemaat Kristen.1
David Miller dari Princeton University, yang mengarahkan Faith
and Work Initiative di sana, telah melakukan penelitian bertahun-tahun
tentang topik ini. Ia melaporkan,

Gereja secara umum menjauhkan diri dari topik [pekerjaan], dan sekolah-
sekolah teologia serta seminari-seminari kita tidak lebih baik dari itu.
Kurang dari 10 persen jemaat gereja, menurut survei, bisa mengingat
kapan terakhir kalinya pendeta mereka berkhotbah tentang topik peker-
jaan. Jika ia memang berkhotbah tentang pekerjaan, tidak terhindarkan
nadanya mengkritik—jika tidak bermusuhan—dan menggambarkan se-
mua pebisnis sebagai serakah dan tidak peduli. Pendeta-pendeta jarang
yang menghargai dunia kerja sebagai suatu tempat bagi jemaatnya untuk
menjalani panggilan ilahi mereka. Entah Anda seorang sekretaris atau
seorang CEO, orang-orang di bangku gereja jarang mendengar dari mim-
bar bahwa Allah memiliki suatu rencana yang mencakup pekerjaan Anda,
dan bahwa iman Anda bisa menolong memberitahu Anda bagaimana
Anda harus mendekati pekerjaan Anda.2

Apalagi, penerbitan-penerbitan berkala yang ditujukan kepada


sebagian besar pendeta dan pemimpin-pemimpin gereja tidak sering
membahas masalah-masalah integrasi iman dan pekerjaan. Asisten-
asisten penelitian saya dan saya memilih-milih dari bertahun-tahun ter-
bitan Leadership Journals, The Christian Century, dan Discipleshipo
Journal, mencari topik-topik seperti itu. Pencarian online dengan meng-
gunakan kata kunci mengungkapkan 152 kecocokan dengan kata voca-
tion pada Leadership Journal—tetapi lebih dari 95 persen di antaranya

isi 110 7/16/13 7:02 PM


111

adalah tentang vokasi sebagai pendeta. Kami hanya memperoleh sem-


bilan hasil dari mencari vocation di The Christian Century, dan tiga di
antaranya adalah tentang panggilan pastoral. Discipleship Journal mem-
beri kami empat puluh satu kecocokan, tetapi hanya satu yang tentang
integrasi iman dan pekerjaan bagi kaum awam.
Walaupun banyak orang Kristen tidak menerima tuntunan dari
gereja-gereja mereka, mereka mungkin mendengar tentang integrasi
iman/pekerjaan dari sumber-sumber parachurch. Ratusan buku-buku
telah ditulis tentang topik ini.3 Juga ada banyak pelayanan marketplace
yang tersedia bagi pebisnis-bisnis Kristen untuk bergabung. Menurut
Steven Rundell dan C. Neal Johnson dari Calvin College, “Menurut salah
satu perkiraan, sekarang ini setidaknya ada 1.200 organisasi yang mem-
promosikan integrasi iman dan kerja, dengan berbagai cara, belum lagi
lusinan acara yang digelar setiap tahun di seluruh dunia yang mendorong
orang-orang bisnis untuk ‘membawa iman mereka ke tempat kerja.’”4
Dan orang-orang percaya lainnya berpartisipasi dalam suatu
komunitas profesional Kristen. Sekitar empat puluh asosiasi seperti ini
ada saat ini.5 Mereka berkisar antara Affilliation of Christian Geologist
sampai Christian Veterinary Society. Artis, aktor, koki, dokter, dokter gigi,
ekonom, ahli kehutanan, wartawan, ahli perpustakaan, perawat, apotek-
er, ilmuwan politik, sosiolog—dan lebih banyak lagi—semuanya memiliki
persekutuan profesional mereka.
Pendeknya, walaupun orang-orang Kristen tidak banyak menden-
gar tentang cara mengintegrasikan iman dengan pekerjaan dari mim-
bar, ada sumber daya dan organisasi yang signifikan secara kuantitas
dalam komunitas Kristen yang lebih luas tempat mereka bisa bertanya.
Untuk bisa memuridkan umat merekadengan baik bagi penatalayanan
vokasi, para pemimpin jemaat perlu memahami apa yang telah dipela-
jari anggota-anggotanya dari sumber-sumber lain ini tentang integrasi
iman/pekerjaan.

PEMIKIRAN-PEMIKIRAN KRISTEN TENTANG INTEGRASI


IMAN DAN PEKERJAAN
Buku yang ditulis oleh seorang pakar, David Miller, tentang sejarah gera-
kan Faith at Work (Iman di tempat kerja) dimulai dengan pengamatan,
“Upaya modern tentang integrasi ini memiliki akar teologis kuno.”6 Di
sepanjang sejarah Kristen, Miller menjelaskan, orang-orang beriman
telah merenungkan pertanyaan tentangbagaimana mengekspresikan

isi 111 7/16/13 7:02 PM


112

iman mereka di dalam dan melalui kerja keras mereka. Teolog-teolog


Reformasi, misalnya, sangat tertarik atas “vokasi dalam kehidupan dan
pekerjaan sehari-hari.”
Memfokuskan diri lebih banyak pada sejarah yang lebih bela-
kangan, Miller menyelidiki tiga gelombang gerakan Faith at Work (FAW):
era injil sosial (1890-1945), era pelayanan orang awam (1946-1980),
dan era FAW modern (1980 sampai sekarang). Ia mendiskusikan orang-
orang yang berperan, organisasi-organisasi, peristiwa-peristiwa, dan ide-
ide dari setiap gelombang. Menjelang akhir bukunya, Miller menggam-
barkan bahwa tema-tema utama dalam gerakan itu masuk ke dalam
empat kategori atau kuadran utama: etika, penginjilan, pengayaan, dan
pengalaman. Masing-masing cara mengekspresikan iman melalui peker-
jaan dibahas di bawah ini.
Kuadran satu: Etika. Individu-individu dan organisasi-organisa-
si dalam kuadran etika terutama telah mengintegrasikan iman di tem-
pat kerja “melalui perhatian terhadap nilai-nilai pribadi, etika bisnis, dan
pertanyaan-pertanyaan lebih luas tentang keadilan sosial dan ekonomi,”
papar Miller.8 Aktivitas-aktivitas dalam kuadran ini mencakup segala
sesuatu mulai dari seminar-seminar etika sampai persekutuan bisnis
Kristen yang menyediakan kesempatan kepada anggota-anggotanya
untuk mendiskusikan dilema-dilema moral dan saling menjaga pertang-
gungjawaban. Orang-orang Kristen dalam kuadran ini peduli tentang me-
nyeimbangkan secara tepat tuntutan pekerjaan dengan keluarga. Mere-
ka ingin bertumbuh dalam hikmat untuk menangani godaan keberhasilan
sekuler dan juga aktivitas-aktivitas sosial yang amoral yang diijinkan atau
bahkan didorong di dalam organisasi yang mempekerjakan mereka.
Isu-isu yang diatasi di sini mungkin mencakup menipu dalam membuat
laporan biaya, mendahulukan kepentingan perusahaan di atas relasi ma-
nusia, atau mengelola beban yang diakibatkan pada pernikahan karena
lamanya perjalanan-perjalanan bisnis.
Secara umum, diskusi-diskusi tentang etika dibatasi pada mo-
ralitas pribadi. Namun beberapa anggota kuadran ini memang memiliki
kepedulian yang melampaui isu-isu ini kepada isu-isu yang berkaitan den-
gan “kebenaran sosial”. Seperti yang dijelaskan Miller,

Partisipan-partisipan FAW lain dalam tipe [etika], walaupun bukan tidak


peduli terhadap etika pribadi, lebih memusatkan diri pada etika bisnis dan
topik-topik yang mempengaruhi skala menengah yang lebih luas yaitu
perusahaan. Partisipan-partisipan FAW dengan akses ini membahas

isi 112 7/16/13 7:02 PM


113

isu-isu seperti seleksi, kualitas, keamanan produk, pengungkapan kesala-


han, kesetiaan, dan periklanan. Lainnya berfokus pada pertanyaan-per-
tanyaan etika makro yang melibatkan tanggungjawab korporasi kepada
masyarakat secara luas dan keadilan ekonomi berkenaan dengan semua
pemangku kepentingan dan lebih banyak lagi. Isu-isu bisnis yang biasanya
dibahas oleh kelompok dengan orientasi etika makro mencakup analisa
lingkungan dalam hal memproduksi dan keputusan-keputusan produk,
kondisi pekerjaan lepas pantai dan upahnya, serta kompensasi kepada
kaum eksekutif.9

Kuadran dua: Penginjilan. Seperti yang diungkapkan oleh


namanya, orang-orang beriman dalam kuadran ini terutama tertarik
dalam mengintegrasikan iman dengan pekerjaan mereka melalui upaya-
upaya penginjilan. Ini termasuk mengembangkan persahabatan dengan
rekan kerja dari kepercayaan lain (atau tanpa kepercayaan); mengada-
kan PA di tempat kerja; menyelenggarakan acara-acara atau konferensi-
konferensi yang menawarkan mimbar-mimbar bagi orang-orang percaya
untuk membagikan iman mereka kepada orang-orang tidak percaya di
dalam organisasi mereka; atau menyediakan konselor-konselor rohani
atau chaplain di dalam perusahaannya. Full Gospel Businessmen’s Fel-
lowship International dan Fellowship of Companies for Christ Internation-
al adalah dua kelompok yang menonjol dalam kuadran penginjilan. Miller
juga menempatkan Center for FaithWalk Leadership serta Priority As-
sociates (suatu divisi dari Campus Crusade) dalam kategori ini.10
Upaya-upaya dan aktivitas-aktivitas oleh kelompok-kelompok
di dalam kuadran ini telah menghasilkan banyak buah. Menurut Os
Hillman, direktur dari organisasi nirlaba Marketplace Leaders yang
berbasis di Atlanta, “Amerika kini menjadi rumah bagi 10.000 kelom-
pok PA dan kelompok doa di tempat kerja, dengan inisiatif-inisiatif
baru dimulai di perusahaan-perusahaan seperti Sears, Coca-cola, dan
American Airlines.”11
Kuadran tiga: Pengayaan. Tema ketiga dalam gerakan FAW
adalah tranformasi pribadi dan pembinaan rohani. Organisasi-organ-
isasi di sini (yang diperhatikan Miller seringkali merupakan hibrid relijius
seperti “Christian Buddhist” atau New Age) ingin pengalaman individual
tentang kerja menjadi alat aktualisasi dan transformasi diri. Mereka ter-
tarik dalam penyembuhan, doa, meditasi—praktek-praktek terapetik dan
kontemplatif untuk menolong pekerja-pekerja. Praktek-praktek seperti itu
bisa menolong pekerja-pekerja yang kehilangan semangat atau terkena
PHK, atau mereka bisa membawa suatu level kedamaian baru bagi ek-

isi 113 7/16/13 7:02 PM


114

sekutif-eksekutif korporasi yang terlalu stress. Memaksimalkan potensi


seseorang juga merupakan suatu fokus utama kuadran ini.
Kuadran empat: Pengalaman. Kuadran ini terbentuk dari kelom-
pok-kelompok FAW yang meneliti pertanyaan-pertanyaan tentang “vokasi,
panggilan, makna, dan tujuan di dalam dan melalui profesi-profesi market-
place mereka.”Yang penting, bagi kelompok ini, pekerjaan “memiliki makna
dan tujuan baik intrinsik maupun ektrinsik. Yaitu, pekerjaan tertentu yang
orang kerjakan, di dalam dan melaluinya, memiliki nilai teologis,” ujar Mill-
er.12 Orang-orang Kristen dalam kuadran ini menyesali pandangan umum
bahwa pekerjaan sekuler dianggap “kelas bawah” atau bahwa hanya mela-
lui suatu “karir pelayanan” (seperti menjadi pendeta atau misionaris) se-
seorang bisa benar-benar menjalankan imannya. Organisasi-organisasi ini
menyediakan konseling, buku-buku, dan konferensi-konferensi untuk meno-
long individu-individu menemukan panggilan mereka dan menyelaraskan
karunia-karunia alamiah dan rohani mereka dengan karir-karir di mana
talenta-talenta itu bisa dimanfaatkan dengan baik.

TIPE INTEGRATOR DI MANA SAJA


Miller dengan benar menegaskan kekuatan-kekuatan masing-masing
kuadran sambil menyatakan bahwa pendekatan paling sehat adalah
pendekatan yang mengombinasikan semua tema-tema ini. Ia mendapati
beberapa contoh dari kelompok-kelompok FAW yang mewujudkan jenis
“Integrator Di Mana Saja” ini, termasuk Laity Lodge Leadership Forum
dan CEO Forum dari Campus Crusade.13 Kelompok-kelompok langka ini
menganggap serius semua isu yang diangkat oleh keempat kuadran.
Tipe Integrator Di Mana Saja dari Miller ini paling dekat den-
gan konsep penatalayanan vokasi untuk kebaikan bersama. Jenis ini
menganggap serius tiga dimensi kebenaran (vertikal, internal, dan so-
sial). Kekristenan injili bisa meghasilkan lebih banyak orang percaya yang
bertindak tanduk seperti tsaddiqim di dalam dan melalui profesi-profesi
mereka jika pelayanan marketplace, kelompok-kelompok profesional, dan
buku-buku tentang iman/pekerjaan menolong menggerakkan orang se-
banyak mungkin ke arah tipe Integrator Di Mana Saja yang digambarkan
Miller. Seberapa baik kah kita melakukannya?

PELAYANAN-PELAYANANMARKETPLACE
Untuk menjawabnya, para asisten penelitian saya dan saya sendiri me-
nyelidiki visi dan aktivitas-aktivitas dari limabelas “pelayanan marketplace”

isi 114 7/16/13 7:02 PM


115

injili.14 Kami menyimpulkan kebanyakan dari mereka masuk ke dalam


kuadran satu (etika) atau dua (penginjilan) dari Miller. Duabelas dari ke-
limabelas kelompok itu terutama berfokus untuk memenangkan orang
bagi Kristus di tempat kerja melalui PA, penginjilan dan doa dan/atau
mendorong anggota-anggota mereka untuk menjadi saksi-saksi yang
baik. Pelayanan-pelayanan ini cenderung menawarkan kelompok-kelom-
pok kecil, konferensi, acara-acara, dan pertemuan-pertemuan di mana
kesaksian-kesaksian dibagikan dan doa serta konseling ditawarkan.
Mereka mempromosikan pemuridan dan penginjilan pribadi.
Misi dari Fellowship of Companies for Christ International
(FCCI), misalnya, demikian, “Dalam upaya kepada maksud-maksud kekal
Kristus, kami memperlengkapi dan mendorong para pemimpin bis-
nis untuk mengoperasikan bisnisnya dan menjalani kehidupan pribadi
mereka sesuai dengan prinsip-prinsip alkitabiah.”15 Tujuan utama FCCI
adalah untuk memfasilitasi persekutuan di antara para pebisnis Kristen
dan “mempersiapkan mereka secara lebih baik untuk menangani situa-
si-situasi bisnis sehari-hari dengan cara-cara yang memuliakan Kristus
dalam roh dan kebenaran.”16
Sebagai tambahan kepada penekanan-penekanan pada mo-
ralitas pribadi, persekutuan/ dorongan dan penginjilan, beberapa dari
organisasi yang kami selidiki menunjukkan elemen-elemen kuadran tiga
(pengayaan). Kelompok-kelompok ini mendorong pekerja-pekerja untuk
bergantung secara praktis dan sehari-hari pada Roh Kudus yang ber-
diam dalam diri mereka untuk memberi kuasa pada pekerjaan mereka.
Mereka menawarkan kurikulum PA dan buku-buku renungan harian dan
mendorong orang-orang Kristen dalam bisnis untuk membentuk kelom-
pok-kelompok doa. Bahan PA bulanan Henry Blackaby “God in the Work-
place”, misalnya, “berfokus untuk menolong orang tahu bagaimana cara
praktis berjalan dalam relasi yang nyata dan pribadi dengan Allah di tem-
pat kerja mereka.”17 Pelayanan ini juga menawarkan kelas-kelas online
yang menolong orang bertumbuh secara rohani dan mengenali hadirat
Allah dalam hidup mereka sehari-hari.
Tidak satupun dari pelayanan marketplace yang kami teliti mas-
uk ke dalam kuadran empat (pengalaman), di mana pekerjaan itu sendiri
dihargai dan dikontemplasikan secara mendalam. Dan tidak satupun
yang merefleksikan tipe Integrator Di Mana Saja.
Ketidakseimbangan ini mungkin menolong menjelaskan menga-
pa Michael Lindsay, setelah mewawancarai lebih dari seratus pemimpin
bisnis Kristen untuk bukunya Faith in the Halls of Power, menemukan

isi 115 7/16/13 7:02 PM


116

hanya sedikit orang yang memiliki visi yang maju dan mempraktekkan
integrasi iman/kerja.18 Orang-orang bisnis seperti itu tidak memperoleh
pemuridan yang cukup dari gereja-gereja mereka, dan banyak orang
yang berpartisipasi dalam pelayanan marketplace tidak didorong terlalu
jauh secara kreatif juga.
Ijinkan saya mengatakan bahwa pelayanan-pelayanan market-
place telah memainkan peran yang penting dan berharga dalam kera-
jaan Allah. Mereka telah memperkuat pemuridan orang-orang percaya
di tengah-tengah rimba raya dunia kerja modern. Mereka telah meno-
long eksekutif-eksekutif yang sungguh-sungguh untuk tetap berjalan lurus
dalam menghadapi godaan-godaan pribadi dan korporasi yang sangat
sulit. Mereka telah berkontibusi terhadap stabilitas pernikahan dan me-
nolong eksekutif-eksekutif Kristen menghindari membuat karir mereka
sebagai berhala. Dan mereka telah memperkenalkan orang-orang non-
Kristen di tempat kerja kepada Yesus dalam cara-cara yang menawan,
ramah, dan relevan. Semua ini sangat bagus dan patut dipuji. Hanya saja
masih ada ruang bagi integrasi iman/kerja yang lebih mendalam, lebih
kaya, lebih kreatif.

KOMUNITAS-KOMUNITAS PROFESIONAL KRISTEN


Bagaimana dengan pekerja-pekerja Kristen yang ada di luar komunitas
bisnis? Seberapa kokoh dan kreatif mereka mengintegrasikan iman dan
kerja? Untuk mulai memahami pertanyaan saya, saya dan para staf saya
meneliti visi, misi, dan program-program dari dua puluh tiga komunitas
profesional Kristen.20 Kami mendapati mayoritas dari asosiasi-asosiasi
ini lebih berfokus internal ketimbang eksternal. Maksudnya, tujuan-tujuan
utama mereka berhubungan dengan dukungan terhadap anggota, perse-
kutuan, dan belajar antar sesama.
Sekitar separuh dari komunitas profesional memiliki suatu fokus
signifikan pada penginjilan. Tidak banyak yang memiliki fokus eksplisit ten-
tang etika. Tampaknya para anggotanya tidak menghadapi dilema etika
sebanyak tantangan intelektual yang mereka hadapi tentang iman mere-
ka. Dalam beberapa kelompok, banyak diskusi berfokus pada memaha-
mi disiplin-disiplin ilmu profesional dari cara pandang alkitabiah. Tujuan
utama dari Association for Christians in Mathematical Sciences (ACMS),
misalnya, adalah menolong anggota-anggota “menggali relasi dari iman
mereka dalam disiplin ilmu mereka.”21 Ini dicapai melalui konferensi-kon-
ferensi dan suatu jurnal.

isi 116 7/16/13 7:02 PM


117

ACMS dan kelompok-kelompok akademik lainnya terutama beru-


saha menjadi organisasi pendukung dan jejaring dengan penekanan khu-
sus pada saling belajar dan diskusi antar sesama tentang isu-isu yang
berkaitan dengan disiplin mereka. Misalnya, The Christian Neuroscience
Society menggambarkan dirinya sebagai “suatu kelompok orang-orang
Kristen yang tertarik untuk meningkatkan dialog antara ilmu syaraf dan
kebenaran iman Kristen.”22
Jumlah yang lebih kecil dari asosiasi-asosiasi seperti ini terlibat
dalam aktivitas-aktivitas yang berfokus eksternal. Kelompok-kelompok
seperti Association of Christian Librarians dan Christian Legal Society,
misalnya, melibatkan anggota-anggotanya dalam pekerjaan misi praktis
dengan menggunakan keterampilan profesional mereka. Para ahli per-
pustakaan mendukung sesama ahli perpustakaan di negara-negara lain,
menolong sekolah-sekolah membangun perpustakaan. Para pengacara
menyumbangkan waktu mereka untuk melayani orang-orang miskin mel-
alui klinik-klinik bantuan hukum.
Christian Engineering Society (CES) adalah suatu campuran
menarik dari fokus internal dan eksternal. Anggota-anggota berkumpul
setiap tahun dalam suatu konferensi besar, di mana para pembicara me-
nangani berbagai isu. Acara-cara ini meningkatkan persekutuan, jejaring,
doa dan saling belajar. Pada saat yang sama, topik-topik makalah sangat
condong terhadap tindakan-tindakan praktis di dunia. Seperti yang dika-
takan salah satu penyaji,

Insinyur memenuhi suatu tempat khusus di dalam Mandat Penciptaan


[Mandat Budaya]. Hanya ada sedikit profesi yang tujuannya lebih lang-
sung berkaitan dengan menaklukkan ciptaan untuk menjadi manfaat bagi
umat manusia ketimbang bidang tehnik. Profesi insinyur di mana-mana
berkait dengan membuat dunia menjadi sedikit lebih baik bagi umat ma-
nusia sambil menggali dan menggunakan sumber-sumber dayanya untuk
memproduksi manfaat-manfaat besar bagi orang-orang di mana pun.23

CES mempromosikan keterlibatan anggota dalam kesempatan-


kesempatan langsung bagi penatalayanan vokasi melalui badan-badan
nirlaba seperti Engineers Without Borders, Engineering Ministries Inter-
national, Water Missions International, dan TechServe International.
Sekitar sepertiga dari asosiasi-asosiasi profesional, terutama
yang berkaitan dengan seni (Christians in Theatre Arts, Christians in the
Visual Arts, Christian Dance Fellowship), fokusnya sebagian besar ada-
lah pada mempromosikan kecemerlangan seni mereka. Di website bulan

isi 117 7/16/13 7:02 PM


118

Maret 2010 dari Christians in the Visual Arts, misalnya, menggambar-


kan maksudnya sebagai “mendorong orang-orang Kristen dalam bidang
seni visual untuk mengembangkan panggilan-panggilan khusus mereka
ke tingkat profesional tertinggi yang ada.”24 Dalam asosiasi akademis
seperti Christians in Political Science, Christian Association for Psycho-
logical Studies, dan Christian Sociological Society, anggota-anggotanya
didorong ke arah kecemerlangan dalam mengajar, melakukan penelitian,
dan penebitan.
Sedikit organisasi, yang paling menonjol adalah Christian Medi-
cal and Dental Society (CMDA), cocok dengan kategori Miller tentang tipe
Integrator Di Mana Saja:

CMDA mempromosikan posisi-sisi dan membahas kebijakan-kebijakan


tentang isu-isu perawatan kesehatan, menyelenggarakan proyek-proyek
penginjilan medis di luar negeri melalui tangan misinya, Global Health
Outreach; mengoordinasikan suatu jejaring dokter-dokter Kristen untuk
persekutuan dan pertumbuhan profesional; mensponsori pelayanan-
pelayanan mahasiswa di sekolah-sekolah kedokteran dan kedokteran
gigi; mendistribusikan sumber-sumber daya pendidikan dan inspirasi;
menyelenggarakan konferensi-konferensi pernikahan dan keluarga; me-
nyediakan sumber-sumber daya untuk meneruskan pendidikan bagi dok-
ter-dokter di dunia ketiga; dan menyelenggarakan program pertukaran
akademik di luar negeri.25

CMDA terlibat dalam penginjilan pada beberapa garis depan


(di sekolah-sekolah medis di Amerika Serikat dan melalui misi medis di
luar negeri). Badan ini bergulat dengan pertanyaan-pertanyaan rumit
tentang bioetika. Badan ini berusaha menolong anggota-anggotanya
menemukan makna dalam pekerjaan mereka sambil menyeimbang-
kan tuntutan pekerjaan itu terhadap klaim-klaim yang saling berkom-
petisi bagi waktu anggota-anggotanya. Dan badan ini memfasilitasi
berbagai kesempatan bagi anggota-anggotanya untuk mempraktek-
kan keterampilan-keterampilan profesional mereka demi populasi
masyarakat yang rentan.

YANG (SEBAGIAN BESAR) HILANG:


SUATU VISI TENTANG TRANSFORMASI INSTITUSIONAL
Suatu bagian vital dari penatalayanan vokasi bagi kebaikan bersama ada-
lah suatu fokus oleh orang-orang percaya tentang mentransformasi in-

isi 118 7/16/13 7:02 PM


119

stitusi tempat mereka bekerja. Seperti argumen James Hunter dalamTo


Change the World,

Gereja, karena berada di dalam berbagai-bagai vokasi individu dalam se-


tiap lingkup kehidupan sosial (perniagaan, kemanusiaan, pendidikan, dll),
harus ada di dalam dunia dalam cara-cara yang bergerak ke arah sub-
versi konstruktif terhadap semua kerangka kehidupan sosial yang tidak
sesuai dengan shalom yang baginya kita diciptakan dan kepadanya kita
dipanggil. Sebagai suatu ekspresi alamiah dari gairahnya untuk meng-
hormati Allah dalam segala sesuatu dan mengasihi sesama seperti diri
kita sendiri, gereja dan umatnya akan menantang semua struktur yang
tidak menghormati Allah, tidak memanusiakan manusia, dan mengabai-
kan atau membahayakan ciptaan.26

Penelitian saya (yang harus diakui tidak sepenuhnya akurat)


tentang pelayanan-pelayanan marketplace tidak mendapati bukti perse-
kutuan-persekutuan bisnis ini mendiskusikan bagaimana para eksekutif
Kristen bisa mereformasi praktek-praktek di dalam industri mereka
yang mungkin problematik dari sudut pandang keadilan dan shalom.
Beberapa komunitas profesional Kristen telah mengambil sejumlah
langkah ke arah sana. Misalnya, beberapa mencoba memperluas topik
yang diperhatikan oleh anggota-anggota perkumpulan mereka dengan
menerbitkan jurnal mereka sendiri. Lainnya mendorong anggota-ang-
gotanya untuk berpartisipasi dalam percakapan penting yang terjadi
dalam bidang mereka, seperti saat CMDA mendorong anggota-anggot-
anya untuk menerbitkan tulisan mereka dalam jurnal-jurnal terkemuka
dalam bidang mereka tentang pertanyaan-pertanyaan dalam bioetika.
Dan penekanan-penekanan yang sudah kita lihat dalam hal keunggulan
di dalam komunitas-komunitas seni pada akhirnya bisa mempengaruhi
bidang mereka. Jika para seniman Kristen menciptakan karya-karya
yang kualitasnya cemerlang, karya seni mereka mungkin lebih besar
kemungkinannya untuk diperhatikan oleh institusi-institusi budaya elite
(misalnya, dipertontonkan di galeri-galeri paling berpengaruh atau
dipertontonkan dalam halaman-halaman seni harian New York Times).
Namun, secara keseluruhan, penelitian sepintas lalu kita akan komu-
nitas-komunitas profesional Kristen tidak mengindikasikan bahwa dis-
kusi-diskusi untuk mereformasi disiplin ilmu mereka adalah suatu fitur
umum, sentral, dan menggerakkan.

isi 119 7/16/13 7:02 PM


120

KESIMPULAN
Rata-rata profesional Kristen yang duduk di bangku gereja jarang menden-
gar dari mimbar atau di sekolah Minggu tentang bagaimana hidupnya
bersama Allah berkaitan dengan hidupnya di tempat kerja. Ia mungkin
menerima panduan umum tentang menjadi garam dan terang dalam se-
mua bidang kehidupannya, termasuk di tempat kerja. Namun secara kes-
eluruhan, gerejanya jarang memberi panduan tentang mengapa peker-
jaannya penting, bagaimana Allah bisa dan memang memakainya, atau
bagaimana daya vokasinya bisa dikelola untuk memajukan kerajaan-Nya.
Karena kekurangan panduan ini, sebagian orang Kristen “me-
matikan” imannya di tempat kerja; mereka bertindak sebagai “ateis prak-
tis” di pekerjaan mereka.27 Mereka tidak memiliki visi tentang apa artinya
bermitra dengan Allah di dalam pekerjaan, memberi makna bagi peker-
jaan mereka atau mencapai maksud-maksud kerajaan Allah di dalam
dan melalui pekerjaan mereka. Lainnya mencari panduan di luar jemaat
mereka, bergabung dengan suatu pelayanan marketplace atau suatu
komunitas profesional Kristen. Individu-individu ini menerima sejumlah
nasehat yang baik dan dukungan pribadi, dan tergantung pada perseku-
tuan mana mereka berinduk, mungkin juga mendengar visi yang cukup
kokoh tentang penatalayanan vokasi.
Namun yang lebih sering terjadi, mereka hanya diberi instruksi
untuk menjadi orang-orang yang berintegritas kuat dan berusaha me-
menangkan rekan-rekan kerja bagi Kristus. Penekanan-penekanan pada
etika dan penginjilan ini dibutuhkan dan berharga, tetapi mereka tidak
cukup untuk memperlengkapi orang-orang Kristen untuk mengelola daya
vokasi mereka untuk memajukan dicicipinya kerajaan Allah. Kita perlu
maju melampaui status quo.

isi 120 7/16/13 7:02 PM


121

6
-----------------------------------------------------------------

INSPIRASI
-----------------------------------------------------------------
Vokasi itu integral, bukan insidental,
bagi misi Allah di dalam dunia.
STEVE GARBER

D
oug Spada, pemimpin WorkLife, Inc., menawarkan kepada
para pendeta suatu perumpamaan yang hidup tentang
identitas gereja yang selayaknya:

Sejak hari ini dan seterusnya, saya ingin Anda memikirkan gereja
setempat Anda sebagai suatu kapal induk pembawa pesawat-pesawat
tempur. Kecuali gereja-gereja kita mengambil posisi yang tepat dan
alkitabiah dalam peperangan yang kita hadapi di tempat kerja, kita tidak
bisa benar-benar maju. Hanya ketika kapal-kapal induk mempersenjatai,
memperlengkapi, memaparkan rencana pertempuran, mengisi
bahan bakat pesawat, dan kemudian meluncurkan pilot-pilot keluar
untuk melakukan misi maka mereka mampu menyandang kekuasaan
mereka secara maksimum … Sayangnya, banyak dari gereja-gereja kita
beroperasi seperti kapal pesiar. Pikirkan hal itu, apa yang Anda lakukan
di kapal pesiar? Anda diberi hiburan, Anda makan banyak, hampir tidak
ada pertanggungjawaban. Dan pikirkan kapal pesiar: kapal itu keluar
dari pelabuhan, mencapai beberapa titik tujuan, dan kembali ke tempat
yang sama—jarang maju ke wilayah-wilayah yang baru. Jika musuh jiwa
kita bisa melumpuhkan persenjataan kapal induk, membuat para pilot
bingung, memecahkan sistem pelontar, maka pada dasarnya kita terus
berfungsi sebagai suatu kapal pesiar … Allah sangat mungkin meminta

isi 121 7/16/13 7:02 PM


122

Anda menjadi suatu katalis untuk reformasi kehidupan kerja dalam gereja
Anda. Gereja bukanlah suatu kapal pesiar, tetapi suatu kapal induk.1

Gereja-gereja yang identitas dirinya adalah suatu kapal induk


menempatkan nilai tinggi pada memperkuat dan memperlengkapi orang-
orang awam bagi pelayanan-pelayanan mereka di dunia kerja sehari-hari.
Mereka mengajar jemaat tentang betapa pentingnya pekerjaan mereka
sehari-hari. Seperti Pendeta Tom Nelson dari Christ Community Church
di Leawood, Kansas, mereka memberi inspirasi kepada jemaatnya
dengan mengingatkan mereka bahwa pekerjaan mereka “sangat penting
bagi kisah penebusan [Allah] dan tujuan-Nya untuk menebus di dalam
dunia—bukan hanya kini tetapi juga di langit dan bumi yang baru.”2
Pemimpin-pemimpin gereja yang misional tahu gereja dibentuk
baik oleh mereka yang “berkumpul” maupun mereka yang “tersebar”.
Mereka menegaskan bahwa pelayanan bukan hanya tentang apa yang
terjadi di dalam keempat dinding gereja; pada kenyataannya, biasanya
lebih kepada apa yang terjadi di luarnya. Mereka tidak membuat kesalahan
dengan mendefinisikan pelayanan sebagai “pelayanan gerejawi”. Karenanya,
mereka memperkuat kaum awam dalam pelayanan-pelayanan di mana
mereka berada dan melalui pekerjaan-pekerjaan “sekuler” mereka.
Dari sudut pandang tinggi akan pekerjaan sehari-hari anggotanya
inilah para pendeta diposisikan untuk memberi inspirasi kepada umatnya.
Menjalankan tugas inspirasi ini termasuk mengajarkan suatu teologia
kerja yang alkitabiah dan memberikan nasehat-nasehat praktis kepada
para anggota jemaat tentang “titik pukul vokasi”.

DASAR DARI SUATU TEOLOGIA KERJA YANG ALKITABIAH


Untuk menginspirasi jemaatnya tentang pekerjaan mereka sehari-hari,
para pemimpin jemaat perlu memulai dengan kebenaran vital bahwa
bekerja sudah dilakukan sebelum Kejatuhan. Kebenaran ini mendasar
untuk penatalayanan vokasi yang setia. Bekerja bukanlah akibat dari
kejatuhan manusia ke dalam dosa. Kerja bersifat sentral dalam Kejadian
1 dan 2. Di sana—tepat di tengah-tengah firdaus, tepat di tengah-tengah
gambaran akan maksud Allah tentang bagaimana segala sesuatu
seharusnya. Bekerja adalah suatu anugerah dari Allah. Bekerja adalah
sesuatu yang untuknya kita dibentuk, sesuatu yang dimaksudkan oleh
Pencipta kita yang penuh kasih untuk kebaikan kita. Kerja itu tidak jahat,
juga bukan efek samping dari dosa. Kebenaran ini bisa sulit dipercayai
jemaat saat mereka frustrasi dalam pekerjaan-pekerjaan mereka atau

isi 122 7/16/13 7:02 PM


123

merasa tidak puas dalam karir mereka. Memang benar bahwa kutukan
pada Kejadian 3 membawa susah payah dan kesia-siaan ke dalam
pekerjaan. Sejak saat itu, pengalaman kita dalam bekerja mencakup
rasa sakit selain juga kesenangan. Tetapi bekerja itu sendiri baik.
Memiliki nilai intrinsik.
Nilai intrinsik kerja keras: Bagaimana kita berpartisipasi
dalam pekerjaan Allah sendiri. Manusia diciptakan dalam gambar dan
rupa Allah, dan Allah adalah pekerja. Kerja keras manusia memiliki nilai
intrinsik karena di dalamnya kita “menggambarkan”, atau mencerminkan,
Pencipta kita. Dalam buku Faith Goes to Work, penulis Robert Banks
membahas Allah sebagai “teladan vokasi” kita, menggambarkan berbagai
jenis pekerjaan yang dilakukan-Nya dan bagaimana berbagai jenis
pekerjaan manusia mengekspresikan aspek-aspek pekerjaan Allah ini.3
Model yang diberikan Banks sangat menolong untuk mengajar jemaat
tentang nilai intrinsik kerja. Para pendeta bisa menjelaskan berbagai cara
yang menunjukkan Allah adalah pekerja, kemudian mendorong jemaatnya
untuk mengidentifikasi di mana pekerjaan mereka sendiri cocok dengan
itu. Kerja keras Allah mencakup yang berikut ini:

• Karya penebusan (tindakan-tindakan penyelamatan dan pendamaian


Allah). Manusia berpartisipasi dalam pekerjaan jenis ini, misalnya,
sebagai penginjil, pendeta, konselor, dan pendamai. Demikian
pula penulis, artis, produser, penulis lagu, penyair, dan aktor yang
memasukkan elemen-elemen penebusan dalam kisah-kisah, novel,
lagu-lagu, film-film, penampilan-penampilan, dan karya-karya mereka
lainnya.
• Karya kreatif (Allah membentuk dunia fisik dan manusia). Allah
memberi manusia kreatifitas. Orang-orang di dunia seni (pematung,
aktor, pelukis, musisi, penyair, dan seterusnya) menunjukkan hal
ini, demikian pula berbagai para perajin seperti pembuat gerabah,
penenun dan penjahit, demikian pula perancang interior, perajin
logam, tukang kayu, tukang bangunan, perancang mode, arsitek,
novelis, dan perencana kota (dan lebih banyak lagi).
• Karya pemeliharaan (Pemeliharaan Allah untuk kelangsungan hidup
manusia dan ciptaan). “Karya pemeliharaan ilahi mencakup segala
sesuatu yang Allah lakukan untuk memelihara alam semesta dan
kehidupan manusia dengan cara yang teratur dan bermanfaat,”
tulis Banks. “Ini mencakup pelestarian, mempertahankan hidup,
dan mengisi, sebagai tambahan kepada menciptakan dan menebus
dunia.”4 Dengan demikian, tak terhitung individu—birokrat, pekerja
sarana umum, pembuat kebijakan umum, penjaga toko, konselor

isi 123 7/16/13 7:02 PM


124

karir, pembangun kapal, petani, petugas pemadam kebakaran, tukang


reparasi, pencetak, pekerja transportasi, spesialis IT, pengusaha,
bankir dan broker, meteorologis, tehnisi riset, petugas publik, dosen
di sekolah bisnis, montir, insinyur, penyelia bangunan, masinis, ahli
statistik, tukang ledeng, tukang las, petugas kebersihan—dan semua
orang yang menolong menjaga tatanan ekonomi dan politik bekerja
dengan lancar—merefleksikan aspek karya Allah ini.
• Karya keadilan (Pemeliharaan keadilan Allah). Para hakim, pengacara,
asisten pengacara, pembuat peraturan pemerintah, sekretaris legal,
manajer kota, kepala dan petugas penjaga penjara, peneliti dan
pengacara kebijakan, dosen-dosen hukum, diplomat, penyelia-penyelia,
administrator-administrator, dan personil-personil penegakan hukum
berpartisipasi dalam karya Allah untuk mempertahankan keadilan.
• Karya belas kasih (Keterlibatan Allah dalam menghibur,
menyembuhkan, menuntun, dan menggembalakan). Para dokter,
perawat, paramedis, psikolog, terapis, pekerja sosial, apoteker,
pekerja sosial, direktur badan nirlaba, tehnis medis darurat, konselor,
dan agen-agen kesejahteraan semuanya merefleksikan aspek kerja
keras Allah ini.
• Karya pewahyuan (Karya Allah untuk menerangi dengan kebenaran).
Para pengkhotbah, ilmuwan, pendidik, wartawan, pakar, dan penulis
semuanya terlibat dalam jenis pekerjaan ini.

Dalam berbagai jenis pekerjaan ini, Allah Bapa meneruskan


karya kreatif, pmeliharaan, dan penebusan melalui kerja keras
manusiawi kita. Ini memberi pekerjaan kita martabat dan tujuan yang
hebat. Penatalayanan vokasi dimulai dengan merayakan pekerjaan itu
sendiri dan mengenali bahwa Allah peduli tentang itu dan menggenapkan
maksud-Nya melaluinya.
Layaklah kita berlama-lama pada poin ini karena banyak dari
pengajaran tentang integrasi iman dan kerja mengabaikan nilai inheren
pekerjaan. Para pemimpin gereja benar-benar harus mengajarkan dan
berkhotbah tentang menjadi tipe-tipe pekerja tertentu—pekerja yang
jujur, pekerja yang etis, pekerja yang peduli, pekerja yang setia, dan
pekerja yang menjadi garam dan terang. Tetapi pengajaran seperti itu
tidak cukup alkitabiah jika tidak pernah ada pembicaraan tentang nilai
inheren pekerjaan itu sendiri. Seperti yang sering dikatakan oleh teman
saya yang brilian, Ken Myers, kita seharusnya berusaha menjadi lebih
dari sekedar “orang Kristen adverbial.”
Pekerjaan kita bertahan hingga kekekalan. Kita sudah melihat
sebelumnya bahwa alasan lebih lanjut mengapa kerja kita benar-benar

isi 124 7/16/13 7:02 PM


125

penting adalah karena aktivitas dan hasil kerja itu bertahan hingga
kekekalan. Bekerja—yang menyenangkan, berbuah, bermakna—akan
menjadi suatu realita kekal. Perikop-perikop tinjauan pendahuluan
tentang kehidupan dalam kerajaan yang digenapkan, seperti Yesaya 60,
menggambarkan manusia membawa segala bentuk pengembangan
budaya, keterampilan kerajinan, dan produksi ekonomi ke dalam zaman
yang baru. Wahyu 21:24 menggambarkan bagaimana “raja-raja di bumi
membawa kekayaan mereka” ke dalam Yerusalem baru. Adalah baik
bagi para pendeta untuk mengingatkan jemaat mereka akan kebenaran
agung ini, karena orang-orang percaya kadangkala menjadi kecil hati oleh
apa yang tampak sebagai kesia-siaan dari pekerjaan mereka. Pikirkan
pemahaman Lesslie Newbigin yang hebat ini:

Setiap tindakan pelayanan yang setia, setiap kerja keras yang jujur untuk
membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik, yang tampaknya sudah
hilang selamanya dan dilupakan di antara puing-puing sejarah, akan terlihat
pada hari itu [pada kebangkitan terakhir] sebagai kontribusi terhadap
persekutuan sempurna di kerajaan Allah. … Semua yang melakukan
pekerjaan mereka dalam kesetiaan kepada Allah akan diangkat oleh-Nya
untuk menerima bagiannya dalam zaman yang baru, dan akan mendapati
jerih payah mereka tidak lenyap, tetapi telah menemukan tempatnya
dalam kerajaan yang digenapkan.5

MENGKOUNTER IDE-IDE KELIRU TENTANG PEKERJAAN


Para pendeta juga perlu sadar bahwa dosa dan budaya kita yang sudah
jatuh dalam dosa telah menyesatkan pandangan banyak orang Kristen
tentang pekerjaan. Ketika para pemimpin gereja mengajarkan baiknya
bekerja, mereka juga perlu mengungkapkan dan menolak pemahaman
keliru tentang pekerjaan yang ada pada budaya sekuler kita.
Karena kita sudah jatuh dalam dosa, kita kadangkala
bertingkah laku seolah-olah keberhasilan dalam pekerjaan sama dengan
keberhasilan dalam hidup. Tidak demikian. Kadangkala kita menjadikan
karir sebagai berhala kita. Kita perlu bertobat. Kadangkala kita membuat
keputusan-keputusan tentang pekerjaan seolah-olah tujuan utama kerja
adalah pemuasan diri. Tidak demikian. Kadangkala kita menilai martabat
seseorang berdasarkan posisi atau status karir mereka. Kita harus
mencari pengampunan Allah. Kadangkala kita mengijinkan pekerjaan—
yang hanyalah satu dimensi dalam hidup kita—mendesak keluar keluarga
atau ibadah atau relasi atau bermain atau Sabat. Kita harus menolaknya.

isi 125 7/16/13 7:02 PM


126

Ide-ide palsu tentang kerja timbul bukan hanya dari budaya


sekuler tetapi juga dari teologia yang buruk. Karenanya, para pemimpin
gereja harus berjaga-jaga dengan giat terhadap dualisme kudus/sekuler
yang bisa menghasilkan ditinggikannya roh di atas tubuh (dan demikian
pula dengan yang disebut rohani atas materi) dan/atau suatu hirarki
yang lebih menghargai pekerjaan rohaniwan di atas pekerjaan orang
awam. Pendeta Tom Nelson dari Christ Community Church—yang telah
mengajar anggota-anggotanya tentang nilai penebusan dari pekerjaan
selama sepuluh tahun—menganggapnya sangat serius. “Kami ini polisi
bahasa di sekitar sini,” katanya. “Kami berusaha sangat keras sebagai
tim untuk saling menolong satu sama lain menghindari dikotomi antara
berpikir dan bahasa.”
Para pemimpin gereja juga perlu membahas pemikiran-
pemikiran keliru yang mungkin dimiliki oleh beberapa jemaat mereka
tentang kepuasan kerja. Kita telah melihat bahwa bagi pengikut Kristus,
motivasi utama untuk bekerja bukanlah kepuasan diri, pengayaan diri,
atau peningkatan diri. Itu bertentangan secara langsung dengan klaim-
klaim budaya sekuler kita. Kekristenan bersikeras bahwa hidup kita—
termasuk kerja kita—seluruhnya adalah tentang Allah dan pekerjaan-Nya,
misi-Nya. Ini seharusnya menjadi inspirasi, karena memberikan makna
yang sangat besar bagi kerja keras kita.
Para pendeta yang mulai lebih banyak mengajarkan tentang
kerja mungkin mendapati jemaat-jemaat mereka memiliki rasa takut yang
tidak pada tempatnya: Apakah fakta bahwa pekerjaan mereka bukanlah
“segalanya tentang mereka” berarti memang maksud Allah untuk
pekerjaan semata-mata hanya sebagai sesuatu yang menjemukan?
Apakah Dia tidak peduli dengan sukacita kita? Apakah Dia memanggil
kita kepada pekerjaan yang kita benci? Apakah kita hanya berada di pusat
panggilan vokasi-Nya jika pekerjaan kita menyedihkan, menyebabkan
penderitaan, dan tidak memuaskan? Tidak, tidak, dan sekali lagi tidak.
Para pemimpin gereja harus menolong umat mereka mengenali
bahwa Iblis suka untuk menyesatkan pemahaman kita akan Bapa dan
maksud-maksud-Nya yang penuh kasih. Bahkan orang-orang percaya
yang telah berjalan bertahun-tahun bersama Allah bisa terjerat oleh
musuh roh kita, merasa bersalah saat mereka terlibat dalam pekerjaan
yang mereka cintai—seolah-olah itu adalah tanda pekerjaan itu pasti
egois. Tidak demikian.
Menyangkali diri dalam konteks pekerjaan kita tidak berarti
kita harus mencari dan mengambil pekerjaan yang kita pikir paling

isi 126 7/16/13 7:02 PM


127

tidak kita sukai. Allah menciptakan masing-masing kita dengan minat-


minat dan talenta-talenta. Dia kemudian memberi pengikut-pengikut-
Nya dengan karunia-karunia rohani. Dengan berdaulat, Dia mengatur
keadaan-keadaan dan pengalaman-pengalaman kita. Dia membentuk
kita dengan kepribadian dan rancangan yang unik. Dia menempatkan
kita dalam kapasitas untuk menemukan sukacita dan tujuan mendalam
dengan melayani-Nya melalui pekerjaan yang menggunakan kombinasi
unik karunia alamiah dan rohani dari Allah. Kita melayani-Nya saat kita
melayani sesama melalui pekerjaan kita, karena Dia telah memanggil
kita untuk menjadi tangan-tangan-Nya dan kaki-kaki-Nya di tengah-tengah
planet kita yang indah tetapi rusak. Pekerjaan itu seringkali sulit dan
mungkin melelahkan, tetapi juga membawa kepuasan dan upah yang
kaya. Seperti yang dikatakan penulis Frederick Buechner dalam definisi
vokasinya yang bernas, “tempat ke mana Allah memanggil Anda adalah
tempat di mana kesukaan Anda yang mendalam dan kelaparan dunia
yang mendalam bertemu.”6

MENDORONG GERAKAN KE ARAH TITIK PUKUL* VOKASI


Definisi Buechner memberikan sejumlah panduan bermanfaat yang
dibutuhkan saat belenggu pandangan dualistik tentang pekerjaan
disingkirkan. Para pendeta seharusnya merayakan saat anggota-
anggotanya terbebas dari ide kacau bahwa sejumlah pekerjaan adalah
kudus sedangkan lainnya sekuler. Tetapi mengatakan tidak ada perbedaan
kudus/sekuler tidaklah sama dengan mengatakan semua usaha sekuler
sama berharganya.
Sebagian pekerjaan, seperti yang kita ketahui, ada di luar batasan
moral. Tidak ada pengkhotbah yang kompeten yang akan mendorong
jemaatnya untuk merintis suatu rumah bordil, bekerja di toko buku
“dewasa” atau mendaftar sebagai pembunuh bayaran. Semoga saja,
hanya sedikit orang Kristen yang membutuhkan instruksi spesifik untuk
menghindari jalan karir seperti itu, tetapi sebagian orang mungkin perlu
ditantang tentang derajat-derajat kebenaran—didorong untuk bertanya
apakah cara mereka menginvestasikan waktu kerja mereka (biasanya
empat puluh jam atau lebih dalam seminggu) merefleksikan apa yang
benar-benar penting dengan mengingat prioritas-prioritas Allah dan
kebutuhan-kebutuhan dunia.7
Para pemimpin gereja seharusnya menginspirasi jemaat mereka
untuk memilih pekerjaan-pekerjaan yang, semaksimal mungkin, memberi
---------------------------------------
* titik pukul: titik pada raket atau tongkat kasti yang paling efektif untuk memukul bola.

isi 127 7/16/13 7:02 PM


128

mereka kesempatan terbaik untuk mengarahkan talenta kreatif mereka


ke arah tujuan untuk memajukan shalom untuk kebaikan bersama.
Beberapa organisasi dan perusahaan-perusahaan sekuler terlibat dalam
memanfaatkan kreativitas ke arah yang nyata dan bermakna bagi suburnya
perkembangan manusia; misalnya, dalam inovasi-inovasi yang memajukan
kesehatan atau pengelolaan lingkungan. Namun, perusahaan-perusahaan
sekuler lainnya menginvestasikan energi-energi kreatif mereka dalam
cara-cara yang hanya memproduksi barang-barang yang tidak diperlukan
dan sampah konsumen baru. Juga, di beberapa perusahaan, talenta
kreatif diarahkan ke tujuan untuk menemukan jawaban-jawaban terhadap
masalah-masalah kritis dalam dunia kita yang rusak. Dalam perusahaan-
perusahaan lain, talenta kreatif diarahkan untuk memberikan jawaban-
jawaban terhadap “masalah-masalah” yang sebenarnya bukan masalah
(pikirkan upaya yang dibutuhkan bagi perubahan penampilan kemasan
atau untuk menciptakan warna lipstik yang baru).
Bekerja bagi suatu perusahaan yang mengarahkan sebagian
besar energi kreatifnya dalam jenis-jenis arah seperti itu tidak salah
secara moral. Tetapi para pendeta seharusnya bertanya kepada
jemaatnya, “Mengapa, sebagai pengikut Kristus, kamu memillih untuk
memberikan talenta-talenta kreatifmu kepada praktek-praktek seperti
ini, padahal kamu bisa menggunakannya dalam bisnis-bisnis atau
organisasi-organisasi yang memenuhi kebutuhan yang nyata?” Dalam
suatu dunia yang serusak dan semiskin dunia kita—dan dengan semua
talenta, hak istimewa, dan kesempatan yang telah Allah berikan kepada
kita di kelas menengah dan kelas atas Amerika—para pemimpin gereja
harus mempertanyakan validitas orang-orang percaya memberikan
lima puluh tahun dari kehidupan kerja mereka untuk menciptakan
makanan anjing rasa baru atau kotak perak tulen seharga 1.500
dolar bagi bola tenis atau staples berlapis emas. Sudah tiba waktunya
untuk mengakui bahwa beberapa hal memang sepele, dan jika kita bisa
menghindarinya, kita seharusnya melakukannya.
Tidak seperti milyaran orang-orang miskin di lapisan terbawah
dunia, yang melakukan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh nenek
moyang mereka semata-mata untuk bertahan hidup, banyak orang-orang
percaya di kelas menengah dan atas Amerika telah diberi anugerah
berharga untuk memilih vokasi. Mereka perlu didorong untuk memilih
dengan bijak saat mereka memiliki lebih dari satu pilihan. Sejumlah
orang percaya dalam ekonomi yang memburuk sekarang ini mungkin
tidak memiliki pilihan kerja sebanyak di masa-masa yang lebih makmur.

isi 128 7/16/13 7:02 PM


129

Orang-orang percaya lainnya tetap diberi kesempatan istimewa memiliki


berbagai pilihan pekerjaan. Akan sangat baik jika yang belakangan ini
ingat “setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan
banyak dituntut” (Lk 12:48).
Diagram di bawah ini melukiskan suatu gambar dari apa yang
saya sebut “titik pukul vokasi”. Titik pukul adalah tempat di mana karunia-
karunia dan minat-minat atau gairah-gairah kita beririsan dengan
prioritas-prioritas Allah dan kebutuhan-kebutuhan dunia. Sebisa mungkin,
orang-orang Kristen harus berusaha bekerja di sana.

MENEMUKAN TITIK PUKUL


Para pemimpin gereja perlu mengomunikasikan bahwa menemukan
titik pukul biasanya merupakan suatu perjalanan. Dibutuhkan waktu, dan
prosesnya berbeda untuk masing-masing orang. Pikirkan perjalanan
yang diambil oleh Jill dan Cynthia.
Bagi Jill Sorenson yang berusia dua puluh sembilan tahun,
prosesnya dimulai dengan suatu keinginan batin yang mendalam untuk
menjadi seorang arsitek:

Saya masih ingat saat saya berusia dua belas tahun dimana saya
memutuskan untuk menjadi seorang arsitek. Ayah saya (seorang
kontraktor) telah membawa saya ke kantornya. Saya duduk di ruang
tunggu dan melihat-lihat majalah. Salah satunya adalah suatu buku
perencanaan pribadi dengan banyak rancangan untuk berbagai ukuran
rumah. Saya ingat bertanya apakah saya bisa membawanya pulang.
Malam itu, saya menarik kertas sulam silang ibu saya yang bermotif kotak-
kotak, mengambil salah satu rancangan [rumah] dan mengerjakan ulang
rancangan itu secara total. Saya mengubah dinding-dinding di sekeliling
rumah, dan memutuskan bahwa ini akan menjadi rumah impian saya
suatu hari nanti. Dan jika saya ingin membangunnya, saya tahu bahwa
saya harus menjadi seorang arsitek.8

Tidak seperti kebanyakan mahasiswa, Jill tidak pernah berubah


jurusan. “Makin saya masuk ke profesi ini, saya makin jatuh cinta dengan
munculnya sisi analitis saya—sisi berpikir saya—dan sisi kreatif serta
artistiknya,” ujarnya. “Saya merasa bahwa arsitektur berada di titik
terbaik saat Anda menemukan di mana kedua titik itu beradu.”
Tetapi sebagai seorang Kristen yang bertumbuh, Jill bergumul
dengan validitas profesinya. Baptis Student Union di mana ia menjadi
anggotanya tampaknya tidak memiliki kategori untuk memikirkan arsitektur

isi 129 7/16/13 7:02 PM


130

sebagai pelayanan. “Saya benar-benar bergumul dengan bagaimana


iman dan gairah saya akan desain bisa bertemu,” kenangnya. “Saya tahu
[arsitektur] adalah sesuatu yang kepadanya Allah memanggil saya, dan
saya tahu hal itu tidak mungkin bertentangan dengan iman saya. Saya tahu
harus ada jawabannya, harus ada jalan agar hal-hal ini bisa cocok.”

-----------------------------------------------------------------
Gambar 6.1 Titik Pukul Vokasi

Akhirnya ia berbicara dengan ayahnya tentang bagaimana


iman ayahnya membentuk pekerjaannya sebagai seorang kontraktor. “Ia
berkata kepada saya, ‘Tahukah kamu, ayah pernah berpikir untuk masuk
ke dalam pelayanan, tetapi ayah tahu bahwa ayah bisa menjangkau dan
mempengaruhi lebih banyak orang melalui pekerjaan ayah di tempat
kerja ketimbang dari belakang mimbar.’” Penegasan itu sangat berkesan
bagi Jill. “Saya sangat menghargai pola pikirnya yang misional. Baginya,
tidak ada pemisahan ‘kudus’ dan ‘sekuler.’”
Setelah suatu musim panas melayani secara khusus di
suatu kamp di mana para stafnya berupaya mengasihi para remaja
dari berbagai latar belakang iman dalam cara-cara yang memenuhi
kebutuhan-kebutuhan rohani, fisik, intelektual, dan emosional, Jill kembali

isi 130 7/16/13 7:02 PM


131

ke kampus dengan antusiasme yang segar untuk menjangkau sesama


mahasiswa di sekolah arsitektur di negara bagian Kansas. Ia merasa
mengembangkan relasi yang kokoh dengan orang-orang tidak percaya di
bidangnya adalah suatu ekspresi integrasi iman/kerja.
Pada tahun terakhirnya di universitas, pemahamannya tentang
bagaimana iman mempengaruhi pekerjaan makin mendalam. “Saya
mulai ingin mempersempit apa yang akan menjadi fokus saya sebagai
seorang arsitek,” katanya.

Saya memutuskan saya ingin menggunakan profesi saya dengan suatu


cara untuk menolong orang atau bertanggungjawab [secara lingkungan].
Saya mengarahkan pandangan kepada perawatan kesehatan atau
keberlangsungan hidup, karena saya telah bekerja pada terlalu banyak
proyek-proyek kondominium kelas atas dimana saya merasa tidak berdampak
terhadap cara hidup orang atau menambahkan nilai terhadap hidup
mereka, setidaknya nilai seperti yang saya ukur. … Saya ingin merancang
bangunan-bangunan untuk menciptakan ruang-ruang penyembuhan. Atau
saya bisa mengupayakan peningkatan keberlangsungan hidup. Saya hanya
ingin menjadi pengelola yang lebih baik akan tujuan-tujuan, sumber-sumber
daya, dan bahan-bahan bangunan.

Untuk mempersiapkan diri lebih lanjut, Jill menjadi mahasiswa


arsitektur pertama di negara bagian Kansas yang menerima sertifikasi
Leadership in Energy dan Environmental Design (Unggul dalam Desain
berbasis Energi dan Lingkungan).
Sekarang Jill mengelola suatu bisnis konsultan kecil di Bay Area,
menawarkan bantuan bagi klien-klien yang ingin membangun dengan
memperhatikan keberlangsungan hidup. Ia juga menawarkan secara
sukarela keterampilan arsitekturnya dalam proyek-proyek pembangunan
ekonomi di negara-negara lain dengan Engineering Ministry International
dan menjadi presiden dari badan Rebuild Sudan, yang mendesain dan
membangun sekolah-sekolah “hijau” di Sudan.
Bagi Jill, terlepas dari cintanya akan bidangnya, menemukan titik
pukul vokasinya tampak seperti suatu proses yang terus berlangsung.
Bagi desainer interior Cynthia Leibrock, enam puluh satu tahun,
perjalanan kepada titik pukul vokasi dimulai dengan ketidakpuasan.
Leibrock memasuki dunia desain karena ia ingin memperindah
segala sesuatu. Ia memperoleh kesuksesan, tetapi merasa hampa. “Saya
sudah mencapai tujuan saya. Saya akan … menyelesaikan suatu proyek
dan merampungkannya, dan saya tidak akan merasa puas dengan itu.

isi 131 7/16/13 7:02 PM


132

Saya akan memandanginya dan saya akan berkata, “Yah, untuk apa
semua ini?” Maksud saya, semuanya tampak begitu hampa bagi saya.”9
Lalu Cynthia memperoleh suatu pekerjaan desain bagi suatu
tempat praktek dokter. Pekerjaan itu berhasil dengan “luar biasa baik”
dan menyebabkan kliennya memintanya untuk mempertimbangkan
suatu posisi paruh waktu untuk menyelia suatu proyek untuk membangun
suatu rumah bagi mereka yang mengalami cacat dalam perkembangan
mental. Ia berkata,

Saya tidak benar-benar pernah memiliki pengalaman bekerja dengan


orang-orang cacat, dan saya tidak tahu apa-apa tentang membangun suatu
rumah … bagi orang-orang cacat. Tetapi mereka menawarkan pekerjaan ini
kepada saya. … Saya tidak terlalu puas dalam desain interior, seperti yang
saya katakan sebelumnya, dan tiba-tiba ada suatu jalan baru yang bisa saya
kejar. Saya mendoakannya dan saya benar-benar merasa Tuhan ingin saya
berada di sana. Jadi saya menerima tawaran itu [dan] bekerja selama dua
tahun untuk membangun suatu rumah dengan 15 kamar bagi orang-orang
yang mengalami keterbelakangan mental.

Proyek itu menandai suatu titik balik besar dalam karirnya saat
ia menyadari desain bisa berkontribusi terhadap kemandirian. Seperti
yang dikatakannya kepada wartawan New York Times pada tahun 2009,
“Saya ingin orang tahu [bahwa] tidak peduli apakah mereka memiliki
keterbelakangan mental atau fisik … mereka hanya terbelakang jika
mereka tidak bisa melakukan apa yang ingin mereka lakukan. Arsitektur
bisa menghilangkan kelemahan melalui desain. … Jika Anda berada di
dalam suatu rumah di mana Anda bisa melakukan apa yang ingin Anda
lakukan, Anda tidak terbelakang lagi.”10
Cynthia telah memperoleh pengakuan nasional di bidang desain
universal, telah diundang untuk mengajar kelas-kelas di Harvard dan
adalah juru kampanye gerakan “menjadi tua di tempat yang tepat”. Ia
berkontribusi kepada transformasi industri desain.
Ia dan suaminya—dibantu oleh banyak kontribusi korporasi—
membangun rumah mereka di Colorado, Green Mountain Ranch, sebagai
suatu “rumah contoh, laboratorium, dan pusat pelatihan bagi mereka
yang tertarik oleh desain universal.” Rumah itu mencakup berbagai
elemen desain untuk menjadi tua di tempat yang tepat, seperti suatu lift
bak mandi tersembunyi dan lemari-lemari dapur dengan laci berukuran
sepuluh inci di bagian bawah yang bisa disingkirkan untuk menurunkan
lemari-lemari itu ke ketinggian kursi roda, jika dibutuhkan.11

isi 132 7/16/13 7:02 PM


133

Pada tahun-tahun belakangan ini, Cynthia meluncurkan


Rehabitat, suatu inisiatif untuk menolong jemaat mendampingi anggota-
anggota jemaat yang cacat atau lansia yang mencari cara-cara untuk
tetap tinggal di rumah mereka selama mungkin. Seringkali penyesuaian
kecil—seperti dipasangnya palang pegangan, landaian, atau pegangan di
sepanjang dinding—bisa memungkinkan orang tetap tinggal di rumahnya.
Rehabitat mengumpulkan relawan-relawan dari gereja-gereja yang bisa
menyumbangkan tenaga untuk mengubah rumah-rumah. Misinya adalah
“menunjukkan kasih Allah dalam tindakan saat kita menolong keluarga-
keluarga untuk menyediakan modifikasi yang meningkatkan kemandirian
dan mencegah kecelakaan-kecelakaan yang melumpuhkan.”12
Jill dan Cynthia masing-masing menemukan titik pukul
vokasi mereka, dan mereka mengintegrasikan iman dan pekerjaan
mereka dalamcara-cara yang sangat mendalam.13 Di sepanjang jalan,
pemahaman mereka akan makna pekerjaan mereka mendalam,
pemahaman mereka akan penatalayanan vokasi makin matang dan
sukacita mereka meningkat. Seperti yang ditulis Jill dalam blognya, “Saya
melihat dunia melalui mata seorang perancang, sebagai orang yang
bertanggungjawab bagi lingkungan yang dibangun dan pengaruh ruang
terhadap kehidupan. Saya tidak akan pernah menjadi manusia yang sama
lagi; saya tidak akan pernah mengenyahkan hasrat ini.” Ia melanjutkan:

Dengan setiap langkah yang saya ambil, menjadi makin jelas bagi saya
bahwa kedua jalan ini, sebagai seorang arsitek dan seorang murid, tidak
dimaksudkan untuk dijalani secara terpisah dan independen satu sama lain.
Makin panjang tumpang tindih dan irisannya, makin jauh mereka terajut dan
sesuai, saya merasa makin hidup dan makin besar kemuliaan bagi-Nya.14

MEMAHAMI MUSIM-MUSIM
Saya mendorong para pemimpin gereja untuk mengundang orang untuk
menemukan dan hidup dalam titik pukul vokasinya karena sukacita yang
dibawanya bagi para pekerja, harapan yang dibawanya bagi mereka
yang dilayani, dan kemuliaan yang dibawanya bagi Allah. Bersamaan
dengan itu, dalam dorongan yang mereka berikan, para pemimpin harus
menggunakan bahasa “perkecualian”—menyarankan agar orang sebisa
mungkin mencari titik pukul itu. Bahasa seperti itu adalah keharusan
karena tidak semua orang dalam jemaat memang bisa bekerja dalam
titik pukul vokasi mereka, dan sejumlah orang yang bisa melakukannya
mungkin hanya bisa melakukannya untuk masa hidup terbatas saja.

isi 133 7/16/13 7:02 PM


134

Sekarang ini, misalnya, tidak sulit membayangkan ada seorang


ayah Kristen sedang bekerja di industri makanan anjing karena gaji dan
tunjangannya hebat. Ia membutuhkan pekerjaan itu untuk menghidupi
keluarganya dengan baik, karena keluarga itu memiliki seorang anak
perempuan yang cacat berat. Perusahaan makanan anjing itu berada
di kota yang sama dengan mertuanya, yang memberikan bantuan
perawatan yang sangat dibutuhkan istrinya. Keluarga itu bergantung
pada gajinya saja karena sang Ibu sibuk merawat anak perempuan
mereka—juga tiga orang anak lelaki mereka yang sehat. Pasangan ini
tidak tahu apa yang bisa mereka lakukan tanpa polis asuransi kesehatan
yang bagus dari perusahaan makanan anjing itu, yang membayar
sebagian besar biaya dari tigabelas kali pembedahan bagi putri mereka.
Ayah itu mungkin ingin menemukan pekerjaan dalam titik pukul vokasinya,
tetapi itu tidak realistis sekarang, karena komitmen-komitmen lainnya.
Atau pikirkan tentang Sally, tokoh fiksional lainnya. Matanya
dengan tegas terarah pada titik pukul vokasinya: menjadi hakim
pengadilan keluarga. Ini adalah suatu tujuan karir yang hebat dari sudut
pandang kerajaan Allah. Hakim-hakim seperti itu memiliki kesempatan
besar untuk melakukan kebaikan. Mereka memiliki pengaruh signifikan
terhadap kehidupan anak-anak yang teraniaya, anak-anak dalam
penampungan keluarga sementara, dan yang sejenisnya. Aspirasi
Sally patut dipuji—tetapi ia tidak akan menghabiskan seluruh karirnya
sebagai hakim pengadilan keluarga. Akan dibutuhkan waktu untuk bisa
sampai ke sana. Ia kemungkinan besar akan menghabiskan waktu
sebagai seorang mahasiswa hukum, lalu sebagai juru tulis pengadilan,
dan mungkin sebagai seorang pengacara dalam praktek yang berkaitan
dengan hukum keluarga. Ia mungkin tidak akan mencapai titik pukul
vokasinya sampai ia berusia empat puluh lima atau lima puluh tahun,
jika memang bisa sampai ke sana.
Adalah penting untuk mengingat bahwa kita menjalani hidup-
hidup kita dalam musim-musim, dan bahwa hidup kita lebih dari sekedar
pekerjaan. Sekarang ini, sejumlah orang dalam jemaat Anda mungkin
tidak bekerja dalam pekerjaan-pekerjaan atau karir-karir yang, dalam
dunia yang ideal, menggunakan talenta-talenta yang diberikan Allah
dengan cara terbaik. Mungkin, misalnya, pekerjaan itu cocok bagi individu
yang mengerjakannya dalam hal menyeimbangkan keluarga dan karir.
Atau mungkin pekerjaan itu berlokasi di mana individu itu perlu berada
sehingga ia bisa mengurus orangtuanya yang sudah lanjut usia. Mungkin
kesehatan fisik atau emosi individu itu telah menjadi korban selama

isi 134 7/16/13 7:02 PM


135

semusim, dan pekerjaan yang sekarang ini cocok. Atau mungkin ia hanya
tidak bisa menemukan pekerjaan yang benar-benar diinginkannya dalam
ekonomi yang menurun saat ini.
Dalam situasi-situasi seperti ini—dan lainnya yang bisa kita
bayangkan—bekerja di dalam titik pukul vokasi bukanlah sesuatu yang
bisa dianggap pasti akan terjadi. Jadi para pendeta harus berhati-hati
untuk tidak membuat para jemaat merasa bersalah jika, untuk berbagai
alasan yang sah, mereka tidak mampu berada di titik pukul tersebut.

SIAPLAH UNTUK MENASEHATI


Namun, beberapa anggota jemaat mungkin perlu mendengar
suatu perkataan yang menantang mereka untuk membuat mereka
mempertanyakan apakah mereka benar-benar berada di tempat
yang terbaik yang mereka bisa untuk mengelola dengan baik karunia-
karunia vokasi yang telah Allah berikan kepada mereka. Adalah suatu
fakta bahwa kadangkala kita hanya mengalir saja di dalam hidup ini,
ketimbang hidup secara sengaja. Mengalir dalam hal pekerjaan kita
mungkin bahkan terjadi lebih sering ketimbang jenis mengalir lainnya,
karena betapa sedikitnya pengajaran yang eksplisit tentang pekerjaan
yang didengar orang Kristen dari mimbar.
Jadi, untuk menginspirasi orang dengan suatu pemahaman
tentang kerja yang kokoh, para pemimpin gereja mungkin perlu
menasehati jemaat untuk memeriksa apakah mereka berada di tempat
yang tepat secara vokasi. Beberapa orang percaya mungkin perlu menilai
ulang mengapa mereka berada dalam pekerjaan mereka. Apa saja
alasan-alasannya—dan apakah alasan-alasan tersebut bagus, alasan-
alasan kerajaan Allah, alasan-alasan yang menghargai Allah? Seberapa
besar peran kenyamanan, kemudahan, kebanggaan, rasa takut, atau
materialisme bermain dalam menjelaskan mengapa kita tetap bertahan
dalam pekerjaan kita yang sekarang? Apakah anggota-anggota jemaat
bertahan dalam pekerjaan karena motivasi-motivasi yang salah seperti
“suatu kebutuhan yang memperbudak untuk menyenangkan orangtua”,
“nafsu memperoleh gengsi dan status”, atau suatu “keinginan untuk
membenarkan diri sendiri dengan mencapai signifikansi dalam skema
yang lebih besar”?15 Harus diakui, ini adalah isu-isu yang tidak nyaman
untuk diangkat. Tetapi untuk menolong jemaat mengikuti Yesus dengan
setia, para pendeta harus bersedia mengajukan pertanyaan-pertanyaan
menusuk seperti ini.

isi 135 7/16/13 7:02 PM


136

TELADAN PENATALAYANAN VOKASI


Suatu aspek final tentang menginspirasi jemaat mencakup mencari
orang-orang dalam gereja yang menjadi teladan penatalayanan vokasi
dan menceritakan kisahnya. Seorang pendeta bisa berkhotbah sepanjang
hari tentang panggilan untuk mengintegrasikan iman dan pekerjaan,
dan memandang pekerjaan kita dalam suatu cara yang berpusat pada
Allah, berpusat pada pelayanan. Tetapi tanpa teladan-teladan yang hidup
dan bernapas akan hal ini, anggota-anggota gereja mungkin akan sulit
mempraktekkan pengajaran ini.
Bagian tiga dari buku ini ditaburi dengan kisah-kisah orang-orang
Kristen yang menjalankan penatalayanan vokasi dalam berbagai cara.
Masih banyak lagi teladan hidup nyata seperti mereka yang ada di setiap
gereja. Para staf perlu menemukan individu-individu ini, mempelajari
kisah-kisah mereka dan mengundang mereka untuk bersaksi tentang
perjalanan penatalayanan vokasi mereka. Kisah-kisah mereka bisa
menolong rekan-rekan mereka di jemaat itu untuk memperoleh visi
tentang apa yang mungkin dan bisa dijalankan. Mereka bisa menolong
jemaat membayangkan cara-cara baru yang kreatif di mana mereka bisa
menggunakan karunia-karunia dan aset-aset vokasi mereka sendiri untuk
tujuan-tujuan kerajaan Allah.

KESIMPULAN: SUATU CONTOH KHOTBAH


Suatu khotbah yang diberikan oleh Pendeta Adam Hamilton dari
Church of the Resurrection (COR) di Leawood, Kansas, adalah suatu
contoh cemerlang tentang kepemimpinan yang menginspirasi dalam
hal vokasi.16 Sambil duduk di panggung dalam auditorium ibadah di
belakang suatu meja kerja khas yang dilengkapi dengan telepon, stapler,
dan cangkir kopi, Hamilton memulai dengan memperhatikan bahwa
orang-orang percaya yang berkomitmen mulai dari usia dua puluh
lima sampai enam puluh lima tahun yang secara teratur menghadiri
kebaktian hari Minggu di COR akan menghabiskan waktu sekitar 2.266
jam di bangku gereja. Sebaliknya, ia memperkirakan mereka akan
menghabiskan sekitar 96.000 jam di tempat kerja selama empat
puluh tahun itu. “Tempat kerja,” demikian kesimpulan Hamilton, “adalah
tempat utama di mana kita menjalani iman kita.”
Ia kemudian membuktikan ketidakbenaran perbedaan kudus-
sekuler: “Pekerjaan yang Anda lakukan selama lima hari dalam
seminggu memiliki kekudusan; pekerjaan itu memiliki nilai bagi Allah,”

isi 136 7/16/13 7:02 PM


137

paparnya. “Pekerjaan itu pada dasarnya baik.” Menafsirkan pembacaan


pagi itu dari bab-bab awal kitab Kejadian, Hamilton menggarisbawahi
prinsip-prinsip alkitabiah yang penting: Allah adalah seorang pekerja;
karena diciptakan dalam gambar dan rupa-Nya, kita adalah rekan-rekan
sekerja-Nya; dan pekerjaan itu baik. Ia menawarkan nasehat-nasehat
praktis tentang menjadi pekerja yang mengenali bahwa Allah adalah
atasan kita yang sesungguhnya, yang karakter-Nya tidak bercacat dan
yang melayani dengan penuh kerendahan hati dan mengasihi rekan-
rekan kerjanya dengan baik.
Hamilton kemudian membahas lebih dari sekedar tema-tema
yang biasa tentang kebenaran “vertikal” dan kebenaran “pribadi” kepada
topik tentang bagaimana jemaat bisa mengupayakan keadilan melalui
pekerjaan mereka. Memandang kepada ribuan orang yang berkumpul,
yang banyak di antaranya memiliki pengaruh yang signifikan dalam
tempat kerja mereka, ia menantang pendengar-pendengarnya untuk
bertanya kepada diri mereka masing-masing, “Bagaimana caranya
sehingga apa yang kita lakukan sebagai suatu perusahaan dilakukan
sedemikian rupa sehingga membawa kebaikan untuk sesama?” Ia
tidak meneruskan dengan tamparan kepada para pebisnis di jemaat
itu. Ia malah mengangkat teladan-teladan kehidupan nyata tentang
penatalayanan vokasi di antara jemaat-jemaatnya.
Hamilton menceritakan tentang eksekutif-eksekutif dari GEAR for
Sports yang berbasis di Kansas City yang telah bekerja dengan tekun untuk
memastikan kondisi kerja yang baik dan adil dalam pabrik-pabrik tekstil
mereka di Amerika Latin. Seperti yang dikatakan Sam Brown, direktur
eksekutif dari Fair Labor Association, pada suatu konferensi pers pada
tahun 2000, “GEAR for Sports telah mengambil peran kepemimpinan
dalam hal hak asasi manusia selama bertahun-tahun. GEAR adalah suatu
sekutu penting dalam misi kita untuk memperbaiki hak-hak pekerja.”17
Kemudian Hamilton berbicara tentang seorang kontraktor
dari COR yang komitmennya terhadap rekonsiliasi rasial memotivasinya
untuk mempraktekkan kebijakan pengadaan istimewa. Pemilik bisnis
ini menjamin “dengan setiap kontrak yang dipimpinnya, ia akan
mempekerjakan para sub-kontraktor yang berasal dari etnik-etnik
minoritas dalam jumlah yang sama” dengan jumlah kelompok etnis yang
ada di populasi Kansas City, menurut Hamilton. Jika populasi kota itu
18 persen Afrika Amerika, kontraktor ini akan mengikuti kebijakan yang
memastikan 18 persen dari subkontraknya akan diberikan kepada bisnis-
bisnis yang dimiliki orang-orang kulit hitam.

isi 137 7/16/13 7:02 PM


138

Hamilton juga menceritakan suatu percakapan yang dinikmatinya


dengan anggota lain dari gerejanya, Irv Hockaday, maintan CEO dari
Hallmark Cards. Ia menjelaskan Irv membiarkan imannya membentuk
keputusan-keputusan tentang produk yang ditawarkan di perusahaan itu.
Ia bercerita bahwa Irv berkata,
Kami memutuskan akan membuat kartu-kartu ucapan bagi orang-orang
yang memiliki orang-orang terkasih yang akan segera meninggal. Kartu-
kartu ini adalah kartu-kartu bagi orang-orang yang ada di rumah-rumah
perawatan untuk sakit terminal. Kami menyadari tidak ada laba yang akan
kami peroleh dari kartu-kartu ini. Kami tidak bisa menjual cukup banyak dari
kartu-kartu ini untuk menghasilkan laba. Tetapi kami merasa ini adalah hal
yang harus dilakukan untuk menolong orang untuk bisa memberi perhatian
kepada orang-orang yang mereka kasihi di masa-masa seperti ini.

Kemudian Hamilton menawarkan sejumlah contoh-contoh


praktis bagi jemaat di vokasi-vokasi lainnya. Ia memuji para guru dari COR
yang telah meninggalkan pekerjaan-pekerjaan yang nyaman di wilayah
suburb untuk mengajar di sekolah-sekolah negeri yang berkesusahan di
Kansas City. Ia berterimakasih kepada seorang meteorolog dari jemaat
itu yang telah mengungkapkan imannya kepada publik di televisi. Ia memuji
seorang boss yang memiliki kebiasaan untuk mengunjungi pegawai mana
pun yang ada di rumahsakit.
Menjelang akhir khotbah, Hamilton kemudian menantang setiap
pendengar di COR untuk menangkap bahwa mereka adalah “misionaris-
misionaris”, terlepas dari bidang atau industri apapun yang mereka
bekerja di dalamnya. Ia menutup dengan, “Jika jemaat kita yang jumlahnya
12.000 orang menyadari bahwa kita pertama-tama adalah misionaris-
misionaris dan kita pergi keluar ke tempat-tempat kerja kita setiap hari
dalam suatu misi untuk menjadi berkat, mengasihi, menyembuhkan,
membawa keadilan, melayani Allah di tempat kerja—lalu saat kita akhirnya
mulai melakukannya, saya berkata, dunia akan jadi berbeda.”
Amin, Pak Pendeta.

isi 138 7/16/13 7:02 PM


139

7
-----------------------------------------------------------------

MENEMUKAN
-----------------------------------------------------------------
Aku lebih dari karunia-karunia rohaniku.
Aku adalah suatu kisah,
aku adalah luka-lukaku,
aku adalah keberhasilanku.
Penemuan diri haruslah holistik.
SUE MALLORY

A
llah memanggil para pemimpin gereja kepada pekerjaan
untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pelayanan
(Ef 4). Saya belum pernah bertemu seorang rohaniwan yang
tidak setuju tentang hal itu. Saya juga belum pernah berada
di suatu gereja yang tidak menegaskan pentingnya menolong
orang untuk mengelola “waktu, talenta, dan harta” mereka bagi Allah.
Namun, pembicaraan seperti itu tidak selalu digabungkan dengan
tindakan yang sengaja.
Lebih dari sekedar melemparkan suatu visi yang inspiratif
kepada jemaat untuk mengelola vokasi mereka untuk kemuliaan Allah dan
kebaikan bagi sesama mereka, para pemimpin gereja perlu menyediakan
suatu sistem yang menolong umat mereka untuk menyelidiki karunia-
karunia, minat-minat, dan “ketidakpuasan kudus” mereka, serta dimensi
daya vokasi mereka. Kita tidak bisa mengharapkan jemaat mengelola
dengan baik jika mereka tidak mengenali apa yang mereka miliki. Saat
jemaat mengambil waktu untuk menyelidiki desain unik mereka yang dari

isi 139 7/16/13 7:02 PM


140

Allah, mereka mulai menemukan tempat mereka yang paling tepat untuk
melayani-Nya dalam kerajaan-Nya.
Pleasant Valley Baptist Church di wilayah metro Kansas City
adalah pemimpin nasional dalam menyertai anggota-anggotanya
melalui proses penemuan dan memperlengkapi untuk pelayanan
ini. Gereja Willow Creek yang dipimpin oleh Bill Hybels telah memuji
pekerjaannya, dan konsultan gereja yang berpengalaman, Don
Simmons, memujinya sebagai “gereja yang memperlengkapi paling
baik di negara ini.” Setiap tahun para pemimpin gereja mengantri
untuk berpartisipasi dalam program mentoring E2 di Pleasant Valley
untuk belajar bagaimana mereka bisa menciptakan suatu budaya
yang bersemangat untuk melibatkan orang-orang awam melayani di
dalam dan luar gereja.
Pada paruh pertama bab ini, kita akan melihat pendekatan
Pleasant Valley. Pada paruh kedua, kita akan melihat bagaimana anggota-
anggota jemaat gereja saya sendiri telah melakukan curah gagasan
tentang dimensi-dimensi spesifik daya vokasi. Akhirnya, kita akan melihat
bagaimana suatu serial khotbah dari The Well Community Church di
Fresno, California, menolong pendengar-pendengarnya mengidentifikasi
ketidakpuasan kudus mereka.

SUATU PENDEKATAN SISTEMATIS


TERHADAP MENEMUKAN DAN MEMPERLENGKAPI
Pendeta Vernon Armitage telah memimpin Pleasant Valley selama lebih
dari empat puluh tahun dan bercerita dirinya telah berbicara tentang
Efesus 4 sejak hari pertama.1 Namun, ia mengakui gereja hanya
membuat sedikit kemajuan konkrit dalam melihat orang-orang awam
berkembang dalam karunia-karunianya sampai gereja itu secara sengaja
mensistimatiskan upaya-upayanya. Ini mencakup meletakkan baik staf-
staf baru maupun struktur-struktur baru pada tempatnya.
Salah satu dari staf itu adalah istrinya, Charlene, seorang
direktur penuh waktu untuk memperlengkapi. Tidak semua jemaat perlu
menggaji seorang staf. Tetapi gereja mana pun yang serius tentang
penatalayanan vokasi perlu menetapkan secara spesifik individu atau tim,
digaji atau tidak, yang mengabdikan waktu dan energinya untuk bekerja
memperlengkapi orang-orang awam.
Sistem memperlengkapi dari Pleasant Valley terdiri dari
pelatihan staf, suatu kurikulum pendidikan orang dewasa yang dipikirkan

isi 140 7/16/13 7:02 PM


141

masak-masak, pelatihan satu-dengan-satu, dan suatu alat data-base yang


disebut Church Community Builder (CCB).2
Charlene membimbing anggota-anggota staf baik dalam teologia
dari Efesus 4 maupun dalam cara-cara praktis. “Kami mulai dengan bicara
tentang Efesus 4 sampai menjalankan Efesus 4,” katanya.3 Pelatihan yang
disengaja diperlukan, paparnya, karena staf biasanya mendapati bahwa
lebih mudah melakukan berbagai hal sendiri ketimbang memperlengkapi
anggota-anggota awam. Mereka mungkin paham bahwa sebagai pemimpin
panggilan mereka adalah untuk memperlengkapi sesama untuk pekerjaan
pelayanan, tetapi secara fungsional, mereka tidak beroperasi dengan cara
itu. Pakar mobilisasi orang awam Sue Mallory setuju: “Para pendeta tidak
diajar untuk berpikir seperti ini di seminari.”4
Para staf gereja, demikian cerita Charlene, perlu memahami
keharusan alkitabiah untuk memperlengkapi, selain manfaat jangka
panjang dari pendekatan ini bagi pelayanan. Ia menggambarkan upaya-
upaya pelatihannya sebagai memindahkan para staf dari “DOTs ke DOPs:
dari doers of tasks (pelaku tugas-tugas) menjadi developers of people
(pengembang orang-orang).”
Sebagai tambahan terhadap membuat para staf memahami
filosofi memobilisasi dan memperlengkapi, para pemimpin jemaat
perlu menetapkan jalan-jalan yang sengaja disediakan untuk menolong
orang menemukan dan menerapkan talenta mereka. Di Pleasant Valley,
langkah-langkah pertama ke jalan itu dibuka melalui kelas “Discover Your
Design” (Temukan Desainmu) selama empat minggu. Kelas ini sangat
bergantung pada perangkat penilaian SHAPE yang dibuat oleh Saddleback
Church, selain perangkat penilaian dan formasi rohani yang diciptakan
oleh Pleasant Valley sendiri. Jemaat belajar melalui kelas-kelas ini untuk
mengidentifikasi karunia-karunia rohani, minat-minat, keterampilan-
keterampilan, kemampuan-kemampuan, dan sifat-sifat kepribadian, serta
pengalaman hidup penting yang telah membentuk mereka.
Pada sesi kelas terakhir, langkah berikutnya dari jalan itu
diperkenalkan. Para relawan yang terlatih bertemu dengan partisipan-
partisipan kelas yang sudah ditentukan untuk berkenalan. Pasangan-
pasangan ini kemudian merencanakan suatu pertemuan satu-dengan-
satu di minggu berikutnya untuk ditanyai dengan menggunakan profil
SHAPE si partisipan itu. Pertemuan itu ditujukan untuk mengulas proses
penilaian diri yang baru saja dilewati anggota gereja selama empat
minggu. Tujuan dari pertanyaan-pertanyaan dan pelatihan ini adalah
memperjelas dan menegaskan pemahaman si anggota tentang karunia

isi 141 7/16/13 7:02 PM


142

dan panggilannya dan menolongnya untuk mulai memikirkan bagaimana


dan di mana karunia-karunia itu bisa digunakan secara strategis.
Biasanya Pleasant Valley menawarkan kelas “Discover Your
Design” sebanyak tujuh kali dalam setahun. Ini memberi anggota-anggota
jemaat mereka berbagai kesempatan untuk berpartisipasi pada waktu
yang paling tepat bagi mereka. Kelas-kelas ini terutama dipasarkan
kepada para pendatang baru, karena para pemimpin gereja ingin mereka
memahami bahwa memperlengkapi adalah bagian penting dari “DNA”
Pleasant Valley. Mereka ingin orang-orang yang duduk di bangku gereja
paham para staf memandang anggota bukan hanya sebagai penonton
tetapi sebagai pelaku misi gereja di dunia.
Pandangan yang sangat tinggi akan orang awam ini ditekankan
dalam khotbah Vernon dari mimbar. Khotbah itu kemudian diperkuat
oleh penekanan yang diletakkan oleh para pemimpin agar semua jemaat
mengambil kelas-kelas “Discover Your Design”. Charlene memperkirakan
sekitar 60 persen atau lebih dari para pendatang baru ke gereja itu
menyelesaikan kelas itu. Ia bercerita bahwa mereka telah melihat
peningkatan signifikan dalam hal jumlah jemaat yang terlibat dalam
pelayanan baik di dalam maupun di luar gereja sejak mereka meluncurkan
sistem ini.

PENILAIAN KARUNIA ROHANI:


PENTING, TETAPI TIDAK CUKUP
Charlene dan para staf bagian memperlengkapi yang berpengalaman
menekankan tugas menemukan mencakup, tetapi harus melampaui,
penekanan tradisional tentang penilaian karunia-karunia rohani. Teks-
teks seperti Roma 12 dan 1 Korintus 12 mengajarkan bahwa Allah
memperlengkapi semua pengikut Kristus dengan karunia-karunia
rohani. Sebagai akibatnya, banyak gereja-gereja menawarkan kelas-
kelas pendidikan orang dewasa yang berfokus menolong anggota-
anggotanya mengidentifikasi karunia-karunia rohani. Penekanan pada
menemukan karunia-karunia rohani diperlukan dan berharga. Namun,
banyak pemimpin gereja secara keliru menyamakan memperlengkapi
dengan menerapkan suatu penilaian karunia-karunia rohani. Ini menjadi
problematik setidaknya karena tiga alasan.
Pertama, agar jemaat bisa menemukan tempat paling cocok
bagi mereka untuk melayani, suatu penilaian yang lebih dari sekedar
karunia-karunia rohani sangat penting. Seperti yang dijelaskan Simmons:

isi 142 7/16/13 7:02 PM


143

Ada jauh lebih banyak hal dalam diri saya (atau siapa pun) ketimbang
hanya karunia-karunia rohani saya saja. Jika suatu gereja menolong saya
menemukan karunia-karunia rohani saya, mereka hanya menemukan
satu bagian dari diri saya. Mereka akan kehilangan banyak pengalaman
yang telah Allah berikan kepada saya; mereka akan kehilangan peristiwa-
peristiwa dan aktivitas-aktivitas, dan geografi saya, serta perjalanan
rohani saya.5

Sayangnya, hanya sedikit sekali perangkat penemuan yang dijual


di wilayah pemasaran Kristen sekarang ini yang berusaha menggali
lebih dari karunia-karunia rohani.6 Pleasant Valley menggunakan SHAPE
karena mereka telah menemukan bahwa jemaat-jemaat mereka
melayani lebih lama dan lebih penuh sukacita dalam peran-peran yang
cocok dengan minat/gairah mereka, bukan hanya sesuai dengan karunia
rohani mereka. “Kami menghabiskan cukup banyak waktu meyakinkan
orang bahwa kami ingin tahu apa minat mereka,” ujar Charlene.
Masalah kedua dengan menyamakan memperlengkapi dengan
hanya melakukan penilaian karunia-karunia rohani adalah saat penilaian
itu mencakup rekomendasi-rekomendasi tentang bagaimana orang
bisa menggunakan karunia-karunia mereka yang spesifik—bahkan
tidak semua penilaian sampai kepada hal ini—rekomendasi mereka
biasanya berfokus hanya pada pelayanan-pelayanan di dalam gereja.
“Satu-satunya “sekarang bagaimana” dalam kosa kata mereka adalah
melayani gereja,” keluh Mallory.7 Dengan kata lain, mayoritas utama
penilaian mereka bukanlah menolong jemaat melihat bagaimana
mereka bisa menerapkan karunia-karunia rohani mereka dalam
konteks pekerjaan mereka sehari-hari atau dalam pelayanan sukarela
di luar keempat dinding gereja.
Apa yang malah dibutuhkan, kata Charlene dan orang-orang
lain yang berperan memperlengkapi, adalah perangkat yang menuntun
jemaat untuk berpikir secara lebih holistik tentang penggunaan karunia-
karunia mereka. Anggota-anggota jemaat yang menemukan mereka
memiliki karunia kepemimpinan atau administrasi, misalnya, bisa
didorong untuk memikirkan pelayanan sebagai seorang majelis gereja
atau pelayanan di badan pengurus sekolah di kota itu.
Apalagi, para anggota perlu memikirkan apa arti proses
penemuan karunia-karunia mereka bagi pekerjaan mereka sehari-hari.
Mereka yang memiliki karunia mengajar bisa didorong untuk mencari
cara-cara untuk menggunakan keterampilan ini secara lebih penuh
dalam pekerjaan mereka sekarang ini. Percakapan akhir setelah kelas

isi 143 7/16/13 7:02 PM


144

penemuan harus mencakup refleksi tentang cara-cara yang sudah


digunakan oleh jemaat untuk melayani tujuan kerajaan Allah melalui
pekerjaan mereka sehari-hari—dan apa yang bisa mereka lakukan lebih
jauh lagi di sana. Percakapan ini tidak seharusnya difokuskan secara
eksklusif pada bagaimana para anggota bisa menggunakan talenta-
talenta mereka dalam peran sebagai relawan. “Tempat pelayanan
terhebat Anda mungkin adalah tempat kerja Anda,” ujar Charlene. “Kami
sangat memandang penting hal itu.”
Ketiga, penggunaan penilaian karunia-karunia rohani mana pun
atau perangkat yang fokusnya lebih luas seperti SHAPE harus dikawinkan
dengan suatu proses yang disengaja untuk mengajar dan tanya jawab
untuk menindaklanjutinya. Seperti yang dikatakan Simmons, “Siapapun
bisa melakukan penilaian. Yang penting adalah apa yang terjadi setelah
itu.” Ia mendorong gereja-gereja untuk memastikan jemaat memiliki
kesempatan-kesempatan untuk mendiskusikan hasil-hasil penilaian
mereka. Seperti Charlene, ia percaya jemaat membutuhkan dialog
seksama tentang bagaimana penilaian itu memberi wawasan bagi cara
mengintegrasikan iman dan pekerjaan mereka secara lebih baik dalam
pekerjaan mereka sehari-hari, selain juga bagaimana mereka bisa
menggunakan karunia mereka untuk pelayanan sebagai relawan.
Gereja asal Simmons, The Well, melakukan tanya jawab-nya
melalui suatu model tim kecil. Ia menjelaskan: “Kami berpikir tempat
terbaik untuk melakukan penemuan adalah dalam suatu kelompok
kecil, dalam komunitas— yang jelas tidak sendirian. Karunia-karunia
itu diberikan untuk digunakan dalam komunitas. Dan talenta-talenta
Anda diberikan bagi komunitas. Jadi mengapa Anda menemukan
[talenta-talenta Anda] dalam isolasi dan tidak ada komunitas yang
bisa membuktikan kebenarannya?”

DIMENSI-DIMENSI DAYA VOKASI


Pleasant Valley telah mematangkan proses penemuan dan
memperlengkapi lebih dari kebanyakan gereja. Namun, saat
mendiskusikan penatalayanan vokasi dengan Charlene, kami sepakat
gereja ini perlu lebih mendalaminya lagi. Secara spesifik, untuk mendorong
penatalayanan vokasi, para pemimpin gereja perlu memasukkan dalam
proses penemuan lebih banyak perhatian yang disengaja pada berbagai
dimensi daya vokasi jemaat. Penilaian SHAPE memulai proses ini dengan
mengasah kemampuan-kemampuan dan keterampilan-keterampilan

isi 144 7/16/13 7:02 PM


145

orang—yang banyak di antaranya adalah keterampilan-keterampilan


vokasi. Tetapi daya vokasi lebih luas dari pada sekedar keterampilan.
Saat saya melakukan curah gagasan dengan kelompok-kelompok
Kristen tentang dimensi-dimensi daya vokasi, tujuh kategori hampir selalu
muncul ke depan (lihat gambar 7.1). Para pemimpin gereja seharusnya
memfasilitasi kesempatan-kesempatan bagi anggota-anggota jemaat
mereka untuk berjalan melalui proses mengidentifikasi berbagai elemen
daya vokasi mereka. Ini bisa terjadi dalam suatu setting kelas, kelompok
kecil, atau melalui pelatihan satu-dengan-satu. Proses “pembedahan”
yang disengaja ini bisa mencerahkan jemaat tentang elemen-elemen
daya vokasi yang belum mereka kenali atau pikirkan.
Di gereja saya sendiri, saya telah menyaksikan bagaimana proses
ini menggairahkan jemaat saat mereka memperoleh penghargaan baru
tentang potensi mereka untuk melayani kerajaan Allah di dalam dan
melalui pekerjaan mereka. Saya juga telah memfasilitasi beberapa sesi
diskusi tentang topik ini sambil mengajar suatu kelas sekolah minggu
dewasa tentang “membuat kota besuka-ria”. Tidak jarang partisipan
keluar dari proses ini dan berkata, “Wow, saya memiliki lebih banyak daya
vokasi daripada yang saya sadari.”

-----------------------------------------------------------------
Gambar 7.1. Dimensi-dimensi daya vokasi

isi 145 7/16/13 7:02 PM


146

Tujuh dimensi daya vokasi yang telah diidentifikasi oleh sesama


anggota gereja saya dan saya sendiri adalah pengetahuan/keahlian,
mimbar, jejaring, pengaruh, posisi, keterampilan, dan reputasi/
ketenaran.
1. Pengetahuan/keahlian. Para pekerja mengakumulasikan
pengetahuan spesifik atas industri atau bidang di mana mereka
berada. Ini berasal dari persiapan pendidikan dan vokasi selain juga
dari pengalaman di dalam pekerjaan. Cara pertama seorang Kristen
dengan setia mengelola keahlian ini adalah dengan menerapkannya
untuk mencapai hasil terbaik dalam pekerjaannya. Seperti yang pernah
ditulis oleh Dorothy Sayers, karena pekerjaan itu sendiri penting, si
pekerja memiliki suatu tugas untuk “melayani pekerjaan itu.”8 Salah
satu implikasi dari hal ini adalah para pekerja Kristen seharusnya
berusaha sebisa mungkin untuk mengejar kesempatan-kesempatan
pengembangan profesional yang meningkatkan pengetahuan mereka
sehingga mereka bisa memberi kontribusi lebih besar dalam pekerjaan
mereka sehari-hari. Sebagai tambahan, para profesional Kristen
mungkin mendapati bahwa sebagian pengetahuan dan keahlian
mereka bisa ditransfer ke dalam berbagai konteks baru. Memahami
di mana hal seperti itu bisa terjadi bisa memfasilitasi ekspresi-ekspresi
tambahan dari penatalayanan vokasi yang bijak.
Setelah lulus dari sekolah kuliner, koki Tim Hammack magang
di suatu restoran di Berkeley, California, yang disebutnya sebagai “pusat
dari revolusi makanan gourmet Amerika.”9 Lalu ia memperoleh suatu
pekerjaan sebagai asisten kepala juru masak di restoran Bouchon yang
bergengsi, suatu restoran gourmet Perancis di Napa Valley, California. Di
sana ia belajar tentang kreasi yang berseni, kombinasi bahan, dan kerja
tim berpresisi di dapur.
Suatu hari, mantan teman sekolah Hammack, Dave Perez
mengajaknya bertemu untuk minum kopi. Perez memiliki suatu visi
yang ingin dibagikannya tentang suatu program pelatihan seni
kuliner—bagi orang-orang tunawisma. Ia memberitahu Hammack,
“Saya ingin kamu yang menjalankan dapur itu dan mengajar orang-
orang ini. Kamu akan sempurna dalam peran ini. Kamu jelas memiliki
keterampilan memasak.”10 Jadi sekarang ini Hammack menggunakan
keahliannya sebagai kepala juru masak di Bay Area Rescue Mission di
Richmond, California.
Di sana, sebagai tambahan kepada menjalankan program
pelatihan itu, ia mengoordinasikan pemberian makanan kepada sekitar

isi 146 7/16/13 7:02 PM


147

1.200 orang-orang tuna wisma setiap hari—dengan anggaran makan


tahunan sekitar sepuluh ribu dolar. Sebagian besar bahannya adalah
sumbangan orang. “Kami tidak pernah benar-benar tahu hari demi hari
apa yang akan kami peroleh,” ujar Hammack. “Ini bagaikan pemilahan
di rumahsakit—kami memilah-milah yang bagus, yang busuk, yang jelek
dan mencukupkan diri dengan apa yang kami miliki.”11 Ia ingat neneknya,
Grandma Nola, yang tumbuh dewasa di masa Depresi, memiliki keahlian
ini. Ia selalu membuat suatu makanan enak dari apa saja yang kebetulan
matang di kebunnya. Hammack berkata, “Seperti halnya Grandma Nola,
saya menjadi cukup ahli dalam menyulap makanan enak dari apa yang
kelihatannya seperti sisa-sisa makanan.”12
2. Mimbar. Beberapa profesi memberi pekerja-pekerjanya
suara, suatu kesempatan untuk menyampaikan pesan atau bersinar
di bawah lampu sorot tentang suatu isu, perkara, orang, tempat, atau
organisasi. Pikirkan, misalnya, peran yang dimainkan oleh para wartawan,
fotografer, videografer, kolumnis surakabar, pembuat film dokumenter,
dan presenter talk-show dalam masyarakat. Seperti yang dikatakan oleh
fotografer pemenang penghargaan Pulitzer, Stan Grossfeld, “Adalah
suatu kehormatan untuk menjadi seorang wartawan. Jika saya peduli
tentang sesuatu, saya bisa membuat setengah juta orang peduli tentang
hal itu juga.”13
Kepemilikan akan mimbar adalah tanggungjawab yang
memabukkan. Mengelolanya secara bijak mencakup komitmen yang
tidak kenal lelah bagi kebenaran dan akurasi. Juga dibutuhkan kepekaan
yang besar terhadap martabat manusia. Sebagai contoh, akan sangat
menolong bagi orang-orang Kristen untuk menggunakan mimbar
mereka untuk menarik perhatian kepada kisah-kisah penderitaan
manusia. Tetapi mereka harus berjuang untuk menyajikan penderitaan
itu tanpa sensasionalisme, pelanggaran privasi, atau fotografi yang tidak
manusiawi.
Orang-orang Kristen di bidang ini juga bisa menggunakan
mimbar mereka untuk mengarahkan lampu sorot kepada kisah-kisah
yang biasanya tidak diperhatikan orang. Wartawan Russ Pulliam,
misalnya, seorang kolumnis di The Indianapolis Star, kadangkala menarik
perhatian orang kepada pekerjaan baik yang dilakukan oleh badan-badan
nirlaba yang berdasarkan agama di kota itu. Ia mengambil kesempatan
untuk menceritakan kisah-kisah positif tentang lingkungan-lingkungan
perumahan yang biasanya mendapatkan liputan media yang negatif. Ia
memberikan perhatian kepada kelompok-kelompok kecil akar rumput

isi 147 7/16/13 7:02 PM


148

yang bekerja diam-diam tetapi dengan setia untuk membawa kabar baik
dan harapan di sejumlah komunitas kota yang paling bermasalah.
3. Jejaring. Untuk memeriksa ketersediaan jejaring vokasi,
jemaat bisa mulai dengan membuat daftar rekan kerja, baik yang
sekarang maupun yang lama. Lalu mereka bisa mengidentifikasi teman-
teman dan kolega-kolega sejak dari masa persiapan vokasi mereka
(universitas, sekolah pasca-sarjana, program-program pelatihan); kolega-
kolega yang mereka temui di konferensi-konferensi profesional; dan
pelanggan, pemasok, mitra, mentor, dan pejabat-pejabat publik yang
telah berinteraksi dengan mereka dalam pekerjaan. Kebanyakan orang
terkejut saat melihat betapa luasnya jejaring mereka. Berikutnya adalah
tugas untuk secara seksama dan hati-hati memikirkan bagaimana
mengelola jejaring itu untuk tujuan-tujuan shalom.
Radiolog Simon Chiu dari Christ Church of Oak Brook (Illinois)
telah menggunakan jejaringnya untuk merekrut banyak dokter dan
profesional perawatan kesehatan lainnya untuk memberikan pelayanan
sukarela di Lawndale Christian Health Clinic di pusat kota Chicago.
Chiu sendiri adalah seorang partisipan yang antusias.14 Demikian pula,
pengembang perumahan John Phillips dari Willow Creek North Shore
Community Church, di Northfield, Illinois, menggunakan jejaringnya
untuk menemukan tempat-tempat yang terjangkau untuk disewa bagi
pelayanan remaja di pusat kota yang dibantunya.15
Orang-orang Kristen yang memiliki jejaring yang kuat di dalam
bidang profesi mereka bisa mengumpulkan rekan-rekan seprofesi
untuk mendiskusikan isu-isu yang mempengaruhi bidang dan industri
mereka—atau meluncurkan suatu inisiatif baru yang mengurus
masalah yang dikhawatirkan anggota-anggota bidang itu. Dengan kata
lain, salah satu cara untuk mempromosikan transformasi insititusional
di dalam suatu bidang adalah menggunakan jejaring yang dimiliki
seseorang untuk mengorganisir kelompok-kelompok minat, koalisi,
gugus tugas, dan sejenisnya.
Andy Macfarlan, dokter umum keluarga yang kita jumpai di
bab satu, membawa keprihatinannya tentang orang-orang yang tidak
memiliki asuransi kesehatan di kotanya kepada kolega-koleganya di
Albemarle County Medical Society. Ia membagikan visi di sana agar ada
suatu sistem perawatan pro bono yang terkoordinasi bagi orang-orang
dewasa bekerja yang tidak memiliki asuransi kesehatan. Rekan-rekan
sesama dokter berkomitmen terhadap visi itu, dan bersama-sama Andy
dan mitra-mitranya ini menggunakan jejaring mereka untuk merekrut

isi 148 7/16/13 7:02 PM


149

para dokter umum, spesialis, apotik-apotik, dan laboratorium medis ke


dalam suatu program Jejaring Kemitraan Para Dokter.
4. Pengaruh. Pada tahun 2003, suatu buku berjudul The
Influentials oleh Ed Keller dan Jon Berry mengajukan suatu pembelaan
bahwa jenis kuasa yang dikenal sebagai pengaruh—kapasitas untuk
menyebabkan suatu efek dalam cara-cara yang tidak langsung atau tidak
terlihat—tidaklah sinonim dengan posisi. Orang bisa memiliki pengaruh yang
besar tanpa memegang posisi yang tinggi. Semua orang Kristen, terlepas
dari posisinya di dalam suatu organisasi, harus memikirkan seberapa
besar pengaruh yangmereka miliki dalam setting pekerjaan mereka—dan
bagaimana pengaruh itu bisa digunakan secara kreatif bagi kebaikan.
Helen Bach bukanlah seorang CEO atau presiden dari organisasi
tempatnya bekerja. Ia juga tidak memiliki senioritas. Tetapi ia menemukan
cara untuk menggunakan pengaruhnya untuk mengupayakan dicicipinya
aspek keutuhan dalam kerajaan Allah di tempat kerjanya—dan lebih dari itu.
Helen telah melayani selama enam tahun sebagai penyelia
administratif di Olive Crest, di Santa Ana, California, suatu sekolah
alternatif bagi remaja yang memiliki gangguan emosional. Namun,
selama lebih dari dua dekade, ia telah memelihara dan melatih anjing-
anjing, memenangkan penghargaan-penghargaan American Kennel Club
dalam kompetisi ketaatan tingkat tertinggi.
Beberapa tahun lalu, Helen belajar tentang penggunaan anjing-
anjing dalam setting terapetik. Ia membuat anjing peliharaannya sendiri,
Luther, disertifikasi sebagai seekor anjing terapi lalu meneruskan dengan
memperoleh sertifikasi bagi dirinya sendiri sebagai seorang penilai anjing-
anjing yang bepotensi sebagai anjing terapi. Tidak dibutuhkan waktu lama
olehnya untuk melihat Luther mungkin bisa melakukan banyak hal yang
baik di kampus Olive Crest.
Helen berbicara dengan penyelianya tentang membawa Luther
ke tempat kerja. “Pada awalnya, mereka tidak tahu apa yang harus
dilakukan dengan [ide ini],” kata Helen.16 Tetapi mereka mengizinkannya
untuk mencoba. Jadi setiap pagi, Helen memposisikan dirinya dan
Luther—yang selalu mengenakan sejumlah topi atau kacamata hitam
yang konyol—tepat di titik di mana para remaja menjalani pemeriksaan
keamanan. Helen langsung memperhatikan Luther bisa membuat
remaja-remaja yang keras hati ini tersenyum. “Mereka akan mendekat
dan mengelus-elusnya. Anda bisa melihat bagaimana mereka bisa
memberi dan menerima perhatian dari Luther dalam suatu cara yang
tidak bisa mereka lakukan dengan orang dewasa. Tidak lama kemudian,

isi 149 7/16/13 7:02 PM


150

para guru di Olive Crest mulai menggunakan “waktu bersama Luther”


sebagai imbalan untuk perilaku yang baik. Pengaruh positif anjing itu
begitu kentara sehingga para administrator yang berkunjung dari rumah-
rumah kelompok bagi remaja bermasalah mulai meminta Helen untuk
membawa Luther ke fasilitas mereka. Sejak saat itu, ia telah membuat
daftar kunjungan anjing-anjing terapi bersama anjing-anjing bersertifikat
lainnya baigi banyak rumah kelompok di area itu.
5. Posisi. Sejumlah jemaat mencapai posisi-sisi kuat di
dalam organisasi atau bidang profesi mereka. Posisi adalah suatu
dimensi dari daya vokasi yang melibatkan tingkat otoritas yang dimiliki
seseorang di dalam suatu organisasi didasarkan pada senioritas
atau jabatan atau reputasi. Ini juga menandakan kedudukan atau
kredibilitas seseorang yang muncul dari kuasa posisi karena afiliasi
organisasinya (misalnya, seorang akademisi memiliki “kuasa posisi”
lebih banyak jika ia mengajar di Harvard ketimbang jika ia mengajar di
suatu universitas komunitas setempat).
Truett Cathy, pendiri dan pemimpin Chick-fil-A, menggunakan
posisinya sebagai pemimpin perusahaan untuk membuat keputusan
melawan arus budaya: menutup semua restorannya pada hari
Minggu untuk menghargai hari Sabat. Baroness Caroline Cox memiliki
kuasa posisi yang dikelola sebagai anggota Britain’s House of Lords
untuk menarik perhatian kepada penderitaan orang-orang Kristen
di seluruh dunia yang dianiaya karena iman mereka. David Aikman,
seorang mantan koresponden senior dari majalah Time, mengangkat
posisinya untuk menyoroti peran mengubah sejarah yang dimainkan
oleh pemimpin-pemimpin Kristen di abad ke duapuluh dan menyoroti
dampak-dampak potensial dari kebangkitan rohani Kristen besar-
besaran di China.
6. Ketrampilan. Kadangkala orang begitu terbiasa melakukan
pekerjaan mereka sehingga jarang berhenti untuk memeriksa berbagai
keterampilan yang berbeda-beda yang mereka gunakan dalam
prosesnya. Individu-individu dalam berbagai vokasi memiliki sederetan
keterampilan yang hampir tiada akhirnya. Dalam koleksi perangkat
penilaian mereka yang sangat menolong, penulis Kevin dan Kay Marie
Brennfleck memasukkan suatu penilaian yang memuat enam puluh dua
keterampilan spesifik.17
Penatalayanan vokasi termasuk menginventarisasi
keterampilan-keterampilan diri sendiri dan kemudian bertanya, “Untuk
siapa aku bisa menggunakan keterampilan-keterampilan ini?” Berpikir

isi 150 7/16/13 7:02 PM


151

secara kreatif—dan penuh doa—tentang jawaban terhadap pertanyaan


itu bisa membukakan jalan-jalan pelayanan yang baru.
Penyanyi/penulis lagu profesional yang berbasis di Nashville,
Craig Pitman, misalnya, memutuskan beberapa tahun yang lalu untuk
menggunakan keterampilannya bukan hanya untuk kemajuan karirnya
dalam industri lagu Kristen; ia juga menawarkan talenta musiknya secara
gratis kepada komunitas lokalnya. Craig memimpin acara menyanyikan
lagu-lagu pujian sebulan sekali di gerejanya; tiket masuknya adalah
sekantong makanan yang tidak mudah rusak bagi lemari penyimpanan
makanan di gereja. Sebagai tambahan, setelah terinspirasi oleh kisah
Alkitab tentang Daud memainkan harpanya bagi Saul yang tersiksa,
Craig memutuskan untuk menemukan anggota-anggota gereja yang
“mengalami pencobaan” dengan tujuan menawarkan kepada orang-
orang yang menderita itu keterampilan musiknya. Craig menulis tentang
melayani suatu keluarga yang telah mengalami tragedi:

Saya telah bermain dalam konser di seluruh bagian tenggara negara ini
selama dua puluh tahun, dan telah merekam lagu-lagu saya dan lagu-
lagu saya juga direkam oleh orang lain. Saya telah memimpin kebaktian
penyembahan di mana saya pikir awan kemuliaan akan memenuhi
ruang kebaktian karena cara jemaat menyanyi; tetapi malam itu, di
ruang keluarga dari keluarga terkasih itu, Allah memberi saya hak
istimewa untuk melihat pelayanan musik yang sesungguhnya, di mana
dalam privasi rumah itu, airmata dukacita berubah menjadi airmata
penuh pengharapan dan isi hati dicurahkan dalam mazmur-mazmur,
himne-himne, dan lagu-lagu rohani yang naik dari ruangan itu. Saya bisa
melihat bagaimana Allah menggunakan pekerjaan tangan saya untuk
menguatkan dan menghibur saudara dan saudari saya dalam suatu cara
yangbelum pernah saya alami sebelumnya. Tidak ada kontrak rekaman di
dunia ini atau suatu panggung konser yang akan saya tukarkan dengan
malam itu.18

7. Reputasi/Ketenaran. Beberapa profesional mencapai


pengakuan tingkat tinggi di dalam—dan kadangkala melampaui—bidang
vokasi mereka. Ini bisa memampukan mereka untuk masuk kepada para
pialang kekuasaan, kapasitas untuk memobilisasi pengikut dalam jumlah
banyak atau kesempatan-kesempatan strategis untuk mengarahkan
perhatian skala luas kepada suatu isu atau maksud tertentu.
Bintang rock internasional Bono mungkin adalah contoh utama
dari pengelolaan ketenaran. Ia telah mengangkat reputasi globalnya untuk

isi 151 7/16/13 7:02 PM


152

menarik perhatian kepada pandemi AIDS dan kemiskinan dunia. Demikian


pula, komedian Kristen yang sukses Carlos Oscar telah mengangkat
ketenarannya untuk mengumpulkan dana dan kesadaran melalui
pertunjukan-pertunjukan amal untuk perjuangan melawan perbudakan
seksual anak-anak. Dan ahli bedah anak yang terkenal di dunia Ben
Carson menggunakan reputasinya untuk mendorong investasi dalam
Carson Scholar Funds, yang telah menyediakan beasiswa akademis bagi
lebih dari 4.300 remaja yang kurang beruntung.19

KETIDAKPUASAN KUDUS
Akhirnya, selain mengidentifikasi karunia-karunia rohani dan dimensi
daya vokasi, tugas menemukan mencakup mendorong jemaat-jemaat
untuk memahami ketidakpuasan kudus mereka. Ini bukanlah suatu
area di mana Pleasant Valley banyak memfokuskan diri, tetapi The Well
Community Church sudah melakukannya.
Suatu ketidakpuasan kudus adalah suatu gairah yang
“meremukkan” seseorang—isu yang “membuatmu tidak bisa tidur
di malam hari; sesuatu di dalam dunia yang ingin kamu bereskan,”
kata pendeta The Well, Brad Bell.20 Pada bulan September 2009, ia
menyampaikan suatu serial khotbah tentang topik itu, menggunakan
kitab Nehemia sebagai teksnya. Kata-katanya terbukti mengubahkan
hidup setidaknya bagi satu orang pendengar, Tim Schultz yang berusia
tiga puluh tiga tahun.
Tim telah bekerja dalam bidang konstruksi di suatu pengembang
perumahan di Fresno selama beberapa tahun. Ia memiliki minat lama
dalam beberapa area penting: masalah tuna wisma, kepedulian terhadap
ciptaan, pengangguran, dan desain. Sebelum mendengar khotbah
Bell, Tim telah bergumul tentang bagaimana mengintegrasikan minat-
minat ini ke dalam suatu upaya sosial baru yang bisa menggunakan
keterampilan vokasi, pengalaman, dan jejaringnya. Khotbah Nehemia itu,
katanya, “Benar-benar menarik pemicu” bagi ide-idenya.21
Ketika Bell pertama menggunakan frasa “ketidakpuasan kudus”,
sesuatu menjadi jelas bagi Tim. “Frasa itu benar-benar memberi nama
kepada apa yang sedang saya alami,” ujarnya. “Saya akhirnya bisa
mengatakan, ‘Itu dia! Itulah yang sedang saya alami.’” Tim berduka karena
masalah pengangguran dan tuna wisma dan berhasrat agar cara-cara
yang lebih baik ditemukan dalam industri konstruksi untuk mengurangi
pemborosan yang berakhir di tempat pembuangan sampah. Mengikuti

isi 152 7/16/13 7:02 PM


153

teladan Nehemia, Tim membawa ketidakpuasan kudusnya kepada Allah


dalam doa. Perlahan-lahan, berbagai kepedulian yang membuatnya
bergumul mulai memiliki suatu bentuk yang bisa dipahami.
Pada bulan Juli 2010, Tim membentuk ReVive Industries
dengan visi multifaset. ReVive akan membuat kontrak dengan para
pembangun untuk terlibat dalam pelayanan dekonstruksi. Perusahaan
itu akan menyelamatkan barang-barang yang bisa digunakan dan bahan-
bahan bangunan sisa, lalu menggunakannya untuk membuat furnitur
yang dirancang khusus. Tim berencana untuk bermitra dengan Fresno
Rescue Mission dengan mempekerjakan orang-orang tuna wisma
dalam program pemulihannya. Ia akan melatih orang-orang itu dalam
pembuatan furnitur dan mempekerjakan mereka dalam proyek-proyek
dekonstruksi. Idenya adalah untuk menyelamatkan hidup, bukan hanya
bahan-bahan sisa.
ReVive memberi Tim suatu sarana untuk menggunakan
desainnya yang unik dan daya vokasinya. Perusahaan itu menggunakan
segala sesuatu yang ada pada dirinya—seorang desainer yang telah
menggambar dan mengutak-atik sejak ia masih kecil; seorang pembangun
dengan jejaring koneksi kuat dalam industri konstruksi; seorang pemerhati
lingkungan yang sering digoda keluarganya karena “terobsesi” akan daur
ulang; dan seorang pengikut Kristus yang hatinya telah diremukkan oleh
penderitaan orang-orang tuna wisma yang pengangguran. Tim mengakui
ia agak gugup saat melangkah dalam upaya barunya. Tetapi khotbah Bell
tentang ketidakpuasan kudus telah mengajarnya “jika itu adalah pimpinan
Allah, maka [Anda] taat saja dan berjalan.”

isi 153 7/16/13 7:02 PM


isi 154 7/16/13 7:02 PM
155

8
-----------------------------------------------------------------

PEMBENTUKAN
-----------------------------------------------------------------
Yesus sebenarnya
mencari orang-orang
yang kepadanya bisa
dipercayakan kuasa-Nya.
DALLAS WILLARD

P
enatalayanan vokasi yang setia bukan hanya tentang
melakukan, tetapi juga tentang menjadi. Untuk menggunakan
daya vokasi mereka untuk kebaikan bersama, orang-orang
percaya harus memiliki karakter untuk menangani daya ini
dengan rendah hati dan menjauhkan diri dari penggunaannya
secara keliru. Itulah sebabnya memuridkan untuk penatalayanan vokasi
melibatkan bukan hanya pekerjaan inspirasi dan penemuan tetapi juga
suatu penekanan tentang pembentukan. Aspek persiapan bagi jemaat
bagi penatalayanan vokasi ini tidak terlalu tentang mekanika bagaimana-
caranya tetapi lebih tentang hati. Memperlengkapi tidak lengkap sampai
para pemimpin gereja menyediakan pengajaran, nasehat, dan pembinaan
yang dibutuhkan untuk membentuk karakter anggota-anggota mereka
dengan tepat.
Pembaca yang seksama akan beberapa bab terakhir mungkin
menyimpulkan—dengan tepat—adalah penting orang menghindari
meremehkan talenta dan daya vokasi yang mereka miliki. Sekarang saya
ingin menyeimbangkan hal itu dengan menggarisbawahi betapa vitalnya

isi 155 7/16/13 7:02 PM


156

menghindari menilai mereka terlalu tinggi. Di sini bahayanya terletak pada


orang mengakui posisi, pengetahuan atau keterampilan yang mereka
miliki—tetapi kemudian menilai mereka terlalu tinggi.
Banyak jemaat di gereja-gereja kelas menengah dan kelas
atas adalah orang-orang yang berhasil dan berbakat. Mereka memiliki
daya vokasi yang signifikan. Banyak di antaranya adalah para pemimpin;
banyak adalah individu-individu dengan kapasitas tinggi, tipe A dengan
kemampuan-kemampuan dan kompetensi yang signifikan. Kadangkala
orang-orang percaya seperti itu perlu mendengar lagi peringatan Yesus
bahwa sebagian orang yang sangat berbakat akhirnya akan terkejut pada
hari terakhir. Mereka akan berkata kepada-Nya, “Tuhan, bukankah kami
… mengusir setan demi nama-Mu?” dan Dia akan menjawab, “Aku tidak
pernah mengenal kamu” (Mat 7:22-23). Yesus di sini berbicara tentang
orang-orang yang memiliki talenta-talenta yang mengagumkan. Talenta-
talenta seperti itu mungkin adalah bukti urapan Allah, tetapi tampaknya
mereka juga bisa ada pada orang-orang yang bahkan tidak mengenal
Allah.1 Jelas, penting untuk tidak menyamakan kepemilikan karunia-
karunia seperti itu dengan kedewasaan rohani.
Dalam bab ini, kita akan melihat dua komponen pembentukan kerja:
mengembangkan karakter yang tepat dan meniru cara Allah mengelola
daya. Para pemimpin jemaat yang berinvestasi pada pekerjaan ini menolong
memastikan saat mereka meluncurkan jemaat mereka dari “kapal induk”,
yaitu gereja, mereka melakukan kebaikan ketimbang kejahatan.

MENGEMBANGKAN KARAKTER YANG DIBUTUHKAN


UNTUK PENATALAYANAN VOKASI
Mempersiapkan orang-orang percaya untuk penatalayanan vokasi
yang bijak dimulai dengan mengembangkan setidaknya empat sifat-
sifat karakter kunci: kepelayanan, tanggungjawab, keberanian, dan
kerendahan hati.
Kepelayanan. Anggota-anggota jemaat yang mengelola kuasa
dengan baik melihat identitas utama mereka sebagai pelayan-pelayan.
Untuk membina sikap ini di kalangan umat mereka, para pemimpin
gereja bisa memulainya dengan mengajarkan kata dalam bahasa Ibrani
avodah. Istilah ini digunakan untuk mengekspresikan tiga gagasan:
ibadah, pekerjaan, dan pelayanan. Sulit untuk memikirkan istilah yang
lebih indah dan cocok untuk menggambarkan penatalayanan vokasi. Saat
kita bekerja menggunakan talenta-talenta yang diberikan Allah untuk

isi 156 7/16/13 7:02 PM


157

berpartisipasi dengan Yesus Sang Raja dalam misi-Nya untuk membawa


dicicipinya kerajaan Allah yang digenapkan kepada sesama kita, kita
menjalankan ide avodah. Kita menyadari kebenaran bahwa pekerjaan kita
bisa menjadi suatu alat untuk menyembah Allah dan melayani sesama.
Avodah juga mencakup doa yang bergantung kepada
Allah saat kita melakukan pekerjaan-pekerjaan kita, perhatian yang
difokuskan pada Allah saat kita melakukan pekerjaan bersama-Nya
sebagai pemirsa kita dan kasih yang dituntun Allah bagi sesama saat
kita memikirkan jenis-jenis pekerjaan yang seharusnya kita lakukan.
Berkomentar tentang avodah, Rabbi Michael Strassfeld mengatakan,
“Bekerja … adalah suatu bentuk pelayanan kepada dunia, kepada umat
manusia lainnya, dan kepada Allah. … Bekerja memiliki potensi untuk
mencapai tikkun olam, ‘memperbaiki dunia.’”2
Kata kuno lainnya juga bisa menolong para pemimpin gereja
berusaha membentuk umat mereka untuk penatalayanan vokasi.
Kata itu adalah vocare, suatu istilah dalam bahasa Latin yang artinya
“memanggil.” Ini adalah akar dari kata vocation dalam bahasa Inggris.
Panggilan fundamental Kristen datang dari undangan Yesus “Mari,
ikutlah Aku.” Panggilan itu adalah untuk menjadi seperti Yesus, yang
artinya setidaknya dua hal: diutus dan menjadi pelayan-pelayan. Memang,
vokasi (panggilan) mendasar kita adalah panggilan sebagai pelayan. Itulah
sebabnya Rasul Paulus memulai banyak dari surat-suratnya dengan
suatu pernyataan identitasnya: “Dari Paulus, hamba Kristus Yesus.”
Pekerjaan kita sebagai pelayan-pelayan berbeda-beda saat
diekspresikan dalam berbagai pekerjaan yang berbeda-beda. Pelayanan
adalah vokasi bersama kita; cara-cara spesifik kita dalam melayani
tergantung pada karunia-karunia, minat-minat, dan kesempatan-
kesempatan kita secara individual. Poinnya adalah ini: pekerjaan kita pada
dasarnya adalah tentang melayani sesama. Anggota-anggota jemaat
yang menangkap hal ini secara mendalam lebih siap bagi penatalayanan
vokasi ketimbang mereka yang tidak.
Mariners Church, suatu gereja besar di Orange County,
California, sebagian besar anggotanya adalah orang-orang yang kaya,
sukses, sangat kompeten, dan berkuasa. Kenton dan Laurie Beshore
telah melayani gereja itu selama hampir tiga dekade. Mengetahui
komposisi umat mereka dan mengenal Firman Allah telah memotivasi
mereka untuk menyoroti pelayanan sebagai “pilar” gereja. “Berpusatkan
diri sendiri dan individualisme adalah cara hidup sekarang ini,” Kenton
Beshore berujar. “Yesus datang dan memutarbalikkan segala sesuatu

isi 157 7/16/13 7:02 PM


158

dan menunjukkan kepada semua orang cara hidup yang bertentangan


dengan budaya yang ada. … Dia datang dari posisi yang berkuasa, namun
melayani dengan rendah hati.”3
Sebagai bagian dari upayanya untuk melepaskan waktu, talenta,
dan harta jemaat mereka kepada komunitas-komunitas setempat dan
dunia, Mariners mendorong setiap anggota untuk berpartisipasi dalam
suatu kelas dasar selama sepuluh minggu yang disebut “Rooted.” Kelas
itu diselenggarakan dalam format kelompok kecil dan menekankan bahwa
Kekristenan adalah tentang menjadi seperti Kristus—dan Kristus adalah
seorang pelayan. “Bagaimana kita harus menjalankan hidup baru yang
beriman?” tanya Beshore. “Kita hidup seperti Yesus. Kita perlu memiliki
hati Yesus. ‘Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani,
melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi
tebusan bagi banyak orang.’”4 Dua minggu pelajarannya berfokus pada
kepelayanan Yesus. Ayat hafalan kuncinya adalah dari perkataan Paulus
dalam surat Filipi tentang meniru natur Kristus: “Dengan tidak mencari
kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah
dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari
pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan
kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. Hendaklah
kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang
terdapat juga dalam Kristus Yesus” (Flp 2:3-5).
Tanggungjawab. Dalam bab dua, kita melihat Yesus merasakan
belas kasihan bagi mereka yang menderita sampai perut-Nya terasa
bagaikan tertendang, dan kemurahan yang mendalam ini membawa-
Nya kepada tindakan pengorbanan. Para tsaddiqim menunjukkan belas
kasihan yang sama. Mereka dengan secara sengaja bertumbuh sebagai
orang yang melihat. Mereka berjuang untuk memperhatikan dalam dunia
yang rusak ini, sehingga mereka bisa mendengar erangan sesamanya.
Lalu mereka mengizinkan diri untuk terkena dampak dari apa yang
mereka lihat. Mereka dengan rela menerima tanggungjawab.
Dalam bukunya The Dangerous Act of Loving Your Neighbour,
Mark Labberton berargumen kurangnya tindakan orang Kristen dalam
menghadapi ketidakadilan yang tragis dan kebutuhan-kebutuhan dunia
kita bersumber dari kegagalan kita untuk melihat apa yang terjadi
dan mengambil tanggungjawab untuk bertindak. Kita tidak melihat
ketidakadilan secara “jelas, tanpa keliru, dan urgen dalam pandangan
kita,” ujarnya.5 Ini berasal dari besarnya jarak antara dunia kita yang
berkecukupan dengan dunia lain “di luar sana”, di mana tragedi, penyakit,

isi 158 7/16/13 7:02 PM


159

kemelaratan, dan penindasan memang ada. Kita salah memandang


penderitaan ini sebagai masalah mereka, bukan kita, kata Labberton. Kita
hidup “dengan hati nurani yang bening, percaya bahwa kita bukan pelaku
ketidakadilan sambil percaya bahwa ketidakadilan berada di luar kuasa
kita untuk mengubahnya. Kita berpikir memang demikian seharusnya.”
Tetapi, ia mengingatkan kita, “Kesaksian yang konsisten dari Kitab Suci
adalah masing-masing kita, di segala zaman dan tempat, terlibat, terlibat
secara mendalam, dalam masalah ketidakadilan.”6
Para tsaddiqim mempraktekkan melihat dan memahami
dengan benar. Labberton, seorang mantan pendeta, berkata bahwa
para pemimpin gereja bisa menolong jemaatnya melakukannya dengan
menerapkan latihan-latihan bersama yang praktis. Misalnya, saat
memimpin gereja First Presbyterian di Berkeley, California, Labberton
mengundang seorang uskup dari Uganda untuk berkunjung dan
menceritakan kepada jemaat tentang anak-anak yang dengan mudah
ditangkapi oleh para pemberontak dalam Lord’s Resistance Army (LRA).
Ini membawa kepada tindakan-tindakan praktis—tetapi langkah pertama
adalah membingkai ulang bagaimana anggota jemaat memandang anak-
anak itu. “Kalian tidak akan tahu apa yang harus dilakukan,” papar Uskup
Zac, “sampai mereka pertama-tama menjadi anak-anakmu.”7
Untuk mengembangkan cara pandang itu, para anggota
menempelkan foto-foto anak-anak Uganda di sekitar ruang kebaktian.
Ibadah bersama secara teratur melibatkan doa bagi mereka. Mengikuti
teladan pribadi Labberton, sejumlah jemaat mulai berlangganan secara
online suratkabar Uganda untuk tetap memperoleh informasi dan
menulis surat-surat kepada politisi untuk mengungkapkan keprihatinan
mereka.8 Hati dari salah satu jemaat tertusuk oleh tragedi di mana para
gadis ditangkapi dan mengalami penganiayaan seksual secara brutal
oleh LRA. Ia memimpin suatu inisiatif untuk membuat kerajinan quilt
untuk dikirimkan kepada mereka yang berada di rumahsakit rehabilitasi
di Goma, Uganda, yang didukung oleh gereja. Sebelum dikirimkan, quilt-
quilt itu dibeberkan di bangku-bangku gereja. Para anggota jemaat
diundang untuk “membungkus diri dalam ekspresi keindahan dan kasih
Allah ini,” dan dalam keheningan membayangkan penerimanya dibungkus
oleh rengkuhan kasih yang menghormati mereka.
Keberanian. Menerima tanggungjawab untuk bertindak di dalam
dunia yang penuh ketidakadilan dan kerusakan membutuhkan keberanian.
Dan keberanian bukanlah sesuatu yang kepadanya budaya kita memanggil
kita. Budaya kita mengidolakan kenyamanan, kebahagiaan, dan keamanan.

isi 159 7/16/13 7:02 PM


160

Sebagai responsnya, seperti yang telah diucapkan oleh Rev. Tim Keller
dari Redeemer Presbyterian Church, orang-orang Kristen harus menjadi
suatu “budaya tandingan bagi kebaikan bersama.”9 Ini mencakup membuat
pilihan-pilihan untuk bersikap berani ketimbang aman
Yang penting, ini tidak mencakup meninggalkan hal-hal yang kita
lakukan dengan baik, kekuatan-kekuatan yang kita miliki, atau keahlian
vokasi yang telah kita kumpulkan. Ini justru berarti menggunakan karunia-
karunia yang diberikan Allah itu untuk apa yang disebut oleh penulis Gary
Haugen “tanjakan yang lebih menuntut.”10 Dengan kata lain, keberanian ini
adalah tentang mengabdikan karunia-karunia dan talenta-talenta kita bagi
maksud-maksud kerajaan Allah, bukan kerajaan-kerajaan kita sendiri. Ini
artinya berusaha melakukan berbagai hal menurut ukuran Allah dengan
talenta-talenta kita, tugas-tugas yang tidak bisa kita selesaikan sendirian,
tanpa pertolonganNya. Kita membawa semua daya kita kepada Allah dan
mengakui bahwa itu semua tidak cukup untuk menyelesaikan pekerjaan
untuk membawa cicipan kerajaan Allah. Kita memandang, seperti anak-
anak, dalam kebergantungan penuh tekad kepada Bapa Sorgawi kita.
Haugen menulis,

Ini bukanlah memasrahkan talenta atau hasrat atau pelatihan kita, tetapi
menaruh hal-hal yang sudah dianugerahkan itu di suatu tempat yang
melampaui batas aman, di luar kemampuan [kita] untuk mengendalikan
hasil dan di luar daya [kita] sendiri untuk berhasil. Ini adalah suatu
tempat di mana Allah sangat dibutuhkan dan suatu pekerjaan di mana
Dia senang terlibat—karena itu adalah pekerjaan-Nya sendiri. 11

Jalan kepada keberanian seperti ini adalah melalui pergumulan


untuk keadilan dalam dunia ini.12 Para pemimpin gereja mendorong
tumbuhnya keberanian saleh dalam diri anggota-anggota jemaatnya
saat mereka memanggil anggota-anggota itu untuk berpartisipasi
dalam melakukan pekerjaan yang benar-benar penting di mata Allah.
Pekerjaan itu adalah misi-Nya untuk mendorong kerajaan kegelapan
mundur dengan ekspresi baru kerajaan terang. Ini adalah pekerjaan
untuk membawa cicipan keadilan dan shalom kepada orang-orang
yang rusak dan tempat-tempat yang rusak. Memanggil jemaat kepada
pekerjaan-pekerjaan ini membutuhkan keberanian di sisi para pemimpin
gereja. Dibutuhkan keberanian untuk menunjukkan bahwa sejumlah hal
yang kepadanya orang-orang Kristen mengabdikan perhatiannya adalah
hal-hal sepele dan lainnya adalah ekspresi dari kurangnya keyakinan
kepada Jehovah Jireh.

isi 160 7/16/13 7:02 PM


161

Bergabung dengan Yesus dalam misi-Nya untuk memulihkan


segala sesuatu menata ulang prioritas-prioritas kita. Ini memaksa kita
untuk berhenti menghabiskan waktu untuk membangun kerajaan kita
sendiri. Ini membawa kita menjauh dari waktu yang diinvestasikan untuk
mengumpulkan kekayaan duniawi saja atau memperoleh status duniawi
yang lebih besar. Ini menuntut agar kita mulai mempercayai Allah untuk
mengurus kita ketimbang mencoba memastikan keterurusan itu dengan
membangun berbagai jaringan pengamanan bagi diri kita sendiri dan
orang-orang yang kita kasihi. Ini menuntut agar kita mulai berfungsi
seolah-olah kita memang percaya bahwa jika kita mencari kerajaan Allah
dan kebenaran-Nya terlebih dahulu, Dia akan memenuhi janji-Nya untuk
memberi segala sesuatu yang kita butuhkan (Mt 6:33). Keberanian
yang kita butuhkan, pendeknya, adalah keberanian untuk pergi bersama
Yesus Sang Raja ke tempat-tempat penderitaan dan keberanian untuk
memegang janji-janji Allah.
Pendeta bagian penjangkauan di Bethany Bible Church di
Phoenix, Brad Pellish, telah memanggil jemaatnya kepada keberanian
yang lebih besar dalam menghadapi ketidakadilan tertentu di kotanya.
Dibutuhkan sejumlah keberanian dari pihaknya juga. Dua tahun yang
lalu, Brad membuat sejumlah orang di gerejanya bertanya-tanya saat ia
mengundang mantan penari klub telanjang Harmony Dust untuk berbicara
kepada jemaat. Brad telah mempelajari sejumlah kebenaran yang kejam
tentang industri seks komersial di Phoenix. Ia berpikir umatnya perlu
mengetahui tentang keputusasaan yang dirasakan oleh para perempuan
di balik plang NUDE GIRLS. Ia memperkirakan mereka akan ngeri saat
tahu banyak pelacur di Phoenix usianya hanya tiga belas tahun—dan para
mucikari yang brutal memaksa banyak gadis-gadis dalam gaya hidup ini.
Brad ingin gerejanya bergabung dengannya dalam suatu misi baru ke
sejumlah tempat-tempat yang gelap dan menyeramkan.
Oleh anugerah dan pemberdayaan dari Allah, mereka melakukannya.
Bethany Bible memutuskan untuk memulainya dengan
mendukung para petugas polisi kesusilaan setempat. Pertama, para
anggota gereja membeli voucher-voucher sejumlah tiga ribu dolar dari
restoran-restoran cepat saji yang beroperasi dua puluh empat jam untuk
diberikan kepada petugas-petugas itu. Penyebabnya adalah, saat para
petugas itu menangkap para pelacur di bawah umur, mereka seringkali
menggunakan uang mereka sendiri untuk membelikan anak-anak itu
makanan. (Walaupun gadis-gadis itu kelaparan dan mungkin memiliki
uang tunai, mereka tidak berani mengambil resiko membuat mucikari

isi 161 7/16/13 7:02 PM


162

mereka marah karena membelanjakan pendapatan mereka untuk


membeli makanan.) Wakil Kepala Polisi Chrisa Bay, seorang veteran di
Phoenix Police Department, terkejut; tidak ada kelompok gereja yang
pernah melakukan hal seperti itu sebelumnya. Bethany juga meluncurkan
suatu inisiatif doa yang disebut Vice Undercover untuk “menjaga agar
para petugas kepolisian kesusilaan di selubungi oleh doa.”
Beberapa perempuan dari Bethany melakukan perjalanan ke
pelayanan Treasures milik Harmony Dust di Los Angeles untuk menerima
pelatihan tentang cara-cara yang efektif untuk mengkomunikasikan kasih
Kristus kepada para penari telanjang. Melalui program baru itu, para
relawan gereja mengirimkan kartu dan kantung-kantung hadiah kepada
para penari itu. Mereka mencoba memicu percakapan dan pertemanan-
pertemanan yang baru yang bisa menolong para perempuan itu
menemukan suatu cara keluar dari industri seks komersial.
Kendahan hati. Banyak pemimpin gereja yang berada dalam
jemaat-jemaat yang penuh dengan individu-individu yang memiliki daya
vokasi yang signifikan. Mengelola daya itu dengan baik membutuhkan
kerendahan hati yang mendalam—suatu sifat yang kadangkala
membuat orang-orang yang sangat sukses dan kompeten bergumul
untuk memilikinya.
Para pemimpin gereja bisa menolong anggota-anggotanya untuk
menghindari kekeliruan terlalu memandang tinggi talenta mereka dengan
mengingatkan mereka bahwa kasih, bukan karunia-karunia, adalah bukti
utama pekerjaan Allah dalam hidup kita. Tepat sebelum “pasal kasih” di
Alkitab, 1 Korintus 13, Rasul Paulus mendorong pembaca-pembacanya
untuk mengingini karunia-karunia rohani tetapi kemudian berkata ia akan
menunjukkan kepada mereka “jalan yang lebih utama lagi” yaitu kasih (1
Kor 12:31). Karunia-karunia rohani memang baik, demikian ajar sang
Rasul, tetapi mereka tidak bisa mengalahkan kasih. Kita bisa mengatakan
hal yang sama tentang kemampuan-kemampuan alamiah atau keahlian
vokasi kita.
Untuk mengelola kuasa, kemampuan, dan karunia-karunia
mereka dengan baik, orang-orang percaya harus mengupayakan
pertumbuhan dalam kasih, merefleksikan kebaikan, kesetiaan,
kesabaran, kerendahan hati, dan pengendalian diri. Orang yang telah
belajar mengasihi dengan baik adalah orang yang menggunakan
talentanya dengan baik. Yesus telah berjanji untuk memberikan kepada
pengikut-pengikut-Nya kuasa Roh Kudus bagi kehidupan dan pekerjaan
kita. Tetapi, seperti yang dikatakan Dallas Willard, Mesias mencari

isi 162 7/16/13 7:02 PM


163

mereka yang bisa dipercayai-Nya dengan kuasa-Nya: “Hanya murid-


murid Yesus yang konstan yang akan diberi kuasa yang cukup untuk
memenuhi panggilan mereka untuk menjadi manusia-manusia Allah
bagi waktu dan tempat mereka di dunia ini. Hanya merekalah yang
mengembangkan karakter yang membuatnya aman untuk memiliki
kuasa seperti itu.”14
Willow Creek North Shore di luar kota Chicago adalah suatu
jemaat yang memiliki banyak orang-orang yang sangat berbakat dan
sukses. Pendeta Steve Gillen berterus terang tentang apa yang harus
dilakukan olehnya dan para stafnya untuk menggembalakan umatnya
dengan baik. Saat seorang jemaat mendekati para staf dengan membawa
ide tentang cara menggunakan daya vokasinya untuk pelayanan, Loretta
Jacobs, seorang anggota staf, mewawancarainya. Tujuan dari pertemuan
awal itu berganda: mempelajari tentang keterampilan dan impian jemaat
yang bersangkutan dan menyaring sikap-sikap atau motivasi-motivasi
yang tidak tepat. Gillen menjelaskan:

Jika gereja Anda memberdayakan [penatalayanan vokasi oleh anggota-


anggota jemaat yang berkapasitas tinggi] … Anda harus berhati-hati
tentang siapa yang Anda undang untuk itu. Itulah bagian dari mengapa
Loretta duduk berhadapan dengan setiap orang-orang ini. Kami ingin
memastikan mereka memiliki karakter yang pada tempatnya sebelum
kami meluncurkan mereka. … Tidak ada ruang untuk [isu kekuasaan]. Yang
kami bicarakan adalah bahwa ketika Anda meletakkan handuk pelayan itu
di tangan Anda dalam inisiatif-inisiatif ini, Anda melayani sesama, dan jika
ada sesuatu apapun tentang motif yang dipertanyakan, maka kita akan
membicarakannya dan dukungan kami kepada mereka akan surut jika
[mereka] tidak menunjukkan sikap yang tepat.15

BERBAGI KUASA: MENGENALI KARUNIA-KARUNIA ORANG LAIN


Bagian pertama dari pekerjaan pembentukan termasuk para pemimpin
gereja berusaha mengembangkan karakter belas kasihan, terlibat,
rendah hati dari seorang pelayan dalam diri jemaat-jemaatnya. Bagian
kedua dari pekerjaan ini mencakup mendidik jemaat tentang sikap yang
benar dalam menggunakan kuasa—yaitu, melakukannya dengan cara
yang sesuai dengan cara Allah mengelola kuasa-Nya. Sederhananya,
Allah mengelola kuasa-Nya dengan membagikannya, dan kita harus
meniru modus operandi itu.

isi 163 7/16/13 7:02 PM


164

MODUS OPERANDI ALLAH


Pikirkan kisah penciptaan. Dalam Kejadian 1 dan 2, kita memperoleh
gambaran maksud normatif Allah bagi dunia. Dalam dunia yang ideal
ini, kita melihat Allah berbagi kuasa dengan yang lemah—karena Dia
berbagi kuasa dengan manusia. (Dibandingkan dengan Allah, kita lemah.)
Allah berbagi kuasa dengan Adam dan Hawa dan menjadikan mereka
wakil penguasa-Nya. Ia menempatkan umat manusia untuk berkuasa
atas tatanan ciptaan-Nya. Ingat Kejadian 1:28, di mana Allah berkata
kepada Adam dan Hawa, “Beranakcuculah dan bertambah banyak;
penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut
dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di
bumi.” Satu pasal berikutnya, mandat budaya ini diulangi: “TUHAN Allah
mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk
mengusahakan dan memelihara taman itu” (Kej 2:15).16
Terbiasanya kita dengan kisah ini agak berbahaya, karena bisa
menyebabkan kita melewatkan sesuatu yang penting. Kita perlu melihat
bahwa Allah tidak harus berbagi kuasa-Nya seperti ini dengan manusia-
manusia pertama. Ia bisa saja menempatkan mereka di Taman dan
berkata, “Ini adalah firdaus. Jangan mengacaukannya!”17 Tetapi Dia tidak
melakukannya. Allah sangat menikmati menjadi Pencipta sehingga Dia
ingin kita, anak-anak-Nya yang diciptakan dalam citra-Nya, untuk menikmati
karya penciptaan dalam kehidupan. Diciptakan dalam citra Allah, kita
memiliki talenta-talenta dari-Nya dan otoritas untuk menggunakannya.
Kita memiliki daya vokasi. Dan itu adalah anugerah Allah.
Yang mengagumkan, berbagi kuasa ini terus berlangsung
bahkan setelah Kejatuhan (Kej 3). Setelah benar-benar mengacaukan
amanat dari Allah untuk bekerja dan mengurus Taman, kita kira Allah
akan memutuskan bahwa rencana berbagi kuasa ini tidak terlalu bagus.
Namun, bertentangan dengan perkiraan yang masuk akal itu, Allah
mengejutkan kita. Allah memang mengusir Adam dan Hawa keluar
dari firdaus, tetapi Dia tidak melucuti kuasa dari mereka dan tidak
membatalkan mandat budaya mereka.
Kita bisa merasa pasti tentang hal ini karena dua alasan.
Pertama, Yesus sebagai Anak Allah terus beroperasi menurut modus
operandi Bapa tentang berbagi kuasa. Ketika kita mengamati Yesus
dengan murid-Nya, kita melihat kuasa dibagi. Sang Raja berbagi kuasa-
Nya dengan orang biasa, para murid yang, seperti kita, sering ditandai
oleh kebodohan, kesombongan, kelemahan, dan kepengecutan. Yesus
memberi kuasa kepada keduabelas murid untuk mengusir roh-roh

isi 164 7/16/13 7:02 PM


165

jahat dan menyembuhkan yang sakit—lalu mengutus mereka pergi


untuk melakukannya. Belakangan Dia melakukan hal yang sama
kepada kelompok tujuh puluh dua orang. Mereka pergi berdua-dua dan
menemukan sukacita besar saat mereka melayani dan menjadi berkat
bagi sesama mereka. Kemudian, mendekati akhir hidup-Nya, Yesus
menjanjikan kuasa yang lebih besar melalui Roh Kudus kepada murid-
murid-Nya di masa depan dan memperkirakan mereka akan melakukan
“pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar daripada itu” (Yoh 14:12).
Kedua, pertimbangkan gambaran kerajaan Allah yang digenapi
yang disajikan dalam kitab Wahyu. Dalam firdaus yang dipulihkan,
dibangun ulang di bumi dan langit yang baru, apa yang kita lihat? Kita
melihat pembagian kuasa saat kita sebagai manusia-manusia terus
menjadi wakil penguasa Allah, duduk di tahta bersama Yesus dan
berkuasa atas bumi yang baru (Why 3:21, 5:10).
Modus operandi Allah adalah berbagi kuasa dengan manusia,
yang lemah, ringkih, dan seringkali penuh dosa. Dia memberi kita kreativitas,
talenta, potensi, dan sumber-sumber daya, dan Dia ingin kita menggunakan
semua itu. Secara bersamaan, Allah mengenal kelemahan-kelemahan kita
dan cap ilahi-Nya pada diri kita, dan Dia memberi kita potensi.
Inilah aplikasi akan semua hal ini bagi saat ini. Dalam dunia ini,
ada kesenjangan kuasa. Beberapa orang memiliki lebih banyak kuasa
dibandingkan lainnya. Itu hanyalah suatu fakta. Fakta lain adalah orang-
orang Kristen kelas menengah dan atas di Amerika ada di antara orang-
orang yang berkuasa di dunia. Dari posisi kekuasaan kita yang relatif,
kita dipanggil untuk menghindari membenci mereka yang, di mata dunia,
tidak berkuasa. Kita dipanggil untuk melihat mereka yang miskin dan
tidak berpunya sebagai lebih dari sekedar miskin dan tidak berpunya. Kita
dipanggil untuk melihat potensi mereka, martabat mereka, kapasitas-
kapasitas laten mereka. Kita dipanggil untuk bekerja bersama mereka.
Kita tidak memaksakan daya vokasi kita pada mereka atau bahkan
menggunakannya bagi mereka. Kita dipanggil untuk membawanya
berdampingan dengan mereka.
Apa yang dikatakan Andy Crouch tentang penatalayanan daya
budaya dalam bukunya yang penuh wawasan Culture Making harus
diterapkan kepada penatalayanan daya vokasi kita:

Saat Allah bekerja dalam sejarah, Dia melakukannya melalui kemitraan


antara yang berkuasa dan tidak memiliki kuasa. Hal mendasar yang kita
diundang untuk melakukannya adalah menggunakannya berdampingan

isi 165 7/16/13 7:02 PM


166

dengan mereka yang kurang berdaya dibandingkan kita. Kalimat yang


kedengarannya lebih umum adalah menggunakannya demi mereka
yang tidak memiliki daya, tetapi itu bukan cara kerja dalam ekonomi
Allah. Cara untuk menggunakan daya budaya adalah membukakan bagi
orang lain kesempatan untuk menciptakan produk-produk budaya yang
baru, menambahkan sumber daya kita kepada sumber daya mereka
untuk meningkatkan kesempatan mereka untuk memindahkan horison
kemungkinan bagi sejumlah komunitas. … Kita tidak mendekati mereka
yang relatif tidak memiliki kuasa sebagai penerima-penerima sumbangan
kita tetapi sebagaisumber-sumber dari suatu kuasa yang kita sendiri
sebagai pihak yang relatif berkuasa mungkin tidak mengenalnya. Saat
kita meletakkan kuasa kita untuk melayani mereka, kita membuka
kapasitas kreatif mereka tanpa mengurangi kapasitas kita sendiri
dengan cara apapun. 18

MEMBUATNYA TIGA DIMENSI


Pedagang barang antik Martha Rollins dari Richmond, Virginia,
memberikan suatu teladan yang sangat membangun tentang jenis
penatalayanan daya vokasi yang rendah hati. Selama bertahun-tahun,
tokonya berulangkali dipilih sebagai Toko Barang Antik Terbaik di
Richmond. Pekerjaannya diliput di majalah industri itu. Ia memiliki
jejaring profesional dan sosial yang luas dan menikmati penghasilan
yang sehat dari bisnisnya. Pendeknya, Martha makmur dalam cara yang
digambarkan oleh Amsal 11:10.
Martha bercerita ia mulai serius dengan imannya saat ia
mencapai usia paruh baya. Walaupun ia sempat tergoda dengan
pemikiran untuk masuk ke seminari untuk “melayani Allah”, pendetanya
dengan bijak menasehatinya untuk menemukan cara-cara untuk
menggunakan pengetahuan bisnis, keterampilan, pengalaman,
kekayaan dan jejaring sosialnya—yaitu daya vokasinya—bagi kerajaan
Allah. Jadi ia mulai berdoa dan mencari masukan dari teman-temannya
tentang bagaimana ia bisa menggunakan talenta marketplace-nya
untuk memerangi kemiskinan di Richmond.
Dalam waktu singkat, ia memperoleh suatu bibit ide. Bagaimana
dengan merintis toko barang bekas di suatu tempat di dekat pusat kota
yang membutuhkan investasi bisnis perdagangan eceran? Toko seperti
itu bisa menyediakan lapangan kerja, menjual barang-barang bekas yang
masih bagus dengan harga yang pantas yang bisa menolong mengulur
anggaran rumahtangga yang ketat dan mungkin meniupkan napas baru
ke dalam suatu lingkungan yang tertekan secara ekonomi. Pemikiran

isi 166 7/16/13 7:02 PM


167

itu masuk akal, tetapi ia tidak tahu komunitas mana di Richmond yang
akan menjadi pilihan yang bagus untuk investasi itu. Karena ia orang
yang berkepribadian aktif, Martha memutuskan untuk mengendarai
saja mobilnya dan mulai mencari. Tidak lama kemudian mobil putihnya
menjadi pemandangan yang biasa terlihat meluncur pelan di lingkungan
sebelah timur yang lebih keras.
Saat ia berkendara dan mengamati, ia juga berdoa terus
menerus, meminta pimpinan Allah. Pada tahun 2001 Allah membuatnya
bertemu dengan Rosa Jiggets. Rosa adalah seorang perempuan Afrika
Amerika paruh baya dari lingkungan Highland Park di Richmond, suatu
lingkungan perumahan yang sulit secara ekonomi. Ia tumbuh dewasa
dalam keluarga pengusaha—ayahnya mengoperasikan suatu “minimart
berjalan” selama bertahun-tahun.
Minat bisnis Rosa dan Martha yang serupa serta iman mereka
yang sama menolong kedua perempuan ini untuk langsung akrab.
Kemitraan mereka menyatukan berbagai jenis daya. Martha memiliki
jenis-jenis daya tertentu yang tidak dimiliki Rosa; ia memiliki kekayaan
dan akses kredit dan jejaring sosial serta bisnis yang sangat luas. Rosa
memiliki daya yang tidak dimiliki Martha: pengetahuan lokal, modal
budaya, dan reputasi yang bagus di lingkungan itu. Keduanya memiliki
daya untuk ketajaman bisnis. Dengan mengombinasikan talenta mereka,
mereka menerapkan suatu pelayanan yang membawa transformasi
kepada beberapa blok kota di Highland Park.
Sejak tahun 2002, kedua perempuan ini telah mengembangkan
pelayanan mereka, dinamai Boaz & Ruth, menjadi suatu perusahaan
multifaset yang memberi kehidupan. Saat Martha lebih memahami
komunitas di sana dari Rosa dan tetangga-tetangganya yang lain, ia
menjadi tahu bahwa Highland Park menerima para lelaki dan perempuan
yang keluar dari penjara-penjara Virginia dalam jumlah yang tidak
proporsional. Ia mendapati tingkat berulangnya kejahatan adalah sekitar
66 persen dan seringkali itu disebabkan karena para mantan napi itu
tidak bisa menemukan pekerjaan.
Rosa mulai memperkenalkan Martha kepada beberapa lelaki
dan perempuan ini, dan Martha memiliki mata yang melihat mereka lebih
dari sekedar mantan napi. Dalam lima tahun berikutnya, ia menggunakan
koneksi politik, uang, jejaring bisnis, dan keahlian pemasarannya untuk
meluncurkan tujuh bisnis lokal lagi di Highland Park, yang masing-masing
mempekerjakan mantan napi. Para lelaki dan perempuan ini bergabung
dalam program magang Boaz & Ruth dan bekerja selama setahun atau

isi 167 7/16/13 7:02 PM


168

lebih di toko Second Harvest atau dalam bisnis pindahan, bisnis restorasi
furnitur, bisnis eBay, restoran, atau perusahaan B & R lainnya. Dengan
berbagi kuasa dengan Rosa dan anggota-anggota komunitas lainnya,
Martha telah berkontribusi terhadap beria-ria penuh sukacita dalam
blok-blok kota Highland Park.
Martha senang berkata tentang semua orang yang terlibat
dalam B & R, mulai dari para staf sampai relawan sampai para partisipan
dalam program, “Kami percaya setiap orang adalah seorang ‘Ruth’ yang
memiliki kebutuhan-kebutuhan dan juga seorang ‘Boaz’ yang memiliki
karunia-karunia.”19

KESIMPULAN
Saat para pemimpin gereja memandang umatnya, mereka melihat
banyak individu yang diberkati dengan pendidikan, hak-hak istimewa,
kesempatan-kesempatan, dan pengaruh. Para jemaat ini memiliki banyak
hal yang bisa dibagikan. Beberapa di antaranya perlu ditantang untuk
mengarahkan talenta mereka yang besar ke arah kebaikan bersama,
mengalahkan kecenderungan ke arah kenyamanan dan kemewahan.
Lainnya ingin menolong sesama tetapi mungkin perlu bertumbuh dalam
hal kepekaan untuk mengelola kuasa mereka di tengah-tengah orang-
orang yang tidak terlalu memilikinya.
Diharapkan, sebagai hasil dari terinspirasi dan menjalani proses-
proses penemuan yang disengaja yang telah memampukan mereka untuk
memperjelas talenta-talenta unik yang telah Allah berikan kepada mereka
untuk dibagikan, banyak jemaat yang akan merasa tergerak untuk keluar
dan melakukan sesuatu. Namun, sebelum meluncurkan energi ini, para
pemimpin gereja harus bekerja keras untuk memperkuat “diri batiniah”
anggota-anggota mereka sehingga pelayanan mereka di dunia benar-
benar membawa kemuliaan bagi Allah dan membantu sesama mereka
dengan tulus.

isi 168 7/16/13 7:02 PM


isi 169 7/16/13 7:02 PM
isi 170 7/16/13 7:02 PM
B A G I A N 3
---------------------------------------------

JALAN MENUJU
PENATALAYANAN VOKASI

isi 171 7/16/13 7:02 PM


isi 172 7/16/13 7:02 PM
173

9
-----------------------------------------------------------------

MENEMPATKAN
DAYA VOKASI
EMPAT JALAN
-----------------------------------------------------------------
Paling banyak, Anda akan menghabiskan
sekitar 5 persen dari jam bangun Anda
di [gereja]. Sembilan puluh lima persen
hidup Anda dihabiskan di dunia ...
Kartu pencatat isinya adalah tentang
95 persen [yang dihidupi] di dunia.
PDT. VICTOR PENTZ

P
ara pemimpin gereja mungkin percaya bahwa jika mereka
mengkhotbahkan pesan yang benar (inspirasi), menyediakan
peralatan dan forum yang menolong umat mereka
mengidentifikasi karunia, minat-minat, dan dimensi-dimensi daya
vokasi mereka (penemuan), dan menolong anggota-anggota
mereka mengembangkan karakter yang matang untuk menangani
daya yang mereka miliki dalam sikap yang alkitabiah (pembentukan),
maka anggota-anggota mereka akan langsung mulai mengelola daya

isi 173 7/16/13 7:02 PM


174

vokasi mereka dengan efektif. Walaupun mungkin saja beberapa orang


yang otodidak bisa saja melakukan hal itu, banyak anggota jemaat yang
membutuhkan pertolongan praktis lebih lanjut. Setelah melihat mengapa
mereka harus mengelola daya vokasi mereka dan apa daya itu, kini mereka
membutuhkan pertolongan untuk memahami di mana mereka harus
menginvestasikan upaya-upaya mereka. Ini adalah pekerjaan penempatan.
Di bagian tiga, kita akan menyelidiki secara seksama bagaimana
para pemimpin jemaat bisa memperlengkapi anggota-anggotanya untuk
penatalayanan vokasi menurut empat jalan yang mungkin ditempuh. Saya
memperkenalkan mereka di sini dan memberikan sejumlah komentar
tentang godaan-godaan yang ada di masing-masing jalan yang perlu
disadari oleh para pemimpin jemaat. Bab 9.1 meringkaskan ide-ide
penting tentang masing-masing jalan.

-----------------------------------------------------------------
Tabel 9.1. Ringkasan Empat Jalan

isi 174 7/16/13 7:02 PM


175

MEMPERKENALKAN EMPAT JALAN PENATALAYANAN VOKASI


Jalan 1: Mekar di tempat Anda ditanam. Jalan utama dan paling
penting untuk menggunakan daya vokasi adalah di dalam dan melalui
pekerjaan kita sekarang. Tempat pertama yang seharusnya dicari oleh
orang-orang percaya untuk melakukan misi memberi cicipan adalah
tepat di pekerjaan yang sekarang mereka miliki. Saya menyebutnya
“mekar di tempat Anda ditanam.”
Mekar mencakup merefleksikan dan mempromosikan
kemuliaan Allah dalam vokasi kita yang sekarang ini. Para tsaddiqim
melakukan hal ini dengan berupaya menjalankan, dalam kuasa Roh
Kudus, dimensi-dimensi vertikal, pribadi, dan sosial dari kebenaran dalam
konteks vokasi mereka. Kita melihat sekilas tentang seperti apa hal itu
terlihat saat kita memikirkan teladan si pembangun rumah Perry Bigelow
pada bab dua. Kita mekar saat kita mengakui Allah sebagai pengarah
dan pemirsa kita, dan melakukan pekerjaan kita dalam kebergantungan
sehari-hari yang fungsional dalam Roh Kudus. Kita mekar saat kita
menghormati Allah melalui praktek-praktek etis kita dan saat kita secara
sengaja dan kreatif berusaha memajukan shalom bagi semua pemangku
kepentingan organisasi kita. Dan kita mekar saat kita bertindak sebagai
“pengusaha”—orang yang melakukan inovasi reformasi yang dibutuhkan
di dalam perusahaan atau sektor industri mereka.
Setiap jemaat, terlepas dari ukurannya, bisa dan seharusnya
meletakkan penekanan utama untuk memperlengkapi anggota-anggota
mereka bagi ekspresi penatalayanan vokasi ini. Beberapa juga memiliki
kapasitas untuk memperlengkapi para anggotanya bagi salah satu dari
jalan-jalan lainnya, dan gereja-gereja besar mungkin memiliki kemampuan
untuk mendukung keempat jalan tersebut. Namun, tidak seperti jalan
pertama, jalan-jalan lainnya bukan merupakan pilihan wajib.
Godaan bagi jalan 1. Godaan dalam jalan ini ada dua (setidaknya).
Yang pertama mungkin disebut pietisme atau kesalehan yang berlebihan;
lainnya, menganggap diri sendiri paling benar.
Godaan pietisme timbul saat jemaat secara keliru mendefinisikan
misi integrasi iman/pekerjaan secara terlalu sempit. Maksudnya,
mereka berusaha menjadi orang-orang yang berintegritas di tempat
kerja dan mungkin mencoba menginjili rekan-rekan kerja, tetapi mereka
tidak merenungkan pekerjaan itu sendiri secara mendalam. Mereka
tidak menginvestasikan waktu untuk memikirkan bagaimana pekerjaan
mereka mencerminkan gambaran Allah dalam pemeliharaan-Nya yang
terus berlangsung dalam tatanan ciptaan atau bagaimana pekerjaan

isi 175 7/16/13 7:02 PM


176

mereka berpartisipasi dalam maksud-maksud penebusan Allah. Mereka


gagal memahami bagaimana orang bisa menjadi saksi dalam missio
Dei melalui pekerjaan dalam cara-cara selain memasang hiasan dinding
Kristiani atau memimpin Penelaahan Alkitab.
Steve Garber, presiden dari Washington Institute, bercerita
tentang membawa beberapa orang Kristen di tempat itu untuk mengunjungi
suatu restoran hambuger yang dimiliki oleh seorang temannya. Temannya
ini telah berpikir dalam-dalam tentang bagaimana bisa melayani Allah
melalui bisnisnya, dan ia telah memilih untuk mengadopsi sejumlah
kebijakan spesifik. Berusaha mempromosikan nilai keutuhan dalam
kerajaan Allah, pengusaha ini menghindari sapi komersial yang diberi
makan biji-bijian yang mengandung antibiotik yang dapat menimbulkan efek
negatif terhadap kesehatan. Berusaha mengupayakan nilai kerajaan Allah
dalam memperhatikan lingkungan, ia membeli semua bahan makanannya
secara lokal. Orang-orang Kristen yang dibawa oleh Steve ke restoran
itu tidak mampu melihat nilai kerajaan Allah dalam hal itu. Mereka tidak
bisa memahami apa yang “Kristen” tentang rumah makan hamburger
ini, karena pemiliknya tidak berbicara tentang mempertobatkan pegawai-
pegawainya dan ia tidak memajang literatur Kristen apapun.2
Godaan kedua di jalan pertama adalah superiorisme. Ini bisa
terjadi saat orang-orang Kristen dalam tempat-tempat kerja sekular
mereka lupa akan doktrin anugerah umum—pemikiran bahwa Allah telah
menganugerahkan berbagai tingkat hikmat dan wawasan kepada orang-
orang tidak percaya dan bahwa ia bisa memajukan maksud-maksud-Nya
melalui institusi-institusi non-Kristen. Superiorisme memunculkan diri saat
orang-orang Kristen menyatakan bahwa hanya mereka yang bisa memahami
yang benar, yang baik, dan yang indah. Ia muncul saat orang-orang Kristen
secara sembarangan menggunakan bahasa tentang “membawa” institusi
atau sektor vokasi mereka “kepada Kristus”. Bahasa seperti itu bisa
menyebabkan keributan di kalangan kolega-kolega sekular. Superiorisme
terungkap saat orang-orang percaya gagal menjadi pendengar yang baik
bagi orang-orang bermaksud baik yang tidak memiliki iman Kristen, saat
orang-orang percaya tidak ramah terhadap pandangan orang lain.
Akademisi Kim Phipps, sekarang presiden Messiah College,
memberikan nasehat-nasehat praktis kepada orang-orang Kristen
dalam profesinya tentang cara menghindari superiorisme. Ia mendorong
orang-orang terpelajar untuk mempraktekkan “keramahtamahan
intelektual”. Ini termasuk

isi 176 7/16/13 7:02 PM


177

peduli dan prihatin terhadap orang itu, dan itu juga mengharuskan mengundang
orang lain ke dalam percakapan itu, mendengarkan tanpa berprasangka, dan
mengakui harkat orang lain dan pandangan-pandangan mereka bahkan saat
terjadi perbedaan pendapat yang logis. Yang lebih penting, keramahtamahan
intelektual mencakup nilai keramahtamahan dasar keilmuan, yang
mengakarkan keterbukaan kita terhadap pandangan-pandangan orang lain
karena mengetahui bahwa daya mental kita terbatas, dan bahwa wawasan
kognitif, pengalaman, dan afektif orang lain, terutama saat mereka berbeda
dari milik kita, bisa benar-benar memperdalam dan memperluas pemahaman
kita akan orang-orang lain dan dunia yang mengelilingi kita.3

Keramahtamahan ini bukan sekedar relativisme, dan tidak


menuntut agar kita menerima semua pendapat orang lain. Bahkan,
Phipps menegaskan, keramahtamahan intelektual menuntut diakuinya
konflik yang logis. Orang-orang Kristen bisa dan seharusnya membuat
argumen-argumen yang tepat berdasarkan pandangan alkitabiah.
Poinnya adalah menghindari mengata-ngatai lawan secara tidak adil,
melanggar sopan santun, menolak untuk melihat gambaran Allah dalam
diri orang-orang yang tidak sepakat, dan tidak memiliki kerendahan hati
untuk menyadari bahwa kita bisa belajar dari mereka yang pandangannya
berbeda. Nasehat Phipp untuk orang-orang Kristen yang terpelajar dalam
lingkungan akademia sekular yang seringkali tidak ramah bisa diterapkan
bagi orang-orang Kristen di tempat kerja sekular manapun.
Para pemimpin gereja memperlengkapi umat mereka untuk
menahan godaan pietisme dan superiorisme saat mereka mengajarkan
suatu pandangan integrasi iman/pekerjaan yang kokoh dan mengingatkan
anggota-anggota mereka akan anugerah umum dari Allah. Saat mereka
merayakan anggota-anggota yang menjalankan penatalayanan vokasi di
sepanjang jalan pertama, mereka perlu menegaskan sejumlah teladan
dalam skala luas. Mereka perlu menunjukkan orang-orang yang memulai
Penelaahan Alkitab di tempat kerja dan orang-orang yang mereformasi
tempat kerja untuk memajukan keadilan, mempromosikan kepedulian
terhadap pegawai dan orang-orang yang meyakinkan perusahaan-
perusahaan mereka untuk lebih peduli lingkungan. Saat mereka
menasehati jemaat untuk mempengaruhi bidang-bidang mereka secara
positif, mereka seharusnya menggunakan bahasa kepelayanan, bukan
penaklukan. Idenya adalah mendorong anggota-anggota jemaat untuk
menjadi garam, penabur benih, pemberi-pemberi rahasia, penenun ulang
tenunan sosial yang tercabik-cabik—menjadi “kehadiran yang setia”, jika
menggunakan perkataan sosiolog James Davison Hunter. “Jika memang

isi 177 7/16/13 7:02 PM


178

ada suatu harapan atau suatu prospek yang dibayangkan agar manusia
mekar dalam dunia kontemporer, maka hal itu dimulai saat Firman shalom
menjadi daging dalam diri kita dan diberlakukan melalui kita ke arah mereka
yang dengannya kita hidup, dalam tugas-tugas yang diberikan kepada kita,
dan dalam lingkungan pengaruh di mana kita beroperasi.”4
Jalan 2: Menyumbang. Jalan penatalayanan vokasi kedua
mencakup menyumbangkan keterampilan-keterampilan kita kepada
organisasi-organisasi selain tempat kerja kita yang biasanya. Ini mencakup
pelayanan relawan di gereja-gereja, pelayanan-pelayanan nirlaba, atau
badan-badan nirlaba atau pribadi atau publik yang bisa menggunakan
pengetahuan dan pengalaman vokasi tertentu kita dalam pekerjaan mereka
di negara ini atau di negera lain. Jalan ini unik dalam hal bahwa pelayanan
relawan secara sengaja menggunakan daya vokasi. Ini adalah tentang
membuat para bankir melayani sebagai bankir, tukang kayu melayani
sebagai tukang kayu, dan arsitek melayani sebagai arsitek. Pendekatan
seperti itu jelas masuk akal; tetapi di sebagian besar jemaat, hanya sedikit
atau tidak ada upaya sama sekali untuk memobilisasi anggota-anggota
untuk melayani sesuai dengan talenta-talenta vokasi mereka.
Banyak gereja yang mungkin memiliki kapasitas untuk
memperlengkapi para anggota jemaat mereka bagi penatalayanan
vokasi di sepanjang jalan ini sebagai tambahan kepada jalan pertama.
Jika strategi penjangkauan gereja berfokus pada kemitraan dengan
badan-badan lokal (ketimbang meluncurkan inisiatif-inisiatif baru yang
disponsori gereja) maka jalan kedua akan cocok secara alamiah.
Godaan-godaan di jalan 2. Godaan-godaan utama di jalan
ini mencakup ketidaksabaran, keangkuhan dan kegagalan untuk
menghargai gaya kerja atau lingkungan/budaya kerja yang berbeda
dengan yang biasa dialami dan terasa nyaman. Profesional-profesional
dunia kerja berkapasitas tinggi kemungkinan besar akan mendapati dunia
nirlaba sebagai sesuatu yang berbeda dari dunia korporasi. Beberapa
perbedaannya menunjukkan kelemahan-kelemahan dalam budaya
nirlaba, tetapi lainnya mungkin mengungkapkan kekuatan-kekuatannya.
Para relawan pro bono membutuhkan mata untuk melihat
keduanya, ketimbang mudah merasa jengkel oleh ketidakefisienan
atau kurangnya kebijakan dan prosedur yang rapi. Mereka juga
perlu mengembangkan suatu apresiasi terhadap talenta-talenta dan
keterampilan-keterampilan dari para staf nirlaba. Individu-individu ini
mungkin tidak mendemonstrasikan jenis “kecerdasan” yang sama yang
dimiliki oleh relawan-relawan profesional. Mereka mungkin tidak memiliki

isi 178 7/16/13 7:02 PM


179

tingkat pendidikan atau pelatihan formal yang sama. Akibatnya, para


pemimpin gereja harus secara sengaja mengingatkan anggota-anggota
mereka yang berpendidikan tinggi bahwa ada berbagai jenis kecerdasan
di dunia dan bahwa suatu “pendidikan jalanan” bisa sama berharganya
dalam pekerjaan nirlaba dengan suatu pendidikan di universitas.5
Para pemimpin juga bisa meningkatkan suatu sikap menghargai
organisasi-organisasi komuntas yang menjadi mitra mereka dengan
memberi teladan sikap menghormati itu. Semua komunikasi tentang
pekerjaan jemaat bersama organisasi-organisasi mitra ini harus
menekankan kesetaraan dalam relasinya. Para pemimpin seharusnya
tidak melakukan apapun yang mengomunikasikan, “Yah, mitra-mitra nirlaba
kita itu jelas beruntung memperoleh dukungan jemaat kita, karena kita
begitu berbakat dan berpendidikan dan kompeten.” Menghindari bahasan
yang jelas-jelas menggurui seperti itu cukup mudah, tetapi para pemimpin
perlu mengawasi perkataan mereka dengan tekun saat mereka memuji
anggota-anggota mereka untuk pelayanan mereka. Penghargaan harus
selalu dilakukan dengan cara-cara yang mengakui dedikasi dan talenta-
talenta para mitra selain pencapaian-pencapaian anggota jemaat sendiri.
Jalan 3: Menciptakan. Penatalayanan vokasi menurut jalan
ketiga adalah suatu bentuk yang oleh penulis Andy Crouch disebut
“pembentukan budaya”. Dalam bukunya yang menggunakan judul itu,
Crouch berargumen bahwa “satu-satunya cara mengubah budaya
adalah menciptakan lebih banyak budaya.”6 Jalan ketiga mencakup
menimba daya vokasi kita untuk meluncurkan suatu upaya sosial
baru yang berupaya memajukan kerajaan Allah dengan cara baru. Ini
adalah tentang menciptakan suatu institusi baru atau alternatif (besar
maupun kecil) yang menerapkan cara-cara inovatif untuk menangani
masalah-masalah sosial. Penatalayanan vokasi di sepanjang jalan ketiga
membuat dicicipinya shalom pertama-tama oleh penerima langsung dari
pelayanan-pelayanan yang diberikan oleh organisasi-organisasi baru ini.
Dalam beberapa kasus, ini juga bisa membawa perubahan budaya atau
sosial yang signifikan dan berdampak luas. Usaha-usaha sosial seperti
Grameen Bank, misalnya, yang melahirkan industri mikrofinansing
modern, telah merevolusi kehidupan jutaan orang di seluruh dunia.
Gereja-gereja dengan jumlah anggota jemaat berkapasitas tinggi
dalam jumlah signifikan atau para pekerja “paruh waktu” (profesional-
profesional di suatu titik dalam karir mereka di mana mereka mencari
signifikansi yang lebih besar dalam pekerjaan mereka) mungkin ingin
membangun struktur-struktur untuk mendukung jalan ketiga.

isi 179 7/16/13 7:02 PM


180

Godaan-godaan untuk jalan 3. Godaan utama dari jalan ketiga


mencakup kegagalan untuk mendengarkan atau bermitra. Karena
bergairah oleh ide barunya, seorang Kristen berkapasitas tinggi mungkin
gagal menyadari bahwa orang lain sudah mengupayakan penyelesaian
masalah itu lama sebelum ia datang. Dalam situasi ini, para pemimpin
gereja mungkin perlu bertanya kepada si pengusaha itu dengan
lembut tentang apakah ia sudah mengerjakan pekerjaan rumah dan
mengakrabkan dirinya dengan apa yang sudah dicoba oleh orang lain.
Jika orang lain sudah bekerja di ladang anggur yang sama, para pemimpin
gereja harus mendorong para wirausahawan mereka untuk memikirkan
bagaimana mereka bisa bermitra dengan program-program yang sudah
ada ketimbang menciptakan sesuatu yang sudah ada sebelumnya.
Demikian pula, para profesional yang telah membuktikan
diri mereka sebagai pemecah masalah yang cemerlang dalam dunia
bisnis mungkin gagal melihat adanya keterbatasan-keterbatasan dalam
mentransfer keterampilan-keterampilan itu. Dalam situasi ini, para
pemimpin gereja harus mengingatkan para pengusaha bahwa suatu ide
atau pendekatan yang berjalan dengan baik dalam korporasi atau sektor
tehnik mungkin tidak akan berhasil dalam sektor sosial.
Para pemimpin gereja juga perlu “cerdik bagaikan ular” tentang
realitas menyedihkan bahwa sebagian pengusaha sosial dalam jemaat
mereka mungkin termotivasi oleh keangkuhan dan tidak tertarik untuk
bermitra dengan orang lain karena mereka ingin “melakukan kehendak
mereka sendiri”. Ego adalah setan kecil yang bandel. Para pemimpin
gereja perlu memahami apakah keinginan pengusaha potensial untuk
melayani sesama melalui usahanya sebenarnya menutupi suatu rasa
lapar akan pengakuan pribadi.
Jalan 4: Berinvestasi. Terakhir, jalan keempat mencakup
berpartisipasi dalam suatu inisiatif yang bertarget dan intensif oleh suatu
jemaat untuk melayani suatu kelompok orang, lingkungan, atau perkara
tertentu dengan suatu cara yang secara strategis menggunakan daya
vokasi kita. Beberapa jemaat telah memilih suatu strategi yang terbatas
tetapi mendalam untuk mempengaruhi pembaharuan komunitas.
Mereka telah memusatkan perhatian kepada suatu lingkungan tertentu
atau masalah tertentu, seperti sekolah-sekolah yang akan ambruk atau
sistem anak asuh bermasalah atau perdagangan seks internasional.
Tujuan dari inisiatif-inisiatif seperti itu adalah berani—dan untuk mencapai
tujuan mereka, gereja-gereja ini perlu mengumpulkan daya vokasi dari
semua anggota mereka. Mereka berusaha menciptakan jalur-jalur

isi 180 7/16/13 7:02 PM


181

pelayanan oleh anggota-anggota jemaat dari berbagai perangkat


keterampilan profesional. Jalan keempat menyalurkan semua talenta
jemaat yang berbeda-beda ke arah target yang sama.
Jelas, jika strategi penjangkauan gereja dibangun di atas
pendekatan yang terbatas tetapi mendalam ini, mendukung anggota-
anggota jemaat dalam penatalayanan vokasi menurut jalan ini masuk akal.
Godaan-godaan bagi jalan 4. Godaan utama untuk berjuang
dalam jalan ini adalah kegagalan untuk melakukan pekerjaan dalam suatu
paradigma “pelayanan bersama”, bukan suatu paradigma “pelayanan bagi”.
Misalnya, jika suatu gereja telah menuju suatu komunitas yang sulit secara
ekonomi, gereja itu harus berjaga-jaga agar anggota-anggota jemaatnya
yang bertalenta, berkecepatan tinggi, dan berkuasa tidak menginjak-injak
penghuni komunitas itu dalam apa yang disebut inisiatif-inisiatif untuk
menolong. Seperti yang dijelaskan dengan sangat baik oleh Steve Corbett
dan Brian Fikkert dalam buku mereka baru-baru ini, kadangkala “pertolongan”
seperti itu sebenarnya melukai.7 Pendekatan alkitabiah adalah pendekatan
yang berbagi daya, saling menghargai, dan martabat yang setara.
Seperti halnya pada jalan kedua, orang-orang percaya yang
memiliki daya vokasi yang signifikan untuk ditimba harus melakukannya
tanpa menggelembungkan perasaan diri penting dan dengan
penghargaan yang tulus bagi berbagai perangkat keterampilan yang
berbeda-beda yang dibawa oleh orang-orang yang mereka layani. Para
pemimpin dari inisiatif lingkungan yang dituju harus melibatkan penduduk
lingkungan itu, mempelajari apa keinginan dan impian mereka bagi
komunitas itu. Penduduk komunitas itu harus terlibat dalam perancangan,
implementasi, dan evaluasi dari inisiatif itu. Para pemimpin gereja
memobilisasi jemaat untuk berdampingan dengan penduduk setempat
untuk membantu mereka mewujudkan impian mereka dengan menimba
dari aset, pengetahuan, dan jejaring vokasi mereka. Demikian pula, saat
berfokus pada suatu isu ketimbang suatu tempat, orang-orang Kristen
yang mengelola daya vokasi mereka harus bermitra dengan orang-orang
yang paling terpengaruh oleh isu itu dan mencari masukan dari mereka
dalam diagnosa, pengarahan, implementasi, dan evaluasinya.
Akhirnya, para pemimpin gereja dalam jalan keempat juga
bisa menolong jemaat menghindari godaan menjajah atau superioritas
dengan berhati-hati menunjukkan karakter pelayanan yang membawa
manfaat yang setara. Mereka harus menekankan bahwa kedua pihak
bisa banyak belajar dari satu sama lain dan bahwa keinginan Allah adalah
melihat keduanya mengalami transformasi.

isi 181 7/16/13 7:02 PM


isi 182 7/16/13 7:02 PM
183

10
-----------------------------------------------------------------

JALAN 1
MEKARLAH DI TEMPAT
ANDA DITANAM
-----------------------------------------------------------------
Gereja ada untuk misi, demi dunia.
Namun gereja diorganisir untuk
membangun dirinya sebagai
suatu institusi. Gereja memberkati
pekerjaan yang dilakukan anggota-anggotanya
di dalam institusi itu tetapi tidak
memperhatikan pekerjaan yang mereka
lakukan “di luar” gereja.
PDT. DAVIDA CRABTREE

P
ada tahun 1985, perusahaan Tom Hill, Kimray, mengalami
saat-saat sulit. Perusahaan di kota Oklahoma City itu, yang
memproduksi alat ukur pengendali dan termostat yang canggih
untuk perusahaan-perusahaan minyak dan gas, sedang
berada di siklus terpuruk. Ini tidak aneh di dalam industri

isi 183 7/16/13 7:02 PM


184

tersebut. Bahkan, beberapa tahun sebelumnya, Kimray telah mengalami


masa yang lebih buruk. Hill ingat resesi itu dengan sangat baik. Waktu
itu, ia membiarkan perusahaannya berkembang terlalu besar pada suatu
masa booming, tidak menyiapkan dana cadangan. Saat pasar menurun,
PHK-PHK yang harus dilakukannya setelah itu benar-benar memilukan.
Ini adalah pengalaman yang tidak pernah ingin diulangi oleh Hill. Ia
berjanji di tempat dan saat itu kepada Allah bahwa ia akan mengoperasikan
Kimray secara bebas-hutang di masa depan. “Kami menyimpan dana
cadangan di masa-masa baik untuk membuat kami bisa bertahan pada
masa-masa sulit,” kata Hill. “Komitmen itu saja memampukan kami untuk
beroperasi dengan sukses dalam berbagai iklim ekonomi.”1 Saat masa
sulit pada tahun 1985 tiba, Hill mendapati dirinya memiliki cadangan
finansial, tetapi ada lebih banyak pegawai daripada dana yang sudah
diupayakannya itu. Responsnya adalah respons seorang tsaddiq.
Karena komitmennya yang kuat kepada kota dan pegawai-
pegawainya, Hill menghubungi Walikota Oklahoma City Ron Norrick untuk
bertanya apakah Kimray bisa menempatkan pegawai-pegawainya untuk
bekerja bagi Oklahoma City. Hill mengenang,

Dibutuhkan sekitar dua setengah bulan untuk mengaturnya, tetapi


[kami] melakukannya, dan kami juga menempatkan pegawai-pegawai
untuk bekerja di perusahaan-perusahaan lain. Kami memiliki pegawai
yang bekerja untuk Macklanberg-Duncan dan bagi beberapa badan
nirlaba, beberapa ada di tempat di mana [dengan demikian] mereka bisa
dibayar, beberapa di tempat dengan gaji minimum, beberapa di tempat
yang tanpa bayaran, dan kami akan membayarkan selisih gaji mereka.
Hasilnya, 92 pegawai bekerja untuk orang lain selama periode 18 bulan,
dan kami membayarkan selisih gaji mereka atau membayarkan seluruh
gaji mereka secara penuh.

Pada tahun 1987, bisnis Kimray membaik kembali, dan Hill


membawa seluruh 92 pegawai itu kembali untuk bekerja di pabriknya.
Respons Kimray yang tidak biasa terhadap resesi tahun 1985
tidak dilupakan. Pada suatu wawancara bertahun-tahun kemudian, Hill
berkata, “Banyak dari pegawai-pegawai yang kami miliki sekarang sudah
ada pada waktu itu. Mereka ingat [waktu] itu, dan mereka menghargainya.”
Pada pihaknya sendiri, Hill berkata ia sudah cukup bersyukur bahwa
Kimray mampu mendemonstrasikan “komitmen kami kepada pegawai-
pegawai kami dan komunitas kami. ... Tujuan kami bukanlah sekedar
menjual produk. Tujuan kami adalah menyediakan lapangan kerja bagi

isi 184 7/16/13 7:02 PM


185

komunitas, menjadi bagian dari komunitas, dan memiliki suatu dampak


terhadap komunitas.”
Profesional-profesional Kristen seperti Hill tidak dilahirkan
seperti itu; mereka dibentuk. Firman dan Roh Allah membentuk mereka
menjadi orang-orang yang mencari kebaikan bersama, ketimbang hanya
berfokus pada diri mereka sendiri. Pembinaan orang-orang percaya
seperti Hill, yang imannya membentuk pekerjaan mereka sehari-hari
dalam cara yang mendalam dan kreatif, adalah tugas utama gereja.
Dalam bab ini, kita akan menyelidiki apa yang dilakukan pemimpin-
pemimpin gereja di negara ini untuk memuridkan pekerja-pekerja seperti
ini. Tanpa adanya visi, Kitab Suci mengajar kita, maka rakyat akan binasa.
Kisah-kisah di sini tentang para pemimpin gereja dan anggota-anggota
gereja bisa menolong memberi bahan bakar untuk lahirnya visi untuk
membangkitkan para tsaddiqim yang memajukan kerajaan Allah di dalam
dan melalui pekerjaan mereka sehari-hari.

MEMBINA PARA TSADDIQIM YANG MEKAR


Tiga komitmen kunci menandai para pemimpin jemaat yang efektif dalam
mendorong anggota-anggotanya untuk mengelola vokasi-vokasi mereka
untuk kebaikan bersama: penegasan, pendidikan, dan dukungan (lihat
Tabel 10.1). Berbagai gereja di seluruh negara ini memberikan wawasan-
wawasan untuk terlibat dalam ketiga aktivitas ini.

-----------------------------------------------------------------
Table 10.1. Bagaimana Membina Anggota-anggota Jemaat yang Mekar

Penegasan. Membina para tsaddiqim untuk mekar dalam pekerjaan


mereka dimulai dengan khotbah yang kokoh berdasarkan keyakinan teologis

isi 185 7/16/13 7:02 PM


186

yang diteliti di bab-bab sebelumnya. Di The Falls Church, suatu jemaat


Anglikan besar tepat di luar kota Washington, D.C., Beltway, Rektor John
Yates mengetahui pentingnya mendukung jemaat dalam pelayanan mereka
sehari-hari di tempat kerja. Yates percaya gereja-gereja Amerika sekarang
ini tinggal di Babel dan nubuat untuk “usahakanlah kesejahteraan kota ke
mana kamu Aku buang” (Yer 29:7) adalah paradigma yang relevan bagi
pelayanan. Dalam konteks seperti itu, menegaskan dan mendukung vokasi-
vokasi dunia kerja dari orang-orang awam makin penting dari sebelumnya.
Seperti yang dinasehatkan Yates kepada sekelompok lulusan seminari
dalam suatu khotbah kelulusan pada tahun 2008,

Allah telah memanggil kita ke Babel. Ini adalah rumah kita sementara
ini, dan di sinilah kita dipanggil untuk membangun murid-murid dan
membangun gereja-gereja. Allah akan memberimu orang-orang untuk
digembalakan dan dilayani, dan mereka mungkin sebenarnya lebih efektif
bagi kerajaan Kristus, dan berpengaruh dalam budaya kita sebagai orang
awam, ketimbang Anda atau saya. Beri mereka semangat, yakinlah
akan mereka, berdoalah bagi mereka. Bersabarlah kepada mereka.
Jangan mencoba melindungi mereka dari Babel, tetapi katakan kepada
mereka bahwa mereka adalah benih-benih Kristus, diutus keluar untuk
menghasilkan buah, dan mereka akan melakukannya. 2

Para pemimpin jemaat di gereja-gereja dari berbagai


denominasi memiliki sudut pandang dan komitmen yang sama ini
tentang kepemimpinan mimbar yang menegaskan pekerjaan anggota-
anggotanya di dunia. Di Harbor Presbyterian Church, San Diego,
pemimpin-pemimpinnya berkata secara sederhana, “Kami yakin orang-
orang bisa—dan harus—menghidupi Injil di dalam dan melalui pekerjaan
mereka.”3 Di Grace DC, suatu gereja presbyterian di Washington, D.C.,
mantan pendeta Duke Kwon, yang mengawasi inisiatif penatalayanan
vokasi jemaat, menjelaskan bahwa,

Secara teologis, kita selalu mempertahankan apa yang oleh sejumlah


orang disebut sebagai cara pandang Kuyperian, mengajarkan Ketuhanan
Kristus dalam semua bidang kehidupan, menolak pemisahan sekular/
kudus. ... Komitmen dalam hal falsafah pelayanan itu sudah ada sejak
awal, dan dikomunikasikan melalui kelas-kelas dan pelayanan mimbar.4

Sebagai tambahan terhadap khotbah, aktivitas-aktivitas lain


selama ibadah kebaktian Minggu juga menolong menegaskan jemaat

isi 186 7/16/13 7:02 PM


187

dalam pekerjaan mereka sehari-hari. Di The Falls Church, misalnya, dalam


doa jemaat setiap Minggu, empat atau lima anggota jemaat didoakan
secara khusus dengan menyebut nama dan pekerjaannya. Di Colchester
United Church of Christ di Colchester, Connecticut, Pendeta. Davida
Crabtree mengambil pemikiran tentang doa jemaat ini satu langkah lebih
jauh. Dengan pertolongan dari beberapa anggota jemaat yang dipilih, ia
mengarang suatu doa khusus bagi setiap hari Minggu yang berfokus
pada jenis pekerjaan yang berbeda-beda. Ia meletakkan suatu obyek
simbolis dari karir itu di altar (seperti alat pengering rambut bagi penata
kecantikan atau berbagai peralatan pertukangan bagi tukang kayu atau
tukang ledeng) lalu menaikkan doa bagi anggota-anggota jemaat dari
bidang pekerjaan itu.5
Para pemimpin gereja juga bisa menegaskan para profesional
mereka dengan secara formal mengutus mereka dalam acara ibadah.
Banyak gereja sekarang ini mengutus misionaris-misionaris atau orang-
orang awam yang mengajar Sekolah Minggu. Itu bukan hal yang buruk,
tetapi di tengah absennya pengutusan serupa akan orang-orang awam
di tempat kerja, ini menegaskan suatu pesan bahwa hanya pekerjaan
“rohani” atau “gerejawi” yang benar-benar misional. Jadi, di The Falls
Church, Pdt. Yates mengutus beragam orang awam dalam berbagai-
bagai panggilan di tempat kerja.6 Sementara itu, di D.C. Beltway, Church
of the Savior mengembangkan liturgi-liturgi khusus untuk menahbiskan
anggota-anggota jemaat bagi pekerjaan mereka di masyarakat.7
Pendeta Tom Nelson dari Christ Community Church di Leawood,
Kansas, telah berkhotbah tentang integrasi iman/pekerjaan selama
satu dekade. Untuk memberi penegasan positif kepada jemaatnya, ia
sengaja menggunakan ilustrasi-ilustrasi tempat kerja dalam khotbah
dan mengundang kesaksian-kesaksian mereka di tempat kerja. Ia dan
para stafnya juga mengunjungi mereka di tempat kerja. “Kami ingin
memahami pekerjaan mereka,” ia menjelaskan.8
Penegasan dan seringnya khotbah tentang tema-tema vokasi
yang sengaja dilakukan Nelson telah menolong pebisnis Dave Kiersznowski
dan istrinya, Demi, untuk berpikir secara lebih kreatif dan sengaja tentang
bagaimana mereka bisa mengupayakan dicicipinya kerajaan Allah melalui
bisnis mereka, DEMDACO. Dave bercerita bahwa Nelson menantang
mereka untuk berpikir tentang seperti apa bisnis mereka akan terlihat jika
mereka “memandang seluruh kehidupan melalui kacamata alkitabiah.”9
Jadi, saat pasangan Kiersznowski merencanakan desain kantor
pusat yang baru dari perusahan mereka, mereka mulai berpikir dalam-

isi 187 7/16/13 7:02 PM


188

dalam tentang ruang fisik di mana pegawai-pegawai mereka menghabiskan


begitu banyak waktu. Mereka bertekad kantor baru itu harus menjadi
“tempat yang indah, kreatif, menyenangkan, dan penuh cahaya.”10 Mereka
juga menginginkan tempat kerja yang ramah keluarga. Jadi kantor pusat
DEMDACO yang baru termasuk suatu ruangan yang didedikasikan untuk
ibu-ibu menyusui dan suatu ruangan yang penuh dengan permainan, video,
dan peralatan prakarya. Ruangan yang kedua itu dimaksudkan untuk
mendorong para orangtua yang bekerja bagi perusahaan itu agar anak-
anak mereka bisa berkunjung pada saat makan siang.
Khotbah Nelson yang kuat tentang penatalayanan vokasi juga
membawa Dave Kiersznowski untuk menyelidiki ulang kebijakan asuransi
kesehatan perusahaannya. Ia menyadari kebijakan itu “murah hati bagi
mereka yang ingin mulai membangun keluarga melalui kelahiran alamiah,”
tetapi tidak bermanfaat bagi mereka yang ingin mengadopsi anak. Jadi
DEMDACO “membentuk suatu program bantuan adopsi sebagai suatu
cara untuk memenuhi kebutuhan pada janda dan anak yatim.”11
Pendidikan. Sebagai tambahan atas penegasan positif terhadap
pekerjaan sehari-hari anggota-anggota jemaat mereka, para pemimpin
gereja bisa mempromosikan “mekar” dengan menawarkan kesempatan-
kesempatan pendidikan dewasa yang khusus membahas topik-topik
tentang integrasi iman/pekerjaan. Harbor Presbyterian, Grace DC, dan
Christ Community Church semuanya telah menyelenggarakan konferensi-
konferensi dan retret-retret akhir minggu khusus, dan dua diantaranya
telah mensponsori kelas-kelas pendidikan dewasa berminggu-minggu
tentang topik-topik ini. Rentangnya mulai dari yang umum, seperti
pengajaran tentang teologia kerja alkitabiah, sampai kepada yang spesifik,
seperti kelas-kelas tengah minggu di Harbor Church, “StrengthsFinder
for Job Seeker” (Menemukan Kekuatan-kekuatan bagi Pencari Kerja).
Di bawah kepemimpinan Crabtree, Colchester UCC mensponsori
retret-retret menemukan karunia-karunia, menggunakan peralatan
penilaian formal untuk menolong orang berpikir lebih baik tentang
mencocokan kepribadian dan minat mereka dengan pilihan-pilihan
kerja. Gereja itu juga menyelenggarakan suatu konferensi akhir minggu
berjudul Beyond Sunday Christianity (Kekristenan di Luar Hari Minggu),
menampilkan guru terkenal dari integrasi iman/pekerjaan William Diehl.
Di Grace DC, Pendeta Kwon mengundang Steve Garber, penulis
buku The Fabric of Faithfulness, untuk mengajarkan tentang vokasi dalam
suatu retret. Setelah itu, Garber kembali ke gereja itu untuk memimpin
suatu kelas pendidikan dewasa selama lima sesi bagi para profesional

isi 188 7/16/13 7:02 PM


189

muda di hari Minggu pagi. Sebagai tindak lanjutnya, Kwon merekrut


seorang anggota awam untuk memimpin suatu kelompok diskusi tentang
buku Engaging God’s World oleh Cornelius Plantinga. “Ini adalah buku
yang bagus sekali tentang isu vokasi,” papar Kwon, “dan ini juga suatu
ulasan yang mengagumkan tentang kisah injil.”
Di Atlanta, Peachtree Presbyterian Church mengorganisir
upaya-upaya pendidikannya untuk mempromosikan penatalayanan vokasi
di bawah WorkLife Ministry miliknya. Website gereja itu menjelaskan
falsafah yang menggerakkan inisiatif WorkLife seperti ini:

Bagi para pengikut Yesus, siapa kita adalah suatu pribadi yang diciptakan
dalam gambar dan rupa Allah. Pekerjaan Anda—entah Anda berada
dalam dunia perbankan, atau seorang ibu rumahtangga, atau seorang
guru, atau dalam dunia kedokteran, atau sudah pensiun, atau apapun
yang Anda lakukan, penting bagi Allah. Pekerjaan Anda, kehidupan Anda,
sangat penting bagi Allah, dan Dia mengundang Anda untuk bermitra
dengan-Nya dalam hal itu, seperti halnya Dia mengundang Anda untuk
menyembah-Nya. 12

Pada tahun 2007, pelayanan WorkLife meluncurkan inisiatif


My95-nya. “Tidak peduli apakah Anda mendaftarkan diri dalam apapun yang
bergerak di sini di Peachtree,” pendeta senior Victor Pentz menjelaskan
kepada jemaatnya, “paling banyak Anda akan menghabiskan sekitar 5
persen jam sadar Anda di tempat ini. Sembilan puluh lima persen dari
hidup Anda Anda habiskan di dalam dunia. Nah, 5 persen ini penting untuk
memberi kita suatu sistem navigasi untuk menolong memberi orientasi
kepada kita di dalam kehidupan Kristen. Tetapi kartu pencatat isinya adalah
tentang 95 persen yang kita jalani di dalam dunia.”13
Inisiatif My95 mencakup pengajaran langsung melalui khotbah-
khotbah tentang kehidupan misional dan integrasi iman/pekerjaan.
Pertemuan-pertemuan kelompok kecil My95 di hari Minggu malam
dengan segmen-segmen diskusi yang difasilitasi memungkinkan jemaat-
jemaat untuk menganalisa karunia-karunia rohani mereka, memahami
panggilan mereka, dan mengenali maksud Allah dalam memberikan
karunia-karunia itu kepada mereka. Sebagai tambahan, video-video
kesaksian dari anggota-anggota jemaat individual yang berbicara tentang
bagaimana mereka melayani Allah melalui pekerjaan mereka menolong
membentuk visi dan membangun kegairahan.
Anggota-anggota Peachtree seperti Bonnie Wurzbacher, wakil
presiden senior untuk Global Costumer and Channel Leadership di The

isi 189 7/16/13 7:02 PM


190

Coca Cola Company, secara mendalam menghargai program My 95


dari Peachtree dan upaya-upaya sengaja yang telah diambil Pentz untuk
menolong pemimpin-pemimpin dunia kerja untuk berpikir secara teologis
tentang pekerjaan mereka sehari-hari. Dibesarkan di suatu keluarga
Kristen—anak pendeta dan cucu dari misionaris di luar negeri—Bonnie
menjelaskan ia “tumbuh dewasa dengan berpikir bahwa cara terbaik
untuk melayani Allah adalah ‘di pelayanan Kristen penuh waktu’ atau
dengan mendukung gereja Anda.”14 Dibutuhkan waktu bertahun-tahun
baginya untuk mengatasi dikotomi sekular/kudus ini dalam pemikirannya.
Sekarang Bonnie memiliki suatu teologia yang mendalam
tentang cara melayani Allah melalui bisnis, yang diasah selama bertahun-
tahun Penelaahan Alkitab pribadi dan percakapan yang kaya di Peachtree.
“Allah memiliki suatu tujuan penting untuk setiap institusi,” katanya.
“Maksud-Nya untuk bisnis adalah memajukan kesejahteraan ekonomis
dari komunitas-komunitas di seluruh dunia. Dan sebagai satu-satunya
sumber penciptaan kekayaan, bisnis memampukan semua institusi yang
lain untuk ada—sekolah-sekolah, universitas-universitas, misi-misi, gereja-
gereja, pemerintah-pemerintah, semuanya.” Ini artinya adalah jika suatu
bisnis runtuh, segalanya terdampak. Bisnis “sangat penting, pekerjaan
yang mulia di seluruh dunia,” ujarnya.
Bonnie telah berada di Coke selama dua puluh enam tahun
sekarang ini. Korporasi raksasa ini aktif di dua ratus negara, dan
mayoritas laba perusahaan tetap tinggal di ekonomi-ekonomi setempat,
melalui model bisnis waralabanya. Bonnie bercerita bahwa penelitian-
penelitian dampak ekonomi menunjukkan “secara rata-rata, untuk setiap
satu pekerjaan yang kami ciptakan secara langsung, dua puluh pekerjaan
lain dihasilkan secara tidak langsung.” Ia berkata dengan antusias, “Saya
percaya saya menolong membawa kerajaan Allah ke dunia ini saat saya
berpartisipasi dalam suatu bisnis yang sukses, etis, efektif yang menolong
komunitas-komunitas memperbaiki kesejahteraan ekonominya dan
memampukan setiap orang yang berkaitan dengannya berkontribusi
kepada kebaikan yang lebih luas di dalam dunia.”
Dukungan. Sebagian gereja mendapati bahwa mengumpulkan
anggota-anggotanya ke dalam kelompok-kelompok kecil berdasarkan
vokasi adalah suatu strategi yang bagus untuk menolong orang-orang
percaya memperdalam pemahaman mereka tentang dan komitmen
kepada integrasi iman/pekerjaan. Redeemer Presbyterian Church,
suatu gereja raksasa dengan lebih dari empat ribu orang beribadah
di sana di New York City, memimpin inisiatif tertua jenis ini yang saya

isi 190 7/16/13 7:02 PM


191

temukan dalam riset saya. Center for Faith and Work mereka, yang
diluncurkan pada bulan Januari 2003, berusaha “memperlengkapi,
menghubungkan, dan memobilisasi komunitas gereja kita dalam bidang
profesional dan industri mereka ke arah transformasi yang berpusatkan
injil bagi kebaikan bersama.”15 Pendirinya, Katherine Leary Alsdorf
berkata bahwa pekerjaan pusat kajian itu didasarkan pada “teori praktis
tentang pembaharuan budaya [bahwa] kebanyakan [orang percaya]
akan memiliki pengaruh terbesar melalui pekerjaan kita.” Memiliki visi
yang jelas akan hal itu, juga ketekunan yang dibutuhkan untuk menjadi
garam dan terang di lingkungan kerja sekular, membutuhkan dukungan.
“Kami ingin menciptakan suatu komunitas,” kata Katherine. “Orang perlu
membangun relasi-relasi dan menolong menantang satu sama lain.”16
Sekarang ini pusat kajian itu membanggakan lima belas
persekutuan berdasarkan vokasi di mana setiap orang mulai dari
eksekutif periklanan sampai perancang mode sampai insinyur sampai
penari bisa berkumpul dengan sesamanya untuk berdoa, berdiskusi, dan
saling mendukung. Kelompok terbaru adalah bagi para profesional yang
bekerja dalam diplomasi internasional.
Kelompok-kelompok itu mengundang orang-orang Kristen
yang lebih tua dengan pengalaman bertahun-tahun mengawinkan iman
dengan pekerjaan mereka. Mereka menyelenggarakan dialog-dialog, studi
buku-buku, kelompok-kelompok doa, dan acara-acara sosial. Beberapa
berupaya melayani badan-badan nirlaba melalui keterampilan vokasi
spesifik mereka. Semua kelompok itu bertujuan mendorong terjadinya
penatalayanan vokasi yang berorientasi kerajaan Allah bagi kebaikan
bersama. Seperti yang dipaparkan oleh website Kelompok Industri Mode,

Sebagai orang-orang Kristen yang terlibat dalam industri mode, kami


berharap menemukan luapan-luapan dan infleksi karya pemulihan Allah
melalui upaya-upaya kreatif dan vokasi kami. Saat kami dipulihkan ke
dalam gambar dan rupa-Nya oleh Roh Kudus, baik secara individu maupun
dalam komunitas, demikian pula Dia ingin memancarkan kemuliaannya
dalam konsep-konsep, desain-desain, kemitraan-kemitraan, dan model-
model bisnis baru yang kreatif yang akan menghasilkan dicicipinya
datangnya Pembaharuan segala sesuatu.17

Sejak awal, sangat penting bagi Katherine bahwa kelompok-


kelompok ini tidak hanya berbicara tentang isu-isu, tetapi benar-benar
“melakukan sesuatu”. Ekpresi paling matang akan hal itu terlihat dalam salah
satu kelompok vokasi tertua, Entrepeneurship Initiative, yang mensponsori

isi 191 7/16/13 7:02 PM


192

suatu kompetisi rencana bisnis tahunan, melaluinya, para pengusaha


menyajikan visi mereka dan strategi implementasinya bagi suatu usaha,
bagi laba maupun nirlaba, yang memiliki potensi tinggi bagi “dampak sosial
yang berpusat pada injil” dan pertumbuhan serta keberlangsungan hidup.18
Sejak kompetisi pertama pada tahun 2007, Redemeer telah memberi
penghargaan dan hadiah berupa dana kepada dua puluh pemenang mulai
dari lima ribu sampai dua puluh lima ribu dolar.19
Gereja-gereja yang jauh lebih kecil dari Redeemer juga telah
mengimplementasikan kelompok-kelompok berdasarkan vokasi. Di
Church of the Good Shepherd di Durham, North Carolina, Pendeta Sean
Radke mengajar suatu kelas pendidikan dewasa tentang membuat
kota bersukaria selama beberapa minggu. Dari sini timbul minat dalam
membentuk kelompok-kelompok vokasi. Sekarang anggota-anggota
jemaat dalam bidang hukum berkumpul dalam persekutuan Justice
Matters. Kelompok ini telah meluncurkan suatu klinik hukum gratis di kota
itu. Suatu kelompok profesional-profesional medis dan satu kelompok lagi
dalam bidang bisnis sedang dalam pembentukan.
Di Washington, D.C., di Grace DC, persekutuan-persekutuan
vokasi dimulai secara organik saat Kwon mengirimkan suatu e-mail kepada
seluruh anggota gereja untuk bertanya apakah anggota-anggota jemaat
tertarik untuk bertemu dengan rekan-rekannya dalam bidang vokasi
yang serupa. Ia berkata bahwa para pemimpin jemaat berharap mereka
akan bisa meluncurkan dua atau tiga kelompok kecil sebagai program
percobaan. “Tetapi,” ia bercerita, “pada akhirnya 120 orang mendaftar!”20
Gereja-gereja juga bisa mendukung profesional-profesional
mereka di tempat kerja dengan bermitra dengan organisasi-organisasi
parachurch yang berfokus pada isu-isu iman/pekerjaan. Di Atlanta,
Peachtree Presbyterian membayarkan biaya keanggotaan di Crossroads
Career Network. Ini memungkinkan anggota-anggota jemaat yang
mencari pekerjaan baru atau ingin mengeksplor akses gratis kepada
karir-karir alternatif di seminar-seminar pelatihan, buku-buku kerja, dan
sumberdaya-sumberdaya dan peralatan-peralatan online di Crossroads.
Peachtree juga bermitra dengan WorkLife, Inc., yang menawarkan
suatu alat pelatihan online yang disebut Maestro WorkLife. Maestro
menyediakan sumberdaya-sumberdaya berdasarkan Alkitab bagi
profesional-profesional di tempat kerja yang menangani berbagai topik
yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari di pekerjaan.
Wendy Clark dari Durham mengembangkan pemahamannya
akan bisnis sebagai misi dengan membaca semua buku yang bisa

isi 192 7/16/13 7:02 PM


193

diperolehnya, menghadiri retret-retret dan konferensi-konferensi akhir


minggu, dan berdialog dengan orang-orang Kristen dunia kerja lainnya
serta pengkhotbah-khotbah yang bijaksana seperti Sean Radke.
Pada tahun 1994, di usia duapuluh tahun, Wendy meluncurkan
suatu bisnis yang disebut Carpe Diem Cleaning. Pada awalnya, ujarnya,
pemahamannya tentang apa artinya menjadi seorang pebisnis Kristen
adalah perusahaannya bisa menghasilkan laba—kemudian ia bisa
menyumbang dengan murah hati kepada badan-badan misi. Barulah
bertahun-tahun kemudian matanya terbuka untuk melihat bahwa
bisnisnya sendiri adalah suatu alat misi.21
Sekarang ini Wendy memajukan nilai-nilai belas kasihan dari
kerajaan Allah di Carpe Diem melalui kepeduliannya yang penuh perhatian
kepada pegawai-pegawainya, yang kebanyakan adalah para ibu Latino.
Ia telah mengubah jam kerja Carpe Diem untuk mengakomodir jadwal-
jadwal mereka “sehingga mereka tidak stress untuk mencoba membuat
anak-anak mereka pergi ke sekolah, datang terlambat ke tempat kerja,
dan sampai ke rumah tepat waktu.” Sebagai tambahan, ketimbang
melakukan sesi-sesi pelatihan di Durham, ia membawa perempuan-
perempuan itu—dan anak-anak mereka—ke suatu kamp keluarga di
pedesaan. Dengan cara itu, keluarga-keluarga itu memperoleh suatu
liburan yang mungkin tidak pernah mereka dapatkan. Wendy berkata
bisnis “bukan hanya tentang laba. Bisnis adalah tentang berinvestasi
pada diri orang yang bekerja bersama kita.”

MEKAR DAN AMANAT AGUNG


Setiap pemimpin gereja tidak asing dengan Amanat Agung dalam Matius
28. Para pendeta biasanya mengkhotbahkan ini sebagai panggilan
misionaris untuk pergi “ke ujung bumi” untuk menyebarkan injil. Dalam
bukunya To Change the World, James Davison Hunter memberikan
suatu pelintiran yang berbeda untuk Amanat Agung. Ia berargumen
bahwa Amanat Agung juga bisa “ditafsirkan dalam pengertian struktur
sosial.” Dengan kata lain, panggilan untuk pergi bukan hanya secara
geografis tetapi juga sosiologis. Ia menulis,

Gereja harus pergi ke segala bidang kehidupan sosial: sebagai relawan


dan pekerja yang digaji—pekerja yang terlatih dan tidak terlatih, kerajinan,
tehnik, perdagangan, seni, hukum, arsitektur, mengajar, kesehatan, dan
jasa. Benar, gereja harus mengutus orang keluar ke dalam bidang-bidang
ini—bukan hanya memuridkan mereka yang ada dalam bidang-bidang ini

isi 193 7/16/13 7:02 PM


194

dengan menyediakan sumber-sumber daya teologis untuk membentuk


mereka dengan baik, tetapi juga membimbing dan memberikan
dukungan finansial kepada orang-orang dewasa muda yang bertalenta
dan terpanggil ke dalam vokasi-vokasi ini. Saat gereja tidak mengutus
orang ke bidang-bidang ini dan saat gereja tidak menyediakan teologia
yang masuk akal tentang bekerja dan keterlibatan dalam bidang-bidang
ini, gereja gagal memenuhi tugas untuk “pergi ke seluruh dunia.” 22

Bagi para pemimpin jemaat yang ingin anggota-anggota mereka


mekar, ini adalah suatu sudut pandang yang penting. Pandangan ini
memperluas pemahaman kita tentang misi ke dalam dunia di mana kita
memanggil anggota-anggota jemaat ke dalamnya. Panggilan itu adalah
untuk pergi ke setiap sektor masyarakat dan membawa shalom di sana.
Untuk menolong orang menangkap dan menghidupi visi itu, para
pemimpin jemaat harus menceritakan kisah-kisah—banyak kisah. Adalah
keharusan untuk membuatnya tiga dimensi. Saya pernah mengajar anak-
anak kelas tiga tentang misi, dan bertanya kepada mereka apakah mereka
tahu apa itu seorang misionaris. Respons mereka menunjukkan imajinasi
mereka telah ditangkap oleh biografi-biografi para misionaris, pertunjukan
slide di konferensi-konferensi misi, dan film The End of the Spears. “Seorang
misionaris,” seorang gadis kecil berkata dengan serius kepada saya,
“adalah seperti superhero.” Kita perlu sampai kepada titik di gereja-gereja
kita di mana bahkan anak-anak bisa menggambarkan apa “penatalayanan
vokasi” itu. Mereka akan mampu melakukannya jika kita secara teratur
menceritakan kisah-kisah nyata dalam setiap sektor masyarakat.
Untuk tujuan itu, di bawah ini ada beberapa kisah pendek
untuk memulainya.

AKADEMIA: SEORANG SEJARAWAN


MEMPROMOSIKAN REKONSILIASI RASIAL
Sejarawan Anne C. Bailey dari SUNY-Binghamton memfokuskan risetnya
pada apa yang dilakukan orang-orang Kristen pada masa-masa lampau
untuk memerangi ketidakadilan dan prasangka pada zaman mereka,
dengan harapan untuk menarik pelajaran-pelajaran bagi zaman sekarang.
Risetnya atas para misionaris Eropa yang mengupayakan kemerdekaan
bagi individu budak-budak mengungkapkan kebenaran-kebenaran yang tidak
mengenakkan bahwa orang-orang Kristen ini tidak selalu menggunakan
kuasa dan hak-hak istimewa mereka dengan efektif sedemikian rupa
sehingga mereka bisa melawan perdagangan budak. Bailey berkata, “Ini

isi 194 7/16/13 7:02 PM


195

membuat saya berpikir dengan cara-cara apa saya memiliki kesempatan


lain, hal-hal lain yang bisa saya lakukan, tepat di tempat di mana saya berdiri,
untuk menyebabkan perubahan bagi tempat yang saya pedulikan.”23
Satu hal yang sangat dipedulikan Bailey adalah rekonsiliasi rasial.
“Datang kepada Tuhan menolong saya untuk memandang isu rekonsiliasi
rasial dengan cara yang berbeda dan [lebih dalam],” ia bercerita kepada
seorang pewawancara pada tahun 2008. “Dan sejujurnya dengan
harapan yang lebih besar.”24 Harapan itu telah diperkuat lebih jauh saat
ia mempelajari iman para budak yang kuat dan seringkali murah hati.
Seorang percaya akan konsep “sejarah yang hidup”—bahwa kejadian-
kejadian masa lalu berhubungan dengan isu-isu kontemporer—Bailey
memilih penelitian-penelitian akan sejarah Afrika Amerika dan diaspora
Afrika sebagai spesialisasinya.
Dalam penelitian-penelitian yang melahirkan bukunya African
Voices of the Atlantic Slave Trade: Beyond the Silence and Shame (Beacon
Press, 2005), Bailey menemukan “sejumlah budak adalah orang-orang
Kristen yang berkomitmen mendalam.” Di antara sejumlah orang itu, kasih
kepada Kristus membawa mereka ke tempat yang mengagumkan: doa
syaafaat bagi majikan-majikan mereka. “Jadi ada banyak mantan budak
yang berbicara tentang majikan mereka, mengkhawatirkan kekristenan
nominal mereka, dan berharap mereka memiliki hati yang merindukan
relasi dengan Yesus,” demikian ceritanya. “Mereka berdoa bagi diri
mereka sendiri, dan mereka juga berdoa bagi majikan-majikan mereka.”25
Menceritakan tentang iman mereka yang bisa diteladani melalui tulisan-
tulisannya memampukan Bailey kesempatan untuk mempromosikan
rekonsiliasi rasial di kalangan orang Kristen sekarang ini.

SENI: SEORANG PENARI MEMPROMOSIKAN KEADILAN SOSIAL


Jeannine Lacquement telah menari seumur hidupnya. Ia menari balet
sejak masih kecil dan tarian jazz serta tari modern di SMA.26 Ia lalu
mengambil jurusan tari di Goucher College di Maryland. Baginya, menari
selalu adalah tentang melayani sesama. Saat bekerja di suatu rumah
perawatan, Jeannine meluncurkan suatu kelas tari terapi. Kemudian,
sebagai direktur yang tinggal di suatu fasilitas tempat tinggal bagi orang-
orang cacat, ia melibatkan sejumlah anak-anak cacat dalam rombongan
tari yang dibentuknya.
Sekarang, sebagai kepala organisasi nirlaba bagi pengembangan
remaja Children of the Light Dancers, Jeannine membawa rombongan

isi 195 7/16/13 7:02 PM


196

penari remajanya untuk tampil di rumah-rumah perawatan dan program


Vacation Bible School di pusat kota. Pada tahun 2007 dan 2008,
rombongan itu menciptakan dan menarikan suatu penampilan khusus
“Seek Justice” untuk menyorot tragedi perdagangan manusia internasional
dan mencari dana bagi International Justice Mission, suatu organisasi
hak asasi manusia Kristen terkemuka. Dua remaja dari rombongan itu,
Megan Parker dan Alys McAlpine, juga melahirkan koreografi tari untuk
mendramatisir perjuangan anak-anak yang ketakutan di Uganda Utara,
yang setiap malam melarikan diri dari rekrutmen paksa ke dalam Lord’s
Resistance Army.

BISNIS: SEORANG PENGUSAHA MENCIPTAKAN KESEMPATAN EKONOMI


Milt Kuyers dari Milwaukee telah mengelola daya vokasinya untuk
menciptakan kesempatan ekonomi bagi orang-orang Afrika Amerika
dari lingkungan perumahan sulit di tengah kota. Bertahun-tahun yang
lalu ia menjadi presiden dari Star Sprinkler, suatu produsen peralatan
perlindungan terhadap kebakaran yang sedang berjuang untuk tetap
hidup. Milt sudah memiliki lebih dari dua dekade pengalaman bisnis
dan sudah siap mengubah suatu perusahaan. Tidak lama kemudian,
seorang teman mengundangnya untuk menghadiri suatu konferensi
tentang usaha-usaha mikro. Di sana, bersama beberapa pebisnis Kristen
lainnya, Milt berdialog sampai larut malam tentang bagaimana Allah bisa
menggunakan mereka untuk memerangi kemiskinan di dalam dan luar
negeri. Konferensi itu menyalakan api dalam hatinya. “Untuk pertama
kalinya ia mengenali bahwa posisi dan keterampilannya sebagai pebisnis
adalah anugerah dari Allah, dipercayakan kepadanya untuk suatu fungsi
yang signifikan di dalam kerajaan Allah.”27
Milt memutuskan untuk menemukan suatu mitra pelayanan
perkotaan yang dengannya ia bisa bekerja sama untuk menyediakan
kesempatan-kesempatan kerja bagi para pengangguran. Beberapa
pelayanan menolaknya, mencurigai orang kulit putih “pelaku kebaikan” ini.
Milt bertahan. Suatu hari ia bertemu dengan Pendeta James Carrington
dari Light House Gospel Chapel, suatu gereja kecil di salah satu
lingkungan perumahan paling berbahaya di Milwaukee. Ia menceritakan
kepada Carrington impiannya untuk menyediakan pekerjaan-pekerjaan
bagi anggota-anggota gereja yang menganggur, yang kemudian akan
didukung dan dijaga pertanggungjawabannya oleh jemaat lainnya. Setelah
menolak Milt dua kali, Carrington akhirnya mengiyakan.

isi 196 7/16/13 7:02 PM


197

Carrington mengundang para anggota jemaatnya untuk


mendengar Milt; sembilan belas orang muncul dalam pertemuan itu,
ingin bekerja. “Luarbiasa, kami kewalahan,” kenang Milt, tetapi ia dengan
tekun mencatat semua nama. Kemudian Allah melakukan mukjizat:
Dia mengirimkan suatu lonjakan order besar di Star Sprinkle. Milt
mampu mempekerjakan semua orang dalam daftarnya. Light House
Church mendukung orang-orang yang baru memperoleh pekerjaan ini,
menyediakan transportasi, dan kemudian, pelayanan pengasuhan anak.
Dengan berjalannya waktu, Carrington dan Milt berteman, dengan si
pendeta menghubungi Milt setiap kali salah satu pegawai yang adalah
anggota gereja mengalami kesulitan. Pada akhirnya, lebih dari seratus
anggota gereja memperoleh manfaat dari kemitraan yang unik ini.28
Mereka bukan satu-satunya yang memperoleh manfaat, cerita Milt.
“Saya memperoleh sukacita yang lebih besar dalam bagian hidup saya itu
ketimbang waktu lain dalam kehidupan kerja saya.”29

DUNIA HIBURAN: SEORANG KOMEDIAN MEMPROMOSIKAN KEBENARAN


Komedian profesional Carlos Oscar adalah pribadi yang menggarami
dunia industri hiburan. Ia mengintegrasikan imannya ke dalam
pekerjaannya pertama-tama dengan menjadi pelawak yang bersih. Ia
tidak menggunakan kata-kata kotor, dan humornya tidak cabul dan
seksual. “Saya pikir itu membuat saya menjadi orang yang lebih kreatif
karena saya tidak harus menggunakan cara itu,” katanya.30
Impian Carlos adalah memperoleh kontrak dengan suatu studio
televisi untuk memproduksi suatu sitkom yang menampilkan suatu
keluarga Hispanik, sejenis versi Latino dari The Cosby Show. Ia ingin bisa
melukiskan kehidupan keluarga dengan cara yang sehat, di mana si ayah
“konyol tetapi tidak bodoh” dan di mana anak-anaknya bersikap penuh
hormat. “Sekarang ini,” kata Carlos, “televisi cenderung menunjukkan
bahwa anak-anak berkuasa, menunjukkan ayah yang bodoh. ... Anak-anak
menonton pertunjukan itu dan mereka melihat orang-orang dewasa
sebagai “penghalang” saja ketimbang berada di sana untuk menolong
mereka memasuki tahap kehidupan berikutnya.” Ia ingin menahan laju
tren itu dengan menawarkan versi yang lebih benar dan lebih saleh
tentang relasi orangtua-anak. “Saya percaya Allah ingin kita semua pergi
ke berbagai bidang di dunia dan menunjukkan sejumlah nilai-nilai, nilai-
nilai Kristen, yang kita pegang erat-erat, karena industri hiburan adalah
industri yang sangat berpengaruh.”

isi 197 7/16/13 7:02 PM


198

PEMERINTAH: SEORANG SENATOR MEMBELA YANG RENTAN


Pia Cayetano, anggota termuda Senat Filipina dan salah satu dari hanya
tiga perempuan dalam badan itu, mengekspresikan imannya dengan
menjadi pembela mereka yang rentan.31 Dididik sebagai pengacara,
Cayetano pertama-tama masuk ke jabatan politik pada tahun 2004.
Saat berada di senat, ia menjadi suara yang konsisten bagi mereka
yang tertindas, terutama kaum perempuan, anak-anak, dan lansia. Ia
berjuang untuk meloloskan peraturan yang memfasilitasi akses bagi
orang-orang miskin untuk memperoleh obat-obatan yang diresepkan
dengan lebih murah, untuk menetapkan Badan Administrasi Makanan
dan Obat-obatan untuk mempromosikan keamanan makanan, dan
mencegah penahanan pasien-pasien miskin karena tagihan-tagihan
medis yang tidak bisa diselesaikan.
Cayetano menjadi pembela yang vokal untuk perlindungan
perempuan dan anak-anak di wilayah yang dicabik-cabik oleh peperangan,
terutama terhadap masalah pelecehan seksual oleh para tentara penjaga
kedamaian. Seperti yang dikatakannya pada suatu wawancara di tahun
2005 oleh Inter-Parliamentary Union, “Ada kejahatan seksual spesifik
yang terjadi pada kaum perempuan dan anak-anak yang oleh banyak
orang tidak dikenali, atau mereka sekedar menutup mata saja. Dalam
banyak bidang situasinya muncul sedemikian rupa di mana kejahatan itu
hampir-hampir ditoleransi, karena para lelaki menguasai lapangan dan
para lelaki memiliki kebutuhan. Kita harus memperjelas bahwa hal itu
benar-benar tidak bisa diterima.”32

MODE: SEORANG DESAINER MEMPROMOSIKAN


KEPEDULIAN TERHADAP ALAM CIPTAAN
Desainer mode Bora Aksu, seorang Inggris dari latar belakang Turki,
menjadi sorotan media saat lulus pada tahun 2002 dari Central
Saint Martins College of Art and Design. Pada pertunjukan mode
tahunan yang mempertontonkan karya-karya lulusan MA-nya, desain
Aksu memperoleh penghargaan yang tertinggi. Ini menyebabkannya
memperoleh kontrak dengan perusahaan-perusahaan mode kelas atas
seperti Dolce & Gabbana.33
Sekarang desainer yang sukses itu mempromosikan nilai-nilai
kerajaan Allah yang mempedulikan alam ciptaan melalui karya-karyanya.
Pada tahun 2007, Aksu bergabung dengan People Tree, suara internasional
terkemuka bagi mode yang ramah lingkungan, sebagai salah satu desainer

isi 198 7/16/13 7:02 PM


199

terkemuka mereka.34 Sejak awal karir desainnya, ia telah memastikan


untuk hanya menggunakan kain-kain alamiah—100 persen wool atau
sutera—dalam desain-desainnya. Bekerjasama dengan People Tree telah
memungkinkan Aksu untuk beralih ke sejumlah bahan baru. “Saya benar-
benar berhasrat untuk menggunakan kain-kain tenunan tangan dan yang
diwarnai dengan tangan dari People Tree,” katanya.35. Kini ia juga akan
mendesain karya-karya menggunakan bahan-bahan daur ulang.

AGRIKULTUR: SEORANG PETANI MEMPROMOSIKAN


KEPEDULIAN ATAS ALAM
Peternakan ayam yang dimiliki oleh Jacob A. Schenk, seorang Mennonite
di Pennsylvania, meluncurkan bisnisnya pada usia tiga puluh dua tahun.36
Dengan berbagai cara, ia mengupayakan transformasi institusional dalam
bidangnya. Praktek-praktek bisnisnya dengan para penjual dan pemasok,
misalnya, sangat mengagumkan. Schenk membayar di atas harga pasar
untuk telur-telur dan ayam-ayam yang dibelinya untuk memperoleh produk-
produk bermutu paling tinggi dan memastikan relasi yang baik dengan
pemasok-pemasoknya. Ia bahkan memiliki kebijakan berbagi laba dengan
pemasok-pemasoknya, dengan memberi mereka bonus-bonus menurut
seberapa besar laba yang dihasilkan oleh peternakannya tahun itu.
Praktek-praktek Schenk yang tidak biasa telah memberinya
keberhasilan finansial yang besar dan penghormatan tingi dari mereka
yang ada di bidangnya. Ia lalu menggunakan mimbarnya untuk memimpin
industrinya dalam keamanan pelanggan dan produk. Sangat menyadari
kehancuran yang bisa dialami oleh para petani karena penyakit-penyakit
menular pada ternak, ia membentuk pertemuan tahunan pemilik ternak,
yang membawa peternak-peternak ayam dari suatu wilayah yang luas.
Schenk membawa pembicara-pembicara khusus untuk berbicara tentang
inovasi-inovasi dalam cara-cara mencegah penyakit dan mengendalikan
penyebarannya saat ayam-ayam sakit.

LEBIH DARI SEKEDAR MENGENAKAN GELANG WWJD


Para profesional yang profilnya dimunculkan dalam bab ini
mendemonstrasikan bahwa mungkin bagi orang-orang Kristen di
dunia kerja untuk melakukan lebih dari cara-cara tradisional untuk
menghubungkan iman dengan pekerjaan (yaitu, mempraktekkan moralitas
pribadi dan mempelajari Alkitab bersama di tempat kerja). Kisah-kisah

isi 199 7/16/13 7:02 PM


200

mereka menunjuk kepada beberapa arena tambahan di mana nilai-nilai


kerajaan Allah bisa diupayakan, seperti tentang bagaimana pegawai-
pegawai dipilih, diperlakukan, dan diatur; bagaimana laba perusahaan
digunakan; bagaimana suatu organisasi mempraktekkan penatalayanan
lingkungan; bagaimana produk-produknya dirancang; bagaimana berelasi
dengan sesama dalam industri; dan bagaimana berkontribusi dalam
masyarakat. Saat para pemimpin gereja mendorong anggota-anggotanya
untuk mengawinkan iman dan pekerjaan mereka, mereka harus
menantang anggota-anggotanya untuk memikirkan pertanyaan ini: “Dalam
pekerjaan saya sekarang, apakah saya melakukan apa yang saya bisa
untuk mengunakan daya vokasi saya untuk mempromosikan dicicipinya
kerajaan Allah? Apakah saya benar-benar mekar di mana saya ditanam?”

TETAPI SAYA BUKAN CEO-NYA


Saat para pemimpin gereja membagikan kisah-kisah seperti yang ada
dalam bab ini, mereka mungkin mendengar suatu pertanyaan dari para
anggota: “Orang-orang itu posisinya sangat tinggi di dalam perusahaan-
perusahaan mereka. Bagaimana saya bisa, karena bukan CEO, benar-
benar membuat perubahan di tempat kerja saya?”
Rasa takut bahwa seseorang tidak memiliki otoritas untuk
mempengaruhi perubahan positif dalam tempat kerja adalah suatu
kepedulian yang absah. Namun demikian, kabar baiknya yang para
pendeta bisa bagikan adalah ini: bahkan orang-orang percaya dengan
kapasitas terbatas di tempat-tempat kerja mereka bisa dengan kreatif
mengelola tingkat pengaruh yang mereka memang miliki. Secara spesifik,
para pemimpin gereja bisa berespons dengan yang berikut ini.
Pertama, mereka bisa mendorong anggota-anggota gereja
untuk mendidik diri mereka sendiri tentang kondisi kerja setiap orang di
bawah mereka dalam organisasi di mana mereka berada. Orang-orang
percaya bisa berjuang untuk mengembangkan relasi yang bersahabat,
penuh hormat dengan pekerja-pekerja mereka, mengetahui nama-
nama mereka, bertanya tentang keluarga mereka. Langkah kecil ini
mungkin berdampak lebih besar dari yang diharapkan. Terlalu sering,
pekerja-pekerja paling rendah dalam suatu perusahaan hampir-hampir
tidak terlihat oleh mereka yang ada di atasnya. Orang-orang lain gagal
mengenali mereka, gagal melihat mereka. Dan itu problematis, karena
para pengikut Kristus seharusnya tidak pernah memperlakukan orang
seperti sekedar perabot saja.

isi 200 7/16/13 7:02 PM


201

Para pemimpin gereja bisa mendorong anggota-anggota jemaat


mereka untuk mengambil waktu di tempat kerja untuk memperhatikan
petugas-tugas kebersihan, para perempuan yang mengosongkan
tempat-tempat sampah, para perawat arena olahraga, dan orang-orang
yang ada di ruangan surat di bawah tanah. Mereka harus mengamati
kondisi kerja tempat pekerja-pekerja ini melakukan tugasnya. Mereka
mungkin mendapati, misalnya, bahwa para staf kebersihan tidak memiliki
ruang duduk yang sebaik yang dimiliki oleh rekan-rekan pekerja kerah
putih mereka, atau bahwa para pegawai kelas rendahan menghadapi
peraturan-peraturan yang terlalu ketat tentang penggunaan telepon
atau waktu istirahat.
Kedua, menyadari hal-hal seperti itu, orang-orang percaya di
perusahaan—termasuk mereka yang tidak di posisi tinggi—bisa didorong
oleh para pemimpin gereja dengan sejumlah cara yang sederhana dan
praktis. Bagaimana jika, misalnya, seorang atasan tingkat menengah di
suatu hotel mengedarkan iuran kepada rekan-rekannya untuk membeli
suatu alat pembuat kopi yang bagus, sejumlah kursi yang nyaman, dan
beberapa tanaman hijau untuk memperbaiki ruang istirahat para staf
kebersihan? Itu akan menjadi cara-cara praktis untuk memperkenalkan
sedikit dicicipinya keindahan kerajaan Allah.
Selain itu, terlepas dari posisi apa yang dipegang oleh orang
percaya di perusahaan, ia bisa memulai suatu pelayanan doa syafat diam-
diam. Langkah pertama mungkin mengajak beberapa orang percaya di
perusahaan. Langkah kedua mungkin meminta ijin untuk meletakkan
beberapa kotak doa di ruang bersama di kantor (suatu kotak berkunci
dengan suatu celah untuk memasukkan kartu indeks—disediakan di
sebelah kotak itu). Para pekerja bisa diberitahu bahwa suatu kelompok doa
sudah dimulai dan siapa pun yang memiliki topik doa bisa menuliskannya
di kartu indeks—tanpa nama jika perlu—dan memasukkannya ke kotak.
Lalu kelompok doa syafaat bisa membuka kotak itu sekali atau dua kali
seminggu dan berdoa bagi masalah-masalah itu. Ini akan menjadi suatu
demonstrasi kasih yang terlihat bagi sesama pekerja.
Ketiga, para pemimpin gereja harus mengingatkan anggota-anggota
jemaatnya bahwa, dalam dalam banyak perusahaan, bahkan para pekerja di
lapis bawah bisa memberikan saran-saran tentang cara-cara organisasi itu
bisa lebih terlibat dalam masyarakat. Tidak ada ruginya jika seorang percaya
meminta diadakannya pertemuan dengan kepala departemen sumber daya
manusia atau departemen pemasaran, misalnya, dan mengusulkan agar
perusahaan memulai suatu program relawan perusahan.

isi 201 7/16/13 7:02 PM


202

Juga tidak ada yang bisa menghentikan sekelompok kecil orang-


orang percaya di suatu organisasi untuk membentuk dana bantuan
darurat mereka sendiri. Mereka bisa memulai dana itu dengan kontribusi
mereka sendiri dan kemudian mengundang pekerja-pekerja lain untuk
berkontribusi. Mereka juga bisa mengundang partisipasi dalam suatu
komisi kemurahan yang akan bertanggungjawab untuk mendistribusikan
dana itu. Untuk menjaga agar segalanya sesederhana mungkin, komisi
itu bisa menetapkan suatu syarat minimal—misalnya, dana itu hanya
untuk menolong pegawai dalam kasus-kasus penyakit medis serius
dalam keluarga inti.
Sebagai tambahan, bahkan pegawai-pegawai dengan posisi
menengah atau senioritas rendah bisa menyarankan suatu reformasi
kecil yang bisa dilakukan dalam hal penggunaan energi dan sumber
daya perusahaan, menggerakkan perusahaan sedikit lebih dekat
ke arah yang “lebih hijau”. Saran-saran seperti itu bisa mencakup
penggunaan bohlam lampu yang efisien secara energi, meluncurkan
suatu kampanye untuk menolong mengingatkan semua pegawai untuk
mematikan komputer mereka pada akhir minggu, mendaur ulang
kertas-kertas bekas, atau mendorong pengurangan penggunaan
cangkir plastik dan kertas.
Strategi lain mencakup menyesuaikan inisiatif-inisiatif yang sudah
ada dalam perusahan untuk mempromosikan nilai-nilai kesetaraan atau
kesempatan. Misalnya, barangkali dalam suatu organisasi sudah ada
program belajar bekerja atau program magang musim panas bagi anak-
anak muda. Seorang pegawai Kristen di perusahaan bisa mempelajari
siapa yang cenderung memperoleh manfaat dari inisiatif-inisiatif ini.
Jika program itu sebagian besar melayani anak-anak kulit putih, kelas
menengah (atau lebih kaya), orang percaya itu bisa menyarankan suatu
pendekatan alternatif kepada direktur programnya. Program itu bisa
diperluas atau diarahkan ulang dengan cara-cara yang bisa menyebarkan
manfaat kepada anak-anak muda dengan kebutuhan yang lebih besar.
Jika direkturnya terbuka terhadap saran itu, si pegawai Kristen mungkin
bisa menjadi relawan untuk melakukan beberapa pekerjaan mondar-
mandir untuk mengidentifikasi mitra-mitra baru—seperti suatu sekolah
Kristen di tengah kota yang ingin memaparkan anak-anak remaja mereka
kepada suatu karir profesional.
Poinnya adalah ini: anggota-anggota jemaat perlu memahami
bahwa di mana pun mereka, tidak peduli status mereka, mereka
mungkin bisa melakukan setidaknya satu hal yang memajukan nilai-nilai

isi 202 7/16/13 7:02 PM


203

kerajaan Allah seperti keadilan atau keindahan atau belas kasihan atau
kesempatan ekonomis atau kepedulian terhadap lingkungan.

BAGAIMANA DENGAN PENGAJARAN


TRADISIONAL GEREJA TENTANG PEKERJAAN?
Banyak dari kisah-kisah dalam bab ini memiliki sejenis “getaran seksi”,
seperti yang dikatakan oleh salah satu teman saya yang berusia
duapuluhan. Betapa mengejutkannya Tom Hill membayar pegawai-
pegawainya untuk bekerja bagi Oklahoma City selama satu setengah
tahun, betapa mengagumkannya Wendy Clark yang masih muda telah
menciptakan bukan hanya suatu pekerjaan tetapi suatu lingkungan kerja
yang sangat mendukung bagi orang-orang Latino berpenghasilan rendah
yang biasanya menghadapi kondisi pekerjaan yang lebih melelahkan.
Teman berusia duapuluhan itu berkomentar tentang tindakan-tindakan
ini: “Itu keren sekali!” Dan tindakan-tindakan itu memang mengagumkan.
Namun demikian, sebagai tambahan dari menceritakan jenis-
jenis kisah sukses yang menginspirasi seperti ini, tetap ada suatu peran
bagi para pemimpin gereja untuk terus mengajarkan sejumlah topik
yang lebih akrab yang tidak terlalu seksi saat mereka memuridkan
orang untuk mekar. Salah satunya adalah etika. Karena tempat kerja
sudah jatuh dalam dosa, selalu akan ada tempat untuk pengajaran
yang kuat dari mimbar tentang kekudusan pribadi di dalam pekerjaan.
Yang kedua adalah penginjilan. Para pemimpin gereja harus secara
teratur mengingatkan umat mereka bahwa kabar baik yang paling
mengagumkan dari segala kabar baik harus dibagikan dengan rekan-
rekan kerja yang bukan orang percaya. Akhirnya, para pemimpin gereja
harus terus menekankan keunggulan.
Baru-baru ini saya mendapati bahwa seorang teman memiliki
kanker otak yang ganas. Saat ini, lebih dari apapun, saya ingin dokternya
benar-benar mahir dalam mengoperasi otak. Sekarang ini, saya
lebih peduli tentang hal itu ketimbang apakah dokter itu memberikan
pelayanannya secara pro bono di suatu klinik gratis atau apakah gaya
manajemennya hirarkis. Demikian pula, jika saya berkendara di atas
suatu jembatan yang panjang, saya percaya bahwa pengawas jembatan
itu adalah seseorang yang menganggap pekerjaannya dengan sangat
serius, yang sangat kompeten dan waspada. Saya ingin para ahli kimia dan
insinyur di pusat pengembangan nuklir kita adalah para pakar yang tekun
dan seksama dalam mengoperasikan fasilitas itu dengan aman. Saya

isi 203 7/16/13 7:02 PM


204

ingin dokter hewan saya menguasai riset terbaru yang bisa menolong
hewan peliharaan saya yang sakit. Mengejar keunggulan dengan diam-
diam, setia, seksama dalam suatu vokasi bisa menjadi sangat vital.
Menceritakan kisah-kisah tentang keunggulan mungkin rasanya
tidak terlalu menggairahkan ketimbang menunjukkan jenis kisah-kisah
yang telah kita lihat tadi. Tetapi setiap inisiatif penatalayanan vokasi
harus berhati-hati untuk memasukkan pengajaran akan nilai ini. Memang,
dalam beberapa kasus, karena bobot tanggungjawab individual mereka,
beberapa orang percaya mungkin perlu memandang keunggulan sebagai
yang tertinggi di antara nilai-nilai kerajaan Allah yang mereka coba jalani
saat mereka mekar bagi Yesus dalam profesi mereka.

isi 204 7/16/13 7:02 PM


205

11
-----------------------------------------------------------------

JALAN 2
SUMBANGKAN
KETRAMPILANMU
-----------------------------------------------------------------
Saya ingin [anggota-anggota jemaat]
memiliki momen-momen bersama Allah
yang membuat mereka terkesiap
karena aktivasi dan penggunaan karunia
yang diberikan-Nya yang membuat
mereka merasakan menjadi pembuat
perbedaan dalam suatu dunia yang rusak.
Dan kita sebagai pemimpin-pemimpin gereja
memiliki karunia itu untuk diberikan
kepada setiap relawan.
BILL HYBELS, PENDETA PENDIRI
WILLOW CREEK CHURCH

isi 205 7/16/13 7:02 PM


206

A
hli kimia kertas Dan Blevins tidak memandang dirinya sebagai
orang yang luarbiasa. Ia tumbuh dewasa di suatu kota kecil
di Michigan, pergi ke universitas dan memperoleh pekerjaan
setelah lulus. Ia mendapat seorang istri, mulai membangun
keluarga. Mereka bergabung dengan suatu gereja. Di Mt.
Pisgah United Methodist Church di Atlanta, Dan menyanyi di paduan
suara dan menjadi relawan dengan pelayanan rekreasi sebagai seorang
wasit sepakbola.1
Pada bulan April 2003, Dan berusia lima puluh tahun. Ia telah
bekerja di Dow Chemical Company selama hampir dua puluh lima
tahun. Ia mendengar tentang suatu konferensi misi yang akan diadakan
di kota Atlanta pada bulan Juni dan memutuskan untuk menghadirinya.
Karena ulangtahunnya baru-baru ini yang menandai suatu tonggak
hidup, ia memilih mengikuti suatu jalur di konferensi itu yang diorganisir
oleh Finisher Project. (Misi Finisher Project adalah menghubungkan
orang-orang dewasa paruh baya dengan “kesempatan-kesempatan
berdampak global bagi Allah.”)2 Pada hari terakhir, Dan menghadiri
suatu lokakarya berjudul “Menemukan Tempatmu dalam Pelayanan:
Keterampilanmu Dibutuhkan.”
“Pengajarnya memulai presentasinya dengan menyatakan
terlepas dari apapun keterampilan Anda, ada pelayanan di suatu
tempat yang membutuhkan Anda,” ujar Dan.3 Lalu si pengajar berkata
ia akan bertanya kepada setiap orang di ruang itu tentang pekerjaannya,
lalu memberikan rekomendasi tentang suatu pelayanan yang bisa
menggunakan keterampilannya. “Ia mulai berkeliling ruangan ke sebelah
kiri saya,” ujar Dan, “dan contoh-contoh mulai mengalir. Guru, ahli listrik,
perawat—dan kepada setiap orang, [si pengajar] mulai menyebutkan
pelayanan-pelayanan dan tempat-tempat di dunia di mana mereka bisa
terlibat.” Namun, saat si pengajar tiba pada Dan, ia terdiam. Ia tidak yakin
bagaimana Allah bisa menggunakan seorang ahli kimia kertas.
“Tiba-tiba dari baris belakang ruangan ada suara memanggil,”
Dan mengenang. Seseorang mengatakan bahwa mereka telah
bertemu dengan seorang pemimpin pelayanan di ruang pameran yang
membutuhkan seorang ahli kimia kertas. Dan bergegas ke stan pelayanan
itu saat sesinya selesai.
Di sana ia diberitahu bahwa Village Handcrafters, suatu pelayanan
untuk menolong mata pencaharian para penduduk liar di Manila, telah
melibatkan sekitar empat puluh orang untuk membuat produk kertas buatan
tangan dari bahan rami. Usaha itu menciptakan pekerjaan dan menghasilkan

isi 206 7/16/13 7:02 PM


207

pendapatan untuk mendukung perintisan tiga gereja di Filipina. Saat Dan


menghubungi pendiri pelayanan itu, Ed Landry, dan menjelaskan tentang
latar belakang profesinya, Ed tanpa ragu-ragu berkata, “Kami adalah orang-
orang amatir yang belajar sendiri. Kami benar-benar membutuhkan Anda
untuk datang ke Filipina dan membantu kami.”
Dan berkata, “Itu sudah cukup bagi saya. Sudah jelas bahwa
Allah telah mengaitkan saya dengan suatu pelayanan yang membutuhkan
pengetahuan khusus saya. Wow!”
Dalam sepuluh hari pertama kunjungan Dan ke Manila,
ia mampu menolong Village Handicrafts menghemat waktu untuk
memproses setumpuk bubur rami dari sembilan jam menjadi tiga jam
dan mengurangi biaya bahan kimia mereka per tumpuk sampai hampir
90 persen. “Hal itu tepat berada di titik pukul dari apa yang saya suka
lakukan: menyelesaikan masalah secara tehnis.” Pada kunjungan-
kunjungan berikutnya, Dan mengajar teman-teman Filipino-nya suatu
proses penanganan air limbah yang baru, salah satu bidang keahliannya.
Keterlibatannya yang terbaru adalah memimpin tim-tim dari Mt. Pisgah
ke Kenya untuk memasang sistem pemurnian air yang menggunakan
suatu tehnologi yang dipelajarinya saat bekerja di Dow Chemical.
Melayani di negara lain dengan menggunakan keterampilan
vokasinya yang unik telah membawa sukacita yang besar bagi Dan
dan memperdalam iman Kristennya. Walaupun ia senang melayani di
pelayanan musik dan rekreasi di Mt. Pisgah, mereka tidak memperkaya
kehidupan rohaninya seperti yang telah terjadi di penatalayanan vokasi
ini. Karena Allah memimpinnya untuk melayani pada kesempatan-
kesempatan yang begitu sesuai dengan keterampilannya, iman Dan akan
kepedulian pribadi Allah baginya menjadi makin dalam.

Saat Anda melihat sesuatu yang memanggil Anda dengan begitu spesifik
kepada suatu area di mana Anda sudah dipersiapkan dan Anda benar-
benar suka melakukannya, rasanya hal itu menjadi sangat-sangat
pribadi. Saat itu Anda akan berkata, “Ya, saya tahu Allah mengenal
saya, mengenal nama saya, dan ia peduli kepada saya.” Saat Dia benar-
benar merenggut bajumu dan berkata, “Ayo sini, lakukan hal ini di sini,”
itu benar-benar suatu penguatan besar akan hal-hal yang sering kita
bicarakan dan yakini. Saya percaya secara mendalam bahwa itu benar,
berdasarkan apa yang telah terjadi pada saya.

Walaupun Dan tidak memandang dirinya sebagai orang yang


luarbiasa, kisahnya telah menjadi katalis di Mt. Pisgah. Di website gereja,

isi 207 7/16/13 7:02 PM


208

pada halaman Volunteering di bawah judul “Global Mission”, teksnya


berbunyi, “Jika Allah bisa menggunakan keterampilan-keterampilan dari
seorang ahli kimia kertas untuk perkara penginjilan dunia (bertanyalah
kepada Dan Blevins tentang kisahnya!), maka Allah bisa menggunakan
keterampilan, talenta, dan kesediaan apapun yang telah Dia berikan bagi
Anda untuk melayani!”4
Pengalaman Dan telah memimpin staf gereja untuk berfokus
secara lebih sengaja untuk menolong anggota-anggotanya menemukan
cara-cara untuk menggunakan keterampilan spesifik mereka dalam
pelayanan. Dan istrinya memimpin suatu kelas pendidikan dewasa yang
disebut “Finding Your PLACE in Ministry” (Temukan TEMPAT Anda Dalam
Pelayanan)5, yang mengombinasikan penilaian karunia-karunia rohani
dengan penilaian kepribadian, minat, gaya kerja, dan latar belakang.
“Idenya adalah bahwa Anda bisa melayani dengan banyak cara tetapi
Anda tidak akan benar-benar bahagia kecuali Anda menemukan sesuatu
yang merupakan titik pukul Anda,” papar Dan.
Ia melanjutkan, “Ada sejumlah pebisnis [dalam jemaat]. Mereka
adalah orang-orang pemasaran atau manajemen atau eksekutif bisnis,
dan mereka telah berkata ‘Oke, yang mana yang sesuai untuk saya?’”
Beberapa anggota jemaat melayani melalui suatu pelayanan yang bermitra
dengan Mt. Pisgah, yang disebut International Leadership Institute. “Pada
dasarnya ini adalah suatu pelayanan yang pergi dan menyelenggarakan
konferensi-konferensi kepemimpinan di banyak tempat di seluruh dunia,”
kata Dan. “Dan [bagi] banyak pebisnis, dengan cara itulah mereka melihat
diri mereka sendiri: ‘Wah, saya adalah seorang pemimpin organisasi, dan
dengan cara inilah saya bisa mempengaruhi [orang lain].’” Mengajar di
luar negeri telah sangat memberikan kepuasan bagi para eksekutif bisnis
ini, ujar Dan. “Mereka benar-benar mendapatinya menggairahkan karena
mereka menggunakan [keterampilan-keterampilan ini] dalam setting bisnis
korporasi mereka, dan ini beresonansi dengan apa yang mereka suka
lakukan dan merupakan hal yang mereka tahu cara melakukannya.”

******

Di bab sebelumnya kita melihat bahwa ekspresi utama dari penatalayanan


vokasi yang harus didorong oleh para pemimpin gereja adalah “mekar di
mana Anda ditanam.” Tetapi kadangkala para pegawai memiliki energi
tambahan untuk diberikan di luar pekerjaan mereka sehari-hari dan
ingin menggunakan keterampilan vokasi mereka bagi suatu pelayanan.

isi 208 7/16/13 7:02 PM


209

Dalam contoh-contoh lain, orang-orang percaya menghadapi hambatan-


hambatan untuk mekar. Beberapa anggota gereja adalah pekerja-
pekerja muda di tempat kerja yang baru. Mereka mungkin merasa bahwa
kurangnya pengalaman, kurangnya senioritas, atau posisi yang rendah
sangat membatasi lingkup mereka untuk memajukan dicicipinya kerajaan
Allah. Anggota-anggota jemaat lainnya mungkin bekerja dalam pekerjaan-
pekerjaan yang tidak cocok dengan keterampilan vokasi mereka, seperti
calon artis yang sekarang bekerja sebagai pelayan di restoran. Dan
bahkan anggota-anggota jemaat yang lebih tua yang memiliki senioritas
di tempat kerja mereka mungkin menghadapi hambatan institusional
untuk mekar, seperti atasan yang tidak ramah atau suatu birokrasi yang
kuat yang membatasi suaranya.
Pekerja-pekerja seperti itu mungkin perlu ditantang untuk berpikir
lebih keras dan lebih kreatif tentang bagaimana mereka bisa mekar.6
Tetapi dalam beberapa kasus, individu-individu ini mungkin memiliki
lebih banyak kapasitas untuk menggunakan talenta vokasi mereka di
luar pekerjaan sehari-hari mereka. Jalan kedua dari penatalayanan
vokasi adalah tentang menyumbangkan keterampilan vokasi kepada
badan-badan nirlaba dan pelayanan-pelayanan—di dalam gereja, dalam
masyarakat setempat, atau di negara lain—yang bisa menggunakannya
untuk memajukan kerajaan Allah. Gereja-gereja dengan kemampuan
untuk mempromosikan bukan hanya mekar di tempat tetapi juga jalan
ini mungkin mendapati bahwa banyak anggota-anggota jemaatnya
berespons dengan antusias kepada kesempatan-kesempatan bermakna
untuk menggunakan keterampilan pekerjaan mereka saat mereka cuti.

SUATU PENDEKATAN YANG MASUK AKAL NAMUN SANGAT LANGKA


Mendorong anggota-anggota jemaat untuk melayani dengan menggunakan
keterampilan vokasi unik mereka dengan menjadi relawan-relawan dalam
suatu pelayanan atau badan nirlaba yang memajukan kerajaan Allah
bukanlah suatu ide yang sangat inovatif. Ide ini hanyalah sangat masuk
akal. Bagaimana pun, ide ini memiliki janji yang jelas bagi si pelayan. Jika
mereka sudah menikmati profesi mereka, tidak mengherankan jika mereka
akan menemukan kesenangan dalam menyumbangkan keterampilan-
keterampilan itu kepada pelayanan-pelayanan—seperti yang sudah dialami
Dan Blevins. Ini juga adalah suatu ide yang bagus dalam hal kebutuhan-
kebutuhan yang biasanya disebutkan oleh organisasi-organisasi nirlaba.
Pada bulan April 2009, firma konsulting Deloitte menerbitkan suatu hasil

isi 209 7/16/13 7:02 PM


210

penelitian yang melaporkan 95 persen pemimpin-pemimpin badan-badan


nirlaba berkata bahwa organisasi mereka menginginkan lebih banyak
pelayanan pro bono oleh kaum profesional. Walaupun mereka menghargai
para relawan yang bisa menolong mereka menyediakan pelayanan-
pelayanan langsung (memberi pelajaran tambahan kepada anak-anak,
membersihkan sungai yang terpolusi, menyajikan hidangan), kebutuhan
mereka yang lebih besar adalah akan profesional-profesional terlatih yang
bisa menolong mereka untuk memperkuat struktur organisasi mereka
sehingga mereka bisa menjadi efektif dan mampu bertahan hidup.7
Penemuan-penemuan dari suatu penelitian pada tahun
2004 oleh Urban Institute ternyata serupa. Penelitian itu melaporkan
bahwa organisasi nirlaba mencari lebih banyak jumlah relawan dengan
keterampilan khusus.8 Namun terlepas dari fakta bahwa jenis jasa ini akan
merupakan manfaat yang jelas baik bagi si pelayan maupun yang dilayani,
kebanyakan gereja tidak memiliki fokus yang spesifik dan sengaja atau
program untuk mengidentifikasi keterampilan-keterampilan pekerjaan
anggota-anggotanya dan mencocokkannya dengan kesempatan-
kesempatan pelayanan.
Alasannya berbeda-beda. Memahaminya menolong
memposisikan para pemimpin gereja untuk mengatasi hambatan-
hambatan untuk menerapkan jalan kedua. Alasannya biasanya bisa
diringkas menjadi dua jenis: administratif dan sikap.
Tentang administrasi, beberapa gereja tidak menggunakan
database jenis apapun untuk mengumpulkan informasi tentang anggota-
anggota jemaat mereka. Sebagai akibatnya, mereka tidak mengumpulkan
informasi vokasi yang bisa berguna dalam mencocokkan anggota-anggota
dengan kesempatan-kesempatan menjadi relawan yang relevan. Dalam
gereja-gereja yang menggunakan program database, data pekerjaan
atau keterampilan jarang dikumpulkan. Selain itu, bahkan gereja-gereja
yang memiliki pelayanan-pelayanan yang berfokus pada memperlengkapi
anggota-anggota awam gagal menggunakan peralatan penilaian yang
secara spesifik mengidentifikasi keterampilan-keterampilan dan keahlian-
keahlian vokasi anggota-anggotanya. Dalam semua kasus ini, para staf
gereja tidak tahu banyak tentang kekayaan keterampilan profesional
yang ada dalam jemaat mereka.
Alasan kedua mengapa banyak gereja tidak mendukung
penatalayanan vokasi menurut jalan kedua adalah rasa takut. Sejumlah
rohaniwan tidak antusias tentang menolong anggota-anggota mereka
untuk terhubung kepada kesempatan-kesempatan pelayanan yang paling

isi 210 7/16/13 7:02 PM


211

cocok bagi keterampilan mereka saat kesempatan-kesempatan itu ada


di luar program gereja sendiri. Seperti yang dikeluhkan oleh konsultan
gereja yang berpengalaman Sue Mallory, “Rata-rata gereja di Amerika
memiliki pola pikir kelangkaan, bukan pola pikir kelimpahan.” Para
pemimpin gereja, demikian ceritanya, seringkali merasa mereka tidak
memiliki cukup dukungan untuk mengerjakan pekerjaan gereja sehingga
ada keengganan untuk “mengutus orang keluar.”9
Gordon Murphy dari Barnabas Group, suatu pelayanan
parachurch yang berusaha menghubungkan profesional-profesional
Kristen di dunia kerja dengan badan-badan nirlaba di tengah kota
Chicago, setuju dengan hal itu. Ia bercerita bahwa sejumlah rohaniwan
takut kehilangan sumberdaya:

Saya telah mencoba bertemu dengan lusinan pendeta, dan mereka


tidak kelihatan tertarik. ... Mereka takut bahwa jika mereka mulai
mengarahkan domba-domba mereka ke luar, walaupun [badan-badan
nirlaba] bisa menggunakan keterampilan mereka dengan lebih baik,
mereka memiliki perasaan ini: “Nah, lalu saya akan kehilangan domba-
domba itu. Walaupun saya tidak menggunakan domba-domba saya
dengan baik, mereka akan lebih menyukai [badan-badan nirlaba di luar]
ketimbang saya dan mereka akan memberikan waktu, talenta, dan uang
mereka kepada badan-badan itu dan tidak akan memberikannya kepada
gereja kami.” 10

Selama hampir empat puluh tahun, penulis dan konsultan


gereja William Diehl telah menjadi suara yang berseru-seru di
padang gurun tentang masalah-masalah ini. Dengan fokus internal
mereka untuk membangun institusi gereja, para rohaniwan enggan
menyebarluaskan umat mereka kepada kesempatan-kesempatan
pelayanan dalam komunitas, katanya. Beberapa tahun yang lalu ia
diundang untuk mengajar suatu matakuliah di Princeton Theological
Seminary tentang pelayanan kaum awam. Bergairah pada awalnya, ia
akhirnya merasa kecewa. Ia mengenang, “Dengan berjalannya kelas
itu, sangat jelas bagi saya apa yang dicari oleh para mahasiswa waktu
mengambil kelas itu adalah memahami kaum awam dengan lebih baik
sehingga mereka bisa menggunakan kaum awam dengan lebih baik lagi
dalam melayani institusi gereja. Dan hanya itu yang mereka dapatkan
dari sana. Saya merasa lebih baik saya mengajar suatu matakuliah
tentang cara menggunakan peralatan audiovisual.”11

isi 211 7/16/13 7:02 PM


212

MENGATASI HAMBATAN-HAMBATAN TERHADAP


INISIATIF-INISIATIF JALAN 2
Mengatasi hambatan-hambatan administratif. Para pemimpin
jemaat telah merintis empat strategi untuk mengatasi hambatan-
hambatan administratif: menerapkan tehnologi baru; memikirkan ulang
pendekatan-pendekatan tradisional untuk melibatkan jemaat; bermitra
dengan suatu “rumah kliring relawan” setempat; dan menyediakan
pelatihan-pelatihan formal.
Pertama, di Grace Community Church di Noblesville, Indiana,
para pemimpin telah menerapkan tehnologi baru dengan menetapkan
suatu portal berdasarkan web yang disebut “Serving Central.”12 Di
sana, di bawah tab “Find Your Fit ...” (Temukan Yang Cocok Untukmu),
anggota-anggota jemaat bisa memilih dari suatu daftar periksa yang
panjang keterampilan-keterampilan yang mereka miliki dan tertarik
untuk menggunakannya dalam pelayanan. Mesin pencari kemudian
menghasilkan suatu daftar kesempatan-kesempatan pelayanan (baik
di dalam maupun di luar negeri) yang cocok dengan keterampilan-
keterampilan itu.13
Lifebridge Christian Church di Longmont, Colorado, telah
mengambil pendekatan serupa. Anggota-anggota jemaat mengisi
suatu formulir minat menjadi relawan secara online yang mengajukan
pertanyaan-pertanyaan detail tentang keterampilan vokasi dan avokasi
mereka.14 Para staf dan pemimpin pelayanan kemudian meninjau
informasi yang ada dalam formulir itu dan membuat rekomendasi-
rekomendasi kepada setiap anggota tentang kesempatan-kesempatan
pelayanan yang relevan di gereja atau dengan salah satu mitra
“global”nya (badan-badan domestik atau pun asing yang berkolaborasi
dengan Lifebridge).
Strategi kedua untuk mengatasi hambatan-hambatan
administratif mencakup memikirkan ulang pendekatan-pendekatan
tradisional untuk keterlibatan relawan. Banyak gereja mendorong
anggota-anggotanya untuk melayani dalam perjalanan-perjalanan misi
jangka pendek ke luar negeri atau di dalam negeri. Namun, selain
perjalanan misi medis, hanya sedikit dari perjalanan misi ini dirancang
secara sengaja menurut vokasi. Sebagai akibatnya, gereja-gereja
mengirimkan bankir-bankir dan arsitek-arsitek mereka ke luar untuk
mengecat rumah dan para artis serta petugas kepolisian mereka untuk
melayani di Sekolah Injil Liburan. Ini tidak selalu buruk, dan bisa sangat

isi 212 7/16/13 7:02 PM


213

menyenangkan. Namun sejumlah profesional di bangku gereja merasa


haus untuk melakukan sesuatu yang berbeda.
Di Grace Community, Ed Fischer, seorang awam yang telah bekerja
di bidang IT selama dua puluh tahun, telah menolong mengoordinasikan
“perjalanan orang-orang culun” ke mitra pelayanan gereja, Nairobi
Evangelical Graduate School of Theology. Seminari itu sangat senang
menerima para profesional IT yang bisa mengajar kelas-kelas jangka
pendek tentang perangkat lunak, selain memperbaiki dan meng-upgrade
komputer-komputer dan jejaring-jejaring mereka. Ed berkata ia senang
sekali mengoordinasi perjalanan itu selama beberapa tahun terakhir.
“Seringkali gereja-gereja menawarkan perjalanan misi medis atau melayani
dalam proyek-proyek pembangunan,” ujarnya. “Tetapi ada banyak nilai
dalam menciptakan perjalanan-perjalanan berjenis vokasi. Ini adalah cara
yang luarbiasa untuk melibatkan orang yang mungkin tidak akan pernah
berpikir untuk pergi dalam perjalanan misi jangka pendek.”15
Seperti halnya banyak gereja mensponsori perjalanan-
perjalanan misi jangka pendek, banyak yang menyelenggarakan suatu
pekan pelayanan tahunan untuk memaparkan anggota-anggota jemaat
kepada kesempatan-kesempatan melayani sebagai relawan. Dengan
sedikit disesuaikan, acara yang tidak asing ini bisa menjadi suatu alat
untuk mendorong penatalayanan vokasi menurut jalan kedua.
Para pemimpin suatu pekan pelayanan bisa memikirkan
untuk menyusun buklet “Want Ads” yang berorientasi vokasi untuk
diberikan kepada anggota-anggota jemaat yang menghadirinya. Untuk
menciptakannya, pengorganisir pekan itu meminta setiap pelayanan
yang dipamerkan dalam pekan itu untuk mengidentifikasi tiga atau
empat kesempatan pelayanan menurut perangkat keterampilan atau
pekerjaan. Kebutuhan-kebutuhan ini cukup ditulis seperti “DIBUTUHKAN:
profesional pemasaran atau periklanan untuk menolong menciptakan
brosur promosi untuk pelayanan bimbel kami” atau “DIBUTUHKAN:
insinyur-insinyur atau ilmuwan yang memiliki keterampilan dalam bidang
pemurnian air atau tehnologi air limbah untuk menolong melayani dalam
upaya-upaya penanganan bencana kami.”16
Untuk memperoleh manfaat maksimum dari pekan pelayanan
mereka, para pemimpin gereja perlu menginformasikan kepada anggota-
anggota mereka terlebih dahulu bahwa brosur-brosur itu akan tersedia
dan mendorong anggota-anggota jemaat untuk memikirkan keterampilan
vokasi spesifik yang mereka mungkin berminat untuk sumbangkan dalam
suatu pelayanan.

isi 213 7/16/13 7:02 PM


214

Strategi ketiga untuk mengatasi hambatan-hambatan di jalan


kedua mencakup kemitraan dengan suatu “rumah kliring relawan”
setempat yang bisa menolong gereja mencocokkan para profesionalnya
dengan kesempatan-kesempatan pelayanan. Ini adalah pendekatan yang
telah diambil oleh Redeemer Presbyterian Church di New York melalui
relasinya yang akrab dengan Hope for New York (HFNY).
Redeemer meluncurkan HFNY sekitar dua puluh tahun yang
lalu. Gereja itu penuh sesak dengan para profesional muda berusia
duapuluhan dan tigapuluhan—para lajang energetik, dan berfokus pada
karir yang bergairah oleh visi Pendeta Tim Keller akan suatu gereja
“bagi kota”. Redeemer mengukur keberhasilannya bukan hanya oleh
pertumbuhan gereja tetapi juga oleh perbedaan yang dihasilkan oleh
gereja di kota itu. Untuk memfasilitasi misi itu, Redeemer merintis HFNY
untuk mengembangkan relasi-relasi dengan badan-badan nirlaba Kristen
yang melayani kaum miskin dan termarginalisasi di kota itu kemudian
menghubungkan jemaat-jemaat Redeemer dengan mereka.
Dengan berjalannya waktu, HFNY menetapkan relasi-relasi
dengan sekitar tigapuluh afiliasi. HFNY mendukung organisasi-organisasi
ini dengan melalui dana-dana bantuan, pelatihan-pelatihan, dan program
Professionals in Action, yang melaluinya anggota-anggota jemaat
Redeemer menyumbangkan keterampilan-keterampilan mereka untuk
membangun kapasitas di badan-badan nirlaba itu.
Elise Chong, direktur eksekutif HFNY, melaporkan bahwa “di
sepanjang tahun, para afiliasi kami telah terus menerus meminta
para profesional. Para pengembang website adalah permintaan
yang cukup umum, atau ‘seseorang yang bisa melakukan sejumlah
pemasaran bagi saya’—menciptakan alat-alat atau rencana-rencana
pemasaran atau suatu brosur pemasaran.”17 Sebagai respons
terhadap kebutuhan-kebutuhan itu, program Professionals in Action
HFNY memobilisasi tim-tim relawan yang memiliki keterampilan
profesional untuk melakukan proyek-proyek jangka pendek, pro bono
bagi organisasi-organisasi yang melayani orang-orang miskin dan
termarjinalisasi.18 Para relawan biasanya melayani selama sekitar
satu sampai tiga bulan. Pendekatan tim membangun akuntabilitas
dan memastikan hasil yang lebih baik. “Jika Mary untuk alasan apapun
tidak bisa menghadiri pertemuan malam itu, setidaknya Joe dan Sally
bisa melakukannya,” papar Chong. “Jadi proyeknya bisa dilanjutkan
dan diselesaikan, dan Anda benar-benar memperoleh produk yang
baik pada akhirnya.”

isi 214 7/16/13 7:02 PM


215

Fellowship Bible Church di Little Rock, Arkansas, telah


melembagakan strategi keempat untuk mendorong penatalayanan
vokasi menurut jalan kedua: pelatihan formal. Gereja ini tertarik untuk
membangun investasi pelayanan jangka panjang oleh kaum profesional
dari gereja tersebut. Untuk melakukannya, Fellowship mempekerjakan
Bill Wellons sebagai “pendeta pengutus” mereka. Bill mencurahkan
hidupnya bagi para pemimpin paruh baya yang berkapasitas tinggi dalam
gereja yang siap mengosongkan sejumlah besar waktu mereka untuk
melakukan pelayanan-pelayanan dalam kerajaan Allah.
Bill menggambarkan pekerjaannya sebagai seorang pelatih
bagi anggota-anggota jemaat itu secara terperinci dalam Unlimited
Partnership, suatu buku kecil yang ditulisnya bersama Lloyd Reeb dari
Halftime.19 Kadangkala pelatihan Bill mencakup menjadi pemandu
sorak dan memberi semangat. Kadangkala pekerjaannya adalah
menolong para anggota jemaat yang bertalenta menavigasi subkultur
dan birokrasi-birokrasi gereja dan pelayanan-pelayanan. Kadangkala
ia memberikan perhatian rohani. Hampir selalu, suatu bagian penting
dari pelatihan itu adalah menolong para pemimpin dalam dunia kerja
itu untuk mengidentifikasi keterampilan-keterampilan dan pengetahuan
yang mereka miliki yang bisa ditransferkan.
Karena investasi yang dilakukan Bill, beberapa pemimpin dalam
dunia kerja dari Fellowship telah memberikan diri mereka kepada peran-
peran staf relawan secara intensif di gereja atau kepada keterlibatan
mendalam bagi organisasi-organisasi di dalam dan luar negeri. Misalnya,
perwakilan penjualan farmasi yang sukses James Saunders memberikan
waktu sepuluh jam seminggu sebagai pemimpin kaum awam di pelayanan
kaum pria di Fellowship. Ia telah mengasah keterampilan kepemimpinan
selama bertahun-tahun dalam industrinya, mengidentifikasi individu-
individu bertalenta dan membimbing mereka menjadi orang-orang
penjualan yang sukses. Memotivasi orang lain dan membangun tim
membuatnya berenergi. Ia menggunakan keterampilan yang sama
sekarang untuk merekrut pemimpin-pemimpin bagi kelompok kecil pria
dan melibatkan para eksekutif bisnis non-Kristen dalam aktivitas-aktivitas
di pelayanan kaum pria.20
Mengatasi rasa takut dengan iman. Banyak pemimpin gereja
takut bahwa melepaskan anggota-anggota jemaat ke pelayanan-pelayanan
di luar gereja akan membuat gereja sendiri kehilangan sumberdaya
manusia dan finansial yang dibutuhkannya. Para pemimpin harus
mengatasi rasa takut ini jika mereka ingin menerapkan penatalayanan

isi 215 7/16/13 7:02 PM


216

vokasi menurut jalan kedua. Mereka harus belajar bertumbuh untuk


percaya bahwa Allah mampu memastikan semua pekerjaan-Nya—di
dalam dan di luar keempat dinding gereja—dilakukan saat para pemimpin
setia kepada mandat untuk memperlengkapi yang telah diberikan oleh-
Nya dalam Efesus 4:11-12. Para rohaniwan harus yakin bahwa Allah
akan memberkati mereka karena telah menunjukkan tangan terbuka
dengan talenta-talenta yang ada dalam gereja mereka. Ini adalah masalah
meyakini janji yang diberikan dalam Pengkhotbah 11:1: “Lemparkanlah
rotimu ke air, maka engkau akan mendapatnya kembali lama setelah
itu.” Teks ini mendorong kemurahan hati dalam keyakinan bahwa, oleh
rancangan Allah yang pemurah, ini akan menghasilkan berkat kembali.
Visi untuk memproduksi tangan terbuka di kalangan pendeta-
pendeta mungkin terdengar tidak realistis. Tetapi ini bisa dan sudah
pernah dilakukan. Vernon dan Charlene Armitage dari Pleasant Valley
Baptist Church adalah demonstrasi hidupnya. Mereka percaya bahwa
karunia-karunia anggota-anggota gereja mereka tidak diberikan hanya
bagi “pekerjaan gereja”, tetapi bagi kerajaan Allah. “Memperlengkapi
adalah membangun Tubuh Kristus tetapi juga merupakan suatu
ciri kerajaan Allah,” kata Vernon, “Gereja yang baik dan sehat harus
melayani masyarakat.”21 Charlene, istrinya, berkata, “Kami tidak tertarik
dengan orang-orang mengisi berbagai peran, tetapi dengan peran-
peran yang mengisi orang.” Gairah dan penggunaan strategis mereka
mungkin berada di luar keempat dinding gereja, tetapi, ujarnya, “kami
memandangnya sangat penting.”22
Saat ditanya apakah ia takut bahwa mendorong pelayanan
keluar ke tengah masyarakat akan membuat gereja kekurangan relawan
atau uang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya sendiri, Charlene
mengakui bahwa ia dan Vernon memang memiliki rasa takut yang sama
bertahun-tahun yang lalu. Titik baliknya datang pada tahun 2002 saat
Don Simmons mengunjungi Pleasant Valley untuk mengajar mereka
tentang memperlengkapi. Charlene berkata bahwa Don meyakinkan
mereka tentang visi alkitabiah bagi gereja-gereja yang berfokus ke luar.
Ia berkata bahwa ia melihat Pleasant Valley selama itu telah bersikap
“egois” dengan tidak berbagi talenta-talentanya dengan komunitas.
Sejak saat itu, Pleasant Valley telah mengirimkan ratusan
umatnya. Misalnya, baru-baru ini sejumlah pakar berkebun dalam
gereja itu meluncurkan suatu inisiatif kebun komunitas. Kini proyek
itu telah melibatkan lebih dari seratus orang dalam sekitar tujuh
puluh lima kebun di seluruh kota, menanam sayuran dan buah-buahan

isi 216 7/16/13 7:02 PM


217

yang dibagikan kepada mereka yang lapar dan dijual dengan harga
terjangkau melalui pasar-pasar pertanian di komunitas itu. Sebagai
tambahan, Charlene telah memobilisasi para pendidik dari gereja itu
untuk melayani di sekolah-sekolah negeri setempat. Ia sendiri melayani
di badan pengawas sekolah. Ini muncul baik dari hasrat pribadinya (ia
adalah seorang pendidik selama tiga puluh tahun) maupun keinginannya
untuk menjadi teladan pelayanan dalam masyarakat kepada sesama
anggota gereja. “Mereka perlu melihat bahwa itu sama berharganya
dengan menyanyi di paduan suara,” ujarnya.23
Dan apa yang menjadi hasilnya bagi Pleasant Valley Baptist
Church? “Kami menemukan, makin banyak kami pergi ke luar gereja,
bagian dalam gereja kami makin terurus,” ujar Charlene. “Itu bukan yang
kami perkirakan sama sekali! Ini sangat mirip dengan apa yang Yesus
katakan, ‘Keluarlah dari dirimu.’”
Dengan terlibatnya Pleasant Valley dalam lebih banyak
kemitraan dengan pelayanan-pelayanan parachurch dan berpartisipasi
dalam upaya-upaya penjangkauan multi gereja di seluruh kota, makin
banyak orang-orang yang tanpa gereja berkebaktian di sana. Ini memberi
energi kepada anggota-anggota jemaat—dan membuat anggota-
anggota jemaat lebih bersedia melayani di dalam gereja, bahkan di
ruangan untuk anak-anak, untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan para
pendatang baru. Charlene menambahkan, “Cara terbaik yang saya tahu
untuk mengatakannya adalah, ‘Anda harus keluar dari diri Anda dan diri
Anda akan diurus.”
Di Fellowship Bible, komitmen untuk melatih anggota-anggota
jemaat berkapasitas tinggi untuk melayani di mana pun—di dalam maupun
di luar gereja—difasilitasi oleh falsafah “tangkap dan lepaskan” dari
Pendeta Senior Robert Lewis. “Umat kita memiliki suatu keinginan untuk
melakukan pelayanan di garis depan sendiri, dan mereka ingin gereja
menolong mereka melakukannya,” ujarnya.24 Sayangnya, kebanyakan
pendeta memiliki falsafah “tangkap dan simpan”, Lewis mengakui. Pada
masa-masa awal pelayanannya, ini adalah pendekatannya. Falsafah
ini baru berubah saat ia mulai belajar tentang kepemimpinan yang
diteladankan Yesus secara lebih seksama. Lewis berkata bahwa Yesus
adalah seorang “nelayan tangkap-dan-lepaskan. Dia akan menangkap
lelaki dan perempuan dengan injil-Nya, dan menghabiskan waktu untuk
mengembangkan, membumbui, dan menggerus mereka dengan cara
Allah, tetapi kemudian Dia akan melepaskan mereka.” Dia melepaskan
mereka “untuk menjadi garam dan terang, dan mengubah komunitas.”25

isi 217 7/16/13 7:02 PM


218

Di Mariners Church di Irvine, California, pendeta penjangkauan


Laurie Beshore telah melihat janji akan kembalinya roti terjadi. Ia dan
para pemimpin gereja lainnya di Mariners mendampingi anggota
jemaat Don Schoendorfer, seorang insinyur mesin yang telah menjadi
relawan selama bertahun-tahun di pusat bimbel gereja di tengah kota.
Don menjadi penuh minat mengenai masalah imobilitas yang dihadapi
oleh jutaan orang-orang cacat di negara-negara berkembang. Ia percaya
pengalamannya selama lebih dari dua puluh tahun sebagai insinyur
mungkin bisa memberi solusi.
Don mengambil tantangan untuk menciptakan kursi roda
yang akan cukup kokoh untuk memenuhi kondisi lingkungan yang sulit
di negara-negara Dunia Ketiga dan yang bisa diproduksi dengan harga
yang terjangkau. Ia membeli sebuah sepeda dan beberapa kursi taman
plastik di salah satu supermarket besar di Southern California. Setelah
“mengutak-atik di garasi” selama beberapa minggu, ia berhasil menyusun
suatu kursi roda yang kuat dan bisa digunakan. Sekarang desain kursi
rodanya telah membawa mobilitas kepada lebih dari setengah juta orang
di negara-negara berkembang.26
Laura Beshore berkata sekarang salah satu hal yang menonjol
dari banyak perjalanan misi jangka pendek Mariners ke luar negeri
adalah kesempatan untuk menyusun dan mendistribusikan kursi
roda. Pengalaman itu menyentuh anggota-anggota perjalanan secara
mendalam dan seringkali digunakan oleh Allah untuk memperdalam
belas kasihan mereka bagi orang-orang miskin, demikian ceritanya. Itu
mempengaruhi perjalanan mereka sendiri bersama Kristus dan telah
membawa keterlibatan yang lebih kuat di Mariners dan pelayanan-
pelayanan lokalnya.

KESIMPULAN: BERKAT DARI JALAN 2


Seperti yang telah kita lihat, memfasilitasi jalan kedua mungkin menuntut
para pemimpin gereja untuk membuat beberapa perubahan baik dalam
sikap mereka maupun dalam struktur administrasi mereka. Perubahan-
perubahan tidak pernah mudah, dan tidak akan terjadi tanpa motivasi yang
signifikan. Bagi mereka yang aktif dalam penatalayanan vokasi menurut
jalan kedua, upayanya layak dilakukan karena manfaatnya yang besar.
Pelayanan global dan lokal yang menerima waktu dan talenta
para profesional pro bono jelas memperoleh manfaat. Hal ini seharusnya
menarik bagi para pendeta. Tetapi saat para pendeta memahami

isi 218 7/16/13 7:02 PM


219

manfaat-manfaat yang dibawa oleh jalan ini kepada anggota-anggota


jemaat mereka sendiri, hal itu akan jauh lebih bermakna dan memotivasi.
Manfaat-manfaat seperti itu tidak sulit dilihat.
Manfaat pertama adalah sukacita mendalam yang dialami oleh
anggota-anggota jemaat. Mereka menemukan bahwa menggunakan
keterampilan mereka yang unik yang diberikan oleh Allah untuk melayani
sesama di garis depan sangatlah memuaskan. Pikirkan, misalnya,
pengalaman insinyur sipil Rod Beadle dari Chicago. Pada musim semi
2010, Rod bepergian ke Haiti tepat setelah gempa bumi besar terjadi
di Port-au-Prince. Merefleksikan waktunya selama tiga minggu di sana,
ia berkata, “Saya membangun sistem air bersih bagi beberapa kamp
[pengungsi] dan melakukan penanganan limbah. Hal itu mungkin adalah
hal yang paling keren yang pernah saya lakukan secara profesional.”27
Gordon Murphy dari Barnabas Group berkata bahwa ia sering
menyaksikan momen “aha” saat para pemimpin dalam dunia kerja
menangkap bahwa keterampilan-keterampilan profesional mereka
secara unik membuat mereka memenuhi syarat untuk memberikan
pelayanan di suatu pelayanan garis depan. Ia berkata, “Saat mereka benar-
benar menggunakan karunia yang mereka sukai, karunia komunikasi,
karunia pemasaran, karunia apapun—saat mereka bisa menggunakan
karunia itu—maka hal itu secara signifikan meningkatkan faktor ‘wow’
dari pengalaman pelayanan itu.”28
Pelayanan menurut jalan kedua juga telah memperdalam
penghargaan sejumlah anggota jemaat terhadap orang-orang percaya
yang perangkat keterampilannya sangat berbeda dari yang mereka miliki.
Bagi mereka hal itu memperjelas kebenaran yang ada pada 1 Korintus
12 tentang nilai seluruh bagian tubuh Kristus dengan cara yang baru.
Konsultan bisnis Kay Edwards bercerita bahwa ia telah sangat diberkati
dalam hal ini melalui menjadi relawan pada pelayanan S.H.A.L.O.M.,
suatu badan nirlaba akar rumput di tengah kota Milwaukee. Ia kagum
akan karunia-karunia dan dedikasi para stafnya. “[Mereka] tidak punya
masalah untuk memasuki suatu rumah narkoba di tengah malam pada
akhir minggu dan menarik orang-orang keluar dan mengatakan ‘Yesus
mengasihimu,’” ujar Kay. “Saya tidak akan pernah bisa melakukannya,
tidak akan pernah dalam sejuta tahun pun.” Walaupun ia tidak bisa
menasehati para pecandu narkoba, pakar manajemen sumber daya
manusia itu berkata, “Saya bisa menjalankan suatu dewan.”29
Pelayanan Kay dengan S.H.A.L.O.M. telah begitu transformatif
sehingga ia telah meluncurkan inisitifnya sendiri, Vesper Services

isi 219 7/16/13 7:02 PM


220

Network, untuk mencocokkan profesional-profesional seperti dirinya


sendiri dengan badan-badan nirlaba yang membutuhkan talenta-talenta
mereka. “Adalah pengalaman yang mengagumkan” untuk berdampingan
dengan orang-orang percaya dengan berbagai karunia, ujar Kay. “Saya
ingin orang lain memiliki pengalaman itu juga.”
Anggota-anggota jemaat yang telah menyumbangkan
keterampilan vokasi mereka kepada pelayanan-pelayanan juga
melaporkan bahwa mereka telah bertumbuh dalam penghargaan
mereka akan kesatuan tubuh Kristus di seluruh duna. Insinyur sipil John
Rahe telah melayani di banyak negara berkembang dalam perjalanan-
perjalanan misi jangka pendek berorientasi vokasi yang dijalankan oleh
Engineering Ministries International. Pengalaman-pengalamannya telah
memaparkannya kepada berbagai perbedaan di gereja-gereja seluruh
dunia. “Saya telah melihat ibadah yang sangat riang gembira dari orang-
orang Afrika di Kenya dan Ghana, lalu saya ke Bangladesh, di mana para
lelaki duduk di lantai di salah satu sisi gereja dan para perempuan duduk
di sisi lainnya dan mereka beribadah hampir dalam keheningan,” ujar
John. “Kekayaan untuk bisa melihat dan mengalami tubuh Kristus itu saja
sudah mengagumkan.” Seorang “Kristen luar dalam,” ia menjelaskan
bahwa menikah dengan seorang Kristen Ortodoks telah memberinya hati
untuk mempromosikan kesatuan di dalam tubuh Kristus. “Kita dipanggil
untuk saling mengasihi dan saling menghormati satu sama lain,” ujarnya.
“Ini adalah sesuatu yang telah Allah letakkan di dalam hati saya, dan telah
menjadi makin kuat melalui asosiasi saya dengan perjalanan-perjalanan
pelayanan melalui EMI.”30
Akhirnya, dan mungkin yang paling penting bagi para pemimpin
jemaat, pelayanan menurut jalan kedua telah menyalakan pertumbuhan
rohani dalam diri sejumlah anggota jemaat. Eksekutif dari Chicago, Larry
Mollner, yang karena sering bepergian dengan pesawat terbang sudah
membukukan lebih dari sejuta mil terbang selama suatu karir yang sangat
berkuasa dalam keuangan internasional, mengatakan bahwa pelayanan
relawannya merupakan katalis untuk membuat imannya menjadi tulus.
Setelah bertahun-tahun beribadah di gereja secara agak mekanis, ia kini
menyatakan, “Saya rasa saya sekarang mempraktekkan iman Kristen
saya dalam suatu cara yang nyata dan pribadi.”31
Larry tumbuh dewasa sebagai seorang Katolik kemudian
beribadah di berbagai gereja Protestan karena istrinya seorang
Methodis. Selama bertahun-tahun, ia menjadi relawan di berbagai gereja,
tetapi dampak hal itu terhadapnya minimal. Melalui penatalayanan

isi 220 7/16/13 7:02 PM


221

vokasi menurut jalan kedua, ia telah dimampukan untuk menggunakan


keterampilan berpikir yang agak di luar kebiasaan yang diasahnya dalam
karirnya sebagai direktur Futures Division di Morgan Stanley Dean Witter
& Co. “Mencocokkan rangkaian pengalaman dan keterampilan saya
dengan kebutuhan tertentu dari pelayanan yang mencari pertolongan
adalah unik dan efektif,” ujar Larry. “Bersama-sama kita bekerja bagi
kerajaan Allah, dan itu memuaskan dan sangat menggairahkan.”
Larry dan temannya John Phillips, seorang pengembang real
estate yang sudah pensiun, telah dipertemukan melalui Barnabas Group
dengan suatu pelayanan di tengah kota yang disebut Kids Off The Block.
Diane Latiker, seorang penduduk dari komunitas Roseland di South Side
Chicago, merintis penjangkauan akar rumput ini tujuh tahun yang lalu. Dalam
suatu konteks di mana kekerasan dan geng merupakan hal yang umum,
Diane menyambut para remaja ke dalam rumahnya yang sederhana untuk
memperoleh serangkaian aktivitas dan bimbel sepulang sekolah.
Saat Larry dan John bertemu dengan Diane pada tahun
2010, pelayanan itu masih beroperasi dari rumahnya. “Mereka akan
membersihkan ruang keluarga/ruang makan untuk menyediakan
ruangan untuk meja-meja, kursi-kursi, dan beberapa komputer di mana
anak-anak bisa bekerja,” ujar Larry. Jelas bahwa Diane membutuhkan
pertolongan organisasional dan suatu fasilitas yang lebih baik untuk
membawa pelayanan itu ke tingkat berikutnya. John menggunakan
jejaring profesionalnya untuk menemukan tempat yang bisa disewa, dan
Larry telah menolong Diane dengan perencanaan strategis.
Larry berkata bahwa ia tidak lagi hanya menulis cek untuk
mendukung pelayanan-pelayanan penjangkauan lainnya. Ia melompat ke
mobilnya dan berkendara ke bagian South Side kota itu untuk menolong
memberikan harapan dan visi kepada suatu generasi remaja yang
beresiko. Ia membangun relasi lintas budaya dan menyumbangkan waktu,
harta, dan talenta untuk memberi manfaat bagi sesama. Larry berkata,
“Menolong sesama melalui program-program ini telah mengubah hidup
saya. Ada orang-orang yang membutuhkan dan ada orang-orang yang
ingin menolong. Menyatukan mereka adalah suatu sukacita. Hasilnya
menyentuh hati saya. Saya ingin berbuat lebih banyak. Penelaahan Alkitab
saya telah meningkat. Minat saya untuk mengenal Allah telah meningkat.
Itu semua adalah bagian dari apa yang saya sebut ‘saya yang baru’.”

isi 221 7/16/13 7:02 PM


isi 222 7/16/13 7:02 PM
223

12
-----------------------------------------------------------------

JALAN 3
LUNCURKAN UPAYA
SOSIALMU SENDIRI
-----------------------------------------------------------------
Mavuno Marathon-lah yang telah
benar-benar mampu menghubungkan kita
dengan misi kita di bumi ini. ...
[Kita] ada di sini untuk mengubah
masyarakat untuk kemuliaan Allah.
KANJII MBUGUA

J
alan ketiga untuk penatalayanan vokasi yang bisa dipikirkan
untuk difasilitasi oleh para pemimpin gereja adalah mendukung
impian kewirausahaan dari para anggota jemaat yang
berkapasitas tinggi. Sekarang ini, gereja Anda mungkin berisikan
sejumlah pemimpin bertalenta di dunia kerja yang sedang
digugah Allah dalam suatu cara baru yang menggairahkan—dan mungkin
agak menakutkan. Mereka secara aktif berpikir untuk meninggalkan
“pekerjaan siang hari” mereka (atau setidaknya mengosongkan sejumlah
besar waktu dalam jadwal mereka untuk melahirkan suatu usaha sosial

isi 223 7/16/13 7:02 PM


224

yang baru.) Mereka bermimpi untuk menerapkan suatu upaya baru


dalam kerajaan Allah untuk menjadi berkat bagi suatu kelompok yang
dijadikan target atau untuk menyediakan suatu solusi kreatif bagi suatu
masalah sosial yang rumit.
Sekarang ini di dalam gereja Anda, mungkin ada seorang
pebisnis perempuan yang sukses yang bertanya-tanya apakah sudah tiba
waktunya untuk keluar dari korporasi Amerika dan mengejar gairahnya:
meluncurkan suatu badan nirlaba untuk menyediakan pelatihan bisnis
dan mulai membiaya para wirausaha-usaha di tengah kota. Atau mungkin
seorang arsitek dan seorang pengembang real estat di gereja Anda
telah bermimpi bersama untuk melakukan sesuatu yang signifikan untuk
menangani krisis perumahan yang terjangkau di kota Anda. Pendeknya,
sekarang ini, Allah mungkin sedang menanamkan sejumlah impian besar
di hati anggota-anggota jemaat Anda—impian-impian yang bisa membuat
kota Anda bersukaria dan yang bisa didukung oleh banyak anggota
jemaat Anda.
Di suatu gereja injili yang mengagumkan di Nairobi,
pembentukan jenis-jenis wirausaha ini sedang didorong secara sengaja,
sebagai inti dari misi gereja. Tujuan Mavuno (“Panen”) Church sangat
berani: “mengubah orang biasa menjadi orang-orang yang tanpa rasa
takut mempengaruhi masyarakat.” Gereja itu melakukannya melalui
suatu program pemuridan yang dipikirkan secara hati-hati, kokoh, dan
unik yang disebut Mavuno Marathon.

MAVUNO MARATHON
Mavuno dimulai sekitar lima tahun yang lalu di bawah kepemimpinan
seorang pendeta yang muda, fasih lidah, dan dinamis bernama Muriithi
Wanjau. Pendeta Muriithi merasa frustrasi dengan apa yang disebut
pemuridan di gereja-gereja injili di Kenya. Dipinjam dari dunia Barat,
pelatihan pemuridan mereka terlalu individualistis, seringkali terkotak-
kotak dan melenceng dari ide dasarnya. Modelnya yang berorientasi
informasi tidak cocok dengan budaya Afrika atau menghasilkan orang-
orang percaya yang hidupnya benar-benar diubahkan. “Saya merasa
kami menciptakan orang-orang Kristen yang telah menyesuaikan diri
dengan budaya Kristen di luar tetapi tidak tertransformasi di dalam,”
ujar Muriithi. “Jadi saya ada di gereja, saya tahu lagu-lagu pujian,
saya tahu ayat-ayat Alkitab. Saya tidak memaki, saya tidak memukuli
istri saya—semua hal yang menurunkan harkat Kekristenan menjadi

isi 224 7/16/13 7:02 PM


225

sekumpulan ‘jangan’. Namun hal itu tidak mempengaruhi cara saya


mengemudi; tidak mempengaruhi keterlibatan politis saya, kepedulian
saya tentang lingkungan, kehidupan saya bagi sesuatu yang lebih besar
dari rumah yang bagus dan sebuah mobil.”1
Muriithi menginginkan suatu pemuridan yang langsung terasa,
interaktif, dan dipraktekkan. Ia mencari jenis pelatihan yang akan
mengombinasikan pemahaman alkitabiah dengan melakukannya dalam
kehidupan nyata, semuanya dalam format kelompok kecil yang akan
mempromosikan komunitas. Teologianya menekankan pekerjaan Yesus
dalam kerajaan Allah, jadi para pesertanya akan paham bahwa iman bukan
sekedar keyakinan individual, tetapi juga benar-benar berarti mengikuti
Yesus, menggunakan talenta-talenta dalam missio Dei. Bentuknya harus
interaktif, relevan, dan teralami. Hasil awal dari pemikiran Muriithi adalah
Mizizi (‘Akar”).
“Mizizi adalah suatu pelajaran yang sangat praktis, langsung
diterapkan di mana Anda melakukan hal-hal kognitif di rumah,” papar
Muriithi. “Setiap minggu kami menjalani hal-hal yang telah mereka baca
dan saya berkata, ‘Sekarang kamu sudah membacanya, letakkan buku
itu, dan praktekkanlah.” Jadi jika pelajaran minggu itu adalah tentang
cara mempelajari Firman, ia akan mengirimkan anggota-anggota kelas
itu ke daerah-daerah yang tenang untuk menyelidiki suatu teks sendirian
selama tiga puluh menit, lalu kembali ke kelompok untuk membagikan
penemuan-penemuan mereka. Saat pelajarannya adalah tentang
bersaksi, ia membagi kelas itu menjadi berdua-dua, dan mereka akan
mempraktekkan membagikan iman mereka di suatu kampus universitas,
melakukan percakapan-percakapan dengan para mahasiswa. Saat
pelajarannya adalah tentang hati Allah bagi orang-orang miskin, ia akan
membawa kelasnya ke penjara. Di sana mereka akan melayani orang-
orang yang dipenjarakan dengan cara praktis manapun yang dibutuhkan,
seperti mengecat perpustakaan atau mengantarkan kasur-kasur.
Muriithi menyaksikan Mizizi mengubah hidup orang. Para pencari
Allah dalam pelajaran itu menjadi orang-orang Kristen yang berani
menyatakan imannya. Individu-individu yang memiliki kebiasaan yang
menyusahkan yang mereka coba ubah—seperti merokok—mendapatkan
keberhasilan. Orang-orang yang telah menjadi Kristen sejak masa kecil
mereka merasakan iman mereka menjadi hidup. Kelompok-kelompok
kecil menjadi akrab; benar, mereka tidak ingin berhenti bertemu setelah
pelajarannya berakhir. Muriithi menyadari bahwa ia perlu menyediakan
sejumlah langkah berikutnya.

isi 225 7/16/13 7:02 PM


226

Selama waktu itu, Muriithi dan sejumlah pemimpin muda lainnya


telah diutus oleh gereja induk mereka, Nairobi Chapel, untuk merintis
suatu kampus satelit. Pendeta Simon Mbevi dan Pendeta Linda Ochola
Adolwa berada dalam tim Muriithi, dan masing-masing memiliki minat
khusus. Bagi Simon, minatnya adalah doa—ia telah memimpin berbagai
peperangan doa di seluruh negeri. Bagi Linda, minatnya adalah keadilan—
ini telah menjadi fokus khususnya selama ia belajar di seminari. Muriithi
mendorong anggota-anggota timnya untuk mendesain pelajaran-
pelajaran yang eksperiensial—yang serupa dengan gaya Mizizi, tentang
tema-tema itu. Pada akhirnya gambaran utuh dari program pemuridan
berurutan menjadi jelas bagi tim itu.
Mizizi adalah awal yang hebat, suatu pelajaran dasar untuk
melandaskan orang-orang percaya dalam injil kerajaan Allah. Tetapi untuk
menolong peserta mempertahankan suatu “fokus eksternal”, Muriithi
tahu mereka membutuhkan lebih dari itu. Simon mendesain Ombi (“Doa”)
sebagai suatu rangkaian kelas-kelas dan aktivitas-aktivitas langsung di
mana kelompok-kelompok kecil yang tadinya terbentuk melalui Mizizi bisa
lakukan bersama. Sementara itu, Linda bekerja keras menuliskan suatu
buku bahan Penelaahan Alkitab yang melacak tema-tema hati Allah bagi
keadilan di sepanjang Perjanjian Lama. Kurikulumnya menjadi dasar bagi
pelajaran ketiga, Hatua (“Tindakan”).
Pelajaran-pelajaran ini, juga aktivitas-aktivitas tambahan,
kini bersatu di bawah nama Mavuno Marathon. “Jika ada satu hal
yang dilakukan orang-orang Kenya dengan baik,” ujar Muriithi sambil
tersenyum, “itu adalah berlari dalam marathon.” Segala sesuatu tentang
jalur pemuridan ini difokuskan pada tujuan memperlengkapi anggota-
anggota jemaat Mavuno untuk pelayanan di dunia, sebagai “orang-orang
yang tanpa rasa takut mempengaruhi masyarakat.”
Sebagai tambahan terhadap ketiga pelajaran yang dijelaskan
di atas, Marathon itu mencakup suatu penekanan untuk melayani dan
tentang perkembangan kepemimpinan. Anggota-anggota Mizizi tetap
berada bersama kelompok-kelompok kecil mereka (yang disebut Life
Group) di sepanjang proses itu. “Kami melihat bahwa banyak isu yang
kami hadapi di negara kami sifatnya struktural,” ujar Muriithi. “Anda tidak
bisa menghadapinya dengan sukses sebagai individu, tidak peduli betapa
pun baiknya niat Anda. Anda harus memiliki struktur pendukung untuk
memerangi kejahatan dan ketidakadilan yang terstruktur; Anda tidak
bisa melakukannya sendirian. Jadi kelompok-kelompok kecil adalah suatu
segmen yang sangat penting dari apa yang kami sebut Marathon kami.”

isi 226 7/16/13 7:02 PM


227

Setelah menyelesaikan Ombi, individu-individu diharapan melayani


gereja dalam berbagai tugas-tugas di belakang layar, seringkali tugas-
tugas yang kurang dihargai, seperti menolong mengatur parkir, menjadi
usher, atau melayani dalam menjaga anak-anak. Bagian dari Marathon ini
sengaja diberlakukan: Muriithi percaya ini akan menyediakan lingkungan
bagi orang-orang “berkapasitas tinggi” untuk bertumbuh dalam karakter
dan kerendahan hati. Ia berkata, “Kami menyadari bahwa jika mereka
tidak berubah untuk melayani gereja, ada bahaya dalam melayani
masyarakat. [Bahaya-bahaya itu] ada hubungannya dengan pengakuan.
Semua itu ada hubungannya dengan integritas saat Anda mulai menarik
perhatian,” paparnya. “Jadi kami selalu melatih Anda: ‘Bagaimana Anda
melayani bukan karena Anda memperoleh sesuatu dari sana, tetapi
karena Anda seorang Kristen dan Anda perlu melayani?’”
Setelah satu musim, individu-individu ini diundang untuk
menjadi bagian dari Team Mavuno. Kelompok ini menerima pelatihan
kepemimpinan dan pelatihan/mentoring oleh staf-staf pastoral.
Mereka dididik tentang kebutuhan-kebutuhan Nairobi dan melakukan
tur ke berbagai bagian kota, mempelajari tentang berbagai isu-isu
sosial, ekonomi, rohani, dan politis. Pada tahap ini, anggota-anggota
kelompok didorong untuk memikirkan dengan cara-cara apa mereka
dapat menggunakan karunia-karunia, aset, dan keterampilan khusus
mereka sebagai “orang-orang yang mempengaruhi tanpa rasa takut”
dalam salah satu dari enam sektor masyarakat yang diidentifikasi oleh
gereja. Seperti yang dijelaskan Muriithi,

Salah satunya adalah politik dan pemerintah. ... kami mendorong banyak
orang untuk memulai inisiatif-inisiatif dalam pemerintahan. Hal itu
mungkin berupa kelompok-kelompok pelobi. Mungkin berupaya menduduki
salah satu jabatan sebagai penasehat kota atau dalam parlemen. Kami
ingin orang-orang yang adalah orang-orang Kristen yang berintegritas
untuk keluar dan mereformasi politik negara kami. Yang kedua adalah
media dan seni. Itu hal besar bagi kami; media adalah alat yang sangat
besar untuk memberi dampak dan kami telah melihatnya. Banyak hal-
hal negatif yang masuk ke dalam budaya kita masuk karena Hollywood
dan semua media yang diasosiasikan dengannya. Jadi kami mendorong
anggota-anggota jemaat untuk memulai inisiatif-inisiatif yang menciptakan
kandungan positif dan mendorongnya ke dalam masyarakat.

Sektor-sektor lain mencakup bisnis, keluarga dan pendidikan,


kesehatan dan lingkungan, dan gereja/misi.

isi 227 7/16/13 7:02 PM


228

Pada setiap contoh, gereja berkomitmen untuk mengembangkan


orang-orang Kristen yang matang yang akan meluncurkan “inisiatif-inisiatif
garis depan” untuk menangani isu-isu yang mendesak dalam berbagai
sektor. Misalnya, wirausaha Mavuno yang pertama dalam sektor
kesehatan/lingkungan adalah Mukuria Mwangi. Ia memimpin suatu
upaya yang disebut REFUGE (Restoring Forest for Future Generation –
Memulihkan Hutan untuk Generasi Masa Depan) di kalangan masyarakat
suku-suku di Hutan Mau. REFUGE mendampingi masyarakat suku dalam
wirausaha budidaya lebah, yang menyediakan penghasilan bagi mereka
dan memperkuat penyerbukan hutan yang besar ini, yang merupakan
suatu ekosistem penting di Afrika Timur. REFUGE juga telah merintis tiga
belas ladang pembibitan untuk menolong penanaman kembali hutan.
Simon Mbevi kini telah meninggalkan staf pastoral untuk
meluncurkan gerakan pertama Mavuno ke dalam sektor politik/
pemerintahan. Ia telah menciptakan Transform Kenya, suatu badan
nirlaba, untuk mempromosikan suatu gerakan doa di seluruh negeri,
membangkitkan suatu generasi pemuda sebagai para pemimpin
dan menciptakan program-program mentoring bagi orang-orang
Kristen yang mempertimbangkan pelayanan publik. Pada bulan 2010,
Transform Kenya meluncurkan suatu program pemuridan dan pelatihan
kepemimpinan selama dua belas bulan bagi orang-orang Kristen untuk
berencana untuk mengikuti pemilihan umum berikutnya di negara itu
untuk bisa masuk ke Parlemen.
“Tidak cukup untuk sekedar berdoa bagi adanya kepemimpinan
yang baik, lalu kita duduk di belakang dan semua orang yang keliru memasuki
jabatan-jabatan politik,” kata Simon. “Kami ingin membangkitkan 120
orang pemimpin-pemimpin Kristen yang akan menjalani suatu pelatihan
berdasarkan nilai-nilai dan doa, yang akan membuat suatu kemufakatan
bersama sehingga saat Allah membawa kita masuk ke jabatan-jabatan
politik, kita akan memuliakan Yesus. ... Kami percaya bahwa pada tahun
2012 kami akan memberi bangsa ini pemimpin-pemimpin alternatif,
orang-orang yang rakyat bisa merasa senang memilihnya.”2
Mavuno menolong inisiatif-inisiatif garis depan ini dengan
mempromosikan kesadaran tentang inisiatif-inisiatif ini di gereja-gereja,
mengumpulkan berbagai pemimpin untuk membangun jejaring dan
pelatihan, menyediakan dukungan doa dan mendorong orang-orang lain
dalam gereja untuk berpartisipasi dalam upaya-upaya ini (secara finansial
dan dengan menyumbangkan keterampilan-keterampilan mereka). Tidak
ada anggota-anggota staf yang diperbolehkan untuk meluncurkan inisiatif-

isi 228 7/16/13 7:02 PM


229

inisiatif garis depan. Muriithi bersemangat untuk pelayanan orang awam;


ia ingin menahan godaan agar “gereja”— yang biasanya diterjemahkan
sebagai para staf dan rohaniwan yang digaji—tidak merasa memiliki
pekerjaan itu. Seperti yang dikatakannya,

Pekerjaan kita adalah Efesus 4:11-12, memperlengkapi orang untuk


pekerjaan-pekerjaan pelayanan. Jadi mereka lah yang melakukan
pekerjaan-pekerjaan pelayanan; pekerjaan kita adalah memperlengkapi
mereka. Sebagai akibatnya, kita telah menahan godaan untuk menjadi
rumah anak-anak atau melakukan suatu pelayanan keadilan sosial
sebagai suatu gereja karena saat kita melakukannya, rasanya kita
menginstitusionalisasikannya. Lalu orang merasa senang karena
mereka sudah memberi kepada pelayanan-pelayanan itu tetapi tidak
merasa ada tekanan untuk memulainya. Dan harapan kita adalah bahwa
setiap anggota gereja kita akan memulai suatu pelayanan garis depan
atau bergabung dengan salah satunya.

“Kami menyebut orang-orang yang telah memulai inisiatif-


inisiatif garis depan sebagai ‘kentang kualitas premium’ kami,” ujar
Muriithi dengan tersenyum. “Kami menyebut mereka sebagai ‘produk
akhir’ kami di Mavuno. Bagi kami, kedewasaan tidak didasarkan pada
apa yang Anda ketahui, tetapi pada dampak jenis apa yang Anda miliki
bagi kerajaan Allah.”

INISIATIF-INISIATIF GARIS DEPAN MAVUNO


Daisy Wamiri adalah salah satu “kentang kualitas premium”. Seorang
ibu berusia tiga puluh tiga tahun dengan dua anak, Daisy awalnya tidak
ingin bergabung dengan kelas Mizizi. “Saya memiliki sejenis sindroma
‘saudara lelaki yang lebih tua,’” ia mengakui. “Saya sudah menjadi orang
Kristen untuk waktu yang lama, dan saya pergi ke sana dengan sikap,
‘Saya sudah lama diselamatkan dan tidak ada hal-hal baru yang bisa
diajarkan orang-orang ini kepada saya.’”3 Tetapi pengalaman itu sama
sekali di luar perkiraannya.
“Saya katakan bahwa iman saya benar-benar, benar-benar
berubah,” ujar Daisy. “Seolah-olah saya menjadi orang yang baru
percaya, Anda tahu? Mengagumkan. Saya tidak lagi merasa bosan
karena diselamatkan. Kekristenan tidak lagi menjadi sesuatu yang
membosankan.” Ia sangat dekat dengan anggota-anggota Life Group-nya
secara mendalam, bertumbuh dalam kehidupan doanya melalui Ombi
dan mulai memikirkan secara lebih mendalam apa karunia-karunia dan

isi 229 7/16/13 7:02 PM


230

minat-minat khusus yang dimiliki yang bisa digunakan dalam kerajaan


Allah. Ia bercerita bahwa sekarang ia memiliki “suatu gaya hidup ingin
untuk benar-benar memenuhi takdir saya dalam Allah dan benar-benar
ingin melakukan kehendak Allah, dan menyaksikan-Nya membawa saya
satu langkah demi satu langkah.”
Beberapa minggu sebelum memasuki kelas Mizizi, Daisy telah
didekati untuk dimintai pinjaman ringan oleh pembantunya, Violet, dan
oleh seorang penjaga malam di suatu badan nirlaba di mana ia menjadi
relawannya. Sebagai seseorang yang pernah mengambil jurusan
pengembangan masyarakat di universitas dan sebagai seseorang yang
bekerja di usaha sosial saat masih muda, Daisy merasa terdorong untuk
menolong. Tetapi ia tidak tertarik untuk hanya memberi uang saja. Ia ingin
menemukan suatu jalan untuk menolong orang-orang berpenghasilan
rendah seperti Violet dan si penjaga malam itu untuk menolong mereka
menghasilkan pendapatan tambahan. Ia memutuskan untuk menawarkan
kepada individu-individu ini suatu insentif untuk menabung: untuk setiap
shilling Kenya yang mereka sisihkan, ia akan menambahkan tiga shilling—
selama mereka sepakat bahwa mereka akan menggunakan uang itu untuk
membeli suatu alat bagi suatu usaha yang bisa menghasilkan penghasilan.
Inisiatif itu hanyalah suatu “benih kecil” pada awalnya, cerita Daisy.
Namun, melalui Mizizi dan diskusi-diskusi berikutnya dengan Life Group-
nya dan dengan Muriithi, ia menjadi yakin bahwa Allah memanggilnya
untuk berfokus penuh waktu untuk ide itu, dan mengembangkannya.
“Pada saat saya menyelesaikan Mizizi,” ceritanya, “saya tahu pasti inilah
yang ingin saya lakukan. Ini sangat jelas. Tidak seorang pun bisa membuat
saya mundur!”
Daisy meminta Violet mengundang orang-orang dari gerejanya
di perkampungan kumuh Kibera di Nairobi untuk menghadiri suatu
pertemuan orientasi di mana Daisy akan mempresentasikan program
tabungan/usaha mikro. Violet membawa pendetanya dan suatu
delegasi kecil dari gereja. “Saya menyajikan makanan bagi mereka,
dan saya memberitahu mereka bahwa inilah yang ingin saya lakukan,”
kenang Daisy. “Saya ingin kalian menabung selama tiga bulan. Saya akan
menjadikan uang kalian tiga kali lipat, tetapi uang itu harus digunakan
untuk suatu bisnis yang akan kalian lakukan, baru kemudian kalian akan
mampu membayarnya kembali.” Respons delegasi itu antusias.
Daisy kemudian mendaftar di suatu pelatihan jangka pendek
tentang mikrofinansial dari suatu badan nirlaba di Kenya yang disebut
ACOMA. Saat Violet dan anggota-anggota gerejanya kembali dengan

isi 230 7/16/13 7:02 PM


231

membawa tabungan mereka—hampir seratus orang memutuskan


untuk berpartisipasi.—Daisy membagi mereka menjadi kelompok-
kelompok beranggota sebelas orang, memberi mereka buku tabungan
dan membuat strategi dengan mereka tentang bahan-bahan mentah
yang bisa mereka beli untuk meluncurkan aktivitas yang menghasilkan
pendapatan. Beberapa memilih untuk berinvestasi dalam membeli arang
untuk dijual kembali, lainnya membeli bahan-bahan untuk membuat bahan
makanan untuk dijual kembali. “Sebelum saya menyadarinya,” ujarnya
dengan keheranan, “kami telah memiliki tiga ratus orang anggota yang
semuanya bersebelas, dan semuanya menabung sesuatu.”
Saat buku ini ditulis, kelompoknya memiliki lebih dari 450
anggota. Banyak yang telah mengambil dan membayar kembali berbagai
pinjaman. Satu anggota telah meluncurkan suatu salon kecantikan,
lainnya membangun toko kelontong, yang ketiga menjual sayuran dan
buah-buahan, dan lainnya suatu bisnis yang menjual masakan matang
tradisional. Setelah berdoa bersama Life Group-nya, Daisy memutuskan
bahwa ia tidak akan menarik bunga dari pinjaman-pinjaman itu. Tetapi
untuk membuat upaya itu bisa terus berlangsung, ia membeli bahan-
bahan mentah yang dibutuhkan oleh bisnis-bisnis anggotanya dengan
harga borongan dari penjual-penjual di luar Nairobi. Lalu ia menjual
bahan-bahan itu kepada para anggota dengan harga lebih tinggi dari
yang dibayarkannya, tetapi yang masih tetap lebih murah bagi mereka.
Laba-laba para anggota dari usaha-usaha mereka telah
memampukan mereka untuk memperbaiki standar kehidupan mereka.
Misalnya, para ibu yang berpartisipasi bercerita bahwa ia mampu
membeli seragam sekolah bagi anak-anaknya dan menyisihkan sejumlah
tabungan untuk keadaan darurat.
Daisy menceritakan bahwa dukungan Mavuno bagi inisiatifnya
sangat berharga. Life Groupnya memberikan semangat, nasehat, dan
doa. Promosi Mavuno tentang upayanya telah membawa beberapa tur ke
pemukiman kumuh Kibera untuk memampukan anggota-anggota gereja
dan teman-teman mereka bertemu secara langsung dengan wirausaha-
usaha mikro yang ada dalam program Daisy. Ini telah menghasilkan
donasi-donasi dan relawan-relawan. Mavuno telah menyediakan
pelatihan kepemimpinan kepada Daisy dan menghubungkannya dengan
para pemimpin inisiatif garis depan lainnya. Yang lebih penting, beberapa
anggota jemaat Mavuno lainnya telah bergabung dengan dewan
direksinya, masing-masing membawa talenta vokasi unik yang relevan
dengan usaha itu:

isi 231 7/16/13 7:02 PM


232

Seluruh anggota dewan direksi saya berasal dari Mavuno Church.


Mereka melakukan hal yang berbeda-beda. Ada satu yang bankir, jadi
ia benar-benar menolong dengan aspek banking tentang bagaimana
memonitor semua akun. ... Lalu ada pengacara dari Mavuno dan
seorang perempuan yang membuat banyak dari proposal [dana
bantuan] kami. Ia bekerja bagi suatu organisasi non-pemerintah. ...
Saat kami melakukan analisa data tentang bisnis-bisnis [di Kibera]
yang harus kami sempitkan lingkupnya, saya melakukannya dengan
dewan saya. Mereka sangat penting.

MELIHAT KEBUTUHAN-KEBUTUHAN YANG ADA DARI DEKAT


Mavuno percaya bahwa penting untuk menyemangati anggota-anggota
jemaatnya yang kebanyakan kelas menengah dan bergerak ke atas untuk
benar-benar melihat kota dan negara mereka, mengalami rasa sakit yang
dialaminya dari dekat. Konsumerisme dan keinginan akan kenyamanan
materi bukanlah sesuatu yang unik bagi orang-orang Amerika saja, ujar
Muriithi. Orang-orang Kenya juga mudah terjebak dalam keinginan untuk
mengumpulkan harta. Maka, Mavuno Marathon mencakup pengalaman-
pengalaman yang direncanakan untuk menyediakan paparan terhadap
pemandangan-pemandangan dan realitas-realitas yang tidak nyaman. Ini
terentang mulai dari retret keadilan sosial akhir minggu ke kota dan tur
pemukiman-pemukiman kumuh sampai kampanye-kampanye pendidikan
di kampus. Pendeta Linda Ochola Adolwa berkata acara-cara yang
meliputi seluruh kampus dibutuhkan untuk menolong anggota-anggota
jemaat menangkap apa yang dimaksud dengan “transformasi sosial”. Ia
berkata ia dan pemimpin gereja lainnya sadar bahwa “ini adalah lompatan
yang sangat besar bagi orang untuk bergerak dari mengatakan ‘Puji
Tuhan’ menjadi ‘Allah memiliki hati bagi keadilan’ menjadi ‘Allah ingin
kita melakukan sesuatu tentang masyarakat.” Seperti apa sebenarnya
kelihatannya bagi orang untuk benar-benar terlibat dalam isu-isu yang
ada sekarang ini dalam konteks kita?”4
Untuk membuat konsepnya lebih konkrit, Linda telah menolong
memimpin dua kampanye utama. Yang pertama adalah suatu inisiatif
untuk mendorong anggota-anggota jemaat Mavuno yang memiliki
pembantu rumahtangga untuk mendaftarkan mereka bagi program
asuransi kesehatan nasional Kenya—dan membayarkan preminya.
Sebagai bagian kampanyenya, Linda mengkhotbahkan suatu rangkaian
pesan tentang realitas-realitas kota itu. Ia menunjukkan suatu video
klip singkat tentang seorang pembantu rumahtangga melahirkan di

isi 232 7/16/13 7:02 PM


233

rumahnya di kawasan kumuh—tanpa pertolongan medis apapun, karena


ia tidak memiliki perawatan kesehatan. “Pada dasarnya,” ujar Linda,
“kami menolong anggota-anggota jemaat untuk memahami, nomor
satu, bahwa ini bukan kehendak Allah; nomor dua, bahwa kita bisa
membuat perbedaan, karena biayanya bahkan tidak terlalu besar; dan
nomor tiga, ini adalah kewajiban Anda.” Tidak banyak orang-orang Kenya
kelas menengah yang menyediakan asuransi kesehatan bagi pembantu
rumahtangga mereka. Tetapi Linda berkata kepada mereka, “Kebenaran
berarti Anda melakukan segalanya secara berbeda.”
Linda juga mendesain suatu kampanye untuk mengembangkan
pemahaman yang lebih besar di dalam gereja tentang isu kebijakan
pertanahan yang menyebabkan banyaknya reaksi emosional yang kuat
di Kenya. “Ini, tentu saja, sangat terkait karena mengingat kekerasan
paska pemilihan umum dan semua tantangan yang sekarang ini dialami
Kenya tentang distribusi sumber-sumber daya yang setara,” ujarnya.
Dalam bulan-bulan yang mengarah kepada pemungutan suara rakyat
Kenya tentang suatu konstitusi yang baru, Linda dan orang-orang Kristen
lain yang tahu banyak tentang implikasi sosial, ekonomi, dan politis
dari kebijakan pertanahan ingin memberikan pendidikan yang terus
terang kepada anggota-anggota gereja tentang mengajukan reformasi
kebijakan pertanahan dalam draf konstitusi. Reformasi-reformasi
ini berupaya menangani masalah-masalah seperti pengambilalihan
tanah milik komunitas untuk tujuan politis, tidak memadainya praktek
sertifikasi tanah, dan kurangnya transparansi serta akuntabilitas di
dalam badan-badan pemerintah yang diberi otoritas atas perselisihan-
perselisihan pertanahan. Sebagai tambahan terhadap isu-isu ini adalah
adanya ketegangan-ketegangan yang muncul dari fakta bahwa sejumlah
kelompok etnis di Kenya secara historis selalu dimenangkan dalam hal
distribusi pertanahan oleh rezim-rezim sebelumnya.
Isu kebijakan pertanahan sangat rumit dan kontroversial—salah
satu isu yang mungkin lebih suka diabaikan oleh banyak pemimpin gereja.
Para pemimpin Mavuno percaya bahwa ini adalah bidang yang vital,
relevan, dan kontemporer di mana suatu sudut pandang keadilan yang
alkitabiah harus diterapkan. Linda dan kolega-koleganya mengorganisir
suatu pelajaran selama tujuh minggu tentang isu ini bagi para pemimpin
gereja di ibukota maupun di Eldoret dan Kisumu—kota-kota yang dihantam
keras oleh kekerasan pada paska pemilihan umum tahun 2007.

isi 233 7/16/13 7:02 PM


234

RETRET AKHIR MINGGU TENTANG KEADILAN SOSIAL MENTRANSFORMASI


SEORANG PEBISNIS PEREMPUAN INTERNASIONAL
Sebagai tambahan kepada kampanye-kampanye pendidikan khusus
di seluruh gereja, para anggota jemaat di Mavuno belajar tentang
isu-isu sosial melalui pelajaran “retret akhir minggu tentang keadilan
sosial” Mizizi. Pemimpin inisiatif garis depan Anne Nzilani bercerita
bahwa akhir minggu itu digunakan Allah untuk membukakan matanya
akan kebutuhan-kebutuhan orang-orang miskin dan menggerakkannya
menjauh dari materialisme.
Anne mulai menghadiri Mavuno Church pada bulan September
2007 atas desakan saudara perempuannya. Ia terus mendengar kisah-
kisah baik tentang Mizizi, dan mendaftar dalam kelas itu pada bulan
Januari 2008. Sebelum mengikuti Mizizi, Anne mengakui, ia bekerja
dengan gembira di suatu konsultan bisnis dengan tujuan yang sederhana:
“Visi saya adalah menghasilkan banyak uang.” Pelajaran-pelajaran Mizizi
menantang hal itu. Ia belajar bahwa “Allah sungguh-sungguh nyata,”
dan bahwa Dia memiliki prioritas-prioritas lain. “Saya belajar tentang
bagaimana Allah mengharapkan saya untuk mengelola uang saya, dan
tentang keadilan sosial.”5
Allah menggunakan retret akhir minggu tentang keadilan sosial
itu bersama Life Group-nya untuk menjungkirbalikkan kehidupan Anne.
Kelompok itu mengunjungi suatu kamp pengungsi untuk para pengungsi
dalam negeri. Mereka bermain dengan anak-anak di sana, dan sejumlah
anggota mempresentasikan suatu lokakarya tentang keterampilan bisnis
bagi penduduk dewasa. Anne duduk di acara itu dan kagum akan talenta-
talenta dan ketahanan para perempuan yang berpartisipasi di sana.
“Saya menyadari bahwa di sana ada begitu banyak perempuan yang bisa
menenun, membuat perhiasan, atau membuat berbagai jenis barang,”
ujar Anne. Masalahnya adalah dengan terbatasnya paparan ke pasar,
kerja keras mereka tidak akan menghasilkan banyak pendapatan. “Jadi
saya pikir, saya bisa duduk di sini dan menangis, atau saya bisa memilih
melakukan sesuatu tentang hal itu.”
Pada bulan April 2008, hanya beberapa minggu setelah
kelulusannya dari Mizizi, Anne mendaftarkan suatu perusahaan
perdagangan bebas yang baru yang bernama Bawa la Tumaini (“Sayap
Harapan”). Misinya adalah memasarkan dan menjual produk-produk dari
penghasil-penghasil yang termarjinalkan, memberi mereka kesempatan
untuk menghasilkan uang dari pasar global. Penghasilan-penghasilan

isi 234 7/16/13 7:02 PM


235

seperti itu kemudian bisa memungkinkan perempuan-perempuan ini


untuk memanjat keluar dari kemelaratan.
Perusahaan itu dengan bagus menggunakan latarbelakang dan
keterampilan vokasi Anne. Sebagai anak dari orangtua yang berada dalam
bisnis ekspor, ia sering bepergian dan sangat mengenal perdagangan
internasional. Latar belakang pendidikannya adalah dalam desain produk,
dan ia telah bekerja baik untuk perusahaan-perusahaan desain maupun
universitas-universitas desain di Eropa. Melalui konsultasi bisnisnya, ia
telah membangun jejaring profesional yang signifikan di Belanda, Austria,
Finlandia, Australia, Spanyol, Jerman, dan Inggris. Ia juga memiliki kontak
yang luas di berbagai wilayah Kenya yang memproduksi perhiasan,
kerajinan tangan, dan kerajinan batu lunak.
Pengajaran Mavuno tentang keadilan sosial dan pengalaman
Anne untuk melihat kemiskinan dari dekat dan pribadi telah membuat
pebisnis perempuan bertalenta ini bergerak di jalur yang baru dan penuh
tujuan. “Ayat hafalan bagi pelajaran keadilan sosial di Mizizi adalah Matius
25:40,” ujar Anne. “’Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan
untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah
melakukannya untuk Aku.’ Itulah yang menginspirasi saya. Pada akhirnya,
itulah yang mendorong saya terus di Bawa la Tumaini.”

PELAJARAN YANG DIPEROLEH


Model Mavuno Church memberikan beberapa pelajaran bagi gereja-
gereja yang ingin mendorong para wirausahawan sosial. Pertama,
Mizizi menyediakan teologia kerajaan Allah yang mendasar yang
secara efektif mendasari suatu komitmen misional. Kedua, pelajaran
itu mencakup suatu bagian yang mengundang anggota-anggota jemaat
untuk mengidentifikasi dan menggali minat-minat dan karunia-karunia
unik yang telah Allah berikan kepada mereka. Ketiga, Mavuno Marathon
memaparkan kepada anggota-anggota jemaat kebutuhan-kebutuhan
orang-orang miskin di kota mereka dan kepada isu-isu kontemporer
tentang ketidakadilan. Keempat, saat para pemimpin jemaat menantang
anggota-anggota jemaat untuk mengambil resiko dan melakukan hal-hal
yang besar bagi kerajaan Allah, mereka juga mengakui bahwa anggota-
anggota gereja yang memiliki karunia alamiah untuk melakukannya
adalah mereka yang bisa mengalami kesombongan. Jadi, sebagai
tambahan untuk menegaskan talenta-talenta orang-orang ini dan
mendukung upaya mereka untuk melayani masyarakat, Mavuno

isi 235 7/16/13 7:02 PM


236

menantang mereka untuk belajar dan mempraktekkan kepemimpinan


pelayan. Kelima, gereja menolong para pemimpin berkapasitas tinggi
untuk ingat nilai mendasar dari komunitas dan akuntabilitas, dan
meminta mereka menjadi bagian suatu Life Group. Keenam, gereja
mendaratkan para wirausahawan sosial ini dalam praktek doa—bagi
diri mereka sendiri, bagi inisiatif-inisiatif mereka, bagi kota mereka, dan
bangsa mereka. Seperti yang dikatakan Linda tentang pelajaran Ombil,
saat Anda menyelesaikannya, “Anda benar-benar menyadari bahwa
tidak akan ada transformasi sosial yang sejati kecuali yang terjadi
melalui doa.” Akhirnya, model Mavuno tidak menggenggam orang-
orang dengan erat. Model ini memberdayakan orang-orang awam dan
melepaskan orang-orang bertalenta ini untuk melayani di luar keempat
dinding gereja.
Di Mavuno, dalam pemeliharaan Allah yang luarbiasa, para
pemimpin telah menemukan bahwa fasilitasi oleh gereja kepada para
anggota untuk menggunakan karunia-karunia mereka dengan baik
akhirnya bisa menjadi berkat baik bagi dunia “di luar sana” maupun
kehidupan komunitas internal gereja. Realitas ini terutama terlihat jelas
dalam kasus pemimpin inisiatif garis depan pertama Mavuno Church,
musisi Kanjii Mbugua.

SUATU BISNIS MUSIK BAGI GEREJA DAN MASYARAKAT


Kanjii Mbugua pertama kali bertemu dengan Muriithi saat keduanya
bersekolah di California. Mereka menemukan bahwa mereka memiliki
keluhan yang sama tentang gereja: Gereja seringkali terlihat tidak relevan
bagi orang-orang dewasa muda yang terdidik. Keduanya akan berkelakar
tentang bagaimana Kanjii bisa menjadi pemimpin pujian setelah Muriithi
menjadi perintis gereja, mendesain suatu jenis gereja yang baru.
Kelakar itu menjadi kenyataan pada tahun 2005.
Kanjii kembali ke Kenya pada tahun 2004 setelah menyelesaikan
pendidikannya di Musician Institute di Hollywood dan Dallas Sound Lab di
Texas. Ia memperbaharui persahabatannya dengan Muriithi, tepat pada
saat Muriithi bersiap-siap meluncurkan Mavuno Church dengan restu
Nairobi Chapel. Kanjii becerita bahwa Muriithi memberitahunya, “Kita
sudah mengeluh terlalu banyak tentang gereja dan ini adalah kesempatan
bagi kita untuk memperbaiki hal-hal itu.” Kanjii menambahkan, “Hal
terbesar yang menonjol bagi saya adalah kesempatan untuk menuliskan
kisah tentang seperti apa gereja ini jadinya nanti.”6

isi 236 7/16/13 7:02 PM


237

Kedua orang ini tahu mereka ingin pelayanan ibadah pagi


Mavuno dinamis, menarik, dan relevan secara budaya. Kanjii dan band-
nya memangku kepemimpinan dalam seni ibadah, menolong melahirkan
pelayanan-pelayanan ibadah dengan musih energetik yang bersaing
dengan apa yang dinikmati o;leh kaum “yuppies” di pub-pub lokal Nairobi.
Dengan talenta musik Kanjii dan keahlian khotbah Muriithi, gereja baru
itu mulai berkembang dengan pesat.
Sementara itu, kelompok inti di gereja, termasuk Kanjii,
menjalani Mizizi. Walaupun Kanjii memahami sepenuhnya bahwa misi
Mavuno adalah “meletakkan orang-orang dalam suatu sistem yang pada
kenyataannya akan membawa mereka ke tempat di mana mereka akan
menggunakan karunia-karunia mereka yang dari Allah untuk memberi
dampak bagi masyarakat,” momen “aha” penatalayanan vokasi belum
benar-benar terjadi kepadanya secara pribadi. Melalui Mizizi, Kanjii
menyadari bahwa ia belum cukup mengaitkan hari Minggu dengan hari
Senin dalam hidupnya sendiri.

Saya sangat mahir mengubah-ubah dunia saya—mengatakan bahwa


saya memimpin pujian di hari Minggu tetapi pada hari Senin saya
melakukan bisnis musik saya. Tetapi kemudian saya mulai menyadari
... bahwa Allah memiliki suatu maksud bagi karunia yang saya miliki
untuk memberi dampak bagi dunia. Ini adalah suatu penyataan yang
besar karena saya tidak pernah berpikir tentang kehidupan seperti
itu. Saya selalu berpikir, Oke, baik—bisnis. Kita akan mencari uang lalu
mempersembahkan uang itu kembali ke gereja, Anda tahu, dan semua
orang akan senang. Tetapi kemudian saya melihat Allah menunjukkan
kepada kami di Mavuno bahwa gereja bukanlah sesuatu tentang hari
Minggu saja. Gereja adalah sesuatu tentang kehidupan dan karunia
yang telah diberikan-Nya kepada saya, telah diberikannya untuk
memberi dampak kepada masyarakat.

Kanjii dan musisi-musisi lain dalam Life Group-nya, yang telah


menyelesaikan Mizizi dan memulai Ombi, mulai membuat perubahan-
bahan untuk menjadi orang-orang yang memiliki integritas yang lebih
besar dalam industri musik. Kanjii berkata,

Sekolah doa ini sangat mengagumkan bagi kami kaum lelaki. Kami
benar-benar ditantang di gereja untuk menjadi orang-orang yang
berintegritas dan pantas dihormati. Jadi kami berdiskusi bahwa kami
ingin melakukan sesuatu yang benar-benar berani. [Kami memutuskan]
untuk melakukan doa empat puluh hari—bertemu di kantor setiap pagi

isi 237 7/16/13 7:02 PM


238

pada pk. 5.00 pagi. Pada dasarnya kami meminta Allah mengatakan
kepada kami bagaimana kami bisa menjadi orang-orang yang patut
dihargai di tempat kerja kami dan dalam keluarga-keluarga kami. Dan
kami beroperasi dengan cara yang sangat berbeda sejak saat itu.

Kanjii terus melayani sebagai pemimpin pujian di sepanjang


partisipasinya dalam Mavuno Marathon. Sementara itu, ia dan kolega-
koleganya di Kijiji Records terus mencari kehendak Allah tentang
bagaimana mereka bisa mengubah bisnis musik mereka menjadi suatu
inisiatif garis depan yang membentuk budaya.7 Dalam suatu waktu doa
yang sangat dramatis pada saat mengalami transit di suatu bandara
di Swiss, Kanjii merasa ia menerima tuntunan yang jelas dari Tuhan:
“Allah mengatakan bahwa misi Kijiji adalah mengambil medium seni dan
hiburan dan menggunakannya untuk memuliakan Dia, menggunakannya
untuk membawa suatu pemulihan akan kebenaran-Nya, suatu pemulihan
akan nilai-nilai-Nya, dan suatu pemulihan akan kode moral-Nya ‘di bumi
seperti di sorga.’”
Dengan penuh gairah, Kanjii dan rekan-rekan kerjanya mulai
mewujudkan seperti apa hal ini bisa terlihat secara strategis. Pertama,
mereka mencari kepemilikan outlet-outlet media, atau kepemilikan
“mindshare”, dengan memproduksi musik dan video musik dengan nilai-
nilai positif yang akan mendominasi radio sekular. Kanjii berujar, “Di setiap
tahun ada sekitar tigapuluh lagu dalam industri musik Kenya yang masuk
ke status rotasi berat. Kami telah meluncurkan suatu inisiatif ‘Clean the
Airwaves’ (Bersihkan Gelombang Radio), dan tujuan kami untuknya tahun
ini adalah memproduksi dua puluh lima lagu seperti itu.”
Kijiji juga memproduksi pertunjukan-pertunjukan televisi baru
untuk ditayangkan di saluran-saluran utama Kenya. Salah satunya
adalah suatu reality show yang meniru American Idol; ini adalah suatu
kompetisi musik gospel dengan sepuluh artis. Perbedaannya adalah tidak
seorang pun akan “dikeluarkan dari pulau”, demikian Kanjii menyebutnya.
Sebaliknya, setiap kontestan akan menampilkan musiknya dan juga,
di sepanjang kompetisi itu, menciptakan sejenis inisiatif pelayanan
masyarakat dengan menggunakan talenta musik itu. Para pemirsa TV
akan menilai para kontestan berdasarkan kreatifitas dan efektivitas
proyek-proyek sosial mereka selain lagu mereka sendiri. Akan ada satu
pemenang yang dipilih pada akhir musim pertunjukan. Dalam pertunjukan
sepanjang lima puluh dua minggu itu, yang akan ditayangkan pada jam
utama, para kontestan (semuanya Kristen) akan memperoleh pengikut-

isi 238 7/16/13 7:02 PM


239

pengikut, kata Kanjii dengan penuh gairah. Para musisi ini telah setuju
untuk membagikan talenta mereka di pelayanan ibadah Minggu di Mavuni
dan pada penjangkauan-penjangkauan di sekolah-sekolah menengah
atas yang dipimpin oleh tim-tim dari Mavuno. Kanjii mengharapkan hal
ini untuk mempengaruhi kehadiran orang di gereja dan acara-cara di
sekolah-sekolah menengah atas secara positif, karena para fans akan
meraih kesempatan untuk mendengar bintang-bintang favorit mereka.
Kedua, Kijiji bertujuan mensponsori acara-acara dan konser-
konser yang menarik dengan para musisi Kristen yang cemerlang
memberikan pesan-pesan moral yang positif. Kelompoknya telah
menyelenggarakan berbagai acara di sekolah-sekolah menengah atas
negeri di seluruh negeri. Di sini sekali lagi penjangkauan Kijiji kepada
komunitas beradu secara cerdas dengan pelayanan mendidik-orang-
orang-kudus dari gereja sendiri.
Bersama Mavuno, Kijiji Records juga telah menerapkan
suatu acara Spread the Love baik bagi gereja dan para anggota-
anggota komunitas. Konser itu menawarkan suatu acara sosial yang
positif, berorientasi keluarga dan merupakan suatu kesempatan untuk
memamerkan kepedulian Mavubo terhadap keadilan sosial. Acara Spread
the Love terakhir membangkitkan kesadaran tentang kondisi-kondisi yang
buruk di penjara-penjara Nairobi dan menghasilkan pendapatan untuk
upaya gereja secara keseluruhan untuk membeli ranjang-ranjang bagi
para napi di penjara yang telah dijangkau oleh beberapa Life Group. Selain
itu, siaran-siaran radio dan TV lokal menyiarkan acara-cara ini, sehingga
memberikan “iklan” lebih banyak bagi Mavuno Church dan membawa lebih
banyak pencari kebenaran yang penasaran ke kebaktian Minggu pagi.
Muriithi tahu bahwa semua penjangkauan ini berkontribusi
terhadap pertumbuhan numerik bagi Mavuno. Dengan pertumbuhan itu
muncul kesempatan-kesempatan yang lebih besar untuk menarik orang
ke dalam Marathon dan sumberdaya-sumberdaya yang lebih besar bagi
gereja untuk membayar tagihan-tagihan dan melakukan misinya.

MELUKISKAN KEMBALI GAMBAR GEREJA:


MENINGKATKAN KREDIBILITAS
Ken Oloo, seorang fotografer profesional, adalah pemimpin inisiatif garis
depan lain di Mavuno. Insiden yang melahirkan upaya sosialnya berfungsi
sebagai suatu metafora yang berguna untuk memahami tujuan dan visi
Mavuno sendiri untuk memajukan penatalayanan vokasi.

isi 239 7/16/13 7:02 PM


240

Beberapa tahun yang lalu dalam suatu kunjungan ke Kampala,


Uganda, Ken tergerak oleh pemandangan di mana ada seorang anak
lelaki berusia tiga atau empat tahun, telanjang di jalanan. “Yang paling
menakjubkan,” Ujar Ken, “adalah bahwa tidak seorang pun yang tampak
memperhatikan. Jadi saya mengambil foto anak itu.” Setelah itu, ia
menunjukkan foto itu kepada seorang teman. Perempuan itu begitu
tersentuh oleh foto Ken sehingga ia bergegas pulang untuk mencarikan
pakaian bagi anak itu. Saat Ken melihat anak kecil itu lagi empat jam
kemudian, anak itu sudah bersih dan berpakaian. Ini adalah suatu
misteri baginya sampai ia berbicara dengan temannya lagi belakangan
hari itu dan mengetahui tindakannya. “Saya mulai berpikir,” ujar Ken,
“jika satu foto saya bisa membuat seseorang melakukan hal itu, maka
saya ingin menggunakan fotografi untuk mengomunikasikan apa yang
terjadi di kawasan kumuh.”
Kembali ke Kenya, Ken meluncurkan badan nirlaba Filamunjani
(“Film-film di Bawah Matahari”) untuk melakukan hal itu. Badan itu melatih
para remaja yang tinggal di kawasan kumuh Kibera di Nairobi dalam
fotografi dan videografi. Anak-anak berusia sembilan sampai delapan belas
tahun belajar “cara memotret, cara mengedit, dan cara memproduksi
video,” cerita Ken. Salah satu kelompok muridnya memproduksi suatu
film dokumenter pendek tentang kehidupan di Kibera yang memenangkan
suatu kompetisi film melawan sekitar lima puluh kontestan lainnya. Bagi Ken,
nilai pelayanan ini terletak pada bagaimana pelayanan ini memberdayakan
remaja-remaja ini untuk menceritakan kisah-kisah mereka secara akurat,
untuk menunjukkan siapa mereka, di luar kesan yang terlalu sempit yang
biasanya dimiliki orang luar tentang mereka:

Pada dasarnya ... kami melatih anak-anak di kawasan kumuh untuk


mengomunikasikan ide-ide. Saya pikir Allah menciptakan mereka
dengan suatu suara. [Yang] kami lakukan dengan media menolong
mereka menemukan suara mereka, memberi mereka suatu mimbar
untuk mengomunikasikan pengalaman mereka dan membagikan kisah
mereka. Bagi kebanyakan kita yang tinggal di luar Kibera, yang bisa kita
lihat hanyalah kegelapan dan kotoran. Mereka menunjukkan kepada
kita kisah-kisah yang memiliki akhir yang bahagia, kisah-kisah sukacita.

Menceritakan suatu kisah yang lebih baik, lebih akurat adalah


apa yang dilakukan Mavuno Church melalui upaya-upayanya untuk
memperlengkapi anggota-anggota untuk menggunakan karunia-karunia
mereka bagi transformasi masyarakat. Di kalangan kelas menengah dan

isi 240 7/16/13 7:02 PM


241

atas Kenya, gereja dipandang rendah. Gereja dianggap tidak relevan,


atau diejek sebagai tidak dewasa secara emosi, atau dipandang munafik.
Kekerasan paska pemilihan umum pada tahun 2007, di mana
orang-orang Kenya dari berbagai kelompok etnis diserang bahkan di
dalam gereja-gereja, “membawa persepsi yang paling rendah tentang
Kekristenan,” cerita Muriithi. ”Apa yang dipikirkan orang tentang gereja
tidak terlalu menyenangkan. Pada kekerasan paska pemilu itu, gereja
benar-benar bertindak seperti orang-orang lain. Mereka memihak. Para
pemimpin gereja melawan para kandidat politis, dan dengan demikian
mereka pada dasarnya berperan dalam menghancurkan masyarakat.
Dan orang-orang memperhatikan hal itu.” Sebagai hasilnya, Muriithi
berkata, “Bagi saya sekarang ini, rasanya kami berperang dalam suatu
perjuangan bagi kredibilitas.”
Dengan mendorong anggota-anggota jemaatnya untuk menjadi
“orang-orang yang memberi pengaruh kepada masyarakat tanpa rasa
takut,” Mavuno mencoba melukis ulang gambaran gereja. Muriithi
percaya adalah mungkin untuk mengubah persepsi, karena gereja
dulunya dipandang lebih tinggi:

Sepuluh, limabelas tahun yang lalu keadaannya berbeda. Kita dulu


masih diperintah oleh diktator. Gereja adalah satu-satunya badan yang
memiliki keberanian untuk berdiri tegak. Para pemimpin gereja sangat
berani; para pemimpin gereja bangsa kita berbicara dengan mengambil
resiko atas hidupnya. Dan beberapa dari mereka memang kehilangan
nyawanya. Jadi sebagai akibatnya, gereja memiliki kredibilitas yang
tinggi sebagai suatu institusi.

Sekarang Muriithi ingin melihat Mavuno Church mengubah


sepenuhnya kehidupan anggota-anggotanya. “Bisnis kami adalah tentang
membangkitkan suatu pasukan yang akan membawa reformasi dalam
generasi kita.” Mavuno Marathon mengelola kebenaran pribadi dan
sosial yang dibutuhkan orang-orang percaya untuk bisa hidup sebagai
tsaddiqim yang membuat kota bersukaria. Pemuridan di Mavuno
menolong para anggota, seperti yang dikatakan Muriithi, “bertumbuh ke
tempat di mana mereka memiliki percaya diri, keyakinan, dan hati yang
sedemikian rupa bagi masalah-masalah masyarakat kita. Saat anggota-
anggota gereja mengambil peran-peran kepemimpinan ... orang akan
mulai berkata, ‘Kami ingin memiliki apa yang kamu miliki.’
“Itu adalah iklan terbaik yang bisa dimiliki oleh suatu gereja.”

isi 241 7/16/13 7:02 PM


isi 242 7/16/13 7:02 PM
243

13
-----------------------------------------------------------------

JALAN 4
BERPARTISIPASILAH
DALAM INISIATIF YANG
DITUJU GEREJAMU
-----------------------------------------------------------------
Allah tidak hanya bergantung pada
para pengkhotbah dan pendeta untuk
membawa perubahan ke dalam dunia ini;
Dia menggunakan orang dalam berbagai
bidang masyarakat dengan keterampilan-keterampilan
dan keyakinan yang dibutuhkan untuk
melaksanakan Amanat Agung.
PDT. BOB ROBERTS, JR.

isi 243 7/16/13 7:02 PM


244

B
isakah Anda membayangkan suatu gereja yang menuju
suatu komunitas tertentu sebagai investasi jangka panjang
dan mendalam lalu “memasang” profesional-profesional
dunia kerja untuk melakukan pelayanan yang bermakna dan
strategis? Arsitek-arsitek dan pengembang real estat dari
gereja bekerja bermitra dengan penduduk dalam komunitas yang dituju
untuk membangun perumahan yang terjangkau—karena naungan yang
aman adalah suatu cicipan kerajaan Allah. Dokter-dokter, perawat-
perawat, dokter gigi, konselor, apoteker, dan mahasiswa-mahasiswa
kedokterannya memimpikan cara-cara kreatif untuk melayani anggota-
anggota komunitas yang dituju yang tidak memiliki asuransi kesehatan—
karena keutuhan adalah suatu cicipan kerajaan Allah. Akuntan-akuntannya
membangun klinik-klinik keuangan gratis sehingga orang-orang miskin
yang bekerja di lingkungan itu bisa memiliki alternatif terhadap perusahaan-
perusahaan yang membantu pelaporan pajak dengan biaya yang tinggi
untuk memperoleh “pengembalian pajak instan”—karena keadilan sama
adalah suatu kerajaan Allah. Dan para artis serta musisi, fotografer, dan
desainer grafis, videografer, dan penari-penari dari gereja berkolaborasi
dengan individu-individu yang memiliki karunia artistik dalam lingkungan
itu untuk menyediakan suatu program seni yang baik bagi anak-anak
setempat—karena keindahan adalah suatu cicipan kerajaan Allah.
Atau bayangkan suatu kisah yang agak berbeda, salah satu
gereja yang tidak memilih suatu tempat khusus untuk keterlibatan
radikal, jangka panjang, tetapi suatu isu spesifik. Gereja itu maju ke
arah kebutuhan untuk menyediakan rumah-rumah penuh kasih sayang
bagi anak-anak yang ada dalam sistem anak asuh atau perumahan
terjangkau bagi keluarga-keluarga berpenghasilan rendah. Bayangkan
fokus-fokus yang dituju pada isu-isu seperti ini menyediakan berbagai
jalan masuk menuju pelayanan praktis bagi para pengacara, pekerja
sosial, konselor, agen-agen real estat, pekerja konstruksi, arsitek-arsitek,
psikolog, petugas penilai tanah/rumah, tukang kayu, pendidik orangtua,
para dokter, desainer interior, spesialis komunikasi, arsitek lanskap—dan
banyak lainnya—untuk menerapkan talenta-talenta vokasi mereka.
Semua ini kedengarannya luarbiasa secara teori, tetapi
menimbulkan suatu pertanyaan yang jelas: Apakah ada gereja-gereja
yang benar-benar melakukan hal-hal seperti ini? Jawaban yang jujur
adalah, yah, tidak banyak. Tetapi ada beberapa yang melakukannya.
Di Brooklyn, New York, misalnya, St. Paul Community Church
telah berada di pusat inisiatif Nehemia Housing yang telah membawa

isi 244 7/16/13 7:02 PM


245

rumah-rumah baru dengan harga terjangkau bagi lebih dari dua ribu
keluarga pekerja.1 Di Fort Lauderdale, Florida, Calvary Chapel secara
harafiah telah mengubah sistem pengasuhan anak melalui upayanya
untuk memobilisasi dan melatih banyak keluarga-keluarga asuh dan
adopsi di Florida selatan.2 Jadi adalah mungkin bagi suatu gereja untuk
menetapkan dan mengeksekusi suatu fokus spesifik, berkelanjutan
tentang suatu isu dan membuat perbedaan yang bisa diukur.
Selain itu, di pemukiman Sandtown di tengah kota Baltimore,
di pemukiman-pemukiman Lawndale dan West Garfield di tengah kota
Chicago, di pemukiman Ravendale di Detroit dan pemukiman Summerhill di
Atlanta—dan lusinan tempat seperti itu—gereja-gereja yang berkomitmen
untuk pengembangan komunitas secara mendalam, komprehensif, dan
jangka panjang telah menghasilkan transformasi yang terlihat.3
Pemikiran bahwa gereja-gereja dalam kehidupan nyata bisa
benar-benar membuat kotanya bersukaria bukanlah suatu fiksi.
Dalam bab ini, kita akan melihat dua gereja secara terperinci—
Southwood Presbyterian Church (PCA) di Huntsville, Alabama, dan
Crossroads, di Cincinnati, Ohio—yang menguji, dalam dunia nyata, inisiatif-
inisiatif tranformasi yang berorientasikan kerajaan Allah yang melibatkan
penatalayanan vokasi. Salah satunya menuju suatu lingkungan pemukiman
spesifik di kotanya; lainnya, menuju suatu isu spesifik. Keduanya sudah
bekerja selama beberapa tahun; dan keduanya sama sekali belum
selesai. Kisah-kisah mereka memberi banyak inspirasi dan pengajaran.
Kedua gereja itu cukup berbeda. Southwood adalah gereja
yang tradisional dalam banyak hal, suatu gereja denominasional dengan
keanggotaan yang hampir homogen, dalam suatu kota yang relatif
kecil (populasi 180.000 orang). Crossroad sama sekali bukan gereja
tradisional. Gereja ini nondenominasional, anggotanya beragam, dan
besar—dengan 12.000 orang pengunjung—dan berada di suatu kota
yang populasinya lebih dari dua juta orang.
Tetapi keduanya memiliki kesamaan dalam hal misi. Keduanya
berfokus eksternal. Keduanya percaya bahwa suatu pelayanan
penjangkauan yang terbatas dan mendalam jauh lebih efektif ketimbang
pendekatan luas tapi dangkal yang menjadi ciri banyak gereja. Sebagai
tambahan, baik di Southwood maupun di Crossroad, para pemimpin
gereja harus dicengkram oleh panggilan misional injil kerajaan Allah
sebelum mereka bisa meluncurkan inisiatif-inisiatif mereka yang
mengesankan. Dan baik para pemimpin maupun anggota dari kedua
gereja harus mengalami belas kasihan yang membuat perut mereka

isi 245 7/16/13 7:02 PM


246

melilit. Di kedua gereja tersebut perhatian untuk memobilisasi jemaat


kepada pelayanan menurut perangkat keterampilan dan minat mereka
telah berkembang dengan berjalannya waktu.
Mari kita lihat lebih dekat kisah-kisah mereka.

SOUTHWOOD PCA DAN PELAYANAN DI LINCOLN VILLAGE


Perjalanan Southwood ke dalam pelayanan pengembangan komunitas
yang kuat dan holistik di kotanya dimulai dengan pertobatan yang
menyakitkan. Sekitar tiga tahun menjalani pelayanan sebagai pendeta,
Mike Honeycutt meyakini bahwa Southwood telah “menjadi suatu gereja
yang sangat ke dalam fokusnya ... dan tidak benar-benar menjangkau
masyarakat dengan baik.”4 Melalui banyak doa dan suatu retret
pribadi, Honeycutt melihat gereja itu telah “kehilangan semangat untuk
melaksanakan Amanat Agung.” Sungguh meremukkan hati bahwa ia
gagal dalam kepemimpinannya dengan cara ini, tetapi ia yakin Allah
menunjukkan kepada gembala-gembala-Nya kebenaran yang menyakitkan
ini bukan untuk menghakimi mereka tetapi untuk mengubah mereka.
Kembali dari retret itu, Honeycutt mengumpulkan komisi
visinya untuk memulai proses yang panjang dan berat untuk
membantu gereja mengubah haluan. Ia membawa kelompok itu ke
luar untuk memandang papan nama Southwood, dan menunjukkan
bahwa papan nama itu tidak menyediakan informasi bagi orang-orang
yang lewat tentang kapan jam kebaktian gereja itu. Ia memberi tahu
komisi itu, “Inilah yang kita lakukan dengan memandang ke dalam: kita
mengarahkan pantat kita kepada komunitas.”
Honeycutt mulai berkhotbah dari Kisah Para Rasul, mencoba
meletakkan visi tentang suatu gereja yang lebih misional, berfokus
ke luar, di hadapan anggota-anggota jemaatnya. “Ketimbang hidup
terutama bagi diri kita sendiri,” himbaunya kepada jemaatnya, “kita harus
mulai mengidentifikasi diri kita sendiri, dengan perkataan dan perbuatan,
sebagai para pelayan masyarakat kita.”5
Walaupun sebagian besar anggota jemaat menyambut pesan
yang baru itu, ada juga yang mencela. Beberapa orang khawatir bahwa
perubahan itu berarti Honeycutt telah dipengaruhi oleh “injil sosial” yang
liberal. Lainnya memang tidak menyukai perubahan. Dan lainnya lagi
tidak menyukai kepemimpinan Honeycutt dan melihat masa transisi
ini sebagai suatu kesempatan untuk menyuarakan ketidaksenangan
mereka. Saat semuanya sudah dikatakan dan dilakukan, empat puluh lima
sampai lima puluh orang, termasuk beberapa penatua, meninggalkan

isi 246 7/16/13 7:02 PM


247

Southwood. Tetapi banyak pemimpin gereja itu “langsung bergabung,


ingin memulainya.” Dan banyak orang baru bergabung, ingin menjadi
bagian dari suatu gereja yang memiliki visi yang berfokus eksternal.
Tidak lama setelah memulai perjalanan baru itu, Honeycutt
merekrut Mark Stearns—anggota lama Southwood dengan pengalaman
satu dekade bekerja di antara orang-orang miskin melalui suatu
pelayanan lokal yang disebut Harvest—untuk menjadi direktur Mercy
Ministries di gereja. Mike Stanfield, teman baik Mark dan seorang
penatua di Southwood pada waktu itu—ingat mengatakan hal ini kepada
rekan-rekannya sesama penatua, “Jika kalian menggajinya untuk duduk di
kantor, kalian membuang-buang waktu. Kalian harus membebaskannya
dan membiarkannya keluar ke dalam komunitas.”6
Memang itulah yang dilakukan Honeycutt.
Mark mulai menjelajahi Lincoln Village, suatu komunitas
penggilingan tua penuh dengan rumah-rumah kecil dengan kondisi
yang buruk yang menunjukkan semua tanda-tanda kemiskinan dan
keputusasaan, yang jauhnya hanya delapan menit berkendara dari
Southwood. Ia telah berkendara melewati lingkungan pemukiman itu
setiap hari sata ia bekerja di Harvest. Ia ingat ada dorongan untuk
memasuki komunitas itu untuk mepelajari lebih banyak tentang penghuni-
penghuninya. Dalam suatu kunjungan, Mark diundang masuk ke suatu
rumah. Kondisinya yang rusak memenuhi batinnya. “Saya ingat di sana ada
seorang gadis cilik, duduk di lantai. Segala sesuatu yang mengelilinginya
tidur ada di sekitarnya. Saya melihat [serangga-serangga] di dinding dan
lubang-lubang di lantai, dan pikiran pertama saya adalah ‘Ya Tuhan. Saya
tidak percaya anak ini hidup dalam situasi seperti ini.’”7
Dalam suatu upaya untuk mulai menghubungkan Southwood
dengan komunitas itu, pada suatu hari di tahun 2002 Mark berjalan
memasuki kantor kepala sekolah di Lincoln Elementary School dan
memperkenalkan dirinya kepada Kepala Sekolah Christy Jensen. Mark
bertanya kepadanya apa yang dibutuhkan sekolah yang mungkin bisa
dibantu oleh gereja. Terkejut—dan agak skeptis—Jensen menolak Mark
dengan sopan, memberitahunya bahwa ia akan memikirkannya. Mark
kembali beberapa hari kemudian dan mengulangi pertanyaannya.
Tercengang, Jensen memintanya untuk menunggu sebentar dan keluar
untuk berkonsultasi dengan sekretarisnya. Ia tidak bisa mempercayai
bahwa Mark kembali, dan ia tidak yakin apa yang harus dilakukan
terhadap Mark. Sekretarisnya memberitahunya bahwa beberapa guru
telah mengeluhkan kondisi overhead projector sekolah yang buruk dan

isi 247 7/16/13 7:02 PM


248

mengusulkan agar Jensen bertanya kepada Mark apakah gereja bisa


membantu dengan itu. Jadi ia mengajukannya kepada Mark.
Beberapa hari kemudian, lima projector tiba. “Saya bertanya-
tanya,” kata Jensen, “apakah orang ini memang sungguh-sungguh.
Saya tidak tahu apakah saya akan melihatnya lagi.”8 Dengan kredibilitas
lima overhead projector sebelumnya, Mark kembali ke sekolah itu, dan
memberitahun Jensen tentang keinginannya untuk melihat Southwood
Church bermitra secara bermakna dengan komunitas itu. Jensen lalu
membawa Mark mengelilingi sekolah, membagikan kecintaannya atas
murid-muridnya dan memberitahu Mark tentang perjuangan yang
sedang mereka hadapi. Hampir 95 persen murid-murid itu datang
dari keluarga-keluarga berpenghasilan rendah. Banyak anak-anak yang
dibesarkan dalam rumah berorangtua tunggal atau oleh nenek-nenek
mereka. Bersama-sama Mark dan Jensen mulai memimpikan seperti
apa jadinya suatu kemitraan antara sekolah dan gereja.
Mark tahu bahwa agak sulit untuk melibatkan anggota-
anggota jemaat Southwood secara langsung di pemukiman Lincoln
yang berkesusahan. Ia tahu bahwa ia perlu mendapatkan dukungan dari
mimbar. Jadi ia membawa Honeycutt ke suatu kunjungan ke rumah salah
satu keluarga di Lincoln. Rumah itu “mengingatkan saya akan sesuatu dari
suatu negara Dunia Ketiga,” kenang Mark, melihat bahwa saluran airnya
rusak dan baunya memuakkan. Beberapa menit berkunjung ke sana,
menjadi jelas bagi Mark bahwa bau itu menganggu Honeycutt. “Saya ingat
berdoa agar ia menderita,” Mark bercerita sambil tertawa kecil. Honeycutt
berkata, “Saya hanya merasa kewalahan dengan fakta bahwa enam mil
ke selatan dari suburb menegah ke atas kami yang bagus di mana gereja
kami berada kami mendapati kemiskinan yang luarbiasa, sama buruknya
dengan apapun yang Anda lihat di Appalachian Mountains.”
Setelah menyelesaikan kunjungan itu dan berjalan ke luar,
Honeycutt berbalik kepada Mark dan menyatakan, “Di sinilah kerajaan
Allah perlu hadir.”9

GAMBARAN “SEBELUM”
Tantangan di depan sangat besar. Walaupun tingkat kemiskinan di
seluruh kota Huntsville adalah 12.8 persen, di Lincoln Village angkanya
mencapai lebih dari 57 persen. Tanda-tanda penggunaan narkoba dan
kejahatan sangat jelas. Menurut data Sensus A.S. tahun 2000, jumlah
orang dewasa di Lincoln Village dengan diploma sekolah menengah atas

isi 248 7/16/13 7:02 PM


249

adalah 47 persen. Tiga perempat penghuni menyewa rumah mereka,


dan lebih dari 40 persen dari rumah sewaan itu berada dalam kondisi
terlantar, beberapa tidak memiliki saluran air yang baik atau fasilitas
dapur. “Benar-benar pemukiman terlantar,” kenang Liz Clemons, yang
sudah lama menjadi direktur Boys and Girls Club setempat.10 Hampir
separuh rumah-rumahnya didefinisikan oleh sensus sebagai tidak
terjangkau—maksudnya, uang sewanya menghabiskan lebih dari 33
persen penghasilan tahunan si penyewa.
Sementara itu, di Lincoln Elementary, 96 persen siswa masuk
ke dalam program makan siang gratis, menunjukkan luasnya cakupan
kemiskinan. Nilai pelajaran membaca menurut Stanford Achievement
Test (SAT10) yang terstandardisasi berada di persentasi ke duapuluh
atau tigapuluh.11 Nilai pelajaran menulis berada di zona merah, jauh di
bawah standar. Keyakinan yang lazim dimiliki oleh para guru adalah bahwa
kurikulumnya harus “diencerkan” bagi anak-anak yang sangat miskin.12

DIMOBILISASI BAGAIKAN SUATU “PERSEMBAHAN”


Setelah kunjungan Honeycutt yang pertama ke Lincoln Village, ia dan
Mark bertemu dengan komisi visi kemudian dengan semua petugas
gereja untuk membagikan pikiran-pikiran mereka tentang menjadikan
Lincoln Village sebagai tujuan investasi signifikan mereka. Tidak lama
kemudian, Honeycutt menantang anggota-anggota Southwood dari
mimbar untuk “dicurahkan bagaikan persembahan” bagi komunitas itu.13
Minggu berikutnya, Honeycutt mengundang Mark untuk berkhotbah,
memintanya memberitahu jemaat tentang kebutuhan-kebutuhan yang
ada di sana.
“Saya telah banyak mengambil gambar,” kenang Mark. “Saya
memperbesar foto-foto itu dan saya berdiri [di dekatnya]. Dan selama
dua atau tiga bulan kemudian saya akan berbicara di kelas Sekolah
Minggu atau berkhotbah tentang tanggungjawab kita dan tentang untuk
Allah memanggil kita.”14 Ia memberitahu sesama anggota jemaat bahwa
komunitas Lincoln Village, walaupun berkesusahan, telah “diciptakan
menurut citra Allah dan berharga di mataNya.”
Para pemimpin gereja mulai menyusun strategi tentang
bagaimana cara menangani komunitas Lincoln Village secara holistik—
kebutuhan-kebutuhan mereka akan hal-hal rohani, emosi, fisik, dan
pendidikan. “Kami menetapkan tujuan-tujuan dan sasaran-saran, dan kami
harus memutuskan bagaimana kami akan mengimplementasikan tujuan-

isi 249 7/16/13 7:02 PM


250

tujuan itu,” kenang Mark. “Kami benar-benar harus duduk pada awalnya
dan berkata, ‘Bagaimana kita akan mengatasi [masalah-masalah ini]?”

Sejak awal, tiga hal tampak jelas. Pertama, Honeycutt berkata,


Saat kami mulai di Lincoln Village, baik Mark maupun saya tahu bahwa kami
akan perlu membuat suatu komitmen jangka panjang kepada komunitas itu.
Kami bukan hanya paham bahwa pekerjaan ini akan berjalan lambat dan
membutuhkan waktu pelayanan bertahun-tahun, tetapi kami juga sadar akan
sejumlah sinisme/skeptisisme yang sering ada dalam komunitas-komunitas
seperti ini di mana pelayanan-pelayanan datang dan pergi, tidak pernah
tinggal cukup lama untuk benar-benar menjadi bagian komunitas itu.

Shari Henry Jones, yang bekerja di Southwood sebagai asisten


direktur Mercy Ministries pada tahun-tahun awal keterlibatannya dengan
Lincoln Village, ingat, “Kami benar-benar berpikir bahwa kami perlu terus
melakukannya selama satu generasi.”15
Kedua, relasi dan pelayanan holistik akan harus menjadi ciri khas
dari pelayanan itu. “Kami bekerja untuk menjangkau pribadi seutuhnya,”
Jones memberitahu seorang wartawan harian setempat pada tahun
2005, kemudian menambahkan, “Kami benar-benar berfokus pada
relasi di sini. Kami ingin para relawan kami bukan hanya meluangkan
waktu, tetapi benar-benar mengenal anak-anak dan keluarga-keluarga.
Ada banyak yang bisa mereka berikan kepada kami.”16
Ketiga, gereja-gereja lain harus diundang ke dalam prosesnya.
Mark menjelaskan: “Sejak awal saya berkata, ‘Kita tidak akan memasang
bendera kita [di Lincoln Village]—tidak akan pernah.’ Karena itu [akan]
menjauhkan orang lain. Hal itu akan menyatakan bahwa pelayanan kami
bersifat teritorial, dan kami bukan teritorial sama sekali. Kami membutuhkan
seluruh tubuh Kristus untuk melakukan apa yang perlu dilakukan.”
Di Southwood, Mark menekankan kepada persekutuan yang
besar itu bahwa “setiap orang memiliki tanggungjawab untuk menjadi
bagian dari solusi kepada masalah yang ada dalam komunitas itu.”
Walaupun ia tidak pernah menggunakan istilah “penatalayanan vokasi”,
merekrut orang menurut perangkat keterampilan dan minatnya sudah
ada dalam layar radar Mark sejak awal.

Saya bicara tentang setiap area [kebutuhan] yang saya lihat—karena saya
berjalan di jalanan dan menghabiskan waktu dengan keluarga-keluarga di
sana. Jadi saya tahu di sana ada masalah medis, bahwa kami membutuhkan
dokter-dokter dan dokter-dokter gigi. [Kami membutuhkan] pengacara untuk

isi 250 7/16/13 7:02 PM


251

mewakili para perempuan yang dipukuli suaminya. Kami membutuhkan


orang-orang yang tahu sesuatu tentang perumahan. [Kami membutuhkan]
para guru yang sudah pensiun dan ingin kembali bekerja. ... Saat saya
berbicara dengan orang-orang, saya bertanya, ‘Apa minatmu? Karunia apa
yang diberikan Allah kepadamu?’ Dan kami mencoba menanamkan mereka
di suatu area di mana mereka bisa berkembang di dalamnya.

“Mark akan bertanya kepada orang yang ingin menolong, ‘Keahlian


apa yang kamu miliki? Apa yang kamu suka lakukan?’” kenang Honeycutt.

Pada pihaknya, Honeycutt bekerja untuk “menolong orang melintasi jurang


kudus/sekular.” Salah satu hal yang saya mulai lakukan adalah, secara
umum, mendorong dengan sangat sengaja ide-ide vokasi dan panggilan,
dan melihat bahwa semua panggilan [sekular] ini sah di hadapan Allah. ...
Semua kemampuan dan karunia yang mereka miliki bisa digunakan untuk
kemuliaan Allah. ... orang mulai melihat bahwa [keterampilan-keterampilan
mereka] berharga bukan hanya di tempat kerja tetapi juga [bisa] digunakan
untuk misi spesifik dalam suatu proyek seperti Lincoln Village.

Respons jemaat sangat besar. Pada tahun 2005, Jones


melaporkan bahwa separuh atau lebih dari anggota jemaat telah terlibat
dalam sejumlah cara di Lincoln Village.17

MENGADOPSI LINCOLN ELEMENTARY SCHOOL


Upaya-upaya awal difokuskan pada Lincoln Elementary School.
Southwood mulai merekrut para tutor, dan Mark mulai mengunjungi
pendeta-pendeta dari berbagai gereja, mengundang partisipasi mereka.
Bersama-sama dengan gereja-gereja lain, Lincoln Village Ministry yang
baru saja dinamai memperbaharui perpustakaan sekolah dengan suatu
lab komputer dengan teknologi terbaru dan banyak buku-buku baru.
Pelayanan ini merenovasi rumah kaca tua yang di samping sekolah untuk
memampukan siswa-siswa Lincoln mengikuti kelas-kelas hortikultura.
Di ruang olahraga sekolah yang sudah tua, pelayanan itu
membangun suatu lab sains raksasa, lengkap dengan suatu terarium dan
akuarium air laut. Yang paling mengesankan, langit-langitnya yang seluas
dua ribu kaki persegi dan dicat hitam dipasangi replika planet-planet yang
tergantung. Frank Six, seorang ahli astrofisika di Marshall Space Flight
Center milik NASA di Huntsville, terlibat sejak awal dalam proyek lab
sains ini setelah mendengar Mark menjelaskan visinya untuk membuat
anak-anak bermimpi. “Itu membuat saya tergerak,” ujar Frank.18

isi 251 7/16/13 7:02 PM


252

“Peran saya,” ujar Frank, adalah bertanya, ‘Apa yang bisa


dilakukan NASA untuk membantu?’” Ia diberitahu oleh para guru di Lincoln
bahwa perabotan, peralatan, dan gambar-gambar menarik dibutuhkan.
“Saya mendapati bahwa NASA mentransfer kelebihan peralatan ke
suatu gudang pemerintah.” Di sana Frank bisa menemukan meja-meja,
kursi-kursi, dan suatu mimbar yang bisa bergerak.
Lalu Frank merekrut kelompok seni grafis Marshall untuk
menolong. Ia berbicara dengan manajer kelompok itu, Janice Robinson:
“Saya berkata, ‘Janice, kamu harus melihat apa yang terjadi di Lincoln
Village.’” Frank mengantar Janice ke sana pada suatu hari pada jam
makan siang, dan salah satu staf Lincoln Village Ministry memberinya
suatu penjelasan singkat tentang apa yang mereka lakukan. Janice
menjadi cukup bersemangat. “Jadi saya berkata kepadanya, ‘Saya akan
membutuhkan sejumlah bantuan di sini.’ Dan ia berkata, ‘Katakan saja
apa yang kamu butuhkan.’”
Para desainer grafis “melakukan sihir dengan komputer-
komputer mereka,” ujar Frank, dan menemukan segala jenis gambar.
“Lalu mereka membiarkan saya datang dan memilih gambar-gambar
yang cocok bagi biologi, astronomi, fisika, kimia, dan seterusnya,” katanya.
“Saya memilih sekitar tiga lusin, dan mereka membuat poster-poster dari
gambar-gambar itu, dan saya membawanya kepada para guru, dan kami
menggantungkannya di dinding-dinding sekolah.”
Bantuan bahan-bahan ini bukanlah ekspresi paling penting dari
nilai inti pelayanan. Hadiah terbaik bagi sekolah itu adalah orang-orang
dewasa yang peduli. Anggota-anggota gereja mulai menjadi relawan
dengan menjadi ibu kelas dan pendamping darmawisata. Dengan
berjalannya waktu, lebih dari separuh siswa Lincoln yang jumlahnya 212
anak menikmati les tambahan pribadi, satu-lawan-satu, berkat para
relawan dari Southwood dan gereja-gereja lain.
Investasi orang-orang itu mulai terbayar. Melinda Clark, spesialis
kurikulum di Lincoln Elementary melaporkan, “Sejak Southwood dan
gereja-gereja lain bergabung, kehadiran para mentor dan relawan dan
dipertemukannya anak-anak dengan mentor-mentor itu ... telah membawa
banyak kasihsayang ke dalam bangunan ini, banyak kegairahan ke dalam
bangunan ini.”19
Kegairahannya meluap kepada komunitas itu juga. Para
relawan gereja perlahan-lahan membangun relasi dengan para
orangtua siswa. Setelah dua tahun pertama keterlibatan Lincoln
Village Ministry, Kepala Sekolah Jensen dengan gembira melaporkan

isi 252 7/16/13 7:02 PM


253

bahwa kehadiran dalam pertemuan-pertemuan PTA (Parent-Teacher


Association – Asosiasi Orangtua-Guru) melonjak dari sekitar setengah
lusin menjadi lebih dari seratus. “Biasanya ruangan penuh. Dan saya
pikir sebagian karena [para tutor] telah menolong para orangtua
melihat pentingnya keterlibatan orangtua.”20
Para pendidik dari Southwood telah memainkan peran penting
di Lincoln Elementary. Margaret Powell dilatih sebagai seorang guru
bahasa Inggris, dan sebelum ia memiliki anak, mengajar di sekolah
menengah pertama. Saat ia dan suaminya mulai membesarkan anak-
anak mereka, ia memutuskan untuk melakukan homeschooling. Hal itu
menjaganya untuk tetap sibuk selama delapan belas tahun berikutnya.
Sementara itu, ia merindukan kesempatan untuk melayani anak-anak lain
yang lebih membutuhkan. Ibunya meyakinkannya bahwa “masanya akan
tiba,” ujar Margaret.21
Saat putri Margaret mencapai usia remaja, mereka berdua
mulai memberi pelajaran tambahan di Lincoln Elementary sekali
seminggu. Saat putrinya memasuki sekolah menengah atas negeri,
Margaret mendapati bahwa ia memiliki waktu tambahan. Ia bergabung
dengan program sepulang-sekolah di Lincoln Village Ministry, yang
disebut The Linc, dan menjadi relawan di program pelajaran tambahan
Camp Success. Saat Lincoln Elementary harus menutup program itu,
Margaret terus muncul di sekolah, menolong di manapun ia bisa.
Selama beberapa waktu, Margaret melayani sebagai asisten di lab
sains. Lalu ia memiliki suatu kesempatan untuk melakukan apa yang paling
disukainya: bekerja satu-dengan-satu dengan seorang anak yang bergumul
untuk belajar membaca. Pada akhirnya sekolah bertanya kepadanya apakah
ia bersedia memperoleh sertifikasi sebagai guru pengganti (ia bersedia)
kemudian mengundangnya untuk melayani sebagai spesialis intervensi.
“Pada dasarnya itu artinya saya menolong anak-anak yang terus ketinggalan
walaupun upaya-upaya terbaik sudah dilakukan di kelas,” paparnya.
Selama beberapa tahun berikutnya, Margaret menjadi
relawan di Lincoln Elementary selama dua puluh jam seminggu, bekerja
dengan kelompok-kelompok kecil anak-anak dalam pelajaran membaca
dan matematika. Walaupun kadar investasinya mungkin terdengar
membebani, Margaret menggambarkannya sebagai suatu sukacita:

Apa yang saya lakukan sekarang memenuhi sesuatu yang saya selalu
tahu Allah sudah memanggil saya ke dalamnya. Pada awalnya, saat saya
bertanya kepada-Nya tentang hal itu, saya merasa Dia mengatakan, ‘Ya—

isi 253 7/16/13 7:02 PM


254

tapi tidak sekarang.’ Dengan memberi saya hak istimewa untuk mengajar
anak-anak saya, saya tahu Allah akan menggunakan hal-hal yang saya
pelajari untuk menolong saya mengajar anak-anak yang tidak memiliki
kesempatan-kesempatan seperti anak-anak saya. Jadi bekerja di Lincoln
Elementary adalah suatu jawaban bagi suatu visi yang saya miliki untuk
waktu yang lama. Pekerjaan itu memuaskan, bukan karena saya dulunya
berpikir saya akan “bagus” dalam melakukannya ... tetapi karena saya
meminta kepada Allah setiap hari untuk menolong saya menyelesaikan
pekerjaan yang telah disiapkan-Nya untuk saya lakukan.

Margaret melayani dalam titik pukul vokasinya, dan ia berkata


bahwa itu menolong menjelaskan mengapa ia mampu mempertahankan
tingkat komitmennya yang tinggi. “Saya tidak tahu,” ujarnya, “pokoknya
Allah menciptakan saya untuk menjadi guru. Bukan dalam skala yang
hebat, tetapi lebih secara satu-dengan-satu. ... Ini adalah sesuatu yang
selalu saya impikan untuk lakukan.”
Relasi dengan anak-anak dan keluarga-keluarga membuat
para relawan gereja tahu bahwa ada kebutuhan-kebutuhan fisik yang
tidak terpenuhi. Jadi Southwood dan gereja-gereja lain bergabung
untuk menetapkan suatu toko kecil berisikan makanan dan pakaian,
menyediakan barang-barang dasar seperti mantel, sepatu, dan makanan.
Pelayanan seperti itu adalah pertolongan yang sangat besar bagi
sekolah, papar Kepala Sekolah Jensen. “Agar para guru bisa mengajar
dan anak-anak bisa belajar, Anda harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan
dasarnya. Lincoln Village Ministries telah menolong kami menangani
kebutuhan-kebutuhan mendasar murid-murid kami—perawatan medis,
pakaian, makanan, perawatan gigi, perawatan mata, dan banyak lagi.
Jika ada kebutuhan, mereka akan menemukan seorang profesional yang
dengan rela akan menyediakan jasanya secara gratis.”22

ADVOKASI HUKUM
Saat Mark Stearns makin mengenal keluarga-keluarga di pemukiman,
salah satu kebutuhan penting yang mencuat adalah pelayanan hukum.
Ia meminta bantuan Derek Simpson dari Southwood, yang telah siap
untuk berespons dengan positif—baik karena persahabatannya yang
sudah lama dengan Mark dan karena ia tidak asing dengan tantangan-
tantangan yang dihadapi oleh orang-orang miskin. Tepat setelah lulus
dari fakultas hukum di University of Alabama, Derek bekerja bagi banyak
kasus untuk klien-klien miskin yang ditunjuk oleh pengadilan.

isi 254 7/16/13 7:02 PM


255

Derek bercerita bahwa ia ingat dengan baik hari Minggu beberapa


tahun yang lalu saat Mark memasang foto-foto besar dari Lincoln Village di
ruang gereja dan menyampaikan suatu khotbah yang kuat tentang perlunya
jemaat berespons. Derek segera setuju untuk menjadi bagian dari suatu
komisi yang bekerja menetapkan suatu pelayanan baru dan kemudian
menyediakan jasa hukum yang dibutuhkan untuk menggembalakan Mark
melalui proses membentuk Lincoln Village Ministries sebagai badan
nirlaba. Namun Derek berkata bahwa momen “aha” yang nyata baginya
dalam hal penatalayanan vokasi tidak terjadi sampai pertama kalinya Mark
meneleponnya untuk meminta nasehat legal bagi seorang penghuni yang
telah menjadi temannya di Lincoln Village. Derek menjelaskan,

Saya ingat teman-teman saya yang dokter pergi mengikuti perjalanan-


perjalanan misi semacam ini, dan betapa luarbiasanya mereka pikir karena
mereka bisa menggunakan keterampilan-keterampilan mereka. Saya selalu
berpikir, Bagaimana seorang pengacara [bisa] pergi ke ladang misi? Itu benar-
benar suatu tantangan. Bagaimana kita semua bisa memajukan kerajaan Allah
dalam profesi kita yang berbeda-beda? Saya benar-benar tidak tahu apakah
saya bisa atau tidak. Tetapi Mark menelepon saya, dan ia mengajukan kepada
saya suatu pertanyaan tentang seseorang yang ada di Village. Saya berkata
kepadanya untuk menyuruh mereka menelepon saya, dan saya bisa menolong
mereka. Lalu semuanya berkembang dari sana. Saya berpikir, Ya ampun, ini
benar-benar kesempatan yang sangat berbeda untuk menolong.23

Dengan berjalannya waktu, Derek telah mampu mendampingi


sekitar dua puluh penghuni Lincoln Village. “Apa yang mereka pikir
masalah yang besar seringkali adalah suatu masalah kecil yang bisa
diatasi dengan sangat cepat,” imbuhnya. “Mereka mungkin mendapatkan
surat tilang, lalu peringatan ‘tidak muncul di pengadilan’. Lalu masalahnya
makin besar dan makin besar, sehingga mereka lari dari hukum. Dan
yang saya bisa lakukan adalah membawa mereka masuk, kemudian kami
mengurus segala sesuatunya seketika.”24
“Adalah sukacita yang sangat besar untuk memberitahu orang,
‘Hei, masalah-masalah ini bisa diatasi,” ujar Derek.25 Ia telah menolong
orang memperbaharui surat ijin mengemudi mereka, menyelesaikan
denda, atau masuk ke rumah-rumah bersubsidi saat aplikasi mereka
ditolak pada awalnya. Ia juga menolong seorang perempuan dalam
suatu situasi kekerasan rumahtangga untuk memperoleh perintah
perlindungan dan telah mendampingi ibu-ibu tunggal dalam memperoleh
dukungan untuk anak-anaknya.

isi 255 7/16/13 7:02 PM


256

Derek mengingat sambil tertawa tahun di mana ia melayani


di Southwood sebagai seorang guru sekolah Minggu kelas dua. “Saya
membencinya—saya tidak memperoleh sukacita!” Membandingkannya
dengan perannya sekarang ini, ia berkata bahwa ia “memperoleh berton-
ton sukacita” karena melayani sebagai seorang pengacara: “Allah telah
memberkati saya dan memampukan saya menjadi seorang pengacara.
Dan rasanya seolah-olah ... Anda mempelajari sesuatu dan Anda bisa
berbicara dalam bahasa tertentu, dan orang yang Anda tolong tidak
berbicara dalam bahasa itu. ... Hanya oleh anugerah Allah, saya bisa
berbicara dalam bahasa yang mereka butuhkan.”26

MEMPERBAIKI KONDISI PERUMAHAN


Sekitar enam bulan setelah pembentukan kemitraan baru antara
Southwood dengan Lincoln Elementary, Mark membawa temannya Mike
Stanfield dalam kunjungan ke suatu rumah di Lincoln Village. “Kami bertemu
dengan suatu keluarga yang tinggal di suatu gubuk dengan dua ruangan,
tanpa listrik atau air mengalir,” kenang Stanfield. Mark berkata kepadanya,
“Kami mencoba menjangkau anak-anak ini di sekolah, tetapi seperti inilah
kondisi rumah mereka. Jadi kami sulit sekali menolong mereka.”
Hati Mike tercengkram. “Saya bersyukur untuk berkat yang
saya miliki,” ujarnya, “dan itu meningkatkan rasa tanggungjawab untuk
memberi kembali.” Ia siap melayani.
Saat ditanya mengapa Mark datang kepadanya untuk memimpin
suatu inisitif perumahan yang baru, Mike, seorang insinyur dengan
sejarah kepemimpinan yang panjang di gereja, menjawab bahwa mungkin
itu adalah kombinasi dari persahabatannya yang erat dengan Mark dan
keterampilan yang bisa dibawanya bagi upaya seperti itu. “Saya adalah
ahli strategi yang cukup baik,” ujar Mike, “mengorganisir, menetapkan
tujuan-tujuan, dan menetapkan rencana-rencana untuk mencapai tujuan-
tujuan itu.” Ia cepat-cepat menambahkan,

Saya adalah orang pertama yang mengenali bahwa saya tidak bagus
dalam banyak hal. Jadi pengurus yang saya rekrut termasuk seorang
pengembang perumahan. Pengurus itu termasuk seorang pengacara
yang menangani semua aspek hukumnya. Juga termasuk seseorang
yang memiliki suatu perusahaan konstruksi, jadi ia yang menangani
semua isu konstruksi bagi kami. Jadi saya rasa itu adalah suatu
perangkat keterampilan yang saya miliki: melihat apa yang dibutuhkan lalu
mengumpulkannya untuk membuat sesuatu terjadi.

isi 256 7/16/13 7:02 PM


257

Stanfield dan timnya menetapkan Lincoln Village Preservation


Corporation (LVPC) pada bulan Mei 2003 dengan misi membeli rumah-
rumah di Village, memperbaharuinya dengan pekerja-pekerja relawan
dan mendampingi penyewa-penyewa untuk menjadi pemilik. Sampai
hari ini, LVPC telah membeli empat puluh dua unit perumahan dan
memberikan rumah baru atau telah direnovasi bagi dua puluh delapan
keluarga yang sangat berterima kasih karenanya. Mengingat usia
LVPC yang masih relatif muda, Michelle Jordon, kepala Department of
Community Development di Huntsville, berkata, “Itu adalah statistik yang
sangat mengesankan.”29
Para penghuni melihat perbedaan yang dibuat oleh LVPC dalam
komunitas. Seperti yang dikatakan oleh salah satunya, “Saya telah melihat
banyak perbedaan. Rumah-rumah terlihat lebih baik, halamannya juga.”27
Liz Clemons dari Boys & Girls Club setempat setuju: “Kata-kata saja tidak
bisa menggambarkan bagaimana mereka telah mengangkat komunitas
ini. Mereka masuk dengan sekelompok orang dan membangun kembali
komunitas ini. ... Perbaikan-perbaikan yang mereka buat di Lincoln Village
sungguh fenomenal.”28
Beberapa profesional real estat dari Southwood telah
menyumbangkan keterampilan-keterampilan mereka kepada LVPC.
Mickey Plott, seorang broker perumahan berusia empat puluh lima tahun
yang memiliki perusahaannya sendiri, telah menyelesaikan sejumlah
penilaian properti bagi LVPC sejak pembentukannya. Ini adalah pertama
kalinya ia mampu menggunakan keterampilan profesionalnya untuk
memberi manfaat bagi pelayanan nirlaba. Baru-baru ini ia menghabiskan
waktu seminggu untuk menyelesaikan penilaian atas beberapa rumah di
Lincoln Village.
Karena peraturan bank yang ketat, Mickey tidak diperbolehkan
memberikan jasanya secara gratis. Namun, ia hanya memungut seratus
dolar untuk setiap penilaian, bukan empat ratus dolar seperti biasanya.
Ia juga telah mampu menolong The Village Church, bakal gereja yang
dirintis oleh Southwood di Lincoln Village beberapa tahun yang lalu.
Melalui perusahaannya, Mickey membeli suatu properti yang mencakup
dua ruang kelas yang bisa dipindahkan. Ini disumbangkannya ke gereja
baru itu untuk digunakan sebagai ruang sekolah Minggu.
Mickey berkata, “Saya ingin menolong orang,” dan ia sangat
senang ia bisa menggunakan keterampilannya untuk pelayanan itu. “Saya
bukan jenis orang yang terlibat secara langsung dalam pembangunan
rumah; Saya tidak pandai menggunakan palu,” tawanya. Tetapi ia

isi 257 7/16/13 7:02 PM


258

bisa memberikan keahlian real estatnya. Mickey baru-baru ini bisa


bernegosiasi dengan bank atas nama LVPC sehingga badan itu tidak
perlu menyelesaikan penilaian-penilaian atas setiap properti dalam
kelompok properti-properti serupa yang telah diperbaharui. Ini “benar-
benar menolong menekan ongkos kerja mereka,” tuturnya.
Bagi Sam Yaeger, seorang pengembang real estat komersial
dari Southwood, keterlibatan dengan Lincoln Village Ministry memberinya
kesempatan untuk melakukan dua hal yang disukainya: mendampingi
para pemimpin pelayanan garis depan sebagai teman yang memberi
semangat dan penasehat bisnis, serta menerapkan karunianya untuk
“membuat kesepakatan-kesepakatan.” Ia senang berkata bahwa
kontribusinya yang terbesar hanyalah “menjadi pembantu Mark, lebih
dari hal-hal lain.”31 Tetapi “keterampilan lunak” yang telah diasah Sam
selama bertahun-tahun dalam dunia pengembangan real estat komersial
juga telah menolong LVPC:

Yang saya lakukan di sini adalah membuat kesepakatan-kesepakatan


bersama-sama. Saya mencari dana untuk berbagai hal dan menolong
menyatukan kemitraan. Dan saya menyatukan orang, dan kami
menyelesaikan masalah-masalah dan isu-isu, dan kami berpikir tentang
apa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sesuatu dan siapa yang Anda
butuhkan. Itulah vokasi saya yang terbesar ... dan itulah yang saya bawa
ke dalam [upaya] ini. Dalam dunia hutang dan anggaran dan mencari
dana—ke situlah saya membawa keahlian saya.32

Pengetahuan Sam untuk menavigasikan proses perijinan


wilayah dan relasi-relasinya dengan Kota Huntsville juga telah menjadi
suatu anugerah besar bagi LVPC.

MENCICIPI KESEHATAN DAN KEUTUHAN


Profesional-profesional medis dari Southwood juga telah menjadi
bagian dari pekerjaan Lincoln Village Ministry yang memiliki banyak sisi
dalam masyarakat. Dokter Brian Cost, dokter anak Eloise Alexander
dan dokter gigi Brian Beitel serta Al Willis semuanya menyumbangkan
perawatan kesehatan gratis bagi anak-anak dan orang-orang dewasa
yang membutuhkan di lingkungan itu. Selama beberapa tahun, Alexander
menyumbangkan waktu secara signifikan di klinik HEALS di Lincoln
Elementary. (HEALS adalah suatu badan nirlaba lokal yang bertujuan
menyediakan perawatan kesehatan bagi orang-orang miskin di kota itu;

isi 258 7/16/13 7:02 PM


259

badan ini mensponsori klinik-klinik di berbagai lokasi di kota tersebut.) Ray


Saunders, seorang pekerja sosial di klinik HEALS di Lincoln Elementary,
melaporkan bahwa “Southwood ... telah membuat perbedaan besar
dalam menyediakan jasa-jasa yang tidak mampu kami sediakan di HEALS
bagi keluarga-keluarga yang kami layani.”33

GAMBARAN “SETELAH”
Pekerjaan Southwood—dan banyak gereja lain yang terlibat dalam Lincoln
Village Ministry—di Lincoln Village belum selesai. Namun setelah tujuh
tahun investasi strategis dan penuh kasih, perubahan nyata telah terbuka.
Dengan upaya-upaya LVPC dalam bidang perumahan, penampilan
pemukiman itu, setidaknya di wilayah yang berdekatan dengan sekolah,
telah berubah secara nyata. “Bagaikan malam dan siang,” ujar Mark.
“Lingkungan itu menjadi damai, tenang. Anda melihat anak-anak bermain
bersama. Anda melihat para tetangga bercakap-cakap satu sama lain.”
Ia melaporkan bahwa tidak ada lalulintas perdagangan narkoba yang
dulunya mencirikan jalanan-jalanan itu.
“Saat orang berkendara melewati daerah ini, mereka melihat
bahwa tempat ini telah dibersihkan,” ujarnya. Saat suatu kendaraan
yang tidak dikenal melintas, [para penghuni] memperhatikannya—dan
mereka melihat pengemudinya berbalik dan pergi, mencari area yang
lebih bobrok untuk “berhubungan.” Mark menyimpulkan: “Komunitas
ini kini lebih ramah, penuh harapan, aman. Rasanya seperti mengarah
ke tujuan yang berbeda.” Pada saat yang sama, ia menekankan
bahwa jalannya masih panjang. “Saya bisa pergi dua blok dari sini dan
keadaannya akan sangat berbeda.”
Di bawah perbaikan-perbaikan eksternal yang mudah terlihat
ada suatu aliran harapan baru—harapan yang muncul saat orang
mendapati bahwa mereka tidak sendirian, bahwa seseorang peduli
terhadap mereka dan ada bagi mereka. Dale Bowen dari LVPC berkata,

Begitu banyak harapan yang telah masuk ke sekolah tersebut. Saya


pikir itu diterjemahkan sampai ke dalam lingkungan-lingkungan yang
belum [sempat] kami sentuh secara perumahan, karena anak-anak itu
mendapatkan perawatan medis, gigi, makanan, pakaian. Boys & Girls
Club ada dalam wilayah itu. Kini mereka memiliki begitu banyak harapan
dibandingkan sepuluh tahun yang lalu, karena mengalir masuknya
sejumlah orang untuk menolong mereka dan mendampingi mereka. 34

isi 259 7/16/13 7:02 PM


260

Namun, satu transformasi yang paling mengesankan diakui


pada tahun 2010 saat Lincoln Elementary dipilih sebagai salah satu
pemenang dalam kompetisi Panasonic National School Change Awards,
yang memberi penghargaan kepada enam sekolah di seluruh negeri
yang telah berubah secara signifikan menjadi lebih baik.
Pada akhir tahun pelajaran 2003, anak-anak kelas empat di
Lincoln memperoleh angka 63 persen dalam kemampuan membaca
dan 60 persen dalam kemampuan matematika di Alabama Reading
and Math Test (ARMT). Pada akhir tahun 2005, angka itu telah berubah
menjadi 86 persen dalam kemampuan membaca dan 100 persen dalam
kemampuan matematika.35 Pada tahun pelajaran berikutnya, 2006-
2007, Lincoln Elementary dijuluki sebagai suatu “Sekolah Pembawa
Obor” oleh State Department of Education, untuk mengakui pencapaian
dan kemajuan semua siswanya.36
Para guru dan administrator di sekolah mengakui sebagian
besar dari perubahan mengagumkan itu berkat Lincoln Village Ministry.
Guru kelas lima Joy Downing berkata,

Jika Lincoln Village Ministry tidak terlibat di sini, kami akan merasakan
tekanan untuk harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar siswa-siswa
kami. Saya mengajar di sekolah-sekolah Kelompok 1 di Georgia, dan sulit
melakukannya. Sulit menjangkau mereka secara akademis saat Anda
berkonsentrasi untuk menjangkau mereka secara emosi. Di sini pelayanan
ini melakukan pekerjaan sukarela dengan anak-anak kami, memberi
semangat kepada mereka, menunjukkan kasih sayang kepada mereka.37

Kepala Sekolah Jensen meringkaskannya demikian: “Saya


percaya LVM dikirimkan oleh Allah kepada kami dan kepada komunitas
ini. Keberhasilan kami tidak akan terjadi tanpa begitu banyak dukungan
dan belas kasihan bagi anak-anak ini.”38

CROSSROADS DAN MISI KEADILAN


Di Crossroads di Cincinnati, fokus sentral dari penjangkauan gereja yang
terbatas dan mendalam bukanlah pada suatu lingkungan tertentu, tetapi
pada suatu perkara yang mendesak: mempromosikan keadilan dalam
menghadapi kejahatan perdagangan seks internasional.
Dengan begitu besarnya sumber daya yang diupayakan
untuk digunakan oleh Crossroads ke dalam misi keadilannya, gereja
ini juga harus mendisiplin dirinya untuk menghindari perluasan upaya-

isi 260 7/16/13 7:02 PM


261

upaya penjangkauannya. “Sejak awal [di Crossroads], kami mencoba


mengagungkan kata tidak,” ujar pendeta Brian Tome.39

Ada banyak ide-ide bagus di luar sana, ada banyak hal ke mana Allah
memanggil, tetapi hanya ada sedikit saja hal ke mana Allah memanggil
kami. Jadi untuk melakukan hal itu Anda harus mengatakan tidak untuk
banyak sekali hal-hal yang bagus. Jika tidak demikian, Anda akan punya
suatu keharusan bahwa ada lima puluh atau enam puluh hal yang Anda beri
dukungan sebesar lima puluh dolar sebulan, atau jika Anda adalah gereja
yang lebih kecil, tiga puluh hal yang Anda beri dukungan sebesar dua puluh
lima dolar sebulan. Dan hal-hal semacam itu kami lihat sejak awal tidak
efektif. Jadi kami ingin melakukan hanya sedikit hal saja dengan sangat baik.

Satu hal yang Crossroads ingin melakukannya dengan sangat


baik adalah mempromosikan keadilan bagi korban-korban perdagangan
seks domestik dan di India melalui suatu kemitraan strategis dengan
International Justice Mission (IJM). Perjalanan Crossroads dalam misi
keadilan dimulai pada tahun 2005, terutama melalui pertemuan mantan
pendeta pengajar Brian Wells dengan tulisan Gary Haugen (Haugen
adalah pendiri IJM). “Membaca Good News About Injustice benar-benar
menantang saya,” ujar Wells. Ia mencerna penafsiran Haugen tentang
suatu teks, lalu memeriksa ayat-ayatnya di Alkitab. “Saya membacanya
dalam konteksnya dan saya berpikir, ‘Poin yang dibuatnya itu—sangat
betul!’” kenang Wells. “Bagaimana mungkin saya tidak pernah berhenti
dan benar-benar membacanya sebelumnya?”40
“Saya benar-benar gelisah,” ujarnya. “Saya kembali dari
pengalaman itu dan bertemu dengan beberapa pemimpin kami di
Crossroads. Dan saya berkata, ‘Kalian tahu, saya ingin mengakui sesuatu,
saya telah mengkhotbahkan injil yang tidak lengkap.”
Dewan pemimpin di Crossroads merasa Allah mengatakan
sesuatu kepada gereja itu melalui Wells. Saat ia menyampaikan keinginan
untuk bertemu dengan Haugen di Washington, mereka mengirimnya
dengan membawa cek sebesar dua puluh lima ribu dolar untuk diberikan
kepada IJM. “Saya mengatakan kepada Gary secara pribadi, ‘Saya
percaya bahwa Anda adalah seorang nabi. Anda telah memberi kepada
gereja kami suatu perkataan yang perlu kami dengar,’” ujar Wells.
“Sekarang bagaimana kami bisa menolong tanpa menghalangi?”
Perjalanan Crossroads dalam misi keadilannya telah dimulai.
Perjalanan itu membawa mereka pertama-tama ke Sri Lanka, ke mana
gereja itu mengirimkan suatu tim periset, pengacara, dan pebisnis

isi 261 7/16/13 7:02 PM


262

karena IJM sedang memikirkan untuk mendirikan suatu kantor lapangan


baru. Tim itu menyelesaikan suatu instruksi singkat setelah tujuh bulan,
tetapi rencana IJM terhalang saat perang saudara pecah di negara itu.
Tanpa gentar, tim Crossroads terus berdialog dengan IJM. Bersama-
sama mereka menyimpulkan bahwa upaya-upaya gereja itu harus
difokuskan pada penanganan korban. ”IJM telah mengembangkan
kriteria sukses yang signifikan dalam hal hukum dan intervensi, tetapi
perlu ada lebih banyak perhatian dan lebih banyak lagi sumber daya untuk
mengedepankan penanganan pemulihan,” ujar Wells.
Sejak tahun 2006, Crossroads menginvestasikan lebih dari
setengah juta dolar menolong berbagai mitra penanganan pemulihan
IJM untuk menyediakan konseling di rumah-rumah dan rehabilitasi
vokasi untuk anak-anak dan perempuan-perempuan yang diselamatkan
dari perdagangan seks di Mumbai. Lebih dari seratus relawan dari
Crossroads telah pergi ke sana, melakukan segala sesuatu mulai dari
melukis mural dan melakukan perbaikan-perbaikan di fasilitas-fasilitas
sampai meriset hal-hal yang masih kurang dalam sistem penanganan
pemulihan sampai memimpin lokakarya fotografi bagi remaja-remaja
yang dibebaskan dari bordil-bordil.
Bisa diperkirakan, beberapa orang di gereja mulai bertanya-
tanya apakah ada isu-isu perdagangan manusia di Cincinnati yang juga
harus ditangani oleh gereja itu. Christine Buchholz, direktur keadilan
pertama di Crossroads, mulai menghadiri pertemuan-pertemuan di
Rescue and Restore Coalition setempat, yang disebut End Slavery
Cincinnati. Relasinya bertumbuh mendalam, dan akhirnya Crossroads
bermitra dengan End Slavery Cincinnati pada penelitian besar pertama
tentang kesadaran akan perdagangan manusia di kota itu. Lebih dari dua
puluh lima relawan dari Crossroads, dipimpin oleh pengacara Deborah
Leydon, melakukan riset dan wawancara-wawancara untuk menilai
baik tingkat kedalaman masalah perdagangan secara regional maupun
tingkat kecukupan hukum yang ada untuk menanganinya.
Deborah telah menjadi bagian dari tim Crossroads yang menulis
instruksi singkat tentang Sri Lanka bagi IJM. Ia belum pernah menyadari
sejauh mana perdagangan seks sampai ia membaca Good News About
Injustice. Situasi keluarga menghalangi keterlibatannya secara langsung
dalam pekerjaan Crossroads di Mumbai, tetapi ia berespons dengan penuh
semangat kepada kesempatan untuk menolong End Slavery Cincinnati.
Deborah bukan hanya menggunakan talenta-talentanya
sendiri sebagai seorang pengacara tetapi juga menggunakan aset

isi 262 7/16/13 7:02 PM


263

institusionalnya. Sebagai seorang mitra di Dinsmore & Shol LLP ia mampu


menetapkan jam-jam pro bono untuk pekerjaan itu dan melibatkan
sejumlah asisten pengacara firma itu dalam usahanya. Sekarang ini
Deborah terus memikirkan bagaimana cara menggunakan posisinya
untuk pekerjaan keadilan gerejanya: “Firma kami terus membesar
dan saya terus berpikir, Saya harus tetap ada di sini dan mengambil
keuntungan dari sumber-sumber daya yang saya miliki. Maksud saya,
jelas dengan para staf dan pengacara-cara dan asisten pengacara dan
lainnya yang tertarik kepada topik-topik jenis ini juga. Anda tahu, kami
berdiri di sini, siap menolong.”41

MEMOBILISASI MENURUT PERANGKAT KETERAMPILAN DAN MINAT


Dengan fokus ganda Crossroads pada kebutuhan penanganan pemulihan
besar di India dan pekerjaan lokal dengan End Slavery Cincinnati, para
staf khawatir bahwa anggota-anggota jemaat akan dilumpuhkan oleh
besarnya dan rumitnya isu ini. Jadi mereka mulai menerapkan suatu
struktur untuk memobilisasi relawan-relawan. Andrew Peters, yang
mengambil alih sebagai direktur keadilan dari Christine Buchholz pada
tahun 2009, berkata,

Kami pada dasarnya telah menciptakan empat “ember”, dan mereka


adalah cara-cara utama yang kami identifikasi sebagai yang Allah telah
karuniakan kepada orang-orang untuk terlibat. Jadi kami memiliki ember
riset, ember perencanaan, ember doa, dan ember komunikasi. Saya
menggunakan istilah ember, tetapi kami tidak membicarakannya secara
publik. Apa yang kami katakan kepada orang-orang adalah, “Anda tahu?
Anda tidak harus mengambil keputusan antara menolong seorang gadis
yang diperkosa di pinggir jalan [di Cincinnati] atau gadis yang diperkosa
di luar negeri. Ini adalah tentang bagaimana Anda terlibat secara unik.”42

Jadi, Andrew menjelaskan, seorang seniman kemungkinan


besar akan ditugaskan ke ember komunikasi, karena ”seluruh inisiatif
kami pada titik atau waktu tertentu akan memiliki suatu kebutuhan
[untuk] mengomunikasikan hati Allah bagi keadilan secara kreatif dan
dengan cemerlang.” Anggota-anggota jemaat dari profesi-profesi dimana
riset dibutuhkan ditugaskan ke ember riset. Mereka mungkin menuliskan
suatu lembar fakta tentang buruh terikat (oleh hutang) di India bagi para
pemimpin kelompok kecil untuk digunakan mendidik anggota-anggota
persekutuannya. Atau seorang pemimpin kelompok kecil di Crossroads

isi 263 7/16/13 7:02 PM


264

mungkin meminta seorang pembicara dari tim komunikasi untuk


memberikan suatu presentasi kepada kelompoknya tentang situasi di
India atau secara lokal. Presentasinya mungkin mencakup multimedia,
jadi anggota-anggota “ember komunikasi” dengan keterampilan desain
grafis, Power Point, atau videografi mungkin bisa berkontribusi. “Ini
benar-benar keterlibatan yang praktis yang tepat di titik pukul orang,” ujar
Andrew, “tetapi di sekitar masalah keadilan.”
Anggota Crossroads, Mark Pruden, seorang konselor kesehatan
mental, menyumbangkan keterampilannya dengan menyelenggarakan
orientasi formal bagi para peserta perjalanan jangka pendek, yang intensif
secara emosi, ke rumah-rumah penanganan pemulihan di Mumbai.
Mark juga menyediakan dirinya bagi pertemuan paska perjalanan atau
terapi kelompok kecil atau individual. Kadangkala orang—terutama
yang mengalami kekerasan dalam latar belakang mereka sendiri—
membutuhkan pertolongan dalam memproses pengalaman mereka di
India, karena bisa memicu memori-memori yang menyakitkan.43
Jamie Elkins, seorang lulusan ilmu politik dari Miami University
di Ohio pada tahun 2006, menggunakan talentanya di tempat di Mumbai
sebagai tenaga magang penuh waktu bersama kantor lapangan IJM.
Sebelumya bekerja sebagai asisten pengacara di suatu firma hukum imigrasi,
Jamie pertama kali terlibat dengan pekerjaan keadilan Crossroads di tim
komunikasi. Kini ia menggunakan keterampilan administrasi, organisasional,
dan menulis atas nama tim relasi komunitas di IJM-Mumbai. Ia menolong
menuliskan suatu kurikulum bagi gereja-gereja lokal untuk menolong
pendeta-pendeta mendidik anggota-anggotanya tentang ketidakadilan. Ia
juga membantu implementasi tiga konferensi pendidikan bagi para pemimpin
gereja di India, yang difokuskan pada mendidik mereka tentang bagaimana
melibatkan anggota-anggota jemaatnya secara efektif.44
David Masys, seorang salesman perusahaan yang “kepribadian,
pembawaan, dan perangkat keterampilannya” membuatnya menjadi
seorang komunikator efektif yang bisa dengan cepat membangun
hubungan dengan beragam orang, melayani dengan memimpin tim
komunikasi.45 Salah satu dari proyek-proyeknya yang terbaru adalah
kunjungan ke Mumbai dan menyelenggarakan suatu retret yang
menyenangkan, santai, dan bermakna bagi para staf lapangan IJM.
“Biasanya para staf administrasi [lokal] harus menangani segala detail
retret,” papar Don Gerred, mantan kepala IJM-Kolkata. “Kali ini mereka
tidak harus bekerja. Mereka mampu beristirahat, dan itu penting sekali.
Orang-orang di kantor ini perlu bisa melepaskan ketegangan.”46

isi 264 7/16/13 7:02 PM


265

Linda Averbeck, seorang pengacara pajak yang memimpin


ember riset, memiliki sekitar tiga puluh lima anggota Crossroads dari
berbagai variasi profesi yang bisa digunakannya (konselor-konselor,
pengacara-pengacara, pemimpin bisnis, pekerja sosial, dan seorang
jaksa). Tim itu telah menulis suatu manual bagi para pemimpin dari
perjalanan-perjalanan jangka pendek ke India di masa depan. Sekarang
mereka sedang merenungkan tentang suatu proyek lokal yang baru.
“Banyak orang di gereja ingin bekerja di [masalah] perdagangan lokal
karena mereka tahu itu terjadi di sini di Cincinnati seperti juga terjadi di
mana-mana,” kata Linda.
Badan-badan nirlaba seperti End Slavery Cincinnati sudah
melakukan pekerjaan penting untuk mendidik para petugas kepolisian
dan para responder pertama (seperti tenaga paramedis dan staf-staf
ruang gawat darurat rumahsakit) tentang isu-isu itu. Sehingga, anggota-
anggota tim Linda melihat suatu peran potensial bagi Crossroads untuk
“berfokus pada orang-orang yang rentan jadi korban perdagangan
manusia,” ujarnya. Ide untuk bermitra dengan badan-badan nirlaba
yang bekerja dengan individu-individu, seperti para imigran dan orang-
orang yang melarikan diri, untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko
dan mungkin melakukan pendidikan pencegahan kepada mereka yang
potensial jadi korban.48
Upaya-upaya mobilisasi orang-orang awam dalam tim keadilan
makin terasah dan diperkuat sekarang ini dengan tambahan seorang
insinyur yang bertalenta, Roberta Teran, yang menyediakan kepemimpinan
dan sejumlah besar waktu untuk menyelia keempat ember. Dalam
pekerjaannya sehari-hari, Roberta mengelola logistik dan proyek-proyek
global bagi Procter and Gamble. Keterlibatannya dengan pekerjaan
keadilan di Crossroads dimulai tiga tahun yang lalu saat ia memimpin
perjalanan tim pertama gereja ke Mumbai. Keterampilan manajemen dan
pengalaman internasionalnya sangat cocok dengan peran ini, di mana ia
mengoordinasi orang-orang dan jadwal dan mengatasi masalah-masalah.
Di bawah kepemimpinan Roberta, Crossroads menetapkan
suatu jalan yang jelas untuk keterlibatan anggota-anggota jemaat yang
ingin bergabung dengan pekerjaan keadilan. Tim komunikasi kini telah
merancang pertemuan-pertemuan dan rapat-rapat singkat yang sifatnya
informasional bagi para anggota jemaat yang ingin mempelajari hal-hal
dasar tentang pekerjaan gereja di India. Di website Crossroads, pihak-
hak yang tertarik bisa memperoleh informasi tentang pekerjaan dan
keempat ember, juga mengisi suatu inventaris keterampilan. Suatu

isi 265 7/16/13 7:02 PM


266

lembar kerja yang mendokumentasikan keterampilan-keterampilan dari


masing-masing relawan potensial kemudian dihasilkan.
Roberta setuju bahwa penatalayanan vokasi adalah suatu
strategi penting untuk menggunakan kumpulan talenta yang ada di
Crossroads secara efektif dan mencapai tujuan tim keadilan:

Kami melacak orang berdasarkan apa yang mereka katakan sebagai


keterampilan unik mereka. Jadi, misalnya, jika seseorang berkata,
“Saya seorang perawat,” kami akan berkata, “Oke, kami ingin melakukan
suatu perjalanan [tim kecil] ke India, dan kami ingin perjalanan itu
berbasis medis.” Contoh [lain] misalnya, kami ingin melakukan suatu
kelas terapi seni bagi para gadis di India, atau suatu kelas nutrisi.
Kami akan memeriksa lembar kerja itu dan melihat siapa yang tertarik
dalam hal itu. 49

Pada bulan Februari 2010, tim keadilan mengirimkan suatu tim


“SWAT” ke Mumbai. “Itu mencakup serangkaian lokakarya [di rumah-
rumah penanganan],” Ujar Roberta. “Salah satunya mencakup kesehatan
dan kebersihan. Beberapa orang [di] tim kerja itu memiliki pengalaman
dalam perawatan kesehatan; salah satunya adalah seorang perawat.”
Crossroads memiliki pengalaman yang bagus dengan perjalanan-
perjalanan SWAT, yang mengumpulkan sejumlah kecil profesional dari
pekerjaan yang sama bagi suatu perjalanan ke luar negeri jangka pendek
untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Pada suatu titik, Crossroads mengirimkan tim-tim besar dari
berbagai pekerjaan ke Mamelodi, Afrika Selatan. Tetapi kemudian
direktur misi Afrika Selatan Rob Seddon melihat bahwa gereja akan
mencapai lebih banyak hal dengan merekrut orang-orang menurut
talenta-talenta profesionalnya dan menggunakan mereka dalam
kelompok-kelompok yang lebih kecil. Gereja mulai mengirimkan tim-tim
musisi untuk bekerja dengan anak-anak sekolah; tim-tim ahli bisnis untuk
menolong memberikan pelatihan kerja bagi orang-orang Afrika serta
memulai kewirausahaan; dan tim-tim pendidik untuk mendampingi para
guru Afrika di Mamelodi.50 Tim keadilan gereja telah meniru pendekatan
ini dan berencana menggunakan lebih banyak tim-tim SWAT seperti
ini di masa depan. Yang berada di antrian berikutnya adalah suatu
perjalanan jangka pendek bagi para petugas kepolisian dari Crossroads.
Tujuannya adalah mencocokkan tim ini dengan para penyelidik IJM di
dalam negeri untuk berbagi ide-ide dan praktek-praktek terbaik melalui
sesi-sesi pelatihan.

isi 266 7/16/13 7:02 PM


267

Akan ada suatu fokus berkelanjutan untuk meletakkan anggota-


anggota jemaat individual ke dalam peran-peran yang paling cocok
dengan keahlian mereka, ujar Roberta. Misalnya, salah satu relawan
keadilan Crossroads terindikasi dalam penilaian keterampilannya bahwa
ia bagus dalam hal pemasaran. Jadi perempuan ini dipertemukan
dengan I-Sanctuary, suatu badan nirlaba yang bermitra dengan rumah-
rumah penanganan pemulihan di Mumbai untuk menjual perhiasan
yang dibuat oleh para gadis yang diselamatkan. Dalam contoh lain,
seorang perempuan dari Crossroads bertanya kepada Roberta, “Saya
seorang administrator di tempat kerja dan saya menyukainya. Bisakah
saya menjadi seorang administrator untuk sejumlah pekerjaan dengan
[tim] keadilan?” Memang ada kebutuhan untuk hal itu—dan relawan ini
telah menghilangkan sejumlah besar beban tulis menulis bagi Roberta
dan dari Don Gerred.
“Kami baru saja menemukan bagaimana cara melibatkan orang
dengan pekerjaan-pekerjaan yang bermakna dan akuntabilitas, untuk
bisa merasakan bahwa mereka melakukan sesuatu yang bernilai,” ujar
Roberta. “Bagi saya, intinya [ada] di sekitar membuat orang terhubung
dengan keterampilan mereka kepada [pelayanan] keadilan untuk
memampukan visi keseluruhan.”

PELAJARAN DARI SOUTHWOOD DAN CROSSROADS


Walaupun tak satupun pemimpin dari Southwood dan Crossroads pernah
mengklaim sudah menemukan segalanya, dan walaupun perjalanan misi
kedua gereja ini masih muda, kisah-kisah mereka penuh pengajaran
selain memberi inspirasi. Marilah melihat beberapa pelajaran yang telah
mereka dapatkan.
Pertama, para pemimpin dari kedua gereja mengenali
pentingnya berkhotbah dan memimpin dengan suatu penekanan tentang
kerajaan Allah—tentang fokus misi eksternal gereja dalam komunitas dan
dunia. Pendeta pemimpin Crossroads, Brian Tome, berkata,

Saya memandang pengalaman akhir minggu dan pengajaran bukan


hanya sebagai penyebaran pengetahuan tetapi benar-benar sebagai
suatu teriakan apa adanya untuk bergabung. ... Jadi ini adalah suatu
perubahan besar dari masuk ke suatu model kelas, atau masuk ke dalam
model penampilan di panggung, atau masuk ke dalam suatu model
“Shekinah-glory-room” atau apapun. Saya memandangnya bagaikan
orang masuk ke suatu ruang ganti pakaian di mana mereka seharusnya

isi 267 7/16/13 7:02 PM


268

mengingat kembali apa misi mereka dan memiliki suatu energi saat
kembali keluar.

Mantan pendeta Southwood, Mike Honeycutt, berkata, “Saat


kami membawa inisiatif perubahan spesifik kepada jemaat, kami
mengakarkan mereka dalam visi menyeluruh untuk menjadi suatu gereja
yang misional. Kami juga mencoba menyatakan visi itu dalam suatu cara
yang mudah dipahami dan sulit dilupakan.” Ia muncul dengan suatu kalimat
yang sederhana dan pendek untuk menggambarkan denyut jantung visi
gereja itu: “pemuridan yang mengarah ke luar” atau “pemuridan yang
mengarah ke dunia.” Ia berkata, “Pernyataan itu mengakibatkan dua hal:
merespon kekuatiran jemaat bahwa kami mengabaikan panggilan untuk
membangun tubuh Kristus, dan menjaga agar kami tetap bergerak ke
arah yang tepat—ke luar.”51
Pelajaran kedua dari gereja-gereja ini adalah bahwa suatu
strategi yang terbatas dan mendalam masuk akal bukan hanya karena
hal itu lebih efektif dalam hal hasil-hasil yang terlihat bagi orang-orang atau
komunitas-komunitas yang dilayani; hal itu juga membuat kemajuannya
lebih terlihat. Dan hal itu berkontribusi untuk menjaga motivasi jemaat
terus menerus. Tome menjelaskan bahwa saat Anda meletakkan semua
telur Anda dalam hanya sedikit keranjang, efeknya lebih dalam: “Apa
yang terjadi adalah Anda benar-benar mulai memperoleh kemenangan-
kemenangan, dan gereja Anda menjadi bergairah karena mereka
bisa melihat perubahan-perubahan nyata yang terjadi.” Honeycutt
menyetujuinya: “Salah satu hal hebat tentang keterlibatan kami adalah
bahwa kami bisa melihat transformasi secara nyata sedang terjadi.”52
Ketiga, kisah-kisah dari gereja-gereja ini mengungkapkan
bahwa keberhasilan menuntut komitmen finansial yang signifikan. Untuk
memobilisasi komitmen seperti itu, dituntut kepemimpinan yang disengaja
dan khotbah yang terarah. Mantan direktur keadilan Crossroads Andrew
Peters menjelaskan bagaimana jemaat mengumpulkan lebih dari
200.000 dolar untuk investasi dalam penanganan pemulihan:

Di sini kami melakukan suatu serial yang disebut Consumed, dan isinya
adalah tentang membebaskan diri dari materialisme. Seperti bagaimana
cara berpikir konsumen Barat mempengaruhi cara Anda menghabiskan
uang Anda? Jadi ini adalah suatu serial selama enam minggu, sangat intens,
dan pada dasarnya dari sana kami melihat suatu [hasil] yang luarbiasa—
orang-orang baru saja mengalami kemerdekaan dalam memberi secara
finansial pada bulan Februari ’08 dalam cara yang mengagumkan.53

isi 268 7/16/13 7:02 PM


269

Di Southwood, Honeycutt dan lainnya harus bersikap berani


dan jujur tentang biaya-biaya yang dibutuhkan untuk pembaharuan
urban dan perintisan gereja di Lincoln Village. Southwood membayar
gaji Mark dan gaji Pendeta Alex Shipman di The Village Church. Gereja
itu juga menyediakan empat ribu dolar per bulan kepada Lincoln Village
Ministry dan baru-baru ini memberikan janji iman sebesar dua puluh ribu
dolar untuk mengaspal tempat parkir di The Village Church. “Kami tidak
memperoleh banyak tentangan” dalam keuangan, Honeycutt mengingat
dengan penuh syukur. Walaupun demikian, situasinya tertolong oleh
beberapa faktor unik: beberapa individu dari Southwood dan lainnya
dari komunitas Huntsville memberikan sumbangan yang sangat besar,
dan gereja-gereja lain bergabung untuk menyediakan dana dan relawan-
relawan bagi Lincoln Village Ministry.
Pelajaran keempat yang diperoleh adalah, walaupun kedua
gereja secara kuat menegaskan nilai dari memobilisasi jemaat menurut
perangkat keterampilannya, mereka tidak melihat penatalayanan vokasi
sebagai metode eksklusif mereka untuk memobilisasi kaum awam. Ada
suatu panggilan bagi setiap orang untuk melayani, bagi semua untuk
bertanggungjawab. Dan ada banyak kesempatan untuk melayani yang
tidak menuntut pelatihan profesional khusus atau pengalaman. Pendeknya,
ada tempat bagi semua orang, bukan hanya para profesional kerah putih
saja. Seperti yang dijelaskan oleh Dale Bowen dari LVPC, “Saat Mark
melemparkan suatu visi [di Southwood], ia memberitahu mereka ada suatu
area pekerjaan bagi setiap pribadi. Orang merasa mereka memiliki sesuatu
untuk disumbangkan [bahkan] jika mereka bukan seorang dokter atau
seorang dokter gigi. Pelayanan itu diletakkan di sana bagi semua orang,
dengan kesadaran bahwa di sana ada sesuatu bagi semua orang.”54 Tome
dari Crossroads menekankan bahwa tugas pertama dalam mobilisasi
kaum awam hanyalah memperoleh segala jenis keterlibatan. Ia percaya
bahwa melayani berdasarkan karunia khusus yang dimiliki seseorang lalu
bisa terungkap dengan berjalannya waktu:

Di garis depan, hal terpenting adalah bergabung dalam permainan yang


ada. ... [Anggota-anggota gereja] perlu masuk saja ke dalam permainan
dalam posisi mana pun atau apapun yang bisa memajukan kerajaan Allah.
Lalu dengan berjalannya waktu, kita mempercayai bisikan Roh Kudus
[bahwa] mereka akan menyempurnakan diri mereka sendiri dan masuk
ke suatu tempat yang lebih sesuai dengan bagaimana Allah menciptakan
mereka. Tetapi yang paling penting adalah membuat orang terlibat.

isi 269 7/16/13 7:02 PM


270

Terakhir, jalan ini, terutama seperti yang diekspresikan dalam


pelayanan yang bertarget komunitas, menuntut suatu cara berpikir
timbal balik. Saat suatu gereja yang jemaatnya sebagian besar dari kelas
menengah dan atas, banyak dari mereka adalah para profesional kerah
putih, terlibat dalam suatu lingkungan pemukiman yang berpenghasilan
rendah, resiko mengguruinya tinggi. Para pemimpin gereja harus bekerja
keras untuk menolong kaum awam mereka yang sangat bertalenta untuk
melihat kemiskinan dan kebutuhan mereka sendiri. Suatu cara yang bagus
untuk melakukannya adalah mengajarkan definisi kemiskinan alkitabiah,
yaitu, “tiadanya shalom dalam segala kepenuhan maknanya.”55 Kemiskinan
bukan hanya material sifatnya; tetapi relasional dan spiritual juga. Dengan
implikasi universal dari Kejatuhan, semua manusia—termasuk mereka
yang tidak miskin secara materi—miskin dalam satu atau dua hal.
Pemahaman ini bisa menolong anggota-anggota jemaat yang
tidak miskin secara ekonomi untuk menghindari menganggap diri mereka
superior. Ini juga bisa menolong anggota-anggota jemaat menemukan
titik-titik kesamaan dengan anggota-anggota komunitas yang dituju. Alan
Judge dari Southwood, seorang pengacara real estat, berkata sebagai
contoh, bahwa para penghuni Lincoln Village tidak berbeda dari orang-
orang kelas menengah di Southwood: “Mereka pantas ditegakkan
martabatnya dengan memiliki kesempatan untuk memiliki suatu rumah”
seperti halnya orang-orang lainnya.56
Kebersamaan pelayanan bukan hanya tentang fakta bahwa
kedua belah pihak memberi dan menerima. Ini juga tentang realitas
bahwa mereka bersama-sama memimpikan dan menciptakan suatu
masa depan yang lebih baik bersama-sama. Keindahan luarbiasa dari
jalan keempat adalah kesempatan bagi komunitas yang dituju atau
orang-orang yang dipengaruhi oleh isu-isu yang dituju bertemu dengan
para pelayaan dari gereja dan membayangkan bersama-sama seperti
apa masa depan bisa terlihat. Lalu, saat Roh Allah bekerja, mereka bisa
bersukaria bersama-sama atas dicicipinya shalom yang dibawa oleh
pekerjaan mereka bersama-sama menjadi suatu realitas.

isi 270 7/16/13 7:02 PM


isi 271 7/16/13 7:02 PM
isi 272 7/16/13 7:02 PM
273

-----------------------------------------------------------------

KESIMPULAN
MEMBUAT KOTA BERIA-RIA
-----------------------------------------------------------------
Klaim dari Alkitab adalah Yesus bukan
hanya datang untuk mengerjakan
proyek-Nya untuk menciptakan ulang
dunia ke dalam shalom; Dia datang untuk
menjadikan kita peserta-peserta dalam pembangunan itu.
Itu adalah bagian dari tujuan intrinsik kedatangan-Nya.
PDT. GREG THOMPSON

K
adangkala kisah-kisah bisa secara bersamaan menginspirasi
dan melumpuhkan. Kita mendengar kisah tentang seseorang—
mungkin seperti orang-orang dalam buku ini—dan berpikir,
Yang mereka lakukan sangat mengagumkan. Saya suka
mendengar tentang semua itu. Tetapi saya kira saya tidak
akan pernah melakukan hal seperti itu.
Mungkin ini adalah reaksi Anda terhadap kisah-kisah yang
diceritakan di sini. Sebagai seorang pemimpin gereja atau anggota
jemaat, mungkin hati Anda agak berdebar-debar saat membaca kisah-
kisah ini—tetapi kemudian keraguan merayap masuk. Anda bertanya-
tanya apakah Anda memiliki energi atau kreativitas, keleluasaan atau

isi 273 7/16/13 7:02 PM


274

keteguhan hati, atau kapasitas atau kompetensi untuk hidup secara


misional melalui pekerjaan Anda (atau memimpin jemaat Anda dalam
melakukanya). Visi penatalayanan vokasi bagi kebaikan bersama ini
menarik, Anda mengakui, tetapi mungkin tidak dapat dicapai. Anda tidak
yakin, sebagai pemimpin gereja, bahwa Anda bisa menggerakkan umat
Anda ke arah itu. Anda tidak yakin, sebagai seorang pekerja, bahwa Anda
bisa meniru jenis-jenis tindakan yang sudah Anda lihat di sini.
Memang benar bahwa, dalam suatu pengertian, individu-individu
dan jemaat-jemaat yang ditunjukkan dalam buku ini luarbiasa. Dalam
suatu konteks di mana begitu banyak individu tidak memiliki visi untuk
secara efektif mengawinkan iman dan pekerjaan mereka, contoh-contoh
dari orang-orang seperti Perry Bigelow dan Daisy Wamiri dan Tom Hill III
layak diperhatikan. Dalam suatu konteks dimana kebanyakan pemimpin
gereja tidak pernah berbicara tentang vokasi, kisah-kisah dari gereja-
gereja seperti Mavuno dan Christ Community dan The Falls Church
memang langka.
Namun, pada saat yang sama, apa yang telah dicapai oleh
individu-individu dan gereja-gereja yang ditampilkan di buku ini tidak
berada di luar jangkauan kemungkinan. Ini adalah orang-orang seperti
Anda; ini adalah jemaat-jemaat seperti Anda. Apa yang telah mereka
kerjakan, Anda bisa melakukannya juga.
Kisah-kisah yang saya ceritakan kepada Anda memang benar,
tetapi keterbatasan waktu membuatnya tidak mungkin memberikan
laporan yang sepenuhnya. Sebagai akibatnya, kisah-kisah pendek saya
beresiko membuat penatalayanan vokasi terdengar sederhana. Dan
karena hal itu bisa mematahkan semangat bagi para pembaca yang
bertanya-tanya, “Mengapa saya selama ini tidak lebih mahir dalam hal
ini?”, ijinkan saya membagikan beberapa rincian tambahan. Ini berfungsi
untuk menunjukkan realitas yang sebenarnya tentang cara perjalanan
penatalayanan vokasi biasanya terbuka. Ini bukan suatu proses
yang mekanis, sederhana, atau langsung. Orang-orang dan gereja-
gereja yang ditampilkan dalam halaman-halaman ini telah bergumul,
mempertanyakan, merasa frustrasi, dan salah melangkah di sepanjang
jalan. Mereka orang-orang biasa seperti Anda dan saya. Mereka tidak
langsung melakukan semua ini dengan mulus.
Memperoleh kejelasan tentang tindakan-tindakan spesifik yang
bisa Anda ambil untuk memajukan kerajaan Allah di dalam dan melalui
profesi Anda membutuhkan waktu—waktu untuk merenung, untuk berdoa,
untuk berkonsultasi, untuk membaca, untuk mempertanyakan, untuk

isi 274 7/16/13 7:02 PM


275

berdebat. Wendy Clark, pemilik bisnis Carpe Diem Cleaning yang masih
muda yang kita jumpai dalam bab sepuluh, memperkirakan bahwa ia
membutuhkan waktu sekitar sepuluh tahun untuk memahami bagaimana
cara memajukan dicicipinya kerajaan Allah melalui bisnisnya. Pada masa-
masa awal, banyak perhatiannya hanya tercurah untuk menjaga agar
perusahaannya tetap hidup. Perry Bigelow (bab dua) tidak membaca visi
indah dalam Zakaria 8 tentang suatu lingkungan pemukiman di mana
anak-anak bermain dengan aman di jalanan sedangkan orang-orang tua
bercakap-cakap di teras rumah mereka pada suatu hari lalu pergi dan
membangun HomeTown Aurora pada hari berikutnya. Wendy dan Perry
membaca banyak buku, pergi ke konferensi-konferensi, mendiskusikan
berbagai hal dengan teman-teman yang mereka percaya.
Tim Schulz (bab tujuh) bercerita bahwa ReVive Industries adalah
suatu mimpi yang telah dipikirkannya selama tiga tahun atau lebih. Selama
waktu yang lebih lama dari itu, ia bergumul dengan bagaimana berbagai
minatnya—tentang daur ulang, tuna wisma, pengangguran, dan seni—
harus atau bisa dipersatukan secara masuk akal. Ia memperdebatkan dan
mendiskusikan hal-hal ini dengan istrinya, anggota-anggota keluarganya,
dan para mentor rohaninya. Kini visinya sudah lebih jelas, tetapi ia baru
saja memulai tahap implementasi. Suatu pertanyaan besar baginya
adalah apakah dan kapan ia harus berhenti dari pekerjaan sehari-harinya
untuk menjalankan ReVive secara penuh waktu.
Menemukan titik pukul vokasi biasanya adalah suatu proses
dengan banyak coba-coba di dalamnya. Eksekutif Coke Bonnie Wurzbacher
(bab sepuluh) tidak mulai sebagai mahasiswa yang mengambil jurusan
bisnis di universitas. Pekerjaan pertamanya juga bukan dalam bisnis.
Ia menghabiskan waktu lima tahun sebagai guru sebelum menyadari
pekerjaan itu tidak cocok dan ia harus berani mencoba sesuatu yang
lain. Margaret Powell (bab tigabelas) sudah rindu selama bertahun-tahun
untuk mengajar anak-anak yang beresiko, tetapi harus menunggu sampai
tanggungjawab membesarkan anak-anaknya sendiri sudah berkurang
sebelum ia bisa mengambil peran seperti yang dimilikinya sebagai
seorang spesialis intervensi. Dan ingatlah bahwa sebelum Tom Hill III
meminjamkan pegawai-pegawai KimRay ke kotanya, ia pernah hampir
kehilangan bisnisnya dan mem-PHK banyak pegawai karena keputusan-
keputusannya sendiri yang kurang bijaksana.
Menyadari berbagai kemungkinan yang ada untuk melayani Allah
melalui keterampilan-keterampilan vokasi kita juga membutuhkan waktu.
Selama beberapa waktu, Derek Simpson, pengacara dari Southwood

isi 275 7/16/13 7:02 PM


276

(bab tigabelas), bisa melihat bagaimana teman-teman dokternya bisa


melayani kerajaan Allah tetapi ia secara pengacara tidak bisa. Lebih
dari itu, kadangkala penatalayanan vokasi mengambil bentuk yang di
luar perkiraan. Misalnya, Val Shean (bab satu) tidak pergi ke Uganda
dengan visi jelas untuk menjadi seorang jurudamai. Ia pergi sebagai
seorang dokter hewan. Ketika berada di sana, Allah mengembangkan
pengaruh dan reputasinya, dan ia harus berstrategi dengan baik tentang
bagaimana cara menggunakan dimensi-dimensi dalam daya vokasinya
itu dengan cara terbaik.
Semua individu yang kisah-kisahnya saya ceritakan pada
akhirnya menemukan titik pukul vokasinya dan telah mengalami
sukacita yang besar dalam menggunakan talenta-talenta mereka
untuk memajukan kerajaan Allah. Namun, tidak satupun dari mereka
yang berpikir bahwa mereka sudah menguasai segala sesuatu tentang
penatalayanan vokasi. Bagi sebagian besar dari mereka, perjalanan
sampai ke tempat mereka sekarang, dengan apa yang mereka lakukan
sekarang, membutuhkan banyak usaha, kesengajaan, dan ketekunan.
Caranya tidak selalu linier.
Demikian pula, gereja-gereja yang disebutkan dalam buku ini
juga mengalami hambatan-hambatan di sepanjang jalan. Mereka tidak
sempurna. Mereka memiliki pergumulan-pergumulan mereka sendiri
seperti halnya jemaat-jemaat lainnya. Mavuno Church (bab duabelas)
bergumul dengan bagaimana mendukung semua pemimpin inisiatif
garis depannya saat kelompok-kelompok itu berkembang. Sebagai suatu
jemaat yang masih muda dan berkembang dengan cepat, gereja ini
juga kadang-kadang kekurangan pemimpin yang matang bagi semua
kelompok kecil Mizizinya.
Duke Kwon dari Grace DC (bab sepuluh) bercerita bahwa
walaupun kelompok-kelompok kecil mereka yang berorientasi vokasi
berkembang baik selama setahun, dan beberapa di antaranya masih
terus mengadakan pertemuan, lainnya sudah berakhir. Gereja kecil ini
menekankan keterlibatan dalam Community Groups (istilah mereka
bagi persekutuan rumahan mingguan), dan beberapa anggota jemaat
tidak bisa berkomitmen untuk keanggotaan secara simultan kepada
kelompok-kelompok itu dan suatu kelompok vokasi. Sebagai akibatnya,
sekarang ini Grace DC mencoba memikirkan bagaimana cara menyuntik
Community Group dengan lebih banyak penekanan akan vokasi dan
bagaimana menyediakan dukungan lebih jauh kepada anggota-anggota
untuk mengawinkan iman dan pekerjaan dengan efektif.

isi 276 7/16/13 7:02 PM


277

Crossroads (bab tigabelas) tidak merencanakan adanya


perubahan dari komitmennya kepada strategi pelayanan yang terbatas
dan mendalam, tetapi menemukan banyak saluran pelayanan untuk
memenuhi tuntutan dari ribuan anggotanya adalah suatu tantangan.
Sementara itu, para pemimpin di Southwood (bab tigabelas) menghadapi
masalah yang berbeda: sejumlah antusiasme awal untuk Lincoln Village
Ministries telah teredam dengan berjalannya waktu sehingga pelayanan
perkotaan ini bukan lagi “hal baru yang mengkilap” di gereja itu.

ALLAH MENYEDIAKAN PALU KITA


Mengejar perjalanan penatalayanan vokasi sebagai suatu gereja
bukanlah “tiga langkah mudah dan Anda selesai.” Ini adalah suatu proses
yang terus berkembang yang terlihat berbeda pada waktu-waktu dan
konteks-konteks yang berbeda. Dan ini bukan baju satu ukuran untuk
semua orang. Musa menikmati panggilan yang sangat jelas dari Allah
(tidak banyak dari kita yang memperoleh pengalaman semak belukar
menyala!). Tetapi ia juga harus mengalami suatu masa persiapan yang
panjang untuk pekerjaannya. Bahkan saat ia beerada dalam titik pukul
vokasinya, segalanya tidak mudah. Selain oposisi dari luar, ia menghadapi
masalah dari anggota-anggota timnya sendiri. Atau coba pikirkan Yusuf.
Ia membutuhkan waktu lama untuk mengembangkan karakter yang
matang yang dibutuhkan untuk mengelola karunia-karunia dan daya yang
telah diberikan kepadanya. Kadangkala ia menikmati suatu konteks di
mana ia bisa benar-benar mekar (pikirkan pengaruh dan mimbar yang
dimilikinya sebagai raja muda di Mesir) sedangkan di waktu lainnya
lingkungannya lebih terbatas (seperti saat ia dipenjarakan).
Tidak peduli bagaimana musim atau konteks tertentu yang kita
alami, yang bisa kita benar-benar yakini adalah janji Allah untuk menolong
kita dalam perjalanan yang berantakan ini. Bagaimana pun, Dialah yang
memanggil kita ke dalamnya. Dialah yang mengeluarkan undangan
yang mendebarkan untuk bergabung dengan-Nya dalam misi-Nya untuk
memulihkan segala sesuatu. Dialah yang telah mempersiapkan pekerjaan
baik terlebih dahulu untuk kita jalani dan yang telah menciptakan kita
dengan tangan-Nya sendiri untuk itu (Ef 2:10).
Pendeta saya, Greg Thompson, menceritakan suatu kisah
tentang ayahnya, Bruce, seorang tukang kayu dan reparasi yang berbakat.
Rutinitas favorit Bruce di hari Sabtu adalah suatu pagi yang dihabiskan
untuk melakukan sejumlah proyek perbaikan rumah, diikuti oleh menonton

isi 277 7/16/13 7:02 PM


278

olahraga kampus di televisi di siang hari. Walaupun saudara-saudara


lelaki Greg menghabiskan hari-hari Sabtu bermain futbol, ia sendiri suka
tinggal di rumah dan “membantu” ayahnya mengerjakan proyek-proyek.
Sekarang setelah ia sendiri menjadi seorang ayah, Greg mengenali
pengorbanan yang dibuat ayahnya untuk membawanya ke dalam proyek-
proyek hari Sabtu pagi itu. Selama bertahun-tahun, Greg dan ayahnya
memperbaiki banyak hal bersama-sama.
Pada suatu pagi, Greg memperhatikan tergeletak di samping
palu ayahnya—yang memiliki inisial BT terukir pada pegangannya—ada
palu yang lain. Saat Greg melihatnya dengan lebih seksama, ada inisial
GT—untuk Greg Thompson. “Palu itu adalah suatu undangan, dan
adalah penegasan bahwa partisipasi saya dalam pekerjaannya bukan
hanya ditoleransi, tetapi diinginkan, dan bukan hanya diinginkan, tetapi
diperkirakan, dan bukan hanya diperkirakan, tetapi disediakan.”1
Dan itu, Greg meyakinkan kita, adalah apa yang Yesus lakukan
bagi kita.
Dalam semua lingkup tempat kerja kita—pendidikan, bisnis,
pemerintahan, media, hukum, seni, dan lainnya—kita adalah agen-agen
pemulihan. Nah, itu adalah jabatan yang memabukkan! Pendapat doktrin
Kristen sangat berani: pekerjaan yang kita lakukan penting dan bertahan
lama. Dalam zaman komik Dilbert dan The Office, yang menyatakan
bahwa segala sesuatu tentang pekerjaan modern adalah kesia-siaan
dan kekonyolan, ini adalah klaim-klaim yang mengherankan.2 Kita
bahkan mungkin tergoda untuk berpikir bahwa semua itu hanyalah suatu
khayalan—kecuali bahwa, seperti yang telah kita lihat, orang-orang yang
nyata di gereja-gereja yang nyata menjalaninya. Tidak secara sempurna,
dan bukan tanpa pergumulan, tentu saja. Tetapi mereka membuat
kemajuan-kemajuan dalam perjalanan penatalayanan vokasi karena
Allah telah menyediakan palu bagi mereka. Dia memanggil mereka ke
dalam pekerjaan-Nya dan menyediakan berbagai hal bagi mereka untuk
menjalankannya. Dia akan melakukan hal yang sama bagi Anda dan saya.

MEMBANGUN KEMBALI TEMBOK-TEMBOK, MEMBUAT KOTA BERSUKARIA


Kitab Nehemia menceritakan kisah umat Allah bekerja sama untuk
membangun tembok-tembok kota di sekeliling Yerusalem. Para penduduk
kota mudah diserang oleh para musuh dan binatang-binatang liar. Pada
zaman kuno, kota yang tidak memiliki tembok pelindung di sekitarnya
adalah tempat yang penuh keputusasaan. Tahu betapa buruknya kualitas

isi 278 7/16/13 7:02 PM


279

hidup di tempat seperti itu, Nehemia menangis sedih saat seorang rekan
sebangsanya dari Yerusalem mengunjungi Babel dan memberitahunya
kondisi di kampung halaman (Neh 1:4). Nehemia begitu tergerak oleh
erangan penduduk Yerusalem sehingga ia bertekad mengambil tindakan.
Allah membuatnya disukai oleh majikannya di Babel, dan Nehemia pergi
ke Yerusalem. Di sana ia memobilisasi orang banyak dan menginspirasi
mereka untuk bekerja sama dengan tekun untuk membangun kembali
tembok-tembok kota dan pintu-pintu gerbangnya.
Nehemia 3 kadangkala dilewatkan, karena membacanya terasa
agak seperti perikop-perikop “memperanakkan”—urutan-urutan silsilah
yang membosankan dalam Perjanjian Lama. ini adalah daftar dari semua
orang yang bekerja membangun tembok dan di bagian mana mereka
bekerja. Bagian ini bahkan menceritakan pekerjaan-pekerjaan mereka
biasanya. Beberapa dari orang-orang yang membangun tembok ini
adalah para imam; lainnya adalah pejabat-pejabat publik. Beberapa
adalah pembuat wewangian, salah satunya adalah penjaga keamanan,
beberapa adalah tukang emas, dan beberapa adalah pedagang.
Semua orang memiliki bagian untuk dimainkan. Mereka
bekerja di bagian yang berbeda-beda tembok itu dan mereka membawa
ke dalam pekerjaan itu talenta mereka masing-masing. Bersama-sama
mereka menggunakan karunia-karunia mereka untuk mewujudkan
kebaikan bersama.
Pendeta Scott Seaton dari Emmanuel Church di Arlington,
Virginia, memperhatikan bahwa penatalayanan vokasi mirip sekali
dengan hal ini. Ia menjelaskan bahwa tanpa adanya tembok kota yang
kokoh, Yerusalem bukanlah suatu tempat shalom. “Tembok-tembok
dan pintu-pintu gerbang menolong menciptakan suatu lingkungan yang
aman bagi suatu komunitas yang makmur,” ujarnya, “bukan hanya
secara ekonomi, tetapi juga secara sosial, pendidikan, dan rohani.”3
Lebih dari itu, kata-kata bahasa Ibrani yang digunakan dalam Nehemia
1 mengindikasikan bahwa rakyat Yerusalem merasa malu akan kota
dan situasi mereka. Sekarang ini kita tidak memiliki tembok-tembok
fisik di sekeliling komunitas kita. Sebaliknya, fitur-fitur lain menyediakan
kekuatan dan identitas: sistem ekonomi kita, sekolah-sekolah kita, seni
dan sektor-sektor nirlaba, struktur pemerintahan kita, lingkungan kita,
media, sistem hukum, sistem perawatan kesehatan, dan sejenisnya.
Masing-masing sektor ini bagaikan suatu bagian dari tembok kota, dan
semuanya harus kuat dan berkembang subur jika kita ingin menikmati
rasanya shalom.

isi 279 7/16/13 7:02 PM


280

Kitab Nehemia memperjelas bahwa pekerjaan membangun


kembali tembok kota tidak mudah. Para pekerjanya menghadapi
ancaman-ancaman dari para musuh yang menentang proyek itu. Dan
pekerjaan itu sendiri sangat melelahkan; bagaimana pun, tembok kota itu
sudah menjadi puing-puing selama 141 tahun! Tetapi Nehemia adalah
seorang pemimpin yang sangat bijak. Ia membiarkan orang mengerjakan
bagian-bagian pekerjaan yang paling membuat mereka bergairah. Ini juga,
sangat mirip dengan penatalayanan vokasi. Kita paling bisa bertekun jika
pekerjaan kita difokuskan pada apa yang kita kerjakan dengan baik dan
nikmati, dan saat kita menemukan tempat di tembok yang sesuai dengan
minat-minat dan karunia-karunia yang Allah tempatkan di dalam diri kita.
Kitab Nehemia juga mengungkapkan sukacita besar yang
timbul dari berpartisipasi dalam membangun kembali tembok kota. Saat
pekerjaan itu diselesaikan, orang-orang berkumpul bersama-sama untuk
merayakannya. Secara individu mereka bisa bersukaria dalam peran
yang telah mereka mainkan. Secara bersama-sama, mereka menari
dengan gembira dalam rasa aman yang baru mereka temukan kembali.
Rasa shalom menerobos ke dalam kota, dan responsnya adalah suatu
pesta besar.
Penatalayanan vokasi yang menghasilkan tranformasi komunitas
membawa sukacita seperti itu.
Kadangkala sukacita itu pada awalnya adalah suatu pengalaman
internal yang diam-diam. Orang-orang percaya yang berpartisipasi dengan
sengaja, penuh pertimbangan, secara strategis, dan secara kreatif dalam
missio Dei melalui pekerjaan mereka sehari-hari merasakan Allah secara
lebih mendalam. Mereka belajar lebih banyak tentang karakter-Nya saat
mereka berpartisipasi bersama-Nya dalam hal-hal yang membuat-Nya
bergairah. Kehidupan kerja mereka memperoleh makna dan tujuan
yang lebih mendalam. Mereka menyadari bahwa Allah mencapai
pekerjaan “menata ciptaan’-Nya melalui mereka. Yaitu, mereka mampu
melihat nilai-nilai intrinsik dari pertanian mereka atau pekerjaan mereka
sebagai pengacara atau seni mereka atau pengelolaan atau pengajaran
mereka. Melalui profesi-profesi seperti itu, mereka menyadari bahwa
Allah melakukan pekerjaan-Nya—melalui mereka!—untuk menyediakan,
menjaga keberlangsungan, dan mengatur dunia milik-Nya.
Orang-orang percaya yang menganggap serius penatalayanan
vokasi juga melihat kebergantungan mereka pada Roh Kudus menjadi
lebih otentik, lebih sebagai praktek sehari-hari. Mereka sangat bersandar
pada doa, mencari hikmat sorgawi untuk membuat keputusan-keputusan.

isi 280 7/16/13 7:02 PM


281

Mereka mempersembahkan hari-hari kerja mereka, hari demi hari,


sebagai ibadah kepada Allah. Mereka mencari cara-cara baru untuk
melayani sesama mereka dekat dan jauh melalui pekerjaan mereka.
Bersamaan dengan itu, mereka mulai merasa seolah-olah mereka telah
berhenti untuk hanya menjadi penonton dan telah menjadi pemain-pemain
aktif dalam pekerjaan yang Yesus Sang Raja lakukan untuk menahan
kutukan dan mendorong masuk kerajaan Allah yang penuh shalom. Dan
semua ini membawa sukacita.
Saat kita mengambil tempat kita sebagai agen-agen pemulihan,
kita juga menjadi instrumen-instrumen yang melaluinya sesama kita lebih
merasakan kebaikan Allah. Saat kita dengan setia melakukan pekerjaan
kita pada bagian-bagian “tembok” di mana kita telah dipanggil, kita
memajukan kebaikan bersama. Tergantung dari keadaan yang kita miliki,
upaya-upaya kita untuk mengelola daya-daya vokasi kita bisa menyebabkan
transformasi pada berbagai level—di level individu, di dalam organisasi-
organisasi lokal atau lingkungan, atau di seluruh institusi dan berbagai
sektor masyarakat.
Kadangkala mereka yang kita layani melalui penatalayanan
vokasi kita adalah bagian dari persekutuan kita sendiri. Musisi Craig
Pitman (bab tujuh), misalnya, adalah seorang tsaddiq yang membawa
dicicipinya penyembuhan kepada anggota jemaat yang sedang berduka.
Desainer grafis/iluminator Jessie Nilo (bab satu) adalah seorang
tsaddiq bagi orang-orang percaya yang membutuhkan suatu rasa akan
keindahan Allah yang lebih dalam dan lebih kaya.
Kadangkala mereka yang kita layani adalah bagian dari tempat
kerja kita sendiri. Agen asuransi Bruce Copeland (bab dua) adalah
seorang tsaddiq bagi para pegawai perempuan dalam perusahaannya
pada suatu masa di mana ada diskriminasi secara institusional, membuat
mereka merasakan segarnya keadilan. Pebisnis perempuan Wendy
Clark (bab tujuh) adalah seorang tsaddiq bagi pegawai-pegawainya
sendiri yang membutuhkan belas kasihan saat mereka bergumul untuk
menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga.
Pada saat-saat lain kita melayani mereka yang berada dalam
kota kita. Pendidik Margaret Powell (bab tigabelas) telah menjadi
seorang tsaddiq bagi anak-anak Lincoln Village yang perlu melihat bahwa
keberhasilan sekolah bisa dicapai. Pekebun Mark dan Courtney Williams
(bab satu) adalah para tsaddiqim, membuat remaja-remaja Pittsburgh
dari lingkungan pemukiman tengah kota yang berkesusahan mencicipi
harapan. Pemilik bisnis Tom dan Beth Phillips di Memphis (bab satu)

isi 281 7/16/13 7:02 PM


282

adalah para tsaddiqim, memberikan kesempatan-kesempatan ekonomi


bagi sejumlah warganegara Amerika yang paling miskin. Walikota Don
De Graff (bab satu) adalah seorang tsaddiq, membuat komunitasnya
yang terdiri dari berbagai ras mencicipi kesatuan yang lebih besar.
Kadangkala kita akan membawa dicicipinya shalom kepada
sesama nun jauh di sana. Ahli kimia kertas Dan Blevins (bab sepuluh)
telah menjadi seorang tsaddiq. Dengan berkontribusi kepada suatu
upaya keberlangsungan hidup baru bagi penduduk liar di Manila
melalui pekerjaannya dengan Village Handcrafters, ia telah menolong
mempercepat sukacita mereka. Pengacara Matthew Price (bab satu)
telah menjadi tsaddiq bagi para napi yang ditahan secara ilegal di Uganda,
yang melalui upaya-upayanya telah merasakan kebebasan. Fotografer
Ken Oloo (bab duabelas) adalah seorang tsaddiq bagi para remaja
di Kibera, membuat mereka mencicipi kecukupan ekonomi. Bonnie
Wurzbacher (bab sepuluh) adalah seorang tsaddiq yang pekerjaannya
di Coke menolong perusahaan internasional itu membawa pekerjaan-
pekerjaan dan perkembangan ekonomi kepada komunitas-komunitas di
seluruh negara-negara berkembang.
Dan kadangkala pekerjaan kita bisa berkontribusi untuk
reformasi dalam sektor-sektor vokasi tertentu kita. Teladan Perry
Bigelow dan pembelaannya bagi metodologi pengembangan suburban
secara tidak konvensional berkontribusi terhadap perubahan
dalam cara berlangsungnya pembangunan rumah di Illinois. Melalui
pengajarannya di Harvard University dan rumah modelnya di Colorado,
desainer interior Cynthia Leibrock (bab enam) adalah seorang tsaddiq
yang mempromosikan nilai aksesibilitas dalam bidangnya, mendorong
para desainer untuk mengadopsi strategi-strategi menua-di-tempat-
yang tepat. Melalui pekerjaannya di Act One, penulis naskah panggung
Barbara Nicolosi (bab satu) mencoba menanami Hollywood dengan
artis-artis yang membawa suatu teologia Kejatuhan dan penebusan
yang mendalam dalam film-film mereka.
Melalui upaya-upaya mereka untuk memuridkan orang-orang
percaya yang akan menerapkan talenta-talenta vokasi mereka dalam
sektor-sektor media, pemerintahan, pendidikan, perawatan kesehatan,
dan bisnis, para pemimpin Mavuno Church mencoba memperbaiki
bagian-bagian dari “tembok-tembok kota” di Nairobi. Sementara itu,
Southwood Presbyterian dan jemaat-jemaat yang bermitra dengannya
mencoba melakukan hal yang sama dalam skala yang lebih kecil, dalam
suatu lingkungan yang perlu lebih merasakan shalom besar.

isi 282 7/16/13 7:02 PM


283

Sekarang ini banyak orang dalam dunia kita mengerang, karena


“tembok-tembok kota” berada dalam keadaan bobrok. Tetangga kita
dekat dan jauh lapar merasakan pengalaman-pengalaman yang lebih
banyak akan rekonsiliasi, keindahan, kesehatan, kedamaian, keadilan,
dan cicipan kerajaan Allah dalam bentuk-bentuk lain. Dunia yang rusak
ini menantikan diungkapkannya orang-orang percaya yang hidup sebagai
para tsaddiqim, menggunakan talenta-talenta mereka untuk membuat
kota bersukaria. Yesus Sang Raja telah menyiapkan banyak palu—
bertuliskan nama-nama umat-Nya. Kini sudah tiba waktunya bagi para
pemimpin gereja untuk membina anggota-anggotanya dan bagi anggota-
anggota itu itu memungut palu dan hidup secara misional di dalam dan
melalui pekerjaan mereka.
Lalu, banyak tarian sukaria akan dimulai.

isi 283 7/16/13 7:02 PM


isi 284 7/16/13 7:02 PM
285

-----------------------------------------------------------------

KATA PENUTUP
-----------------------------------------------------------------
Anda mengucapkan doa syukur
sebelum makan. Tetapi saya mengucapkan
doa syukur sebelum konser dan opera,
dan doa syukur sebelum drama dan pantomim,
dan doa syukur sebelum saya membuka sebuah buku,
dan doa syukur sebelum membuat sketsa, melukis,
berenang, main anggar, bertinju, berjalan, bermain, menari,
dan doa syukur sebelum saya mencelupkan pena ke tinta.
G.K. CHESTERTON

S
aya memiliki seorang teman baik yang adalah seorang
pebisnis, atau mungkin lebih tepat adalah, seorang
wirausahawan. Sejak masa kuliahnya, ia memiliki mata untuk
melihat kesempatan-kesempatan lalu menemukan cara-
cara untuk menggunakan wawasannya. Dengan berjalannya
waktu, ia terlibat dalam berbagai hal, dan secara harafiah tidak
mungkin bagi rata-rata orang untuk menjalani hidup tanpa berinteraksi
dengan pekerjaannya. Kita hidup bersama dan menurut imajinasi
kewirausahaannya; ide-idenya memiliki kaki.
Beberapa tahun yang lalu kami makan siang bersama, dan
ia bertanya kepada saya apakah saya tahu mengapa ia ingin bicara.
Terus terang, saya tidak tahu, walaupun ada kasih dan rasa hormat

isi 285 7/16/13 7:02 PM


286

yang tumbuh di antara kami berkat sejarah bertahun-tahun. Di


meja itu ia berkata kepada saya, “Kamu pikir apa yang saya lakukan
penting. Kamu pikir pekerjaan saya sebagai seorang pebisnis penting.
Bahwa pekerjaan saya itu sendiri penting. Saya sudah berada di
gereja seumur hidup saya, dan telah berada di dalam dan di sekitar
lembaga-lembaga parachurch selama bertahun-tahun, dan tahukah
kamu? Keduanya memandangku dengan cara yang sama. Saat saya
memasuki ruangan rasanya seolah-olah ada buku cek besar yang
berjalan ke dalam. Itulah makna diri saya. Tidak seorang pun peduli
apa yang telah saya lakukan untuk menghasilkan uang.”
Jika kisah teman saya itu terisolasi, satu di antara seribu,
mungkin berbeda. Tetapi sayangnya, pengalamannya adalah
pengalaman dari kebanyakan orang-orang Kristen yang menghabiskan
hidup mereka di tempat-tempat kerja di seluruh dunia, sambil berharap
bahwa saat mereka melakukan hal itu di sana ada suatu koneksi
yang jujur antara apa yang mereka kerjakan dengan pekerjaan Allah
di dalam dunia. Mereka rindu melihat vokasi-vokasi mereka sebagai
sesuatu yang integral, bukan insidental, bagi missio Dei.
Selama bertahun-tahun saya telah bepergian ke seluruh
Amerika, membawa pertanyaan tentang vokasi. Dalam perjalanan-
perjalanan itu saya telah mengunjungi seminari-seminari dari
East Coast sampai West Coast, bertanya kepada para dekan dan
president/rektor, “Bagaimana Anda memahami vokasi? Bagaimana
hal itu diajarkan kepada mahasiswa-mahasiswa Anda?” Kadangkala
pertanyaan itu muncul setelah bercakap-cakap selama satu jam di
kantor, kadangkala setelah menghabiskan waktu seharian bersama
para dosen di seminari. Yang mengerikan, saya telah mendengarkan
perkataan yang sama hampir ke mana pun saya pergi, yaitu, “Yang
Anda katakan adalah teologia kami, tetapi kami tidak mengajarkannya
di sini.”
Karena sejarah yang terajut ke dalam percakapan-
percakapan itu, selalu ada pijakan bersama untuk penghormatan dan
harapan. Saya tidak masuk untuk mengakhiri suatu relasi; sebaliknya,
saya selalu ingin memperdalam suatu pertemanan dan menemukan
cara untuk melakukan sesuatu bersama-sama. Kadangkala saya
berkata sebagai respons, “Tetapi saya bertanya-tanya siapa yang
Anda bayangkan akan digembalakan oleh mahasiswa-mahasiswa
Anda? Kebanyakan orang dalam jemaat-jemaat menghabiskan
sebagian besar waktu mereka dalam vokasi-vokasi mereka—dan

isi 286 7/16/13 7:02 PM


287

Anda tidak punya waktu untuk membahas realitas itu dalam tahun-
tahun di mana mereka ada di sini?”
Jika kisahnya berakhir di sana, itu akan berarti satu hal. Tetapi
seperti halnya ide memiliki kaki, demikian pula kurikulum. Tidak ada
suatu minggu berlalu tanpa saya berbicara kepada seseorang yang
hidupnya terbenam dalam dunia kerja—dan di sini saya menggunakan
kata itu untuk meliputi serangkaian vokasi, dari bisnis ke politik, dari
agrikultur sampai pendidikan, dari jurnalisme sampai kedokteran,
dari hukum sampai seni, dari membangun perdagangan sampai
arsitektur, dan seterusnya dan seterusnya dan seterusnya. Ke mana
pun saya pergi saya mendengar kerinduan yang dimiliki orang untuk
melihat pekerjaan tangan mereka terhubung secara integral dalam
pekerjaan Allah. Dan biasanya kerinduan itu dibungkus dengan rasa
sedih karena gereja tampaknya tidak paham, dan yang bahkan lebih
tajam dari itu, bahwa para pendeta tampaknya tidak paham.
Salah satu orang yang saya ajak bicara setahun belakangan
ini menceritakan kepada saya tentang hidupnya. Selama berpuluh-
puluh tahun ia bekerja dalam dunia bisnis, bekerja keras, mengambil
tugas-tugas yang makin rumit yang melibatkan orang dan uang.
Selama bertahun-tahun ia telah memberikan dirinya dengan
kerendahan hati yang jujur untuk melayani dalam gereja-gereja di
mana ia berada, dan merupakan orang yang baik hati, setia, penuh
pertimbangan (ini pendapat saya atas dirinya, bukan ungkapannya
tentang dirinya sendiri). Dengan agak terluka, ia berkata, “Saya
belum pernah memiliki perasaan bahwa para pendeta memikirkan
seseorang seperti saya saat ia mempersiapkan khotbahnya. Rasanya
lebih seperti ia membayangkan bahwa orang-orang hidup di gereja,
bukan di dunia.”
Apa yang harus kita lakukan? Saya menolak untuk menjadi
orang yang sinis, dan bersama Bono saya percaya bahwa “saat
merobek suatu sudut kegelapan” ada suatu kehidupan yang baik.
Kita semua bisa merasa senang bahwa Amy Sherman memiliki
minat-minat dan komitmen-komitmen yang telah membawanya ke
dalam pertanyaan ini dengan kekayaan teologis yang mengagumkan.
Selalu penuh perhatian kepada baik visi alkitabiah dan tantangan
dari kehidupan sehari-hari bagi Setiap lelaki dan Setiap perempuan,
ia telah mengajukan suatu visi vokasi yang sangat dibentuk oleh
realitas kerajaan Allah, menceritakan kisah-kisah tentang para
lelaki dan perempuan dari seluruh dunia yang memandang hidup

isi 287 7/16/13 7:02 PM


288

dan pekerjaan mereka sebagai panggilan-panggilan, yang integral


terhadap missio Dei.
Harapan saya adalah bahwa kita tidak akan pernah lagi
berdoa “Datanglah kerajaan-Mu. Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti
di sorga” tanpa mengingat karya Dr. Sheman yang sangat bagus,
memanggil kita semua seperti yang dilakukannya untuk memandang
pekerjaan kita sebagai panggilan-panggilan bagi kerajaan Allah.

Steven Garber
The Washington Institute

isi 288 7/16/13 7:02 PM


289

-----------------------------------------------------------------

LAMPIRAN A
TEMA-TEMA TEOLOGIS
PENTING YANG MENDASARI
PENATALAYANAN VOKASI
-----------------------------------------------------------------

1. INJIL KERAJAAN ALLAH


Untuk mengelola vokasi-vokasi mereka dengan baik, orang-orang Kristen
perlu memiliki suatu pemikiran luas tentang karya penebusan Allah. Pada
inti injil ada pesan mulia tentang kehidupan baru dalam Kristus, yang
dimungkinkan oleh pengorbanan penebusan oleh Juruselamat Yesus,
yang menjalani hidup yang seharusnya kita jalani dan mengalami kematian
yang layak kita alami bagi dosa-dosa kita. Namun kabar baik ini lebih
besar lagi: karya penyelamatan Allah tidak terbatas kepada keselamatan
individu tetapi juga menyangkut misi pemulihan seluruh tatanan ciptaan-
Nya (Kol 1:19-20; Ef 1:9). Injil kerajaan Allah adalah tentang menjadikan

isi 289 7/16/13 7:02 PM


290

segala sesuatu menjadi benar. Ini adalah tentang penciptaan dunia yang
baru—apa yang disebut oleh Wahyu 21:1 sebagai “langit yang baru dan
bumi yang baru”—suatu tempat tanpa penderitaan, rasa sakit, airmata,
perang, kelaparan, penindasan, dan kematian.
Kerajaan Yesus telah dimulai dan kini jelas sedang berlangsung
karena hidup, pelayanan, dan kebangkitan-Nya (Lk 4:21, “Pada hari ini
genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya”). Sebagai orang-orang
Kristen, kita telah memasuki kerajaan ini dan menjadi warga-warga di
dalamnya, dan bahwa kewarganegaraan itu harus membentuk kita
dalam segala cara—termasuk dalam kehidupan kerja kita.
Mengapa hal ini penting bagi penatalayanan vokasi.
1. Karena ini menolong kita menghindari kesalahan berpikir bahwa satu-
satunya vokasi yang penting adalah “pelayanan Kristen penuh waktu”
(pendeta-pendeta, misionaris-misionaris, dan seterusnya).
2. Karena ini sangat menolong mengarahkan perhatian kita kepada
prioritas “daftar pilihan” Allah (mengkhotbahkan injil kepada orang-orang
miskin, memulihkan penglihatan mereka yang buta, membebaskan yang
tertindas—yaitu, penginjilan, pelayanan belas kasihan, dan misi keadilan).
3. Karena ini memberikan kepada kita tujuan umum—yang relevan dengan
semua pekerjaan vokasi—tentang melakukan apa yang berfungsi
sebagai tanda dan cicipan kerajaan yang sedang datang.

2. TELOS ALLAH: “LIHATLAH, AKU MENJADIKAN SEGALA SESUATU BARU”


Ini jelas terkait dengan nomor satu di atas. Kebangkitan Yesus
menunjukkan rencana-Nya bagi hidup yang dipulihkan. Kita mengantisipasi
tubuh-tubuh baru dan suatu bumi yang baru, penciptaan kembali dari
ciptaan Allah. Kebenaran-kebenaran ini harus membawa kita menolak
dualisme gnostik dan menegaskan baiknya ciptaan, karena Allah tidak
berencana mengirimkan planet ini ke tumpukan sampah, tetapi menebus
dan memperbaharuinya. Maka kehidupan setelah kematian bukanlah
tanpa tubuh, dan keselamatan bukan hanya rohani sifatnya.
Mengapa hal ini penting untuk penatalayanan vokasi.
Karena kita dipanggil dan diundang untuk bergabung dengan pekerjaan

isi 290 7/16/13 7:02 PM


291

reklamasi Allah sekarang ... dan partisipasi kita dalam apa yang akan
terus berlangsung. Pendeknya—pekerjaan kita penting. Pasal yang luar
biasa tentang kebangkitan berakhir dengan perkataan ini: “Karena itu,
saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan
giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam
persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia” (1 Kor 15:58).
Oleh karena kebangkitan Yesus, pekerjaan kita tidak sia-sia. Pekerjaan
kita tidak akan dibuang pada saat penggenapan kerajaan Allah. Karya
reklamasi Allah terbentang “sejauh kutuk ditemukan”; Dia memperbaharui
dan mendamaikan segala sesuatu di bawah kedaulatan-Nya.
Tuntutan Allah yang tinggi kepada umat manusia—untuk
melayani sebagai wakil-wakil pemerintahan atas ciptaan—tidak dicabut
paska Kejatuhan; ini tetap menjadi jalan hidup kita dalam Yerusalem Baru
(Why 5:10). Maka, pekerjaan yang dilakukan pengikut-pengikut Kristus
yang setia di masa kini, entah itu mencakup seni atau bisnis atau menulis
atau merawat atau menjadi insiyur atau merencanakan kota atau salah
satu dari berbagai profesi yang ada, terus berlangsung ke dalam masa
depan milik Allah. Seperti yang ditulis Lesslie Newbigin, “Semua orang
yang telah melakukan pekerjaan mereka dengan setia kepada Allah oleh-
Nya akan diangkat untuk memperoleh bagian dalm zaman baru, dan akan
mendapati bahwa pekerjaan mereka tidak hilang, tetapi menemukan
tempatnya dalam kerajaan Allah yang digenapi.”1

3. HATI PEMURIDAN PRIBADI


Kristus memanggil kita untuk mengikut-Nya. Dia mencari murid-
murid yang taat yang tunduk pada ketuhanan-Nya yang kosmik. Dia
mengharapkan kita, dengan kuasa Roh-Nya, untuk makin serupa dengan
karakter-Nya (menunjukkan buah Roh); percaya dan menata hidup kita
menurut kebenaran-Nya; merengkuh minat-minat dan prioritas-prioritas-
Nya; dan bergabung dengan-Nya dalam misi-Nya ke dalam dunia. Seperti
Dia, kita adalah orang-orang “yang diutus.”
Mengapa hal ini penting bagi penatalayanan vokasi. Karena
hal ini mempengaruhi “apa” dari misi pribadi dan bersama: apa yang

isi 291 7/16/13 7:02 PM


292

kita lakukan penting, bukan hanya karakter kita. Walaupun tidak


ada perbedaan antara kudus/sekular, tidak semua vokasi sekular
diciptakan setara, dan kita harus membuat pilihan-pilihan yang bijak
tentang menginvestasikan hidup kita dalam hal-hal yang membuat Allah
bergairah. Mengapa memberikan hidup dan talenta-talenta vokasi Anda
kepada perusahaan-perusahaan yang menciptakan rasa baru bagi
makanan kucing dan warna lipstik yang baru? Sebisa mungkin, orang-
orang Kristen harus menghindari yang sepele dan mencari kesempatan-
kesempatan karir yang berfokus pada hal-hal yang signifikan secara
mendalam: perkembangan manusia, tatanan publik, kepedulian terhadap
ciptaan, keadilan, dan keindahan.

4. VOKASI UMUM KITA (MANDAT BUDAYA)


Walaupun sudah jatuh dalam dosa dan berada di bawah erangan kutuk,
alam ciptaan ditata, merupakan penyataan, bermakna, dan dihargai oleh
Allah. Bapa memanggil anak-anak-Nya untuk menjadi pengelola/wakil
pemerintahan atas ciptaan-Nya (Kej 1:28). Dia mengaruniakan baik alam
semesta maupun budaya, dan memanggil kita untuk meniru-Nya sebagai
mahluk-mahluk yang kreatif, baik mengurus (melindungi) maupun bekerja
(mengembangkan) Taman itu. Mandat budaya ini memanggil kita untuk
mengenali bahwa “TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya,
dan dunia serta yang diam di dalamnya” (Mzm 24:1) dan melayani
dengan penuh sukacita sebagai pelayan-pelayan atas kelimpahan yang
telah Allah sediakan kepada kita untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
kita sendiri dan dunia.
Mengapa ini penting bagi penatalayanan vokasi.
1. Ini artinya kita semua bisa berpartisipasi dalam vokasi ini, terlepas dari
pekerjaan-pekerjaan kita yang spesifik (yang mungkin menjemukan
atau hanya memberikan sedikit ruang atau tidak sama sekali untuk
kreativitas). Kita juga bisa menjalani vokasi umum ini melalui minat-minat
avokasi, hobi-hobi, atau pekerjaan kita sebagai relawan, juga melalui
lingkup-lingkup non-pekerjaan dalam hidup kita, seperti kehidupan
keluarga dan rekreasi kita.

isi 292 7/16/13 7:02 PM


293

2. Ini artinya kita dipanggil untuk menjadi pembangun-pembangun budaya,


dan ini memberi kita panduan bagi pekerjaan itu.
3. Ini mengesahkan apa yang disebut upaya-upaya nonrohani seperti seni
dan sains (dan banyak lainnya).
4. Ini artinya Allah telah berbagi kuasa dan otoritas-Nya dengan kita; Dia
telah memberi kita tanggungjawab yang nyata dalam dunia ini. Kita
memiliki panggilan yang luarbiasa.
5. Ini artinya lingkungan penting dan kita harus berfokus pada pemeliharaan
terhadap ciptaan dan menjadi “hijau” baik di dalam maupun melalui
vokasi kita.

5. SUATU PANDANGAN YANG SELAYAKNYA AKAN NATUR MANUSIA


Kita perlu merengkuh baik kejatuhan/keberdosaan kita dan kemuliaan
kita sebagai orang-orang yang diciptakan dalam gambar dan rupa Allah
dan sebagai orang-orang Kristen yang kini sudah ditebus dan berada di
dalam Kristus, dengan Roh Kudus berdiam di dalam kita. Seperti yang
dikatakan John Eldredge dalam buku Waking the Dead, “Saya berani
berkata kita telah mendengar sedikit tentang dosa awal, tetapi tidak
cukup banyak tentang kemuliaan awal, yang sudah ada sebelum dosa
dan lebih dalam di dalam natur kita.”2
Alkitab dimulai dengan Kejadian 1, bukan Kejadian 3. Kita
membutuhkan baik kerendahan hati yang mengakui keberdosaan kita
sepenuhnya (“hati penuh tipu daya”) dan keberanian untuk menegaskan
bahwa kuasa ilahi Allah hidup di dalam kita melalui Roh-Nya. Ada bahaya
dalam memandang diri kita terlalu tinggi dan dalam memandang terlalu
rendah.
Suatu pandangan alkitabiah akan natur manusia juga mengajar
kita bahwa kita diciptakan bagi komunitas. Satu-satunya hal yang “tidak
baik” dalam firdaus adalah bahwa Adam sendirian. Kita diciptakan bagi
Allah, dan bagi relasi dengan satu sama lain.
Mengapa ini penting bagi penatalayanan vokasi.
1. Karena pekerjaan kita penting dalam maksud penebusan Allah.
Kita—walaupun rapuh dan selalu membutuhkan karya-Nya untuk

isi 293 7/16/13 7:02 PM


294

membuat kita cukup baik (2 Kor 3:5-6)—adalah bagian dari rencana


Allah. Seperti yang ditulis St. Augustinus, “Allah tanpa kita tidak akan,
seperti halnya kita tanpa Allah tidak bisa.” Yang mengherankan, Rasul
Paulus memanggil kita rekan-rekan sekerja Allah (2 Kor 6:1). Jika kita
hanya memikirkan diri kita hanya sebagai cacing yang tanpa harapan
yang selalu melakukan dosa dan tidak punya apa-apa untuk diberikan,
kita tidak akan percaya bahwa diri kita mampu memenuhi panggilan
kita sebagai rekan sekerja Allah yang telah dirancang oleh-Nya untuk
pekerjaan baik (Ef 2:10).
2. Karena kita harus berupaya memajukan komunitas yang sehat, adil
melalui pekerjaan kita. Kita tidak diciptakan hanya untuk bekerja—
ide ini adalah akar dari workaholisme. Kita dipanggil kepada relasi
dan disuruh untuk hidup dan bertindak sebagai umat manusia yang
baru, menunjukkan di dalam dan melalui kehidupan komunitas kita
keindahan Yesus yang Rohnya mendiami kita.

6. KESERIUSAN YANG TEPAT TENTANG “DUNIA, DAGING, DAN IBLIS”


Budaya kita membentuk kita dalam segala cara yang kadangkala tidak
kita sadari atau perhatikan. Orang-orang Kristen yang cukup terdidik
dalam suatu cara pandang alkitabiah yang kuat mungkin diperlengkapi
untuk mengenali ide-ide yang jahat atau non-alkitabiah. Tetapi orang
Kristen yang sama kadangkala bisa gagal mengenali bentuk-bentuk
dan pola-pola yang jahat atau non-alkitabiah. Teolog reform David Wells
telah menunjukkan bagaimana kecenderungan-kecenderungan yang
jahat tertanam dan ditegaskan dalam institusi-institusi publik kita—
dan manifestasi-manifestasi keduniawian ini bisa mempengaruhi kita
dalam kadar yang bahkan lebih besar dari perilaku-perilaku yang secara
tradisional diasosiasikan dengan keduniawian (minum minuman keras,
perzinahan, berjudi, dan seterusnya).
Mengapa ini penting bagi penatalayanan vokasi.
1. Ini mendorong kita untuk bersikap serius tentang betapa sulitnya
sebenarnya untuk mengubah dunia.
2. Ini mengingatkan kita bahwa doa itu mendasar.

isi 294 7/16/13 7:02 PM


295

3. Ini memperingatkan kita (dalam hal menciptakan budaya) tentang


berperang hanya dalam dunia ide-ide dan bukan dalam dunia institusi.

7. KITA ADALAH ORANG-ORANG ASING DAN PENDATANG


DALAM DUNIA INI DAN HARUS HIDUP SESUAI DENGAN ITU
Mengapa ini penting bagi penatalayanan vokasi. Ini jelas mempengaruhi
“bagaimana” pekerjaan kita: kita harus menjadi atasan-atasan dan
majikan-majikan jenis tertentu, bertindak berdasarkan nilai-nilai dan
peraturan-peraturan alkitabiah, yang berbeda dari cara dunia beroperasi.
Tetapi ini juga harus membentuk tujuan akhir dunia dan kreativitas kita.
Secara vokasi kita ingin berkisar pada pekerjaan untuk menolong orang
lain berkembang. Tetapi kita membutuhkan definisi alkitabiah tentang
“perkembangan manusia”, bukan definisi dunia.

8. SUATU PEMAHAMAN ALKITABIAH


TENTANG KUASA DAN TENTANG BERKAT
Kuasa adalah suatu karunia (yang seringkali disalahgunakan, tetapi secara
inheren tidak jahat, seperti yang dipikirkan sejumlah orang Kristen). Allah
memberi kita kuasa—dan menuntut kita untuk menggunakannya dengan
bertanggungjawab. Dia juga memberkati kita dengan limpah. Kita perlu
tahu untuk tujuan apa Allah telah memberi kita kuasa dan berkat.
Mengapa ini penting bagi penatalayanan vokasi. Kita orang-
orang Kristen Amerika secara relatif memiliki lebih banyak daya, kekayaan,
kesempatan, dan hak-hak istimewa ketimbang sisa bagian dunia lainnya.
Terutama mereka yang berada dalam disiplin-disiplin akademik dan
profesional memiliki kesempatan yang besar untuk berkontribusi
terhadap berkembangnya manusia (lebih dari orang-orang miskin di
dunia yang bergumul untuk sekedar bertahan hidup saja). Karena kita
adalah penerima kuasa dan hak-hak istimewa seperti itu, kita terutama
harus bertanggungjawab atas penggunaannya secara benar (“Setiap
orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut,
dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih

isi 295 7/16/13 7:02 PM


296

banyak lagi dituntut”, Lk 12:48). Kesempatan-kesempatan vokasi kita—


fakta bahwa kita memiliki pilihan-pilihan vokasi—adalah suatu karunia,
suatu hak istimewa, dan suatu bentuk kuasa, yang harus kita anggap
serius dan digunakan dengan sangat sengaja.

9. SUATU PEMAHAMAN ALKITABIAH TENTANG


PENATALAYANAN DAN TENTANG KEPEMILIKAN
Dalam Alkitab, menjadi penatalayan sangat mendasar bagi natur kita
sebagai manusia dan panggilan vokasi umum kita. Penatalayanan
adalah tentang mengabdikan segala keberadaan saya dan segala
sesuatu yang saya miliki untuk Allah, mengakui-Nya sebagai pemilik
utama dari segala sesuatu (diri kita, hidup kita, waktu kita, uang
kita). Sebagai anggota-anggota satu tubuh, sebagai manusia-
manusia yang diciptakan bagi komunitas, Allah memanggil kita untuk
memerangi keegoisan yang menjadi pergumulan kita semua dan
mengenali bahwa karunia-karunianya diberikan kepada semua orang
untuk kebaikan bersama.
Mengapa ini penting bagi penatalayanan vokasi. Bagi sebagian
orang Kristen, tampaknya penatalayanan hanyalah tentang penggunaan
uang kita. Kita membutuhkan pengajaran dasar tentang penatalayanan
seluruh hidup. Orang perlu tahu bahwa mereka bertanggungjawab atas
cara mereka mengelola kehidupan kerja dan kemampuan-kemampuan
vokasi mereka.

10. HATI ALLAH BAGI ORANG-ORANG MISKIN, ORANG-ORANG ASING,


PARA JANDA, YANG TERTINDAS, DAN ANAK-ANAK YATIM
Gairah Allah untuk orang-orang miskin dan kebencian-Nya akan
ketidakadilan adalah dua karakter ilahi yang sentral. Dia melangkah
sedemikian jauh sehingga mengatakan bahwa tidak ada ibadah yang
sejati tanpa melakukan keadilan (Yes 1); bahwa “Ibadah yang murni dan
yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim
piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya

isi 296 7/16/13 7:02 PM


297

dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia”; bahwa peduli kepada orang-
orang yang membutuhkan dan melakukan keadilan adalah sentral kepada
apa artinya mengenal Allah (Yer 22:16); orang-orang miskin adalah
“empunya” kerajaan Allah; dan bahwa kita bahkan bisa menemukan
Yesus pada wajah-wajah orang-orang miskin (Mat 25:45).
Mengapa ini penting bagi penatalayanan vokasi. Walaupun
kita dipanggil untuk melakukan berbagai hal yang berbeda-beda melalui
vokasi-vokasi kita (seperti membuat penemuan-penemuan ilmiah,
menciptakan keindahan, dan membela kebenaran), Allah memang
memiliki suatu penekanan khusus terhadap keadilan dan belas kasihan
kepada orang-orang miskin, dan prioritas-Nya itu harus mempengaruhi
penatalayanan vokasi kita dalam sejumlah cara.

11. ANUGERAH UMUM


Allah menyelesaikan pekerjaan-Nya bukan hanya melalui gereja, tetapi
secara luas juga melalui berbagai institusi yang diciptakan lainnya dan
melalui orang-orang tidak percaya yang memiliki itikad baik. Seperti
argumen John Calvin, orang-orang tidak percaya telah mencapai
pekerjaan-pekerjaan yang signifikan dalam banyak bidang. Kita orang-
orang Kristen harus memperhatikan pencapaian-pencapaian seperti itu
sebagai pantas dipuji dan berasal dari Allah, yang memberikan karunia-
karunia dalam natur manusia “bahkan setelah dirampas dari kebaikan
yang sejati.”3 Dalam kemurahan-Nya, Allah juga membatasi kejahatan
melalui anugerah umum, bekerja untuk mempertahankan tatanan dalam
kehidupan sosial.
Mengapa ini penting bagi penatalayanan vokasi. Karena
ini artinya orang-orang Kristen, dan gereja-gereja, bisa bermitra
secara sah dengan mereka yang ada di luar gereja dalam mengejar
kebaikan bersama. Allah bisa mengupayakan maksud-maksud-Nya yang
berdaulat—untuk keindahan dan keadilan, keutuhan dan kedamaian—
melalui institusi-institusi sekuler, dan kita harus memahami semua
tempat di mana ia bekerja.

isi 297 7/16/13 7:02 PM


298

12. GEREJA YANG SATU


Pengakuan Iman Rasuli menegaskan bahwa orang-orang Kristen
percaya dalam “gereja yang kudus dan am.” Rasul Paulus menggunakan
gambaran satu tubuh untuk melukiskan gereja Allah dan mengajar kita
untuk tidak pernah merendahkan suatu bagian dari tubuh yang berbeda
dari kita. Kita saling tergantung (1 Kor 12:21, “Jadi mata tidak dapat
berkata kepada tangan: ‘Aku tidak membutuhkan engkau!’”). Kita saling
memiliki (Ef 4:25).
Mengapa ini penting bagi penatalayanan vokasi. Karena dalam
upaya kita untuk menempatkan anggota-anggota jemaat kita untuk
penatalayanan vokasi, kita harus memperhatikan upaya-upaya saudara
dan saudari kita dalam gereja lain yang bertujuan sama. Kita harus siap
bermitra, mendengarkan, dan belajar dari gereja-gereja lain yang juga
berupaya memajukan maksud Allah yang berdaulat dan baik di dalam
dunia.

isi 298 7/16/13 7:02 PM


299

-----------------------------------------------------------------

LAMPIRAN B
PANDUAN DISKUSI BAGI
KELOMPOK-KELOMPOK
KECIL JEMAAT
-----------------------------------------------------------------

K
amus mendefinisikan vokasi sebagai “perasaan kuat akan
kecocokan bagi suatu karir atau pekerjaan tertentu.” Istilah ini
pada hakekatnya sinonim dengan panggilan, karena berasal
dari bahasa Latin vocare (“memanggil”), perasaan ditarik
ke dalam suatu bidang tertentu. Maka suatu vokasi bukan
hanya sekedar pekerjaan; benar, pekerjaan Anda sekarang ini bisa sesuai
atau tidak sesuai dengan suatu panggilan yang lebih mendalam. Lebih
jauh lagi, Anda mungkin tidak dibayar untuk vokasi Anda: Anda mungkin
belajar dalam suatu program tertentu, menjadi relawan dalam bidang
minat Anda, atau tidak memperoleh pendapatan apapun. Aspek yang
menentukan dari vokasi adalah suatu perasaan dalam batin bahwa Anda

isi 299 7/16/13 7:02 PM


300

“tercipta untuk hal ini”, seperti yang makin ditegaskan oleh kedekatan
dan keterampilan Anda, dan oleh orang-orang lain dan kesempatan-
kesempatan yang ada.
Allah bukan hanya menciptakan kita untuk menyembah Dia dan
hidup dalam komunitas bersama orang lain; Dia telah membentuk di
dalam diri kita suatu kebutuhan untuk bekerja dengan penuh martabat
dan tujuan. Pekerjaan kita mengelola dan mengembangkan harta karun
ciptaan sebagai bagian dari apa yang disebut para teolog sebagai
“mandat budaya” kita. Walaupun dunia yang sudah jatuh dalam dosa
menodai martabat inheren dari kerja—melalui apa yang disebut Alkitab
“semak duri dan rumput duri”—mandat Allah terus berlanjut. Dan
mungkin yang paling mengagumkan, apa yang kita lakukan bagi Kristus
akan dinikmati selamanya.
Kita ingin memikirkan isu-isu ini dalam komunitas, untuk
menolong satu sama lain memilah-milah apa artinya secara praktis
menjalani panggilan kita. Salah satu format adalah kelompok-kelompok
komunitas membahas fokus ini sekali sebulan, dimulai dengan makan
bersama. Setelah makan, mintalah seorang anggota kelompok berbagi
respons atas salah satu atau semua pertanyaan-pertanyaan di bawah
ini, mengangkat tema-tema yang berkaitan yang mereka ingin bahas,
atau membahas pertanyaan-pertanyaan dari kelompok. Paling baik
memberitahu mereka setidaknya seminggu di muka, untuk memberi
mereka waktu untuk mempersiapkannya. Pastikan untuk mengakhiri
diskusi dengan doa bagi para anggota kelompok tersebut dan vokasinya.
1. Ulasan. Dalam beberapa menit, ceritakan kepada kelompok tentang
vokasi Anda. Apa yang Anda lakukan? Kepada siapa Anda bekerja?
Seperti apa gambaran hari kerja Anda biasanya (jika ada yang seperti
itu)? Dengan siapa Anda bekerja? Pelatihan dan pendidikan terkait
apa yang Anda terima?
2. Panggilan. Kapan dan bagaimana Anda mulai merasa ditarik ke dalam
bidang ini? Sejauh mana Anda telah berpikir tentang pekerjaan Anda
sebagai suatu panggilan dari Allah, bagian dari “Mandat budaya” yang
lebih besar? Tidak apa-apa, jujur saja! Bagi banyak orang, pekerjaan

isi 300 7/16/13 7:02 PM


301

adalah sesuatu yang Anda lakukan agar bisa membayar tagihan-


tagihan, atau sesuatu yang tampaknya Anda jatuh ke dalamnya. Maka,
perasaan tentang panggilan yang mendasarinya mungkin terasa
samar-samar saja. Bagikan secara jujur bagaimana Anda memandang
vokasi Anda.
3. Citra. Bagian dari apa artinya Anda diciptakan menurut gambar dan
rupa Allah adalah bahwa Anda menjadi “citra” Allah kepada ciptaan,
serupa dengan bagaimana suatu foto menggambarkan seseorang.
Dalam dunia yang sudah jatuh dalam dosa ini, kita hanyalah gambaran
yang sudah rusak, tetapi sifat-sifat apa dari Allah (contoh: kemurahan,
kepedulian, keteraturan, keadilan, kreatifitas, keindahan) yang
direfleksikan oleh vokasi Anda kepada sesama?
4. Berhala. Hal baik manapun jika diangkat menjadi yang utama menjadi
suatu berhala—sesuatu yang terutama kita pandang sebagai identitas,
rasa aman, dan makna diri kita. Dengan cara apa Anda melihat vokasi
Anda berfungsi sebagai suatu berhala, baik bagi diri Anda maupun
bagi sesama?
5. Komunitas. Apakah ada komunitas Kristen di dalam vokasi Anda, yaitu,
orang-orang yang berbicara dalam bahasa panggilan Anda dan bisa
memberikan wawasan, dorongan semangat, atau masukan ke dalam
apa yang Anda lakukan? Jika demikian, seperti apa kelihatannya?
6. Kitab Suci. Perikop-perikop alkitab manakah yang telah Anda dapati
sebagai sangat menolong sebagai inspirasi atau panduan dalam
bidang Anda?
7. Artikel-artikel. Apakah ada artikel-artikel pendek tentang irisan
iman dan vokasi Anda yang menolong Anda? Jika demikian, silakan
meringkaskannya dan membagikannya terlebih dahulu dengan
kelompok untuk dimasukkan ke dalam diskusi.
8. Cara pandang. Suatu cara pandang menolong menjelaskan dunia
yang kita tinggali, menjawab pertanyaan-pertanyaan dasar kehidupan
seperti: Mengapa kita ada di sini? Bagaimana saya menjelaskan
masalah-masalah yang ada dalam hidup saya dan dunia? Apa solusi-
solusi bagi masalah-masalah ini. Ke mana arah kita sebenarnya, dan

isi 301 7/16/13 7:02 PM


302

apakah apa yang saya kerjakan sekarang ini berkaitan? Setiap orang
memiliki jawaban yang terucap maupun tidak terhadap pertanyaan-
pertanyaan itu. Alkitab memproklamirkan hal-hal ini:
• Penciptaan: Allah menciptakan kita dalam gambar dan rupa-Nya,
memberi kita martabat dan citra diri yang melekat, untuk maksud
memuliakan-Nya, bukan memuliakan diri sendiri.
• Kejatuhan: Kita secara alamiah terasing dari Allah, sehingga
segala sesuatu yang kita lakukan tercemar oleh sejumlah bentuk
keegoisan: kesombongan, ambisi, keserakahan, irihati, kebencian,
prasangka, nafsu, dll.
• Penebusan: Dalam diri kita sendiri, kita tidak mampu mengatasi
natur-natur kita yang berdosa dan menghilangkan rasa bersalah
dan malu kita. Namun di atas kayu salib, hidup Yesus dipertukarkan
secara murah hati dengan hidup kita.
• Pemulihan: Suatu hari nanti kerajaan Allah akan datang dalam
kepenuhannya, tetapi kerajaan itu sudah dimulai dalam hati dan
hidup kita. Apa yang kita lakukan sekarang dalam iman bagi
Kristus akan dinikmati selamanya.
Vokasi Anda kemungkinan besar memiliki jawaban-jawaban eksplisit
atau implisit bagi beberapa atau semua pertanyaan-pertanyaan di
atas. Bagaimana jawaban-jawaban itu jika dibandingkan dengan
suatu cara pandang Kristiani? Apakah mereka bertentangan
sedemikian rupa sehingga menyebabkan tekanan profesional atau
sosial bagi Anda?
9. Artefak. Dalam buku Culture Making Andy Crouch mendorong orang-
orang Kristen untuk menolong membentuk dunia kita tidak hanya dengan
mengutuk, mengkritik, meniru atau mengonsumsi budaya tetapi dengan
menciptakan “artefak-artefak”—benda-benda budaya, entah itu kursi-
kursi, bahasa, hukum, seni, atau bahkan telur dadar. Artefak-artefak
vokasi apa yang telah Anda pikirkan untuk ciptakan sehingga dengan
suatu cara, walaupun kecil, bisa menolong menciptakan budaya?
10. Pengaruh. James Davison Hunter dalam buku To Change the
World menyebut hampir semua upaya Kristiani pada keterlibatan

isi 302 7/16/13 7:02 PM


303

budaya tidak memadai, menyimpulkan bahwa mereka kebanyakan


hanya berfungsi memarjinalkan gereja, dengan hanya sedikit dampak
terhadap masyarakat. Sebaliknya, ia memanggil kita untuk menjadi
“kehadiran yang setia” dalam bidang-bidang kita, dalam level apapun.
Walaupun ini akan mencakup menjalani kehidupan moral sebagai
saksi-saksi alkitabiah kepada sesama, Hunter memanggil kita untuk
berpartisipasi di dalam, dan mempengaruhi secara rendah hati
struktur-struktur yang sudah ada dalam masyarakat. Seperti apa
kelihatanya hal itu dalam vokasi Anda? Dalam bidang Anda, apa
yang membuat Anda cukup bergairah/marah/bersemangat untuk
memanggil Anda untuk menjadi suatu pengaruh yang positif? Dilema
apa yang mungkin akan Anda hadapi? Lakukan curah gagasan tentang
cara-cara Anda bisa bekerja dengan orang-orang Kristen lain dalam
vokasi Anda ke arah tujuan bersama.

isi 303 7/16/13 7:02 PM


isi 304 7/16/13 7:02 PM
305

-----------------------------------------------------------------

LAMPIRAN C
UNTUK INFORMASI
LEBIH LANJUT
-----------------------------------------------------------------

Para pembaca bisa menemukan sejumlah sumber-sumber daya yang


menolong di www.vocationalstewardship.org. Berikut ini contoh-contohnya:

SUMBER DAYA BAGI PARA PENDETA DAN


PEMIMPIN-PEMIMPIN GEREJA
1. Sepuluh Cara untuk Mendorong Terjadinya Penatalayanan Vokasi di
Gereja Anda
2. Delapan Langkah untuk Memulai Suatu Inisiatif Jalan 2
3. Suatu Pendahuluan kepada Bisnis Sebagai Misi (BSM)

SUMBER DAYA BAGI ORANG-ORANG PERCAYA SECARA INDIVIDU


1. Daftar pustaka buku-buku tentang isu-isu vokasi
2. Profil-profil tambahan tentang orang-orang Kristen yang terlibat dalam
penatalayanan vokasi menurut masing-masing dari keempat jalan
3. Lembar kerja “Manifesto Pribadi/Visi untuk Bekerja” dari Harbor
Presbyterian Church North County

isi 305 7/16/13 7:02 PM


isi 306 7/16/13 7:02 PM
307

-----------------------------------------------------------------

LAMPIRAN D
INDEKS PROFIL-PROFIL
MENURUT VOKASI
-----------------------------------------------------------------

Agrikultur Jacob Shenck, hal. 164 ; Courtney


dan Mark Williams, hal. 38
Ahli Kimia Dan Blevins, hal. 169
Arsitektur Jill Sorenson, hal. 108
Asisten pengacara Jamie Elkins, hal. 217
Astrofisika Frank Six, hal. 206
Asuransi Bruce Copeland, hal. 56
Atletik Danny Wuerffel, hal. 35
Barang Antik Martha Rollins, hal. 138
Bisnis Wendy Clark, hal. 159; Tom Hill,
hal. 151; Dave dan Demi Helen

isi 307 7/16/13 7:02 PM


308

Kiersznowski, hal. 154; Justin


Kitch, hal. 56; Milt Kuyers, hal.
162; Larry Mollner, hal. 181;
Stanley Tam, hal. 34
Broker Real Estat John Phillips, hal. 123, 181
Desain Grafis Jessie Nilo, hal. 35
Desain Interior Cynthia Leibrock, hal. 110
Desain Mode Bora Aksu, hal. 164
Desain Rumah/Bangunan Perry Bigelow, hal. 59
Fotografi Ken Oloo, hal. 196
Hiburan Carlos Oscar, hal. 163
Hukum Deborah Leydon, hal. 215;
Matthew Price, hal. 29; Derek
Simpson, hal. 209
Insinyur Mesin Don Schoendorfer, hal. 179
Insinyur Sipil Rod Beadle, hal. 180; John Rahe,
hal. 181
IT Ed Fischer, hal. 175
Jurnalisme Russ Pulliam, hal. 123; David
Aikman, hal. 125;
Kedokteran Eloise Alexander, hal. 212; Simon
Chiu, hal. 123; Brian Costa, hal.
212; Andy Macfarlan, hal. 37,
124; Barry Sorrells, hal. 58
Kedokteran Gigi Brian Beitel, hal. 212; Al Willis,
hal. 212
Kedokteran Hewan Val Shean, hal. 41
Keperawatan Susan Beeney, hal. 39
Keuangan Daisy Waimiri, hal. 188
Konseling Kesehatan Mental Mark Pruden, hal. 217
Konstruksi Tim Schulz, hal. 127
Manajemen Roberta Teran, hal. 218; Bonnie
Wurzbacher, hal. 156

isi 308 7/16/13 7:02 PM


309

Musik Craig Pitman, hal. 126; Kanjii


Mbugua, hal. 193
Oseanografi Jorge Vazquez, hal. 43
Pelobi Rich Nymoen, hal. 31
Pemasaran Anne Nzilani, hal. 191
Pemerintahan Pia Cayetano, hal. 163; Don De
Graff, hal. 40; Simon Mbevi, hal.
187
Pendidikan Margaret Powell, hal. 207
Penegakan Hukum Doug Call dan Dennis Wittman,
hal. 32
Pengembang Real Estat Sam Yeager, hal. 211
Penilai Properti Mickey Plott, hal. 211
Penjualan David Masys, hal. 217; James
Saunders, hal. 177
Penulis Naskah Barbara Nicolosi, hal. 57
Sains Lingkungan Mukuria Mwangi, hal. 187
Sejarah Anne C. Bailey, hal. 160
Seni Lisa Marten, hal. 35
Seni Kuliner Tim Hammack, hal. 122
Sumber Daya Manusia Kay Edwards, hal. 180
Tari Jeanine Lacquement, hal. 161
Terapi Binatang Bach, hal. 124

isi 309 7/16/13 7:02 PM


isi 310 7/16/13 7:02 PM
311

-----------------------------------------------------------------

CATATAN
-----------------------------------------------------------------

Pendahuluan
1D. Michael Lindsay, Faith in the Halls of Power: How Evangelicals Joined
the American Elite (New York: Oxford University Press, 2007), hal. 226.
2Ibid, hal, 192.
3Ibid, hal. 130.
4Misalnya, Greg Newman, seorang ahli modal ventura, telah
menyediakan suatu dana awal bagi suatu perusahaan lilin di Thailand
yang mempekerjakan perempuan-perempuan yang sudah pulih dari
kekerasan seksual. Filantrofis penuh waktu, Dennis dan Eileen Bakke
telah menetapkan program Harvey Fellows untuk mendukung orang-
orang Kristen yang cerdas untuk belajar di sekolah-sekolah unggulan.
William Inboden menggunakan posisi-posisinya dalam eselon-eselon
atas pemerintahan untuk menciptakan International Religious Freedom
Act pada tahun 1998. Ia menggambarkan dirinya sendiri sebagai orang
yang ingin membentuk budaya, bukan hanya mengikutinya.
5Timothy J. Keller, “Creation Care and Justice”, khotbah yang disampaikan
di Redeemer Presbyterian Church, New York, 16 Januari 2005.
6Ibid.
7Shalom adalah istilah dalam bahasa Ibrani yang kaya makna yang
menyampaikan ide damai dengan Allah, damai dengan diri sendiri, damai
dengan sesama, dan damai dengan tatanan ciptaan. Damai di sini
tidak hanya mengacu pada ketiadaan kekerasan tetapi keutuhan yang

isi 311 7/16/13 7:02 PM


312

mendalam.
8
Saya berhutang kepada Rev. Jeff White dari New Song Harlem Church di
New York City untuk wawasan ini.
9
Pastinya, Yesus juga jelas mengajarkan bahwa kerajaan Allah juga “belum”.
Kita menunggu dan merindukannya dalam dunia kita yang masih rusak
untuk penggenapannya. Upaya-upaya kita sendiri tidak akan dan tidak
bisa menggenapkannya. Kita diperbolehkan untuk memiliki suatu visi
yang sebesar Allah bagi pekerjaan-pekerjaan dan harapan-harapan kita,
tetapi kita tidak diperbolehkan memiliki Utopianisme. Kerajaan Allah akan
tiba dalam kepenuhannya hanya pada saat kembalinya Sang Raja.
10
Don Simmons, presiden, Creative Potential Consulting and Training,
wawancara melalui telepon dengan penulis, 5 Agustus 2010.
11
Istilah ini berasal dari Bill Hybel dari bukunya Holy Discontent: Fueling the
Fire That Ignites Personal Vision (Grand Rapids: Zondervan, 2007).
12
Saya menghabiskan waktu yang tidak proporsional hanya untuk jalan
satu, “Mekarlah di Tempatmu Ditanam,” karena ini adalah ekspresi yang
paling penting dan paling umum dari penatalayanan vokasi. Ini juga jalan
yang semua gereja—terlepas dari ukuran atau keterbatasan sumber
daya—bisa dan harus tekankan.
13
Lisa Belkin, “Time Wasted? Perhaps It’s Well Spent,” New York Times,
31 May, 2007 <www.nytimes.com/2007/05/31/fashion/31work.
html?spc=19&sq=&st=nyt>.

Bab 1: Seperti Apakah Kota yang Beria-ria Itu?


1
Perikop yang dipelajari adh Mzm 46:9; 72; Zak 8:4-13; Yes 2:2-5; 11; 25:
6-9; 26:1-12; 32:1-8; 35; 42:1-4; 49:8-21; 51:3-6; 54; 61-62; 65:17-
25; Yer 23:5-6; Yeh 34:11-31; Yoel 3:17-18; Amos 9:11-15; Mi 4:3-4;
Zef 3:14-20; Zak 8:3-17; 14:6-21; Why 21.
2
Kemungkinan besar ada lebih dari tiga dimensi, tetapi penyelidikan kami
di sini harus dibatasi.
3
Kata dalam bahasa Ibrani untuk “berlaku adil” dalam Mikha 6:8 adalah
mishpat. Seperti yang diperhatikan Tim Keller, kata ini muncul dua
ratus kali dalam Perjanjian Lama dan berkonotasi ide-ide tentang
menghukum kesalahan-kesalahan dan memberi orang hak-hak mereka
(Generous Justice [New York: Dutton, 2010], hal. 3-9). Orang-orang
Kristen dalam berbagai profesi bisa memainkan bagian-bagian yang
penting dalam pekerjaan penyelamatan. Para petugas penegak hukum
dan detektif-dektektif yang menyamar menemukan korban-korban
dan mendokumentasikan adanya kekerasan. Para jaksa dan hakim

isi 312 7/16/13 7:02 PM


313

membawa si pelaku untuk bertanggungjawab. Para pekerja sosial,


petugas kesehatan mental, dan para profesional menggunakan terapi
musik, seni, dan tari bisa membawa penyembuhan bagi para korban.
Para wartawan investigasi dan para profesional komunikasi lainnya
(desainer grafis, penyunting, fotografer, videografer, penulis naskah,
produser film) bisa membangkitkan kesadaran dengan mempublikasikan
kisah-kisah penindasan ke seluruh dunia. Pembela-pembela hak-hak
asasi manusia, para diplomat dan pejabat-pejabat publik bisa bekerja
untuk menciptakan dan menerapkan peraturan-peraturan yang
mengkriminalkan perdagangan manusia, buruh terikat, dan bentuk-
bentuk kekerasan lainnya. Para spesialis public relation dan para pencari
dana profesional bisa menempatkan talenta-talenta mereka untuk
mencari sumber-sumber daya bagi organisasi-organisasi nirlaba yang
melakukan operasi penyelamatan dan bagi rumah-rumah penanganan
pemulihan.
4
Matthew Price, misionaris dari BMS World Mission, “Prayer Letter”, April
2009, dan korespondensi pribadi dengan penulis, 5 Juli 2011.
5
Suatu teks klasik yyang masalah lingkungan-lingkungan pemukiman
miskin terkonsentrasi adalah buku yang ditulis William Julius Wilson The
Truly Disadvantaged: The Inner City, the Underclass, and Public Policy
(Chicago: University of Chicago Press, 1987).
6
Rich Nymoen menawarkan keterampilan-keterampilannya sebagai pelobi
dan pengacara dalam peperangan bagi kesetaraan. Orang-orang
Kristen dalam pekerjaan yang lain, seperti administrator publik, politisi,
peneliti kebijakan publik, ahli ekonomi, pakar dalam evaluasi kebijakan
dan ilmuwan politik, juga bisa memajukan nilai kerajaan Allah ini melalui
pekerjaan mereka.
7
Rich Nymoen, “ISAIAH’s Land Tax Campaign in Minnesota,” Groundswell
(Maret/April 2004) <http://commonground-usa.net/isaiah04.htm>.
8
Ted Grimsrud, “Biblical Basis for Restorative Justice,” pidato kepada
Center of Justice and Peacebuilding, Eastern Mennonita University,
Harrisonburg, Va., 1 Desember 2008.
9
Berbagai profesi menawarkan kesempatan untuk bekerja untuk
membawa keadilan restoratif: bekerja dalam administrasi penjara;
melayani sebagai seorang mediator atau konselor; bekerja pada unit
pendampingan korban dari agen-agen keadilan kriminal; terlibat dalam
pembelaan untuk mempromosikan pendekatan-pendekatan keadilan
restoratif; mengajarkan prinsip-prinsip keadilan restoratif di sekolah-
sekolah hukum, dan program-program resolusi konflik.

isi 313 7/16/13 7:02 PM


314

10
Seperti yang dikutip dalam tulisan Howard Owens, “The Genesee Justice
Story,” The Batavian, 26 November 2010 <http://thebatavian.com/
blogs/howard-owens/genesee-justice-story/22423>.
11
Paul Mrozek, “MHA Salutes Dennis Wittman,” Restorative Justice Online
(20 Mei 2010) <www.restorativejusticeonline.net/RJOB/mba-salutes-
dennis-wittman/>.
12
Cornelius Plantinga, Jr., “Educating for Shalom: Our Calling as a
Christian College,” Calvin College <www.calvin.edu/about/shalom.htm>.
Penekanan berasal dari naskah aslinya.
13
Ini bukan daftar yang memuat semua tanda-tanda kerajaan Allah.
Tambahannya bisa mencakup kebenaran, sukacita, solidaritas,
aksesibilitas, komunitas, kreativitas, dan jasa.
14
Semua kutipan dari Danny Wuerffel berasal dari wawancara melalui
telepon dengan penulis, 5 Oktober 2010.
15
Seni juga melayani maksud-maksud “horisontal”. Berbagai jenis artis
menciptakan karya-karya yang memuaskan rasa lapar estetika jiwa kita.
Kita membutuhkan keindahan, karena Allah menciptakan kita dengan
indera-indera dan menempatkan kita dalam suatu dunia sensorik.
Lingkungan itu penting. Upaya arsitek lanskap untuk memperindah
kota, pekerjaan insinyur untuk membersihkan tanah yang diabaikan
dan penetapan perencana kota untuk adanya suatu taman umum yang
baru—semua ini adalah upaya-upaya kerajaan Allah.
16
Semua kutipan dari Jessie Nilo, pendiri dan direktur, VineArts, berasal dari
wawancara per telepon dengan penulis, 1 September 2010. Sebagai
tambahan kepada cara-cara para artis VineArts mempromosikan
keindahan dalam ibadah, mereka juga menempatkan talenta-talenta
artistik mereka untuk membawa keindahan kepada individu-individu
yang mengalami kesusahan. Para artis dari VineArts mengunjungi
rumah-rumah perawatan dan suatu pusat krisis kehamilan setempat,
memfasilitasi proyek-proyek seni oleh para lansia dan para calon ibu.
Seni menolong membawa orang keluar dari kecemasan dan kesedihan
mereka, demikian cerita Jessie.
17
Lisa Marten, pemilik, relevatorart, berasal dari wawancara per telepon
dengan penulis, 1 September 2010.
18
Semua kutipan dari Andrew Macfarlan, MD, Albemarle Square Family
Healthcare, CHarlottesville, Va., berasal dari wawancara per telepon
dengan penulis, 6 Maret 2011.
19
Semua kutipan dari Courtney Williams, Community Gardening
Coordinator, Lots of Hope Garden, The Pittsburgh Project, berasal dari

isi 314 7/16/13 7:02 PM


315

wawancara per telepon dengan penulis, 27 Agustus 2010.


20
Mark Williams, Community Outreach Coordinator, The Pittsburgh Project,
berasal dari wawancara per telepon dengan penulis, 27 Agustus 2010.
21
Ibid.
22
Ibid
23
Dari himne James Montgomery, tahun 1821, “Hail to the Lord’s
Anointed.”
24
Thyda Duong, “New Hope, ‘New Normal,’” Long Beach Business
Journal, 14-27 Oktober 2008, ditempatkan di New Hope Grief Support
Community <www.newhopegrief.org/newnormal.htm>.
25
”South Holland, IL,” Encyclopedia of Chicago <www.encyclopedia.
chicagohistory.org/pages/1173.html>.
26
Kecuali dinyatakan demikian, semua kutipan dari Don De Graff, walikota,
South Holland, Ill., berasal dari wawancara per telepon dengan penulis,
3 Maret 2011.
27
”2010CommUNITY Dinners,” Village of South Holland <www.southholland.
org/index.php?page=events/commdinners>.
28
”Cattle, Guns, and Murder ... or Peace?” Christian Veterinary Mission
<www.cvmusa.org/Page.aspx?pid=3049>.
29
Rob Cullivan, “Boring Church Works on Uganda Peace Making,”
Portland Tribune, 22 Juli 2010 <www.prtlandtribune.com/news/story.
php?story_id=127932275124029100>.
30
Ken Sande, “Cattle Rustling, AK-47s, dan Peacemaking,” Peacemaker
Ministries (29 April 2010) <http://bookstore.peacemaker.net/
blog/?m=201004>.
31
Al Tizon, Ron Sider, John Perkins, dan Wayne Gordon, “Business on a
Mission,” Prism, November/Desember 2008, hal. 9.
32
Ibid, hal. 10.
33
Ibid, hal. 9.
34
Dr. Jorge Vazquez, “Inspiring Scientist—Dr. Jorge Vazquez,” Jet Propulsion
Laboratory, California Institute of Technology <http://stardustnext.jpl.
nasa.gov/Insp_people/vazquez.html>.
35
”Jorge Vazquez,” Jet Propulsion Laboratory, California Institute of
Technology, <http://science.jpl.nasa.gov/people/Vazquez/>.
36
Pengakuan ini berakhir dengan “Aku menantikan kebangkitan orang mati
dan kehidupan di zaman yang akan datang.” The Nicene Creed, Creeds
of Christendom <www.creeds.net/ancient/nicene.htm>.
37
Sebagai contoh, 2 Kor 4:18; Kol 3:2; Ibr 11:10.

isi 315 7/16/13 7:02 PM


316

Bab 2: Seperti Apakah Orang-orang Benar Itu?


1
Saat kita mengambil topik kebenaran ini, beberapa pembaca mungkin
dibingungkan oleh suatu teka-teki. Di satu sisi, Alkitab selalu mengangkat
tantangan untuk menjadi orang yang benar, sedangkan di sisi lain,
Alkitab menyatakan bahwa jelas bahwa ““Tidak ada yang benar, seorang
pun tidak” (Rm 3:10). Bagaimana kita menyatukan kedua hal ini? Kita
mulai dengan mengenali bahwa hanya Allah yang sempurna di dalam
kebenaran. Kita adalah orang-orang berdosa, dan kita bergantung pada
keselamatan pada kebenaran yang diperhitungkan oleh Kristus bagi
keselamatan kita. Jadi, saat saya menggunakan kata benar di seluruh
bab ini, saya tidak mengklaim bahwa kita bisa sempurna.
Sebagai tambahan, tidak satupun yang saya katakan dalam bab ini
harus ditafsirkan sebagai bermakna bahwa orang-orang Kristen, melalui
perilaku “benar” kita sendiri, bisa memperoleh keselamatan. Kebenaran
yang saya bahas di sini tidak sama dengan pengudusan total yang
menunggu kita di bumi yang baru. Kebenaran adalah apa yang kita miliki
sebagai orang-orang berdosa yang diselamatkan yang oleh Allah disebut
“orang-orang kudus”. Roh-Nya tinggal di dalam kita dan telah membuat
kita—dan terus membuat kita—menjadi “ciptaan baru”. Panggilan untuk
hidup sebagai seorang tsaddiq tidaklah sama dengan suatu panggilan
untuk hidup sebagai seseorang yang sempurna dan tanpa dosa. Kita
orang-orang Kristen tidaklah sempurna. Tidak, jauh dari itu. Tetapi kita
telah dijadikan baru dan kita telah memutuskan untuk mengikut Yesus
sebagai Tuhan. Kini Roh-Nya tinggal di dalam kita, memberdayakan kita
sebagai murid-murid-Nya. Melihat ke belakang dari salib Kristus, kita
memahami bahwa orang-orang benar adalah mereka yang percaya
kepada Allah, mengikut-Nya, mengasihi-Nya, dan mengupayakan maksud-
maksud-Nya—walaupun tidak secara sempurna.
2
Karena seringnya saya menggunakan istilah-istilah ini dalam buku ini,
mungkin berguna untuk tahu bagaimana cara mengucapkannya. Tsaddiq
diucapkan “tsa-dik” dan tsaddiqim adalah “tsa-di-kim.”
3
N.T. Wright, “Righteousness,” dalam New Dictionary of Theology, ed.
David F. Wright, Sinclair B. Ferguson, dan J.I. Packer (Downers Grove, Ill.:
InterVarsity Press, 1988), hal. 590-592.
4
Timothy Keller, Generous Justice: How God’s Grace Makes Us Just (New
York: Dutton, 2010), hal. 10, penekanan berasal dari naskah asli.
5
Jerome F. D. Creach, The Destiny of the Righteous in the Psalms (Atlanta:
Chalce Press, 2008), hal. 18.
6
Douglas Sherman dan William Hendricks, Your Work Matters to God

isi 316 7/16/13 7:02 PM


317

(Colorado Springs: NavPress, 1987), hal. 97.


7
Miroslav Volf, Work in the Spirit: Toward a Theology of Work (New York:
Oxford University Press, 1991), hal. 100.
8
Ibid., hal. 119.
9
Creach, Destiny of the Righteous, hal. 34-36.
10
Doug Sherman dan William Hendricks, Your Work Matters to God
(Colorado Springs: NavPress, 1987), hal. 97.
11
Ini adalah pesan sentral dalam buku Mark Labberton yang penuh
wawasan The Dangerous Act of Loving Your Neighbor (Downers Grove,
Ill,: InterVarsity Press, 2010).
12
Creach, Destiny of the Righteous, hal. 29, 37. Perhatikan kesamaan
definisi Creach dan Keller tentang benar.
13
Ibid., hal. 38.
14
Tim Keller, “Creation Care and Justice,” khotbah yang disampaikan di
Redeemer Presbyterian Church, New York, 16 Januari 2005.
15
Justin Kitch, “The Fourth Priority,” CEO Unplugged (20 September
2006) <http://ceounplugged.homestead.com/philanthropy>. Catatan:
Kitch menjual Homestead.com pada tahun 2007 ke Intuit, tetapi
melakukannya setelah mengatakan tidak kepada delapan belas tawaran.
Kata ya kepada Intuit muncul karena Kitch yakin bahwa merger itu
akan memungkinkan nilai-nilai dan praktek-praktek menjadi berkat bagi
komunitas dari Homestead akan berlanjut.
16
Kisah Copeland diceritakan dalam buku James E. Liebig Business Ethics:
Profiles in Civic Virtue (Golden, Colo.: Fulcrum Publishing, 1990), hal.
139-151.
17
”Who We Are”, Act One <www.actoneprogram.com/about-us/who-we-
are>.
18
John Romanowsky, “Christians Behind the Screen: An Interview with
Barbara Nicolosi,” Godspy (10 November 2005) <http://oldarchive.
godspy.com/reviews/Christians-Behind-the-Screen-An-INterview-with-
Barbara-Nicolosi-by-John-Romanowsky.cfm.html>.
19
Semua kutipan dari Barry Sorrells, ahli bedah ortopedik yang sudah
pensiun, berasal dari wawancara per telepon dengan penulis, 14 Maret
2011.
20
Pada tahun 2009 dua mahasiswa dalam matakuliah itu mengajukan
keberatan terhadap suatu referensi yang dibuat terhadap Kekristenan.
Ini menyebabkan programnya dibatalkan. Namun, Sorrells bertemu
dengan Christian Medical and Dental Association, dan badan itu
memutuskan untuk mendirikan LifeSkills Institute sebagai bagian dari

isi 317 7/16/13 7:02 PM


318

program di kampusnya, yang menjangkau 80 persen dari sekolah-


sekolah kedokteran di negara itu.
21
Dallas Willard, The Great Omission: Reclaiming Jesus’ Essential
Teachings on Discipleship (New York: HarperOne, 2006), hal. 7.
22
Ibid., hal. 24.
23
Perry Bigelow, “The Builder-Developer As Steward of God’s Resources:
Bringing God’s Kingdom to the Marketplace and the Inner City,” dalam
Faith Goes to Work, ed. Robert Banks (Washington, D.C.: The Alban
Institute, 1993), hal, 61.
24
Perry Bigelow, wawancara dengan penulis, 28 Juni 2010.
25
Ibid. Resesi sekarang ini merupakan pukulan yang cukup berat bagi
sektor perumahan sehingga Bigelow Homes harus membuat sejumlah
potongan. Perry menyebut iklim saat ini sebagai “the Great Depression”
dalam bidang perumahan.
26
Bigelow, “The Builder-Developer,” hal. 61.
27
Ibid., hal. 61-62.
28
Bigelow Homes juga mensponsori proyek “House for Hope” tahunan.
Perusahaan itu menyumbangkan tanah untuk membangun sebuah
rumah lalu mendorong anggota-anggota dari jejaring profesional mitra-
mitra dagangnya untuk menyumbangkan tenaga kerja dan bahan-bahan
bangunan yang dibutuhkan untuk membangunnya. Lalu Bigelow menjual
rumah itu dan menyumbangkan labanya kepada Hope International,
suatu badan nirlaba Kristen, yang menggunakannya untuk mendukung
pinjaman bagi usaha-usaha mikro di negara-negara berkembang.
29
Perry Bigelow, “Think Differently, Think Creatively” (pidato kepada
Metropolitan Mayors Caucus Housingn Task Force, 8 Februari 2006),
Bigelow Homes <www.bigelowhomes.com/Why_Bigelow/Think_
Differently>.
30
Ibid. “Perkiraan nilai per acre di subdivisi Bigelow HomeTown Aurota
(HTA) 2.25 kali lebih tinggi dari wilayah pengembangan lainnya.” Ini
adalah suatu fungsi dari kepadatan yang relatif tinggi dari subdivisi HTA
dikombinasikan dengan tingginya harga per kaki persegi dari rumah-
rumah kecil dengan kualitas unggul.
31
Saya berhutang kepada Steve Hayner, presiden dari Columbia Theological
Seminary, untuk wawasan ini.

Bab 3: Mengapa Kita Bukan ParaTsaddiqim


1
Michael Cassidy, This Passing Summer: A South African’s Responses to
White Fear, Black Anger, and the POlitics of Love (Oxnard, Calif.: Gospel

isi 318 7/16/13 7:02 PM


319

Light Publications, 1990), hal. 252, penekanan ditambahkan.


2
Ini adalah kesimpulan dari beberapa kontributor kepada Christian
Vision Project, suatu inisiatif dari Christianity Today International yang
disponsori oleh Pew Charitable Trust, dari tahun 2007-2009. Proyek
ini mengangkat tiga pertanyaan mendasar dalam upaya untuk menilai
keadaan penginjilan Amerika. Pada tahun 2008, pertanyaannya adalah
“Apakah Injil Kita Terlalu Kecil?”
3
Pada tahun 2008, suatu survei yang diselenggarakan oleh Leadership
Journal atas hampir 700 pendeta-pendeta injili tentang pandangan-
pandangan atas injil dan misi memang memberikan sejumlah berita
yang penuh harapan tentang pandangan yang perlahan-lahan
berubah. Survei ini melaporkan bahwa “[suatu] tema yang konsisten
yang muncul dari survei itu adalah keyakinan bahwa penggambaran-
penggambaran injil sebelumnya tidak lengkap.” Perlahan-lahan, para
pendeta merengkuh suatu injil yang kerajaan Allah yang lebih lengkap.
Artikel ini mengutip Birmingham, Alabama, dengan pendeta David
Platt sebagai perwakilannya: “Kami telah menekankan agar Anda
menaikkan suatu doa dan Anda diselamatkan, yang merugikan kami.”
Survei itu melaporkan bahwa pembenaran makin dilihat sebagai awal
dari perjalanan ketimbang keseluruhan dari pesan injil. Yang berkaitan
dengan itu, survei itu menunjukkan perubahan-bahan dalam pemahaman
para pendeta tentang kerajaan Allah. Sepertiga mengatakan mereka
percaya bahwa kerajaan sudah ada sekaligus merupakan realitas masa
depan. Walaupun survei ini mengungkapkan bahwa pandangan ini masih
bukan merupakan yang dominan, bukti dari survei mengungkapkan
bahwa suatu perubahan sudah dimulai. Karena 58 persen mengatakan
sepuluh tahun yang lalu bahwa mereka percaya kerajaan Allah adalah
realitas masa depan saja. (Lihat Helen Lee, “Missional Shift or Drift?”
Leadership Journal, 7 November 2008 <www.christianitytoday.com/
le/fall/7.23.html>.)
4
Joan Huyser-Honig, “Keith Getty on Writing Hymns for the Church
Universal,” Calvin Institute of Christian Worship (1 September 2006)
<www.calvin.edu/worship/stories/getty.php>. Bahkan dalam sejumlah
hal, teologia yang buruk dalam lagu-lagu kita bisa lebih merusak
ketimbang teologia yang buruk dalam khotbah-khotbah kita. Karena
kita berpartisipasi dalam nyanyian; indera-indera dan tubuh-tubuh kita
terlibat. Orang kemungkinan besar akan lebih ingat kata-kata lagu-
lagu pujian yang mereka nyanyikan ketimbang perkataan pengkhotbah
yang mereka dengarkan. Seperti halnya semua orang yang pernah

isi 319 7/16/13 7:02 PM


320

mengalami tidak mampu “mengenyahkan lagi itu dari kepalaku” bisa


memberi kesaksian, lirik-lirik lagu menempel di otak kita. Namun lagu-
lagu yang mengandung kebenaran yang kuat juga bisa mempersatukan
dan menolong kita bertahan dalam kehidupan yang penuh kebenaran.
Pikirkan peran penting musik dalam gerakan hak-hak asasi manusia
di Amerika; kebenaran dalam lagu menggerakkan keberanian dan
ketekunan.
5
Dick Staub, “My Rant Against CCM,” Christianity Today, 20 Desember
2005. Pandangan Staub menggemakan para kritikus CCM lainnya,
termasuk penyanyi-penulis lagu dan produser Charlie Peacock. Peacock
adalah orang dalam pertama dalam musik Kristen yang mengangkat
peringatan tentang industri ini. Pada tahun 1998, ia mengeluh bahwa
“bukan sesuatu yang asing bagi para penulis lagu untuk mengabadikan
pandangan akan kerajaan Allah yang terpotong dalam lirik-lirik mereka.
Dan dari gambaran-gambaran yang kecil dan tidak cukup lengkap
ini tentang realitas kehidupan kerajaan Allah inilah musik Kristen
dikategorikan, kabar baik tentang Yesus menjadi sepele, dan iman yang
sejati kepada-Nya dikarikaturkan.” Charlie Peacock, At The Crossroads:
Inside the Past, Present, and Future of Contemporary Christian Music,
exp. Ed. (Colorado Springs: Shaw Books, 2004), hal, 72.
6
Brian McLaren, “An Open Letter to Worship Songwriters,” Worship
Leader Magazine, March/April 2005, <www.brianmclaren.net/
archives/lettertosongwriters.pdf>.
7
Tori Taff, 100 Greatest Songs in Christian Music (Nashville: Integrity
Publishers, 2006). Daftar seratus lagu-lagu paling top dikumpulkan
melalui suatu survei. Limapuluh persen responden survei adalah para
profesional CCM industri dan 50 persend ari suatu sampel acak dari
pelanggan majalah itu yang berjumlah 2.500. daftar ini mencakup lagu-
lagu dari beberapa dekade terakhir, dengan demikian mengidentifikasi
lagu-lagu yang memiliki “daya tahan”. Pada tahun 2007, CCM Magazine
(Contemporary Christian Music Magazine) mengubah namanya menjadi
Christ Community Music Magazine.
8
Harus diakui, penilaian kami memang subyektif, dan beberapa lagu hampir
tidak mungkin dinilai sama sekali karena mereka tentang relasi-relasi
keluarga (misalnya, “Butterfly Kisses” oleh Bob Arlisle) atau pernikahan
(misalnya, “I Will Be Here” dari Steven Curtis Chapman). Kami juga
mengumpulkan semua lirik lagu ke dalam satu dokumen besar dan
melakukan penghitungan mekanis atas berapa kali kata-kata tertentu
muncul dalam lagu itu. Kami memiliki dua pengelompokan kata-kata. Satu

isi 320 7/16/13 7:02 PM


321

set mencakup saya, diriku, milikku, ampuni (dan diampuni, pengampunan),


dan ditebus atau dibayar. Set lainnya mencakup keadilan, lapar, miskin,
tertindas, membutuhkan, melayani, memulihkan, menyembuhkan, belas
kasihan, komunitas dan sesama. Kami menemukan 1.623 penggunaan
kata-kata dari set pertama dan hanya 29 penggunaan kata-kata dari set
kedua.
9
Lainnya mencakup Christ’ Call to Discipleship oleh James Montgomery
Boice; The Divine Conspiracy: Rediscovering Our Hidden Life in God oleh
Dallas Willard; Spiritual Disciplines for the Christian Life oleh Donald S.
Whitney; The Cost of Discipleship oleh Dietrich Bonhoeffer; How Now Shall
We Live? Charles W. Colson; A Long Obedience in the Same Direction:
Discipleship in an Instant Society oleh Eugene H. Peterson; Celebration
of Discipline: The Path to Spiritual Growth oleh Richard J. Foster; The
Master’s Plan for Making Disciples: Every Christian an Effective Witness
Through an Enabling Church oleh Win Arn; The Reason for God oleh
Timothy Keller; Discipleship Essentials: A Guide to Building Your Life in
Christ oleh Greg Ogden; Taking Discipleship Seriously: A Radical Biblical
Approach oleh Tom Sine; The Great Omission: Reclaiming Jesus’
Essential Teachings on Discipleship oleh Dallas Willard; The Kingdom
That Turned the World Upside Down oleh David Bercot.
10
Ada beberapa kekecualian penting. Misalnya buku The Purpose Driven
Life dari Rick Warren adalah buku laris sepanjang masa, dan ia
mengkhotbahkan suatu injil yang holistik. Buku The Reason for God dari
Tim Keller telah sangat populer, dan ia adalah salah satu pengkhotbah
terbaik tentang kerajaan Allah yang ada sekarang ini.
11
James Davison Hunter, American Evangelicalism: Conservative Religion
and the Quandary of Modernity (New Brunswick, N.J.: Rutgers University
Press, 1983), hal, 142-143. Delapan penerbit adalah Bethany, Gospel
Light, Moody, Revell/Spire, Scripture, Tyndale, Word, dan Zondervan.
Lima tahun kemudian, Hunter mempublikasikan suatu penelitian tentang
para mahasiswa Kristen di universitas yang berjudul Evangelicalim:
The Coming Generation (University of Chicago, 1987), memperhatikan
bahwa di kalangan populasi ini ada suatu “aksentuasi subyektivitas dan
pemujaan diri hampir dalam segala hal, yang ditunjukkan dalam upaya-
upaya disengaja untuk mencapai pemahaman diri sendiri, peningkatan
diri sendiri, dan pemuasan diri sendiri” (hal. 65).
12
David Wells, No Place for Truth, or Whatever Happened to Evangelical
Theology? (Grand Rapids: Eerdmans, 1993), hal. 130-131.
13
Ronald J. Sider, The Scandal of Evangelical Conscience (Grand Rapids:

isi 321 7/16/13 7:02 PM


322

Baker, 2005), hal. 59-61.


14
Ibid., hal. 58.
15
Dallas Willard, The Great Omission: Reclaiming Jesus’ Essential
Teachings on Discipleship (New York: HarperOne, 2006), hal. 4.
16
Ibid., hal. 58.
17
N.T. Wright, Surprised by Hope: Rethinking Heaven, the Resurrection,
and the Mission of the Church (New York: HarperOne, 2006), hal. 4.
18
Ibid., hal. 5
19
Ibid., hal. 19. Himne-himne seperti “Sun of My Soul, Thou Saviour Dear”
oleh John Keble, misalnya, mengajar kita tentang “memusatkan seluruh
perhatian kita kepada sorga di atas”—suatu ide yang lebih cocok dengan
agama Buddha ketimbang Kekristenan ortodoks. Dalam himne-himne
lain, kita menyanyi tentang Yesus datang untuk membawa kita pulang—
jauh dari bumi ke sorga. Sebaliknya, suatu himne seperti “Hail to the
Lord’s Anointed” dari James Montgomery mengarahkan perhatian
kepada bertahtanya Kristus secara kekal sebagai raja dan kehidupan
yang subur yang akan terbentang di Yerusalem Baru.
20
Randy Alcorn, “Bodily Resurrection: Don’t Settle for Less,”
Eternal Perspective Ministries (4 Maret 2010) <www.epm.org/
resources/2010/Mar/4/bodily-resurrection-dont-settle-less>. Alcorn
adalah penulis dari buku yang luas isinya, Heaven, buku besar dan berat
setebal 560 halaman tentang kehidupan setelah kematian (Tyndale
House, 2004).
21
Wright, Surprised by Hope, hal. 19.
22
Ibid., hal. 211.
23
Suatu penjelasan tentang 2 Petrus 3:10-12 mungkin dibutuhkan di sini.
Di sini sang rasul berbicara tentang dunia habis terbakar. Kita perlu
ingat bahwa api dalam Kitab Suci biasanya berarti api yang memurnikan.
Jadi seringkali maknanya lebih kepada pemurnian, bukan pemusnahan.
Apalagi, Petrus sendiri berbicara dalam 2 Petrus 3:13 tentang “langit
yang baru dan bumi yang baru.” Kata baru di sini adalah kainos (baru
dalam natur atau kualitas). Karenanya Petrus memaknai “baru” dalam
pengertian diperbaharui, bukan baru sama sekali.
24
Wright, Surprised by Hope, hal. 193, penekanan berasal dari naskah asli.
25
Ibid., penekanan berasal dari naskah asli.
26
Ibid., hal. 208.
27
Ibid., hal. 211. Wright melanjutkan: “Tentu saja hal ini akan berbeda
secara radikal dari jenis pekerjaan yang akan kita lakukan jika tugas kita
satu-satunya adalah menyelamatkan jiwa-jiwa bagi suatu sorga yang

isi 322 7/16/13 7:02 PM


323

tanpa tubuh atau hanya menolong orang untuk menikmati suatu relasi
yang memuaskan dengan Allah seolah-olah itulah akhir masalahnya. Ini
juga akan berbeda secara signifikan dari jenis pekerjaan yang mungkin
akan kita ambil jika satu-satunya tugas kita adalah melupakan dimensi
apapun tentang Allah dan hanya mencoba untuk membuat hidup lebih
baik di dalam terus berlangsungnya dunia seperti itu.”
28
D. Michael Lindsay, komentar-komentar di konferensi Following Christ,
Chicago, Ill., InterVarsity Christian Fellowship, 2008.
29
D. Michael Lindsay, Faith in the Halls of Power: How Evangelicals Joined
the American Elite (New York: Oxford University Press, 2007), hal. 191.
30
Ibid., hal. 221.
31
Ibid., hal. 130.
32
Ibid., hal. 192.
33
D. Michael Lindsay, “A Gated Community in the Evangelical World.”
USA Today, 11 February 2008. Tersedia di <www.rev.org/article.
asp?ID=2991>.
34
Ini adalah penemuan dari seseorang dari Afrika Selatan yang sangat
terpelajar, Charles Villa-Vicencio an pengalaman pribadi dari Beyers
Naude, salah satu orang kulit putih Kristen konservatif yang paling
terkemuka yang bergabung dengan gerakan resistensi. Saat mengatakan
“perjumpaan nyata”, Villa-Vicencio bermaksud mengatakan bahwa orang-
orang Kristen telah berkenalan secara pribadi dengan kondisi-kondisi
kehidupan dunia nyata dari orang-orang kulit hitam di bawah apartheid,
dan mereka telah mengembangkan relasi sejajar dengan orang-orang
hitam (yang adalah penting karena pada saat itu kebanyakan orang-
orang kulit putih berurusan dengan orang-orang kulit hitam hanya dalam
relasi majikan-pelayan). Lihat Resistance and Hope: South African Essays
in Honor of Beyers Naude, ed. Charles Villa-Vicencio, Beyers Naude, dan
John W. de Gruchy (Grand Rapids: Eerdmans, 1985).
35
Cassidy, This Passing Summer, hal. 224.
36
Ibid., hal. 227.
37
Ibid., hal. 473.
38
Ibid., hal. 239.

Bab 4: Bagaimana Injil Kerajaan Memeliharakan Para Tsaddiqim


1
Lihat lagu Michael Card “The Promise,” The Promise (Brentwood, Tenn.:
Sparrow, 1991).
2
James Choung, True Story: A Christianity Worth Believing In (Downers
Grove, Ill.: InterVarsity Press, 2009).

isi 323 7/16/13 7:02 PM


324

3
Ibid., hal. 198.
4
Darrow L. Miller, Servanthood: The Calling of Every Christian (Phoenix:
Disciple Nations Alliance, 2009), hal. 95.
5
Michael Frost and Alan Hirsch menekankan bahwa keterutusan kita terikat
dengan pemuridan kita terhadap Yesus: “Yesus mendefinisikan kita
secara total. ... Hubungan kita dengan Tritunggal adalah melalui Pribadi
Kedua. Ini memiliki banyak implikasi, tetapi salah satunya bermakna
bahwa kita tidak akan pernah bisa melampaui fakta bahwa kita adalah
murid-murid dan karenanya orang-orang secara langsung terhubung
dengan maksud-maksud mesianik di dalam dunia.” The Shaping of Things
to Come (Peabody, Mass.: Hendrickson, 2003), hal. 113.
6
Dietric Bonhoeffer, Life Together: The Classic Exploration of Faith in
Community (New York: HarperColllins, 1954), hal. 43-44, penekanan
ditambahkan.
7
Ryan Bell, “Witnessing to God’s Reign,” Spectrum, 4 Agustus 2008 <www.
spectrummagazine.org/print/845>.
8
Rasul Yohanes menulis, “Untuk inilah Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu
supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu” (1 Yoh 3:8).
9
Yesus menuntut para murid yang pertama dengan kerja keras seperti
ini: “Maka Yesus memanggil kedua belas murid-Nya, lalu memberikan
tenaga dan kuasa kepada mereka untuk menguasai setan-setan dan
untuk menyembuhkan penyakit-penyakit. Dan Ia mengutus mereka untuk
memberitakan Kerajaan Allah dan untuk menyembuhkan orang” (Lk 9:1-
2).
10
Frost dan Hirsch, The Shaping of Things, hal. 115, penekanan
ditambahkan.
11
N.T. Wright, Surprised by Hope: Rethinking Heaven, the Resurrection,
and the Mission of the Church (New York: HarperOne, 2006), hal. 200,
penekanan ditambahkan.
12
”Ada suatu teka-teki dalam Talmud yang bunyinya demikian, ‘Jika Allah
ingin manusia hidup oleh roti, mengapa Dia tidak menciptakan pohon
roti’ ... Jawabannya adalah bahwa, pada kenyataannya, Allah lebih suka
memberi kita suatu bijian dan mengundang kita untuk membeli sebidang
tanah dan menanam benih itu. Dia lebih suka kita mengerjakan tanah itu
sambil mengirimkan hujan. Dia lebih suka kita memanen hasil pertanian
sambil mengirimkan sinar matahari. ... Mengapa? Karena Dia lebih suka
kita menjadi mitra-mitra-Nya dalam ciptaan. Tentu saja, Allah bisa saha
memberikan semua kebutuhan kita dan menyelesaikan semua masalah
kita. Namun Allah kita mengundang kita ke dalam suatu kemitraan yang

isi 324 7/16/13 7:02 PM


325

kreatif dengan-Nya. Dia menyediakan bumi, udara, air, matahari, dan


kekuatan kita lalu meminta kita bekerja bersama-Nya.” Frost dan Hirsch,
The Shaping of Things, hal. 159.

Bab 5: Mengintegrasikan Iman dan Pekerjaan


1
Doug Sherman dan William Hendricks, Your Work Matters to God
(Colorado Springs: NavPress, 1987), hal. 16. Organisasi Sherman
melakukan suatu penelitian terhadap dua ribu orang Kristen. Sembilan
puluh persen belum pernah mendengar khotbah yang mengaitkan
prinsip-prinsip alkitabiah kepada kehidupan kerja mereka.
2
Nancy Lovell, “An Interview with David Miller,” FaithInTheWorkplace.
com <www.christianitytoday.com/workplace/articles/interviews/
davidmiller.html>, penekanan ditambahkan.
3
Pete Hammond, R. Paul Stevens, dan Todd Svanoe, ed., The Marketplace
Annotated Bibliography: A Christian Guide to Books on Work, Business,
and Vocation (Downers Grove, Ill. InterVarsity Press, 2002). Literatur
yang isinya luas ini mengulas beberapa ratus buku, tetapi sejumlah
besar di antaranya tidak secara spesifik membahas pertanyaan tentang
mengintegrasikan iman dan pekerjaan.
4
Seminar-seminar dalam Christian Scholarship, “Business as Ministry:
Exploring the Issues, Patterns, and Challenges,” Calvin College, 16-17
July 2007 <www.calvin.edu/scs/2007/seminars/business>.
5
The Fellowship of Christian Graduates Students membuat daftar yang
terdiri dari tiga puluh delapan asosiasi profesional seperti itu dalam
website mereka. Lihat <www.bgsu.edu/studentlife/organizations/
fcgs/christprof.html>.
6
David W. Miller, God At Work: The History and Promise of Faith at Work
Movement (New York: Oxford University Press, 2007), hal. 6.
7
Ibid., hal. 5. Buku Douglas J. Schuurman, Vocation: Discerning Our Callings
in Life (Grand Rapids: Eerdmans, 2004) memberikan suatu ringkasan
pemikiran Luther dan Calvin yang mudah dipahami.
8
Ibid., hal. 129.
9
Ibid., hal. 131, penekanan ditambahkan.
10
Ibid., hal. 192, n. 18.
11
Ken Walker, “It’s Time for Marketplace Ministry,” Charisma, 31
May 2003 <www.charismamag.com/index.php/features2/234-
unorganized/7624-its-time-for-marketplace-ministry>.
12
Miller, God At Work, hal. 135.
13
Ibid., hal. 139.

isi 325 7/16/13 7:02 PM


326

14
Limabelas badan itu adalah Blackaby Ministries International—
Marketplace Ministries, Fellowship of Companies for Christ International,
Kingdom Companies, Breakthrough Fellowship, Businessmen’s
Fellowship USA, International Fellowship of Christian Businessmen,
Christians in Commerce, His Church at Work, C-12 Group, Christian
Businessmen Connection, Kiros, Life Chasers, Marketplace Network/
Made to Matter, International Christian Chambmer of Commerce, dan
Needle’s Eye Ministries.
15
Fellowship of Companies for Christ International, “Vision and Mission”
<www.fcci-online.org/about-us/vision-mission>.
16
Ibid. Breakthrough Fellowship, International Fellowship of Christian
Businessmen, dan Christian Businessmen Connection juga menyatakan
tujuan utama mereka adalah penginjilan dan pemuridan pribadi.
Businessmen’s Fellowship USA mendorong para pebisnis untuk
membagikan Kristus dalam tempat kerja mereka dan menawarkan
berbagai acara di mana orang-orang Kristen bisa memberikan
kesaksian mereka secara publik. Semua kelompok ini cenderung
membatasi perhatian mereka terhadap masalah-masalah etis kepada
yang menyangkut perilaku individu, berlawanan dengan isu-isu etis level
mezzo dan makro yang dijelaskan oleh Miller.
17
Lihat Blackaby’s Marketplace Ministries webpage untuk tanggal-tanggal
Penelaahan Alkitab terbaru <www.blackaby.org/resources/bible_
study>.
18
D. Michael Lindsay menemukan bahwa para pemimpin bisnis ini sangat
berkomitmen terhadap etika-etika pribadi dan banyak yang mensponsori
Penelaahan Alkitab di tempat kerja atau menggaji pendeta perusahaan.
Ia juga bertemu dengan para pemimpin bisnis yang mengekspresikan
keprihatinan mereka tentang menjaga presentasi publik dari perusahaan
mereka. Beberapa eksekutif korporasi yang diwawancarainya mencatat
bahwa satu cara iman mereka membentuk pekerjaan mereka berkaitan
dengan keputusan-keputusan mereka tentang juru bicara perusahaan.
Mereka bekerja untuk memastikan bahwa jurubicara-jurubicara seperti
itu, termasuk para selebritas, memiliki nilai-nilai iman yang sama dengan
yang dimiliki oleh eksekutif Kristen itu. CEO Jockey Debra Waller membuat
suatu keputusan bahwa dalam iklan pakaian dalam perusahaan itu yang
mempertontonkan baik lelaki maupun perempuan, para aktornya akan
mengenakan cincin pernikahan. Dengan cara ini Waller “secara publik
mengaitkan iman Kristen dengan pengambilan keputusan perusahaan.”
Faith in the Halls of Power: How Evangelicals Joined the American Elite

isi 326 7/16/13 7:02 PM


327

(New York: Oxford University Press, 2008), hal. 179.


19
Gerakan Business As Mission (BAM) memberikan harapan untuk
integrasi iman dan pekerjaan yang lebih kuat yang memajukan tercicipinya
kerajaan Allah. Para pembaca yang ingin mengenal lebih banyak tentang
perkembangan yang penting dan memberi semangat ini bisa membaca
suatu ulasan akan BAM di <www.vocationalstewardship.org>.
20
Dua puluh tiga badan itu adalah Christian Engineering Society, Christian
Dance Fellowship, Christian Educators Association International,
Christian Medical and Dental Associations, Affiliation of Christian
Geologists, Artisan, Gegrapha, Christian in the Visual Arts, Christian
Legal Society, Association of Christian Economist, Christian in Political
Science, American Scientific Affiliation, Christian Pharmacists Fellowship
International, Association of Christian in the Mathematical Sciences,
Association of Christian Librarians, Christian Sociology Society, Christian
Association for Psychological Studies, Christian Veterinary Mission,
Christian in the Theater Arts, Affiliation of Christian Biologists, North
American Association of Christian in Social Work, Christian Foresters
Fellowship, dan Nurses Christian Fellowship.
21
”Purposes of the ACMS,” ACMS Online <www.acmsonline.org/beliefs/
index.html>.
22
Christian Neuroscience Society <http://crneuroscience.org>.
23
Timothy R. Tuinstra, “Applying the Reformational Doctrine of Christian
Vocation to Our Understanding of Engineering as a Sacred Calling,”
dipresentasikan pada Christian Engineering Edu Conf, 22 Juni 2006.
Lihat <http://people.cedarville.edu/employee/tuinstra/bio_.htm>.
24
CIVA telah memperbaharui pernyataan misinya ejak saat itu, untuk
terpanggil kepada pekerjaan kreatif, mengabdi ke gereja dan berada
di dalam budaya yang ada. Lihat “Mission”, Christian in the Visual Arts
<www.civa.org/about/mission>.
25
Christian Medical and Dental Association, “About Our Organization”
<www.cmda.org/WCM/CMDA/Navigation/About/About_CMDA.
aspx>.
26
James Davidson Hunter, To Change the World (New York: Oxford
University Press, 2010), hal. 235, penekanan berasal dari naskah asli.
27
Doug Spada, pendiri, WorkLife, Inc., wawancara per telepon dengan
penulis, 9 November 2010.

Bab 6: Inspirasi
1
Doug Spada, “Founder’s WorkLife Vision,” YouTube <www.youtube.com/

isi 327 7/16/13 7:02 PM


328

watch?v=r-tDaFcsVdo>.
2
Semua kutipan dari Tom Nelson, pendeta senior, Christ Community
Church, Leawood, Kans., berasal dari wawancara per telepon dengan
penulis, 21 Oktober 2010.
3
Robert J. Banks, ed., Faith Goes to Work: Reflections from the Marketplace
(Eugene, Ore.: Wipf & Stock, 1999), hal. 22-26.
4
7Ibid., hal. 24.
5
Lesslie Newbigin, Signs Amid the Rubble: The Purposes of God in Human
History (Grand Rapids, Eerdmans, 2003), hal. 47.
6
Frederick Buechner, Wishful Thinking: A Seeker’s ABC (New York:
HarperOne, 1993), hal. 119.
7
Para pakar Kristen John Bernbaum dan Simon Steer mengambil
posisi yang terus terang dalam isu ini. Mereka berargumen bahwa
“tidak semua pekerjaan memiliki nilai yang setara di mata Allah. Suatu
pandangan alkitabiah tentang pekerjaan menyatakan bahwa pekerjaan
adalah suatu aktivitas yang ditahbiskan Allah dan bahwa kerja keras
adalah bernilai saat kita melayani sebagai pengelola dan rekan pencipta
dalam dunia Allah. Tetapi nilai budaya adalah kriteria lain dari pengajaran
Kristen tentang pekerjaan. Jika kita dipanggil untuk menjadi pelayanan-
pelayanan, pekerjaan yang harus kita lakukan harus membawa
manfaat bagi sesama—manfaat yang memiliki signifikansi. Kita harus
menghindari bukan hanya pekerjaan-pekerjaan yang berbahaya menurut
definisinya (berjudi dan prostitusi, misalnya), tetapi juga pekerjaan yang
tidak menghasilkan jasa yang berguna. Menggunakan kemampuan-
kemampuan kita untuk mengembangkan, membuat, atau menjual
barang-barang mewah atau barang-barang yang bisa berbahaya
bukanlah pilihan karir yang baik secara alkitabiah. Itu bukan keinginan
Allah bagi kita.” Why Work (Grand Rapids: Baker, 1986), hal. 87.
8
Kecuali dinyatakan demikian, semua kutipan dari Jill Sorenson, penasehat
keberlangsungan hidup, Rebuild Consulting, berasal dari suatu
wawancara per telepon dengan penulis pada tgl 29 Juli 2010.
9
Kecuali dinyatakan demikian, semua kutipan dari Cynthia Leibrock
berasal dari “The Secrests of Aging Beautifully” (file audio) <http://
agingbeautifully.org/tape1.mp3>.
10
Joyce Wadler, “A Colorado Home Is Ready for Its Owners’ Old Age,” New
York Times, 19 Februari 2009.
11
Ibid.
12
”Rehabitat Fund: The Carpenter’s Helpers,” Aging Beautifully <http://
agingbeautifully.org/volunteers.html>.

isi 328 7/16/13 7:02 PM


329

13
Pada bagian tiga, saya memaparkan empat jalan untuk mengekspresikan
penatalayanan vokasi. Jill dan Cynthia mendemontrasikan bagaimana
orang-orang percaya bisa menjalani lebih dari satu jalan setiap kali.
Keduanya adalah contoh dari jalan pertama (berkembang di mana Anda
ditanam). Sebagai tambahan, pekerjaan Jill sebagai relawan di luar negeri
adalah contoh dari jalan dua (menyumbangkan keterampilan). Inisiatif
Rehabitat Cynthia adalah suatu contoh dari jalan ketiga (meluncurkan
usaha sosial Anda sendiri).
14
Jill Sorenson, “Beyond the Walls,” JILLM: Searching for Beauty in the
Everyday (19 Februari 2007) <http://jillm.com/2007/02/19/
beyond-the-walls-2>.
15
Douglas J. Schuurman, Vocation: Discerning Our Callings in Life (Grand
Rapids: Eerdmans, 2004), hal. 130-131.
16
Kecuali dinyatakan demikian, kutipan-kutipan berikut adalah dari Adam
Hamilton, “@ Work,” khotbah yang disampaikan di Church of the
Resurrection, Leawood, Kans., 19 Juli 2009.
17
”GEAR for Sports® Joins Fair Labor Association,” 19 Juni 2000, press
rilis <www.gearnosweat.com>.

Bab 7: Penemuan
1
Pendeta Armitage pensiun dari perannya sebagai pendeta senior di
Pleasant Valley pada kahir tahun 2010.
2
Church Community Builder (CCB) adalah suatu program canggih yang
memampukan jemaat untuk membangun dan mengelola profll-profil
keterlibatan jemaat. Fitur “Posisi” pada CCB, misalnya, menolong para
pemimpin gereja mencocokkan kesempatan-kesempatan pelayanan
dengan individu-individu yang paling cocok untuk mengisinya berdasarkan
karunia-karunia, minat-minat, keterampilan-keterampilan, dan gaya
kepemimpinan. Software ini juga memungkinkan anggota jemaat
untuk mencari secara online dan menerapkannya bagi kesempatan-
kesempatan pelayanan yang cocok dengan mereka.
3
Semua kutipan dari Charlene Armitage, direktur bagian memperlengkapi,
Pleasant Valley Baptist Church, berasal dari wawancara per telepon
dengan penulis, 24 Agustus 2010. (Ia pensiun dari posisi di gereja ini
pada akhir tahun 2010.)
4
Kutipan dari Sue Mallory, asisten pencatat dari sesi itu, Brentwood
Presbyterian Church, dan penulis dari The Equipping Church, berasal
dari wawancara per telepon dengan penulis, 11 Agustus 2010.
5
Semua kutipan dari Don Simmons, presiden, Creative Potential Consulting

isi 329 7/16/13 7:02 PM


330

and Training, berasal dari wawancara per telepon dengan penulis, 5


Agustus 2010.
6
Namun, yang lebih membangkitkan semangat, yang sedikit ini ada di
antara yang paling populer. Menurut Erik Rees di Central Saddleback
Church, sekitar lima ribu jemaat telah menggunakan penilaian SHAPE.
Berasal dari Saddleback Church di California, SHAPE menolong orang
mengidentifikasi bukan hanya karunia-karunia rohani mereka tetapi
juga hasrat hati mereka dan jenis kepribadian, serta pengalaman-
pengalaman yang telah membentuk mereka.Servants by Design,
diciptakan oleh Fellowship Bible Church di Little Rock, Arkansas,
mungkin adalah alat penilaian terbaik dalam hal luas cakupannya. Alat
ini mengombinasikan kuesioner karunia-karunia rohani dengan suatu
penilaian perilaku dan berbagai pertanyaan tentang kemampuan
dan keterampilan. Halftime, suatu pelayanan Kristen yang menolong
para pemimpin dunia kerja membuat perubahan dari “sukses kepada
signifikansi”, merekomendasikan alat ini. Servants by Design juga
digunakan dalam kurikulum bagi pelayanan parachurch Kristen Men’s
Fraternity, “agar para lelaki menentukan bagaimana mereka berinteraksi
dalam vokasi dan melayani di luar pekerjaan mereka.” Menurut Ann Blair
dari Fellowship Bible Church, lebih dari limabelas ribu kelompok lelaki
menghadiri pertemuan global Men’s Fraternity yang diadakan seminggu
sekali.
7
Don Simmons setuju. Ia berkata bahwa para penerbit dari alat-alat
penilaian hampir tidak pernah memasukkan saran-saran bagi orang-
orang untuk menempatkan karunia-karunia mereka di luar keempat
dinding gereja. Ia berpikir bahwa hal ini disebabkan karena para
penerbit itu tahu bahwa pendekatan yang berfokus internal ini jauh lebih
menjual. Banyak pemimpin gereja, keluhnya, yang jauh lebih tertarik
untuk membuat anggota-anggota jemaat melakukan pekerjan gereja
ketimbang misi-misi yang berfokus eksternal.
8
Dari esai Dorothy Sayer “Why Work?” Creed of Chaos (New York:
Harcourt Brace, 1947), seperti dikutip dalam Douglas J. Schuurman,
Vocation: Discerning Our Callings in Life (Grand Rapids: Eerdmans,
2004), hal. 134.
9
Tim Hammack, “Gourmet Giving,” Guideposts, Oktober 2010, hal. 61.
10
Ibid., hal. 62.
11
John Blackstone, “Former High End Chef Now Feeds the Homeless,”
CBS Evening News (25 November 2009) <www.cbsnews.com/
stories/2009/11/25/eveningnews/main5777661.shtml>.

isi 330 7/16/13 7:02 PM


331

12
Hammack, “Gourmet Giving,” hal. 64.
13
Stan Grossfeld, dikutip dalam “The Pulitzer Photographs: A Glimpse of
Life,” diproduksi oleh Newseum, Washington, D.C.
14
Ronald J. Sider, et al., Linking Arms, Linking LIves: How Urban-Suburban
Partnerships Can Transform Communties (Grand Rapids: Baker, 2008),
hal. 127.
15
John Phillips, pengembang real estat, wawancara dengan penulis,
Chicago, 28 Juni 2010.
16
Kecuali dinyatakan demikian, kutipan-kutipan berikut adalah dari Helen
Bach, penyelia administratif, Olive Crest, berasal dari suatu wawancara
per telepon dengan penulis pada tgl 23 September 2010.
17
Kevin Brennfleck dan Kay Marie Brennfleck, Live Your Calling: A Practical
Guide to Finding and Fulfilling Your Mission in Life (San Francisco: Jossey-
Bass, 2005), hal. 36-39.
18
Craig Pitman, “The Christian Artist in Ministry,” ArtsReformation.com
(12 April 2006) <www.artsreformation.com/a001/cp-ministry.html>.
19
”Our Impact,” Carson Scholars Fund <http://carsonscholars.org/
content/about-csf/our-impact>.
20
Brad Bell, “A Dislocated Heart,” khotbah yang disampaikan di The
Well Community Church, Fresno, Calif., 5 September 2009 <http://
thewellcommunity.org/podcast/the-feed-sermon-podcast/1/
dislocated -heart-nehemiah-11-4/220>.
21
Semua kutipan dari Tim Schulz, pendiri, ReVive Industries, berasal dari
wawancara per telepon dengan penulis, 2 September 2010.

Bab 8: Pembentukan
1
Saya berhutang kepada Tim Keller untuk wawasan ini.
2
Rabbi Michael Strassfeld, “Avodah: Vocation, Calling, Pelayanan,” My
Jewish Learning <www.myjewishlearning.com/practices/Ethics/
Business_Ethics/Themes_and_Theology/Value_of_Work/Work_as_
Callig.shtml>
3
Kenton Beshore, Rooted: Connect with God, the Church, Your Purpose
(Irvine, Calif.: Mariners Church, 2010), hal. 108.
4
Ibid., hal. 104.
5
Mark Labberton, The Dangerous Act of Loving Your Neighbor:Seeing
Others Through the Eyes of Jesus (Downers Grove, Ill.: InterVarsity
Press, 2010), hal. 96.
6
Ibid., hal. 67.
7
Ibid., hal. 182.

isi 331 7/16/13 7:02 PM


332

8
Ibid., hal. 184.
9
Tim Keller, “A New Kind of Urban Christian,” The Christian Vision Project
(15 Juni 2006) <www.christianvisionproject.com/2006/06/a_new-
kind_of_urban_christian.html>.
10
Gary Haugen, Just Courage: God’s Great Expedition for the Restless
Christian (Downers Grove, Ill.: InterVarsity Press, 2008), hal. 18.
11
Ibid., hal. 20, penekanan ditambahkan
12
Ibid., hal. 38.
14
Dallas Willard, The Great Omission: Reclaiming Jesus’ Essential
Teachings on Discipleship (New York: HarperOne, 2006), hal. 16-17.
15
Steve Gillen, pendeta kampus, Willow Creek North Shore Community
Church, wawancara per telepon dengan penulis, 7 September 2010.
16
Sebagai wakil penguasa, tanggungjawab penatalayanan kita adalah untuk
mengembangkan alam ciptaan (Kej 2:15 menggunakan kata abad dalam
bahasa Ibrani, saat mengatakan bahwa Adam harus mengusahakan
taman itu) dan melindunginya (ini adalah kata shamar dalam bahasa
Ibrani dalam Kej 2:15, diterjemahkan sebagai memelihara).
17
Saya berhutang kepada Andy Crouch untuk wawasan ini.
18
Andy Crouch, Culture Making: Recovering Our Creative Calling (Downers
Grove, Ill.: InterVarsity Press, 2008), hal. 230, penekanan ditambahkan.
19
Dikutip dalam Amy L. Sherman, Being There: Faith on the Frontlines—
succesful Models of Faith-based, Cross-Sector Collaboration from the
2006 Partners in Transformation Awards Program (Indianapolis:
Sagamore Institute for Policy Research, 2006), hal. 41.

Bab 9: Menempatkan Daya Vokasi


1
Tim Keller, “Cultural Renewal: The Role of the Entrepreneurs and
Intrapreneurs,” Center for Faith and Works, Entrepreneurship Forum
2006 <www.faithandwork.org/2006_ei_forum_page3037.php>.
2
Steve Garber, president, Washington Institute, percakapan pribadi
dengan penulis, 13 Oktober 2010.
3
Kim S. Phipps, “Prologue: Campus Climate and Christian Scholarship,”
dalam Scholarship and Christian Faith: Enlarging the Conversation, ed.
Douglas Jacobsen dan Rhonda Hustedt Jacobsen (New York: Oxford
University Press, 2004), hal. 174.
4
James Davison Hunter, To Change the World: The Irony, Tragedy, and
Possibility od Christianity in the Late Modern World (New York: Oxford
University Press, 2010), hal. 252.
5
Lihat Howard Gardner, Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences

isi 332 7/16/13 7:02 PM


333

(New York: Basic Books, 1993).


6
Andy Crouch, Culture Making: Recovering Our Creative Calling (Downers
Grove, Ill.: InterVarsity Press, 2008), hal. 67.
7
Brian Fikkert dan Steve Corbett, When Helping Hurts: How to Alleviate
Poverty Without Hurting the Poor ... and Yourself (Chicago: Moody
Press, 2009).

Bab 10: Jalan 1


1
Semua kutipan oleh Hill berasal dari artikel Matthew Myers, “CEO Profile:
Tom Hill, President, Kimray Incorporated,” Christ @ Work <www.
christatwork.com/data/PDFFiles/Tom%20Hill%20interview.pdf>.
2
Rev. Dr. John Yates, “Seek the Welfare of the City: A Vision for Pastors
and Pastoring,” Pidato kelulusan di Covenant Theological Seminary, St.
Louis, Mo., 16 May 2008.
3
”Faith and Work Ministry,” Harbor Presbyterian Church—Downtown (San
Diego) <www.harbordowntown.org/get-involved/faith--work-ministry>.
4
Semua kutipan dari Duke Kwon, mantan wakil pendeta, Grace DC, berasal
dari wawancara per telepon dengan penulis, 3 November 2010.
5
Davida Foy Crabtree, The Empowering Church: How One Congregation
Supports Lay People’s Ministries in the World (Herndon, Va.: The Alban
Institute, 1989), hal. 6.
6
Sebagai tambahan, pada setiap Labor Day, Yates mengundang seorang
anggota awam untuk menyampaikan suatu khotbah tentang kesetiaan
dalam vokasi.
7
Kunjungi <www.vocationalstewardship.org> untuk memperoleh suatu
salinan “Service of Ordination” dari Christ Community Church.
8
Tom Nelson, pendeta senior, Christ Community Church, wawancara per
telepon dengan penulis, 21 Oktober 2010.
9
Susan Olasky, “An ‘Integral Life’ at Work,” World, 29 November 2008
<www.worldmag.com/articles/14692>.
10
Ibid.
11
Ibid.
12
”Work Life at Peachtree,” Peachtree <www.peachtreepres.org/
WorkLife.aspx>.
13
Victor Pentz, “Soli Deo Gloria: Calling of Peter and the Fishermen
Disciples,” Serial Khotbah: Vintage Jesus (31 August 2008) <www.
peachtreepres.org/downloads/sermons/20080831sermon.pdf>.
14
Semua kutipan dari Bonnie Wurzbacher, wakil presiden senior untuk
Global Customer and Channel Leadership, The Coca-cola Company,

isi 333 7/16/13 7:02 PM


334

berasal dari wawancara per telepon dengan penulis, 25 Agustus 2010.


15
Center for Faith and Work <www.faithandwork.org>.
16
Semua kutipan dari Katherine Leary-Alsdorf, direktur, Center for Faith
and Work, Redeemer Presbyteran Church, berasal dari wawancara per
telepon dengan penulis, 6 February 2009.
17
Fashion Industry Group, Center for Faith and Work <www.faithandwork.
org/fashion>.
18
”Entrepreneurship Initiative: The Competition,” Center for Faith and Work
<www.faithandwork.org/the_competition_page1234.php>.
19
Para pemenangnya tersebar. Threads Theater Company, salah
satu pemenang pada tahun 2007, bertujuan untuk “memulai suatu
percakapan eksklusif tentang iman dan berkontribusi terhadap
pembaharuan budaya.” Pemenang di tahun 2009, Alphabet Scoop Ice
Cream, menyediakan pelatihan kerja dan mentoring dalam suatu toko
es krim bagi remaja-remaja beresiko. Entrepreneurship Initiative juga
menolong memulai inisiatif-inisiatif untuk menyediakan bantuan hukum
bagi mereka yang berada dalam kemiskinan ekstrim, pekerjaan dalam
industri pembuatan mainan di Honduras, perawatan kesehatan holistik
bagi orang-orang yang layak menerimanya di Dtaten Island dan suatu
rumah perlindungan bagi para korban perdagangan seks.
20
Duek Kwon, mantan wakil pendeta, Grace DC, wawancara per telepon
dengan penulis, 3 Novermber 2010. Grace Church meluncurkan dua
belas kelompok, menciptakan kategori-kategori bagi mereka secara
induktif berdasarkan respons-respons jemaat. Ini mencakup kelompok-
kelompok bagi artis, pendidik, orang-orang bisnis, insinyur, profesional
perawatan kesehatan, dan para staf Capitol Hill, hanya sedikit di
antaranya.
21
Semua kutipan dari Wendy Clark, pemilik, Carpe Diem, berasal dari
wawancara per telepon dengan asisten penulis Sally Carlson, 27
September 2010.
22
James Davison Hunter, To Change the World: The Irony, Tragedy, and
Possibility of Christianity in the Late Modern World (New York: Oxford
University Press, 2010), hal. 257, penekanan berasal dari naskah asli.
23
Anne C. Bailey, pidato pada acara pleno, Following Christ Conf, Chicago,
2008 (file audio) <http://media.intervarsity.org/mp3/AnneCBailey.
mp3>.
24
Gordon Govier, “InterVarsity Alumni—Anne C. Bailey,” InterVarsity (16
Oktober 2008) <www.intervarsity.org/news/intervarsity-alumni--anne-
c-bailey>.

isi 334 7/16/13 7:02 PM


335

25
Ibid.
26
Jeanine Lacquement, pendiri dan direktur, Chidren of the Light Dancers,
wawancara per telepon dengan penulis, 16 Mei 2010.
27
Timothy Stiner, “Milt Kuyers: Redefining Success,” dalam My Business,
My Mission, ed. Dog Seebeck dan Timothy Stoner (Grand Rapids:
Partners Worldwide, 2009), hal 23.
28
Ibid.
29
Milt Kuyers, mantan pemilik, Star Sprinklers, wawancara per telepon
dengan penulis, 25 Agustus 2010.
30
Semua kutipan dari Carlos Oscar, komedian profesional, berasal dari
wawancara per telepon dengan penulis, 25 Agustus 2010.
31
Informasi tentang Pia Cayetano di sini diambil dari blognya di <www.
mydailyrace.com> dan wesbsite-nya di <www.senatorpiacayetano.com>.
32
”Interview with Philippines’ Senator Pia Cayetano,” The World of
Parliaments, Juli 2005, hal. 4 <www.ipu.org/PDF/wop/18_en.pdf>.
33
”Profile: Bora Aksu,” Artisan, vol. 1 <www.artisaninitiatives.org/
Publisher/Article.aspx?ID=75333>.
34
Bonnie Alter, “People Tree Goes Designer,” Treehugger (10 May 2007)
<www.treehugger.com/files/2007/05/people_trees_ne.php>.
35
Ibid.
36
Cerita ini didasarkan pada profil Schenk dalam Entrepreneurs in the Faith
Community: Profiles of Mennonites in Business, ed. Calvin W. Redekop
dan Benjamin W. Redekop (Scottdale, Penn.: Herald Press, 1996), hal.
18-38.

Bab 11: Jalan 2


1
Kecuali dinyatakan demikian, informasi dan kutipan-kutipan dari Dan
Blevins berasal dari suatu wawancara per telepon dengan penulis pada
tgl 16 September 2010.
2
”Finishers Project Mission Statement,” Finishers Project <http://
finishers.org/index.php?id=75>.
3
Dikutip dalam Daniel Blevins, “baby Boomer Finds New Calling,”
American Family Association Journal (Oktober 2009) <www.afajournal.
org/1009default.asp>.
4
”Volunteering,” Mt. Pisgah Methodist Church (Johns Creek, Ga.) <www.
mountpisgah.org/Mission/Volunteering.cfm>.
5
PLACE, suatu alat penemuan yang menilai karunia-karunia, talenta-
talenta, keterampilan-keterampilan, pengalaman hidup, dan minat-minat
anggota-anggota jemaat, dikembangkan oleh Jay McSwain. Lihat <www.

isi 335 7/16/13 7:02 PM


336

placeministry.org>.
6
Dengan mengambil artis-pelayan sebagai contoh, nasehat alkitabiah yang
perku diperhatikan datang dari Kolose 3:23-24, tentang melakukan
semua tugas kita “seperti untuk Tuhan”. Si pelayan harus meminta
pertolongan Allah dalam memberikan pelayanan terbaik kepada
pelanggan dan menjadi pegawai yang tepat waktu, bekerja keras, dan
jujur. Ia harus berusaha mengasihi dan melayani rekan-rekan kerjanya.
Ia juga bisa melakukan curah gagasan dengan teman-temannya tentang
bagaimana, terlepas dari posisinya yang rendah, ia bisa memajukan
nilai-nilai kerajaan Allah—seperti kedamaian, keindahan, keadilan,
kelangsungan hidup, atau komunitas—di dalam dan melalui pekerjaannya.
Misalnya, jika restoran itu kecil dan milik suatu keluarga, ia mungkin
bisa bicara dengan pemiliknya tentang membeli bahan-bahan makanan
lokal sebagai ekspresi dari penatalayanan lingkungan. Jika restoran itu
adalah bagian dari jaringan besar rumah makan, boss-nya mungkin
tidak memiliki banyak lingkup untuk membuat keputusan seperti itu.
Dalam hal ini, si pelayan mungkin bisa menyarankan suatu jenis aktivitas
yang berbeda, seperti suatu sesi pelatihan bagi para staf pelayan
tentang cara-cara efektif untuk menghadapi pelanggan-pelanggan
yang tidak menyenangkan. Mungkin seorang konselor, atau seseorang
dengan keterampilan menyelesaikan konflik, dari gereja si pelayaa, bisa
diundang untuk memberikan suatu presentasi singkat tentang topik itu.
Dengan cara yang sederhana ini, si pelayan bisa berkontribusi untuk
mempromosikan nilai kerajaan Allah tentang kedamaian di tempat
kerjanya.
Sementara itu, karena panggilannya yang sejati adalah sebagai
seorang seniman, ia bisa memikirkan tindakan-tindakan apa yang harus
diambilnya untuk mempromosikan keindahan dalam cara penyajian
makanan atau dalam cara mendekorasi restoran itu. Atau ia mungkin
bisa menawarkan jasanya untuk mendekorasi kamar mandi atau
mempercerah pemandangan di luar restoran. Mungkin ia bahkan bisa
meyakinkan pemilik restoran untuk membiarkannya kadang-kadang
menggunakan fasilitas itu, untuk memberikan kelas-kelas pelajaran
tentang seni kepada anak-anak yang kurang beruntung.
7
Aaron Hurst, “Making the Most of a Wave of Volunteers,” The Chronicle of
Philanthropy, 4 Juni 2009 <http://philantrophy.com/article/Making-
the-most-of-a-Wave-of/57445>.
8
Mark A. Hager, “Volunteer Management Capacity in America’s Charities
and Congregations: A Briefing Report,” Urban Institute, Washington,

isi 336 7/16/13 7:02 PM


337

D.C., 2004, hal. 19.


9
Sue Mallory, asisten pencatat sesi itu, Brentwood Presbyterian Church,
Los Angeles, wawancara per telepon dengan penulis, 11 Agustus 2010.
10
Gordon Murphy, mitra pengelola, The Barnabas Group Chicago,
wawancara per telepon dengan penulis, 7 April 2010.
11
William Diehl, Thank God, It’s Monday! (Philadelphia: Fortress, 1982), hal.
191-192.
12
”Serving Central,” Grace Community Church <http://gracecc.org/
serve/serving-central>.
13
Saya menemukan dua pelayanan parachurch yang juga menggunakan
jenis tehnologi ini. Mission Finder memiliki model ini dalam halaman
“Vocational Missions Opprtunities”. Lihat <www.missionfinder.org/
level2.htm>. (Suatu menu yang bisa diturunkan memungkinkan suatu
pengguna untuk memilih area keterampilan vokasinya. Situs itu lalu
menghasilkan suatu daftar pelayanan-pelayanan nirlaba yang mencari
relawan-relawan dengan keterampilan itu atau yang serupa.) Serving in
Mission menggunakan pendekatan serupa dalam situsnya, pada suatu
halaman yang dinamai “Missions By Your Career.” Lihat <www.sim.org/
index.php/career>.
14
”Glocal: Externally Focused Ministries,” Lifebridge Christian Church
<http://lbcc.org/externallyfocused>.
15
Ed Fischer, wawancara per telpon dengan penulis, 2 September 2010.
Gereja-gereja lain juga telah memulai mengimplementasikan perjalanan-
perjalanan misi jangka pendek berbasis vokasi. River Church di San
Jose, California, mengirimkan tim-tim profesional untuk mendukung
Paz y Esperanza, suatu pelayanan di Peru yang aktif dalam memerangi
kekerasan seksual pada anak-anak. “Kami mencoba untuk mengirimkan
orang-orang yang memiliki praktek-praktek terbaik dalam penegakan
hukum, pengadilan kriminal, area psikologi, dan aktivisme komunitas
Kristen,” demikian cerita koordinator Pete Snell. Tahun lalu, misalnya,
timnya mencakup empat perawat forensik, seorang mantan polisi,
beberapa penerjemah, dan seorang pebisnis. (Pete Snell, wawancara
per telpon dengan penulis, 31 Agustus 2010). Northwood Church di
Keller, Texas, mensponsori berbagai perjalanan misi jangka pendek
berbasis vokasi kepada mitra-mitranya di Vietnam dan Meksiko.
Kalender perjalanan tahun 2011-nya mencakup kesempatan-
kesempatan spesifik untuk profesional-profesional medis, pendidik, atlet,
tukang kayu, dan orang-orang dengan keahlian dalam menangani anak-
anak berkebutuhan khusus. Pendeta senior Northwood Bob Roberts Jr.

isi 337 7/16/13 7:02 PM


338

telah menulis tentang upaya-upaya seperti itu dalam bukunya, Real-Time


Connections: Linking Your Job with God’s Global Work (Grand Rapids:
Zondervan, 2010), hal. 123. Lihat juga bagian “Glocal” di website gereja
di <http://northwoodchurch.org/glocal_ministry.php?id=13>.
16
Sebagai alternatifnya, koordinator acara itu bisa mengumpulkan
semua iklan kebutuhan lalu mengelompokkannya menurut perangkat
keterampilannya, dan menciptakan beberapa lembaran satu halaman
(dalam warna-warna yang berbeda) menurut keterampilan vokasinya.
Misalnya, satu lembar akan berisi semua pelayanan (dengan nomor-
nomor stand-nya) yang telah mengindikasikan suatu kebutuhan untuk
orang-orang dengan berbagai jenis keterampilan bisnis. Lembar lainnya
akan memuat daftar pelayanan-pelayanan yang mengindikasikan
bahwa mereka memiliki kesempatan-kesempatan untuk orang-orang
dalam bidang seni kreatif. Yang ketiga akan memuat daftar pelayanan-
pelayanan yang mengindikasikan sejenis kebutuhan untuk para
profesional komunikasi.
17
Kecuali dinyatakan demikian, semua kutipan-kutipan dari Elise Chong
berasal dari suatu wawancara per telepon dengan penulis pada tgl 14
Juli 2010.
18
”Professionals in Action,” Hope for New York <http://hfny.org/
volunteer/professionals-in-action>.
19
Bill Wellons dan Lloyd Reeb, Unlimited Partnership: Igniting a Marketplace
Leader’s Journey to Significance (Nashville: B & H Publishing, 2006).
20
Ibid., hal. 60-61.
21
Vernon Armitage, “Defining Moments: Volunteerism,” CD audio yang
diproduksi oleh Willow Creek North, Juli 2009.
22
Charlene Armitage, direktur bagian memperlengkapi, Pleasant Valley
Baptist Church, wawancara per telepon dengan penulis pada tgl 24
Agustus 2010.
23
Yang ini dan kutipan berikutnya dari Charlene Armitage adalah dari
korespondensi pribadi dengan penulis, 28 November 2010.
24
Robert Lewis, “What to Do With Talented People,” Innovation 2007:
Connecting Innovators to Multiply (Leadership Network, 2007), hal. 42
<http://leadnet.org/resources/doenload/innovation_2007>.
25
Ibid., hal. 43-44.
26
Don Schoendorfer, pendiri dan presiden, Free Wheelchair Mission,
wawancara dengan penulis, Irvine, Calif., 8 Juli 2009.
27
Rod Beadle, presiden dan pendiri, Engineering Resources Association,
wawancara per telepon dengan penulis pada tgl 21 Juli 2010.

isi 338 7/16/13 7:02 PM


339

28
Gordon Murphy, mitra pengelola, The Barnabas Group Chicago,
wawancara per telepon dengan penulis, 7 April 2010.
29
Semua kutipan dari Kay Edwards, presiden dan CEO, Vesper Services
Network, berasal dari wawancara per telepon dengan penulis, 13
Agustus 2010.
30
John Rahe, presiden, Rahe Engineering, wawancara per telepon dengan
penulis, 22 Juli 2010.
31
Semua kutipan dari Larry Mollner, berasal dari wawancara dengan
penulis, Glencoe, Ill., 30 Juni 2010.

Bab 12: Jalan 3


1
Semua kutipan dari Muriithi Wanjau, berasal dari wawancara dengan
penulis, Nairobi, 20 Januari 2010.
2
Simon Mbevi, direktur, Transform Kenya, presentasi di Mavuno Church,
Nairobi, 22 Januari 2010.
3
Kecuali dinyatakan demikian, semua kutipan-kutipan dari Daisy Wamiri
berasal dari suatu wawancara dengan penulis, Nairobi, 20 Januari
2010.
4
Semua kutipan dari Linda Ochola Adolwa, pendeta muda, Mavuno Church,
berasal dari wawancara dengan penulis, Nairobi, 20 Januari 2010.
5
Semua kutipan dari Anne Nzilani, pendiri dan CEO, Bawa la Tumaini,
berasal dari wawancara dengan penulis, Nairobi, 20 Januari 2010.
6
Semua kutipan dari Kanjii Mbugua, Kijiji Records, berasal dari wawancara
dengan penulis, Nairobi, 20 Januari 2010.
7
Saya memasukkan kisah Kanjii dalam bab jalan ketiga ini karena muncul
dari Mavuno Church. Namun, dalam kasus Kanjii, pengaruh dari Mavuno
Marathon tidak menghasilkan suatu usaha sosial baru; mereka tidak
menciptakan suatu organisasi baru. Sebaliknya, mereka menciptakan
program-program baru di dalam bisnis mereka. Dengan cara ini mereka
telah bertindak sebagai apa yang disebut Tim Keller “intrapreneur”—
orang-orang inovatif yang melakukan hal-hal baru untuk membawa
reformasi dalam sektor industrinya. Tetapi mereka melakukannya dari
dalam organisasi yang sudah ada ketimbang memulai organisasi yang
baru.
8
Semua kutipan dari Ken Oloo, berasal dari presentasinya di Mavuno
Church, Nairobi, 22 Januari 2010.

Bab 13: Jalan 4


1
Kisah gereja ini diceritakan dalam buku Samuel G. Freedman, Upon This

isi 339 7/16/13 7:02 PM


340

Rock: The Miracles of a Black Church (New York: HarperPerennial,


1994).
2
Lihat Krista Perry, “Calvary Chapel Fort Lauderdale, FL: A Model of Cause-
Related Community Involvement,” UrbanMinistry.org (2007) <www.
urbanministry.org/files/Cavalry_Chapel_Florida_FINAL.pdf>.
3
Saya mendapatkan hak istimewa untuk belajar tentang gereja-gereja dan
pelayanan-pelayanan ini—New Song Baltimore, Lawndale Community
Church, Bethel New Life, Joy of Jesus, dan FCS Urban Ministries—
melalui keterlibatan saya dengan Christian Community Development
Association. Kunjungi <www.ccda.org>.
4
Kecuali dinyatakan demikian, kutipan-kutipan berikut dari Mike Honeycutt,
mantan pendeta senior, Southwood Presbyterian Church, berasal dari
suatu wawancara per telepon dengan penulis, 15 Oktober 2010.
5
Mike Honeycutt, “Shepherding Change in the Local Congregation,”
Leadership: Succeeding in the Private, Public, dan Nor-for-Profit Sectors,
ed. Ronald R. Sims dan Scott A. Quatro (Armonk, N.Y.: M.E. Sharpe,
2005), hal. 143-151.
6
Kecuali dinyatakan demikian, kutipan-kutipan berikut dari Mike Stanfield,
presiden, Ducommon, berasal dari suatu wawancara per telepon
dengan penulis, 7 Oktober, 2010.
7
Mark Stearns, direktur dari Mercy Ministries, Southwood Presbyterian
Church, dikutip dalam “A Journey to Remember,” Lincoln Village Ministry
<www.lincolnvillageministry.com/Home.html>.
8
Amy L. Sherman, “Enlarging Worlds: Huntsville’s Southwood PCA ‘Adopts’
Strapped Elementary School—And Its Families,” Equip for Ministry,
November/December 2005, hal. 7.
9
Ibid., hal. 8.
10
Liz Clemmons, direktur, James A. Lane Unit of the Alabama Boys & Girls
Club, wawancara per telepon dengan penulis, tgl 14 Oktober, 2010.
11
Yvonne Henry, seorang guru di Lincoln Elementary School, dikutip dalam
artikel Jennifer Pyron, “Teaching and Learning Better Together,” Working
Towards Excellence: The Journal of the Alabama Best Practices Center
8, no. 1 (Fall 2008): 15.
12
Dari aplikasi Lincoln Elementary untuk kompetisi 2010 Panasonic
National School Change.
13
Sherman, “Enlarging Worlds”, hal. 8.
14
Kecuali dinyatakan demikian, semua kutipan-kutipan dari Mark Stearns,
direktur dari Mercy Ministries, Southwood Presbyterian Church, berasal
dari suatu wawancara per telepon dengan penulis, 16 September,

isi 340 7/16/13 7:02 PM


341

2010.
15
Dikutip dalam artikel Kari Hawkins, “Opening Doors: Church Groups Find
Ways to Revitalize Community, Families,” Huntsville Times, 5 Agustus
2005.
16
Ibid.
17
Sherman, “Enlarging Worlds”, hal. 8.
18
21Semua kutipan dari Frank Six, petugas umum universitas, Marshall
Space Flight Center, berasal dari wawancara per telepon dengan penulis,
18 Oktober 2010.
19
”A Journey to Remember,” Lincoln Village Ministry (video) <www.
lincolnvillageministry.com/Home.html>.
20
Sherman, “Enlarging Worlds”, hal. 8.
21
Semua kutipan dari Margaret Powell, spesialis intervensi, Martin Luther
King Jr. Elementary School, berasal dari wawancara per telepon dengan
penulis, 8 Oktober 2010.
22
Dikutip dalam Pyron, “Lincoln’s Powerful Community Partnership,”
Working Toward Excellence: The Journal of the Alabama Best Practices
Center 8, no. 1 (Fall 2008): 14.
23
Derek Simpson, mitra, Warren and Simpson PC, wawancara per telepon
dengan penulis, 13 Oktober 2010.
24
”Journey to Remember.”
25
Ibid.
26
Ibid.
27
Penghuni perempuan yang tidak disebut namanya di Lincoln Village yang
dikutip dalam ”Journey to Remember.”
28
Liz Clemmons, wawancara per telepon dengan penulis, 14 Oktober
2010.
29
Michelle Gilliam Jordan, kepala departemen, Department of Community
Development, City of Huntsville, wawancara per telepon dengan penulis,
15 Oktober 2010.
30
Mickey Plott, broker, PLOTT ReGroup, wawancara per telepon dengan
penulis, 14 Oktober 2010.
31
San Yaeger, pendiri, Bristol Development Group, wawancara per telepon
dengan penulis, 5 Oktober 2010.
32
Ibid.
33
”Journey to Remember.”
34
Dale Brown, koordinator perumahan, Lincoln Village Preservation
Corporation, wawancara per telepon dengan penulis, 16 September
2010.

isi 341 7/16/13 7:02 PM


342

35
Data yang dilaporkan oleh sekolah dalam aplikasinya bagi 2010
Panasonic Award.
36
Ibid.
37
Dikutip dalam Pyron, “Lincoln’s Powerful Community Partnership.”
38
Ibid.
39
Semua kutipan dari Brian Tome, pendeta utama, Crossroads, berasal
dari wawancara per telepon dengan penulis, 5 Oktober 2010.
40
Semua kutipan dari Brian Wells, mantan pendeta pengajar, Crossroads,
berasal dari wawancara per telepon dengan penulis, 24 Oktober 2010.
41
Deborah Leydon, mitra, Dinsmore & Shol LLP, wawancara per telepon
dengan penulis, 21 Oktober 2010.
42
Semua kutipan dari Andrew Peters, mantan direktur keadilan,
Crossroads, berasal dari wawancara per telepon dengan penulis, 21
Oktober 2010.
43
Mark Pruden, konselor klinis profesional berlisensi, Mark Pruden and
Associates, wawancara per telepon dengan penulis, 1 Oktober 2010.
44
Jamie Elkins, pegawai magang di kantor lapangan, International Justice
Mission, wawancara per telepon dengan penulis, 16 September 2010.
45
David Masys, manajer penjualan korporasi, GE Health Care, wawancara
dengan penulis, Cincinnati, Ohio, 1 Oktober 2010.
46
Don Gerred, direktur keadilan, Crossroads, wawancara dengan penulis,
Cincinnati, Ohio, 1 Oktober 2010.
47
Linda Averbeck, pengacara senior, IRS Office of Chief Counsel, wawancara
dengan penulis, Cincinnati, Ohio, 2 Oktober 2010.
48
Ibid.
49
Semua kutipan dari Roberta Teran, wakil direktur, Global Logistic, Procter
and Gamble, berasal dari wawancara per telepon dengan penulis, 1
Oktober 2010.
50
Rob Seddon, South Africe Partnership Director, Crossroads, wawancara
per telepon dengan penulis, 12 Oktober 2010.
51
Mike Honeycutt, “Shepherding Change in the Local Congregation,” hal.
143-151.
52
Wawancara telepon dengan penulis, 14 Oktober 2010.
53
Andrew Peters, mantan direktur keadilan, Crossroads, wawancara per
telepon dengan penulis, Cincinnati, 21 Oktober 2010.
54
Dale Brown, koordinator perumahan, Lincoln Village Preservation
Corporation, wawancara per telepon dengan penulis, 16 September
2010.
55
Steve Corbett dan Brian Fikkert, When Helping Hurts: How to Alleviate

isi 342 7/16/13 7:02 PM


343

Poverty Without Hurting the Poor ... and Yourself (Chicago: Moody Press,
2009), hal. 62.
56
Alan Judge, pengacara real estat, wawancara per telepon dengan
penulis, 5 Oktober 2010.

Kesimpulan
1
Greg Thompson, “By Bringing Us into His Work,” khotbah yang disampaikan
di Trinity Presbyterian Church, Charlottesville, Va., 31 Oktober 2010.
2
Scott Adams, pencipta Dilbert, dikutip di artikel Virginia Postrel, “The
Dilbert Doctrines: An Interview with Scott Adams,” Reason, Februari
1999 <www.reason.com/archives/1999/02/01/the-dilbert-
doctrines-an-inter>.
3
Scott Seaton, “Restoring the City,” khotbah yang disampaikan di
Emmanuel Presbyterian Church, Arlington, Va., 12 September 2010
(file audio) <www.emmanuelarlington.org/pages/page.asp?page_
id=128989&programId=74889>.

Lampiran A
1
Lesslie Newbigin, Signs Amid the Rubble: The Purposes of God in Human
History (Grand Rapids: Eerdmans, 2003), hal. 47.
2
John Eldredge, Waking the Dead: The Glory of a Heart Fully Alive (Nashville:
Thomas Nelson, 2003), hal. 14.
3
John Calvin, Institutes of the Christian Religion 2.2.15.

Lampiran B
1
Panduan ini aslinya dihasilkan oleh para pemimpin di Emmanuel
Presbyterian Church di Arlington, Virginia, dan digunakan dan disesuaikan
dengan izin mereka.

isi 343 7/16/13 7:02 PM


344

DR. AMY L. SHERMAN adalah


anggota senior di Sagamore Institute,
di mana ia memimpin Center of Faith in Communities.
Ia juga melayani sebagai anggota senior
di International Justice Mission.

isi 344 7/16/13 7:03 PM

Anda mungkin juga menyukai