Anda di halaman 1dari 11

IMPLEMENTASI POLA KEPEMIMPINAN DANIEL DALAM

KEPEMIMPINAN GEREJA MASA KINI


Dhanny Widya Kristanti
Mahasiswa Sekolah Tinggi Gamaliel Surakarta
Email: dhanny.widya.dw@gmail.com

ABSTRAK
Kepemimpinan berintegritas sangat mempengaruhi kualitas suatu
pelayanan di gereja. Ada banyak keteladanan dalam Alkitab yang dapat
dipelajari dan diimplementasikan. Namun fakta menunjukkan bahwa
implementasi kepemimpinan dalam gereja khususnya di masa ini belum
efektif dan masih ditemukan pemimpin-pemimpin gereja yang belum
memiliki integritas sebagaimana diajarkan Alkitab. Tujuan penelitian ini
adalah menemukan pola kepemimpinan Daniel untuk diimplementasikan
dalam pelayanan gereja masa kini. Pendekatan dalam penelitian ini adalah
kualitatif deskriptif. Metode pengumpulan data melalui eksegesa teks
Alkitab dan studi literatur. Penelitian ini menghasilkan pola implementasi
kepemimpinan Daniel dalam kepemimpinan gereja masa kini yang memiliki
integritas mencakup aspek kualitas pribadi pemimpin, prinsip-prinsip
kepemimpinan dan keterampilan pelayanan.
Kata Kunci: implementasi, pola, kepemimpinan, integritas, gereja masa kini

Latar Belakang

Dalam konteks kepemimpinan Kristen maupun pelayanan dalam


lingkup gereja, kepemimpinan merupakan hal yang tidak pernah usang dan
selalu menjadi suatu tantangan juga kebutuhan yang selalu harus
diperbarui bagi setiap generasi seiring perkembangan jaman yang selalu
membawa perubahan.

Kepemimpinan juga merupakan sebuah seni di mana setiap disiplin


ilmu dikombinasikan untuk dapat mengelola manusia yang terkait di
dalamnya. Agar setiap anggota yang ada di dalam sebuah lembaga atau
organisasi yang dipimpin dapat terkelola dan dikendalikan dengan baik,
dibutuhkan seorang kepala kontrol yang di sebut pemimpin (leader).1

1
Yefta Arisma,*1 Josanti,2 Rita Evimalinda3 , Jurnal Nilai-nilai Integritas Seorang Pemimpin
Kristen, Vol 4, No 2 September 2019.
Kecerdasan intelektual memang penting namun tidak berguna bagi
sesama manusia jika tidak diimbangi dengan integritas. Namun sangat
disayangkan, John C. Maxwell pun memercayai apa yang sedang terjadi
dewasa ini: “Sayangnya, integritas merupakan komoditi yang mulai lenyap
pada zaman sekarang. Standar pribadi sedang runtuh di dunia yang mati-
matian mengejar kesenangan pribadi dan jalan pintas menuju sukses.” 2

Sementara James Kousez dan Barry Posner, dua orang peneliti


kawakan, dalam buku mereka yang berjudul Credibility: How leaders gain
and lose it, why people demand it menambahkan dengan melaporkan hasil
riset mereka selama hampir 20 tahun dari hasil survey terhadap ribuan
profesional dari empat benua dan ratusan studi kasus bahwa faktor nomor
satu yang paling krusial bagi seorang pemimpin adalah integritas.3

Ditambah pula dengan kondisi kepemimpinan dalam gereja di mana


ada beberapa hamba Tuhan yang memiliki perilaku menyimpang
membuatnya kehilangan integritasnya secara total dan hal ini
membuat tingkat kepercayaan jemaat kepada para hamba Tuhan makin
berkurang dan pengaruh pelayanannya makin lemah.

Itu sebabnya, dalam pelayanan gereja dibutuhkan seorang pemimpin


yang tidak hanya cakap dalam hal memimpin, namun dituntut untuk
memiliki integritas sehingga pola kepemimpinannya dapat dijadikan teladan
bagi pengikutnya.

Dengan mempelajari kepemimpinan seorang Daniel sebagai salah


satu dari tokoh-tokoh Alkitab yang memiliki integritas, baik kualitas
kepribadian tokoh, prinsip kepemimpinan, dan skill kepemimpinannya,
diharapkan dapat membangkitkan dalam diri para pemimpin akan
kerinduan untuk mengimplementasikannya dalam kepemimpinan gereja.
Karena itu penulis tertarik untuk meneliti tentang, “Bagaimana
implementasi pola kepemimpinan Daniel dalam pelayanan gereja masa

2
John C. Maxwell, Mengembangkan Kepemimpinan di Dalam Diri Anda. (Jakarta: Binarupa Aksara,
1995), 37
3
“Integritas, Bukan Karisma,” dominggus.com, diakses tanggal 7 November 2007, tersedia di
http://www.dominggus.com/arsip/2005/01/06/integritas-bukan-karisma
kini?” Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui pola kepemimpinan Daniel
meliputi aspek kualitas kepribadian, prinsip kepemimpinan, skill
kepemimpinannya dan implementasinya dalam pelayanan gereja masa kini.
Manfaat penelitian ini yaitu, secara teoritis akan memperkaya khasanah
ilmu kepemimpinan Kristen. Secara praktis bermanfaat untuk
memperlengkapi para pemimpin gereja agar dapat menerapkan
kepemimpinan gereja yang memiliki integritas.

Metodologi Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Metode


pengumpulan data melalui eksegesa teks Alkitab khususnya dalam Kitab
Daniel Pasal 1-6. Peneliti juga melakukan studi literatur yang terdiri dari
buku-buk tafsir Alkitab, buku-buku teologis dan artikel yang relevan.

Hasil Dan Pembahasan

Daniel memiliki keistimewaan sebagai seorang pemimpin. Beberapa


karakternya dalam melayani bangsa sendiri (Israel) secara langsung, juga
sebagai seorang ahli kenegaraan di istana raja-raja asing (Babel dan Persia)
patut diteladani.

Latar Belakang Kehidupan Daniel

Nama Daniel berarti “hakimku ialah Allah”. Arti nama ini sesuai
dengan yang dialami Daniel dalam hidupnya, karena selama ia berada di
Babel, Allah telah menjadi Hakim, Penolong, atau Pelindung baginya dalam
menghadapi berbagai ancaman atau hukuman yang menimpanya. 4 Pada
tahun ketiga pemerintahan Raja Yoyakim, raja Babel yaitu Nebukadnezar
mengepung Yerusalem dan memerintahkan membawa beberapa orang
Israel yang berasal dari keturunan raja dan bangsawan. Daniel dan ketiga

4
Sostenis Nggebu, S.Th., Dari Ur-Kasdim Sampai ke Babel, (Bandung, Yayasan Kalam Hidup, cetakan ke-2 April
2007).
temannya Hanaya, Misael, dan Azarya adalah seorang pemuda Israel yang
diambil secara paksa dari tanah airnya agar didik dan diajar oleh pemimpin
pegawai istana selama tiga tahun untuk tugas diplomatik di kota Babel
yang besar yaitu untuk dijadikan penasihat Raja.

Remaja-remaja yang ada di kitab Daniel ini sangat saleh dan mereka
bertumbuh besar di istana Nebukadnezar, di mana mereka terus
mendorong baik orang Yahudi maupun kafir untuk percaya kepada Allah.

Kualitas Kepribadian Daniel

Daniel dikenal sebagai seseorang yang penuh hikmat, di mana hikmat yang
dimilikinya berasal dari dua sumber yaitu dari Allah juga dari pendidikan
yang diperolehnya. Ia dapat memahami berbagai-bagai tulisan dan hikmat
(Dan.1:17); sepuluh kali lebih cerdas daripada semua ahli di Babel (1:20);
mendapat penglihatan dari Allah (2:19); dididik secara khusus (1:5). Di
samping itu, Daniel memiliki karakter yang membuatnya unggul. Yang
pertama adalah tekun berdoa. Doa adalah kesukaan bagi Daniel.
Layaknya pola makan yang sehat, ia melakukannya tiga kali sehari, dengan
berlutut, berdoa, dan memuji Tuhan (Daniel 6:11). Meskipun Daniel bekerja
sebagai penasihat Raja Darius di kerajaan Media, ia tetap meluangkan
waktu-waktu khusus untuk berdoa kepada Tuhan.  Para pejabat tinggi
yang iri kepada Daniel tidak punya alasan untuk menjatuhkannya, kecuali
dalam hal ibadahnya kepada Allah (Daniel 6). Konsistensi terhadap jam doa
menyelamatkan Daniel saat berada dalam gua singa (Daniel 6:13); Tuhan
pun menunjukkan kuasa-Nya dengan mengatup mulut singa-singa
sehingga singa-singa itu tidak memakan Daniel. Kejadian inilah yang
menjadi kesaksian bagi raja Darius beserta seluruh daerah kekuasaannya.
Daniel mengerti pentingnya membangun hubungan dengan Tuhan lewat
doa, dan ia tidak hanya memohon, tetapi juga memuji Tuhan di dalam
setiap doanya. Senantiasa bertekun dalam doa di setiap musim hidup
merupakan wujud ketangguhan iman serta pengharapan seseorang pada-
Nya. Sikap seperti inilah yang diharapkan dari sosok pemimpin. Kisah
Daniel di gua singa menunjukkan bahwa bertekun dalam doa
menggerakkan hati Tuhan untuk segera menyatakan pertolongan-Nya
dalam menjalankan roda pelayanan.

Kualitas yang kedua adalah dapat dipercaya (6:4). Daniel diberi


kedudukan yang tinggi oleh raja Darius. Raja Darius menaruh kepercayaan
kepada Daniel akan kemampuannya dan bermaksud untuk menempatkan
Daniel di atas seluruh kerajaannya dengan memegang jabatan tertinggi
(Dan 6:4-5) karena dia didapati setia bahkan oleh rekan sekerja lainnya dan
Daniel bertanggung jawab sehingga tidak didapati sesuatu kesalahan
padanya.

Selain itu, Daniel merupakan orang yang rendah hati. Ia tidak


bermegah atas setiap pujian yang ditujukan padanya atas segala
prestasinya. Ia tetap berpusat pada Tuhan dan mengandalkan Dia sehingga
segala pekerjaannya mendatangkan kemuliaan bagi nama Tuhan.

Prinsip Kepemimpinan Daniel melalui Integritas

Dari landasan teori oleh para ahli dan hasil eksegesa nats Alkitab,
Integritas seorang Daniel sangat relevan bagi kehidupan kekristenan saat
ini secara pribadi, secara kelompok gereja, bangsa dan negara, bahkan
dalam hubungan internasional.

Daniel memiliki prinsip dalam beberapa hal yang dapat diteladani oleh para
pemimpin gereja. Berpendirian teguh dan memiliki penguasaan diri yang
baik dengan tidak menajiskan diri dengan santapan raja dan dengan
anggur yang biasa diminum raja. Ia juga berani mengambil keputusan
dengan menyarankan kepada pemimpin pegawai istana untuk mengawasi
hasil dari 10 hari memakan sayur dan meminum air dibandingkan dengan
yang lain (Dan.1:11-13). Keberaniannya juga dapat dilihat ketika ia diminta
untuk menafsirkan tulisan di dinding dan memberitahukan mimpi dan
memberi nasihat kepada raja (Dan.4:10-27).
Skill Kepemimpinan Daniel

Prinsip yang dimiliki Daniel berdampak pada skill yang membuatnya


unggul dibandingkan dengan semua ahli yang bijaksana yang ada di istana
Babel. Dapat penafsiran mimpi (Dan.2&4), juga menafsirkan tulisan pada
tembok (Dan. 5) merupakan buah dari kedekatan dan persekutuannya
dengan Allah. Ia beroleh bantuan hikmat yang asalnya dari Roh Allah
sehingga pengetahuan-pengetahuan tersembunyi bahkan pewahyuan akan
apa yang terjadi di masa mendatang dibukakan baginya (Dan.7-12).

Kepemimpinan Gereja

a. Kualitas Pemimpin Gereja yang Memiliki Integritas


Pemimpin ialah seorang yang mengetahui tujuannya dengan jelas (dan
mempunyai keyakinan pribadi tentang tujuan itu), serta mampu
mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan orang-orang lain
untuk mencapai tujuan tersebut secara efektif.5
Banyak orang Kristen menghormati seorang pemimpin rohaninya karena
ia menganggap hal itu adalah penting. Bahkan ada banyak gereja yang
sampai hari ini secara tidak langsung, sadar atau tidak disadari telah
mengkultuskan seorang pemimpin rohani melebihi Allah mereka sendiri.
Ketika pemimpin didapati tidak memiliki integritas yang didasarkan
pada wahyu Allah, maka hal itu akan melemahkan kualitas pelayanan
yang ada dalam gereja. Integritas sangat memiliki peran yang sangat
penting bagi seorang pemimpin. Sebab dengan integritas seorang
pemimpin dihormati. Namun hakekat integritas yang sesungguhnya itu
adalah bagaimana pemimpin dengan integritasnya dapat membawa
jemaat dan seluruh pelayanan gereja kepada sebuah kualitas pelayanan
yang bersandar dan dinaungi oleh terang Kristus.

5
Poctavianus, Manajemen dan Kepemimpinan Menurut Wahyu Allah,  (Malang: Gandum Mas, 1994),
55.
Sangat disayangkan, ada begitu banyak pemimpin yang fokusnya
telah bergeser dari tujuan utamanya dan menjadi hamba dari hal-hal di
luar kehendak Allah.

I. Dalam bukunya The Diciple Making Pastor, Bill Hull menyatakan,


umumnya keadaan Gereja Masa Kini adalah:
1. Secara duniawi sangat lemah dan dangkal secara rohani.
2. Anggota Gereja dipengaruhi oleh nilai budaya setempat yang tidak
mengenal Tuhan (penggunaan ilmu hitam, jimat, ramal, tahyul,
dll.)
3. Pikiran para angota Gereja kebanyakan telah dipengaruhi oleh
pikiran-pikiran duniawi melalui kemajuan tehnologi: televisi,
internet, maupun berbagai media sosial yang menyebarkan
pornografi yang merangsang hawa nafsu seks.
II. Menurut George Barna, seorang Teolog dan Peneliti Masyarakat, hasil
penelitiannya di kalangan 18.000 anak muda Kristen, hasilnya
sangat menggelisahkan:
1. 43 % hidup dalam seks bebas;
2. 23%  berpandangan seks pranikah itu benar, bukanlah dosa;
3. 39% menyetujui seks pranikah itu diterapkan;
4. 55% menyatakan seks pranikah itu adalah sesuatu yang wajar,
benar;
5. Gereja sudah kehilangan orang-orang kudus.
III. Menurut Leith Aderson:
1. Gereja kurang tegas menolak nilai duniawi masuk dalam Gereja.
2. Pemimpin-pemimpin Gereja tidak berani mengecam dosa:
percabulan, mabuk, judi, zinah, maupun pesta pora.
3. Banyak Gembala Upahan sebagai pemimpin Gereja dengan
berkata: “… kita dibayar untuk BERKOTBAH menyenangkan
hatinya …” bukan untuk mengecam dan meluruskan kembali
pola hidup anggota Persekutuan yang tidak sesuai dengan
prinsip-prinsip Allah.
4. Banyaknya warga Gereja masih menerapkan pola hidup Kristen
kanak – kanak (hidup tidak kudus, sombong, munafik).

b. Prinsip-prinsip kepemimpinan gereja


Menurut Bill Hull, gereja hadir di Dunia ini harus:
1. Memimpin tiap-tiap orang menuju kepada kesempurnaan Kristus (Kol.
1:28-29)
2. Gereja harus menghasilkan orang-orang Kristen yang Dewasa yaitu :
- Berhati Kristus (Fil 1:21).
- Berpikir dan berperasaan seperti Kristus (Fil 2:5).
- Mampu bertumbuh dalam mengasihi Allah dan sesama.
- Mampu menghasilkan buah Roh dalam dirinya.
- Mampu mengaplikasikan Firman Tuhan dalam hidupnya sehari-
hari.
- Mampu menjangkau orang yang belum percaya dibawa kepada
Kristus.
3 . Para Pemimpin Gereja harus fokus dalam doa, puasa, dan pengajaran
Firman.6

c. Skill kepemimpinan gereja


Tidak mudah dan memerlukan suatu perjuangan untuk dapat
mewujudkan sebuah pelayanan gereja yang ideal. Namun apabila ada
kesatuan sepakat antara pemimpin dan jemaatnya, bukan hal yang
mustahil untuk mencapai sesuatu yang ideal bagi pelayanan gereja.
Hal mendasar untuk mencapai skill yang diharapkan dari seorang
pemimpin sesungguhnya adalah pribadi yang melekat dengan tunduk
dan takluk kepada Tuhan. Dari relasi khusus ini, Tuhan akan
perlengkapi setiap pelayanannya dengan pewahyuan dan pemahaman
yang benar akan kepemimpinan dan melatih jemaat untuk mengikuti
pola pelayanannya yang telah dipimpin oleh Tuhan.

6
https://www.suarakristen.com/2018/04/03/kondisi-gereja-masa-kini/
Implementasi Pola Kepemimpinan Daniel Terhadap Kepemimpinan
Gereja Masa Kini

Kualitas pribadi pemimpin gereja masa kini


Berdasarkan pandangan para pakar teologi, kepimpinan gereja masa
kini lemah dalam aspek integritas melalui karakter pemimpinnya. Kurang
tegas memberantas hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran Tuhan, tidak
dapat lagi menegakkan kebenaran Tuhan. bahkan banyak pemimpin yang
ikut terjerumus di dalamnya. Seorang pemimpin dapat meneladani kualitas
pribadi Daniel yang penuh hikmat, ,dapat dipercaya, juga rendah hati.
Diharapkan para pemimpin gereja dapat meneladani karakter Daniel
tersebut sehingga selain dapat memimpin jemaat, dipercaya, juga
membangun kehidupan pelayanan gereja yang ideal dan berkarakter seperti
yang Tuhan inginkan.

Prinsip kepemimpinan

Seorang pemimpin diharapkan mampu menangani berbagai persoalan di


tengah pelayanan berdasarkan integritas yang dimilikinya. Orang yang
berintegritas adalah orang yang memiliki prinsip, kepribadian yang teguh,
dan mempertahankan prinsipnya dengan konsisten. Masih banyak
pemimpin gereja yang lebih menjaga image daripada menegakkan integritas.
Image adalah persepsi orang terhadap dirinya, sedangkan integritas
merupakan pribadi sesungguhnya.

Prinsip kepemimpinan Daniel yang tidak menajiskan diri, jujur, dan berani
menghadapi tantangan dapat menjadi tolok ukur untuk diterapkan dalam
pelayanan di gereja.
Skill kepemimpinan

Ketaatan Daniel yang totalitas kepada Tuhan membuat Tuhan berkenan


mengaruniakan skill kepemimpinan kepadanya yaitu dapat memahami
berbagai-bagai tulisan dan dapat mengartikan mimpi diperolehnya.

Seorang pemimpin yang berintegritas diharapkan mampu menjaga


kebenaran menurut standar Allah. Tuntutan yang diharapkan dari seorang
pemimpin yang berintegritas:

- Hidup dengan penuh iman


- Menunjukkan harapan dan mewujudkan kasih sejati yang alkitabiah
dalam setiap hubungan.
- Dapat mengontrol dan menguasai dirinya dalam segala keadaan.
- Mampu berfokus dalam doa, puasa, dan pengajaran Firman.
- Sanggup menjalani kehidupan yang tertib, sehingga Injil menjadi
menarik bagi orang-orang yang belum percaya. 

Kesimpulan Dan Saran

Hasil penelitian penelitian penulis menemukan implementasi pola


kepemimpinan Daniel terhadap Gereja masa kini, yaitu: pemimpin
memiliki integritas yang tinggi sehingga dapat melatih jemaatnya untuk
terus menjalankan kehidupan pelayanan gereja yang berintegritas, unggul
dan menjadi teladan dalam kehidupan bermasyarakat. Demikian kesaksian
iman Kristen dapat dinyatakan.
DAFTAR PUSTAKA

Yefta Arisma,*1 Josanti,2 Rita Evimalinda3 , Jurnal Nilai-nilai Integritas


Seorang Pemimpin Kristen, Vol 4, No 2 September 2019.

John C. Maxwell, Mengembangkan Kepemimpinan di Dalam Diri Anda.


(Jakarta: Binarupa Aksara, 1995), 37

“Integritas, Bukan Karisma,” dominggus.com, diakses tanggal 7 November


2007, tersedia di
http://www.dominggus.com/arsip/2005/01/06/integritas-bukan-karisma

Sostenis Nggebu, Dari Ur-Kasdim Sampai ke Babel, (Bandung, Yayasan


Kalam Hidup, cetakan ke-2 April 2007).

Poctavianus, Manajemen dan Kepemimpinan Menurut Wahyu Allah, 


(Malang: Gandum Mas, 1994), 55.

https://www.suarakristen.com/2018/04/03/kondisi-gereja-masa-kini/

Anda mungkin juga menyukai