Anda di halaman 1dari 17

METODE PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

OLEH :

KELOMPOK 3

CUT DINDA MASTRI JULITA

FITRYA AGUSNIDAR

MAISURI YANTI

DOSEN PEMBIMBING :

AMIRUDDIN, SST, M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ACEH

PROGRAM STUDI KEBIDANAN MEULABOH

TAHUN AJARAN 2017/2018

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puja dan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan

rahmat, nikmat, taufik dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah

dari Mata Kuliah Mutu Pelayanan Kebidanan Dan Kebijakan Kesehatan yang berjudul

“Metode Peningkatan Mutu Pelayanan Kebidanan”


Dan pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, kami menyampaikan

banyak terima kasih kepada :

1.      Ibu Maharani, SST, M.keb selaku Ketua Program Studi Kebidanan Meulaboh

2.      Bapak Amiruddin, SST, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah “Mutu Pelayanan

Kebidanan Dan Kebijakan Kesehatan”

3.      Orang tua dan keluarga yang selalu mendoakan kami.

Kami menyadari bahwa dalam penyusun tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, saran dan kritik sangat diharapkan guna penyempurnaan tugas selanjutnya. Dan

semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Meulaboh, 13 September 2018

Kelompok 3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................    i
DAFTAR ISI........................................................................................................     ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................     1
A. Latar Belakang Masalah......................................................................      1
B. Rumusan Masalah...............................................................................       1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................       2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................    3
    A. Metode peningkatan mutu pelayanan kebidanan.....................................         3
a. Falsafah Jaminan Mutu............................................................................      5
b. Pengertian jaminan mutu.........................................................................      5
c. Dimensi mutu..........................................................................................      8
d. Indikator jaminan mutu...........................................................................      10
e. Jenis jaminan mutu..................................................................................      11
f. Manfaat program jaminan mutu.............................................................        12

BAB III PENUTUP...............................................................................................   14


A.    Kesimpulan............................................................................................   14
B.     Saran......................................................................................................   14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. iii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Mutu merupakan hal yang sangat penting bagi suatu organisasi, baik itu organisasi non
pendidikan maupun organisasi pendidikan. Mutu sendiri mempunyai berbagai macam
pengertian, seperti yang dikemukakan oleh beberapa ahli berikut: Menurut Juran dalam M.
N. Nasution (2001), mutu suatu produk adalah kecocokkan penggunaan produk (fitness for
use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Crosby dalam M. N. Nasution
(2001) menyatakan bahwa mutu adalah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan
yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki mutu apabila sesuai dengan
standar mutu yang telah ditentukan. Standar mutu meliputi bahan baku, proses produksi dan
produk jadi.
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu
indikator pembangunan kesehatan dalam RPJMN 2015-2019 dan SDGs. Angka Kematian
Ibu tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk AKB dapat dikatakan
penurunan on the track (terus menurun), dan pada SDKI 2012 menunjukan angka 32/1.000
KH (SDKI 2012). Dan pada tahun  2015, berdasarkan data SUPAS 2015 baik AKI maupun
AKB menunjukan penurunan (AKI 305/ 100.000 KH; AKB 22,23/ 1000 KH). Kasus
kematian Bayi turun dari 33.278 di tahun 2015 menjadi 32.007 pada  tahun 2016, dan di
tahun 2017 di semester I sebanyak 10.294 kasus. Demikian pula dengan angka kematian Ibu
turun dari 4.999 tahun 2015 menjadi 4912 di tahun 2016 dan di tahun 2017 (semester I)
sebanyak 1712 kasus Demikian disampaikan Menteri Kesehatan RI, Nila Djuwita F.
Moeloek,
Kematian pada masa maternal mencerminkan kemampuan negara dalam memberikan
pelayanan kesehatan pada masyarakat masih kurang. Masalah kesehatan ibu dan anak masih
tetap menempatkan posisi penting karena menyangkut kualitas sumber daya manusia yang
paling hulu yaitu masa kehamilan, persalinan dan tumbuh kembang anak.
Hasil survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukan
bahwa sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup atau setiap jam, 2 orang ibu bersalin
meninggal dunia karena berbagai sebab. Berdasarkan hasil rapat  konferensi Internasionan
Kependudukan dan Pembangunan atau yang disebut (international Conference Population 
Development (ICPD)) yang di adakan di Kairo, AKI tersebut masih jauh dari target
internasional yaitu 125 per 100.000 kelahiran hidup sampai tahun 2005 dan 75 per 100.000
kelahiran hidup sampai tahun 2015.
Mutu pelayanan kesehatan adalah tingkat kesempurnaan pelayanan  kesehatan yang
diselenggarakan, yang di satu pihak menimbulkan kepuasan pelanggan (pasien/klien) sesuai
dengan tingkat kepuasan rata-rata pelanggan, serta di pihak lain tatacara penyelenggaraannya
sesuai dengan standar dan etika profesi yang telah ditetapkan.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah Metode peningkatan mutu pelayanan kebidanan ?
a. Bagaimanakah falsafah Jaminan Mutu ?
b. Apakah pengertian dari jaminan mutu ?
c. Bagaimanakah yang dimaksud dengan Dimensi mutu ?
d. Apa sajakah indikator jaminan mutu ?
e. Bagaimanakah jenis jaminan mutu ?
f. Apakah manfaat program jaminan mutu ?

C. Tujuan Penulisan
     a. Tujuan Umum
         Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana metode meningkatkan mutu pelayanan
kebidanan.

     b. Tujuan Khusus


a. Untuk Mengetahui falsafah Jaminan Mutu
b. Untuk Mengetahui pengertian jaminan mutu
c. Untuk Mengetahui Dimensi mutu
d. Untuk Mengetahui indikator jaminan mutu
e. Untuk Mengetahui Jenis jaminan mutu
f. Untuk Mengetahui manfaat program jaminan mutu

BAB II

PEMBAHASAN

A. Metode Peningkatan Mutu Pelayanan Kebidanan


Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam pendekatan untuk mencapai pelayanan prima
melalui peningkatan mutu pelayanan, menurut Djoko Wijono 2007 yaitu sebagai berikut:
1. Pelanggan dan harapannya
Harapan pelanggan mendorong upaya peningkatan mutu pelayanan. Organisasi pelayanan
kesehatan mempunyai banyak pelanggan potensial. Harapan mereka harus diidentifikasi dan
diprioritaskan lalu membuat kriteria untuk menilai kesuksesan.
2. Perbaikan kinerja
Bila harapan pelanggan telah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah menidentifikasi dan
melaksanakan kinerja staf dan dokter untuk mencapai konseling, adanya pengakuan, dan
pemberian reward.
3. Proses perbaikan
Proses perbaikan juga penting. Sering kali kinerja disalahkan karena masalah pelayanan dan
ketidakpuasan pelanggan pada saat proses itu sendiri tidak dirancang dengan baik untuk
mendukung pelayanan. Dengan melibatkan staf dalam proses pelayanan, maka dapat
diidentifikasi masalah proses yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan, mendiagnosis
penyebab, mengidentifikasi, dan menguji pemecahan atau perbaikan.
4. Budaya yang mendukung perbaikan terus menerus
Untuk mencapai pelayanan prima diperlukan organisasi yang tertib. Itulah sebabnya perlu
untuk memperkuat budaya organisasi sehingga dapat mendukung peningkatan mutu. Untuk
dapat melakukannya, harus sejalan dengan dorongan peningkatan mutu pelayanan terus-
menerus.
        Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan agar lebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat, maka perlu dilaksanakan berbagai upaya. Upaya ini harus dilakukan secara
sistematik, konsisten dan terus menerus.
Contoh Cara Meningkatkan Mutu Pelayanan Kebidanan
1.  Meningkatkan Kinerja Bidan dengan cara memberikan reward pada bidan yang berprestasi
Kamus Besar Indonesia, Reward adalah penghargaan,penghormatan. Menurut PP 32/1996
pasal 25, Reward diberikan kepada tenaga kesehatan yang bertugas pada sarana kesehatan
atas dasar prestasi kerja,pengabdian, kesetiaan,berjasa pada negara atau meninggal pada saat
melaksanakan tugas. Penghargaan tersebut dapat diberikan oleh pemerintah atau oleh
masyarakat. Bentuk penghargaan dapat berupa kenaikan pangkat,tanda jasa,uang atau bentuk
lain. IBI seringkali memberikan penghargaan kepada para bidan. Jenis penghargaan yang
sering diberikan antara lain:
a. Bidan bersih berprestasi
b. Bidan bintang
c. Bidan sahabat
d. Bidan delima
       Pemberian penghargaan tersebut untuk memacu para bidan memberikan pelayanan
kesehatan sesuai dengan standar profesi sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu dan
bayi.
2.  Menyediakan kotak saran
Dengan menyediakan kotak saran diharapkan pasien yang datang ke bidan menyampaikan
keluh kesah pasien selama bidan memberikan pelayanan kepada pasien tersebut melalui
tulisan dan menaruh dikotak saran. Dengan adanya kotak saran tersebut bidan dapat
mengetahui apakah pelayanan yang diberikan sudah baik atau belum. Dan berdasarkan hasil
kotak saran tersebut, bidan dapat melakukan peningkatkan pelayanan yang lebih baik lagi.
       Untuk memperkuat budaya organisasi, semua kegiatan harus menuju peningkatan
mutu yang terus menerus. Untuk mewujudkan peningkatan mutu pelayanan terus menerus,
pilar utamanya terdiri atas hal-hal berikut:
1. Visi manajemen dan komitmen
Nilai organisasi dan komitmen dari semua level sangat diperlukan.
2. Tanggung jawab
Agar setiap orang beranggung jawab, maka perlu standar yang kuat.
3. Pengukuran umpan balik
Perlu dibuat sistem evaluasi sehingga dapat mengukur apakah kita mempunyai informasi
yang cukup.
4. Pemecahan masalah dan proses perbaikan
Ketepatan waktu, pengorganisasian sistem yang efektif untuk menyelesaikan keluhan, dan
masalah sistem memerlukan proses perbaikan dalam upaya meningkatkan kepuasan
pelanggan.
5. Komunikasi
Perlu ada mekanisme komunikasi yang jelas. Jika tidak ada informasi, maka petugas atau staf
merasa diabaikan dan tidak dihargai.
6. Pengembangan staf dan pelatihan
Pengembangan staf dan pelatihan berhubengan dengan pengembangan sumber daya yang
dapt mempengaruhi kemampuan organisasi dalam memberikan pelayanan.
7. Keterlibatan tim kesehatan
Perlu ketrlibatan tim kesehatan agar mereka terlibat dan berperan serta dalam strategi
organisasi.
8. Penghargaan dan pengakuan
Sebagai bagian dari strategi, perlu memberikan penghargaan dan pengakuan kepada visi
pelayanan dan nilai sehingga individu maupun tim mendapat insentif untuk melakukan
pekerjaan dengan baik.
9. Keterlibatan dan pemberdayaan staf
Staf yang terlibat adalah yang mempunyai keterikatan dan tanggung jawab.
10. Mengingatkan kembali dan pemberdayaan
Petugas harus diingatkan tentang prioritas pelayanan yang harus diberikan.
 11. Siklus Deming
Siklus PDCA atau Plan – Do – Check – Action dipopulerkan oleh W Edwards Deming
(14 Oktober 1900 – 20 Desember 1993) seorang Professor, Pengarang Buku, Pengajar dan
Konsultan. Ia dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas modern sehingga siklus ini
sering disebut juga dengan siklus Deming. Siklus PDCA atau Siklus ‘Rencanakan – Kerjakan
– Cek – Tindaklanjuti adalah suatu proses pemecahan masalah empat langkah yang umum
digunakan dalam pengendalian kualitas.
Deming yang merupakan pencetus dari siklus PDCA ini mengatakan bahwa jika
organisasi ingin menghasilkan mutu dari produk atau jasa yang akan dihasilkan, maka roda
siklus PDCA harus berputar. Artinya, proses Plan Do Check Action harus dijalankan.
1) Plan (Perencanaan)
2) Do (Kerjakan)
3) Check (Cek)
4) Act (Tindak lanjuti)
a. Falsafah Mutu
Mutu (quality) dapat didefinisikan sebagai keseluruhan karakteristik barang atau jasa
yang menunjukkan kemampuan dalam memuaskan kebutuhan konsumen, baik kebutuhan
yang dinyatakan maupun kebutuhan yang tersirat. Perbaikan mutu merupakan upaya
transformasi budaya kerja organisasi melalui pengalaman belajar sehingga merubah cara
berpikir setiap orang yang terlibat dalam organisasi dan cara organisasi dikelola, sehingga
berubah ke arah yang lebih baik.
Contoh falsafah mutu:
Ø Hari esok harus lebih baik dari hari sekarang
Ø Pelanggan puas adalah harapan kami
Ø Meningkatkan mutu  pelayaman  adalah tekad kami
Ø Apa yang kita tulis sekarang kita kerjakan dan apa yang kita kerjakan kita tulis.

b. Pengertian Jaminan Mutu (Quality Assurance (QA))


 Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan adalah, suatu proses upaya yang dilaksanakan
secara berkesinambungan, sistematis, obyektif dan terpadu dalam menetapkan masalah dan
penyebab masalah mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan berdasarkan Standar
yang telah ditetapkan serta menentukan dan melaksanakan cara pemecahan masalah mutu
sesuai kemampuan yang ada dan menilai hasil yang dicapai guna menyusun saran tindak
lanjut untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan (terutama Pelayanan Kesehatan).
Jaminan Mutu (QA) adalah suatu proses yang dilaksanakan secara berkesinambungan,
sistematis, obyektif dan terpadu untuk; Menetapkan masalah dan penyebabnya berdasarkan
standar yang telah ditetapkan, menetapkan upaya penyelesaian masalah dan melaksanakan
sesuai kemampuan menilai pencapaian hasil dengan menggunakan indikator yang ditetapkan,
menetapkan dan menyusun tindak lanjut untuk meningkatkan mutu pelayanan. Walaupun
mutu tidak selalu dapat dijamin tetapi dapat diukur. Jika bisa diukur, berarti bisa ditingkatkan
dan dapat disempurnakan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengidentifikasi indikator kunci
mutu dalam pelayanan, memonitor indikator tersebut dan mengukur mutu hasilnya. Salah
satu faktor yang perlu diperhatikan adalah mengidentifikasi proses – proses kunci yang
mengarah pada hasil tersebut (outcome). Dengan berfokus pada upaya peningkatan proses,
tingkat mutu dari hasil yang dicapai akan meningkat. Jadi, upaya pendekatan yang dilakukan
diawali dari jaminan mutu (QA), mengarah pada peningkatan mutu yang proaktif (QI).
Pengertian Penjaminan mutu Quality Assurance dalam konteks Manajemen Proyek
merupakan semua aktifitas yang dilakukan oleh organisasi proyek (Manager proyek, tim
proyek, dan manajemen) untuk memberikan jaminan tentang kebijakan kualitas, tujuan dan
tanggungjawab dari pelaksanaan proyek agar proyek dapat memenuhi kebutuhan dan
permintaan mutu yang sudah disepakati.
Dalam pelaksanaan Penjaminan mutu Quality Assurance pada proyek, perlu disusun
suatu rencana mutu yang dapat diartikan sebagai totalitas ekspektasi yang diharapkan oleh
pemrakarsa atau sponsor proyek; dalam arti kata mereka yang termasuk di dalam stakeholder
proyek mendefinisikan harapan harapannya terhadap hasil dari proyek yang dikerjakan.
Dalam proyek juga dikenal adanya Project Quality Management yang terdiri dari
beberapa aktifitas antara lain:
Quality Planning, merencanakan dan mengidentifikasi standar kualitas untuk
pelaksanaan proyek dan bagaimana memenuhinya.
Perform Quality Asurance, mengimplementasikan rencana jaminan kualitas agar
proyek memenuhi semua requairement
Perform Quality Control, memonitor hasil pelaksanaan proyek apakah memenuhi
standar kualitas atau tidak.

Mutu pelayanan Kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai (yang
berhubungan dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat
memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai
kemampuan untuk menghasilkan dampak (Amirudin, 2007).
Mutu merupakan hal yang sangat penting bagi suatu organisasi, baik itu organisasi non
pendidikan maupun organisasi pendidikan. Mutu sendiri mempunyai berbagai macam
pengertian, seperti yang dikemukakan oleh beberapa ahli berikut: Menurut Juran dalam M.
N. Nasution (2001), mutu suatu produk adalah kecocokkan penggunaan produk (fitness for
use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Crosby dalam M. N. Nasution
(2001) menyatakan bahwa mutu adalah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan
yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki mutu apabila sesuai dengan
standar mutu yang telah ditentukan. Standar mutu meliputi bahan baku, proses produksi dan
produk jadi.
Pendapat lain menurut Stanley Sutrisno (2010:8) mutu adalah “kesesuaian antara
produk atau jasa yang dihasilkan organisasi dengan persyaratan atau kriteria yang ditetapkan
oleh pelanggan”. Sedangkan Badan Standarisasi Nasional (BSN) (2008) mengartikan mutu
sebagai derajat yang dicapai oleh karakteristik yang inheren dalam memenuhi persyaratan.

c. Dimensi Mutu
Mutu bisa diukur dengan beberapa dimensi, sehingga dengan dimensi ini bisa dianalisis apakah
suatu produk itu bermutu ataukah tidak. Ada delapan dimensi mutu, seperti yang dinyatakan
oleh Garvin dalam M. N. Nasution (2001) bahwa delapan dimensi mutu adalah sebagai
berikut:
1.    Performa (Performance) berkaitan dengan aspek fungsional dari produk dan merupakan
karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan ketika ingin membeli suatu produk. 
2.     Features, merupakan aspek kedua dari performansi yang menambah fungsi dasar, berkaitan
dengan pilihan dan pengembanganya. 
3.    Kehandalan (reliability), berkaitan dengan kemungkinan suatu produk berfungsi secara
berhasil dalam periode waktu tertentu di bawah kondisi tertentu.
4.    Konformansi (conformance), berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap
spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan. 
5.    Daya tahan (durability), merupakan ukuran masa pakai suatu produk. Karakteristik ini
berkaitan dengan daya tahan dari produk itu. 
6.    Kemampuan pelayanan (Service ability), merupakan karakteristik yang berkaitan dengan
kecepatan/kesopanan, kompetensi, kemudahan serta akurasi dalam perbaikan.
7.    Estetika (aesthetics), merupakan karakteristik mengenai keindahan yang bersifat subjektif
sehingga berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi atau pilihan
individual. 
8.    Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), bersifat subyektif, berkaitan dengan
perasaan pelanggan dalam mengonsumsi produk, seperti meningkatkan harga diri.

Menurut Fedoroff dan Irawan (2006) merumuskan lima dimensi mutu yang menjadi dasar untuk
mengukur kepuasan, yaitu :
a. Tangible (bukti langsung)
Yang meliputi fasilitas fisik, peralatan, personil, dan media komunikasi yang dapat dirasakan
langsung oleh pelanggan. Dan untuk mengukur dimensi mutu ini perlu menggunakan indera
penglihatan.
b. Reliability (keandalan)
Yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang tepat dan terpercaya. Pelayanan yang
terpercaya artinya adalah konsisten. Sehingga Reliability mempunyai dua aspek penting yaitu
kemampuan memberikan pelayanan seperti yang dijanjikan dan seberapa jauh mampu
memberikan pelayanan yang tepat atau akurat.
c. Responsiveness (ketanggapan)
Yaitu kesediaan/kemauan untuk membantupelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat.
Dengan kata lain bahwa pemberi pelayanan harus responsif terhadap kebutuhan pelanggan.
Responsiveness juga didasarkan pada persepsi pelanggan sehingga faktor komunikasi dan
situasi fisik disekitar pelanggan merupakan hal yang penting untuk diperhatikan.
d. Assurance (jaminan kepastian)
Yaitu pengetahuan dan kesopanan karyawan dankemampuannya untuk memberikan rasa
percaya dan keyakinan atas pelayanan yangdiberikan kepada pelanggan. Dan komponen dari
dimensi ini yaitu keramahan,kompetensi, dan keamanan.
e. Emphaty (empati)
Yaitu membina hubungan dan memberikan pelayanan sertaperhatian secara individual pada
pelanggannya.

Pendapat lain mengenai dimensi mutu juga dijelaskan oleh Oki (2000) dalam tujuh dimensi
diantaranya yaitu sebagai berikut :
a.   Time, yaitu seberapa lama customer anda harus menunggu layanan pelayanan anda
b.   Timeliness, yaitu apakah layanan pelayanan anda dapat diberikan sesuai janji.
c.   Completeness, yaitu apakah semua bagian atau item daripelayanan anda, dapat diberikan
pada customer.
d.   Courtes, yaitu apakah karyawan yang berada di "garis depan" menyapa dan melayani
customer anda dengan ramah dan menyenangkan.
e.   Consistency, yaitu apakah layanan pelayanan anda selalu dilakukan dengan cara yang sama
untuk semua customer.
f.    Accessbility and convenience, yaitu apakah layanan pelayanan anda mudah dijangkau dan
dinikmati.
g.   Responsiveness, yaitu apakah karyawan anda selalu tanggap dan dapat memecahkan masalah
yang tidak terduga Selain pendapat-pendapat di atas mengenai dimensi mutu.

c. Indikator Pelayanan Mutu


Indikator adalah pengukuran tidak langsung terhadap suatu peristiwa atau kondisi.
Cth :berat badan bayi dan umurnya adalah indikator status nutrisi dari bayi tersebut. Indikator
adalah variabel yang mengindikasikan/menunjukkan satu kecenderungan situasi yang dapat
digunakan untuk mengukur  perubahan. Indikator adalah alat/ petunjuk utk mengukur prestasi
suatu pelaksanaan kegiatan.
Menurut Donabedian sebagaimana dikutip Mulyadi (2001:1–2), pengukuran mutu
pelayanan kesehatan dapat diukur dengan menggunakan tiga variabel:
1. Input
        input (masukan) adalah segala sesuatu yg dibutuhkan untuk dapat melaksanakan
pekerjaan manajemen. Input berfokus pada sistem yang dipersiapkan dalam organisasi dari
menejemen termasuk komitmen, dan stakeholder lainnya, prosedur serta kebijakan sarana dan
prasarana fasilitas dimana pelayanan diberikan.
         Menurut Komisi Pendidikan Administrasi Kesehatan Amerika Serikat, input ada 3
macam, yaitu:
a. Sumber (resources)
Sumber (resources) adalah segala sesuatu yang dapat dipakai untuk menghasilkan barang
atau jasa. Sumber (resources) dibagi 3 macam:
1). Sumber tenaga (labour resources) dibedakan atas:
   ·Tenaga ahli (skilled): dokter, bidan, perawat
 ·Tenaga tidak ahli (unskilled): pesuruh, penjaga
    2)  Sumber modal (capital resources), dibedakan menjadi:
   ·Modal bergerak (working capital): uang, giro
   ·Modal tidak bergerak (fixed capital): bangunan, tanah, sarana kesehatan.
   3). Sumber alamiah (natural resources) adalah segala sesuatu yang terdapat di alam, yang tidak
termasuk sumber tenaga dan sumber modal.

b. Tatacara (prosedures)
Tatacara (procedures): adalah berbagai kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang dimiliki
dan yang diterapkan.
c. Kesanggupan (capacity)
Kesanggupan (capacity): adalah keadaan fisik, mental dan biologis tenaga pelaksana.

2. Proses
      Proses (process) adalah langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Proses dikenal dengan nama fungsi manajemen. Pada umumnya, proses ataupun
fungsi manajemen merupakan tanggung jawab pimpinan. Pendekatan proses adalah semua
metode dengan cara bagaimana pelayanan dilakukan.
3. Output
      Output adalah hasil dari suatu pekerjaan manajemen. Untuk manajemen kesehatan,
output dikenal dengan nama pelayanan kesehatan (health services). Hasil atau output adalah
hasil pelaksanaan kegiatan. Output adalah hasil yang dicapai dalam jangka pendek, misalnya
akhir darikegiatan pemasangan infus, sedangkan outcome adalah hasil yang terjadi setelah
pelaksanaan kegiatan jangka pendek misalnya plebitis setelah 3x24jam pemasangan infus.
Macam pelayanan kesehatan adalah Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM).
Indikator adalah suatu perangkat yang dapat digunakan dalam pemantauan suatu proses
tertentu atau suatu ukuran penatalaksanaan pasien atau keluaran dari layanan kesehatan.
Indikator mutu pelayanan kesehatan secara umum dapat dibedakan atas 2 jenis:
1. Indikator Persyaratan Minimal
Indikator persyaratan minimal, menunjukkan pada ukuran terpenuhi atau tidaknya standar
masukan, lingkungan atau proses.
Indikator ini dapat dibagi lagi menjadi 3, yaitu:
a. Indikator Masukan, ukuran terpenuhi atau tidaknya standar masukan seperti ukuran tenaga
pelaksana, sarana serta dana yang tersedia di dalam suatu organisasi kesehatan. 
b. Indikator Lingkungan, ukuran terpenuhi atau tidaknya standar lingkungan seperti ukuran
kebijakan, organisasi serta manajemen yang dianut oleh organisasi kesehatan. 
c. Indikator Proses, ukuran terpenuhi atau tidaknya standar proses.

2. Indikator Penampilan Minimal


Indikator Penampilan Minimal, menunjuk pada ukuran terpenuhi atau tidaknya standar
penampilan minimal pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Indikator penampilan
minimal ini disebut dengan indikator keluaran (output/outcome).
 Masing-masing indikator memiliki fungsi pengukuran yang berbeda, jika yang ingin
diukur adalah faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan (penyebab) maka
yang dipergunakan adalah indikator persyaratan minimal. Tetapi jika yang diukur adalah
mutu pelayanan kesehatan (akibat) maka yang dipergunakan adalah indikator keluaran
(penampilan).
. Kepuasan pelanggan merupakan indikator mutu suatu pelayanan kesehatan, sehingga
pelayanan kesehatan harus diselenggarakan dengan orientasi pada pemenuhan harapan dan
kebutuhan pelanggan.

e. Jenis QA (Jaminan Mutu)


a. Model Jaminan Mutu
Menggunakan pendekatan evolusi yang didasari oleh pandangan bahwa upaya peningkatan
mutu harus dilakukan secara bertahap. Mulai dari pemecahan masalah sederhana sampai
dengan masalah yang kompleks.

b. Bentuk Jaminan Mutu


Bertitik tolak dari waktu penyelenggaraannya, maka Jaminan mutu dapat dibedakan dalam 3
bentuk, yaitu:
1. Jaminan Mutu Prospektif, dilaksanakan sebelum pelayanan kesehatan diselenggarakan,
upayanya terutama ditujukan pada unsur masukan dan lingkungan. Contoh:
a) Standarisasi, untuk menjamin pelayanan kesehatan yang bermutu perlu ditetapkan
standarisasi fasilitas pelayanan kesehatan.
b) Perizinan, setelah terpenuhi standarisasi perlu diikuti dengan perizinan yang akan
ditinjau secara berkala.
c) Sertifikasi, tindaklanjut dari perizinan, memberikan sertifikat kepada fasilitas dan
atau profesi kesehatan yang telah memenuhi persyaratan tertentu.
d) Akreditasi, berntuk lain dari sertifikasi, diberikan kepada fasilitas atau profesi
kesehatan setelah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

2. Jaminan Mutu Konkuren, dillaksanakan bersamaan dengan penyelenggaraan pelayanan


kesehatan. Perhatian utama ditujukan kepada proses, dimana proses itu diukur dengan standar
yang telah ditetapkan, jika pelayanan kesehatan tidalk sesuai dengan standar maka pelayanan
kesehatan tersebut kurang bermutu.
Jaminan mutu konkuren ini paling baik, tetapi sukar dilaksanakan, sering terjadi bias, untuk
menghindarkan bias dilakukan oleh”’Peer”atau tim.

3. Jaminan Mutu Retrospektif, dilaksanakan setelah pelayanan kesehatan diselenggarakan.


Contoh:
a) Telaah rekam medik (medical record review)
b) Ulasbalik Jaringan (tissue review)
c) Survei pelanggan (costumer survey)
d) Ulasbalik penggunaan (obat, darah, tempat tidur), dll.

f. Manfaat ( Kegunaan QA )
1. Dapat lebih meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan.
  Peningkatan efektifitas yang dimaksud di sini erat hubungannya dengan dapat
diselesaikannya masalah yang tepat dengan cara penyelesaian masalah yang benar. Karena
dengan diselenggarakannya program menjaga mutu dapat diharapkan pemilihan masalah
telah dilakukan secara tepat serta pemilihan dan pelaksanaan cara penyelesaian masalah telah
dilakukan secara benar.

2. Dapat lebih meningkatkan efesiensi pelayanan kesehatan.


    Peningkatan efesiensi yang dimaksudkan disini erat hubungannya dengan dapat dicegahnya
penyelenggaraan pelayanan yang berlebihan atau yang dibawah standar. Biaya tambahan
karena pelayanan yang berlebihan atau karena harus mengatasi berbagai efek samping karena
pelayanan yang dibawah standar akan dapat dicegah.

3. Dapat lebih meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.


    Peningkatan penerimaan ini erat hubungannya dengan telah sesuainya pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat sebagai pemakai jasa
pelayanan. Apabila peningkatan penerimaan ini dapat diwujudkan, pada gilirannya pasti akan
berperan besar dalam turut meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

4. Dapat melindungi pelaksana pelayanan kesehatan dari kemungkinan munculnya gugatan


hukum.

Manfaat Program Jaminan Mutu yaitu:

 Pemahaman staf terhadap tingkat mutu pelayanan yang ingin dicapai.


 Meningkatkan efektifitas pelayanan yang diberikan.
 Mendorong serta meningkatkan efesiensi dalam pengelolaan pelayanan kesehatan.
 Melindungi pelaksanaan pelayanan kesehatan dari gugatan hukum. 
 Semakin meningkatnya mutu pelayanan.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap
pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasaan rata-rata serata
penyelenggaraannya sesuai dengan standart dan kode etik profesi.
Indikator mutu pelayanan adalah suatu ukuran penatalaksanaan pasien atau keluaran
dari layanan kesehatan. Indikator dibuat untuk memantau bagian kritis dari layanan
kesehatan.
Mutu pelayanan kesehatan adalah menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Berkaitan dengan kualitas
pelayanan jasa, metode peningkatan mutu pelayanan jasa kebidanan dan organisasi kesehatan
dapat dilakukan dengan pendekatan total Quality Management (TQM). Total Quality
Manegemen (TQM) merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba
untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk,
jasa, manusia, proses dan lingkungannya.

B. Saran
Untuk lebih memberikan kepuasan kepada konsumen maka mutu pelayanan kesehatan
di indonesia harus lebih ditingkatkn, untuk mencapai masyarakat yang sehat dan terbebas dari
berbagai macam penyakit. Sebagai seorang Bidan sangat ditekankan akan mutu pelayanan
yang maksimal. Tuntutan seorang bidan sangatlah berat dan berisiko tinggi terutama pada ibu
dan anak. Maka dari itu seorang bidan wajib menjalankan tugas sesuai prosedur yang sudah
ditentukan baik itu, penyuluhan dan lainnya sesuai profesi kebidanan.
Sebagai seorang Bidan sangat ditekankan akan mutu pelayanan yang maksimal.
Tuntutan seorang bidan sangatlah berat dan berisiko tinggi terutama pada ibu dan anak. Maka
dari itu seorang bidan wajib menjalankan tugas sesuai prosedur yang sudah ditentukan baik
itu , penyuluhan dan lainnya sesuai profesi kebidanan.

 DAFTAR PUSTAKA

Wijono Djoko. 2000. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Surabaya : Airlangga


            University Press.

Jenny J.S Sondakh, Marjati, Tatarini Ika Pipitcahyani. 2013. Mutu Pelayanan Kesehatan dan

          Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika

Naomy Marie Taudo. 2013. Mutu Pelayanan Kebidanan dan Kebijakan Kesehatan. Jakarta :

          In Media

Prof. dr. A.A. Gde Muniojaya, MPH. 2012. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta :

          EGC

Hermanto, Dadang. 2010. Pengaruh Persepsi  Mutu  Pelayanan Kebidanan Terhadap  Kepuasan


Pasien Rawat Inap Kebidanan Di Rsud Dr. H. Soemarno Sosroatmodjo  Bulungan
Kalimantan Timur. Tesis . Program Pasca Sarjana.Universitas Dipenogoro. Semaran

Mamik. 2014. Manajemen Mutu : Pelayanan Kesehatan dan Kebidanan. Sidoarjo . Zifatama

Susmaneli Herlina, dan Ani Triana. 2014. Dimensi Mutu Pelayanan Kebidanan terhadap Kepuasan
Pasien Program Jampersal . Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 8, No. 8,
Mei 2014. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Pekan baru

Anda mungkin juga menyukai