Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

FARMAKOTERAPI I

OBAT YANG BEKERJA PADA TULANG DAN SENDI

(PIRAI DAN HIPERURISEMIA)

OLEH :

KELOMPOK 3

MULIANTI (201906018)

MUTIYAH RAHMA ELPIS (201906019)

RAODATUL JANNAH SULTAN (201906020)

RULI APRILIA (201906021)

SUCI INDAH SARI (201906024)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

STIKES MUHAMMADIYAH SUDRAP


PIRAI DAN HIPERURISEMIA
A. DESKRIPSI PENYAKIT

Definisi

Istilah Pirai menggambarkan spektrum penyakit meliputi hiperurisemia, serangan


kambuhnya artritis akut yang berkaitan dengan kristal mononatrium urat pada leukosit yang
terdapat pada cairan sinovium, deposit kristal mononatrium urat pada jaringan (tophi), penyakit
ginjeksial interstisial dan nefrolitiasis asam urat.

Hiperurisemia dapat merupakan kondisi yang tidak bergejala, dengan konsentrasi asam urat
serum meningkat. Konsentrasi urat yang lebih besar dari 7,0 mg/dL adalah tidak normal dan
berkaitan dengan peningkatan resiko untuk pirai.

B. PATOFISIOLOGI
 Pada manusia, asam urat merupakan produk akhir degradasi purin. Tidak diketahui tujuan
fisiologisnya sehingga asam urat dianggap sebagai produk buangan. Akumulasi yang berlebih ini
dapat disebabkan overproduksi dan penurunan ekskresi.
 Purin yang menghasilkan asam urat dapat berasal dari tiga sumber, yaitu purin dari makanan,
konversi asam nukleat jaringan menjadi nukleotida purin dan sintesis de novo basa purin.
 Ketidaknormalan dalam sistem enzim yang mengatur metabolisme purin dapat menyebabkan
overproduksi asam urat. Peningkatan aktivitas fosforibosil pirofosfat (PRPP) sintetase,
menyebabkan peningkatan konsentrasi PRPP, sebuah enzim penentu sintesis purin dan
menyebabkan produksi asam urat. Defisiensi hipoxantin-guanin fosforibosil tranferasi (HGPRT)
dapat pula menyebabkan overproduksi asam urat. HGPRT bertanggungjawab terhadap
perubahan guanin menjadi asam guanilat dan hipoxantin menjadi asam inosinat. Dua perubahan
ini memerlukan PRPP sebagai ko-subtrat dan merupakan reaksi pemanfaatan penting yang
terlibat dalam sintesis asam nukleat. Defisiensi enzim HGPRT menyebabkan peningkatan
metabolisme guanin dan hipoxantin menjadi asam urat dan lebih banyak PRPP yang berinteraksi
dengan glutamin pada tahap awal jalur purin.
 Asam urat dapat pula dihasilkan berlebih sebagai konsekuensi peningkatan pemecahan asam
nukleat jaringan, seperti yang terjadi pada penyakit mieloproliferatif dan limfoproliferatif.
 Penurunan ekskresi asam urat melalui urin menjadi lebih rendah daripada kecepatan
produksinya, menyebabkan hiperurisemia dan peningkatan natrium urat.
 Sekitar dua pertiga asam urat yang dihasilkan setiap hari diekskresikan melalui urine. Sisanya
dieliminasi melalui saluran gastrointestinal setelah degradasi enzimatik oleh bakteri usus.
Penurunan ekskresi asam urat melalui urin menjadi di bawah kecepatan produksinya
menyebabkan hiperurisemia dan peningkatan natrium urat.
 Individu normal memproduksi 600-800 mg asam urat setiap hari dan mengekskresi kurang dari
600 mg asam urat melaui urin. Individu yang mengekskresikan lebih dari 600 mg dalam masa
diet bebas purin selama 3-5 hari dianggap overproduksi. Individu dengan hiperurisemia yang
mengekskresikan kurang dari 600 mg asam urat dalam 24 jam dalam masa diet bebas purin
didefinisikan ekskresi rendah asam urat. Dalam diet reguler, ekskresi lebih dari 1000 mg dalam
24 jam menunjukkan overproduksi, kurang dari jumlah ini kemungkinan normal.
 Deposit kristal asam urat pada cairan sinovial menyebabkan proses inflamasi yang melibatkan
mediator kimia yang menyebabkan vasodilatasi, peningkatan permeabilitas vaskuler, dan
aktivitas kemotaksis untuk leukosit polimorfonuklear. Fagositosis kristal asam urat oleh leukosit
menyebabkan lisis sel dengan cepat dan pembuangan enzim proteolitik ke dalam sitoplasma.
Reaksi inflamasi yang terjadi dikaitkan dengan nyeri pada persendian yang intens, eritema, rasa
hangat dan bengkak.
 Nefrolitiasis asam urat terjajdi pada 10-25% pasien dengan pirai. Faktor yang membuat individu
cenderung menderita nefrolitiasis meliputi ekskresi asam urat berlebih melalui urin, urin yang
asam, dan konsentrasi urin yang tinggi.
 Tophi (deposit urat) merupakan hal yang tidak biasa pada individu dengan pirai dan merupakan
komplikasi hiperurisemia yang lambat. Tempat deposit urat yang paling umum pada pasien pirai
akut kambuhan adalah pangkal ibu jari kaki, heliks telinga, tonjolan tulang siku, tendon Achilles,
lutut, pergelangan tangan, dan tangan.

C. MANIFESTASI KLINIK
 Serangan akut pirai ditandai dengan onset rasa nyeri yang menyiksa, pembengkakan dan
inflamasi. Serangan ini awalnya khas monoartikular, lebih sering mempengaruhi sendi
matatarsofalangeal, dan kemudian mempengaruhi bagian dorsal kaki, pergelangan kaki, tumit,
lutut, pergelangan tangan, jari dan siku. Serangan biasanya dimulai pada malam hari, dengan
pasien terbangun dari tidurnya dengan rasa nyeri yang menyiksa. Sendi mengalami kemerahan
eritamentosus, hangat dan membengkak. Demam dan leukositosis umum terjajdi. Serangan
yang tidak diobati dapat berlangsung selama 3 hingga 14 hari sebelum penyembuhan spontan.
 Meskipun serangan akut pirai artritis dapat terjadi tanpa provokasi yang jelas, serangan dapat
ditimbulkan oleh stres, trauma, konsumsi alkohol, infeksi operasi, penurunan kadar asam urat
serum yang cepat akibat mengkonsumsi obat penurun asam urat, dan mengkonsumsi obat-obat
tertentu yang diketahui dapat meningkatkan konsentrasi asam urat serum.
D. TERAPI
1. TERAPI NON FARMAKOLGI

Pasien dianjurkan untnuk mengurangi konsumsi makanan yang tinggi mengandung purin.
( Contoh : Organ ), menghindari alkohol, dan menurunkan berat badan jika obesitas.

2. TERAPI FARMAKOLOGIS

OBAT-OBAT YANG DIGUNAKAN DALAM PIRAI

Pirai (gout) adalah penyakit metabolisme familial yang dikarakterisasi oleh episode
berulang artritis akut yang disebabkan oleh endapan monosodium urate pada sendi-sendi dan
tulang rawan. Pembentukan kalkuli (calculi) uric acid (asam urat) di ginjal bisa terjadi. Pirai
biasanya dikaitkan dengan kadar serum yang tinggi dari uric acid, zat yang sulit larut yang
merupakan hasil akhir utama dari metabolisme purine.

Pengobatan pirai ditujukan pada pengurangan serangan akut pirai dan mencegah
kambuhnya episode pirai dan batu urat. Tetapi untuk serangan artritis pirai akut berdasarkan
pengertian kita saat ini tentang peristiwa patofisiologis yang terjadi dalam penyakit ini. Kristal-
kristal urat pada mulanya difagositosit oleh sinoviosit, yang kemudian merilis prostaglandin,
enzim lisosomal, dan interleukin-I. Tertarik oleh mediator-mediator kemotaksis ini, leukosit
polimorfonuklear bermigrasi ke ruang sendi dan memperkuat proses inflamasi yang
berlangsung. Pada fase-fase lanjut dari serangan, terlihat peningkatan dari sejumlah fagosit-
fagosit mononuklear (makrofag), mencerna kristal-kristal urat, dan merilis lebih banyak
mediator-mediator inflamasi. Urutan kejadian-kejadian ini menyatakan bahwa agen-agen yang
paling efektif untuk menangani inflamasi akut yang disebabkan oleh kristal urat adalah agen-
agen yang menekan fase-fase yang berbeda dari aktivasi leukosit.

Sebelum memulai terapi kronis untuk pirai, pasien dengan hiperurikemia yang terkait
dengan pirai dan batu urat harus dibedakan dengan jelas dari mereka yang hanya menderita
hiperurikemia. Pada orang yang hiperurikemia tanpa gejala, efikasi dari pengobatan jangka
panjang tidak terbukti. Pada beberapa individu, kadar asam urat bisa ditingkatkan hingga 2 kali
deviasi standar (SD) di atas rata-rata untuk seumur hidup tanpa konsekuensi tidak diinginkan.
a. COLCHICINE

Colchicine adalah alkaloida yang diisolasi dari crocus musim gugur, Colchicum autumnale.

Farmakokinetika
Colchicine segera diserap setelah pemberian secara oral dan mencapai kadar puncak
plasma dalam 2 jam. Metabolit dari obat ini diekskresi pada saluran cerna dan urine.

Farmakodinamika
Colchicine secara dramatis menghilangkan nyeri dan inflamasi pada artritis gout dalam
12-24 jam tanpa mengubah metabolisme atau eksresi dari urate dan tanpa efek analgesik lain.
Colchicine menghasilkan efek antiinflamasi dengan terikat pada tubulin protein intraseluler,
dengan demikian akan mencegah polimerisasinya menjadi mikrotobulus dan mengarah kepada
penghambatan migrasi leukosit dan fagositosis. Colchicine juga menghambat pembentukan
leukotrine B. Beberapa efek yang tidak diinginkan dari colchicine diakibatkan oleh
penghambatannya terhadap polimerisasi tubulin dan mitosis sel.

Gambar : Peristiwa-peristiwa patofisiologis persendian yang mengalami pirai (gout). Sinoviosit


memfagositosit kristal urate dan kemudian mensekresi mediator-mediator inflamasi yang
menarik dan mengaktivasi leukosit-leukosit polimorfonuklear (PMN) dan fagosit-fagosit
mononuklear (MNP) (Makrofag). Obat-obat yang aktif dalam pirai menghambat fagositosis
kristal dan menghambat rilis mediator-mediator inflamasi dari leukosit PMN dan makrofag. (PG
= Prostaglandin; IL-1=Interluekin-1; LTB4=leukotriene B4).
Indikasi
Colchicine telah menjadi obat tradisional yang digunakan untuk meredakan inflamasi
dari artritis pirai akut. Sekalipun colchicine lebih spesifik pada pirai daripada AINS, agen-agen
lain (misalnya indomethacin dan AINS lain, kecuali aspirin) sering digunakan karena adanya
masalah diare yang mengganggu yang berhubungan terapi colchicine. Colchicine lebih disukai
sebagai profilaksis kambuhnya episode artritis pirai, efektif untuk mencegah serangan demam
Mediteranean akut, dan mungkin mempunyai efek yang sedikit menguntungkan pada artritis
sarkoid dan sirosis hati.

Efek yang tidak diinginkan


Colchicine sering menyebabkan diare dan kadang-kadang menyebabkan mual, muntah
dan nyeri perut. Colchicine jarang menyebabkan kerontokan rambut dan depresi sumsum tulang
dan juga neuritis perifer dan miopati.
Intoksikasi akut setelah menelan dosis besar (nonterapeutik) dari alkaloida ini di
karakterisasi dengan nyeri tenggorokan seperti terbakar, diare berdarah, syok, hematuria dan
oliguria. Telah dilaporkan adanya depresi sistem saraf pusat yang semakin fatal.

Dosis
Untuk mengakhiri serangan pirai, dosis awal Colchicine biasanya 0,5 mg atau 1 mg diikuti
oleh 0,5 mg setiap 2 jam sampai nyerinya berkurang dan timbul rasa mual dan diare. Dosis total
dapat diberikan secara intravena jika perlu, tetapi harus diingat bahwa sejumlah 8 mg dalam 24
jam bisa fatal. Dosis profilaksis colchicine adalah 0,5 mg satu sampai tiga kali sehari.

b. AINS PADA GOUT

Selain menghambat sintesis prostaglandin, indomethacine dan AINS lain juga


menghambat fagositosis kristal urat. Indomethacin bisa dipakai sebagai pengobatan awal pirai
atau sebagai obat alternatif bilamana colchicine tidak berhasil atau menyebabkan rasa tidak
nyaman. Indomethacin adalah agen yang paling sering dipakai sekarang untuk mengobati pirai.
Tiga hingga empat dosis 50 mg setiap 6 jam diberikan; bila ada respon, dosis dikurangi sampai
25 mg tiga atau empat kali sehari selama kurang lebih 5 hari.

Sejumlah AINS lain yang lebih baru juga telah digunakan dan secara sukses berhasil pada
episode akut. Semua AINS lain kecuali aspirin, salicylate, dan tolmetin telah berhasil baik dalam
mengobati episode pirai akut. Oxaprozin, yang menurunkan uric acid serum, secara teoritis
adalah AINS yang baik untuk digunakan sekalipun tidak boleh digunakan untuk pasien penderita
batu uric acid karena akan terjadi peningkatan ekskresi uric acid ke dalam urine.

Antiinflamasi Nonsteroid (AINS)


Mekanisme Kerja : Dalam dosis tunggal Antiinflamasi Nonsteroid (AINS) mempunyai aktivitas
analgesik yang setara dengan parasetamol, tetapi parasetamol lebihh disukai terutama untuk
pasien usia lanjut.
Hanya sedikit perbedaan dalam aktivitas antiinflamasi antara berbagai AINS, namun ada variasi
yang cukup besar dalam respon pasien secara individual. Sekitar 60% pasien akan beraksi
terhadap semua AINS. Sementara yang lainnya ada yang tidak bereaksi terhadap salah satunya,
dan bereaksi baik terhadap yang lain. Efek analgesik normalnya harus diperoleh dalam selang
seminggu, sementara efek antiinflamasi mungkin belum tercapai. Jika respon memadai belum
diperoleh dalam selang waktu itu, harus dicoba AINS lain.

Data Farmakokonetik

Data Farmakokinetik/Rekomendasi Dosis Maksimum AINS


AINS Ketersediaa Wakt Vol. Bersihan Puncak Ikatan Eliminasi Eliminasi
n hayati (%) u Distribus (Jam) Protei ginjeksial feces
Paruh i n (%) (%) (%)
(Jam)
Asam Asetat
Diklofenak 50-60 2 0,1-0,2 350 2 >99 65 -
L/kg mL/menit
Indometasin 98 4,5 0,29 L/kg 0,084 2 90 60 33
L/jam/kg
Sulindak 90 7,8 ~ 2,71 2-4 >93 50 25
L/jam
Tolmetin 2-7 0,5-1 ~ 100 -
Inhibitor COX-2
Celecoxib 11 400 L 27,7 L/jam 3 97 27 57
Valdecoxib 83 8-11 ~ 86 L ~ 6 L/jam ~3 ~ 98 ~ 90 <5
Fenamat
Meklofenama ~ 100 1,3 23 L 206 0,5 – 2 70 30
t mL/menit
Asam 2 1,06 L/kg 21,23 2-4 > 90 52 20
mefenamat L/jam
Nafftilalkanon
Nambumeton > 80 22,5 0,1-0,2 26,1 9-12 >99 80 9
L/kg mL/menit
Okskikam
Piroxicam 50 0,15 L/kg 0,002- 3-5 98,5 - -
0,003
L/kg/jam
Meloksikam 89 15-20 10 L 7-9 4-5 99,4 50 -
mL/menit
Asam propionat
Fenoprofen 3 2 99 90 -
Florbiprofen 5,7 0,1-0,2 1.13 L/jam ~ 1,5 >99 >70 -
L/kg
Ibuprofen >80 1,8-2 0,15 L/kg ~ 3 – 3,5 1-2 99 45-79 -
L/jam
Ketoprofen 90 2,1 0,1 L/kg 6,9 L/jam 0,5 - 2 >99 80 -
Asam Piranokarboksilat
Etodolak > 80 7,3 0,362 mL/jam/kg ~1,5 >99 72 16
L/kg
Asam Pirrolizin karboksilat
Ketorolak 100 5-6 ~ 0,2 ~ 0,025 2-3 99 91 6
L/kg L/jam/kg

Indikasi
 Rematoid artritis (kecuali ketorolak, asam mefenamat dan meloksikam) dan osteoartritis
(kecuali ketorolak dan asam mefenamat) ; meredakan gejala
 Nyeri ringan hingga sedang ( kalium diklofenak, etodolak, fenoprofen, ibuprofen,
ketoprofen, ketorolak, meklofenamat, asam mefenamat, naproksen natrium, rofecoxib)
 Dismenorea primer

Kontraindikasi
AINS dikontraindikasikan untuk pasien dengan riwayat hipersensitif terhadap asetosal
atau AINS lainnya, termasuk mereka yang mengalami serangan asma, angiodema, urtikaria, atau
rinitisnya dipicu oleh asetosal dan AINS lainnya. AINS sebaiknya tidak diberkan kepada pasien
yang mengidap tukak lambung aktif. Pasien yang sebelumnya atau sedang mengidap tukak atau
pendarahan saluran cerna, lebih baik menghindarinya dan menghentikan jika muncul lesi
saluran cerna.

Peringatan
 AINS haruss digunakan dengan hati-hati pada pasien usia lanjut, pada gangguan alergi,
selama kehamilan dan menyusui dan pada gangguan koagulasi.
 Pada pasien gagal ginjeksial, payah jantung atau gagal hati dibutuhkan kehati-hatian, sebab
penggunaan AINS bisa mengakibatkan memburuknya fungsi ginjeksial, dosis harus dijaga
serendah mungkin dan fungsi ginjeksial harus dipantau.
 AINS sebaiknya tidak diberikan kepada pasien yang mengidap tukak lambung aktif

Interaksi Obat
Interaksi umumnya tidak terjadi pada AINS topikal
 Inhibitor ACE antagonism efek hipotensif, meningkatkan risiko kerusakan ginjeksial dan
menaikkan risiko hiperkalemia pada pemberi0an bersama indometasin dan mungkin AINS
lainnya.
 Analgetik lain : hindari pemberian bersama dua atau lebih AINS, termasuk asetosal
(menambah efek samping)
 Resin penukar-anion : kolesteramin menurunkan absorbsi fenilbutason
 Antasida dan adsorben : Antasida menurunkan adsorbsi diflunisal
 Antibakteri : AINS dengan 4-kuinolon mungkin meningkatkan seizure
 Antikoagulan meningkatkan risiko pendarahan dengan ketorolak
 Antihipertensi : antagonisme efek hipotensif
 Beta-bloker : antagonisme efek hipotensif
 Glikosida jantung : AINS dapat menyebabkan kambuh gagal jantung, menurunkan laju filtrasi
glomerulus dan menaikkan kadar plasma glikosida jantung
 Diuretika : risiko nefrotoksisitas AINS ditingkatkan, AINS terutama indometasin melawan
efek diuretika; indometasin dan mungkkin AINS lain menambah risiko hiperkalemia dengan
diuretika hemat kalium.

Efek samping

Efek samping beragam tingkat keparahan dan kekerapannya. Kadang timbul rasa tidak
nyaman pada saluran cerna, mual, diare. Dan kadang pendarahan dan tukak, dispepsia bisa
ditekan dengan meminum obat ini bersama makanan. Efek samping lain termasuk reaksi
hipersensitifitas ( terutama ruam kulit, angiodema, dan bronkospasme), sakit kepala, pusing,
vertigo, gangguan pendengaran seperti tinnitus, fotosensitivitas dan hematuria.

c. AGEN-AGEN URIKOSURIK

Probenecid dan sulfinpyrazone adalah obat urikosurik yang dipakai untuk mengurangi
timbunan urate tubuh pada pasien dengan pirai tifus atau pada mereka dengan serangan pirai
yang terus meningkat. Pada pasien yang mengeluarkan uric acid yang banyak, agen-agen
urikosurik harus dihindari, supaya tidak memicu pembentukan kalkuli uric acid.

Farmakokinetika
Probenecid diserap kembali seluruhnya oleh tubulus ginjal dan dimetabolisme dengan
sangat lambat. Sulfinpyrazone atau derivat hidroksilasinya yang aktif diekskresikan dengan cepat
oleg ginjal. Sekalipun demikian, durasi efeknya setelah pemakaian oral hampir sama panjangnya
seperti durasi probenecid
.
Farmakodinamika
Uric acid (asam urat) difiltrasi dengan bebas pada glomerulus. Seperti banyak asam
lemah lainnya, ia juga diserap kembali dan disekresi di bagian tengah dari tubulus proksimal.
Obat-obat urikosurik probenecid, sulfinpyrazone, dosis besar aspirin mempengaruhi tempat-
tempat pengangkutan aktif ini sehingga reabsorpsi bersih dari uric acid dalam tubulus proksimal
dikurangi. Karena aspirin dalam dalam dosis kecil (analgesik dan antipiretik) menyebabkan
retensi bersih dari uric acid dengan menghambat transporter sekretorik, aspirin tidak boleh
digunakan untuk analgesia pada pasien dengan pirai. Produksi dengan asam lemah lainnya,
misalnya penicillin, juga dikurangi oleh agen-agen urikosorik.
Karena ekskresi uric acid melalui urine meningkat, timbunan urate menurun, sekalipun
konsentrasi plasma mungkin tidak sangat berkurang. Pada pasien yang merespon dengan baik,
endapan urate tofus akan direabsorbsi, dengan meredakan artritis dan mineralisasi kembali
tulang. Dengan bertambahnya ekskresi uric acid, predisposisi pembentukan batu ginjallebih kuat
daripada pengurangannya, karena itu volume urine harus dipertahankan pada tingkat tinggi dan
paling tidak pada awal pengobatan pH urine dipertahankan di atas 6,0 dengan pemberian alkali.

Indikasi
Terapi urikosurik harus dimulai jika terjadi beberapa serangan artritis pirai akut.
Bilamana bukti tofus tampak, atau bilamana kadar plasma uric acid pada pasien dengan pirai
begitu tinggi sehingga kerusakan jaringan hampir tidak bisa dihindari. Terapi sebaiknya tidak
dimulai sebelum 2-3 minggu sesudah serangan akut.

Efek yang tidak diinginkan


Efek yang tidak diinginkan tidak memberikan dasar untuk menyukai suatu agen
urikosurik atau lainnya saja. Kedua asam organik ini menyebabkan iritasi gastrointestinal tetapi
sulfinpyrazone lebih aktif dalam hal ini. Probencid lebih memungkinkan menyebabkan
dermatitis alergika, tetapi ruam bisa nampak sesuadah penggunaan salah satu dari keduanya.
Sindrom nefrotik telah terjadi akibat pemakaian probenecid. Sulfinpyrazone dan probenecid
(sekalipun jarang) bisa menyebabkan anemia plastik.

Perhatian
Sangat penting sekali untuk memperhatikan volume air seni yang besar untuk
mengurangi kemungkinan pembentukan batu.

Dosis
Probenecid biasanya dimulai pada dosis 0,5 mg secara oral setiap hari dalam dosis
terbagi, meningkat sampai 1 gram sehari setelah 1 minggu. Sulfinpyrazone dimulai pada dosis
oral 200 mg sehari, meningkat sampai 400-800 mg seharii. Harus diberikan dalam dosis terbagi
bersama makanan untuk mengurangi efek gastrointestinal yang tidak diinginkan.

d. ALLOPURINOL
Suatu alternatif untuk meningkatkan ekskresi asam urat dalam pengobatan pirai adalah
mengurangi sintesisnya dengan menghambat xanthine oxidase dengan allopurinol.

Farmakokinetika
Allopurinol kira-kira 80% diserap setelah pemakaian oral. Seperti uric acid, allopurinol
sendiri dimetabolisme oleh xanthine oxidase. Persenyawaan hasilnya, alloxanthine,
mempertahankan kemampuannya untuk menghambat xanthine oxidase dan mempunyai durasi
kerja yang cukup panjang sehingga allopurinol cukup diberikan satu kali sehari

Farmakodinamika
Diet purin dalam makanan bukan merupakan sumber uric acid yang penting. Jumlah
penting secara kuantitatif dari purin dibentuk dari asam amino, formate, dan karbondioksida
dalam tubuh. Ribonukleotida purine tersebut tidak tergabung ke dalam nucleic acid (asam
nukleat) dan yang berasal dari degradasi nucleic acid dikonversi menjadi xanthine atau
hypoxanthine dan dioksidasi menjadi uric acid. Bilamana langkah terakhir ini dihambat oleh
allopurinol, maka ada penurunan pada kadar plasma urate dan penurunan pada timbunan urate
dengan peningkatan yang bersamaan pada xanthin dan hypoxanthine yang lebih mudah larut.

Indikasi
Pengobatan pirai dengan allopurinol, seperti dengan agen-agen urikosurik, dimulai dengan
harapan bahwa dapat berlangsung bertahun-tahun atau seumur hidup. Meskipun allopurinol
seringkali digunakan sebagai obat penurun urate yang pertama kali dipakai, indikasinya yang
paling rasional adalah sebagai berikut :
 Pada tofus pirai yang kronis, dimana penyerapan kembali dari tofus lebih cepat daripada
dengan agen-agen urikosurik
 Pada pasien dengan pirai yang uric acid dalam urine 24 jam-nya pada diet bebas purine
melebihi 600-700 mg
 Bilamana pprobenecid atau sulfinpyrazone tidak dapat dipakai karena efek-efek yang tidak
diinginkan atau reaksi alergi, atau bilamana keduanya juga memberikan efek terapeutik
yang kurang optimal
 Untuk batu ginjal yang berulang
 Pada pasien dengan kerusakan fungsi ginjal
 Bilamana kadar serum urate meningkat banyak.

Harus diusahan untuk mengurangi kadar serum urate sampai kurang dari 6,5 mg/dL. Selain
pirai, allopurinol dipakai sebagi agen antiprotozoal dan diindikasikan mencegah urikosuria masif
yang mengikuti terapi diskrasia darah yang sebaliknya bisa menyebabkan kalkuli ginjal

Efek yang tidak diinginkan


Serangan akut dari artritis pirai terjadi pada awal pengobatan dengan allopurinol
bilamana kristal urate ditarik dari jaringan-jaringan dan kadar plasma darah di bawah normal.
Untuk mencegah serangan akut, colchicine harus diberikan pada permulaan masa terapi dengan
allopurinol kecuali jika allopurinol dikombinasi dengan probenecid atau sulfinpyrazone.
Intoleransi gastrointestinal, termasuk mual, muntah dan diare bisa terjadi. Neuritis perifer dan
vaskulitis neurotik, depresi sumsum tulang dan jarang, anemia aplastik bisa juga terjadi.
Toksisitas hati dan nefritis interstisial telah dilaporkan. Reaksi kulit alergik ditandai oleh lesi-lesi
makulopapular pruritik nampak 3% dari pasien. Kasus-kasus terisolasi dari dermatitis
eksofaliativa telah dilaporkan. Dalam kasus-kasus yang langka, allopurinol menjadi terikat pada
lensa mata, dan mengakibatkan katarak.

Interaksi dan kewaspadaan


Bilamana kemoterapi mercaptopurine diberikan bersamaan, dosis mereka harus
dikurang sekitar 75%. Allopurinol dapat juga meningkatkan efek cyclophosphamide. Allopurinol
menghambat metabolisme probenecid dan antikoagulan oral dan bisa meningkatkan
konsentrasi besi pada hati.

Dosis
Dosis awal untuk allopurinol adalah 100 mg sehari. Allopurinol dapat dititrasi sampai
300 mg/hari tergantung pada respon uric acid serum.
Colchicine atau AINS harus diberikan selama minggu-minggu pertama terapi allopurinol untuk
mencegah episode-episode artritis pirai yang kadang-kadang terjadi.

e. Kortikosteroid

Kortikosteroid memiliki aktivitas glukokortikoid dan mineralokortikoid sehingga


memperlihatkan efek yang sangat beragam yang meliputi efek metabolisme karbohidrat,
protein dan lipid; efek terhadap kesetimbangan air dan elektrolit; dan efek terhadap
pemeliharaan fungsi berbagai sistem dalam tubuh. Kerja obat ini sangat rumit dan bergantung
pada konndisi hormonal seseorang. Namun, secara umum efeknya dibedakan atas efek retensi
Na, efek terhadap matabolisme karbohidrat (glukoneo-genesis), dan efek antiinflamasi.
Kortikosteroid bekerja melalui interaksinya dengan reseptor yang spesifik di organ target, untuk
mengatur suatu ekspresi genetik yang selanjutnya akan menghasilkan perubahan dalam sintesis
protein lain. Protein yang terakhir inilah yang akan mengubah fungsi seluler organ target
sehingga diperoleh, misalnya efek glukoneogenesis, meningkatnya asam lemak, meningkatnya
reabsorbsi Na, meningkatnya reaktivitas pembuluh terhadap zat vasoaktif dan efek
antiinflamasi.

Data Farmakokinetik

Obat Waktu Paruh (menit)


Kortison 30
Hidrokortison 80 – 118
Metilprednisolon 78 – 188
Prednison 60
Prednisolon 115 – 212
Triamsinolon 200+
Betametason 300+
Deksametason 110 – 210

Indikasi

Sebagai antiinflamasi, kortikosteroid digunakan dalam dosis yang beragam untuk


berbagai penyakit dan beragam untuk individu yang berbeda agar dapat dijamin rasio manfaat /
risiko yang setinggi-tingginya.

Sebagai penyelamat jiwa atau memperpanjang hidup, misalnya pada dermatitis


eksfoliatif, reaksi penolakan akut terhadap cangkokan, maka kortikosteroid digunakan dalam
dosis besar dalam jangka lama. Tatapi untuk penyakit yang relatif ringan, misalnya artritis
rematoid, penggunaan jangka lama manfaatnya tidak lebih besar dari risikonya.

Kontraindikasi
Infeksi sistemik, kecuali bila diberikan antibiotik sistemik; hindari vaksinasi dengan virus
aktif pada pasien yang menerima dosis imunosupresif.
Efek Samping
Penggunaan kortikosteroid jangka lama akan menimbulkan efek samping akibat khasiat
glukokortikoid maupun khasiat mineralokortikoid. Efek samping glukokortikoid meliputi diabetes
dan osteoporosis yang terutama berbahaya nbagi usia lanjut. Pemberian dosis tinggi dapat
menyebabkan nekrosis avaskuler dan sindrom cushing yang sifatnya reversibel. Pada anak,
kortikosteroid dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan, sedangkan pada wanita hamil dapat
mempengaruhi pertumbuhan adrenal anak. Efek samping mineralokortikoid adalah hipertensi,
retensi Na dan cairan, dan hipokalemia.
DAFTAR PUSTAKA

Elin Yulina Sukandar, dkk. ISO Farmakoterapi. Jakarta : ISFI Penerbitan

Katzung, Bertram G. 2002. Farmakologi : Dasar dan Klinik. Jakarta : Salemba Medika

Lutz Hein, M.D. 2005. Color Atlas of Pharmacology. New York : Thieme

Anda mungkin juga menyukai