Anda di halaman 1dari 35

HUJAN (PRESIPITASI)

Tujuan Pembelajaran
• Mahasiswa dapat menghitung data untuk melengkapi data hujan
yang tidak kontinyu, data hujan yang mengalami perubahan dengan
metode analisa double mass curve, hujan rata-rata dengan metode :
aritmatik, thiessen, isohyet, hubungan antara intensitas dan tinggi
hujan, hubungan antara intensitas dan waktu hujan dengan metode :
talbot, sherman, ishiguro, monobe, hubungan antara tinggi dan
waktu hujan dengan metode haspers dan lain-lain.
Tipe hujan
Hujan dibagi atas tiga type sesuai dengan cara udara naik ke daerah
yang lebih dingin.
• Hujan konvektif : berasal dari naiknya udara ke tempat yang lebih
dingin
• Hujan siklonik : berasal dari naiknya udara yang dipusatkan di daerah
dengan tekanan rendah
• Hujan orografik : berasal dari naiknya udara karena adanya rintangan
berupa pegunungan.
Data hujan
• Curah hujan adalah tinggi hujan dalam satu hari, bulan, atau tahun
dinyatakan dalam mm, cm atau inchi, misal : 124 mm per hari; 462 mm per
bulan dan 2158 mm per tahun.
• Waktu hujan adalah lama terjadinya satu kali hujan (duration of one
rainstorm), missal : 12 menit; 42 menit; 2 jam pada satu kejadian hujan.
• Intensitas hujan adalah banyaknya hujan yang jatuh dalam periode tertentu,
misal : 48 mm/jam, dalam 15 menit; 72 mm/jam dalam 30 menit.
• Frekwensi hujan adalah kemungkinan terjadinya atau dilampauinya suatu
tinggi hujan tertentu. Misal curah hujan 115 mm per hari akan terjadi atau
dilampaui sekali dalam 20 tahun; curah hujan 2500 mm per tahun akan
terjadi atau dilampaui dalam 10 tahun.
Network stasiun hujan
Tempat dimana alat penakar hujan
dipasang disebut sebagai Stasiun
Hujan, yang dapat dipasang tersebar
diseluruh daerah aliran. Banyaknya
stasiun hujan pada suatu daerah
aliran tergantung dari kebutuhan
dan ketelitian data yang diperlukan,
demikian juga dengan type penakar
hujan yang dipasang. Sebagai
perkiraan banyaknya alat penakar
hujan yang dipasang terhadap luas
daerah yang diwakili seperti Table
disamping.
Alat penakar hujan (rain gauge)
-MANUAL :
-Pengukuran dilakukan 1 hari

Sketsa alat penakar hujan Manual


OTOMATIS :
- Pengukuran dilakukan > 1 hari / minggu

Beberapa jenis alat ukur hujan otomatis:


1. Weighting bucket type rain-gauge
2. Syphon automatic rain-gauge
3. Tipping bucket type rain-gauge

Alat Penakar Hujan Mekanik

Sket Alat penakar hujan otomatis type weighting Bucket


Jenis Syphon

Sket alat penakar hujan jenis


Syphon

Hujan masuk kedalam corong dan diteruskan ke dalam penampung. Akibat masukan air hujan,
maka air dalam penampungan naik, maka pelampung juga ikut naik dan pena pencatat pun
juga ikut naik.
Bila tinggi air mencapai bengkokan syphon dan air hujan masih tetap masuk ke dalam corong,
maka air di dalam bak penampungan akan keluar melalui syphon dan muka airnya akan turun
bersamaan dengan turunnya pena pencatat sampai bak penampung kosong. Bila hujan tetap
berlangsung, maka muka air di dalam penampung akan naik lagi dan pena pencatat pun ikut
naik
Selain naik turunnya pena pencatat, kertas grafik juga bergerak berputar
terhadap sumbu vertikal. Gerakan putar kertas grafik ini sesuai dengan gerakan
jarum jam
Kertas grafik dapat diganti seminggu sekali. Dari kertas grafik ini dapat diperoleh
data tinggi hujan dan durasinya dalam menit atau jam

Contoh hasil pencatatan :

9
8
7
R1
6
5
4
3
2 t1
1
0
20 24 4 8 12 16 20 24 4 8 12 16 20 24 4 8 12 16 20 24
Pos Hujan
Penyajian data hujan
• Tergantung pada kebutuhan, maka data hujan dapat diberikan
dalam bentuk : tabel, diagram, grafik
1. Penyajian dalam bentuk tabel
Biasanya berupa data hujan harian, hujan harian maksimum, hujan bulanan atau
tahunan
Tabel Hujan Harian Hipotetik Tabel Hujan Bulanan
TANGGAL R (mm) BULAN R (mm)
1 Mar 70 30 Januari 70 341
2 Mar 70 48 Febuari 70 312
3 Mar 70 15 Maret 70 234
4 Mar 70 0 April 70 150

31 Mar 70 53 Desember 70 214


Tabel Hujan Harian Max Tabel Hujan Tahunan
TANGGAL R (mm) TAHUN R (mm)
1990 180 1990 2341
1991 172 1991 2135
1992 146 1992 2436

2000 161 2000 1864

2. Penyajian dalam bentuk diagram :


Data hujan yang disajikan dalam bentuk diagram unit waktunya biasanya tergantung dari keperluannya.

Diagram garis Diagram batang


200 200

Hujan harian max


Hujan harian max

150 150
(mm)

(mm)
100 100

50 50

0 0
1990 1991 1992 1993 1994 1995
1990 1991 1992 1993 1994 1995
t (tahun)
Untuk satu kejadian hujan dapat juga disajikan dalam bentuk diagram batang,
terutama untuk data dari alat pencatat otomatis = diagram curah hujan atau
diagram distribusi hujan.
Contoh:

Hujan terjadi selama 70 menit dengan distribusi sbb:


t R (mm)
50
15 20

10 30 35
30

R (mm)
20 25 25
20
13 50 15

7 35

5 15 15 25 45 58 65 70
t (menit)
Dari diagram hujan untuk satu kejadian hujan dapat juga digambarkan diagram intensitasnya, yang
disebut : hyetograph. 300

t R (mm) I (mm/jam)
231
15 20 80
10 30 180

I (mm/jam)
180 180

20 25 75
13 50 231 80 75
7 35 300
5 15 180
15 25 45 58 65 70
t (menit)
3. Penyajian dalam bentuk grafik : Hyetograph
Pada umumnya grafik curah hujan dibuat langsung dengan menggambarkan titik-titik data.
Dalam bentuk grafik ini dapat juga disajikan grafik akumulasi hujan (hujan kumulatif)  Mass Curve

200
Hujan Harian Max

t kum R kum 70
150 65

Rkum (mm)
15 20
58
25 50 100
45
45 75
50 25
58 125 15
0
65 160
0 20 40 60 80
70 175 tkum (menit)
t (menit)
Melengkapi Data Hujan yang Hilang / Tidak Lengkap
• Ada beberapa cara, yaitu:
• Cara harga rata-rata
• Cara rasio normal
• Cara kolerasi dengan grafik
• Cara “inversed square distance”

Cara Harga Rata-rata :


Dapat dipakai bila hujan rata-rata tahunan
stasiun yang datanya tidak lengkap < 10 %
perbedaannya dengan hujan rata-rata B
tahunan stasiun index (stasiun pembanding
yang datanya lengkap) D

Misal : Sta D datanya tidak lengkap A

Sta B, C dan E sta. index (sta A dapat


dipakai atau dapat juga tidak)
C
Data hujan yang hilang dapat dihitung dengan:

RB  RC  RE  RD  RA  RB  RC  RE 
1 1
RD  atau
3 4

Cara Rasio Normal :


Dapat dipakai bila hujan rata-rata tahunan stasiun yang datanya tidak
lengkap > 10 % perbedaannya dengan hujan rata-rata tahunan stasiun index.
Perumusan yang dipakai :

1  ND ND ND 
RD   RB  RC  RE 
3  NB NC NE 
1  ND N N N 
atau RD   RA  D RB  D RC  D RE 
4  NA NB NC NE 
RD = data hujan yang hendak dicari
ND = hujan rata-rata tahunan ditempat yang datanya hilang
RD, RA, RB, RC, RE = data hujan pada stasiun index
ND, NA, NB, NC, NE = hujan rata-rata tahunan pada stasiun index
Hujan rata-rata daerah aliran
Data hujan yang tercatat disetiap stasiun penakar hujan adalah tinggi
hujan disekitar stasiun tersebut atau disebut sebagai Point Rainfall .
Ada tiga cara untuk menghitung hujan rata-rata daerah aliran atau
disebut Area rainfall dari data Point Rainfall yaitu :
• Cara Arithmatic Mean
• Cara Thiessen Polygon
• Cara Isohyet
Arithmetic Mean Method :

Data point rainfall pada


stasiun A, B, C, D dan E
B berturut-turut adalah : RA,
RB, RC, RD dan RE.
D

Maka besarnya area rainfall adalah :

R  R A  RB  RC  RD  RE 
1 1 n
atau R   Ri
5 n i 1
R = hujan rata-rata (area rainfall)
Ri = tinggi hujan pada stasiun i (point rainfall)
n = banyaknya data (stasiun)
Thiessen Method :
Cara ini dengan memperhitungkan luas daerah yang diwakili oleh
stasiun yang bersangkutan (luas daerah pengaruh), untuk
digunakan sebagai faktor dalam menghitung hujan rata-rata.
Menurut Thiessen luas daerah pengaruh dari setiap stasiun ditentukan
dengan cara :
1. Menghubungkan stasiun-stasiun dengan suatu garis sehingga
membentuk poligon segitiga.
2. Menarik sumbu-sumbu dari poligon segitiga.
3. Perpotongan sumbu-sumbu ini akan membentuk luasan daerah
pengaruh dari tiap-tiap stasiun.

Luas daerah pengaruh masing-masing


stasiun dibagi dengan luas daerah
aliran disebut sebagai Koefisien
Thiessen masing-masing stasiun
(weighting factor)
Misal luas daerah pengaruh untuk stasiun A, B, C, D dan E berturut-turut
adalah : AA, AB, AC, AD dan AE, dengan luas total daerah aliran = A
- Koefisien Thiessen untuk stasiun-stasiun tersebut :
AA AB AC AD AE
WA  WB  WC  WD  WE 
A A A A A
- Hujan rata-rata di daerah aliran :

R  WA  RA  WB  RB  WC  RC  WD  RD  WE  RE 
n n

atau R  Wi  Ri dengan W


i 1
i 1
i 1

R = hujan rata-rata (area rainfall)


Ri = tinggi hujan pada stasiun i (point rainfall)
Wi = Koefisien Thiessen pada stasiun i
n = banyaknya data (stasiun)
Contoh :
BLN WA = 0.16 W B = 0.28 W C = 0.21 W D = 0.26 W E = 0.09
RA WARA RB W BRB RC W CRC RD W DRD RE W ERE RAV
mm mm mm mm mm mm
Nop. 121 19.36 104 29.12 89 18.69 115 29.9 127 11.43 108.5
Des. 118 18.88 127 35.56 109 22.89 124 32.29 101 9.09 118.7
Isohyet Method :
Isohyet adalag garis yang menunjukkan tempat-tempat yang
mempunyai tinggi hujan sama

Cara ini adalah cara yang paling teliti,


tetapi cukup sulit pembuatannya. Pada
umumnya digunakan untuk hujan tahunan,
karena untuk hujan harian terlalu banyak
variasinya, sehingga isohyet akan berubah-
ubah.

- Hujan rata-rata di daerah aliran :


n
I i  I i 1
R   Xi  R = hujan rata-rata (area rainfall)
i 1 2 Ii dan Ii+1 = besarnya isohyet Ii dan isohyet Ii+1
n Ai = luas daerah yang dibatasi oleh dua
X
A
Xi  i dengan i 1 isohyet Ii dan Ii+1
A i 1
A = luas daerah aliran
n = banyaknya daerah yang dibatasi oleh
dua isohyet Ii dan Ii+1
Hubungan antara Intensitas Hujan dan Waktu
(lama/duration) Hujan
Besarnya intensitas dan waktu kejadian hujan sangat besar pengaruhnya dalam
perhitungan design flood akibat hujan

Hujan dengan intensitas tinggi biasanya terjadi pada waktu yang pendek, sedang
hujan dengan intensitas rendah biasanya terjadi dalam waktu yang cukup panjang.

Besarnya intensitas hujan rata-rata untuk waktu t jam dapat dinyatakan dengan :

R
I mm/jam
t
R = tinggi hujan (mm)
t = waktu / lama hujan (jam)
I = intensitas hujan (mm/jam)
Hubungan antara intensitas dan waktu / lama hujan juga bisa
didapatkan dari rumus-rumus empiris

1. Perumusan Prof. TALBOT :


Dipakai untuk waktu hujan antara 5 menit sampai 2 jam.

a
I
t b
 I  t    I    I  t  I 
2 2

a
N   I    I 
2 2

 I   I  t   N   I  t 2

b
N   I    I 
2 2

I = intensitas hujan (mm/jam)


t = waktu / lama hujan (mn)
a, b = konstanta
N = banyaknya data
2. Perumusan Prof. SHERMAN :
Dipakai untuk waktu hujan > 2 jam
m
I n
t

 log I   log t    log t  log I  log t 


2

m
N   log t    log t 
2 2

n
 log I   log t   N   log t  log I 
N   log t    log t 
2 2

I = intensitas hujan (mm/jam)


t = waktu / lama hujan (mn)
m, n = konstanta
N = banyaknya data
3. Perumusan Dr. ISHIGURO :
c
I
t d

 I  t   I    I  t  I 
2 2

c
N   I    I 
2 2

d
 I   I  t  N   I 2
 t 
N   I    I 
2 2

I = intensitas hujan (mm/jam)


t = waktu / lama hujan (mn)
c, d = konstanta
N = banyaknya data
4. Perumusan Dr. MONONOBE :
Dipakai untuk menghitung intensitas setiap waktu.
n
R24  24 
I  
24  t 
I = intensitas hujan (mm/jam)
R24 = tinggi hujan max. peretmal (mm)
t = waktu / lama hujan (jam)
N = konstanta
Contoh perhitungan hubungan antara intensitas dan waktu hujan
• Data hujan dengan masa ulang 10 tahun adalah sbb:

No t (mm) I (mm/j) I.t I2 I2 . t I (1)  (1)  (1*) I (2)  (2)


1 5 150 750 22500 112500 132.52 -17.48 17.48
2 10 105 1050 11025 110250 113.03 8.03 8.03
3 20 76 1520 5776 115520 87.34 11.34 11.34
4 30 62 1860 3844 115320 71.17 9.17 9.17
5 40 54 2160 2916 116640 60.05 6.05 6.05
6 60 46 2760 2116 126960 45.75 -0.25 0.25
7 80 40 3200 1600 128000 36.95 -3.05 3.05
8 120 32 3840 1024 122880 26.69 -5.31 5.31
 565 17140 50801 948070

 (1*) 60.677 av 7.5846

a
 Talbot : I
t b

a
 I  t   I    I  t  I   17140  50801  948070  565  3843
2 2

N   I    I  8  50801  565
2 2 2

 I   I  t   N   I  t   565 17140   8  948070   24


2
3843
b I
N   I    I  8  50801  565
2 2
t  24
2
Contoh hitungan rumus talbot

• Dari data pengamatan curah


hujan otomatis diperoleh
suatu rangkaian data curah
hujan untuk setiap lamanya
hujan t (menit) dengan
periode ulang tertentu.
Berikut data curah hujan
dengan periode ulang 10
tahun.
Contoh perhitungan rumus sherman
Data curah hujan gunakan pada contoh sebelumnya
Contoh perhitungan rumus ishiguro
Data curah hujan gunakan pada contoh sebelumnya
Tinggi Hujan dan Waktu hujan
- t = 1 – 10 hari
Rumus Haspers :

 362 log t  6  206


100 R
R24

Contoh 1 :
Perkirakan besarnya hujan selama 4 hari dari data hujan R24 = 180 mm.

Penyelesaian :
hendak diperkirakan besarnya hujan dalam 4 hari maka dapat dituliskan sebagai
berikut : 100 R
Untuk t = 4 hari, maka = 156
R 24
Jadi : R4 = R24 x 1,56 = 280,8 mm

- t = 1 – 24 jam
2
 100 R  11300  t
  
 24 
R t  3 12

Rumus lain :
- Perhitungan rata-rata hujan sampai jam ke t :
- Perhitungan tinggi hujan pada jam ke t :
Rt’ = t . Rt – (t – 1) . (R(t-1))
Contoh 2 :
Perkirakan tinggi hujan dalam 4 jam dari data hujan R24 = 240 mm.
Penyelesaian :
Tinggi hujan dalam 4 jam diperkirakan sebagai berikut :

Untuk t = 4 jam, maka : 100 R = 79.7 %


R 24
Jadi R4 = R24 x 0,797 = 191 mm

Contoh 3 :
Perkirakan distribusi tinggi hujan untuk t = 4 jam data hujan R24 = 240 mm.
Penyelesaian :
Pada jam ke 1 :
2/3
240 4
𝑅𝑡 1 = = 151.19 𝑅′ 𝑡 1 = 1151.19 − (1 − 1)0 = 151.19
4 1
Pada jam ke 2 :
2/3
240 4
𝑅𝑡 2 = = 95.24 𝑅′ 𝑡 2 = 295.24 − (2 − 1)151.19 = 39.29
4 2
Pada jam ke 3 :
2/3
240 4
𝑅𝑡 3 = = 72.68 𝑅′ 𝑡 3 = 372.68 − (3 − 1)95.24 = 27.57
4 3
Pada jam ke 4 :
2/3
240 4
𝑅𝑡 4 = = 60 𝑅′ 𝑡 4 = 460 − (4 − 1)72.68 = 21.96
4 4
Tabel 2. Konstanta a & b
Hasil perhitungan disajikan dalam Tabel 1 berikut
t (mm) a b
Tabel 1. Perhitungan distribusi tinggi hujan
1 5.85 21.6
t (jam) Rt (mm) R’t (mm)
5 29.1 116
1 140.4 140.4 10 73.8 254
2 88.4 36.4
3 67.5 25.7 15 138 424
4 55.7 20.3 20 228 636
25 351 909
- t = 0 – 1 jam 30 524 1272
a  R24 35 774 1781
R
R24  b 40 1159 2544
45 1811 3816
Contoh 4 : 50 3131 6360
Hitung besarnya hujan dengan waktu 30 menit dari 55 7119 13992
data hujan harian R24 = 140 mm. 59 39083 75048
Penyelesaian :
Untuk t = 30 menit, maka dari Tabel 2 diperoleh : a
= 524 dan b = 1272

524 *140
Jadi R   52 mm
140  1272

Anda mungkin juga menyukai