Anda di halaman 1dari 6

Nama : Eki Lusiana

NIM : H1041181106

Dosen Pengampu : Diah Wulandari Rousdy, S.Si., M.Sc

Mata Kuliah : Embriologi Hewan

Narasi

Di suatu Negara, terdapat sebuah keluarga yang mengalami suatu peristiwa atau kasus
bayi kembar identik. Seorang ibu dari keluarga tersebut melahirkan bayi kembar yang bernama
Manar Maged dan Islaam. Mereka lahir pada tanggal 31 Maret, 2004. Manar dan Islaam mereka
diberi nama. Dokter dicekam ketika mereka tahu bahwa Islaam tidak memiliki tubuh seutuhnya,
yaitu hanya dari kepala hingga bagian dada saja. Islaam kepalanya tersatukan dengan kepala
Manar, mereka melekat satu sama lain. Hanya di seluruh dunia, kasus seperti itu dilaporkan, dan
hanya 3 yang selamat. Kasus seperti itu disebut Craniopagus Parasiticus. Kemudian dokter
merencanakan operasi. Dan operasi tersebut terlaksana pada tanggal 19 Februari, 2005. Proses
operasi tersebut membutuhkan waktu selama 13 jam untuk menyelesaikannya. Saya lihat video
tersebut, Islaam tidak terselamatkan karena tubuhnya yang tidak memenuhi fungsi dengan baik
untuk melanjutkan kehidupannya. Sedangkan, Manar kemudian keluar dari perawatan intensif
pada bulan Maret, 2005. Sedihnya, Manar meninggal pada tanggal 25 Maret, 2006 beberapa hari
sebelum ulang tahunnya yang disebabkan karena infeksi otak. Selamat jalan Manar Maged dan
Islaam, semoga kalian tenang disisi Allah, Tuhan Yang Maha Esa.
Dari cerita di atas, saya akan menjelaskan mengapa peristiwa bayi kembar itu terjadi dan
tentang peristiwa yang dinamakan Craniopagus parasiticus tersebut. Anak kembar adalah dua
orang anak atau lebih yang lahir dari satu masa kehamilan yang sama. Jenis kelamin dari anak
kembar ini bisa sama, tapi bisa juga berbeda. Secara umum, faktor hereditas memainkan peranan
penting dalam proses kelahiran kembar. Keluarga yang memiliki anak kembar, umumnya,
mempunyai peluang yang lebih besar untuk memiliki anak kembar pada generasi berikut,
dibanding keluarga yang tidak memilki anak kembar (Suririnah, 2005).

Kelahiran kembar dapat dibedakan menjadi dua, bila dilihat dari sifat kelahiran, yaitu
kembar identik dan kembar fraternal. kembar yang Kembar fraternal adalah kembar yang muncul
karena adanya dua atau lebih sel telur (ovum) yang matang bersamaan dan masing-masing
dibuahi oleh satu sperma. Masingmasing pasangan (ovum dan sperma) akan bersenyawa
membentuk zigot yang berbeda satu sama lain dan berkembang sendiri-sendiri. Kembar identik
adalah kembar yang muncul apabila satu sel telur matang (ovum) dibuahi dua atau lebih sperma.
Sel telur akan membelah dua yang masing-masing akan berkembang menjadi zigot tersendiri dan
seterusnya menjadi bakal janin dua anak kembar (Mendatu, 2009).

Secara umum, anak kembar memiliki banyak kesamaan, baik secara fisik maupun sifat
psikologis. Kesamaan–kesamaan yang dimiliki oleh anak kembar ini, yang membuat anak
kembar terlihat unik dibandingkan dengan individu lain. Kembar identik mempunyai
kemungkinan dua kali lebih besar untuk serupa secara genetika dibandingkan dengan kembar
fraternal yang kurang lebih sama dengan saudara kandung. Kembar identik lebih menunjukkan
kecenderungan yang lebih besar untuk menunjukkan sifat yang sama (concordant) dibandingkan
dengan kembar fraternal (Papalia, Olds & Feldman 2009). Kesamaan yang dialami oleh anak
kembar cenderung disebabkan oleh dua hal, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan.

Faktor genetik menyebabkan anak kembar mempunyai kesamaan dalam segi fisik.
Kesamaan secara fisik ini meliputi kesamaan dalam hal tinggi badan, bentuk muka, bentuk tubuh
hingga sampai ke warna kulit (Saufi, 2008). Gen bertindak sebagai cetak biru bagi sel untuk
memproduksi gen itu sendiri dan menghasilkan protein yang mempertahankan kehidupan
(Santrock, 2009). Setiap sel dalam tubuh manusia normal memiliki 23 pasang kromosom.
Melalui jenis pembelahan sel yang disebut meiosis, yang dialami oleh sel seks saat berkembang,
setiap sel seks akhirnya terdiri dari 23 kromosom, satu dari setiap pasang. Maka, saat sperma dan
ovum bersatu ketika konsepsi, akan menghasilkan zigot dengan 46 kromosom, 23 kromosom
dari ayah dan 23 kromosom dari ibu (Papalia, Olds & Feldman, 2009) Dengan cara ini, setiap
orang tua menyumbangkan 50 persen pada keturunanya (Santrock, 2009).

Saat konsepsi, zigot yang bersel tunggal memiliki semua informasi biologis yang
dibutuhkan untuk menunjukkan arah perkembangan menuju bayi manusia. Melalui mitosis,
proses saat sel di luar sel seks akan membelah diri berulang kali, DNA memperbanyak dirinya,
sehingga setiap sel baru yang terbentuk memiliki struktur DNA yang sama dengan semua sel
yang lain. Setiap pembelahan sel akan menciptakan salinan genetika dari sel asli, dengan
informasi bawaan yang sama. Saat perkembangan berjalan normal, setiap sel (kecuali sel seks)
akan memilki 46 kromosom yang identik dengan zigot yang pertama. Saat sel membelah, mereka
menjadi berbeda, memiliki spesialisasi dalam menjalankan fungsi tubuh yang kompleks untuk
membantu anak tumbuh dan berkembang (Papalia, Olds & Feldman, 2009). Dari gen ini lah
yang kemudian membuat anak kembar mempunyai kesamaan secara fisik dan membuat anak
kembar menjadi sulit untuk dibedakan satu sama lain, bahkan para orang tua juga sering salah
dalam mengenali anak kembar tersebut (Mendatu, 2009).

Manar dan Islaam termasuk ke dalam kembar identik yang mana kembar identiknya juga
tidak biasa karena memiliki kelainan yaitu kepala yang melekat satu sama lain dan saudara
kembar satunya tidak memiliki tubuh yang sempurna. Atau peristiwa tersebut disebut dengan
Craniopargus parasiticus. Craniopagus parasiticus adalah kondisi yang sangat langka kembaran
parasit, itu ditandai oleh siam si kembar di kepala. Penyebab utama tidak jelas, ilmuwan genetika
masih menyelidiki perkembangan tersebut dari kondisi ini (Bensond J, et al. 1991). Dalam
perkembangannya normal kembar monozigot, satu sel telur dibuahi oleh satu sperma. Kemudian
telur terbelah menjadi dua, sering selama tahap dua sel. Jika pemisahan telur terjadi selama tahap
dua sel. Pada fase blastokista awal, dua massa sel dalam cenderung terbentuk, akibatnya si
kembar berbagi pla yang sama hasil centa dan chorion, tetapi dengan amnion yang berbeda. Itu
juga memungkinkan bagi telur untuk membelah menjadi dua tetapi memiliki satu blastokista. Ini
menghasilkan satu blastokista dan satu massa sel bagian dalam.

Dalam kasus tersebut, selama pengembangan si kembar memiliki kecenderungan untuk


berbagi chorion yang sama, placenta, dan amnion. Ini adalah salah satu yang paling mungkin
alasan terjadinya kembar siam. Itu juga kemungkinan bahwa kelainan tersebut memiliki bagian
dalam cranio pagus parasiticus (Moore KL, et al. 2011) (Sandalinas M, et al. 2001). Di sisi lain,
itu diketahui bahwa kembar kembar parasit terbentuk di dalam rahim dan mulai berkembang di
dalam embrio, tetapi si kembar gagal sepenuhnya dibagi menjadi dua. Dalam kondisi ini, embrio
dominan sepenuhnya berkembang, sedangkan perkembangan embrio lainnya adalah sangat
terbatas selama kehamilan (Aquino DB, et al. 1997).

Salah satu hipotesis untuk pengembangan craniopagus parasiticus adalah bahwa zigot
tunggal mengarah pada perkembangan dua janin tetapi pemisahan gagal baik selama yang kedua
atau minggu keempat kehamilan. Ini dikenal sebagai teori fisi. Hipotesis lain adalah bahwa
craniopagus parasiticus adalah disebabkan oleh kurangnya suplai darah ke kembar kedua
disebabkan oleh degenerasi tali pusar, dengan demikian menghentikan perkembangan janin (Nair
K, et al. 1990). Itu perbedaan utama antara kembar parasit dan siam kembar adalah bahwa
kembar parasit gagal berkembang selama kehamilan, sedangkan kembar normal berkembang
sepenuhnya (Okazaki JR, et al. 1987) Hanya ada sepuluh kasus kembar parasit kraniopagus telah
didokumentasikan dalam literatur. Baru-baru ini, Manar Maged, kembar normal kembar
kraniopagus parasit, menja lani operasi, yang merupakan indikasi yang normal menang bisa
bertahan. Manar Maged mampu bertahan tanpa tanda-tanda kelumpuhan sampai beberapa hari
sebelum dia ulang tahun kedua ketika dia meninggal karena infeksi parah di otaknya (Lotfy M, et
al. 2006).

Kesimpulannya, penyebab craniopagus parasiticus masih belum diketahui karena


kelangkaan kasus dan keterbatasan sejumlah studi tentang itu. Hanya ada sembilan atau sepuluh
kasus craniopagus parasiticus, di mana hanya tiga selamat dari kelahiran lampau dan
didokumentasikan dalam literatur. Kita semua berharap para ilmuwan dan peneliti genetika terus
menyelidiki kasus ini karena mereka mungkin menemukan penjelasan tentang cacat lahir, dan
berikan jawaban dan meningkatkan prognosis dan peluang hidup si kembar dengan craniopagus
parasiticus.

Daftar Pustaka

Aquino DB, Timmons C, Burns D, Lowichik A. Craniopagus parasiticus: a case


illustrating its relationship to craniopagus conjoined twinning. Pediatr
Pathol Lab Med. 1997;17(6):939–44. doi:10.1080/107710497174381.9353833

Lotfy M, Sakr SA, Ayoub BM. Successful separation of craniopagus


parasiticus. Neurosurgery. 2006;59(5):E1150. discussion E1150.

Moore KL, Persaud TVN, Torchia MG. The developing human: clinically
oriented embryology. 9th ed. Philadelphia: Saunders; 2011.

Nair KR. Craniopagus parasiticus. Surg Neurol. 1990;33(2):159. doi:10.1016/


0090-3019(90)90033-L.2406987.
Nega et al. Journal of Medical Case Reports,2016,10:340,DOI 10.1186/s13256-016-1023-3

Okazaki JR, Wilson JL, Holmes SM, Vandermark LL. Diprosporus: Diagnosis in
utero. Am J Roentgenol. 1987;149(1):147. doi:10.2214/ajr.149.1.147

Papalia, D.E., Olds, S.W.,& Feldman, R.D. (2009). Human development :


Perkembangan Manusia (10th Ed). Jakarta : Salemba Humanika

Sandalinas M, et al. Developmental ability of chromosomally abnormal


human embryos to develop to the blastocyst stage. Hum Reprod.
2001;16(9):1954–8.

Santrock, John W. (2009). Life Span development (12th Ed). New York: McGrawHill
International.

Anda mungkin juga menyukai