Anda di halaman 1dari 4

Penatalaksanaan bipolar

TERAPI NON FARMAKOLOGI


a) Edukasi tentang psikologi Gangguan bipolar, terapi, dan pemantauan yang perlu dilakukan
pasien dan keluarganya:
b) Tanda dan gejala awal mania dan depresi, dan pendataan perubahan suasana hati yang
terjadi
c) Pentingnya keparuhan terhadap terapi
d) Pemicu stres psikososial ataupun fisik yang dapat memperburuk episode
e) Pembarasan substansi dan obat yang dapar memicu episode gangguan suasana hati
f) Strategi untuk mengatasi kehidupan dengan tingkat strea yang tinggi
1. Pengembangan rencana unruk mengatasi krisis
2. Psikoterapi (misalnya: individu, kelompok, dan keluarga), terapi interpersonal,
dan/atau terapi perilaku kognitif.
3. Teknik untuk mengurangi stres, terapi relaksasi, pijat, yoga, dan lain-lain.
4. Tidur (jadwal tidur-bangun yang teratur; hindari konsumsi alkohol atau kafein
menjelang tidur).
5. Nutrisi (konsumsi makanan atau minuman kaya protein dan asam lemak esensial;
suplemen vicamin dan mineral).
6. Olah raga (aerobik dan larihan beban secara teratur minimal 3 kali seminggu).
7. Penggunaan terapi elekrokonvulsif bilateral untuk mania berat atau kombinasi
episode, depresi psikotik, atau siklus cepat, masih dianggap sebagai terapi akut terbaik
(sekitar 80% memberikan respon) pada pasien yang tidak merespon pemberian obat
untuk menstabilkan suasana hati (mood stabilizing drugs) lini pertama, seperti litium
dan valproat.
TERAPI FARMAKOLOGI
1. Gunakan obar penyeralbil suasana hati (amendstabiliaer) untuk erapi akur episode
gangguan susaa hati dan untuk lanjutan. Untuk skala efikasi dan rekomendasi
bendasarkan studi klinis, pedoman terepl dan algoritma)
a. Jika pasien mensherikan resunn yang haik pacia jenis obat restentu dimasa lalu,
dan dapat mentoleransi dengan baik, maka tetapi yang sama dapat digunakan lagi.
b. Jika pasien tidak dapat mentoleransi atau mendapat efek samping terhadap jenis
obat tertentu dimasa lalu, atau menolak kuat pengunaan suatu jenis obat , maka
sebaiknya obat tersebut tidak digunakan lagi .
c. Sebaiknya pengobatan dikurangi berangsur-angsur dari pada, dihentikan secara tiba
tiba
2. Tidak terdapat pedoman terapi yang menyatakan secara jelas kapan harus mengganti
terapi ataupun kapan harus memberikan terapi kombinasi.
a. Secara umu jika pasien dengan manis atau kombinasi episode tidak memberikan
respon dalam waktu 2-4 minggu terhalap obat penyetabil (misal: litium,
lamotigrin, dan valproat.
b. Untuk pasien yang tidak memberikan respon atau tidak dapat mentoleransi efek
samping obar lini pertama, harus dilakukan penggantian dengan obat lain; jika
perlu, terapi clektrokonvulsif dapat digunakan untuk secara cepat mengurangi
manik atau gejala depresi, dan juga dapar dijadikan sebagai terapi pemeliharaan.
c. Perubahan pada terapi obat dan dosis harus didasarkan pada respon pasien (atau
perubahan gejala), kemampuan mentoleransi efek samping, konsentrasi serum
obat (jika memungkinkan), dan upaya menghindari interaksi obat.
3. Untuk pasien dengan siklus cepat (lebih dari 4 episode gangguan suasana hati per
tahun).
a. Lakukan evaluasi dan terapi untuk keadaan yang mendasari, seperti
hipotiroidisme, ketidak scimbangan hormon, atau penyalahgunaan obat dan
alkohol.
b. Untuk siklus cepat yang diinduksi obat antidepresan, kurangi sccara bertahap obat
antidepresan dan obar lain yang dapat meningkatkan aktivicas norepinefrin dan
dopamin (misal: golongan stimulan SSP, simpatomimetik, dan kafein).
4. Gangguan Bipolar Gunakan terapi kombinasi untuk pasien yang memberikan respon
sebagian atau tidak memberikan respon terhadap monoterapi dengan obat penyetabil
suasana hati (mood stabilizers).
a. Terapi kombinasi kemungkinan diperlukan untuk terapi akut mania atau
kombinasi episode, depresi yang muncul mendadak (breakthrough), dan siklus
cepat.
b. Pengkajian terapi kombinasi dan penunjang harus dilakukan secara rutin, dan
obat yang tidak lagi diperlukan harus dikurangi secara bertahap untuk kemudian
dihentikan.
c. Gunakan obat antidepresan dan stimulan secara hati-hati pada pasien dengan
siklus cepat atau pasien dengan riwayat mania yang diinduksi obat antidepresan;
pasien dengan episode depresi yang berulang kemungkinan memerlukan terapi
antidepresan jangka panjang untuk meminimalkan risiko kekambuhan.
5. Risiko teratogenik dari beberapa obat penstabil suasana hati (misal: karbamazepin,
litium, okskarbazepin, dan valproat) meningkat selama trimester pertama kehamilan;
risiko ini semakin hesar jika pasien mendapatkan beberapa obat sekaligus.
a. Pemamtauan yang direkomendasikan untuk dilakukan: skrining maternal serum a
feroprotein dum kehamilan minggu ke-20 untuk melihat risiko neural tube defects,
dan ultrasound pada brbamilan minggu ke-16 sampai 18 untuk mendeteksi
kelainan jantung: fetal echocardiography direkomen-dasikan jika ibu
mendapatkan litium dalam trimester pertama kehamilan.
b. Pemantauan konsentrasi serum obat yang digunakan (jika memungkinkan) harus
dilakukan serutin selama kehamilan, dan jika diindikasikan, penyesuaian dosis
perlu dilakukan.
6. Terapi elektrokonvulsif dapat dipertimbangkan untuk pasien dengan mania atau
depresi yang atau tidak memberikan respon terhadap terapi, dan pada ibu hamil; terapi
pemeliharaan dengan abat dapat dipertimbangkan untuk pasien yang pada saat
mengalami episode akut menunjukkan respon terhadap terapi elektrokonvulsif.
7. Setelah episode akut gangguan suasana hati teratasi, terapi pemeliharaan umumnya
akan direkomendasikan baik untuk Gangguan bipolar I maupun II: litium atau
valproat (pilihan pertama), dan karbarmazepin, lamotigrin, atau okskarbazepin
(pilihan alternatif). (pilihan pertama), dan karbarmazepin, lamotigrin, atau
okskarbazepin (pilihan alternatif).
8. Untuk pasien yang hanya mengalami 1 episode manik dan memberikan respon
terhadap BRSkarbazepin (pilihan alternatif). (pilihan pertama), dan Dbaran,
pemberian obat penyetabil suasana hati harus diteruskan selama 12 bulan, kemudian
pengi secara bertahap dalam beberapa bulan (biasanya 6 bulan setelah tercapai remisi
secara keseluruhan).
9. Profilaksis seumur hidup dengan obat penyetabil suasana hati direkomen-dasikan
untuk:
a. Bipolar I: setelah 2 episode manik, setelah 1 episode manik yang berat, adanya
riwayat keluarga Gangguan bipolar atau penyakit depresi mayor, pasien dengan
episode yang sering (lebih dari 1 episode per tahun), atau pasien dengan
kemunculan episode manik yang cepat.
b. Bipolar II: setelah 3 episode hipomanik atau jika pasien menjadi hipomanik
dengan pemberian antidepresan
Terapi Lini Pertama
1. Litium, natrium divalproat (valproat), dan olanzapin saat ini disetujui oleh Food and
Drug Administration (FDA) sebagai terapi mania akut pada bipolar I. Litium dan
lamotigrin disetujui sebagai terapi pemeliharaan pada Gangguan bipolar I.
2. Litium adalah obat pilihan untuk Gangguan bipolar klasik, sedangkan valproat
mempunyai efikasi yang lebih baik untuk kombinasi episode dan siklus cepat jika
dibandingkan dengan litium. Aripiprazol, kuetiapin, risperidon, and ziprasidon
disetujui oleh FDA sebagai terapi mania akut (monoterapi dan terapi penunjang litium
atau valproat)
3. Kombinasi terapi (misal: litium dan valproat atau karbamazepin; litium atau valproat
dan obat antipsikotik atipikal) dapat memberikan respon akut maupun efek
pencegahan kekambuhan yang lebih baik dibandingkan monoterapi pada beberapa
pasien dengan kombinasi episode atau siklus cepat.
4. Pedoman terapi yang bermanfaat meliputi: Practice Guideline for the Treatment of
Patients with Bipolar Disorder (Revision) yang dipublikasikan oleh American
Psychiatric Association; Texar Medication Algorithm Project, World Federation of
Societies of Biological Prychiatry; Practice Parameten for the Assessment and
Treatment of Children and Adolescents with Bipolar Disorder oleh America Academy
of Child and Adolescent Prychiatry.
5. Natrium divalproat saat ini merupakan obat penstabil suasana hati yang paling sering
diresepkan di Amerika Serikat.
Terapi alternatif
1. Golongan benzodiazepin dengan potensi tinggi (misal: klonazepam dan lorazepam)
merupakan alternatif antipsikotik yang sering digunakan untuk agitasi, ansietas, panik,
dan insomnia. Kontraindikasi relatif untuk penggunaan golongan benzodiazepin
jangka panjang adalah penyalahgunaan atau ketergantungan obat dan alkobol
2. Golongan antidepresan trisiklik dikaitkan dengan peningkatan risiko induksi mania
pada Gangguan bipolar I dan kemungkinan menyebabkan siklus cepat. Beberapa
pedoman terapi merekomendasikan untuk menghindari pemberian obat antidepresan
dalam terapi depresi bipolar atau membatasi penggunaannya hanya pada interval yang
singkat. Namun bukti menunjukkan bahwa pemberian bersamaan dengan obat
penyetabil suasana hati pada dosis terapetik, dapat menurunkan risiko obat
antidepresan dalam menginduksi pertukaran episode. Umumnya, obar antidepresan
harus dihentikan penggunaannya 2-6 bulan setelah remisi dan selanjutnya pasien
dijaga dengan pemberian obat penyetabil suasana hati.
3. Dilaporkan bahwa natrium levotiroksin (0,15 sampai 0,4 ug/hari) memberikan efek
menstabilkan suasana hati pada pasien bipolar siklus cepat, pada saat dikombinasikan
dengan obat penyetabil suasana hati
Kelompok Pasien Khusus
1. menunjukkan pendekatan rerapi pada kelompok pasien khusus dengan Gang bipolar.
2. Sekitar 20% sampai 50% wanita dengan Gangguan bipolarmengalami kekambuhan
sela melahirkan; direkomendasikan profilaksis dengan obat penyetabil suasana hati
segera serelah melahirkan untuk menurunkan risiko kekambuhan.
Informasi Umum Golongan Obat
1. Informasi produk, dosis dan cara pemberian, kegunaan klinis, dan dugaan mekanisme
aksi obse yang digunakan untuk Gangguan bipolar
2. Profil farmakokinetik dan konsentrasi terapetik yang direkomendasikan untuk litium
dan beberapu obat antikonvulsan tertentu
3. Pedoman mengenai pemeriksaan tes laboratorium awal (baseline) maupun rutin serta
pemantauan untuk pasien yang mendaparkan licium dan beberapa antikonvulsan
tertentu
4. Tingkat efikasi obar yang digunakan untuk terapi Gangguan bipolar I.
Efek samping
obat Pemantauan dan penatalaksanaan efek samping obat inerupakan aspek penting dalam
menjamin tolerabiliras dan kepatuhan pasien terhadap terapi.

Anda mungkin juga menyukai