Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN BARANG EKSPOR DAN IMPOR


DI INDONESIA
Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Hukum Ekonomi
Dan Bisnis

Disusun Oleh:
KELOMPOK ......(>>>>>)

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI


PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN EKONOMI
KONSENTRASI TATA NIAGA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
T.A 2015/2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Tindak Pidana Penyelundupan
Barang Ekspor dan Impor di Indonesia sebagai salah satu kegiatan belajar atau kuliah dan
sebagai tugas Mata Kuliah Hukum Ekonoi Dan Bisnis
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam penulisan
makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Gorontalo,   Mei 2016

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULi
ii
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang Penelitian................................................................................1
1.2     Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3     Tujuan Penulisan..............................................................................................2
1.4     Metode Penelitian............................................................................................3
1.5     Sistematika Penulisan .....................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ekspor-Impor...................................................................................4
2.1.1 Pengertian Epor.......................................................................................4
2.1.2 Pengertian Impor.....................................................................................4
2.2 Persyaratan Ekspor-Impor.................................................................................5
2.2.1 Persyaratan Ekspor..................................................................................5
2.2.2 Persyaratan Impor...................................................................................5
2.3 Dokumen Ekspor-Impor.....................................................................................6
2.3.1 Dokumen Ekspor....................................................................................6
2.3.2 Dokumen Impor......................................................................................6
2.4   Pengertian Penyelundupan Barang Ekspor-Impor............................................6
2.5   Jenis-Jenis Penyelundupan Barang Ekspor-Impor............................................7
2.6 Pemeriksaan Barang Ekspor-Impor............................................................................8
2.7  Tata Laksana Ekspor-Impor..............................................................................9
2.8 Perbuatan-Perbuatan yang Termasuk Penyelundupan Barang Ekspor-Impor. 10
2.9  Faktor Penyebab Adanya Upaya Penyelundupan Barang Ekspor-Impor ........12
2.10 Dampak Negatif dari Upaya Penyelundupan Barang Ekspor-Impor..............12
2.11 Kasus Penyelundupan Barang Ekspor-Impor yang Ada di Indonesia.............12
2.12  Peraturan Perundangan Tindak Pidana Penyelundupan..................................13

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan........................................................................................................15
3.2 Saran..................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................16
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


 Indonesia adalah sebuah negara. Terbentuknya sebuah negara dengan adanya
wilayah, rakyat, pemerintahan, dan kedaulatan dari negara lain. Negara dalam upayanya
untuk mensejahterakan rakyat membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Untuk itu diperlukan
sumber-sumber dana bagi keuangan Negara. Adapun salah satu sumber dana tersebut,
berasal dari pungutan Bea dan pungutan-pungutan lain yang sah. Dalam pelaksanaannya
pungutan tersebut antara lain dibebankan pada aparat pemerintah tersendiri antara lain
yaitu Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang berada di bawah naungan Kementrian
Keuangan.
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai diberi tugas untuk mengatur masuknya barang
dari luar negeri ke dalam negeri atau impor dan keluarnya barang dari dalam negeri ke luar
negeri atau ekspor. Dalam aktifitas perekonomian terdapat kecenderungan untuk mengejar
keuntungan sebesar-besarnya sehingga tidak mustahil terdapat penyimpangan dalam
ekspor atau impor dalam rangka menghindarkan dari pungutan-pungutan bea dan pungutan
lainnya. Hal ini sangat mungkin terjadi mengingat kondisi geografis Negara Indonesia
terdiri dari puluhan ribu pulau yang terdiri dari pulau-pulau besar maupun pulau-pulau
kecil. Antara pulau-pulau tersebut terbentang jarak yang berbagai macam antar satu pulau
dengan pulau lain maupun antar pulau di wilayah Indonesia dengan pulau wilayah negara
lain.
Perbedaan jarak yang lebih dekat dengan luar negeri dari pusat perdagangan dalam
negeri, perbedaan harga yang menyolok antar harga barang di dalam negeri dengan harga
barang di luar negeri, mentalitas oknum-oknum tertentu, kelemahan sarana dan prasarana
serta kelemahan administrasi berupa berbelitnya birokrasi sehingga dapat memberikan
peluang pada pihak-pihak yang melakukan kegiatan ekspor impor untuk melakukan
penyimpangan-penyimpangan dan pelanggaran-pelanggaran. Salah satu bentuk dari
penyimpangan dan pelangaran tersebut adalah tindak pidana penyelundupan.
Tindak pidana penyelundupan menjadi masalah yang serius dalam pelaksanaan
perekonomian negara, hal ini disebabkan karena apabila penyelundupan semakin
meningkat dengan berbagai bentuk baik secara fisik, maupun secara administratif, akan
menyebabkan semakin banyak uang negara yang tidak terpungut sehingga akan
menghambat baik itu target yang ditetapkan negara melalui pungutan bea dan cukai yang
setiap tahunnya di harapkan meningkat. Setiap tahun selalu saja terjadi kerugian akibat
1
penyelundupan yang terjadi di wilayah Indonesia baik itu melalui jalur darat, laut maupun
udara.
Sejak tahun 1967 Presiden RI berdasarkan Keputusan Nomor 73, telah memberikan
wewenang kepada Jaksa Agung untuk melakukan pengutusan, pemeriksaan terhadap
mereka yang melakukan penyelundupan. Berdasarkan instruksi Nomor Ins-
009//JA/5/1990, tanggal 7 Mei 1990, Jaksa Agung telah membentuk Team
Penanggulangan dan Penanganan Perkara Penyelundupan (TP4), TP4 daerah tingkat I dan
TP4 daerah tingkat II. Selain TP4, partisipasi masyarakat dalam pemberantasan
penyelundupan masih perlu ditingkatkan.

1.2  Rumusan Masalah


  Berdasarkan uraian dalam latar belakang, penulis merumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari penyelundupan barang ekspor dan impor?
2. Apa saja jenis-jenis penyelundupan barang ekspor dan impor?
3. Bagaimana tata laksana ekspor dan impor?
4. Apa saja perbuatan-perbuatan yang termasuk penyelundupan barang ekspor dan
impor?
5. Apa saja faktor yang menyebabkan adanya upaya penyelundupan barang ekspor
dan impor?
6. Apa dampak yang terjadi akibat adanya upaya penyelundupan barang ekspor dan
impor?
7. Apa contoh kasus penyelundupan barang ekspor dan impor yang ada di Indonesia?
8. Bagaimana peraturan perundangan tindak pidana penyelundupan di Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian dari penyelundupan barang ekspor dan impor.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis penyelundupan barang ekspor dan impor.
3. Untuk memahami tata laksana ekspor dan impor.
4. Untuk mengetahui perbuatan-perbuatan yang termasuk penyelundupanbarang
ekspor dan impor.
5. Untuk memahami faktor yang menyebabkan adanya upaya penyelundupan barang
ekspor dan impor.
6. Untuk mengetahui dampak yang terjadi akibat adanya upaya penyelundupan barang
ekspor dan impor.
2
7. Untuk megetahui contoh kasus penyelundupan barang ekspor dan impor yang ada
di Indonesia.
8. Untuk mengetahui peraturan perundangan tindak pidana penyelundupan di
Indonesia.

1.4 Metode Penelitian


 Metode penelitian ini menggunakan studi literatur dimana penulis menggunakan
referensi berupa buku berjudul “Tindak Pidana Penyelundupan Masalah dan
Pemecahannya”. Selain itu juga, penulisa menggunakan beberapa referensi dari internet
yang dapat dipertanggungjawabkan kevalidannya.

1.5 Sistematika Penulisan


 Makalah ini terdiri dari tiga bab. Bab pertama merupakan pendahuluan yang
meliputi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian
dan sistematika penulisan. Bab dua merupakan pembahasan mengenai tindak pidana
penyelundupan barang ekspor dan impor, jenis, faktor dan dampak negatif adanya
penyelundupan barang ekspor dan impor. Selain itu juga mengenai contoh kasus
penyelundupan barang ekspor dan impor  di Indonesia dan peraturan perundangan
mengenai tindak pidana penyelundupan.
Dalam bab tiga disampaikan simpulan dan saran. Selain itu, makalah ini juga
dilengkapi dengan daftar pustaka.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ekspor-Impor
3
2.1.1 Pengertian Epor
Kegiatan ekspor merupakan salah satu faktor penentu dalam menentukan roda
perekonomian di negara kita. Seperti yang kita ketahui, Indonesia sebagai negara yang
sangat kaya raya dengan hasil bumi dan migas, selalu aktif terlibat dalam perdagangan
internasional.
Pengertian ekspor secara umum adalah Kegiatan menjual barang atau jasa ke
negara lain. Dalam Wikipedia bahasa Indonesia ekspor diartikan sebagai proses
transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya
dalam proses perdagangan. Proses ekspor pada umumnya adalah tindakan untuk
mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk memasukannya ke negara
lain. Ekspor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di
negara pengirim maupun penerima. Ekspor adalah bagian penting dari perdagangan
internasional, lawannya adalah impor.
Sedangkan pengertian ekspor menurut UU Kepabeanan adalah kegiatan
mengeluarkan barang dari daerah pabean, dimana barang yang dimaksud terdiri dari
barang dari dalam negeri (daerah pabean), barang dari luar negeri (luar daerah pabean),
barang bekas atau baru.

2.1.2 Pengertian Impor


Impor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara
lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses impor umumnya adalah
tindakan memasukan barang atau komoditas dari negara lain ke dalam negeri. Impor
barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara
pengirim maupun penerima. Impor adalah bagian penting dari perdagangan internasional,
lawannya adalah ekspor(Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)
Pengertian impor menurut UU Kepabeanan adalah kegiatan memasukkan barang ke
dalam daerah pabean. Semua barang yang dimaksudkan adalah semua atau seluruh barang
dalam bentuk dan jenis apa saja yang masuk ke dalam daerah pabean.
Indonesia mengimpor 3 jenis barang yaitu barang konsumsi, barang modal, dan
barang baku/penolong.
Barang Konsumsi adalah barang-barang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari,seperti makanan, minuman, susu, mentega, beras, dan daging.
Bahan Baku/ Bahan Penolong merupakan barang- barang yang diperlukan untuk
kegiatan industri baik sebagai bahan baku maupun bahan pendukung, seperti kertas, bahan-
bahan kimia, obat-obatan dan kendaraan bermotor.
4
Barang Modal adalah barang yang digunakan untuk modal usaha seperti mesin, suku
cadang, komputer, pesawat terbang, dan alat-alat berat.

2.2 Persyaratan Ekspor-Impor


2.2.1 Persyaratan Ekspor
Persyaratan Ekspor:

1. Surat Ijin Usaha (SIUP) yang dikeluarkan oleh Kantor Wilayah Departemen
Perindustrian dan Perdagangan Propinsi (Kanwil Deperindag), atau ;

2. Surat Ijin Usaha (SIU) oleh Departemen Tehnis atau Lembaga Pemerintah Non
Tehnis lainnya berdasarkan perundang-undangan yang berlaku, dan ;

3. Tanda Daftar Perusahaan yang dikeluarkan oleh Kanwil Deperindag tingkat Propinsi.

2.2.2 Persyaratan Impor


Persyaratan impor:
1. Mengajukan dan mengisi formulir dengan melampirkan :

 Copy Akte Pendirian Perusahaan yang terlegalisir.


 SIUP
 Domisili Perusahaan
 NPWP
 Neraca Awal
 Referensi bank yang bersangkutan
 Bukti adanya hubungan atau kontak dengan luar negeri, atau penunjukan agen
(yang terdaftar di Deperindag)
 Tanda Daftar Perusahaan

2. Setelah data diperiksa dengan benar dan lengkap, Kanwil Deperindag menerbitkan
API (Angka Pengenal Impor)

5
2.3 Dokumen Ekspor-Impor
2.3.1 Dokumen Ekspor
Dokumen ekspor :

1. Dokumen Utama :

 PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang)


 B/L (Bill Of Lading) Untuk Angkutan Laut
 Invoice – Packing List

2. Dokumen Pelengkap :

 SKA (Surat Keterangan Asal) / COO (Certificateof Origin)


 SM (Sertifikat Mutu)
 LPS- E (Laporan Pemeriksaan Surveyor – Ekspor)

2.3.2 Dokumen Impor


Dokumen impor :

 RKSP (Rencana Kedatangan Sarana Pengangkut)


 PIB (Pemberitahuan Impor Barang)
 Manifest
 Invoice
 COO (Certificat of Origin)
 D/0 (Delivery Order)

2.4 Pengertian Penyelundupan Barang Ekspor-Impor


Penyelundupan berasal dari kata selundup. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia yang diterbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka, 1989,
kata selundup diartikan menyelunduk, menyuruk, masuk dengan sembunyi-sembunyi  atau
secara gelap untuk menghindari bea masuk atau karena menyelundupkan barang terlarang.
Dalam kamus Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary kata Smugglediartikan  “to
import or exsport secretly contrary to the law and especially without paying duties import
or exsport something in violation of the customs law”. (mengimpor atau mengekspor
secara gelap, berlawanan atau tak sesuai dengan hukum dan khususnya menghindari
kewajiban membayar atas suatu impor atau ekspor yang merupakan pelanggaran peraturan
pabean).
6
Dalam kamus bahasa Belanda-Indonesia, smokkel diartikan penyelundupan. Pasal
7 Ordonansi Bea (OB) mencantumkan kata penyelundupan dengan “Pegawai-pegawai
berwenang jika menyangka seorang melakukan pelanggaran, hak di luar maupun di tempat
kedudukannya, memeriksa segala alat-alat pengangkutan, barang-barang yang dimuat di
atasnya atau di dalamnya dan barang-barang yang sedang diangkut, memerintahkan kapal-
kapal berlabuh di sungai-sungai dan di tasik-tasik, memerintahkan berhenti alat-alat
pengangkutan lain atau orang-orang yang sedang mengangkut, memerintahkan
membongkar sesuatu alat pengangkutan atas biaya yang bersalah dan mempergunakan
segala usaha paksa yang berfaedah untuk melakukan pemeriksaan untuk mencegah
penyelundupan.
Meneliti perundang-undangan, Keputusan Presiden Nomor 73 Tahun 1967 memuat
arti penyelundupan sebagai berikut:
Penyelundupan ialah delik yang berhubungan dengan pegeluaran barang atau uang dari
Indonesia ke luar negeri (ekspor), atau pemasukan barang atau uang dari luar negeri ke
Indonesia (impor).

2.5 Jenis-Jenis Penyelundupan Barang Ekspor-Impor


Ada 2 jenis penyelundupan, yaitu :
1. Penyelundupan fisik
Penyelundupan fisik adalah setiap kegiatan memasukkan atau mengeluarkan barang
(ke/dari Indonesia tanpa dokumen).
Umumnya Para sarjana telah sepakat, bahwa yang dimaksud dengan
penyelundupan fisik dalam Pasal 26b RO (Rechtenordonnatie, artinya Ordanansi
Bea)  adalah “barangsiapa yang mengimpor atau mengekspor barang-barang atau
berupaya mengimpor atau mengekspor barang-barang tanpa mengindahkan akan
ketentuan-ketentuan dari ordonansi ini dan dari regelemen-regelemen yang terlampir
padanya atau yang mengangkut ataupun yang menyimpan barang-barang
bertentangan dengan sesuatu ketetuan larangan yang ditetapkan berdasarkan ayat
kedua Pasal 3.
Sedangkan Pasal 3 ayat (2) OB yang ditunjuk Pasal 26b berbunyi : “dengan
tidak mengurangi ketentuan-ketentuan dari ordonansi ini dan regelemen-regelemen
yang terlampir padanya tentang pengangkutan ke dan dari pelabuhan, maka Menteri
Keuangan dengan semufakat Menteri Dalam Negeri, berhak untuk menunjuk jalan-
jalan daratan atau perairan atau daerah-daerah, di mana barang-barang yang di
7
tunjuknya dilarang diangkut dan/atau dalam sebuah bangunan atau di
pekarangannya, jika tidak dilindungi dengan dokumen dari pegawai-pegawai bea dan
cukai atau dari jawatan-jawatan lain yang ditunjuknya.

2. Penyelundupan Adminitrasi
Penyelundupan administrasi adalah setiap kegiatan memasukkan atau
mengeluarkan barang yang ada dokumennya tetapi tidak sesuai jumlah/jenis atau
harga barang yang ada di dalamnya.
Yang dimaksud dengan penyelundupan administrasi adalah yang diatur
dalam Pasal 25 ayat (II)c OB yaitu “Memberitahukan salah tentang jumlah, jenis atau
harga barang-barang dalam pemberitahuan-pemberitahuan impor, penyimpanan
dalam entreport, pengiriman ke dalam atau ke laur daerah pabean atau
pembongkaran atau dalam sesuatu pemberitahuan tidak menyebutkan barang-barang
yang dikemas dengan barang-barang lain.
Jika barang-barang tersebut masih di daerah pabean, dikategorikan sebagai
penyelundupa administrasi, karena yang tidak sesuai adalah jumlah, jenis, atau harga
barang yang dilaporkan, dan masih ada kemungkinan untuk melunasi secara utuh
kewajiban-kewajiban membayar. Tetapi jika telah ada dipelabuhan, maka
dikategorikan sebagai penyelundupan fisik sebagaimana diatur dalam Pasal 26b OB.

2.6 Pemeriksaan Barang Ekspor-Impor


Salah satu kegiatan penting dalam pelaksanaan tugas Direktorat Jenderal Bea dan

Cukai DJBC adalah melakukan pemeriksaan barang. Kegiatan ini sangat penting karena
setiap barangyang akan masuk dan/atau masuk ke dan/atau keluar daerah pabean haruslah
sesuaidengan kondisi barangnya dan memenuhi ketentuan yang berlaku. Selengkapnya
tujuan pemeriksaan barang adalah sebagai berikut:
1. Mencegah adanya uraian barang yang tidak jelas (misdescription),
2. Mencegah adanya barang yang tidak diberitahukan (unreported),
3. Mencegah kesalahan jumlah dan jenis barang,
4. Mencegah kesalahan pemberitahuan asal barang,
5. Mencegah pemasukan barang larangan dan pembatasan,
6. Menetapkan klasifikasi dan Nilai Pabean dengan benar.

8
2.7 Tata Laksana Ekspor-Impor
1. Tata Laksana Ekspor
Umumnya tata laksana ekspor berlaku secara temporer, artinya dapat selalu
berubah sesuai dengan kenyataan dalam masyarakat dan kebijaksanaan Pemerintah.
Pada dasarnya barang-barang ekspor dibebaskan dari pemeriksanaan duane. Barang-
barang ekspor dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a) Barang bebas ekspor;
b) Barang yang ekspornya dikendalikan;
c) Barang yang dikenakan pajak ekspor (PE) dan/atau pajak ekspor tambahan (PET).

Dasar hukum :
1. Undang-undang No.17 Tahun 2006 tentang Perubahan Undang-Undang No.10
Tahun 1995 tentang Kepabeanan
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 145/PMK.04/2007 tentang Ketentuan
Kepabeanan di Bidang Ekspor
3. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-40/BC/2008 jo. P-
06/BC/2009 jo. P-30/BC/2009 jo. P-27/BC/2010 tentang Tata Laksana
Kepabeanan di Bidang Ekspor
4. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-41/BC/2008  tentang
Pemberitahuan Pabean Ekspor
2. Tata Laksana Impor
a. Dasar Hukum
1. UU Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, sebagaimana telah diubah dengan
UU Nomor 17 Tahun 2006;
2. Kep. Menkeu No. 453/KMK.04/2002 tentang Tatalaksana Kepabeanan di Bidang
Impor, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Kep. Menkeu No.
112/KMK.04/2003;
3. Kep. DJBC No. KEP-07/BC/2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tatalaksana
Kepabeanan di Bidang Impor yang telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan DJBC No. P-06/BC/2007.
b. Perkecualian Dalam Tata Laksana Impor
Barang-barang impor yang mendapat perkecualian ialah:
1. Barang diplomatik;
9
2. Barang pindahan;
3. Minyak bumi mentah;
4. Bahan peledak dan lain-lain;
5. Barang-barang impor berdasarkan Pasal 23 )B;
6. Barang-barang hibah;
7. Barang dagangan yang mempunyai nilai f.o.b. (free on board = bebas sampai di
atas kapal) kurang dari US$ 5,00.00. tetapi batas barang-barang tersebut masih
berlaku ketentuan pemeriksaan oleh Bea dan Cukai).

2.8 Perbuatan-Perbuatan yang Termasuk Penyelundupan Barang Ekspor- Impor


   Perbuatan-perbuatan yang dikategorikan sebagai tindak pidana penyelundupan
dalam UU No. 5 Tahun 1995 antara lain:
1. Menyerahkan Pemberitahuan Pabean dan/atau dokumen pelengkap pabean dan/atau
memberikan keterangan lisan atau tertulis yang palsu atau dipalsukan yang
digunakan untuk pemenuhan Kewajiban Pabean.
2. Mengeluarkan barang impor dari Kawasan Pabean atau Tempat Penimbunan
Berikat, tanpa persetujuan Pejabat Bea dan Cukai dengan maksud untuk
mengelakkan pembayaran Bea Masuk dan/atau pungutan negara lainnya dalam
rangka impor.
3. Membuat, menyetujui, atau turut serta dalam penambahan data palsu ke dalam
buku atau catatan.
4. Menimbun, menyimpan, memiliki, membeli, menjual, menukar, memperoleh, atau
memberikan barang impor yang berasal dari tindak pidana penyelundupan.
5. Mengangkut barang yang berasal dari tindak pidana penyelundupan.
6. Memusnahkan, mengubah, memotong, menyembunyikan, atau membuang buku
atau catatan yang menurut UU Kepabeanan harus disimpan.
7. Menghilangkan, menyetujui, atau turut serta dalam penghilangan keterangan dari
Pemberitahuan Pabean, dokumen pelengkap pabean, atau catatan.
8. Menyimpan dan/atau menyediakan blangko faktur dagang dari perusahaan yang
berdomisili di luar negeri yang diketahui dapat digunakan sebagai kelengkapan
Pemberitahuan Pabean menurut UU Kepabeanan.
9. Membongkar barang impor di tempat lain dari tempat yang ditentukan menurut UU
Kepabeanan.

10
10. Tanpa izin membuka, melepas, atau merusak kunci, segel, atau tanda pengaman
yang telah dipasang oleh Pejabat Bea dan Cukai.
11. Tidak membawa barang impor ke Kantor Pabean tujuan pertama melalui jalur yang
ditetapkan dan kedatangan tersebut tidak diberitahukan oleh pengangkutnya.
12. Pengangkut tidak melaporkan pembongkaran barang impor terlebih dahulu ke
Kantor Pabean terdekat.
13. Jumlah barang yang dibongkar kurang atau lebih banyak dari yang diberitahukan
dalam Pemberitahuan Pabean dan tidak dapat membuktikan bahwa kesalahan
tersebut terjadi di luar kemampuannya.
14. Mengeluarkan barang dari Kawasan Pabean sebelum diberikan persetujuan oleh
Pejabat Bea dan Cukai.
15. Pengangkut yang tidak memberitahukan barang yang diangkutnya dengan tujuan ke
luar Daerah Pabean dengan menggunakan Pemberitahuan Pabean.
16. Barang yang diangkutnya tidak sampai ke tempat tujuan atau jumlah barang setelah
sampai di tempat tujuan tidak sesuai dengan Pemberitahuan Pabean, dan tidak dapat
membuktikan bahwa kesalahan tersebut terjadi diluar kemampuannya.
17. Tidak menyerahkan barang untuk diperiksa, membuka sarana pengangkut atau
bagiannya dan tidak membuka setiap bungkusan atau pengemas yang akan
diperiksa oleh pejabat Bea dan Cukai.
18. Tidak memenuhi permintaan Pejabat Bea dan Cukai untuk melakukan pemeriksaan
barang ekspor dan impor.
19. Salah memberitahukan jenis dan/atau jumlah barang dalam Pemberitahuan Pabean
atas barang impor dan ekspor.
Pabean adalah instansi (jawatan, kantor) yang mengawasi, memungut, dan
mengurus bea masuk (impor) dan bea keluar (ekspor), baik melalui darat, laut, maupun
melalui udara. Di Indonesia, instansi yang menjalankan tugas-tugas ini
adalah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagai unsur pelaksana tugas pokok dan
fungsi Departemen Keuangan Republik Indonesia di bidang kepabeanan dan cukai.
Kepabeanan sendiri berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas
lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean serta pemungutan bea
masuk dan bea keluar. (bea adalah pajak / cukai / biaya / ongkos;---cukai perihal
(urusan) yang berhubungan dengan pajak).
2.9 Faktor Penyebab Adanya Upaya Penyelundupan Barang Ekspor-Impor

11
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya upaya penyelundupan barang dari
dalam negeri ke luar Indonesia atau sebaliknya termasuk komoditi minyak mentah, antara
lain :
1. Karena terjadi perbedaan harga yang mencolok antara harga barang di dalam negeri
dengan produk di luar negeri. Misalnya di Indonesia beli BBM premium selisih Rp
4.000 lebih murah dibandingkan di Timor Leste, mereka tertarik menyelundupkan.
Karakteristik barang yang diselundupkan biasanya karena ada selisih harga yang
tajam.
2. Barang itu dilarang, misalnya seperti yang terjadi di Atapupu (NTT), kalau orang
Timor Leste beli BBM subsidi di Indonesia dilarang, jadi ada saja oknum yang
menyelundupkan.
3. Soal tarif impor/ekspor, makin tinggi tarif impor/ekspor maka semakin berpeluang
suatu barang diselundupkan, misalnya handphone yang tarif impornya tinggi maka
berisiko tinggi diselundupkan ke dalam negeri. Terkait kasus handphone, modusnya
cara pengiriman dengan memisahkan produk handphone dengan kemasannya.

2.10 Dampak Negatif dari Upaya Penyelundupan Barang Ekspor-Impor


Adanya penyelundukan mengakibatkan dampak yang merugikan bagi bangsa dan
negara, dampak penyelundupan antara lain :
a. Menghambat pembangunan nasional dan merugikan Negara.
b. Potensi pajak Negara hilang.
c. Membuat malu bangsa karena ada warga yang bekerjasama dengan penjahat dari
luar negeri atau bisa dikatakan mengkhianati Negara.
d. Penerimaan dan devisa negara berkurang.

2.11  Kasus Penyelundupan Barang Ekspor-Impor yang Ada di Indonesia


Bea Cukai Gagalkan Penyelundupan Biji Plastik

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai menggagalkan penyelundupan biji plastik ilegal seberat
240.750 kilogram dari Arab Saudi. Menurut Kepala Pelaksana Tugas Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai Agus Yulianto di kantor Bea dan Cukai, potensi kerugian negara sebesar
Rp 443 juta. Perusahaan pengimpor di Gresik menyalahi aturan penggunaan fasilitas Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Perusahaan itu diduga menjual bahan biji plastik dengan
disamarkan sebagai plastic process clear. Perusahaan itu menjual langsung biji plastik kepada

12
perusahaan lain di Sidoarjo. Seharusnya, setelah diimpor biji plastik itu diolah menjadi barang jadi
sebelum dipasarkan. Sehingga dua perusahaan ini telah menyalahi aturan.
Bea Cukai pun menyita tiga truk pengangkut biji plastik itu di Pelabuhan Tanjung Perak,
Surabaya. Perusahaan pengimpor akan dikenai sanksi administratif, denda minimal 100 persen dan
paling banyak 500 persen dari bea masuk dan izin operasi bisa dicabut. Bea Cukai masih
memeriksa kasus ini. Kerugian negara atas kasus itu kemungkinan bertambah banyak. 

2.12 Peraturan Perundangan Tindak Pidana Penyelundupan


Di dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 2006 Nomor 93 dan Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4661).
Telah diatur sanksi pidana penyelundupan sebagaimana diatur dalam ketentuan
Pasal 102, Pasal 102 A dan Pasal 102 B Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006,
khususnya tindak pidana penyelundupan di bidang impor, yaitu:
1. Pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun.
2. Pidana denda paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling
banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Sedangkan tindak pidana penyelundupan di bidang ekspor, yaitu :


1. Pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun.
2. Pidana denda paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling
banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)

Untuk tindak pidana penyelundupan yang mengakibatkan terganggunya sendi-sendi


perekonomian negara, yaitu :
1. Pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan pidana penjara paling lama 20
(dua puluh) tahun.
2. Pidana denda paling sedikit Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan paling
banyak Rp. 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).

Rumusan sanksi pidana penyelundupan sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal


102, Pasal 102 A, dan Pasa l102 B Undang-Undang Nomor 17  Tahun 2006 tersebut di atas

13
pada dasarnya menerapkan sanksi pidana berupa pidana penjara dan pidana denda yang
merupakan sanksi pidana yang bersifat kumulatif (gabungan), dengan mengutamakan
penerapan sanksi pidana penjara terlebih dahulu dan kemudian diikuti dengan sanksi
pidana denda secara kumulatif. Formulasi penerapan sanksi pidana seperti ini
menunjukkan bahwa pelaku tindak pidana penyelundupan dikenakan sanksi pidana ganda
yang cukup berat, yaitu diterapkan sanksi pidana penjara di satu sisi dan sekaligus juga
dikenakan saksi pidana denda. Namun jika sanksi denda tidak dapat dibayar dengan
subsider Pasal 30 KUHP maka sangat merugikan negara.
Dasar filosofis penerapan sanksi pidana penyelundupan tersebut berbentuk sanksi
pidana kumulatif, karena tindak pidana penyelundupan merupakan bentuk “kejahatan atau
tindak pidana yang merugikan kepentingan penerimaan negara, merusak stabilitas
perekonomian negara atau merusak sendi-sendi perekonomian negara, dan merugikan
potensi penerimaan negara yang diperlukan untuk membiayai pembangunan nasional
dalam rangka mensejahterakan rakyat banyak”. Oleh karena itu, terhadap pelaku tindak
pidana penyelundupan perlu dikenakan sanksi pidana yang bersifat alternatif agar Undang-
Undang Kepabeanan dilaksanakan dan ditaati untuk meningkatkan pendapatan dan devisa
negara.
Dalam Pasal 29 UndangUndang Tarif yang pernah berlaku dinyatakan kendatipun
sudah dalam tingkatan penyidikan dan penuntutan Menteri Keuangan masih dapat meminta
penghentian penyidikan dan penuntutan terhadap kasus penyelundupan sepanjang
tersangka/terdakwa melakukan kewajiban hukumnya, yaitu melunasi bea-bea yang
seharusnya dibayarkan oleh tersangka atau terdakwa kepada negara. Hal seperti ini tidak
diformulasikan dalam Undang-undang Perubahan Kepabeanan yang berlaku.

BAB III
14
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyelundupan adalah mengimpor atau mengekspor secara gelap, berlawanan atau
tak sesuai dengan hukum dan khususnya menghindari kewajiban membayar atas suatu
impor atau ekspor yang merupakan pelanggaran peraturan pabean. Penyelundupan terdiri
dari dua jenis, penyelundupan fisik dan penyelundupan administrasi.
Peraturan perundangan mengenai tindak pidana penyelundupan terdapat dalam
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2006 Nomor 93 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4661).
Telah diatur sanksi pidana penyelundupan sebagaimana diatur dalam ketentuan
Pasal 102, Pasal 102 A dan Pasal 102 B Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006,
khususnya tindak pidana penyelundupan di bidang ekspor dan impor.

3.1 Saran
Seharusnya pihak-pihak yang bertanggung jawab atau terkait dengan bidang bea
dan cukai harus lebih selektif lagi dalam memeriksa barang-barang ekspor maupun impor
yang terjadi di Indonesia. Karena kegiatan ekspor dan impor di Indonesia sangatlah tinggi.
Bisa terjadi kapan dan dimana saja. Selain itu, kegiatan ekspor dan impor ini akan sangat
berdampak pada perkembangan ataupun kegiatan yang berada di dalam negeri ini.
Apabila penyalahggunaan itu sampai terjadi, maka akan terjadi pula kerugian yang
akan didapatkan oleh berbagai pihak bahkan bisa jadi negara inipun terkena dampak
kerugiannya. Oleh karena itu marilah kita semua yang ingin menjalani kegiatan ekspor
impor dan khususnya untuk pihak-pihak yang terkait akan kegiatan ekspor dan impor,
lakukanlah kegiatan tersebut sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ada didalam
negeri ini. Sehingga kegiatan akan berjalan baik dan hasil yang akan kita dapatkan akan
baik pula.

DAFTAR PUSTAKA

15
http://annisaapriliastory.blogspot.co.id/2015/02/makalah-tindak-pidana-
penyelundupan.html
https://hendoko.wordpress.com/2012/12/05/eksport-dan-import-izin-dan-persyaratan/

16

Anda mungkin juga menyukai