B. Sumber Enzim
Berbagai enzim yang digunakan secara komersial berasal dari jaringan tumbuhan, hewan,
dan dari mikroorganisme yang terseleksi. Enzim yang secara tradisional diperoleh dari tumbuhan
termasuk protease (papain, fisin, dan bromelain), amilase, lipoksigenase, dan enzim khusus
tertentu. Dari jaringan hewan, enzim yang terutama adalah tripsin pankreas, lipase dan enzim
untuk pembuatan mentega. Dari jaringan hewan, enzim yang terutama adalah tripsin pankreas,
lipase, dan enzim untuk pembuatan mentega. Dari kedua sumber tumbuhandan hewan tersebut
mungkin timbul banyak persoalan, yakni: untuk enzim yang berasal dari tumbuhan, persoalan
yang timbulantara lain variasi musim, konsentrasi rendah dan biaya proses yang tinggi.
Sedangkan yang diperoleh dari hasil samping industri daging, mungkin persediaan enzimnya
terbatas dan ada persaingan dengan pemanfaatan lain. Sekarang jelas bahwa banyak dari sumber
enzim yang tradisional ini tidak memenuhi syarat untuk mencukupi kebutuhan enzim masa kini.
Oleh karena itu, peningkatan sumber enzim sedang dilakukan yaitu dari mikroba penghasil
enzim yang sudah dikenal atau penghasil enzim-enzim baru lainnya.
Beberapa sumber enzim disajikan dalam tabel berikut:
Enzim Sumber
α-amilase Aspergillus oryzae
Bacillus amyloliquefaciens
Bacillus licheniformis
β-glukonase Aspergillus niger
Bacillus amyloliquefaciens
Glucoamylase Aspergillus niger
Rhizopus sp
Glukosa isomerase Arthobacter sp
Bacillus sp
Lactase Kluyveromyces sp
Lipase Candida lipolytica
Pectinase Aspergillus sp
Penicilin acylase Eschericia coli
Protease, asam Aspergillus sp
Protease, alkali Aspergillus oryzae
Bacillus sp
Protease, netral Bacillus amyloliquefaciens
Bacillus thermoproteolyticus
Pullulanase Klebsiela aerogenes
Tabel 1. Enzim dan sumbernya
C. Produksi Enzim
Produksi enzim secara industri saat ini sangat mengandalkan metode fermentasi tangki
dalam (deep tank). Penggunaan mikroorganisme sebagai sumber bahan produksi enzim
dikembangkan dengan beberapa alasan penting, yaitu:
1. Secara normal mempunyai aktivitas spesifik yang tinggi per unit berat kering produk.
2. Fluktuasi musiman dari bahan mentah dan kemungkinan kekurangan makanan kaitannya
dengan perubahan iklim.
3. Mikroba mempunyai karakteristik cakupan yang lebih luas, seperti cakupan pH, dan resistansi
temperatur.
4. Industri genetika sangat meningkat sehingga memungkinkan mengoptimalisasi hasil dan tipe
enzim melalui seleksi strain, mutasi, induksi dan seleksi kondisi pertumbuhan, yang akhir-akhir
ini, menggunakan inovasi teknologi transfer gen.
Bahan mentah (raw material) untuk industri fermentasi enzim biasanya terbatas pada
unsur-unsur dimana bahan tersedia dengan harga yang murah, dan aman secara nutrisi. Beberapa
yang lazim menggunakan substrat amilum hidrolase, mollase, air dadih, dan beberapa gandum.
Dalam produksi enzim, menggunakan batch untuk proses fermentasi dengan aerasi yang baik
(diagram 1), tetapi proses mungkin ditingkatkan dengan memelihara satu atau beberapa
komponen selama fermentasi.
Beberapa enzim yang digunakan dalam skala industri adalah enzim ekstraseluler, enzim
yang secara normal dihasilkan oleh mikroorganisme sesuai dengan substratnya dalam lingkungan
eksternal dan dapat disamakan dengan enzim pencernaan pada manusia dan hewan. Kemudian
ketika mikroorganisme memproduksi enzim untuk memisahkan molekul eksternal besar agar
bisa dicerna biasanya digunakan media fermentasi. Dalam fermentasi sari dari kultivasi
mikroorganisme tertentu, seperti contoh, bakteri, yeast atau filamentous jamur, dijadikan sumber
utama protease, amilase dan sedikit selolosa, lipase, dsb. Kebanyakan industri enzim hidrolase
mampu bertindak tanpa komplek kofaktor, yang segera dipisahkan dari mikroorganisme tanpa
merusak dinding sel dan larut dalam air.
D. Legislasi Enzim
Produk enzim dari mikroba harus memenuhi spesifikasi yang ketat berkenaan dengan
sifat racun dan aspek keamanan yang lain. Lingkup pemikiran penting yang berhubungan dengan
penentuan keamanan dari enzim komerisal teruatam adalah :
1. Reaksi alergenik yang disebabkan oleh suatu protein yang ada dalam produk termasuk
protein enzim dan bahan lainnya.
2. Aktivitas katalisis dari enzim.
3. Terjadinya senyawa racun, seperti mikotoksin dan antibiotika.
Mikroorganisme yang digunakan utuk memproduksi enzim dapat diklasifikasikan
menjadi 3 kelompok. Tergantung pada kelompoknya, maka ada tingkatan yang berbeda dalam
pengujian sifat racunnya. Kelompok mikroorganisme yang secara tradisional digunakan dalam
makanan dan mikroorganisme yang dianggap sebagai kontaminan tidak berbahaya yang ada
dalam makanan umumnya pengujian tidak dibutuhkan. Tetapi mikroorganisme yang tidak
termasuk dalam dua kelompok tersebut perlu penyelidikan sifat racun yang lebih ekstensif.
Jadi, merupakan tugas produsen untuk dapat memenuhi spesifikasi tersebut.
E. Immobilisasi Enzim
Sebagai molekul bebas yang laruut dalam air, enzim sulit dipisahkan dari substrat dan
produk, selain itu enzim sulit untuk digunakan secara berulang-ulang. Dewasa ini, berbagai
usaha telah dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut, yaitu dengan proses immobilisasi
enzim. Immobilisasi biasanya dapat dianggap sebagai perubahan enzim dari yang larut dalam air,
keadaan bergerak menjadi keadaan tak bergerak yang tidak larut. Immobilisasi mencegah difusi
enzim ke dalam campuran reaksi dan mempermudah memperoleh kembali enzim tersebut dari
aliran produk dengan teknik pemisahan padat atau cair yang sederhana.
Immobilisasi enzim dapat dicapai dengan mengikat enzim secara kovalen ke permukaan
bahan yang tak larut dalam air: pengikatan silang dengan bahan yang cocok untuk menghasilkan
partikel yang baru; penjebakan di dalam suatu matrik atau gel yang permeabel terhadap enzim,
substrat, dan produk; enkapsulasi; dan dengan absorbsi pada zat pendukung.
Keuntungan immobilisasi enzim antara lain;
1. Memungkinkan penggunaan kembali enzim yang sudah pernah digunakan.
2. Ideal untuk proses berkelanjutan (continous procces).
3. Memungkinkan kontrol yang lebih akurat untuk proses katalisis.
4. Meningkatkan stabilitas enzim.
5. Memungkinkan pengambangan sistem reaksi multienzim.