PERSETUJUAN
Laporan Tugaa Whir inI u•Iab memenuhi j>ersyaratan can dlfljut
Untuk Mengikuti Ujian bidang L EA
Pada Program Studi Et III Kebldanan
STTKes IU uhammadiyah Ciamis
Pembimbin'g \
Rembimbing II
Mengetehui,
Ketua Program Studl 0 III Kebidanen.
INTISARI
1
Judul Penulisan Ilmiah 2Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis 3Dosen
STIKes Muhammadiyah Ciamis 4Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian ibu adalah kematian seorang wanita yang terjadi saat hamil,
bersalin, atau 42 hari setelah persalinan dengan penyebab yang
berhubungan langsung atau tidak langsung terhadap persalinan. Organisasi
kesehatan tingkat dunia, World Health Organization (WHO) memperkirakan
800 perempuan meninggal setiap harinya akibat komplikasi kehamilan dan
proses kelahiran. Angka Kematian Ibu (AKI) menurut World Health
Organization (WHO) tahun 2014 di dunia yaitu 289.000 jiwa. (WHO, 2014).
Penyebab kematian ibu terjadi karena perdarahan, Menurut WHO
kejadian perdarahan sekitar (35%), Preeklampsia dan Eklampsia (18%),
Karakteristik Ibu dan Perilaku Kesehatan Ibu Hamil (11%), Aborsi dan
Keguguran (9%), Keracunan Darah atau Sebsis (8%), dan Emboli (1%).
(WHO, 2013).
Penyebab kematian ibu bisa terjadi karena perdarahan, perdarahan
dapat terjadi pada kehamilan muda, diantaranya disebabkan oleh Abortus,
Kehamilan Ektopik Terganggu, dan Kehamilan Mola Hidatidosa.
(Sulistyawati, 2012).
Kehamilan Ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar rahim
(uterus). Hampir 95% kehamilan ektopik terjadi di berbagai segmen tuba
Falopii, dengan 5% sisanya terdapat di ovarium, rongga peritoneum atau di
dalam serviks. Apabila terjadi ruptur di lokasi implantasi kehamilan, maka
akan terjadi keadaan perdarahan dan nyeri abdomen akut yang disebut
kehamilan ektopik terganggu. (Edukia, 2013).
Beberapa penyebab kehamilan ektopik diantaranya : Riwayat
kehamilan ektopik sebelumnya, Riwayat operasi di daerah tuba dan
tubektomi, Riwayat penggunaan AKDR, Infertilitas, Riwayat inseminasi
buatan atau teknologi bantuan reproduktif (assisted reproductive
technology/ART), Riwayat infeksi saluran kemih, Merokok, Riwayat abortus
sebelumnya, Riwayat seksio sesarea sebelumnya. (Edukia, 2013).
Kehamilan Ektopik menjadi komplikasi yang serius dari kehamilan,
terhitung sebesar 11% kematian maternal terjadi di Amerika Serikat. Dari
1
2
data ibu hamil yang mengalami perdarahan hamil muda diketahui Jumlah ibu
hamil yang mengalami kehamilan ektopik yaitu 24 orang (12,5%).
(Kesehatan, 2012).
Berdasarkan Di Indonesia, berdasarkan laporan dari Biro Pusat
Statistik Kesehatan diketahui bahwa pada tahun 2010 terdapat 25 kasus dari
setiap 1.000 kehamilan menderita kehamilan ektopik. (BPS Kesehatan,
2010).
Menurut data dari Rumah Sakit Umum Kabupaten Ciamis kejadian
KET pada tahun 2015 sebanyak 10 orang dan pada bulan Januari – Februari
2016 sebanyak 2 orang. (RSUD kabupaten Ciamis Tahun 2015-2016).
Menurut Pricilia S.Lomboan dan Linda Mamengko 2013 di RSUP
PROF. DR. R. D. Kandou Manado, dapat disimpulkan bahwa 49 kasus KET
pasien terbanyak berumur 21-35 tahun. Lokasi pada tuba sebanyak
(97,95%), usia kehamilan <8 minggu (55,10%). (Pricilia S.Lomboan dan
Linda Mamengko, 2013).
Dari penelitian yang dilakukan RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
oleh Sri Cynthia D. Logor dan Freddy W. Wagey 2011, disimpulkan bahwa
ditemukan kasus kehamilan ektopik sebanyak 41 kasus. Dengan kelompok
riwayat tanpa menggunakan kontrasepsi paling banyak ditemukan.
Mengingat kehamilan ektopik merupakan kasus darurat dan dapat
mengancam nyawa, maka pada wanita hamil usia rentan kehamilan ektopik
disarankan untuk melakukan deteksi dini. Memberikan penjelasan pada
setiap ibu hamil tentang gejala-gejala yang timbul akibat kehamilan tidak
normal. Pelayanan yang lebih menyeluruh untuk menurunkan angka
kejadian kehamilan ektopik. Perlu adanya sentralisasi data, agar
pengambilan data dapat terfokus, sehingga proses pengambilan data lebih
akurat. (Sri Cynthia D. Logor dan Freddy W. Wagey, 2011).
Salah satu upaya mencegah kehamilan ektopik yaitu dengan menjaga
kehamilan dengan melakukan hal-hal yang terbaik, karena mencegah
kehamilan ektopik sangatlah diperlukan terutama wanita yang pernah
mengalami kehamilan ektopik sebelumnya. Riwayat memiliki kehamilan
ektopik bisa membuat wanita mengalami kehamilan ektopik pada kehamilan
berikutnya. Hal itu dikarenakan jika penyebab kehamilan ektopik tidak
diketahui dan belum diatasi wanita tersebut bisa mengalami kehamilan
ektopik kembali. Misalnya saja wanita pernah mengalami kehamilan ektopik
dikarenakan PMS atau penyakit menular seksual, wanita tidak mengetahui
jika ada PMS di dalam tubuhnya. Akibatnya adalah ketika dirinya hamil
kembali dia akan mengalami kehamilan ektopik. (Kesehatan, 2016).
Berikut ini berbagai macam cara yang bisa digunakan untuk mencegah
kehamilan ektopik : Berhenti merokok, Jangan ganti-ganti pasangan, Apabila
yang suka ganti-ganti pasangan harus menggunakan alat pengaman, Harus
menjaga Kebersihan Organ Intim, Hindari Pembedahan, Bagi yang memiliki
riwayat kehamilan ektopik bisa menggunakan obat-obatan untuk mencegah
embrio berkembangdan tumbuh di jaringan rahim yang bukan semestinya.
(Kesehatan, 2016).
Kehamilan Ektopik Terganggu mengalami pembuahan namun berbeda
dengan kehamilan yang normal. Dalam kehamilan yang normal diawali dari
konsepsi atau pertemuan antara ovum dengan sperma sehat dan dilanjutkan
dengan fertilisasi, nidasi, dan implantasi. Lama kehamilan normal yaitu 9
bulan. (Sulistyawati, 2012).
Maka dari itu setelah terjadi pembuahan yang ditakdirkan oleh Alloh
Azza wa Jalla hingga berproses menjadi seorang anak, mulailah sang ibu
mengalami perubahan di rahimnya, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
dalam satu hadits shahih bersabda :
Artinya : "Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan)
dalam tempat yang kokoh (rahim)."(Q.S. Al- mu'minun : 13).
B. Rumusan
Berdasarkan latar belakang tersebut perumusan masalah pada studi
kasus ini adalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Ibu hamil dengan
Kehamilan Ektopik Terganggu di Ruang Poli Kebidanan RSUD Kabupaten
Ciamis?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat memberikan Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan
Kehamilan Ektopik Terganggu di Ruang Poli Kebidanan RSUD
Kabupaten Ciamis ini menggunakan 7 langkah Varney dengan metode
pendokumentasian SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengumpulkan data dasar pada Ibu Hamil dengan
Kehamilan Ektopik Terganggu di Ruang Poli Kebidanan RSUD
Kabupaten.Ciamis.
b. Mampu menginterpretasi data dasar pada Ibu Hamil dengan
Kehamilan Ektopik Terganggu di Ruang Poli Kebidanan RSUD
Kabupaten Ciamis.
c. Mampu mengidentifikasi diagnosis/masalah potensial pada Ibu
Hamil dengan Kehamilan Ektopik Terganggu di Ruang Poli
Kebidanan RSUD Kabupaten Ciamis.
d. Mampu menetapkan perlunya konsultasi dan kolaborasi dengan
Dr.Obgyn pada Ibu Hamil dengan Kehamilan Ektopik Terganggu di
Ruang Poli Kebidanan RSUD Kabupaten Ciamis.
e. Mampu menyusun rencana Asuhan secara menyeluruh pada Ibu
Hamil dengan Kehamilan Ektopik Terganggu di Ruang Poli
Kebidanan RSUD Kabupaten Ciamis.
f. Mampu melaksanakan Perencanaan Asuhan secara menyeluruh
pada Ibu Hamil dengan Kehamilan Ektopik Terganggu di Ruang Poli
Kebidanan RSUD Kabupaten Ciamis.
g. Mampu mengevaluasi dari Asuhan yang sudah diberikan pada Ibu
Hamil dengan Kehamilan Ektopik Terganggu di Ruang Poli
Kebidanan RSUD Kabupaten Ciamis.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil studi kasus dapat digunakan sebagai salah satu bahan
informasi bagi perkembangan ilmu kebidanan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Lahan Praktik RSUD Kabupaten Ciamis
Dapat meningkatkan pelayanan kesehatan pada asuhan yang
sudah diberikan.
b. Bagi Prodi DIII Kebidanan
Sebagai Bahan Pustaka dan dapat digunakan sebagai bahan
referensi guna mengembangkan penelitian dengan variable yang
lebih luas.
c. Bagi Ibu
Dengan melakukan asuhan kebidanan pada Ibu Hamil ibu
dapat mengantisipasi kehamilan yang komplikasi dan ibu bisa lebih
kooperatif dengan tenaga kesehatan.
d. Bagi Pengkaji
Bermanfaat untuk menerapkan antara ilmu teori dan ilmu
praktik dilapangan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1. Kehamilan
a. Pengertian
ه
Artinya : “Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba
ia menjadi pembantah yang nyata.” (Q.S An- Nahl : 3).
Pada ayat ini dijelaskan bahwa Allah menciptakan manusia
dari nuthfah yang terkenal dalam dunia kedokteran dengan istilah
spermatozoon yang terdapat pada dirinya dan ovum yang terdapat
pada wanita.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam satu hadits
shahih bersabda :
7
8
Penatalaksanan: Konsul
Tes diagnostic / Lab
Rujukan
Merencanakan asuhan yang komprehensif atau menyeluruh
Perencanaan
Evaluasi Evaluasi
C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Ektopik Terganggu
1. Pengertian Asuhan Kebidanan
Asuhan Kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan, dan
tanggung jawab bidan dalam pelayanan yang diberikan kepada klien
yang memiliki kebutuhan atau masalah kebidanan (kehamilan,
persalinan, nifas, bayi baru lahir, keluarga berencana, kesehatan
reproduksi wanita, dan pelayanan kesehatan masyarakat). (Konsep
Kebidanan, 2008). Asuhan tersebut di dokumentasikan dalam bentuk
SOAP.
S : Subjektif
Data subjektif di ambil berdasarkan anamnesa tentang kehamilan
ektopik terganggu. Hasil anamnesa yaitu Terdapat rasa nyeri pada perut
bagian bawah, dan keluar flek-flek dari jalan lahir.
O : Objektif
Data Objektif diambil berdasarkan :
1. Fisik Umum
2. Pemeriksaan Khusus melalui
Vagina Hasil Pemeriksaan :
Pemeriksaan Fisik Secara Umum : Penderita tampak sakit,
kesadaran baik, pemeriksaan abdomen nyeri tekan.
Pemeriksaan Khusus melalui Vagina : Nyeri goyang pada
pemeriksaan serviks.
A : Analisa
Analisa atau assessment merupakan pendokumentasian hasil
analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif
dalam pendokumentasian manajemen kebidanan. Masalah atau
diagnosa yang ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang. Analisanya yaitu KET. KET harus
dipikirkan kenapa bisa seorang pasien dalam usia reproduktif mengeluh
nyeri perut bagian bawah secara tiba-tiba, dan keluar flek-flek dari
vagina .
Adanya tanda gejala seperti itu dan tanda pemeriksaan penunjang
untuk menguatkan diagnosa KET. Kadar HCG membantu penegakkan
diagnosa, diagnosa secara bedah juga dapat dilakukan dengan
salpingektomi. Walau pada umumnya dilakukan bedah dengan
laparoskopi dan laparotomi. Bedah salpingektpomi yaitu memotong
saluran tuba yang terganggu.
P : Penatalaksanaan
Pada Kasus KET ini dilakukan Salpingektomi Dextra yaitu
pemotongan tuba sebelah kanan, karena terjadi Rupture pada Tuba
sebelah kanan.
2. Kewenangan Bidan (Novi, dkk.2014).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik
Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi :
a. Kewenangan normal:
1) Pelayanan kesehatan ibu.
2) Pelayanan kesehatan anak.
3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana.
b. Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah
1) Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang
tidak memiliki dokter.
2) Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh
seluruh bidan. Kewenangan ini meliputi:
a) Pelayanan kesehatan
ibu Ruang lingkup :
(1) Pelayanan konseling pada masa pra hamil
(2) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
(3) Pelayanan persalinan normal
(4) Pelayanan ibu nifas normal
(5) Pelayanan ibu menyusui
(6) Pelayanan konseling pada masa antara dua
kehamilan Kewenangan:
(1) Episiotomi
(2) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
(3) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan
perujukan
(4) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
(5) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
(6) Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan
promosi air susu ibu (ASI) eksklusif
(7) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga
dan post partum
(8) Penyuluhan dan konseling
(9) Bimbingan pada kelompok ibu hamil
(10) Pemberian surat keterangan kematian
(11) Pemberian surat keterangan cuti bersalin
b) Pelayanan kesehatan anak
Ruang lingkup :
(1) Pelayanan bayi baru lahir
(2) Pelayanan bayi
(3) Pelayanan anak balita
(4) Pelayanan anak pra
sekolah Kewenangan :
(1) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk
resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini
(IMD), injeksi vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir
pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali
pusat.
(2) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera
merujuk
(3) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan
perujukan
(4) Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah
(5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan
anak pra sekolah
(6) Pemberian konseling dan penyuluhan
(7) Pemberian surat keterangan kelahiran
(8) Pemberian surat keterangan kematian
c) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana, dengan kewenangan:
1. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
2. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.
Selain kewenangan normal sebagaimana tersebut di
atas, khusus bagi bidan yang menjalankan program
Pemerintah mendapat kewenangan tambahan untuk
melakukan pelayanan kesehatan yang meliputi:
(1) Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi
dalam rahim, dan memberikan pelayanan alat
kontrasepsi bawah kulit.
(2) Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus
penyakit kronis tertentu (dilakukan di bawah supervisi
dokter)
(3) Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman
yang ditetapkan
(4) Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di
bidang kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan
remaja, dan penyehatan lingkungan
(5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak
pra sekolah dan anak sekolah
(6) Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas
(7) Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan
penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS)
termasuk pemberian kondom, dan penyakit lainnya
(8) Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika
dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi dan
edukasi
(9) Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program
Pemerintah
Khusus untuk pelayanan alat kontrasepsi bawah
kulit, asuhan antenatal terintegrasi, penanganan bayi
dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini,
merujuk, dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi
Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya, serta
pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika
dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA), hanya dapat dilakukan
oleh bidan yang telah mendapat pelatihan untuk
pelayanan tersebut.
Selain itu, khusus di daerah (kecamatan atau
kelurahan/desa) yang belum ada dokter, bidan juga
diberikan kewenangan sementara untuk memberikan
pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal, dengan
syarat telah ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Kewenangan bidan untuk memberikan
pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal tersebut
berakhir dan tidak berlaku lagi jika di daerah tersebut sudah
terdapat tenaga dokter.
d) Kewenangan Asuhan Kebidanan Pada Kasus Kehamilan
Ektopik Terganggu
Bidan berwenang dalam pemeriksaan TTV, Palpasi
Abdomen, Melakukan pemeriksaan melalui vagina dan
Melakukan Kolaborasi dengan dr.obgyn untuk melakukan
USG dan menegakkan diagnose oleh dr.obgyn.
e) Peran bidan Menurut Soepardan (2008) yang diberikan
dengan bersifat promotif, preventif yaitu diantaranya :
1. Promotif
Menurut WHO, promosi kesehatan adalah suatu proses
membuat orang mampu meningkatkan kontrol terhadap,
dan memperbaiki kesehatan, baik dilakukan secara
individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat.
Upaya promotif dilakukan antara lain dengan
memberikan penyuluhan kesehatan, peningkatan gizi,
pemeliharaan kesehatan perorangan, pemeliharaan
kesehatan lingkungan, pemberian makanan tambahan,
rekreasi, dan pendidikan seks.
2. Preventif
Ruang lingkup preventif ditujukan untuk mencegah
terjadinya penyakit dan gangguan-gangguan kesehatan
26
41
42