DISUSUN OLEH :
VIONA RADESIA
LUBUK ALUNG
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, kami meminta pertolongan dan ampunan
kepada-Nya. Kami berlindung dari segala macam kejahatan jiwa dan
kejahatan perbuatan kami. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah
ke haribaan Rasulullah , para keluarga dan sahabatnya serta orang-orang
yang selalu setia mengikuti mereka hingga hari akhir nanti. Dengan rasa
syukur yang besar, penulis haturkan kepada Allah SWT karena dapat
menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “Sumber ajaran islam”.
Lubuk
Alung, April 2020
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar………………………………………………………………………………i
Daftar Isi…………………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar
Belakang……………………………………………………………………………………1
Rumusan
Masalah………………………………………………………………………………………
2
Tujuan
Penulisan……………………………………………………………………………………
2
BAB II PEMBAHASAN
Al-
Quran…………………………………………………………………………………………
………….. 3
Pengertian Al-
Quran………………………………………………………………………….. 3
Struktur dan Pembagian Al-
Quran………………………………………………………. 5
Sejarah Al-Quran hingga berbentuk
Mushaf…………………………………………. 6
Hubungan Al-Quran dengan Kitab-kitab
Lain………………………………………. 10
Hadist…………………………………………………………………………………
……………………… 11
Pengertian
Hadist……………………………………………………………………………… 11
Struktur
Hadist…………………………………………………………………………………. 12
Klasifikasi
Hadist……………………………………………………………………………… 15
Ijtihad…………………………………………………………………………………
………………………. 22
Pengertian
Ijtihad……………………………………………………………………….. 22
Fungsi
Ijtihad……………………………………………………………………………… 22
Jenis-Jenis
Ijtihad………………………………………………………………………… 23
Tingkatan
Ijtihad………………………………………………………………………… 26
BAB III PENUTUP3.1
Kesimpulan………………………………………………………………………………
293.2 Saran
…………………………………………………………………………………………29
Daftar
Pustaka………………………………………………………………………………………
……………….. 30
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam. Agama Islam
bersumber dari Al-Quran yang memuat wahyu Allah dan al-Hadis yang
memuat Sunnah Rasulullah. Komponen utama agama Islam atau unsur
utama ajaran agama Islam (akidah, syari’ah dan akhlak) dikembangkan
dengan akal pikiran manusia yang memenuhi syarat runtuk
mengembangkannya.
Allah telah menetapkan sumber ajaran Islam yang wajib diikuti oleh setiap
muslim. Ketetapan Allah itu terdapat dalam Surat An-Nisa (4) ayat 59:
Rumusan Masalah
Memaparkan sumber ajaran Islam berupa Al-Quran, Hadist, dan Ijtihad
Tujuan Penulisan
Agar pembaca maupun penulis mampu memahami pokok pembahasan
tentang sumber ajaran islam yaitu Al-Quran, Hadist, dan Ijtihad.
BAB II
PEMBAHASAN
Sumber ajaran islam ada tiga, yakni Al-Quran, Hadist (As-sunnah), dan
Ijtihad. Ajaran yang tidak bersumber dari ketiganya bukan ajaran Islam.
Al-Quran dan Hadist merupakan ajaran Islam yang langsung dari Allah
SWT dan Nabi Muhammad SAW, sedang Ijtihad merupakan hasil
pemikiran umat Islam, yakni para ulama mujtahid dengan tetap mengacu
pada Al-Quran dan Hadist.
Al-Quran
Pengertian Al-Quran
Al-Qur’an (Arab: )القرآنadalah kitab suci agama Islam. Umat Islam percaya
bahwa Al-Qur’an merupakan puncak dan penutup wahyu Allah yang
diperuntukkan bagi manusia dan bagian dari rukun iman yang
disampaikan kepada Nabi Muhammad melalui perantaraan Malaikat Jibril;
dan wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad adalah
sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-‘Alaq ayat 1-5
Ditinjau dari segi kebahasaan, Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yang
berarti “bacaan” atau “sesuatu yang dibaca berulang-ulang”. Kata Al-
Qur’an adalah bentuk kata benda (masdar) dari kata kerja qara’a yang
artinya membaca. Konsep pemakaian kata ini dapat juga dijumpai pada
salah satu surat Al-Qur’an sendiri yakni pada ayat 17 dan 18 Surah Al-
Qiyamah :
“Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur’an (di dalam dadamu) dan
(menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami.
(Karena itu,) jika Kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti
bacaannya”. (Al-Qiyāmah 75:17-18)
Dr. Subhi Al Salih mendefinisikan Al-Qur’an sebagai berikut: “Kalam Allah
yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dan
ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir, membacanya
termasuk ibadah“.
Adapun Muhammad Ali ash-Shabuni mendefinisikan Al-Qur’an sebagai
berikut: “Al-Qur’an adalah firman Allah yang tiada tandingannya,
diturunkan kepada Nabi Muhammad penutup para nabi dan rasul,
dengan perantaraan Malaikat Jibril dan ditulis pada mushaf-mushaf yang
kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca
dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surat Al-
Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas“
Struktur dan Pembagian Al-Quran
1. Surah, ayat dan ruku’
Al-Qur’an terdiri atas 30 juz,114 surah dan 6236 ayat. Setiap surah akan
terdiri atas beberapa ayat, di mana surah terpanjang dengan 286 ayat
adalah surah Al Baqarah dan yang terpendek hanya memiliki 3 ayat
yakni surat Al Kautsar, An-Nasr dan Al-‘Așr. Surah-surah yang panjang
terbagi lagi atas subbagian lagi yang disebut ruku’ yang membahas tema
atau topik tertentu.
1. Makkiyah dan Madaniyah
Sedangkan menurut tempat diturunkannya, setiap surat dapat dibagi atas
surat-surat Makkiyah (surat Mekkah) dan Madaniyah (surat Madinah).
Pembagian ini berdasarkan tempat dan waktu penurunan surat dan ayat
tertentu di mana surat-surat yang turun sebelum
Rasulullah hijrah ke Madinah digolongkan surat Makkiyah sedangkan
setelahnya tergolong surat Madaniyah.
Surat yang turun di Makkah pada umumnya suratnya pendek-pendek,
menyangkut prinsip-prinsip keimanan dan akhlaq, panggilannya ditujukan
kepada manusia. Sedangkan yang turun di Madinah pada umumnya
suratnya panjang-panjang, menyangkut peraturan-peraturan yang
mengatur hubungan seseorang dengan Tuhan atau seseorang dengan
lainnya (syari’ah).
Keutuhan sanadnya
Jumlahnya
Perawi akhirnya
Sebenarnya, penggunaan sanad sudah dikenal sejak sebelum datangnya
Islam. Hal ini diterapkan di dalam mengutip berbagai buku dan ilmu
pengetahuan lainnya. Akan tetapi mayoritas penerapan sanad digunakan
dalam mengutip hadits-hadits nabawi.
Rawi
Rawi adalah orang-orang yang menyampaikan suatu hadits. Sifat-sifat
rawi yang ideal adalah:
Jika terjadi persoalan baru bagi kalangan umat Islam di suatu tempat
tertentu atau di suatu masa waktu tertentu maka persoalan tersebut
dikaji apakah perkara yang dipersoalkan itu sudah ada dan jelas
ketentuannya dalam Al Quran atau Al Hadist. Sekiranya sudah ada maka
persoalan tersebut harus mengikuti ketentuan yang ada sebagaimana
disebutkan dalam Al Quran atau Al Hadits itu. Namun jika persoalan
tersebut merupakan perkara yang tidak jelas atau tidak ada ketentuannya
dalam Al Quran dan Al Hadist, pada saat itulah maka umat Islam
memerlukan ketetapan Ijtihad. Tapi yang berhak membuat Ijtihad adalah
mereka yang mengerti dan paham Al Quran dan Al Hadist.
Jenis-Jenis Ijtihad
1. Ijma’
Ijma’ artinya kesepakatan yakni kesepakatan para ulama dalam
menetapkan suatu hukum hukum dalam agama berdasarkan Al-Qur’an
dan Hadits dalam suatu perkara yang terjadi. Adalah keputusan bersama
yang dilakukan oleh para ulama dengan cara ijtihad untuk kemudian
dirundingkan dan disepakati. Hasil dari ijma adalah fatwa, yaitu keputusan
bersama para ulama dan ahli agama yang berwenang untuk diikuti
seluruh umat.
1. Qiyâs
Qiyas adalah menggabungkan atau menyamakan artinya menetapkan
suatu hukum suatu perkara yang baru yang belum ada pada masa
sebelumnya namun memiliki kesamaan dalah sebab, manfaat, bahaya
dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi sama.
Dalam Islam, Ijma dan Qiyas sifatnya darurat, bila memang terdapat hal
hal yang ternyata belum ditetapkan pada masa-masa sebelumnya
Beberapa definisi qiyâs (analogi)
1. Menyimpulkan hukum dari yang asal menuju kepada cabangnya,
berdasarkan titik persamaan di antara keduanya.
2. Membuktikan hukum definitif untuk yang definitif lainnya, melalui
suatu persamaan di antaranya.
3. Tindakan menganalogikan hukum yang sudah ada penjelasan di
dalam [Al-Qur’an] atau [Hadis] dengan kasus baru yang memiliki
persamaan sebab (iladh).
4. menetapkan sesuatu hukum terhadap sesuatu hal yg belum di
terangkan oleh al-qur’an dan hadits.
1. Istihsân
Beberapa definisi Istihsân
1. Istishab
Adalah tindakan menetapkan berlakunya suatu ketetapan sampai ada
alasan yang bisa mengubahnya, contohnya apabila ada pertanyaan
bolehkah seorang perempuan menikah lagi apabila yang bersangkutan
ditinggal suaminya bekerja di perantauan dan tidak jelas kabarnya? maka
dalam hal ini yang berlaku adalah keadaan semula bahwa perempuan
tersebut statusnya adalah istri orang sehingga tidak boleh menikah(lagi)
kecuali sudah jelas kematian suaminya atau jelas perceraian keduanya.
1. Urf
Adalah tindakan menentukan masih bolehnya suatu adat-istiadat dan
kebiasaan masyarakat setempat selama kegiatan tersebut tidak
bertentangan dengan aturan-aturan prinsipal dalam Alquran dan Hadis.
Tingkatan-Tingkatan Ijtihad
1. Ijtihad Muthlaq
Adalah kegiatan seorang mujtahid yang bersifat mandiri dalam berijtihad
dan menemukan ‘illah-‘illah hukum dan ketentuan hukumnya dari nash Al-
Qur’an dan sunnah, dengan menggunakan rumusan kaidah-kaidah dan
tujuan-tujuan syara’, serta setelah lebih dahulu mendalami persoalan
hukum, dengan bantuan disiplin-disiplin ilmu.
1. Ijtihad fi al-Madzhab
Adalah suatu kegiatan ijtihad yang dilakukan seorang ulama mengenai
hukum syara’, dengan menggunakan metode istinbath hukum yang telah
dirumuskan oleh imam mazhab, baik yang berkaitan dengan masalah-
masalah hukum syara’ yang tidak terdapat dalam kitab imam mazhabnya,
meneliti pendapat paling kuat yang terdapat di dalam mazhab tersebut,
maupun untuk memfatwakan hukum yang diperlukan masyarakat.
Secara lebih sempit, ijtihad tingkat ini dikelompokkan menjadi tiga
tingkatan ini:
1. Ijtihad at-Takhrij
Yaitu kegiatan ijtihad yang dilakukan seorang mujtahid
dalam mazhab tertentu untuk melahirkan hukum syara’ yang tidak
terdapat dalam kumpulan hasil ijtihad imam mazhabnya, dengan
berpegang kepada kaidah-kaidah atau rumusan-rumusan hukum imam
mazhabnya. Pada tingkatan ini kegiatan ijtihad terbatas hanya pada
masalah-masalah yang belum pernah difatwakan imam mazhabnya,
ataupun yang belum pernah difatwakan oleh murid-murid imam
mazhabnya.
2. Ijtihad at-Tarjih
Yaitu kegiatan ijtihad yang dilakukan untuk memilah pendapat yang
dipandang lebih kuat di antara pendapat-pendapat imam mazhabnya,
atau antara pendapat imam dan pendapat murid-murid imam mazhab,
atau antara pendapat imam mazhabnya dan pendapat imam mazhab
lainnya. Kegiatan ulama pada tingkatan ini hanya melakukan pemilahan
pendapat, dan tidak melakukan istinbath hukum syara’.
3. Ijtihad al-Futya
Yaitu kegiatan ijtihad dalam bentuk menguasai seluk-beluk pendapat-
pendapat hukum imam mazhab dan ulama mazhab yang dianutnya, dan
memfatwakan pendapat-pendapat terebut kepada masyarakat. Kegiatan
yang dilakukan ulama pada tingkatan ini terbatas hanya pada
memfatwakan pendapat-pendapat hukum mazhab yang dianutnya, dan
sama sekali tidak melakukan istinbath hukum dan tidak pula memilah
pendapat yang ada di dalamnya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain , yakni kewajiban pribadi
setiap muslim dan muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama
yang dikembangkan oleh akal pikiran manusia, diwajibkan kepada
masyarakat atau kelompok masyarakat.Sumber ajaran agama islam
terdiri dari sumber ajaran islam primer dan sekunder. Sumber ajaran
agama islam primer terdiri dari al-qur’an dan as-sunnah (hadist),
sedangkan sumber ajaran agama islam sekunder adalah ijtihad.
Saran
Sebelum kita mempelajari agama islam lebih jauh, terlebih dahulu kita
harus mempelajari sumber-sumber ajaran agama islam agar agama islam
yang kita pelajri sesuia dengan al-qur’an dan tuntunan nabi Muhammad
SAW yang terdapat dalam as-sunnah (hadist).
DAFTAR PUSTAKA
https://sriastutihardiyantibvwk.wordpress.com/2015/11/13/makalah-sumber-ajaran-islam/