Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

VENTRIKEL TAKIKARDI

A. DEFINISI
Takikardi Ventrikuler adalah suatu gangguan ritme jantung yang
ditandai dengan detak jantung yang teratur tapi cepat. Jantung orang dewasa
biasanya berdenyut antara 60 dan 100 kali per menit pada keadaan istirahat. Pada
takikardi ventikuler, jantung umumnya berdetak lebih dari 100 denyutan per
menit karena adanya gangguan pada impuls elektrik normal yang mengontrol
detak jantung. Sinyal elektrik yang lebih cepat dari pada normal dikirim ke ruang
jantung bawah (ventrikel) yang menyebabkan ventrikel berkontraksi dengan
cepat. Denyut jantung yang cepat tidak memungkinkan ventrikel terisi dengan
darah yang cukup dan berkontraksi dengan baik untuk memompa darah
secukupnya keseluruh tubuh. Jika tidak dirawat, keadaan ini dapat memburuk dan
menyebabkan terjadinya fibrilasi ventrikel, yang merupakan suatu kondisi yang
mengancam keselamatan jiwa sehingga terjadi kematian jantung mendadak.

B. EPIDEMIOLOGI
Gangguan irama jantung yang sering menyebabkan kematian mendadak
adalah ventrikel fibrilasi yang sering terjadi bersama dengan ventrikel takikardi
yang menyebabkan sekitar 300 kematian pertahunnya di Amerika Serikat.
Kelainan ini juga di temukan sebanyak 0,06 – 0,08 % pertahunnya pada populasi
dewasa. Ventrikel fibrilasi dan ventrikel takikardi merupakan kelainan pertama
yang paling sering terjadi akibat sindrom koroner akut dan merupakan penyebab
50 % kematian mendadak, yang biasanya terjadi 1 jam setelah onset
infarkmiokard.
Studi epidemiologik jangka panjang menunjukkan bahwa pria mempunyai
resiko gangguan irama ventrikel 2 – 4 kali lipat dibandingkan dengan wanita.
Sementara itu, data yang lebih baru dari Abildstrom dan kawan-kawan (2002)
yang melakukan studi prospektif selama 4 tahun menemukan bahwa gangguan
irama ventrikel pada pria hanya 1,3 kali lebih sering daripada wanita. Beberapa
peneliti dari National Center for Chronic Disease Prevention and Health
Promotion Amerika Serikat mendapatkan bahwa kejadian kematian mendadak
yang disebabkan gangguan irama jantung yang dialami oleh wanita muda
meningkat lebih dari 31 persen selama periode 1989-1996. Padahal, pria hanya
mengalami peningkatan sekitar 10 persen selama periode yang sama.

C. ETIOLOGI
1. Gangguan sirkulasi koroner (iskemik miokard, infark miokard,
aterosklerosis koroner, spasme arteri koroner)
2. Kardiomiopati
3. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiper atau hipokalemia). Ion kalium
menentukan potensial istirahat dari sel otot jantung. Jika terjadi perubahan
kadar elektrolit, maka akan terjadi peningkatan atau perlambatan
permeabilitas terhadap ion kalium. Akibatnya potensial istirahat sel otot
jantung akan memendek atau memanjang dan memicu terjadinya
gangguan irama jantung.
Penyebab lain dari ventrikel takikardi adalah :
1. Medikasi/ obat-obatan seperti digitalis dan obat anti aritmia, obat-obat anti
aritmia bekerja dengan mempengaruhi proses repolarisasi sel otot jantung.
Dosis yang berlebih akan mengubah repolarisasi sel otot jantung sehingga
terjadi gangguan irama jantung
2. Sarcoidosis (suatu inflamasi yang mengenai kuloit dan jaringan tubuh
lainnya)
3.  Perubahan postur, exercise, emosional (stress) atau stimulasi vagal
4. Respon terkait gaya hidup ( kafein, alkohol nikotin, metamfetamin/kokain)
Faktor resiko ventrikel takikardi
1. Penderita dengan penyakit jantung sebelumnya
2. Arteri koroner
3. Aterosklerosi
4. Stress
D. PATOFISIOLOGI
Seperti telah di jelaskan bahwa ventrikel takikardi sebabkan oleh infark
miokard, iskemia ,jantung koroner, pada pasien dengan ventrikel takikardi lebih
banyak di sebabkan oleh arteri korener merupakan pembuluh darah yang bertugas
memberi nutrisi pada jantung itu sendiri, jika terjadi infark pada arteri korener
yang memperdarahi SA node di atrium menyebabkan kematian sel otot jantung
menimbulkan gangguan pada repolarisasi dan depolarisasi sehingga
mempengaruhi irama jantung. Dengan di lepasnya berbagai enzim intrasel dan ion
kalium serta penimbunan asam laktat, maka jalur-jalur hantaran listrik jantung
terganggu. Hal ini dapat menyebabkan hambatan depolarisasi atrium atau
ventrikel serta timbulnya aritmia. Penurunan kontraktilitas miokard akibat
kematian sel otot jantung juga dapat menstimulus pengaktifan katekolamin yang
meningkatkan rangsangan sistem saraf simpatis , akibatnya akan terjadi
peningkatan frekuensi jantung, peningkatan kebutuhan oksigen dan vasokontriksi.
Selain itu iritabilitas myokard ventrikel juga penyebab munculnya ventrikel
takikardi.
E. PATHWAY
ETIOLOGI
(IMA, Iskemik miokard, jantung koroner, kardiomiopati)

↓Suplai darah
ke jantung

Gangguan metabolisme Kematian otot


di jantung jantung

Metabolisme Gangguan penghantaran Pelepasan enzim CKMB


anaerob impuls (Creatinin Kinase-MB)

Gangguan depolarisasi dan Pengaktifan Sistem


Peningkatan asam laktat repolarisasi jantung saraf simpatis

Frekuensi jantung
Kecepatan pengisian impuls meningkat
Nyeri ke ventrikel

Irama jantung tidak Kebutuhan O2 di jantung ↑


Gangguan rasa
terkontrol
nyaman

VENTRIKEL TAKIKARDI
↓ ATP
Vasokontraksi ↑
Ketidakefektifan ventrikel untuk terisi
dan berkontraksi memompa darah
fatique

Resiko tinggi gangguan perfusi


Intoleransi
jaringan
aktivitas
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Jantung berdebar- debar (palpitasi)
2. Hipotensi di sebabkan sirkulasi menurun
3. Penurunan nadi yang di sebabkan oleh denyut jantung tidak memadai
4. Penurunan pernapasan
5. Pusing di sebabkan oksigenasi menurun dalam darah
6. Ketidak sadaran
7. Apnea
8. Nyeri dada

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu
menegakkan diagnosis dari ventrikel takikardia adalah:
1. EKG dengan gambaran sebagai berikut:

 Site of Origin : satu atau lebih fokus ektopik di ventrikel


 Frekuensi : biasanya 140-250 bpm
 Irama : biasanya reguler
 Gelombang P : tidak ada
 Kompleks QRS : bentuk aneh dan ukuran sama, melebar atau
> 0,12 detik
 Gelombang T : tidak ada
 Kejadian : tiga atau lebih PVC yang berjajar dalam satu
baris , timbul mendadak
2. Enzim Jantung, yaitu :
 CKMB :  dapat dideteksi 4-6 jam pasca infark, mencapai
puncaknya pada 24 jam pertama, kembali normal setelah 2-3 hari.
 Troponin T : spesifik untuk kerusakan otot jantung, dapat dideteksi
3-4 jam pasca infark
 LDH : dapat dideteksi 24-48 jam pasca infark, mencapai
puncaknya setelah 3-6 hari, normal setelah mencapai 8-14 hari.
3. Chest x-ray : untuk menunjukan pembesaran bayangan jantung
sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup
4. Drug Screen : menilai adanya keracunan obat digitalis atau quinidine
5. Elektrolit : peningkatan atau penurunan kalsium kadar kalsium dan/ atau
kalsium dapat menyebabkan gangguan irama jantung

H. PENATALAKSANAAN
1. Farmakologi
a. Amiodaron
Amiodaran adalah obat anti-arrhythmic yang mempengaruhi irama
detak jantung. Amiodarone digunakan untuk membantu menjaga
jantung berdetak dengan normal pada orang yang memiliki
gangguan irama jantung tertentu pada bilik jantungnya (bilik
jantung yang lebih kecil yang membiarkan darah mengalir keluar
jantung).
b. Epinephrine
Epinephrine adalah obat yang digunakan untuk penyuntikan
pembuluh darah dalam pengobatan hipersensitivitas akut. Aksi
epinephrine menyerupai pengaruh stimulasi syaraf adrenergic.
c. Lidocaine
Lidocaine adalah anastesi lokal jenis amide dan umumnya
digunakan sebagai anti-arrhythmic yang menggunakan
pengaruhnya pada axon syaraf sodium channels, untuk mencegah
depolarisasi
2. Non farmakologi
a. RJP (resusitasi jantung paru) adalah tindakan yang di lakukan
untuk mengatasi henti nafas dan henti jantung.
b. Disinkronisasi kardioversi/ Defibrilasi, terapi dengan memberikan
aliran listrik ke jantung pasien dengan tujuan koordinasi listrik
jantung dan mekanisme pemompaan di tunjukan dengan
membaiknya cardiak output, perfusi jaringan dan oksigenasi.
c. Intubasi endotrakeal.
3. Pencegahan
a. Menjaga tingkat elektrolit yang seimbang.
b. Perubahan gaya hidup, seperti berhenti merokok, menghindari
konsumsi berlebihan alkohol dan penggunaan narkoba, modifikasi
diet, dan olahraga, sangat penting dalam mencegah takikardia
ventrikel pada pasien dengan risiko penyakit kardiovaskular.
c. Penggunaan tembakau merupakan faktor risiko utama untuk
penyakit jantung berkembang, yang merupakan penyebab utama
takikardia ventrikel.
Pada prinsipnya, terapi bertujuan untuk :
1. Mengembalikan irama jantung yang normal (rhythm control)
2. Menurunkan frekuensi denyut jantung (rate control)
Pada pasien dengan riwayat infark miokard akut dan penurunan fungsi
ventrikel kiri (fraksi ejeksi,35 %), terdapat VT yang dapat dicetuskan dan tidak
dapat dihilangkan dengan menggunkan obat-obatan, maka ICD (inplantable
cardioverter – defibrillator) tindakan ini mirip dengan alat pacu jantung lebih
unggul dalam menurunkan mortalitas.
Untuk pencegahan sekunder kematian mendadak (pasien yang berhasil
diselamatkan dari aritmia fatal) pada pasien pasca IMA dengan penurunan fungsi
ventrikel kiri, ICD telah terbukti lebih unggul dari pada amiodaron
Flow Chart

 Kaji jalan nafas:


- Tidak ada jalan nafas, lakukan jaw thrust
 Cek pernafasan :
- Lihat pergerakan dada ( ada)
- Dengar bunyi nafas (normal)
- Merasakan hembusan nafas pasien ( ada,lambat )
 Sirkulasi :
- Cek nadi karotis 5-10 detik ( tidak teraba )

mulai bag-mask-ventilation dan RJP ( 30 kompresi 2x ventilasi ) sampai


difibrilator/ monitor tiba

Pasang monitor defibrilator dan nilai irama jantung

- Gel P : tidak ada


- Kompleks QRS : lebar > 0.12s bentuk aneh dan sama
- Irama : reguler
- Laju : > 100x/menit

Ventrikel Takikardi

Lakukan defibrilasi sampai 3 menit

DC shock 200 joule

DC shock 200 joule

DC shock 200 joule

Pantau irama setelah 3


kejut pertama.

A B
A B

VT1.menetap/ VT tanpa nadi Sirkulasi kembali normal

1 menit CPR secara teratur ( 5 - Kaji tanda-tanda vital ( nadi karotis teraba,
komprensi : 1 ventilasi pergerakan dada normal, bunyi nafas normal )
- Pertahankan jalan nafas
- Pengobatan sesuai dengan tekanan darah,denyut
nadi dan irama
DC shock 360 joule - Rekam 12 lead ECG ( ada gel P, ada gel T, QRS
( 0,12 s) HR (60-100xmenit))
DC shock 360 joule
- Rongent toraks
DC shock 360 joule - Pemeriksaan darah

Stabilisasi
VT menetap / VT tanpa nadi
Masukan ke ruang ICCU atau ICU

CPR pertahankan jalan nafas


berikan obat epinephrine, anti-
arhythmic ( lidocaine )

DC shock 360 joule, 30-60 detik


pasca pemberian obat-obat sesuai
dosis pola harus : drug – shock ,
drug - shock
I. KOMPLIKASI
2. Ventrikel Fibrilation
3. CHF
4. Kematian mendadak

J. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


a. Pengkajian
Pengkajian Primer
1. Airway
 Apakah ada peningkatan sekret ?
 Adakah suara nafas : krekels ?
2. Breathing
 Adakah distress pernafasan ?
 Adakah hipoksemia berat ?
 Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas ?
 Apakah ada bunyi whezing ?
3. Circulation
 Bagaimanakan perubahan tingkat kesadaran ?
 Apakah ada takikardi ?
 Apakah ada takipnoe ?
 Apakah haluaran urin menurun ?
 Apakah terjadi penurunan TD ?
 Bagaimana kapilery refill ?
 Apakah ada sianosis ?
Pengkajian Sekunder
1. Riwayat penyakit
 Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke,
hipertensi
 Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK,
penyakit katup jantung, hipertensi
 Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia
lainnya kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi
 Kondisi psikososial
2. Pengkajian fisik
 Aktivitas /Istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan umum karena kerja.
Tanda : Perubahan frekuensi jantung/TD dengan aktivitas
atau olahraga.
 Sirkulasi
Gejala : Riwayat IM sebelumnya/akut (90% - 95%
mengalami disritmia) kardiomiopati, GJK, penyakit katup
jantung, dan hipertensi.
Tanda : Perubahan TD, contoh hipertensi atau hipotensi
selama periode disritmia. Nadi : mungkin tidak teratur,
contoh denyut kuat, pulsus alternant (denyut kuat
teratur/denyut lemah), nadi begiminal (denyut kuat tak
teratur/denyut lemah). Defisit nadi (perbedaan antara nadi
apical dan nadi radial). Bunyi jantung : irama tak teratur,
bunyi ekstra, dan denyut menurun.
Kulit : warna dan kelembaban berubah, contoh pucat,
sianosis, berkeringat (gagal jantung, syok).
Edema : dependen, umum, DVJ, (pada adanya gagal
jantung).
Haluaran urine : menurun bila curah jantung menurun berat.
 Integritas Ego
Gejala : Perasaan gugup (disertai takidisritmia), perasaan
terancam. Stresor sehubungan dengan masalah medik.
Tanda : cemas, takut, menolak, marah gelisah, dan menangis.
 Makanan/Cairan
Gejala : Hilang nafsu makanan, anoreksia. Mual/muntah.
Tidak toleran terhadap makanan (karena adanya obat).
Perubahan berat badan.
Tanda : Perubahan berat badan, edema. Perubahan pada
kelembaban kulit/turgor. Pernapasan krekels.
 Neursosensori
Gejala : Pusing, berdenyut, sakit kepala.
Tanda : Status mental/sensori berubah, contoh disorientasi,
bingung, kehilangan memori, perubahan pola
bicara/kesadaran, pingsan dan koma. Perubahan prilaku,
contoh menyerang, letargi, halusinasi. Perubahan pupil
(kesamaan reaksi terhadap sinar). Kehilangan reflex tendon
dalam dengan disritmia yang mengancam hidup (takikardia
ventrikel, bradikardi berat).
 Nyeri/Ketidaknyamanan
Gejala : Nyeri dada, ringan sampai berat, dimana dapat atau
tidak bisa hilang oleh obat anti angina.
Tanda : Perilaku distraksi, contoh gelisah.
 Pernapasan
Gejala : Penyakit paru kronis. Riwayat atau penggunaan
tembakau berulang. Nafas pendek. Batuk (dengan/tanpa
produksi sputum).
Tanda : perubahan kecepatan/kedalam pernapasan selama
periode disritmia.
Bunyi nafas : bunyi tambahan (krekels, ronki, mengi)
mungkin ada menunjukan komplikasi pernapasan, seperti
pada gagal jantung kiri (edema paru), atau fenomena
tromboembolitik pulmonal. Hemoptisis.
 Keamanan
Tanda : Demam. Kemerahan kulit (reaksi obat). Inflamasi,
eritema, edema (thrombosis superficial). Kehilangan tonus
otot/kekuatan.
 Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga, contoh penyakit
jantung,stroke. Penggunaan /tak menggunakan obat yang
diresepkan, contoh obat jantung (digitalis), antikoagulan,
Coumadin), atau obat yang dijual bebas, contoh sirup batuk
dan analgesikberisi ASA. Kurang pemahaman tentang proses
penyakit/program terapeutik. Adanya kegagalan untuk
memperbaiki, contoh disritmia berulang/tak dapat sembuh
yang mengancam hidup.
Pertimbangan : DRG menunjukan reratan lama dirawat : 3,2
hari.
Rencana Pemulangan : perubahan penggunaan obat/terapi.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi
elektrikal dan penurunan kontraktilitas miokard.
2. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan
3. Pola napas tidakefektif berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru karena penekanan kapiler paru.
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan gangguan metabolisme
dan kelelahan.
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Penurunan curah jantung NOC : NIC :
b/d gangguan irama jantung,  Cardiac Pump effectiveness Evaluasi adanya nyeri dada
stroke volume, pre load dan  Circulation Status Catat adanya disritmia jantung
afterload, kontraktilitas  Vital Sign Status Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac
jantung.  Tissue perfusion: perifer putput
Monitor status pernafasan yang menandakan gagal
DO/DS: Setelah dilakukan asuhan selama………penurunan jantung
- Aritmia, takikardia, kardiak output klien teratasi dengan kriteria hasil: Monitor balance cairan
bradikardia  Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan
- Palpitasi, oedem darah, Nadi, respirasi) antiaritmia
- Kelelahan  Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada Atur periode latihan dan istirahat untuk
- Peningkatan/penurunan kelelahan menghindari kelelahan
JVP  Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada Monitor toleransi aktivitas pasien
- Distensi vena jugularis asites Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan
- Kulit dingin dan lembab  Tidak ada penurunan kesadaran ortopneu
- Penurunan denyut nadi  AGD dalam batas normal Anjurkan untuk menurunkan stress
perifer  Tidak ada distensi vena leher  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
- Oliguria, kaplari refill  Warna kulit normal  Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau
lambat berdiri
- Nafas pendek/ sesak nafas  Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
- Perubahan warna kulit  Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
- Batuk, bunyi jantung setelah aktivitas
S3/S4  Monitor jumlah, bunyi dan irama jantung
- Kecemasan  Monitor frekuensi dan irama pernapasan
 Monitor pola pernapasan abnormal
 Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
 Jelaskan pada pasien tujuan dari pemberian
oksigen
 Sediakan informasi untuk mengurangi stress
 Kelola pemberian obat anti aritmia, inotropik,
nitrogliserin dan vasodilator untuk
mempertahankan kontraktilitas jantung
 Kelola pemberian antikoagulan untuk mencegah
trombus perifer
 Minimalkan stress lingkungan
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan:  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Agen injuri (biologi, kimia,  pain control, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
fisik, psikologis), kerusakan  comfort level kualitas dan faktor presipitasi
jaringan  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama ….  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
DS: Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria menemukan dukungan
- Laporan secara verbal hasil:  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
DO:  Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
- Posisi untuk menahan mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi  Kurangi faktor presipitasi nyeri
nyeri untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
- Tingkah laku berhati-hati  Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan intervensi
- Gangguan tidur (mata menggunakan manajemen nyeri  Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala,
sayu, tampak capek, sulit  Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
atau gerakan kacau, frekuensi dan tanda nyeri)  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...
menyeringai)  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang  Tingkatkan istirahat
- Terfokus pada diri sendiri  Tanda vital dalam rentang normal  Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab
- Fokus menyempit  Tidak mengalami gangguan tidur nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan
(penurunan persepsi antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
waktu, kerusakan proses  Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
berpikir, penurunan analgesik pertama kali
interaksi dengan orang
dan lingkungan)
- Tingkah laku distraksi,
contoh : jalan-jalan,
menemui orang lain
dan/atau aktivitas,
aktivitas berulang-ulang)
- Respon autonom (seperti
diaphoresis, perubahan
tekanan darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi
pupil)
- Perubahan autonomic
dalam tonus otot
(mungkin dalam rentang
dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah,
merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu
makan dan minum
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Pola Nafas tidak efektif NOC: NIC:
berhubungan dengan : Respiratory status : Ventilation  Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Hiperventilasi Respiratory status : Airway patency  Pasang mayo bila perlu
- Penurunan Vital sign Status  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
energi/kelelahan  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Perusakan/pelemahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
 Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
muskulo-skeletal ………..pasien menunjukkan keefektifan pola
tambahan
- Kelelahan otot pernafasan nafas, dibuktikan dengan kriteria hasil:
 Berikan bronkodilator :
- Hipoventilasi sindrom Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas
-…………………..
- Nyeri yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu
…………………….
- Kecemasan (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas
 Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
- Disfungsi Neuromuskuler dg mudah, tidakada pursed lips)
Lembab
- Obesitas Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak
 Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
- Injuri tulang belakang merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
keseimbangan.
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara
 Monitor respirasi dan status O2
DS: nafas abnormal)
Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
- Dyspnea Tanda Tanda vital dalam rentang normal
Pertahankan jalan nafas yang paten
- Nafas pendek (tekanan darah, nadi, pernafasan) Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
DO: Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
- Penurunan tekanan oksigenasi
inspirasi/ekspirasi Monitor vital sign
- Penurunan pertukaran Informasikan pada pasien dan keluarga tentang
udara per menit tehnik relaksasi untuk memperbaiki pola nafas.
- Menggunakan otot Ajarkan bagaimana batuk efektif
pernafasan tambahan Monitor pola nafas
- Orthopnea
- Pernafasan pursed-lip
- Tahap ekspirasi
berlangsung sangat lama
- Penurunan kapasitas vital
- Respirasi: < 11 – 24 x
/mnt

Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Masalah Kolaborasi
Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
Berhubungan dengan :  Self Care : ADLs  Observasi adanya pembatasan klien dalam
 Tirah Baring atau  Toleransi aktivitas melakukan aktivitas
imobilisasi  Konservasi energi  Kaji adanya faktor yang menyebabkan
 Kelemahan menyeluruh kelelahan
 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….  Monitor nutrisi dan sumber energi yang
antara suplei oksigen Pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan adekuat
dengan kebutuhan Kriteria Hasil :  Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik
 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa dan emosi secara berlebihan
Gaya hidup yang disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan  Monitor respon kardivaskuler terhadap
dipertahankan. RR aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas,
DS:  Mampu melakukan aktivitas sehari hari diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)

 Melaporkan secara (ADLs) secara mandiri  Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat

verbal adanya kelelahan  Keseimbangan aktivitas dan istirahat pasien

atau kelemahan.  Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi

 Adanya dyspneu atau Medik dalam merencanakan progran terapi yang

ketidaknyamanan saat tepat.


beraktivitas.  Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
DO : yang mampu dilakukan
 Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang
 Respon abnormal dari sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan
tekanan darah atau nadi sosial
terhadap aktifitas  Bantu untuk mengidentifikasi dan
 Perubahan ECG : mendapatkan sumber yang diperlukan untuk
aritmia, iskemia aktivitas yang diinginkan
 Bantu untuk mendpatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda, krek
 Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang
disukai
 Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
diwaktu luang
 Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas
 Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas
 Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
 Monitor respon fisik, emosi, sosial dan
spiritual
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC


Carpenito Linda Juall. 1995. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Hudak, Carolyn M. 2000. Keperawatan Kritis: pendekatan holistic. Jakarta: EGC.
Marilynn E, Doengoes, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta:
EGC.
Price, Sylvia Anderson and Lorraine McCarty Wilson. 2006. Patofisiologi:
konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai