Senyawa Halogen Organik
Senyawa Halogen Organik
(ORGANOHALOGEN)
A. PENGERTIAN
Senyawa Organohalogen adalah zat yang mempunyai satu atau lebih
atom halogen (F, Cl, Br atau I) yang terikat pada karbon. Senyawa
organohalogen sering disebut sebagai halida organik. Senyawa
organohalogen jarang ditemukan di alam, senyawa ini dibuat dalam industri
kimia untuk digunakan sebagai zat kimia atau bahan baku produk tertentu.
Senyawa halogen organik dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu: alkil
halida, halida tidak jenuh, aril halida, dan polihalogen, yang masing-
masing mempunyai ciri struktur khas.
1
Mekanisme Reaksi Substitusi Nukleofilik Pada dasarnya terdapat dua
mekanisme reaksi substitusi nukleofilik. Mereka dilambangkan dengan SN2
adan SN1. Bagian SN menunjukkan substitusi nukleofilik, sedangkan arti 1
dan 2 akan dijelaskan kemudian.
2
Peranan gugus tetangga pada mekanisme reaski SN2
- Sebagai gugus yang memberikan suatu reaksi intermediate yang baru
pada pusat reaksi
- Dengan adanya partisipasi gugus tetangga, konfigurasi produk sama
dengan substrat. Partisipasi gugus tetangga ini juga dapat
mempengaruhi kecepatan reaksi. Jika suatu gugus tetangga
mempengaruhi reaksi melalui suatu jalan yang menyebabkan
peningkatan kecepatan reaksi, maka gugus tetangga tersebut dikatakan
sebagai ―anchimeric assistance‖
- Gugus tetangga dapat menggunakan pasangan elektronnya untuk
berinteraksi dengan sisi belakang atom karbon yang menjalani
substitusi, sehingga mencegah serangan dari nukleofilik, sehingga
nukleofilik hanya dapat bereaksi dengan atom karbon dari sisi depan,
dan produknya mengikuti konfigurasi awal. Atom atau gugus yang
dapat meningkatkan laju SN2 melalui partisipasi gugus tetangga ialah
nitrogen dalam bentuk amina, oksigen dalam bentuk karboksilat dan
ion alkoksida, dan cincin aromatik. Partisipasi hanya efektif jika
interaksinya membentuk cincin segitiga, lima dan enam.
3
Mekanisme SN1 dalah proses dua tahap. Pada tahap pertama, ikatan
antarakarbon dengan gugus pergi putus.
4
seperti H2O, CH3CH2OH. Pada reaksi SN1 terdiri dari 3 tahap reaksi.
Sebagai contoh adalah reaksi antara t -butil bromida dengan air.
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
Berikut ini adalah ciri-ciri suatu reaksi yang berjalan melalui mekanisme
SN1:
- Kecapatan reaksinya tidak tergantung pada konsentrasi nukleofil.
Tahap penentu kecepatan reaksi adalah tahap pertama di mana
nukleofil tidak terlibat.
- Jika karbon pembawa gugus pergi adalah bersifat kiral, reaksi
menyebabkan hilangnya aktivitas optik karena terjadi rasemik. Pada
ion karbonium, hanya ada a gugus yang terikat pada karbon positif.
Karena itu, karbon positif mempunyai hibridisasi sp2 dan berbentuk
planar. Jadi nukleofil mempunyai dua arah penyerangan, yaitu dari
depan dan dari belakang. Dan kesempatan ini masing-masing
mempunyai peluang 50 %. Jadi hasilnya adalah rasemit. Misalnya,
reaksi (S)-3-bromo-3-metilheksana dengan air menghasilkan alkohol
rasemik.
5
Reaksi eliminasi adalah suatu jenis reaksi organik dimana dua
substituen dilepaskan dari sebuah molekul baik dalam satu atau dua langkah
mekanisme. Reaksi satu langkah disebut reaksi E2, sedangkan reaksi dua
langkah disebut reaksi E1. Simbol angka pada huruf E (yang berarti
elimination) tidak melambangkan jumlah langkah. E2 dan E1 menyatakan
kinetika reaksi, yaitu berturut-turut bimolekuler dan unimolekuler. Pada
sebagian besar reaksi eliminasi organik, minimal satu hidrogen dilepaskan
membentuk ikatan rangkap dua. Dengan kata lain akan terbentuk molekul tak
jenuh. Hal tersebut memungkinkan sebuah molekul melangsungkan reaksi
eliminasi reduktif, dimana valensi atom pada molekul menurun dua. Pada
reaksi eliminasi, molekul senyawa berikatan tunggal berubah menjadi
senyawa berikatan rangkap dengan melepas molekul kecil. Jadi, eliminasi
merupakan kebalikan dari adisi.
REAKSI E2
Reaksi E2 (eliminasi bimolekular) ialah reaksi eliminasi alkil
halida yang paling berguna. Reaksi E2 alkil halida cenderung dominan
bila digunakan basa kuat, seperti –OH dan –OR, dan temperatur tinggi.
Secara khas reaksi E2 dilaksanakan dengan memanaskan alkil halida
dengan K+ -OH / Na+ -OCH2CH3 dalam etanol.
- Mekanisme E2
E2 merupakan reaksi eliminasi bimolekuler. Reaksi E2 hanya
terdiri dari satu langkah mekanisme dimana ikatan karbon-hidrogen dan
karbon-halogen terputus membentuk ikatan rangkap tiga C dan C. Reaksi
E2 dilangsungkan oleh alkil halida primer dan sekunder. Reaksi ini hampir
sama dengan reaksi SN2. Reaksi E2 secara khusus menggunakan basa kuat
untuk menarik hidrogen asam dengan kuat
Reaksi E1
Reaksi E1 adalah reaksi eliminasi dimana suatu karbokation (suatu
zat antara yang tak stabil dan berenergi tinggi, yang dengan segera
bereaksi lebih lanjut) dapat memberikan sebuah proton kepada suatu basa
dan menghasilkan sebuah alkena. Pada reaksi SN1, salah satu cara
karbokation mencapai produk yang stabil ialah dengan bereaksi dengan
sebuah nukleofil.Karbokation adalah suatu zat antara yang tak stabil dan
berenergi tinggi. Karbokation memberikan kepada basa sebuah proton
dalam reaksi eliminasi, dalam hal ini reaksi E1 menjadi sebuah alkena.
- Mekanisme E1
6
E1 merupakan reaksi eliminasi unimolekuler. E1 terdiri dari dua
langkah mekanisme yaitu ionisasi dan deprotonasi. Ionisasi adalah
putusnya ikatan karbon-halogen membentuk intermediet karbokation.
Reaksi E1 biasanya terjadi pada alkil halida tersier. Reaksi ini berlangsung
tanpa kuat, melainkan dengan basa lemah (dalam suasana asam dan suhu
tinggi). Reaksi E1 mirip dengan reaksi SN1, karena sama-sama
menggunakan intermediet karbokation.
7
D. PERBEDAAN SUBSTITUSI MEKANISME SN1 DAN SN2
MEKANISME E1 MEKANISME E2
Membentuk karbokation Nukleofil langsung mengambil
proton dari atom C (beta) pada atom
C gugus pergi
Karbokation memberi proton pada Tidak terjadi pembentukan
basa lalu terbentuk alkena karbokation
Basa merebut proton dari atom C Pembentukan secara serempak
(beta, C yang berdampingan dengan
C+)
REAKSI E1 REAKSI E2
Terjadi pada: Terjadi pada:
- Kosentrasi basa rendah - Basa kuat dengan kosentrasi
- Dengan pelarut basa tinggi
- Dengan substrat tersier dan
beresonansi (alkil halida)
8
F. PELARUT YANG COCOK
- Reaksi Substistusi
1. Mekanisme SN2: pelarut non polar/polar aprotic
2. Mekanisme SN1: pelarut polar/polar protic
- Reaksi Eliminasi
1. Mekanisme E1: pelarut polar protic
2. Mekanisme E2: pelarut polar protic