Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN HASIL OBSERVASI

MATA KULIAH PENDIDIKAN INKLUSI


Dosen Pembimbing : Adriani Rahma Pudyaningtyas, S.Psi. MA

Disusun Oleh :
Aprilia Dewi Kusuma Astuti (K8118014/4A)
Aulia Zahro Muharomah (K8118015/4A)
Chairun Nisa Rahmadani (K8118018/4A)
Choirunnisa (K8118020/4A)

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2020
Hasil Observasi
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan hasil observasi diperoleh informasi sebagai
berikut :
1. Identitas Anak :
Nama : Boy Januari Saputra
Tempat, Tanggal lahir : Surakarta, 8 Januari 2012
Alamat : Jl. Mundu RT04 RW11 Kerten, Laweyan – Surakarta
2. Instrumen wawancara
a. Mulai kapan Boy diketahui jika ia adalah anak berkebutuhan khusus (tuna grahita)?
Jawaban : Boy diketahui bahwa ia ABK sejak memasuki usia perkembangan awal,
perkembangan Boy mengalami keterlambatan dan Boy mengalami kurang berat
badan, Boy berbeda dengan anak yang lainnya, ternyata Boy mengalami polio.

b. Bagaimana ciri – ciri Boy?


Jawaban : Kondisi fisik Boy hampir sama dengan anak normal, hanya saja karena dia
mengalami polio jadi ia terkihat kecil tubuhnya. Kematangan motoriknya lambat,dia
sedikit bergerak dan tidak aktif sehingga koordinasi geraknya kurang. Boy sulit untuk
memahami sesuatu jadi jika berbicara dengan Boy harus secara pelan dan jelas. Boy
juga jika makan langsung ditelan karena ia tidak mempunyai gigi. Kadang jika tidak
diberi obat saat sedang badmood ia akan marah tidak terkontrol. Tapi Boy anak yang
bersih tidak mengeluarkan air liur seperti anak yang lainnya tanpa disadari.

c. Bagaimana kebiasaan/ perilaku Boy saat disekolah ?


Jawaban : Awalnya saat Boy pertama kali datang, ia menangis, bahkan tidak mau
lepas dari gendongan orang tuanya, orang tuanya juga tidak membiasakan Boy untuk
berlatih berjalan sendiri sehingga pada awalnya Boy mengalami kesulitan saat
berjalan. Boy sering menyendiri dan mojok di pojokan kelas tanpa berbicara bahkan
jika diajak untuk berbicara ia selalu diam. Tapi walaupun Boy suka menyendiri, dia
tidak pernah marah. Seiiring berjalannya waktu setelah distimulasi akhirnya Boy
yang suka menyendiri dan mojok, tidak lagi berperilaku seperti itu. Boy dapat duduk
dikursi dengan bantuan ibu guru. Boy juga dapat diajak berkomunikasi walaupun
tidak dengan berbicara utuh, Boy berkomunikasi dengan ekspresi wajahnya atau
dengan gaya tubuh dan juga dengan sedikit kata. Setelah distimulasi Boy dapat
menyebutkan benda yang ditunjuk walaupun dengan akhiran kata suatu benda seperti
buku, Boy menyebutkan buku dengan sebutan "ku". Boy juga mampu berjalan
dengan sendirinya walaupun secara perlahan.

d. Bagaimana layanan yang dibutuhkan Boy ?


Jawaban : Boy dengan gangguan polio sehingga hal paling utama ia membutuhkan
layanan kemampuan supaya ia dapat berjalan secara sendiri tanpa bantuan orang lain.
Boy juga membutuhkan layanan untuk supaya ia dapat merawat dirinya sendiri
seperti memakai baju sendiri. Tidak hanya itu saja, Boy juga membutuhkan layanan
belajar dasar seperti mengenal benda, membaca, menulis, dan berhitung. Boy juga
membutuhkan ketrampilan berinteraksi dengan orang lain.

e. Bagaimana layanan atau treatment yang diberikan kepada Boy?


Jawaban : Untuk treatment yang dibutuhkan Boy supaya dapat berjalan secara
mandiri ialah dengan memberikan semangat dan dorongan kepada Boy dengan cara
guru memberikan reward kepada Boy seperti acungan jempol atau dengan pujian.
Boy dilatih berjalan dengan bantuan dari guru dengan cara dipegang saat ia berlatih
berjalan, kemudian Boy dilatih berjalan sendiri dengan pegangan benda sekitar dan
akhirnya Boy dapat berjalan secara mandiri walaupun dengan perlahan.
Treatment yang diberikan kepada Boy dalam hal merawat diri seperti diajarkan
memakai baju, diberikan tutorial, kemudian dilatih untuk memakai baju dengan
bantuan guru. Kemudian jika duduk diajarkan untuk bersedekap dan tenang dengan
cara guru memberi contoh secara langsung. Untuk treatment belajar dasar berupa
membaca Boy dilatih secara perlahan dengan membaca gambar, kemudian terdapat
juga miniatur hewan dan buah supaya Boy dapat mengenali macam-macam hewan
dan buah. Jika belajar dasar berupa berhitung, yaitu dengan cara menggunakan
perumpamaan, dengan contoh angka satu seperti tiang, angka dua seperti leher angsa
dan seterusnya dengan media berupa balok angka perumpamaan. Jika untuk menulis
memang Boy belum mampu untuk menulis, tapi Boy sudah menunjukkan
perkembangan bagaimana cara memegang pensil dengan benar. Untuk menulis guru
masih melatih Boy dengan cara saat Boy menulis tangannya digenggam ibu guru.
Dikelas juga terdapat balok huruf untuk berlatih mengenal huruf. Jika untuk treatment
berbicara, dikelas disediakan cermin besar untuk terapi wicara anak, dengan cara saat
anak berbicara supaya melihat ke arah kaca dan memperhatikan mulut saat berbicara.
Treatment berupa ketrampilan berinteraksi Boy selalu diajak aktif berbicara walaupun
Boy kadang merespon dan kadang tidak merespon. Boy dilatih jika meminta sesuatu
tidak dengan marah dan Boy juga dilatih untuk memanggil orang dengan cara
mencolek atau dengan mendikte nama.

Layanan lainnya juga berupa penempatan meja dan kursi sesuai dengan tingkah laku
anak. Ruang kelas ditata sedemikian mungkin supaya saat anak mengamuk tidak
membahayakan anak itu sendiri. Bahkan guru juga menawarkan anak ingin belajar
apa, jadi anak belajar sesuai dengan keiinginannya sendiri. Jika anak mulai merasa
bosan, guru akan membawa anak belajar diluar kelas. Guru memposisikan bahwa
guru adalah seorang teman bagi mereka, sehingga yang diutamakan adalah membuat
anak merasa nyaman terlebih dahulu.

Layanan yang pasti didapatkan oleh Boy yaitu kesabaran dan ketulusan dalam
mendidik dan memantau perkembangan dari Boy.

f. Kurikulum apakah yang digunakan sekolah ini dalam mendidik anak?


Jawaban : Kurikulum yang kita gunakan adalah kurikulum 2013 tetapi pada
implementasinya kita sesuaikan dengan kemampuan belajar anak.

g. Bagaimana cara menghadapi anak tuna grahita yang sangat sulit fokus ?
Jawaban : karakter anak dikelas ini berbeda-beda, untuk anak yang sangat sulit untuk
fokus caranya saya pegang wajahnya usahakan agar mata anak fokus memandang kita
meskipun sulit.

h. Setelah kami lihat pembelajaran tadi, mengapa ibu sedikit menggunakan penegasan
pada gaya bicara ibu ?
Jawaban : iya saya menggunakan penegasan karena memang anak tunagrahita sangat
sulit fokus, dan kalau tidak ditegaskan pada cara mengajar saya anak-anak tidak akan
memperhatikan. Tetapi keras dalam artian mendidik.

i. Apa pencapaian terbesar ibu untuk anak tuna grahita ini ?


Jawaban : pencapaian saya tidak terfokus pada akademik, tetapi pada bina diri
minimal anak sudah bisa mandiri dan tidak tergantung pada orang lain. Untuk
akademik sendiri saya nomor sekian kan.

Analisis hasil pengamatan

a. Pengertian tuna grahita


American Association on Mental Deficiencyl AAMD, mendefinisikan tunagrahita
sebagai kelainan yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata, yaitu IQ 84
ke bawah berdasarkan tes dan muncul ssebelum usia 16 tahun. Menurut Mumpuniarti
(2007: 5) istilah tunagrahita disebut hambatan mental (mentally handicap) untuk melihat
kecenderugan kebutuhan khusus pada meraka, hambatan mental termasuk penyandang
lamban belajar maupun tunagrahita, yang dahulu dalam bahasa indonesia disebut istilah
bodoh, tolol, dungu, tuna mental atau keterbelakangan mental, sejak dikelurkan PP
Pendidikan Luar Biasa No. 72 tahun 1991 kemudian digunakan istilah Tunagrahita.
Menurut Kirk yaitu “Mental Retarded is not a disease but acondition”, tunagrahita
merupakan suatu kondisi yang tidak bisa disembuhkan dengan obat apapun.

Hasil observasi :
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SLB C Kerten, pengamat dapat
melihat anak yang bernama boy agak sedikit berbeda dengan anak yang seusianya. Jika
dilihat secara langsung memang karakteristik boy dapat langsung diketahui bahwa boy
adalah anak berkebutuhan khusus karena boy juga mengalami gangguan fisik yaitu polio.
Boy merupakan anak penyandang tuna grahita dan kelainan fisik polio, hal ini
menyebabkan terganggunya proses perkembangan boy, boy mengalami kesulitan belajar,
dan juga kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pribadinya, selain itu boy sempat juga
tidak bisa berjalan karena kondisi kakinya yang kecil namun setelah masuk ke SLB dan
dibiasakan untuk berjalan sendiri sekarang boy sudah mampu berjalan dengan perlahan.
Boy juga harus meminum rutin obat sejenis obat penenang agar dia tidak mengalami
tantrum.

b. Klasifikasi tuna grahita


Klasifikasi yang digunakan di Indonesia saat ini (PP No 72/1999) adalah:
a) Tuna grahita ringan (IQ 50 – 70)
Mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam bidang pelajaran akademik,
penyesuaian sosial dan kemampuan bekerja, mampu menyesuaikan lingkungan
yang lebih luas, dapat mandiri dalam masyarakat, mampu melakukan pekerjaan
semi trampil dan pekerjaan sederhana.
b) Tuna grahita sedang (IQ 30 – 50)
Dapat belajar keterampilan sekolah untuk tujuan fungsional, mampu melakukan
keterampilan mengurus dirinya sendiri (self-help), mampu mengadakan adaptasi
sosial dilingkungan terdekat, mampu mengerjakan pekerjaan rutin yang perlu
pengawasan.
c) Tuna grahita berat dan sangat berat (IQ kurang dari 30)
Hampir tidak memiliki kemampuan untuk dilatih mengurus diri sendiri. Ada yang
masih mampu dilatih mengurus diri sendiri, berkomunikasi secara sederhanaa dan
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sangat terbatas.

Sedangkan, klasifikasi anak tunagrahita berdasarkan tipe-tipe klinis/fisik (Mumpuniarti,


2007: 11), sebagai berikut:
a) Down syndrome (mongolisme) karena kerusakan khromozon.
b) Krettin (cebol) ada gangguan hiporoid.
c) Hydrocephal karena cairan otak yang berlebihan.
d) Micdocephal karena kekurangan gizi dan faktor radiasi, karena penyakit pada
tengkorak, brohicephal (kepala besar)
Hasil observasi :
Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara dengan guru kelas, dan dibandingkan
dengan teori dapat disimpulkan bahwa gangguan yang dialami boy adalah tuna grahita
ringan dan krettin (cebol). Menurut teori anak dengan gangguan tuna grahita ringan
mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam bidang pelajaran akademik,
penyesuaian sosial dan kemampuan bekerja, mampu menyesuaikan lingkungan yang
lebih luas, dapat mandiri dalam masyaraakat, mampu melakukan pekerjaan semi trampil
dan pekerjaan sederhana. Jika dibandingkan dengan hasil pengamatan dapat ditarik suatu
hasil yaitu boy memang memiliki kemampuan untuk berkembang seperti yang dituturkan
oleh guru kelas bahwa awalnya boy menangis ketika awal masuk sekolah dan malu
dengan banyak orang namun sekarang dengan melalui pendekatan dari guru kelas
sekarang boy sudah berani masuk ke kelas dan mengikuti pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas diketahui bahwa awal masuk
kelas boy hanya berani berdiri dipojok dekat almari karena malu, sifat malu boy muncul
dikarenakan boy sendiri hanya bersosialisasi dengan lingkungan keluarga saja, selain itu
menurut guru kelas banyak orang dilingkungan tempat tinggal boy yang tidak menerima
boy dan ini membuat boy merasa malu.
Dalam hal akademik, menurut guru kelas sebenarnya ada keinginan dari anak
untuk terus berkembang hanya saja anak tidak mengerti apa yang harus dilakukan, pada
saat pembelajaran guru mengajarkan kepada anak untuk mengenali benda benda yang ada
disekitarnya melalui pengenalan terhadap bentuk benda, cara pengucapan di depan
cermin dan dibawakan benda aslinya karena anak dengan gangguan ini tidak bisa berfikir
secara abstrak, penggunaan kaca digunakan agar anak dapat mengetahui bentuk bibir
ketika berbicara. Pembelajaran dilakukan berulang – ulang sampai anak benar – benar
paham dengan apa yang mereka pelajari. Pada saat awal masuk boy tidak berani duduk di
kursi jadi dia duduk dilantai tetapi karena pelatihan dari guru sekarang boy sudah berani
duduk sendiri. Kegiatan akademik yang lainnya adalah mewarnai, pada awalnya boy mau
memegang pensil tetapi caranya memegang salah kemudian guru memberikan bantuan
boy untuk memegang pensil dengan benar, dan dapat mewarnai dengan guru.
Dalam perkembangan bahasa, boy masih dikatakan terlambat karena boy belum
bisa berbicara dengan lancer, boy hanya berbicara dengan orang yang dikenal dan
berbicara dengan hanya menggunakan 2 huruf terakhir dalam kata tersebut, misal “buku”
menjadi “ku”. Ketika boy menginginkan sesuatu biasanya dia menunjuk apa yang dia
mau atau mengambil dengan sendiri.
Sedangkan dalam perkembangan fisik juga terganggu karena boy juga menderita
polio yang menyebabkan kakinya mengecil dan mengakibatkan boy tidak bisa berjalan
pada awalnya dan harus digendong oleh ibunya, namun sekarang perlahan boy sudah bisa
berjalan karena bimbingan dari guru kelasnya. Selain itu gigi boy tidak dapat tumbuh jadi
pada awalnya boy mengalami kesulitan pada saat makan, tetapi sekarang sudah bisa
makan walaupun tanpa dikunyah.
Pembelajaran di SLB C Kerten tidak difokuskan hanya diakademik saja namun
juga pembiasaan pada diri anak agar anak mengerti kebutuhan untuk dirinya sendiri.
Misalnya pada pukul 9 pagi anak harus pergi ke toilet untuk BAB, maka di SLB ini akan
membiasakan anak agar pada jam 9 pagi anak dapat pergi ke kamar mandi sendiri. Jadi di
SLB ini lebih membekali anak dengan kemampuan memenuhi kebutuhannya sendiri.

c. Karakteristik tuna grahita


Mumpuniarti (2007: 41-42) bahwa karakteristik anak tunagrahita ringan dapat ditinjau
secara fisik, psikis dan sosial, karakteristik tersebut antara lain :
a) Karakteristik fisik nampak seperti anak normal hanya sedikit mengalami kelemahan
dalam kemampuan sensomotorik
Hasil observasi : dalam kasus boy, memang dapat langsung terlihat bahwa dia adalah
anak berkebutuhan khusus, hal ini disebabkan boy juga mengalami polio yang
menghambat pertumbuhan fisiknya, boy memiliki tinggi tubuh yang kecil jika
dibandingkan dengan anak seusianya, boy juga tidak memiliki gigi karena
gangguannya ini.

b) Karakteristik psikis sukar berfikir abstrak dan logis, kurang memiliki kemamuan
analisa, asosiasi lemah, fantasi lemah, kurang mampu mengendalikan perasaan,
mudah dipengruhi kepribadian, kurang harmonis karena tidak mampu menilai baik
dan buruk.
Hasil observasi : berdasarkan hasil pengamatan dan teori ini didapatkan hasil yang
sama yaitu boy masih susah untuk menerima pembelajaran, ketika kita datang
kemarin boy sedang diajarkan huruf oleh gurunya namun boy tidak dapat
memfokuskan perhatian jadi dia hanya mendengarkan, menurut kata gurunya hal ini
disebabkan ada orang baru yang datang.

c) Karakteristik sosial, mereka mampu bergaul, menyesuaikan dengan lingkungan yang


tidak terbatas hanya pada keluarga saja, namun ada yang mampu mandiri dalam
masyarakat, mampu melakukan pekerjaan yang sederhana dan melakukan secara
penuh sebagai orang dewasa, kemampuan dalam bidang pendidikan termasuk mampu
didik
Hasil observasi : berdasarkan hasil pengamatan dan teori ini didapatkan hasil yang
sama yaitu boy masih malu untuk melakukan interaksi dengan orang lain terutama
orang yang baru dilihat, seperti kemarin ketika kita datang gesture tubuh dari boy
menunjukkan kegelisahan namun dapat ditenangkan oleh guru, hal ini disebabkan
kurangnya sosialisasi dengan lingkungan sekitar anak, jadi anak hanya mengenal
lingkungan keluarganya saja.

d. Penyebab tuna grahita


Pengetahuan tentang penyebab retardasi mental/tunagrahita dapat digunakan sebagai
landasan dalam melakukan usaha-usaha preventif. Berbagai penelitian menunjukkan
bahwa tunagrahita dapat disebabkan oleh berbagai faktor (Suranto dan Soedarini, 2002:
4-5), yaitu:
a) Genetik
1) Kerusakan/kelainan bio kimiawi
2) Abnormal kromosomal.
b) Sebab-sebab pada masa pre natal
1) Infeksi rehella (cacar).
2) Faktor rhesus.
c) Penyebab Natal
1) Luka saat kelahiran.
2) Sesak nafas.
3) Prematuritas.
d) Penyebab pos natal
1) Infeksi
2) Enceoholitis
3) Mol Nutrisi/Kekurangan nutrisi.
e) Penyebab sosial kultur.
Hasil observasi : pada saat observasi kami tidak bisa menemui ibu dari boy karena
keterbatasan waktu, menurut guru kelas pada saat kehamilan boy memang tidak ada
tanda – tanda masalah entah karena orang tua yang tidak menyadari atau memang baik –
baik saja kondisinya. Menurut penuturan guru boy diketahui mengalami gangguan tepat
setelah di lahirkan karena boy ketika dilahirkan tidak seperti biasanya bayi yang baru
menangis.

Daftar pustaka
https://eprints.uny.ac.id/9906/2/bab%202%20-%2008103247020.pdf (diakses pada 12 Maret
2020, 17.45 wib)

Anda mungkin juga menyukai