Makalah Metabolisme Vitamin Larut Lemak Dan Air
Makalah Metabolisme Vitamin Larut Lemak Dan Air
PENDAHULUAN
Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
kita yang berfungsi untuk mambantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Tanpa
vitamin manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya tidak akan dapatmelakukan
aktifitas hidup dan kekurangan vitamin dapat menyebabkan memperbesar peluang
terkena penyakit pada tubuh kita.
Vitamin memiliki peranan spesifik di dalam tubuh dan dapat pula memberikan
manfaat kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, tubuh dapat mengalami
suatu penyakit. Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika
kebutuhan ini diabaikan maka metabolism di dalam tubuh kita akan terganggu karena
fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Gangguan kesehatan ini dikenal
dengan istilah avitaminosis. Di samping itu, asupan vitamin juga tidak boleh
berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan metabolisme pada tubuh.
Dalam penentuan apakah makanan itu mengandung vitamin apa tidak,
diperlukan suatu pengujian agar dapat mengetahui kadar vitamin yang ada seperti
vitamin A, B1, B2, B3, B5, B6, B8, B9, B12, C, D, E, dan K. Dengan mengetahui
kadar vitamin yang ada dalam bahan pangan, maka kita dapat mengetahui kadar
vitamin yang diperlukan oleh tubuh kita agar tidak terjadi kekurangan vitamin yang
dapat mengganggu kesehatan tubuh kita. Oleh karena itu dibuatlah makalah ini untuk
mengetahui tentang metode analisis vitamin.
1
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana metabolisme vitamin larut lemak ?
2. Bagaimana metabolisme vitamin larut air ?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui metabolisme vitamin larut lemak.
2. Mengetahui metabolisme vitamin larut air.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah vitamin pertama kali digunakan pada tahun 1912 oleh Cashimir Funk
di Polandia. Dalam upaya menemukan zat di dalam dedak beras yang mampu
menyembuhkan penyakit beri-beri, ia menyimpulkan bahwa penyakit tersebut
disebabkan oleh kekurangan suatu zat di dalam makanan sehari-hari. Zat ini sangat
dibutuhkan untuk hidup (vita) dan mengandung unsur nitrogen (amine), oleh sebab
itu diberi nama vitamine. Penelitian selanjutnya membuktikan bahwa ada beberapa
jenis vitamin yang ternyata tidak merupakan amine. Oleh sebab itu, istilah “vitamine”
kemudian diubah menjadi vitamin (Almatsier, 2010).
Berdasarkan kelarutannya, vitamin dibagi menjadi dua golongan utama, yaitu
(Sirajuddin dan Najamuddin, 2011):
Vitamin yang larut dalam air, meliputi vitamin B dan C. Menurut Kodicek
(1971), vitamin yang larut dalam air disebut prakoenzim (procoenzym).Vitamin-
vitamin ini dapat bergerak bebas dalam badan, darah, dan limfa. Karena sifat
kelarutannya, vitamin yang larut dalamair mudah rusak dalam pengolahan dan mudah
hilang atau terlarut bersama air selama pencucian bahan. Di dalam tubuh, vitamin ini
disimpan dalam julah terbatas dan kelebihan vitamin akan dikeluarkan atau
diekskresikan melalui urin. Oleh karena itu, untuk mempertahankan saturasi jaringan
vitamin ini harus sering di konsumsi.
Vitamin yang larut dalam lemak, meliputi vitamin A, D, E, dan K. Golongan
vitamin yang larut dalam lemak disebut alosterin. Setelah diserap dalam tubuh,
vitamin akan disimpandalam jaringan-jaringan lemak, terutama hati. Karena sifatnya
tidak larut dalam air, vitamin-vitamin demikian tidak dieksresikan. Akibatnya,
didalam tubuh dapat disimpan dalam jumlah banyak, sehingga kemungkinan
terjadinya toksisitas jauh lebih besar daripada vitamin yang larut dalam air.
3
2.2. Vitamin Larut Air
Vitamin yang larut dalam air yaitu vitamin B kompleks dan C, tidak disimpan
melainkan akan dikeluarkan oleh sistem pembuangan tubuh. Akibatnya, selalu
dibutuhkan asupan vitamin tersebut setiap hari.
Proses metabolismenya:
Proses pencernaan makanan, baik didalam lambung maupun usus halus akan
membantu melepaskan vitamin dari makanan agar bisa diserap oleh usus. Vitamin
larut air langsung diserap melalui saluran darah dan ditransportasikan ke hati.
Bentuk aktif dari tiamin adalah tiamin difosfat, dimana reaksi konversi tiamin
menjadi tiamin difosfat tergantung oleh enzim tiamin difosfotransferase dan ATP
yang terdapat di dalam otak dan hati.Tiamin difosfat berfungsi sebagai koenzim
dalam sejumlah reaksi enzimatik dengan mengalihkan unit aldehid yang telah
diaktifkan yaitu pada reaksi :
Semua reaksi ini dihambat pada defisiensi tiamin .Dalam setiap keadaan tiamin.
Difosfat menghasilkan karbon reaktif pada tiazol yang membentuk karbanion, yang
kemudian ditambahkan dengan bebas kepada gugus karbonil,misalnya
piruvat.Senyawa adisi kemudian mengalami dekarboksilasi dengan membebaskan
CO2.Reaksi ini terjadi dalam suatu kompleks multienzim yang dikenal sebagai
kompleks piruvat dehidrogenase.Dekarboksilasi oksidatif α - ketoglutarat menjadi
4
suksinil ko-A dan CO2 dikatalisis oleh suatu kompleks enzim yang strukturnya
sangat serupa dengan struktur kompleks piruvat dehidrogenase.
5
tersebut termasuk fungsi dan strukstur membran, yaitu axoplasmik, mitokondria,
membran sinaptosomal, dan sisi membran yang sesuai.
6
Dalam peranannya sebagai koenzim, flavoprotein mengalami reduksi
reversible cincin isoaloksazin hingga menghasilkan bentuk FMNH2 dan FADH2.
Niasin merupakan nama generik untuk asam nikotinat dan nikotinamida yang
berfungsi sebagai sumber vitamin tersebut dalam makanan .Asam nikotinat
merupakan derivat asam monokarboksilat dari piridin. Bentuk aktif sari niasin
adalah Nikotinamida Adenin Dinukleotida (NAD+) dan Nikotinamida Adenin
Dinukleotida Fosfat ( NADP+).
7
Nikotinat merupakan bentuk niasin yang diperlukan untuk sintesis NAD+
dan NADP+ oleh enzim-enzim yangterdapat pada sitosol sebagian besar sel.Karena
itu,setiap nikotinamida dalam makanan, mula-mula mengalami deamidasi menjadi
nikotinat. Dalam sitosol nikotinat diubah menjadidesamido NAD+ melalui reaksi
yang mula-mula dengan 5- fosforibosil –1-pirofosfat ( PRPP ) dan kemudian
melalui adenilasi dengan ATP.Gugus amido pada glutamin akan turut membentuk
koenzim NAD +. Koenzim ini bisa mengalami fosforilasi lebih lanjut sehingga
terbentuk NADP+.
Metbolisme vitamin B3
Nikotinamida nukleotida dihridolisis menjadi nikotinamida dalam lumen usus.
Kedua asam nikotinat dan nikotinamida diserap dari usus kecil dengan proses
saturable yang tergantung pada keberadaan natrium.
8
gugus prostetik pada ko A dan ACP . Ko A mengandung nukleotida adenin . Dengan
demikian 4' –fosfopantein akan mengalami adenilasi oleh ATP hingga terbentuk
defosfo koA . Fosforilasi akhir terjadi pada ATP dengan menambahkan gugus fosfat
pada gugus 3 – hidroksil dalam moitas ribose untuk menghasilkan ko A.
Sekitar 85% dari asam pantotenat dari makanan bertindak sebagai CoA atau
fosfopantethein. Fosfopantethein mengalami hidrolisis dalam lumen usus. Sel
mukosa usus memiliki aktivitas panteteinase tinggi dan cepat menghidrolisis
pantetein menjadi asam pantotenat bebas. Sedangkan penyerapan asam pantotenat
dalam usus menggunaka pengangkut sejenis natrium. Pengangkut asam pantotenat
ada seluruh pencernaan. Jaringan lain mengambil asam pantotenat dari peredaran
dengan mekanisme yang sama. Mekanisme transportasi biasanya tidak jenuh,
sehingga serapan pantotenat kedalam jaringan akan meningkat dengan meningkatnya
konsentrasi plasma.
2.2.5. Vitamin B6
Bentuk aktif dari vitamin B6 adalah piridoksal fosfat, di mana semua bentuk
vitamin B6 diabsorbsi dari dalam intestinum , tetapi hidrolisis tertentu
senyawa-senyawa ester fosfat terjadi selama proses pencernaan .Piridksal fosfat
merupakan bentuk utama yang diangkut dalam plasma . Sebagian besar jaringan
mengandung piridoksal kinase yang dapat mengkatalisis reaksi fosforilasi oleh
ATP terhadap bentuk vitamin yang belum terfosforilasi menjadi masing-
masing derivat ester fosfatnya. Piridoksal fosfat merupakan koenzim pada
beberapa enzim dalam metabolisme asam aimno pada proses transaminasi,
9
dekarboksilasi atau aktivitas aldolase. Piridoksal fosfat juga terlibat dalam proses
glikogenolisis yaitu pada enzim yang memperantarai proses pemecahan glikogen.
Metabolisme vitamin B6
Vitamin B6 diserap dalam jejenum dan ileum dengan pola difusi pasif. Penyerapan
PLP dan PMP melibatkan defosforilasi yang dikatalisasi oleh alkali fosfastase.
Produk metabolisme vitamin B6 diekskresikan dalam urin, produk yang utama adalah
asam 4-piridoxik. Diperkirakan 40-60% dari vitamin B6 yang dikonsumsi dioksidasi
menjadi asam 4-piridoxik. Sejumlah kecil vitamin B6 juga diekskresikan dalam feses.
2.2.6. Biotin
Gejala defisiensi biotin adalah depresi, halusinasi, nyeri otot dan dermatitis.
Putih telur mengandung suatu protein yang labil terhadap panas yakni avidin.
Protein ini akan bergabung kuat dengan biotin sehingga mencegah penyerapannya
dan menimbulkan defisiensi biotin. Komsumsi telur mentah dapat
menyebabkan defisiensi biotin.Tidak adanaya enzim holokarboksilase sintase
yang melekatkan biotin pada residu lisin apoenzim karboksilat, juga menyebabkan
gejala defisiensi biotin, termasuk akumulasi substratdari enzim-enzim yang
tergantung pada biotin (piruvat karboksilase, asetyl ko A karboksilase, propionil ko
10
A karboksilase dan ß – metilkrotonil ko A ). Pada sebagian kasus , anak-anak
dengan defisiensi ini juga menderita penyakit defisiesi kekebalan.
11
Asam lambung memiliki peran dalam proses pencernaan dan penyerapan vitamin
B12. Selanjutnya vitamin B12 mengikat kobalofilin dilambung. Kobalofilin adalah
kelompok protein antigenik yang relatif tidak spesifik dan mengikat korinoid. Dalam
duodenum, kobalofilin dihidrolisis, melepaskan vitamin B12 dab vitamin B12
menjadi terikat faktor intrinsik.
Nama generiknya adalah folasin . Asam folat ini terdiri dari basa pteridin
yang terikat dengan satu molekul masing-masing asam P- aminobenzoat acid
(PABA ) dan asam glutamat. Tetrahidrofolat merupakan bentuk asam folat yang
aktif. Makanan yang mengandung asam folat akan dipecah oleh enzim-enzim usus
spesifik menjadi monoglutamil folat agar bisa diabsorbsi. kemudian oleh adanya
enzim folat reduktase sebagian besar derivat folat akan direduksi menjadi
tetrahidrofolat dala sel intestinal yang menggunakan NADPH sebagai donor
ekuivalen pereduksi.
12
Serin merupakan sumber utama unit satu karbon dalam bentuk gugus
metilen yang secara reversible beralih kepada tetrahidrofolat hingga terbentuk glisin
dan N5, N10 – metilen – H4folat yang mempunyai peranan sentral dalam
metabolisme unit satu karbon. Senyawa di atas dapat direduksi menjadi N5 – metil –
H4folat yang memiliki peranan penting dalam metilasi homosistein menjadi
metionin dengan melibatkan metilkobalamin sebagai kofaktor.
Dalam lumen usus konjugat folat yang dihidrolisis oleh suatu enzim glutamat
karboksipeptidase (juga disebut dengan konjugase). Enzim ini tergantung zat seng
yang berasal dari cairan pankreas, empedu, selaput pembatas mukosa, dan lisosom
dari enterosit dan sel-sel lain.
Bentuk aktif vitamin C adalah asam askorbat itu sendiri dimana fungsinya
sebagai donor ekuivalen pereduksi dalam sejumlah reaksi penting tertentu. Asam
askorbat dioksidasi menjadi asam dehidroaskorbat ,yang dengan sendirinya dapat
bertindak sebagai sumber vitamin tersebut. Asam askorbat merupakan zat pereduksi
dengan potensial hydrogen sebesar +0,008 V, sehingga membuatnya mampu untuk
mereduksi senyawa-senyawa seperti oksigen molekuler, nitrat, dan sitokrom a serta
c. Mekanisme kerja asam askorbat dalam banyak aktivitasnya masih belum jelas,
tetapi proses di bawah ini membutuhkan asam askorbat :
13
- Proses penguraian tirosin, oksodasi P-hidroksi –fenilpiruvat menjadi
homogentisat memerlukan vitamin C yang bisa mempertahankan keadaan
tereduksi pada ion tembaga yang diperlukan untuk memberikan aktivitas
maksimal.
Metabolisme vitamin C:
Vitamin C dapat diabsorbsi secara aktif dan mungkin pula secara difusi pada
bagian atas usus halus lalu masuk keperedaran darah melalui vena porta. Rata-rata
absorbsi adalah 90% untuk konsumsi antara 20-120 mg sehari. Konsumsi tinggi
sampai 12 mg (sebagai pil) hanya diabsorbsi sebanyak 16%. Vitamin C kemudian
dibawa kesemua jaringan. Konsentrasi tertinggi adalah didalam jaringan adrenal,
pituitari, dan retina.
14
2.3. Vitamin Larut Lemak
Proses metabolismenya:
Proses pencernaan makanan, baik didalam lambung maupun usus halus akan
membantu melepas vitamin dari makanan agar bisa diserap oleh usus. Vitamin larut
lemak diserap didalam usus bersama dengan lemak atau minyak yang dikonsumsi.
Vitamin larut lemak akan diserap secara difusi pasif dan kemudian didalam dinding
usus digabungkan dengan kilonmikron yang kemudian diserap sistem limfatik, baru
kemudian bergabung dengan saluran darah untuk ditransportasikan kehati.
2.3.1. Vitamin A
15
Ester retinal yang terlarut dalam lemak makanan akan terdispersi di dalam
getah empedu dan dihidrolisis di dalam lumen intestinum diikuti oleh penyerapan
langsung ke dalam epitel intestinal. ß – Karoten yang dikomsumsi mungkin
dipecah lewat reaksi oksidasi oleh enzim ß – karoten dioksigenase .Pemecahan ini
menggunakan oksigen molekuler, digalakkan dengan adanya garam-garam empedu
dan menghasilkan 2 molekul retinaldehid ( retinal ). Demikian pula ,di dalam mukosa
intestinal ,retinal direduksi menjadi retinal oleh enzim spesifik retinaldehid reduktase
dengan menggunakan NADPH. Retinal dalam frahsi yang kecil teroksidasi menjadi
asam retinoat . Sebagian besar retinal mengalami esterifikasi dengan asam-asam
lemak dan menyatu ke dalam kilomikron limfe yang masuk ke dalam aliran
darah.Bentuk ini kemudian diubah menjadi fragmen kilomikron yang diambil oleh
hati bersama-sama dengan kandungan retinolnya .
Di dalam hati, vitamin A disimpan dalam bentuk ester di dalam liposit, yang
mungkin sebagai suatu kompleks lipoglikoprotein.Untuk pengngkutan ke
jaringan,
16
peranannya pada penglihatan atau pun retinal dalam dukungannya pada system
reproduksi.
Retinol setelah diambil oleh CRBP diangkut ke dalam sel dan terikat dengan protein
nucleus,di dalam nucleus inilah retinal terlibat dalam pengendalian ekspresi gen-
gen tertentu, sehingga retinal bekerja menyerupai hormon steroid.
Asam retinoat turut serta dalam sintesis glikoprotein. Hal ini dapat dijelaskan bahwa
asam retinoat bekerja dalam menggalakkan pertumbuhan dan differensiasi jaringan.
17
senja). Ini terjadi karena ketika simpanan vitamin A dalam hati hampir habis.
Deplesi selanjutnya menimbulkan keratinisasi jaringan epitel mata, paru-
paru,traktus gastrointestinal dan genitourinarius, yang ditambah lagi dengan
pengurangan sekresi mucus. Kerusakan jaringan mata, yaitu seroftalmia akan
menimbulkan kebutaan. Defisiensi vitamin A terjadi terutama dengan dasar diet yang
jelek dengan kekurangan komsumsi sayuran, buah yang menjadi sumber provitami A.
Metabolisme vitamin A:
Absorbsi vitamin larut lemak yang normal ditentukan oleh absorbsi normal dari
lemak. Gangguang absorbsi lemak yang disebabkan oleh gangguan sistem empedu
akan menyebabkan gangguan absorbsi vitamin-vitamin yang larut lemak. Setelah
diabsorbsi, vitamin ini dibawa ke hepar atau dalam jaringan lemak. Didalam darah
vitamin lemak diangkut oleh lipoprotein atau protein pengikat spesifik, dan karena
tidak larut dalam air, maka ekskresinya lewat empedu yang dikeluarkan bersama-
sama feses.
2.3.2. Vitamin D
18
Vitamin D3 ataupun D2 dari makanan diekstraksi dari dalam darah ( dalam
keadaan terikat dengan globulin spesifik), setelah absorbsi dari misel dalam
intestinum. Vitamin tersebut mengalami hidroksilasi pada posisi –25 oleh enzim
vitamin D3 – 25 hidroksikolekalsiferol,yaitu suatu enzim pada retikulum
endoplasmic yang dianggap membatasi kecepatan reaksi. 25- hidroksi D3
merupakan bentuk utama vitamin D dalam sirkulasi darah dan bentuk cadangan yang
utama dalam hati.
Metabolisme vitamin D:
Vitamin D dimetabolisme menjadi dua zat yang berbeda dalam tubuh yaitu 25-
hydroxyvitamin D dan 1,25-dihydroxyvitamin D. Di hati vitamin D dimetabolisme
menjadi 25(OH)D oleh mitokondria hati dan enzim mikrosom yang memiliki waktu
paruh 21 hari. Pembuatan 25(OH)D dihati diatur oleh mekanisme umpan balik yakni
peningkatan konsumsi diet dan produksi endogen vitamin D3.
Setelah pembentukan dihati vitamin akan dibawa ke ginjal oleh protein pengikat
vitamin D dan mendapat tambahan C1 dan C24. Aktivitas 25(OH)D dimitokondria
ginjal ditingkatkan oleh hilpokasemia dengan meningkatkan konversi 25(OH)D
menjadi 1,25(OH)2D. Hilpokasemia tidak mengontrol proses ini secara langsung.
2.3.3. Vitamin E
19
Ada beberapa jenis tokoferol dalam bentuk alami .Semuanya merupakan 6-
hidroksikromana atau tokol yang tersubsitusi isoprenoid.
Metabolisme vitamin E:
20
Ester vitamin E yang terdapat didalam bahan makanan, dihidrolisis oleh enzim
lipase dari sekresi pankreas dan vitamin E yang dibebaskan diserap bersama lipid dan
asam lemak hasil pencernaan. Vitamin E mempergunakan misel yang dibentuk oleh
asam lemak dan garam empedu sebagai carrer dalam proses penyerapan. Setelah
diserap, transpor lebih lanjut dalam cylomikron melalui jalur ductus tharoraciccus
pada mamalia.
2.3.4. Vitamin K
21
Vitamin K bekerja sebagai kofaktor enzim karboksilase yang membentu residu γ
– karboksiglutamat dalam protein precursor. Reaksi karboksilase yang tergantung
vitamin K terjadi dalam retikulum endoplasmic banyak jaringan dan memerlukan
oksigen molekuler, karbondioksida serta hidrokuinon ( tereduksi ) vitamin K dan di
dalam siklus ini, produk 2,3 epoksida dari reaksi karboksilase diubah oleh enzim
2,3 epoksida reduktase menjadi bentuk kuinon vitamin K dengan menggunakan zat
pereduksi ditiol yang masih belum teridentifikasi.Reduksi selanjutnya bentuk kuinon
menjadi hidrokuinon oleh NADH melengkapi siklus vitamin K untuk menghasilkan
kembali bentuk aktif vitamin tersebut.
Vitamin K tersebar luas dalam jaringan tanaman dan hewan yang digunakan sebagai
bahan makanan dan produksi vitamin K oleh mikroflora intestinal pada hakekatnya
menjamin tidak terjadinya defisiensi vitamin K.
22
Kekurangan vitamin tersebut dapat pula terjadi pada seseorang yang mengalami
gangguan aborbsi lemak dan mengonsumsi antibiotika. Konsumsi aspirin berlebihan
dapat mencegah pembekuan darah. Kelebihan vitamin K dapat terjadi bila diberikan
dalam bentuk sintetik metadion. Ini terjadi hanya pada orang yang menerima
pengganti vitamin K larut air. Gejala kelebihan vitamin tersebut antara lain terjadi
hemolisis darah merah, sakit kuning, dan kerusakan pada otak.
Metabolisme vitamin K
Sebesar 50-80% vitamin K diabsorpsi di usus halus dengan bantuan empedu dan
cairan pancreas. Kemudian, diikatkan dengan kilomikron dan diangkut melalui
system limfe di hati.
Dari hati, vitamin K diangkut terutama oleh lipoprotein VLDL di dalam plasma
ke sel-sel tubuh. Vitamin K terutama dihubungkan dengan membrane sel, yaitu
dengan reticulum endoplasma dan mitokondria. Taraf vitamin K dalam serum
meningkat pada hiperlipidemia, terutama pada trigliseridenia. Hal-hal yang
menghambat absorbsi lemak akan menurunkan absorbsi vitamin K. Dalam keadaan
normal, sebanyak 30-40% vitamin K yang diabsorbsi dikeluarkan melalui empedu,
dan 15% melalui urine sebagai metabolic larut air. Simpanan vitamin K di dalam
tubuh tidak banyak dan penggantinya terjadi cepat. Simpanan di hati 10% dalam
bentuk filokinon dan sebesar 90% sebagai menakinon. Namun, kebutuhan akan
vitamin K tampaknya tidak dapat hanya dipenuhi dari sintesis menakinon, akan tetapi
sebagian perlu didatangkan dari makanan
23
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
kita yang berfungsi untuk mambantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Tanpa
vitamin manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya tidak akan dapatmelakukan
aktifitas hidup dan kekurangan vitamin dapat menyebabkan memperbesar peluang
terkena penyakit pada tubuh kita.
Vitamin yang larut dalam air, meliputi vitamin B dan C. Proses
metabolismenya yaitu: Proses pencernaan makanan, baik didalam lambung maupun
usus halus akan membantu melepaskan vitamin dari makanan agar bisa diserap oleh
usus. Vitamin larut air langsung diserap melalui saluran darah dan ditransportasikan
ke hati.
24
3.2 SARAN
Daftar Pustaka
T,Kurniati dkk. Metode Analisis Vitamin.Diakses dari https://books.google.co.id/boo
ks?id=ou1eOU4oJKUC&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false.
Diakses pada 21 Agustus 2017
Rusdiana.Vitamin.Diakses dari https://www.academia.edu/8749965/Metode_Analisis
_Vitaminhttp://library.usu.ac.id/download/fk/biokimia-rusdiana2.pdf.diakses pada 21
Agustus 201
25
26
27