Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH

“PEMBANGUNAN DAERAH DATARAN TINGGI DI LOKSADO


KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN”

Dosen Pengampu :

Trysilvana Azwari, S.Sos., M.AP

Disusun Oleh :

Faujiah 1710411320015

Febi Widayanti 1710411320016

Hatimatul Husna 1710411320018

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
BANJARMASIN
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti – nantikan syafa’atnya di
akhurat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan Tugas Makalah yang berjudul “Pembangunan Daerah
Dataran Tinggi Di Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan”.
Penulis belum tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada Dosen Pengampu Trysilvana Azwari, Sos., M.AP yang telah membimbing
dalam penulisan makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima Kasih

Banjarmasin, 02 April 2020

Kelompok 2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................


KATA PENGANTAR ...........................................................................................
DAFTAR ISI .........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemerintah Indonesia telah menetapkan pariwisata sebagai leading sector


pembangunan nasional 2014 – 2019. Artinya, seluruh kementerian wajib mendukung
proses pembangunan kepariwisataan yang dilakukan. Pada tahun 2019, industri
pariwisata diproyeksikan menyumbang devisa terbesar yaitu US$ 20 Miliar. Jumlah
wisatawan mancanegara ditargetkan mencapai 20 juta dan wisatawan nusantara
sebesar 275 juta orang. Dampak devisa yang masuk harus dapat dirasakan langsung
oleh seluruh lapisan masyarakat. Pada tahun 2019 pariwisata menjadi core economy
Indonesia.

Performansi tahun 2017 tercatat 14,04 juta wisman dengan pertumbuhan 22%
dan 277 juta wisnus dengan pertumbuhan 5%. Pertumbuhan kunjungan wisman
tersebut jauh melampaui pertumbuhan pariwisata Asean yang sebesar 7% dan dunia
sebesar 6,4%. Pariwisata berkontribusi pada devisa negara sebesar US$ 15,2 milyar
dan telah menjadi sektor penyumbang devisa terbesar ke-2 setelah kelapa sawit.

Capaian tersebut tentunya memberikan dorongan lebih kuat untuk terus


menumbuhkembangkan destinasi-destinasi pariwisata baru. Hal ini dimaksudkan
untuk dapat meningkatkan daya tarik wisata Indonesia yang lebih kuat dalam meraih
target kunjungan, melalui pilihan yang lebih beragam pada destinasi yang akan
dikunjungi wisman dan wisnus. Dalam konteks sustainable development, hal ini juga
merupakan isu strategis yang perlu terus ditindaklanjuti secara tepat, konsisten, dan
segera. Distribusi wisatawan akan memberikan dampak positif bagi penyebaran
dampak ekonomi, peningkatan kualitas lingkungan, dan sosial budaya masyarakat.
Kunjungan wisatawan perlu didistribusikan secara lebih luas dan tidak terlalu
bertumpu pada destinasi pariwisata di Pulau Bali, Jawa, dan Kepulauan Riau
(Batam).

Berpedoman pada PP no. 50 tahun 2011 tentang RIPPARNAS tahun 2010 –


2025, maka terdapat 50 DPN – 222 KPPN – 88 KSPN yang akan dikembangkan. Saat
ini fokus pengembangan dilakukan pada 10 destinasi prioritas nasional. Berdasarkan
RIPPARNAS tersebut, di Kalimantan terdapat 7 DPN - 25 KPPN – 8 KSPN. Namun
demikian, belum ada satupun dari destinasi tersebut yang terletak di Kalimantan
merupakan destinasi prioritas pengembangan nasional. Posisi Kalimantan dalam
konstelasi pariwisata nasional masih belum signifikan.

Merujuk pada kondisi tersebut, maka Kementerian Pariwisata melalui Asisten


Deputi Pengembangan Destinasi Regional II Area IV berupaya melakukan percepatan
pengembangan destinasi prioritas pariwisata Kalimantan. Upaya percepatan
pengembangan ini difokuskan pada pengembangan produk destinasi 3A dan tata
kelola destinasi untuk segera mampu menarik minat kunjungan wisatawan
mancanegara dan nusantara.

Pengembangan ini disamping perlu dilakukan secara sinergis, juga perlu


didukung oleh upaya peningkatan kapasitas para pelakunya untuk dapat berkontribusi
secara optimal. Stakeholders dimaksud mencakup baik di dalam maupun di luar
kawasan pengembangan; baik di tingkat kabupaten/kota, provinsi, maupun nasional.
Para pihak ini sesuai dengan ruang lingkup tugas dan fungsinya akan bersinergi
dalam proses implementasi program dan rencana aksi dalam suatu skenario
pengembangan untuk kurun waktu yang telah direncanakan. Pembangunan
kepariwisataan Provinsi Kalimantan Selatan dalam RIPPARNAS terdapat pada
KSPN Lhoksado dan sekitarnya. Pada tahun 2018 ini, di Provinsi Kalimantan Selatan
fokus kegiatan dilakukan di KSPN Lhoksado dan sekitarnya.

KSPN Lhoksado dan sekitarnya merupakan kawasan pariwisata yang terletak


di Taman Nasional Gunung Meratus. Wilayah Lhoksado (dalam RTRW Kabupaten
Hulu Sungai Selatan 2013 - 2032) yang terletak di Kabupaten Hulu Sungai Selatan
memiliki fungsi utama sebagai pusat pariwisata skala regional dan nasional dengan
fungsi penunjang kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, pertambangan dan
industri lokal. Kawasan pariwisata yang sudah berkembang di KSPN ini terletak di
Kabupaten Hulu Sungai Selatan, yang berjarak 40 km dari ibukota Kabupaten Hulu
Sungai Selatan yaitu Kota Kandangan. Daya tarik wisata yang terdapat di KSPN
Lhoksado mencakup wisata alam (hutan, tirta) dan budaya. Daya tarik wisata
unggulan di KSPN Lhoksado adalah bamboo rafting, merupakan kegiatan rafting di
Sungai Amandit dengan menggunakan rakit bambu. Tingkat kesulitan yang dimiliki
mulai non grade hingga grade 3 (saat musim hujan). Bamboo rafting sebagai atraksi
penting Festival Lhoksado saat ini sudah menjadi bagian dari event tahunan
Kementerian Pariwisata. Atraksi bamboo rafting saat ini telah menjadi ikon/citra
KSPN Lhoksado dan sekitarnya.

Disamping bamboo rafting, KSPN Lhoksado dan sekitarnya memiliki banyak


daya tarik wisata potensial, diantaranya :

a. Balai Adat Dayak dan Upacara Adat Aruh Ganal di Kecamatan Loksado;
b. Air Terjun Haratai di Kecamatan Loksado;
c. Air Panas Tanuhi di Desa Tanuhi Kecamatan Loksado
d. Gunung Kantawan di Desa Tanuhi Kecamatan Loksado;
e. Rafting Sungai Amandit;
f. Air Terjun Rampah Menjangan;
g. Riam Anai di Desa Lok Lahung Kecamatan Loksado;
h. Air Terjun Kilap Api di Desa Tanuhi Kecamatan Loksado;
i. Air Terjun Uring di Desa Kamawakan Kecamatan Loksado;
j. Air Terjun Tangkaramin di Desa Malinau Kecamatan Loksado;
k. Air Terjun Tinggiran Hayam di Desa Kamawakan Kecamatan Loksado;

Secara terbatas wisatawan mancanegara sudah datang berkunjung ke KSPN


Lhoksado dan sekitarnya. Aktivitas utama yang dilakukannya adalah bamboo rafting
dan jungle trekking yang mengeksplorasi keanekaragaman hayati Taman Nasional
Meratus. Hingga saat ini kunjungan wisatawan ke KSPN Lhoksado dan sekitarnya
didominasi oleh wisatawan nusantara.

Sejalan dengan kondisi tersebut di atas, maka penting untuk dilakukan


kegiatan Studi Penyusunan Rencana Operasional Pengembangan 3A KSPN di
Provinsi Kalimantan Selatan adalah KSPN Lhoksado dan sekitarnya. Beberapa faktor
yang mendasari perlunya penyusunan rencana program ini adalah :

1. Diperlukan suatu rencana untuk mempercepat pengembangan kepariwisataan di


KSPN Lhoksado dan sekitarnya yang bersifat implementatif dan sinergis;

2. Membantu menangani masalah-masalah kepariwisataan secara terpadu pada saat


ini dan masa datang;

3. Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya melalui peningkatan kapasitas para


pihak untuk dapat meningkatkan dan mengembangkan sumber daya pariwisata KSPN
Lhoksado dan sekitarnya.

Pada akhirnya, melalui penyusunan Rencana Operasional ini diharapkan


pengembangan dan pengelolaan KSPN Lhoksado dan sekitarnya akan dapat
terlaksana lebih cepat, terarah, dan bersinergi sesuai dengan prinsip perolehan
ekonomi yang tinggi, berkesesuaian dengan kepentingan masyarakat lokal, dan
terjaganya kelestarian lingkungan taman nasional.

1.2 Maksud Penelitian

Maksud kegiatan Studi Penyusunan Rencana Operasional Pengembangan 3A di


KSPN Lhoksado dan sekitarnya, Provinsi Kalimantan Selatan adalah sebagai upaya
tindak lanjut Implementasi RIPPARNAS dan Master Plan KSPN di Provinsi
Kalimantan tahun 2018 dalam meningkatkan dan mengembangkan kualitas produk
destinasi (3A) dan tata kelola destinasi prioritas pariwisata untuk mendukung
pencapaian target pembangunan pariwisata nasional.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan kegiatan Studi Penyusunan Rencana Operasional Pengembangan 3A di
KSPN Lhoksado dan sekitarnya, Provinsi Kalimantan Selatan adalah untuk
menghasilkan acuan utama yang bersifat implementasi program bagi para pemangku
kepentingan di tingkat pusat dan daerah dalam mengembangkan KSPN Lhoksado dan
sekitarnya di Provinsi Kalimantan Selatan sebagai destinasi pariwisata nasional
secara sinergis, tepat sasaran, dan berdaya saing

1.4 Sasaran

Sasaran kegiatan Studi Penyusunan Rencana Operasional Pengembangan 3A di


KSPN Lhoksado dan sekitarnya, Provinsi Kalimantan Selatan adalah tersusunnya
suatu Rencana Operasional untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas
produk destinasi (3A) dan tata kelola KSPN Lhoksado dan sekitarnya sebagai
destinasi prioritas pariwisata.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Pembangunan

Pembannguuan adalah upaya untuk membuat kehidupan yang lebih baik untuk
setiap orang - (Peet and Hartwick2009).Hal ini berarti pembangunan merupakan
sebuah upaya yang dapat membawa masyarakat mengikuti sebuah proses untuk
mencapai kehidupan yang sebelumnnya dianggap tidak baik,atupun kurang baik,
menjadi sebuah kondisi yang lebih baik. Meskipun demikian kondisi masyarakat
yang lebih baik adalah sebuah kondisi yang tidak dapat ditunggalkan.Kondisi ini
mempunyai banyak ukuran dan kriteria yang berbeda.Akibatnya, ukuran kondisi
yang kebih baik bagi seseorang belum tentu baik menurut orang lain, bahkan dapat
saja menajdi kondisi yang lebih buruk.

Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang


bermacam-macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja
diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah
lainnya, Negara satu dengan Negara lain. Namun secara umum ada suatu kesepakatan
bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan (Riyadi dan
Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005).

Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu


usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan
dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas
dalam rangka pembinaan bangsa (nation building)”. Sedangkan Ginanjar
Kartasasmita (1994) memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai
“suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara
terencana”.
Pada awal pemikiran tentang pembangunan sering ditemukan adanya pemikiran
yang mengidentikan pembangunan dengan perkembangan, pembangunan dengan
modernisasi dan industrialisasi, bahkan pembangunan dengan westernisasi. Seluruh
pemikiran tersebut didasarkan pada aspek perubahan, di mana pembangunan,
perkembangan, dan modernisasi serta industrialisasi, secara keseluruhan mengandung
unsur perubahan. Namun begitu, keempat hal tersebut mempunyai perbedaan yang
cukup prinsipil, karena masing-masing mempunyai latar belakang, azas dan hakikat
yang berbeda serta prinsip kontinuitas yang berbeda pula, meskipun semuanya
merupakan bentuk yang merefleksikan perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi
Bratakusumah, 2005).

Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh


system sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan
teknologi, kelembagaan, dan budaya (Alexander 1994). Portes (1976)
mendefenisiskan pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya.
Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki
berbagai aspek kehidupan masyarakat.

Sebagaimana dikemukakan oleh para para ahli di atas, pembangunan adalah


semua proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan
terencana. Sedangkan perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi secara
alami sebagai dampak dari adanya pembangunan (Riyadi dan Deddy Supriyadi
Bratakusumah, 2005).

2.2 Dinamika Perkembangan Teori Pembangunan.

Richer Peet and Elaine Hartwick (2009) membagi dua bagian besar teori
pembangunan yang akan kita perdalam pada bab-bab berikut dari diktat ini, yang
pertama Teori pembangunan yang dikelompokanya sebagai Teori pembangunan
Konvensional, teori ini diposiskan sebagai sebuah teori yang menerima keberadaan
struktur kapitalisme sebagai jenis terbaik masyarakat.Teori ini menekankan pada
pembangunan sebagai pertumbuhan ekonomi. Sedangakan problem yag muncul
sebagai akibat untuk mencapai tujuan tersebut,seperti ketidakadilan sosial;kerusakan
lingkungan hidup, dipandang hanya dampak dari upaya untuk mencapai tujuan itu.
Teori –teori yang berada dalam garis Teori pembangunan konvensional adalah teori
ekonomi klasik, Teori Ekonomi neo klasik, Teori keynesian, Teori modernisasi dan
teori Neo-liberalisme dan termasuk juga Sustainable Development. Meskipun berada
dalam satu garis teori yang dapat digolongkan konvensional teori-teori ini tetap
melakukan kritik sekaligus saling melengkapi satu dengan yang lainya.

Teori konvensional hadir sebagai hasil zaman pencerahan yang telah melahirkan
cara berpikir rasional dan empiris yang berkontribusi besar bagi munculnya
peradaban moderen. Cara berpikir baru ini berpengaruh besar terhadap kemajuan
Ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah berdampak pada terjadinya perubahan
tatanan kelas-kelas sosial dalam masyarakat barat yang sebelumnya didominasi oleh
kelas-kelas bangsawan dan gereja menjadi didominasi oleh kelas-kelas pemilik
modal. Dalam melakukan peranya sebagai pemain baru dalam proses perubahan
sosial kaum pemilik modal ini membutuhkan teori-teori yang melegitimasi peran
penting mereka dalam kehidupan sosial dan ekonomi pada abad baru ini.Dalam hal
teori konvensional awal, yaitu teori ekonomi klasik yang megenalkan konsep
akumulasi kapital dan pasar bebas mempunyai peran penting dalam proses awal
perubahan ini. Dengan demikian kemunculan teori-teori konvensional tidak dapat
dilepaskan dari kepentingan kelas kapitalis.

Kedua, Teori Unconventional. Teori ini merupakn antitesis dari teori


pembangunan konvensional yang telah menndominasi peradaban moderen saat ini.
Berkebalikan dengan teori konvensional,teori-teori yang berada pada garis pemikiran
unconventional tidak menerima sistem kapitalisme sebagai sistem masyarakat terbaik,
bahkan ada juga yang menolak ie-ide pencerahan yang telah membentuk peradaban
moderen.

Meskipun sama-sama tidak menerima kapitalisme sebagai sebuah tatanan


masyarakat yang ideal, teori-teori yang berada pada garis pikir unconventional tidak
seragam. Teoriteori ini mempunyai perbedaan mendasar dalam memandang sistem
ideal masyarakat. Perbedaannya adalah antara teori –teori yang dipengaruhi cara
berpikir marxis dan teori yang tidak berada pada garis pemikiran marxis. Teori yang
berada pada garis pikir marxis adalah teori yang mengkritik langsung dominasi
kapitalisme dalam peradaban manusia, yang dianggap sebagai sebuah sistem ekonomi
yang ekploitatif terhadap kelas yang tidak bermodal, namun teori ini masih berada
dalam satu cara berpikir dengan teori konvensional, yaitu masih berada dalam cara
berpikir modern.

Sedangkan teori kedua adalah yang tidak dipengaruhi oleh cara berpikir marxis.
Teori ini menempatkan diri pada posisi teori yang melakukan kritik terhadap
peradaban moderen yang dibangun dari cari berpikir rasional dan empiris pada abad
pencerahan. Menurut teori ini peradaban moderen saat ini tidaklah membawa
kehidupan masyarakat yang lebih baik. Peradaban moderen dianggap telah
menciptakan penunggalan kebenaran yang telah menindas kebenaran lain yang
berbeda dengan cara berpikir moderen Menurut penganut teori ini doimanasi
kebenaran yang ciptakan dalam peradaban moderen dianggap telah berdampak pada
dehumanisasi. Teori Pembangunan yang berada pada posisi ini adalah teori
Postruktural dan poskolonialisme.

2.3 Pembangunan Daerah

Pembangunan dapat dimaknai sebagai suatu proses perubahan yang dilakukan


secara sadar menuju ke arah yang lebih baik. Para ahli memberikan definisi
pembangunan yang berbeda. Siagian dalam Riyadi (2004:4) memberikan pengertian
pembangunan sebagai: Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan
yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah
menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building).

Menurut Arsyad (1999) menyebutkan pengertian daerah berbeda-beda tergantung


pada aspek tinjauannya. Dari aspek ekonomi daerah mempunyai tiga pengertian
yaitu:
1. Suatu daerah dianggap sebagai ruang dimana kegiatan ekonomi terjadi dan di
dalam berbagai pelosok ruang tersebut terdapat sifat-sifat yang sama. Kesamaan
sifat-sifat tersebut antara lain dari segi pendapatan per kapitanya, sosial
budayanya, geografis dan sebagainya. Daerah dalam penegrtian ini disebut daerah
homogen.
2. Suatu daerah dianggap sebagai suatu ekonomi ruang yang dikuasai oleh satu atau
beberapa pusat kegiatan ekonomi. Daerah dalam pengertian ini disebut daerah
nodal.
3. Suatu daerah adalah suatu ekonomi ruang yang berada dibawah satu administrasi
tertentu seperti satu propinsi, kabupaten, kecamatan dan sebagainya. Jadi daerah
disini berdasarkan pada pembagian administratif suatu negara. Daerah dalam
pengertian seperti ini dinamakan daerah perencanaan atau daerah administrasi.

Anda mungkin juga menyukai