Anda di halaman 1dari 11

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

“MANAJEMEN KESEHATAN SAPI POTONG” USAHA PENGGEMUKAN


Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teknologi Produksi Ternak
Ruminansia Besar Potong

Dosen Pengampu :

1. Riyanto, SST. S.Pt, MP


2. Kartika Budi Utami, SST, MP
3. Saraswati Ayu P., SST, M.Si
4. Drh. Imam Aji Wijoyo, M.Vet
5. M. Bisri

Disusun Oleh :
Moh. Tiyo Alfaruqi (03.04.18.209)

PENYULUHAN PETERNAKAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN 3B


POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
APRIL 2020
1. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MANAJEMEN KEDATANGAN SAPI
POTONG
1.1. Sebelum Penerimaan Hewan Ternak
a. Bersihkan dan periksa feedlot dan fasilitas karantina sebelum hewan ternak dating;
b. Bersihkan dan isi palung air dengan air bersih;
c. Pastikan jumlah kandang mencukupi untuk mengakomodasi jumlah hewan ternak
yang akan masuk sesuai rencana;
d. Pastikan jumlah hewan per kandang memungkinkan bagi hewan untuk berdiri,
berbaring, berputar dan mengakses tempat makan dan air;
e. Sebelum menurunkan hewan ternak, periksa fasilitas pembongkaran untuk
memastikan tidak akan menyebabkan cedera pada hewan;
f. Jika fasilitas pembongkaran cenderung menyebabkan cedera, hewan harus
diturunkan di tempat lain atau kerusakan harus diperbaiki terlebih dahulu;
g. Periksa bahwa kemiringan ramp pembongkaran tidak melebihi 30 derajat;
h. Periksa bahwa permukaan ramp/lerengan pembongkaran tidak licin;
i. Waktu kedatangan truk harus seakurat mungkin;
j. Pastikan bahwa pekerja kandang telah siap menerima hewan ketika truk tiba. Hal ini
akan mengurangi waktu tunggu diatas truk sebelum pembongkaran.

1.2. Manajemen Desain dan Pemeliharaan Feedlot


a. Sebelum hewan tiba di feedlot atau fasilitas karantina, periksa fasilitas terhadap
tanda-tanda kerusakan yang dapat melukai ternak yang masuk;
b. Setiap fasilitas yang dapat menyebabkan cedera atau memiliki efek buruk pada
kesejahteraan hewan harus diperbaiki atau tidak digunakan;
c. Semua peralatan yang kotor (misalnya palung air, pupuk di kandang) harus
dibersihkan sebelum tiba ternak datang/tiba di feedlot tersebut;
d. Serbuk gergaji memberikan lapisan anti selip pada hewan untuk menyerap urin dan
tinja;
e. Periksa bahwa air tersedia di semua kendang;
f. Periksa bahwa palung air berfungsi dengan baik, dengan tidak ada kebocoran atau
kelebihan aliran. Pastikan bahwa laju aliran air mencukupi untuk semua ternak
dengan asupan air sehari-hari;
g. Pastikan bahwa penerangan merata dan kondusif untuk pergerakan hewan.

1.3. Menurunkan Hewan Ternak


a. Hewan ternak harus diturunkan oleh pekerja kandang ataupun supir truk yang sudah
berpengalaman;
b. Bila memungkinkan, pertahankan pengelompokan sosial – upayakan agar ternak dari
kandang yang sama di atas kapal tetap bersama-sama dalam fasilitas karantina;
c. Jika memindahkan hewan yang sakit atau terluka tidak akan menyebabkan rasa sakit
atau penderitaan lebih lanjut, pindahkan ke kandang rumah sakit terpisah untuk
pengobatan;
d. Biarkan setiap hewan yang sakit atau terluka yang dipisahkan tetap bisa melihat dan
mendengar hewan ternak lainnya;
e. Setelah hewan telah diturunkan, periksa lagi jika ada cedera atau penyakit yang
mungkin telah terlewatkan
2. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MANAJEMEN PEMELIHARAAN
SAPI POTONG
2.1. Manajemen Praktek Pemeliharaan Hewan Ternak
a. Selama tiga hari pertama, biarkan hewan untuk beristirahat di kandang, dengan alas
tidur yang tersedia (dalam kandang tertutup);
b. Pisahkan ternak menurut jenis kelamin, berat badan, usia dan/ atau persyaratan
pelanggan;
c. Jika memungkinkan, kelompok yang datang bersama-sama tetap dalam kandang yang
sama selama waktu mereka di karantina dan saat di feedlot;
d. Jangan mengisolasi hewan sendirian;
e. Periksa fasilitas/peralatan feedlot dan hewan dua kali sehari;
f. Lakukan inspeksi tambahan pada hewan baru, kandang rumah sakit dan kandang
dimana ternak sakit berasal;
g. Selama inspeksi, lihat hewan-hewan yang tidak makan, terlihat 'melamun', atau
kotorannya berair. Pindahkan semua hewan dengan gejala-gejala ini dan tempatkan
dalam kandang terpisah untuk penanganan yang lebih ketat;
h. Pastikan bahwa kandang sering dibersihkan.

2.2. Penggemukan Sapi Potong


Beberapa faktor yang sangat mempengaruhi sistem penggemukan pada ternak sapi
adalah teknik pemberian pakan/ ransum, luas lahan yang tersedia, umur dan kondisi sapi yang
akan digemukkan, serta lama penggemukan. Di luar negeri, penggemukan sapi dikenal
dengan sistem pasture fattening, dry lot fattening, dan kombinasi keduanya, sedangkan di
Indonesia dikenal dengan sistem kereman atau sistem paron (Timor).
Cara penggemukan sapi yang paling efisien adalah penggemukan sapi yang dikurung
di dalam kandang atau lazim disebut sistem kereman. Penggemukan dengan cara ini
disamping dapat meningkatkan nilai jual sapi juga akan memberikan nilai tambah terhadap
kotoran ternak atau pupuk kandang yang dihasilkan. Usaha pemeliharaan sapi sistem
kereman telah banyak dilakukan oleh para petani di Provinsi Jambi terutama pada daerah-
daerah yang mempunyai ketersediaan hijauan yang cukup dan dekat dengan pasar.
Cara penggemukan sapi potong sistem kereman dilakukan dengan teknologi
pemeliharaan sebagai berikut :
1. Sapi dipelihara dalam kandang terus menerus dan tidak digembalakan. Ternak sapi hanya
sewaktu-waktu dikeluarkan, yakni pada saat membersihkan kandang dan memandikan
ternak sapi;
2. Semua kebutuhan ternak, baik berupa pakan dan air minum disediakan oleh peternak
secara tak terbatas;
3. Cara penggemukan sistem ini mengutamakan pemberian pakan berupa campuran rumput,
leguminosa dan makanan penguat;
4. Sapi penggemukan tidak untuk dijadikan tenaga kerja, hal ini bertujuan agar makanan yang
dikonsumsi sepenuhnya diubah menjadi daging dan lemak sehingga pertumbuhan bobot
badan meningkat secara cepat;
5. Pada awal masa penggemukan, ternak sapi terlebih dahulu diberikan obat cacing;
6. Untuk meningkatkan palatabilitas/nafsu makan perlu diberikan perangsang nafsu makan
dan vitamin;
7. Lama penggemukan berkisar 4 – 10 bulan. Hal ini tergantung dari kondisi awal dan bobot
sapi yang digemukkan.

2.3. Manajemen Pengelolaan Pakan


a. Sediakan serat (dan air) sesegera mungkin (sebelum memberikan konsentrat) pada
sapi yang baru diangkut;

Periksa apakah semua ternak dapat mengakses pasokan air bersih setiap saat;
a. Pastikan bahwa pakan dengan kualitas dan kuantitas yang memadai tersedia untuk
semua hewan;
b. Periksa bahwa panjang serat adalah 2.5–3cm untuk asupan pakan yang optimal;
c. Berikan serat sebelum konsentrat dalam sistem di mana mereka tidak dapat dicampur
bersama-sama;
d. Perkenalkan perubahan untuk asupan pakan secara bertahap selama 1–2 minggu jika
mungkin;
e. Buang semua pakan berjamur dari palung setidaknya sekali sehari;8) Pastikan bahwa
palung air belum terkontaminasi dengan kotoran atau pakan, dan bersihkan palung
kotor;
Periksa titik pemberian air lebih sering selama 24-36 jam pertama setelah kedatangan
hewan.
Tujuan pemberian pakan dalam suatu usaha penggemukan sapi potong adalah untuk
memperoleh pertambahan bobot badan secara maksimal. Dengan demikian diperlukan
pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak baik dari segi kuantítas maupun
kualitasnya.
Syarat Pakan Ternak
- Hendaknya cukup mengandung zat gizi yang diperlukan tubuh yaitu : protein, karbohidrat,
lemak, vitamin dan mineral.
- Disukai ternak (palatabilitas tinggi).
- Bersih dan tidak tercemari kotoran atau bibit penyakit.
- Tidak boleh dalam keadaan rusak (busuk, bercendawan).
- Sebaiknya tidak mengandung benda-benda yang bersuhu rendah (misalnya embun pagi hari
yang dapat menyebabkan sakit kembung/kejang perut pada ternak).
 Jenis Pakan Ternak
1. Pakan Hijauan Bahan pakan utama ternak sapi penggemukan adalah dalam bentuk
hijauan yaitu berasal dari rumput unggul, rumput lokal dan leguminosa. Beberapa
contoh hijauan pakan unggul berupa rumput yang dapat dibudidayakan adalah rumput
gajah, rumput raja, rumput setaria, rumput mexico dan lain-lain, sedangkan hijauan
pakan unggul berupa daun-daunan adalah leguminosa (kacang-kacangan seperti
centro, siratro, lamtoro/petai cina dan gamal). Hasil sampingan tanaman pertanian
yang bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi adalah brangkasan kacang tanah,
kacang kedele, pucuk jagung muda dan lain-lain.

2. Pakan Penguat (Konsentrat)


Konsentrat adalah campuran dari beberapa bahan pakan untuk melengkapi
kekurangan gizi dari hijauan pakan ternak. Bahan pakan konsentrat yang dapat
diberikan pada ternak sapi antara lain : dedak padi, bungkil kelapa, jagung giling,
bungkil kacang tanah, ampas tahu, ampas kecap, dan lain-lain. Campuran bahan
pakan konsentrat yang diberikan pada ternak sangat tergantung kepada harga dan
ketersediaan bahan pakan di sekitar lokasi usaha penggemukan ternak sapi.
Dari berbagai hasil penelitian beberapa formulasi pakan konsentrat yang dapat
diberikan pada penggemukan sapi potong diantaranya adalah :
a. Campuran 70 % dedak padi dan 30 % bungkil kelapa, kemudian ditambahkan
dengan 0,5 % tepung tulang dan 1 % garam dapur.
b. Campuran 2 bagian dedak + 1 bagian bungkil kelapa + 1 bagian jagung.
Selanjutnya ditambahkan tepung tulang dan garam dapur sebanyak 1 – 2 %
kedalam campuran pakan tersebut.
f. c. Campuran 70 % dedak padi + 25 % bungkil kelapa + 5 % jagung giling, kemudian
ditambahkan 1 % tepung tulang dan garam dapur.

2.4. Manajemen Pengelolaan Kandang


Fungsi Kandang Penyediaan kandang untuk sapi yang digemukkan dimaksudkan sebagai
tempat bernaung terhadap cuaca dan untuk membatasi ruang gerak agar penimbunan daging
dan lemak cepat terjadi serta pertambahan bobot badan lebih cepat.
 Persyaratan Kandang

1. Letak kandang terpisah dari rumah dengan jarak lebih dari 10 meter.
2. Kandang harus berada di lokasi yang lebih tinggi dari tanah sekitarnya, untuk menghindari
genangan air pada saat musim penghujan.
3. Dibelakang kandang dibuatkan lobang untuk menampung kotoran ternak.
4. Ventilasi kandang cukup baik.
5. Usahakan lokasi kandang dekat dengan sumber air.
6. Bahan bangunan kandang terbuat dari kayu, bambu atau bahan lain yang kuat.
 Konstruksi Kandang

1. Bahan Bangunan Kandang - Atap dapat terbuat dari ijuk, genteng, rumbia, dan lai-lain. -
Tiang dari kayu atau bambu. - Dinding dari papan atau anyaman bambu, setinggi ± 1,5 meter
- Tempat pakan dari papan atau semen, dibuat rapat setinggi bahu sapi dengan ketinggian dari
permukaan tanah sekitar 0,5 meter.
2. Alas Kandang Untuk lantai dari tanah yang dipadatkan, beri alas jerami kering atau daunan
kering lainnya. Kegunaan alas ini agar sapi tidak kotor, untuk menyerap air kencing dan
kotoran, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.
3. Peralatan Kandang Kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat minum.
Peralatan lain seperti sapu, cangkul dan sekop untuk membersihkan kandang.
4. Ukuran Kandang
- Untuk seekor ternak sapi diperlukan kandang dengan ukuran ± 2 x 1,25 meter.
- Jumlah ruangan kandang dapat diperbanyak dan diperluas sesuai dengan jumlah ternak
yang dipelihara.
- Dinding kandang dibuat setinggi bahu (kaki depan) dari lantai kandang, kecuali sisi
depan dibuat lebih rendah agar memudahkan dalam pemberian makanan/air minum.
- Lantai kandang pada bagian depan setinggi 30 cm dan bagian belakang 20 cm, sehingga
sedikit miring agar air kencing dan kotoran sapi mudah dibersihkan.
- Tinggi atap kandang bagian depan 4 meter dan bagian belakang 3 meter.
- Tempat makanan berukuran 60 cm x 80 cm x 40 cm, sedangkan tempat minum
berukuran 60 cm x 40 cm x 40 cm tiap ekor ternak.
Tipe Kandang Dalam sistem penggemukan sapi dikenal beberapa bentuk kandang antara lain
tipe kandang tunggal (individual) dan tipe kandang ganda.
1. Tipe Tunggal : terdiri dari satu baris sapi dengan posisi kepala satu arah yang cocok
digunakan untuk menggemukan sapi sebanyak 1 – 5 ekor.
2. Tipe Ganda : terdiri dari dua baris sapi yang saling berhadapan atau bertolak
belakang, diantara kedua barisan sapi dibatasi atau dibuat gang selebar 1,5 meter
sebagai jalan untuk memberi makanan/air minum dan membersihkan kandang.
Kandang tipe ini cocok untuk menggemukkan sapi dengan jumlah besar (lebih 5
ekor).

 Biosecurity
Dalam rangka pelaksanaan kesehatan hewan, usaha budi daya sapi potong harus
memperhatikan hal sebagai berikut:
1) menyediakan fasilitas desinfeksi untuk staf/karyawan dan kendaraan di pintu masuk
peternakan;
2) menjaga agar tidak setiap orang dapat bebas masuk dan keluar kandang yang
memungkinkan terjadinya penularan penyakit;
3) lokasi usaha peternakan tidak mudah dimasuki binatang liar dan hewan peliharaan lainnya
yang dapat menularkan penyakit;
4) melakukan desinfektan kandang dan peralatan, penyemprotan terhadap serangga, lalat dan
pembasmian terhadap hama lainnya dengan menggunakan desinfektan yang ramah
lingkungan atau teregistrasi;
5) sapi yang menderita penyakit menular dipisahkan dan dimasukkan ke kandang isolasi
untuk segera diobati atau dipotong dan sapi serta bahan yang berasal dari kandang yang
bersangkutan tidak diperbolehkan dibawa keluar komplek peternakan.
6) melakukan pembersihan kandang sesudah kandang dikosongkan dan dibiarkan selama 2
minggu sebelum dimasukkan sapi baru ke dalam kandang;
7) setiap sapi baru yang masuk ke areal peternakan harus ditempatkan di kandang
karantina/isolasi selama 1 (satu) minggu, selama sapi di kandang karantina/isolasi harus
dilakukan pengamatan terhadap kemungkinan adanya penyakit; dan
8) segera mengeluarkan sapi yang mati dari kandang untuk dikubur atau dimusnahkan.

3. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MANAJEMEN KESEHATAN TERNAK


Pengendalian penyakit sapi yang paling baik menjaga kesehatan sapi dengan tindakan
pencegahan guna mencegah timbulnya penyakit yang dapat mengakibatkan kerugian.
Tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan sapi adalah:
a. Menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, termasuk memandikan sapi;
b. Sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi sehat dan segera dilakukan pengobatan;
c. Mengusahakan lantai kandang selalu kering;
d. Memeriksa kesehatan sapi secara teratur dan dilakukan vaksinasi sesuai petunjuk.
Dalam kondisi normal, sapi mendapatkan obat parasit saluran pencernaan dan vitamin
pada awal pemeliharaan. Penanganan kesehatan ternak diarahkan juga pada kesehatan
reproduksi, dan kesehatan secara umum. Ternak sapi perlu diberi obat cacing dan vitamin B
kompleks serta kebersihan lingkungan.
3.1. Penanganan Sapi Sakit
a. Kesehatan Hewan
Dalam usaha budi daya sapi potong harus memperhatikan persyaratan kesehatan hewan
meliputi situasi penyakit hewan dan pencegahan penyakit hewan.
1. Situasi Penyakit Hewan
a. usaha budi daya sapi potong harus terletak di lokasi yang tidak terdapat gejala klinis atau
bukti lain tentang penyakit radang limpa (Anthrax); dan
b. dalam hal budi daya sapi potong dilakukan di lokasi yang terdapat penyakit hewan menular
strategis perlu dilakukan tindakan sesuai peraturan perundang-undangan.
2. Pencegahan Penyakit Hewan
a. Tindakan Pengebalan Pengebalan dilaksanakan melalui vaksinasi, pemberian antisera, dan
peningkatan status gizi hewan. Vaksinasi, pemberian antisera, dan peningkatan status gizi
hewan dilakukan oleh perusahaan peternakan, peternak, dan orang perseorangan yang
memelihara hewan. Pelaksanaan vaksinasi dan pemberian antisera hewan dilakukan oleh
dokter hewan dan/atau di bawah penyeliaan dokter hewan. Dalam hal vaksinasi dan
pemberian antisera hewan diberikan secara parenteral, pelaksanaannya dilakukan oleh dokter
hewan atau paramedik veteriner yang berada di bawah penyeliaan dokter hewan.
b. Pengoptimalan Kebugaran Hewan
Pengoptimalan kebugaran hewan dilakukan dengan cara penerapan prinsip kesejahteraan
hewan.
b. Kesejahteraan Hewan
Untuk mengoptimalkan potensi produksi dan produktivitas sapi perlu dilakukan prinsip
kebebasan hewan pada saat penangkapan, penanganan, penempatan, pengandangan,
pemeliharaan, dan perawatan paling sedikit harus dilakukan dengan:
1. Cara yang tidak menyakiti, tidak melukai, dan/atau mengakibatkan stress;
2. Menggunakan sarana, prasarana, peralatan yang bersih dan tidak menyakiti, tidak melukai
dan/atau tidak mengakibatkan stres;
3. Menggunakan kandang yang memungkinkan sapi leluasa bergerak, dapat melindungi sapi
dari predator dan hewan pengganggu serta melindungi dari panas dan hujan;
4. Memberikan pakan dan minum yang sesuai dengan kebutuhan fisiologis sapi; dan
5. Memisahkan sapi yang bersifat superior dari yang bersifat inferior.

4. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MANAJEMEN PENGELUARAN


SAPI (JUAL)
Dari poin pengeluaran sapi akan dibahas lebih lengkap tentang penanganan, pengiriman, dan
pemotongan sapi terhadap kualitas daging.
4.1. Stres dan Rasa Sakit pada Binatang
Hasil penelitian menunjukan bahwa, binatang berdarah panas (termasuk hewan
ternak) dapat merasakan sakit dan memiliki emosi atau rasa takut. Pada khususnya hewan
mamalia, termasuk ternak dalam kelompok ini, memiliki struktur otak yang membuat mereka
merasakan rasa takut dan penderitaan atas rasa sakit, dan merasakan rasa sakit seperti halnya
manusia. Rasa takut dan sakit adalah penyebab utama stres pada hewan ternak dan stres ini
akan mempengaruhi kualitas daging tersebut.
Bila hewan diperlakukan pada situasi yang tidak biasanya atau pada keadaan yang
disebabkan oleh kesengajaan manusia, adalah tanggung jawab moral manusia untuk
memastikan penanganan terhadap hewan tersebut dengan sebaik-baiknya, sehingga hewan
tersebut tidak menderita secara berlebihan. Jadi hewan tidak mengalami penanganan yang
kasar atau mendapatkan stres dan 1uka luka.
Penanganan ternak secara efisien, tepat dan benar, dengan memakai teknik dan fasilitas yang
dianjurkan, dan pengambilan langkah-langkah yang dapat mengurangi rasa sakit pada hewan
dan dihindarkannya kecelakaan yang dapat mengakibatkan luka, akan mengurangi stres pada
ternak dan menjaga kualitas pada daging dan produk sampingannya.
4.2. Efek Stres dan Luka terhadap Kualitas Daging dan Produk Sampingan
Stres adalah kondisi yang mengancam integritas ternak, dan dapat disebabkan oleh
faktor lingkungan sebelum pemotongan (stres prepemotongan) Yang berinteraksi dengan
faktor biologis yaitu kemudahan terkena stres atau resisten terhadap stres. Faktor stres
sebelum pemotongan seperti nutrisi, iklim atau temperaratur dingin dan fluktuasi temperatur
kelembaban, ketakutan, terluka, kelelahan atau gerakan berlebihan, stimulasi listrik, injeksi
adrenalin, dan pemuasaan dapat mengubah metabolisme post-mortem. Respon jaringan
terhadap stres tergantung pada kemampuan ternak mengatasi stres dan mekanisme
mempertahankan homeostasis. Respon terhadap stres berbeda di antara spesies, dan di antara
individu ternak pada spesies yang sama.
4.3. Transportasi Hewan
Kebutuhan akan transportasi hewan/ternak menjadi sangat penting dalam
perdagangan perternakan. Hewan-hean ini perlu dipindahkan untuk sejumlah alasan seperti
penjualan, penjagalan, pengumpulan, pemindahan ke padang rumput, atau pemindahan ke
pemilikan. Metode pemindahan umumnya dengan berjalan kaki, dengan kendaraan bermotor,
dengan kereta api, dengan kapal laut dan udara. Umumnya di negara-negara berkembang
kebanyakan ternak itu dipindahkan dengan berjalan kaki, atau dengan kereta api.
Pengiriman hewan tak dapat dipungkiri mengakibatkan hewan/ternak menjadi sangat
stres, sehingga berisiko terjadinya luka, dan membuat penderitaan pada hewan tersebut,
sekaligus juga berdampak terhadap kerugian produksi.
4.4. Metode Pengiriman Untuk Sapi
Metode yang paling tepat memindahkan sapi adalah dengan berjalan kaki atau, atau
dengan kendaraan bermotor atau melalui kereta api. Memindahkan hewan dengan berjalan
kaki atau yang disebut sebagai “trekking” hanya cocok bilamana tidak ada infrastruktur
seperti jalan atau kereta api atau bilamana jarak dari peternakan dan tujuannya dekat. Metode
ini lambat dan berisiko terhadap keselamatan hewan, dan nilai dari hewan tersebut.
Transportasi dengan kendaraan jauh lebih baik dan merupakan pilihan paling utama dan
paling aman.
4.5. Jenis Kendaraan
Setiap kendaraan yang dipakai untuk mengirim hewan potong haruslah berventilasi
yang baik, memiliki lantai anti licin dengan selokan air yang baik dan peneduh terhadap sinar
matahari dan hujan, khususnya untuk babi.
4.6. Ventilasi
Kendaraan pengangkut harus tidak tertutup penuh, kekurangan ventilasi membuat hewan
stres bahkan mati lemas, khususnya bila udara panas. Sirkulasi udara yang buruk dapat
membuat terkumpulnya gas kendaraan sehingga dapat terjadi keracunan. Kendaraan dengan
ventilasi yang baik sangat penting untuk perputaran udara.
4.7. Lantai
Lantai anti-licin pada semua kendaraan penting untuk menghindari jatuhnya hewan. Jeruji
silang yang terbuat dan kayu atau besi sangat cocok untuk digunakan. Lantai yang rusak bisa
mematahkan kaki hewan atau luka yang lainnya.
4.8. Luas Lantai
Hewan rnernbutuhkan luas lantai yang memadai, sehingga bisa berdiri dengan
nyaman tanpa perlu berdesak-desakan. Kelebihhan muatan dapat mengakibatkan luka-luka
ataupun kematian hewan. Ukuran harus dibuat sesuai dengan jenis hewan dan ukuran tubuh.
Bila luas lantai terlalu luas untuk sejumlah hewan, maka harus dipasang pemisah agar hewan
tidak terpental.
4.9. Pengoperasian Transportasi
Beberapa faktor harus dipertimbangkan selama perjalanan agar hewan hewan itu tidak
menderita, terluka, atau mati.
4.10. Trekking
Hanya sapi, domba, dan kambing yang bisa berjalan kaki dengan lancar, dalam hal ini ada
juga beberapa risiko.Perjalanan itu harus direncanakan, dengan memperhatikan jarak yang
ditempuh, waktu untuk merumput, minum, dan beristirahat pada malam hari. Hewan harus
dijalankan pada situasi sejuk sepanjang hari, dan bilamana temak diberangkatkan dengan
menggunakan kereta api, maka temak harus diistirahatkan sejenak sebelum dinaikkan ke
dalam kereta.Jarak maksimum yang bisa ditempuh pada setiap hewan tergantung dari
beberapa faktor seperti cuaca, situasi badan, umur dan lain-lain.
4.11. Waktu
Lingkungan dengan temperatur tinggi akan meningkatkan risiko stres terhadap panas
dan tingkat kematian selama petjalanan. Sangatlah penting untuk mengirim hewan pada pagi
atau sore yang sejuk atau bahkan bisa
pada malam hari.
4.12. Cara Menyetir
Kendaraan harus disetir dengan baik.Tikungan harus dilampaui dengan hati-hati dan
tenang. Harus ada petugas dua yang mengawasi hewan bilamana ada hewan yang sakit
sehingga kendaraan dapat dihentikan untuk merawatnya.
4.13. Kedinginan
Angin bertiup pada hewan basah atau hewan dalam perjalanan musim dingin akan
mengakibatkan hewan menderita kedinginan (Wind Chill) yang mengakibatkan temperatur
badan hewan akan menurun dengan drastis sehingga hewan menjadi stres dan kematian.
RECORDING KESEHATAN TERNAK SAPI POTONG

A. RECORDING KESEHATAN TERNAK

Rekording Kesehatan Ternak

No. Kode Ternak:


Obat/Vaksin
Gejala Diagnosa Upaya
Tanggal yang Keterangan
Klinis Penyakit Pengobatan
Diberikan

Catatan :

B. RECORDING VAKSINASI/PENGOBATAN

Nama Seks Umur Vaksinasi Pengobatan


No
Ternak (J/B) (Thn) Tgl Jenis Dosis Tgl Jenis Dosis
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Catatan :

Keterangan :
Kolom 1 : No urut
Kolom 2 : Nama ternak yang akan diobati atau di vaksinasi
Kolom 3 : Jenis kelamin ternak
Kolom 4 : Umur ternak pada saat diobati
Kolom 5 : Tanggal pelaksanaan vaksinasi
Kolom 6 : Jenis vaksinasi
Kolom 7 : Dosis yang digunakan
Kolom 8 : Tanggal pelaksanaan pengobatan
Kolom 9 : Jenis obat yang digunakan
Kolom 10 : Dosis pemberiannya

Anda mungkin juga menyukai