Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH

PEMBAHASAN LOMPAT TINGGI


XI TKJ 2

DI
S
U
S
U
N
OLEH:
RENDI WAHYU ANDIKA
DHINI LUVIANI
NANDA PRAYOGI
HENGKY KRISDIANTORO
HERI FERNANDA

Guru bidang study: QURNIADI S.PD.

SMK N 1 RAMBAH
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur penulis memanjatkan kehadirat Tuhan Yang


Maha Esa yang senantiasa melimpahkan rahmat-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “PEMBAHASAN MENGENAI
LOMPAT TINGGI” ini tanpa ada halangan suatu apapun.

Penyusunan laporan ini tidak lain dengan adanya bantuan dari berbagai pihak,
oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. BPK Qurniadi S.pd, selaku guru mata pelajaran Pendidikan Jasmani Dan
Olahraga.
2. Orang tua, yang senantiasa memberikan dukungan dan dorongan kepada
kami.
3. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan makalah ini.

Semoga Tuhan Yang Mahaesa senantiasa melimpahkan berkah, rahmat, dan


perlindungan-Nya atas semua budi luhur dan nama baik dari semua pihak
tersebut diatas

Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

SMKN 1 Rambah, Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PEMBAHASAN ....................................................................................
a) Pengertian Lompat Tinggi………………………………………………………………………………………..
b) Gaya Lompat Tinggi…………………………………………………………………………………………………..
c) Teknik Dasar Lompat Tinggi………………………………………………………………………………………..
d) Teknik Lompat Tinggi………………………………………………………………………………………………….
e) Atletik Lompat Tinggi…………………………………………………………………………………………………
f) Cara Melakukan Lompat Tinggi………………………………………………………………………………….
g) Cara Agar Lompatan Tinggi………………………………………………………………………………………..
h) Materi Lompat Tinggi………………………………………………………………………………………………..
i) Peraturan Lompat Tinggi……………………………………………………………………………………………
j) Lapangan Lompat Tinggi…………………………………………………………………………………………..
k) Sejarah Lompat Tinggi…………………………………………………………………………………………….
l) Tujuan Lompat Tinggi………………………………………………………………………………………………
m) Sarana dan Prasarana Lompat Tinggi…………………………………………………………………….…
n) Pengertian Mistar (Lompat Tinggi) …………………………………………………………………………
BAB II PENUTUP ............................................................................................
A.Kesimpulan ................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
BAB I
PEMBAHASAN

A. Pengertian Lompat Tinggi

Lompat tinggi adalah salah satu jenis olahraga cabang atletik dimana sang atlet
harus melakukan lompatan setinggi-tingginya melewati mistar tanpa bantuan alat
dengan berbagai jenis gaya yang diperbolehkan (gaya gunting, guling sisi, guling
straddle, dan flop) atau gaya baru yang tidak bertentangan dengan aturan
internasional. Dari keempat gaya tersebut, semuanya cenderung membuat atlet lompat
tinggi melompat dari sisi sebelah kiri atau kanan untuk meloloskan kaki dari halangan
mistar. Hal ini tentunya berbeda dengan lompat batu tradisional Nias yang masih
tergolong sebagai olah raga lompat tinggi. Lompat batu Nias sayangnya tidak
termasuk sebagai cabang atletik yang diperlombakan dalam kancah olimpiade,
melainkan sebuah upacara adat untuk memberikan gelar dewasa pada anak lelaki yang
berani melakukannya. Meski demikian, dalam lompat batu Nias seorang pelompat
harus bisa melompati batu yang disusun sedemikian rupa hingga setinggi 2-3 meter
dengan alat bantu tumpuan dari batu yang ditempatkan sekitar setengah meter dari
susunan batu dan mendarat tanpa bantuan matras. Tentunya tujuan dari lompat tinggi
dan lompat batu berbeda. Jika dalam lompat tinggi seorang atlet harus berhasil
melewati mistar dan menjadi juara, maka dalam lompat batu seorang lelaki Nias harus
bisa dan berani melompati batu agar mendapatkan gelar sebagai lelaki dewasa.

Tentunya resiko cidera akibat lompat batu ini jauh lebih besar daripada lompat tinggi
sehingga hingga sekian tahun lompat batu ini tidak termasuk sebagai cabang olah
raga, melainkan sebuah upacara adat.

Lompat tinggi merupakan salah satu olah raga tertua, meski dalam rekam sejarah,
olah raga ini resmi dinilai sebagai cabang atletik baru dan diperlombakan pada
olimpiade Skotlandia di abad ke 19.

Dengan bergantinya era demi era, olah raga ini berkembang mulai dari teknik,
peraturan, hingga sarana dan prasarananya.

B. Gaya Lompat Tinggi


1. Lompat Tinggi Gaya Gunting

Gaya gunting merupakan gaya yang paling klasik dalam lompat tinggi. Gaya ini
muncul seiring dengan hadirnya olah raga atletik lompat tinggi di olimpiade
Skotlandia di abad 19.

Pada gaya ini, sebagaimana dinamai sebagai gaya gunting, posisi kaki yang
melompat, mengayun dan melewati mistar tampak seolah-olah seperti gerakan
gunting.
Gaya gunting diawali dengan lompatan yang berasal dari tolakan kaki terkuat dan
dilanjutkan dengan ayunan kaki satunya ketika tubuh mendekati mistar sehingga
akhirnya kedua kaki dan seluruh tubuh bisa lolos melewati mistar pada ketinggian
tertentu.

Selanjutnya gaya gunting ini disempurnakan oleh Michael Sweeney dan


perbedaannya terletak pada awalan untuk melakukannya.

Pada gaya gunting klasik, gaya lompat yang dilakukan merupakan gaya jongkok dan
posisi tubuh berada di depan mistar, sementara Sweeney mengubahnya menjadi
awalan dengan posisi tubuh berada di samping mistar segingga gerakan gunting ini
dilakukan dengan posisi tubuh yang miring atau sejajar dengan mistar.

2. Lompat Tinggi Gaya Guling Sisi

Gaya guling sisi atau dikenal juga sebagai gaya western roll merupakan sebuah gaya
dimana ketika atlet melompat, ia melakukannya dari sisi samping mistar, mengangkat
tubuhnya dan memposisikannya sedemikian rupa hingga melayang terlentang diudara,
lalu memutar tubuh hingga melewati mistar.
Sayangnya dalam gaya ini posisi kepala menjadi lebih rendah dari pinggul dan hal ini
dinilai sebagai diskualifikasi sehingga gaya ini tak lagi di pakai. Selama beberapa
tahun, sebelum akhirnya peraturan tersebut dicabut karena atlet hanya menggunakan
gaya yang ada sebelumnya.

3. Lompat Tinggi Gaya Straddle

Gaya straddle ini sedikit banyak mirip dengan gaya guling sisi atau bisa dibilang
sebagai penyempurnaan gaya guling sisi yang mana dalam gaya ini posisi kepala tak
lagi menjadi lebih rendah dari pinggul.

Gaya ini diciptakan dan dipergunakan untuk pertamakalinya oleh Charles Dumas
yang telah mempertahankan rekor 2,23 meter dalam kurun waktu 4 tahun.
Rekor tersebut bisa dibilang fantastis dalam dunia lompat tinggi dan setelah Dumas
berhasil menang dengan gaya tersebut, pada akhirnya gaya straddle banyak
dipergunakan oleh para atlet lompat tinggi.

Sampai sejauh ini rekor lompat jauh tertinggi yang diciptakan oleh Valeriy Brumel
dengan gaya straddle berhasil memecahkan rekor setelah ia berhasil melompat dengan
ketinggian 2,28 meter

4. Lompat Tinggi Gaya Flop

Gaya flop atau dikenal juga dengan istilah gaya Fosbury Flop, pertamakali diciptakan
oleh atlet lompat tinggi asal Amerika, Dick Ricarod Fosbury yang memenangkan
kejuaraan lompat tinggi pada olimpiade Mexico di tahun 1968.
Gaya ini sangatlah unik karena ketika melakukan lompatan, posisi tubuh
membelakangi mistar dan kemudian melewati mistar dengan mengedepankan
punggung atlet.

Sekilas gaya ini tampak seperti orang salto karena awalan untuk melakukannya mirip,
namun tidak demikian karena dari awal melompat hingga mendarat, posisi tubuh tidak
berjungkir berjungkir balik layaknya orang salto, melainkan tetap konstan dengan
mengedepankan punggung dan menggunakan punggung untuk tumpuan jatuh.

C. Teknik Dasar Lompat Tinggi

1. Awalan
Dalam lompat tinggi tak ada ketentuan untuk atlet dalam melakukan awalan, namun
demikian sebagian besar atlet lompat tinggi melakukan awalan dengan cara berlari. Dimulai
dari lari dengan kecepatan rendah hingga kecepatan tertentu sesuai dengan strateginya untuk
melakukan ancang-ancang dalam melompat.

2. Tolakan
Tolakan atau melompat dilakukan dengan menggunakan kaki terkuat agar seluruh tubuh
terangkat hingga menuju dan melewati mistar. Tugas kaki tak hanya melakukan tolakan
(dengan kaki terkuat) namun juga melakukan ayunan (dengan kaki satunya) sehingga
lompatan ini berhasil dilakukan untuk melewati mistar sebagaimana lompat dan mengayun
ini dilakukan dalam permainan lompat tali.

3. Melayang
Melayang dalam hal ini merupakan kondisi ketika tubuh atlet mulai terangkat untuk melewati
mistar. Pada tahap ini, atlet bisa melakukan teknik tertentu sesuai dengan gaya yang ia
gunakan dalam lompat tinggi.

4. Mendarat
Mendarat merupakan momen ketika tubuh telah melewati tiang mistar dan jatuh ke matras.
Ada dua bentuk pendaratan yang paling umum, yakni mendarat dengan menggunakan kedua
kaki atau mendarat dengan menggunakan tubuhnya.

D. Teknik Lompat Tinggi

1. Teknik Lompat Tinggi Gaya Gunting

Untuk melakukan teknik lompatan dengan gaya gunting, maka ada tahap-tahap yang harus
dilalui sebagai berikut ini:

a. Awalan
Awalan untuk memulai lompat tinggi dengan gaya gunting bisa dilakukan dengan cara
berlari agak menyerong dari mistar, yakni menyerong ke kanan atau ke kiri sesuai dengan
tumpuan kaki yang akan dipergunakan untuk melakukan tolakan. Jika tolakan dilakukan
dengan kaki kanan, maka awalan dilakukan dengan berlari dari arah yang agak serong ke
kiri.

b. Tolakan
Tolakan biasanya dilakukan dengan kaki terkuat, baik kanan ataupun kiri sehingga arah lari
awalan menyesuaikan. Tolakan dalam gaya gunting dilakukan ketika posisi tubuh sudah
hampir mendekati mistar, tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh agar posisi kaki yang akan
mengayun mendapatkan ruang yang pas.

c. Melayang
Setelah melakukan tolakan dan tubuh terangkat ke atas, maka kaki yang berperan untuk
melakukan ayunan segera diangkat melewati mistar. Segera setelah kaki ayun melampaui
mistar, kaki tolakan melakukan ayunan susulan dan posisi tubuh diputar pada arah yang sama
dengan demikian seluruh tubuh berhasil melalui mistar. Gerakan kaki tersebut dilakukan
dengan cara cepat dan hampir bersamaan sehingga terlihat seperti gerakan gunting.

d. Mendarat
Pendaratan dilakukan dengan menggunakan kaki yang sampai duluan pada matras dengan
posisi tubuh menghadap ke arah mistar. Jika pendaratan berhasil dilakukan dengan berdiri,
maka pendaratan ini merupakan pendaratan sempurna. Namun jika pendaratan dilakukan
dengan posisi tubuh terjatuh maka pendaratan tersebut masih sah dilakukan dan lompatan
tetap dinilai.

2. Teknik Lompat Tinggi Gaya Guling Sisi (Western Roll)

Untuk melakukan teknik lompatan dengan gaya guling sisi, maka ada tahap-tahap yang harus
dilalui sebagai berikut ini:

a. Awalan
Awalan dilakukan dari samping mistar dengan sudut serong sekitar 30-40 derajad. Arah
awalan ini, baik kiri ataupun kanan, bergantung pada kaki yang dipergunakan untuk
melakukan tolakan. Jika tolakan dilakukan dengan kaki kanan, maka awalan yang
dipergunakan dari arah serong kanan dan begitu pula sebaliknya.

b. Tolakan
Tolakan dilakukan dengan menggunakan kaki terkuat dengan jarak yang dekat dengan
mistar. Setelah kaki melakukan tolakan, segera kaki ayun mulai beraksi, bergerak mengayun
ke atas dan menyilang melewati mistar dan segera disusul dengan kaki tolakan.

c. Melayang
Setelah melakukan tolakan dan ayunan hingga tubuh melewati mistar, maka posisi tubuh
dibuat terlentang-melayang sejajar dengan mistar dan saat itu pula kepala segera diturunkan
agar seluruh tubuh mengikuti jatuhnya posisi kepala. Posisi inilah yang sempat membut gaya
guling sisi sempat dilarang karena posisi kepala lebih rendah dari pinggul pada saat
melayang.

d. Mendarat
Pendaratan dilakukan dengan menggunakan tumpuan kedua tangan yang segera disusul
dengan kaki untuk mengurangi beban tangan. Posisi pendaratan ini merupakan posisi yang
sulit dan berbahaya sehingga bagi pemula, pendaratan dengan gaya ini baiknya dilakukan
dengan menggunakan tumpan kaki.

3. Teknik Lompat Tinggi Gaya Straddle

Untuk melakukan teknik lompatan dengan gaya struddle, maka ada tahap-tahap yang harus
dilalui sebagai berikut ini:

a. Awalan
Awalan ini dilakukan dengan cara yang sama dengan lompat gaya guling sisi, yakni jika
tolakan dilakukan dengan kaki kanan, maka arah serong yang dipergunakan untuk awalan
juga dari kanan dan begitupula sebaliknya.

b. Tolakan
Tolakan dilakukan dengan kaki terkuat dengan jarak yang dekat dengan mistar. Sementara
kaki satunya diayunkan keatas dan disilangkan mengangkang hingga melewati mistar. Hal ini
bersamaan dengan pundak dan kepala yang juga melewati mistar.

c. Melayang
Pada saat kaki ayun, kepala, bahu melewati mistar, kaki tolakan diangkat dengan posisi
lururs sejajar dengan tubuh dan mistar. Pada posisi ini, kepala dan bahu telah terlebih dahulu
melewati mistar dan telah berada dalam posisi meluncur ke bawah.Selanjutnya, bagian tubuh
atas yakni kepala, bahu dan dada diluncurkan ke bawah dan sisanya seluruh anggota tubuh
lainnya akan mengikutinya dan bersiap untuk melakukan pendaratan.
d. Mendarat
Dalam gaya ini, pendaratan dilakukan dengan menggunakan punggung sebagai tumpuan.
Pada posisi jatuh, seluruh anggota tubuh yang telah melewati mistar dibalikkan menghadap
ke atas hingga tubuh kemudian mendarat di matras.

4. Teknik Lompat Tinggi Gaya Flop

Untuk melakukan teknik lompatan dengan gaya flop, maka ada tahap-tahap yang harus
dilalui sebagai berikut ini:

a. Awalan
Awalan dalam gaya flop dilakukan dengan cara berlari dengan kecepatan tinggi. Arah lari
adalah setengah lingkaran, yakni dari sudut pojok depan berlari serong menuju mistar. Arah
lari menuju mistar ini bisa dari sisi kiri atau kanan jalur awalan dan tidak bergantung pada
kaki yang akan melakukan tolakan. Kecepatan lari menjadi penentu untuk ketinggian
lompatan.

b. Tolakan
Tolakan dilakukan dengan kaki terkuat. Ketika kaki melakukan tolakan, posisi tubuh masih
sejajar dengan arah lari atau sejajar dengan mistar. Tentu tolakan ini tidak dilakukan di
tengah mistar, melainkan agak ke pinggir dari arah lari sehingga nantinya tubuh akan jatuh
pada bagian tengah matras dengan kecepatan tinggi. Tolakan kaki ini akan membuat tubuh
melayang keatas melewati mistar.

c. Melayang
Pada saat melakukan tolakan, tubuh secara bersamaan diputar hingga membelakangi mistar,
posisi ini sejalan dengan posisi tubuh yang melayang sehingga tepat ketika tubuh berada
diatas mistar, posisi tubuh telah menghadap ke atas dan diikuti dengan kedua kaki yang
diangkat naik agar tidak menyenggol mistar.

d. Mendarat
Pendaratan pada gaya ini merupakan pendaratan yang paling berbahaya karena seluruh
teknik mulai dari awalan hingga mendarat dilakukan dengan kecepatan tinggi. Usahakan
untuk memilih tempat mendarat pada posisi tengah matras dan ketika tubuh telah jatuh
dengan menggunakan punggung sebagai tumpuan, bisa langsung dilanjutkan dengan
berguling kebelakang untuk meredam kecepatan.

E. Atletik Lompat Tinggi


Lompat tinggi merupakan olah raga cabang atletik yang telah dirilis dalam international
Athletic Amateur Federation (IAAF) dan menjadi cabang olah raga yang selalu
dipertandingkan dalam olimpiade. Atletik lompat tinggi ini telah ada sejak zaman kuno dan
dari waktu ke waktu telah banyak mengalami perubahan hingga pada abad ke 19 bentuk baku
dari lompat tinggi ini telah diakui dan bisa masuk dalam olimpiade modern untuk
pertamakalinya

F. Cara Melakukan Lompat Tinggi


Olah raga atletik lompat tinggi tidak bisa dan tidak disarankan untuk dilakukan secara
sembarangan. Seorang atlet lompat tinggi membutuhkan teknik tertentu agar bisa melompat
melewati mistar dan mendarat dengan mulus tanpa mengalami cidera apapun. Oleh
karenanya, tiap-tiap atlet harus menguasai gaya lompat tinggi dan teknik lompat tinggi
sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.

G. Cara Agar Lompatan Tinggi


Seorang atlet lompat tinggi harus rajin mengolah tubuhnya terutama pada bagian otot perut
dan kaki agar bisa melakukan lompatan yang tinggi. Selain latihan lompat, tentu ada
serangkaian latiihan lain yang harus dijalani, yakni latihan lari dan gerakan dasar lain seperti
push up, sit up, back up, dan squat jam. Para atlet lompat tinggi juga harus mempelajari
semua gaya dalam lompat tinggi untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan pada tubuhnya
dan menentukan gaya mana yang paling pas baginya sehingga ia bisa melakukan lompatan
maksimal.

H. Materi Lompat Tinggi


Beberapa hal penting yang bisa dijadikan materi dalam pembelajaran lompat tinggi, selain
pada praktik yang mendapatkan porsi utama, tentu pemahaman teoritis juga diperlukan. Oleh
karena itu materi lompat tinggi bisa dibagi menjadi beberapa poin pembahasan, diantaranya
adalah pengertian lompat tinggi, sejarah lompat tinggi, lapangan lompat tinggi, gaya dalam
lompat tinggi, teknik pada gaya dalam lompat tinggi dan aturan permainan dalam lompat
tinggi.
I. Peraturan Lompat Tinggi
Berikut ini merupakan peraturan umum dalam pertandingan lompat tinggi:

1. Dalam pertandingan, atlet lompat tinggi akan bertanding untuk melewati mistar hingga
batas tertinggi yang bisa dicapai. Peserta akan satu-persatu berguguran hingga bertahan
satu atlet yang bisa melewati mistar tertinggi.
2. Setiap atlet lompat memiliki 3 kesempatan untuk melompati mistar pada ketinggian yang
sama. Jika pada 3 kesempatan tersebut atlet gagal melewati batas yang ditentukan, maka
ia akan gugur.
3. Tolakan hanya boleh dilakukan dengan menggunakan satu kaki.
4. Peserta tidak boleh menjatuhkan mistar
5. Peserta mengenakan seragam dan segala atributnya sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan panitia, misalnya tentang jenis sol sepatu yang diperbolehkan.

J. Lapangan Lompat Tinggi

1. Lapangan lompat tinggi terbagi menjadi empat, yakni jalur awalan, daerah tolakan, mistar
dan penyangganya, serta matras untuk mendarat. Berikut penjelasan selengkapnya.

2. Jalur atau area untuk awalan dibuat berbentuk bujur sangkar atau setengah lingkaran
dengan jarak tepi ke titik pusat sejauh 15 meter. Jarak ini merupakan jarak minimal untuk
melakukan awalan. Oleh karenanya, atlet berhak melakukan awalan dari area yang lebih
jauh lagi selama hal tersebut tidak berlebihan.

3. Daerah tolakan merupakan area disekitar depan dan bawah mistar. Area ini benar-benar
harus dibuat sedatar mungkin, bersih, tidak menggelincirkan atlet saat melakukan
tolakan.

4. Mistar dibuat dengan panjang sekitar 3,98-4,02 meter dengan berat maksimal 2 kg dan
disangga dengan dua penyangga mistar yang ditempatkan sejajar dan berjarak sama
dengan panjang mistar. Tiang penyangga ini minimal salah satunya memiliki ukuran
untuk menentukan tinggi mistar.
5. Mistar ditopang dengan penopang mistar yang terdapat pada masing-masing tiang
penyangga, ukuran penopang mistar adalah 4x6cm.

6. Tempat pendaratan berukuran 3x5 meter yang terbuat dari busa dengan ketebalan 60 cm
dan bagian atasnya tertutup matras dengan ketebalan 10-20 cm.

K. Sejarah Lompat Tinggi


Lompat tinggi disinyalir telah ada dan dipertandingkan dalam olimpiade Yunani kuno pada
tahun 776 SM. Sayangnya catatan sejarah kurang lengkap untuk memastikan narasi sejarah
kuno dari lompat tinggi ini untuk mendapatkan beberapa informasi tentang bentuk, gaya,
lapangan, peraturan dan segala seluk beluk lompat tinggi sebagaimana yang telah ada sejak
era modern. Oleh karenanya, lompat tinggi dianggap sebagai cabang atletik modern yang
dibuat dan dipertandingkan dalam olimpiade Skotlandia untuk pertama kalinya pada ke 19.
Dan sejak saat itu, pada olimpiade berikutnya, lompat tinggi menjadi salah satu nomor dalam
cabang atletik yang dipertandingkan. Pada abad ke 19 itulah lompat tinggi masih bisa
dibilang tradisional, tanpa sarana dan prasarana yang aman untuk menjamin keselamatan
atletnya. Betapa tidak, waktu itu lompat tinggi diperlombakan tanpa menggunakan matras
sebagai alas pendaratan dan hanya berupa tanah datar berumput. Tentu saja banyak atlet yang
cidera akibat olah raga tersebut. Rekor terbaik pada waktu itu adalah lompatan setinggi 1,68
meter yang dilakukan dengan gaya gunting (satu-satunya gaya dan merupakan gaya pertama
dalam lompat tinggi yang berhasil dipergunakan untuk melompat dengan ketinggian lebih
dari 1,5 meter).

Selanjutnya pada abad ke 20, lompat tinggi telah dimodernisasi dan telah diorganisasikan
dalam organisasi atletik internasional IAAF (international Athletic Amateur Federation)
yakni pada tahun 1912. Sejak saat itu atletik lompat tinggi tak lagi menggunakan tanah dan
rumput sebagai tempat pendaratan, melainkan matras sehingga atlet lompat tinggi bisa
mendarat dengan menggunakan punggungnya atau bagian tubuh yang lain. Dengan adanya
matras ini tingkat keamanan terjaga dan atlet lebih berani lagi untuk mengembangkan teknik
dan gaya lompat tinggi (Gaya Fosbury Flop) untuk menghasilkan rekor baru. Selain gaya
gunting yang telah bertahan beberapa tahun sebagai gaya klasik dalam lompat tinggi,
akhirnya pada tahun 1895 seorang atlet dari Irlandia, Michael Sweeney berhasil menciptakan
gaya baru, yakni gaya gunting eastern cut off. Gaya ini sedikit berbeda dengan gaya gunting,
meski pengambilan lompatan masih bisa disamakan dengan gaya gunting, namun dalam gaya
ini atlet melakukan awalan dari sisi samping mistar sehingga posisi tubuh menjadi dengan
posisi sejajar dengan mistar sehingga menghasilkan lompatan yang lebih ekonomis dan lebih
tinggi dari gaya sebelumnya. Selanjutnya dalam perkembangannya, telah lahir gaya baru
dalam lompat tinggi, yakni gaya guling sisi (wetern roll) yang diciptakan oleh George Horine
dan pada tahun 1912 ia berhasil melompat dengan ketinggian 2, 03 meter. Selain gaya guling
western roll, ada lagi satu jenis gaya guling yang masih dipergunakan hingga sekarang, yakni
gaya guling straddle yang dipelopori oleh Charles Dumas (rekor 2,13 meter, pada tahun
1956), John Thomas (rekor 2,23 meter, pada tahun 1960), dan Valeriy Brumel (rekor 2, 28
meter pada tahun 1964). Gaya yang terbaru setelah adanya matras adalah gaya fosbury flop
dimana atlet lompat tinggi mendaratkan tubuhnya dengan tumpuan punggung.
Gaya ini masih banyak dipakai terutama oleh atlet yang berbada tinggi dinilai cukup efektif
untuk menghasilkan lompatan tinggi. Gaya ini dirintis oleh Dick Ricarod Fosbury yang
memenangkan kejuaraan lompat tinggi pada olimpiade Mexico di tahun 1968. Sejak saat itu
gaya ini dipergunakan oleh banyak atlet karena dinilai cukup unik dan efisien.

L. Tujuan Lompat Tinggi


Lompat tinggi merupakan olah raga yang bertujuan untuk mengembangkan ketrampilan atlet
untuk melompat. Tentu tujuan dari lompat tinggi adalah untuk menghasilkan lompatan
setinggi-tingginya melewati dan tanpa menjatuhkan mistar dengan berbagai gaya yang
mungkin dilakukan baik gaya yang telah ada sebelumnya atupun gaya baru (selama gaya
tersebut tidak menyalahi aturan yang berlaku).

M. Sarana dan Prasaran Lompat Tinggi


Dalam lompat tinggi tidak ada alat bantu apapun untuk melompat, namun tentunya ada
fasilitas pengaman yang dipasang untuk menghindari cidera pada atlet lompat tinggi, yakni
matras yang ditaruh di bagian pendaratan tepat setelah mistar. Mula-mula lompat tinggi,
sebagaimana telah disinggung pada bagian sebelumnya, dilakukan di atas tanah berumput
tanpa tambahan alas untuk mendarat. Hasilnya, banyak atlet yang cidera dan tidak lagi bisa
bertanding. Oleh karena itu matras yang terbuat dari bahan busa dan bahan lainnya dengan
tekstur empuk tersebut wajib ada dalam lapangan lompat tinggi.

N. Pengertian Mistar ( Lompat Tinggi

Mistar secara harafiah dapat diartikan sebagai penggaris


ukur.

Sementara itu, dalam lompat tinggi ada juga istilah mistar,


yakni bilah lompat yang terbuat dari kayu (atau bahan
lainnya) dengan panjang antara 3,98 -4,2 meter yang
ditempatkan di dua bilah penyangga mistar.

Justru tangga penyangga mistar inilah yang memiliki


ukuran sebagai mana penggaris ukur (mistar dalam arti
harafiah).

Meskipun mistar yang dipergunakan berukuran lumayan


panjang, yakni maksimal 4,2 meter, namun berat maksimal yang harus digunakan untuk
membuat mistar hanyalah 2 kg saja sehingga bahan pembuat mistar harus benar-benar dipilih
untuk mendapatkan mistar yang ringan, kuat, dan tidak melengkung.
Kenapa harus memiliki berat maksimal 2 kg?

Karena setiap pelompat yang melompati bilah mistar ini seringkali menyenggol dan
menjatuhkan mistar tersebut. Apabila dibuat dengan bobot yang lebih, dikhawatirkan bilah
mistar tersebut akan menciderai atlet lompat tinggi jika mistar tersebut jatuh dan menimpa
tubuh terutama bagian kepala. Mistar dipasang secara horizontal dipenampang kecil yang
terdapat pada masing-masing penyangga mistar yang dipasang dengan panjang sesuai dengan
panjang mistar. Penampang kecil ini tidaklah terlalu luas ukurannya, yakni hanya 4x6 cm
sehingga mistar akan jatuh apabila tersenggol oleh atlet lompat tinggi. Penyangga mistar ini
bisa dibuat naik dan turun sesuai dengan ukuran pajang (tinggi) yang tertera pada penyangga
mistar.

BAB II
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Tujuan dari lompat tinggi dan lompat batu berbeda. Jika dalam lompat tinggi seorang
atlet harus berhasil melewati mistar dan menjadi juara, maka dalam lompat batu
seorang lelaki Nias harus bisa dan berani melompati batu agar mendapatkan gelar
sebagai lelaki dewasa.

Tentunya resiko cidera akibat lompat batu ini jauh lebih besar daripada lompat tinggi
sehingga hingga sekian tahun lompat batu ini tidak termasuk sebagai cabang olah
raga, melainkan sebuah upacara adat.

DAFTAR PUSTAKA
Margono. 2005. Azas dan Landasan Pendidikan Jasmani. Yogyakarta: UNY.

Abdoellah, Arma. 1996.Pendidikan Jasmani Adaptif. Jakarta: Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan.

Lutan, Rusli. 2000.Startegi Belajar Mengajar Penjaskes.Jakarta: Departemenn    Pendidikan


Nasional.

Anda mungkin juga menyukai