Pendekatan Diagnosis Sesak Kusumaningdiah Sekar 201910401011085
Pendekatan Diagnosis Sesak Kusumaningdiah Sekar 201910401011085
Pembimbing :
dr. Muhammad Agus Toha, Sp.PD
Oleh
Kusumaningdiah Sekar Jatiningrum
201910401011085
-
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas dengan judul “PENDEKATAN
DIAGNOSIS PENDERITA DENGAN SESAK NAFAS”.
Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terimakasih kepada
dr.Muhammad Agus Toha, Sp.PD yang telah meluangkan waktunya untuk
membimbing saya sehingga referat ini dapat selesai dengan baik.
Saya menyadari referat ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik
dan saran saya harapkan demi memperbaiki kekurangan atau kekeliruan yang
mungkin ada. Semoga referat ini bermanfaat bagi rekan dokter muda khususnya dan
masyarakat umum pada umumnya. Akhir kata, penulis mengharapkan tugas ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Kegiatan bernapas adalah aktifitas tidak sadar dan kita hanya waspada
mengenai pernapasan ketika adanya sesuatu yang tidak semestinya. Sebagian besar
kondisi respirasi dapat menimbulkan sensasi sesak napas akut dan seperti nyeri yang
multidemensi dan berdampak psikologi. Sesak napas mempunyai dua dimensi yaitu
sensori dan afektif yang keduanya yang secara independen dapat diidenti'ikasi di
laboratorium dan klinik. Stimulasi yang diakibatkan oleh kondisi situasi yang berbeda
seperti latihan, hipoksia dan kondisi medis seperti meningkatnya resistensi saluran
napas, menurunnya compliance, kerja pernapasan, kondisi fisik akibat nyeri,
perubahan metabolic, ketidaknyamanan psikis serta depresi.
Stimulasi aferen yang meningkat pada sistem respirasi dari berbagai reseptor
seperti khemoreseptor, proprioreseptor atau emosi selanjutnya setelah melalui
susunan saraf pusat akan meningkatkan eferen saraf ke otot-otot respirasi. Juga
ditambah stimuli dari jaras aferen lainnya dapat menimbulkan: bronkhospasme,
inflamasi, hipertensi pulmonal dan edem paru. Informasi ini secara simultan diingat
pada area sensori di korteks serebral. Adapun patofisiologi yang berhubungan dengan
penyebab sesak napas dapat dilihat pada table, dan gambar.
2.4 Klasifikasi Sesak Nafas
Klasifikasi sesak nafas menurut American Thoracic Society (ATS)
Selain itu perlu dicari tahu tentang keadaan lingkungan ataupun obat-obatan yang
sedang dikonsumsi pasien tersebut karena dapat berdampak pada gejala sesak nafas
juga. Contohnya saja alergen seperti serbuk, jamur, zat kimia dapat menyebabkan
sesak nafas. Obat-obatan yang dimakan atau injeksi juga dapat menyebabkan reaksi
hipersensitivitas yang menyebabkan sesak. Lalu dokter harus menanyakan riwayat
penyakit dari pasien seperti penyakit jantung, paru dan anemia.
Pemeriksaan fisik
- Inspeksi
Pasien yang tampak gelisah dengan nafs yang cepat bisa disebabkan oleh
hipoksemia berat karena primer penyakit paru, jantung atau anxiety attack.
Otot bantu pernafasan di leher yang berkontraksi menunjukkan obstruksi
saluran nafas yang cukup parah. Gerakan dada yang asimetri juga harus
diperiksa.
- Palpasi:
Pengembangan hemitoraks yang tidak simetris menunjukkan adanya
gangguan yang dapat disebabkan oleh obstruksi, pneumotoraks, atau efusi
pleura. Selain itu menurunnya fremitus taktil pada daerah yang dipalpasi dapat
menunujukkan bronkus yang tersumbat atau adanya efusi pleura.
- Perkusi:
Jika terdengar suara redup/ dullness diatas batas paru hepar dapat
menunjukkan efusi pleura.
- Auskultasi:
Berkurangnya intensitas suara nafas pada paru-paru menunjukkan adanya
obstruksi saluran nafas. Bunyi tambahan seperti ronkhi, wheezing, dan
sebagainya juga harus diperhatikan karena merupakan ciri khas dari penyakit
tertentu. Selain itu keadaan jantung dan hematologi juga harus diperiksa
karena dapat menimbulkan gejala sesak nafas juga.
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan dahak.
pemeriksaan dahak harus mencakup pemeriksaan bilasan sputum gram (gram-
stained smear) untuk membuktikan adanya radang saluran napas bawah dan
penentuan jenis gram patogen.
- Analisis gas darah arterial.
Pengukuran gas darah arterial dilakukan pada evaluasi awal seluruh pasien
sesak yang memperlihatkan tekanan darah sistolik kurang dari 90 mm Hg, suatu
frekuensi napas lebih dari 35 kali/menit atau kurang dari 10 kali/menit atau sianosis.
Nilai ini berguna sebagai petunjuk penggunaan suplemen oksigen dan keputusan
untuk penggunaan ventilasi mekanis.
- Spirometri/Peak Flow Meter (Peak Expiratory Flow Rate - PEFR).
- Radiologi