Anda di halaman 1dari 17

PENDEKATAN DIAGNOSIS

PENDERITA DENGAN SESAK NAFAS

Pembimbing :
dr. Muhammad Agus Toha, Sp.PD

Oleh 
Kusumaningdiah Sekar Jatiningrum
201910401011085
-

SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSU HAJI SURABAYA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS
PENDEKATAN DIAGNOSIS
PENDERITA DENGAN SESAK NAFAS

Tugas dengan judul “PENDEKATAN DIAGNOSIS PENDERITA DENGAN


SESAK NAFAS” telah diperiksa dan disetujui sebagai salah satu tugas dalam rangka
menyelesaikan studi kepaniteraan Dokter Muda di bagian SMF ILMU PENYAKIT
DALAM RSU Haji Surabaya.

Surabaya, Maret 2020


Pembimbing

dr. Muhammad Agus Toha, Sp.PD


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas dengan judul “PENDEKATAN
DIAGNOSIS PENDERITA DENGAN SESAK NAFAS”.
Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terimakasih kepada
dr.Muhammad Agus Toha, Sp.PD yang telah meluangkan waktunya untuk
membimbing saya sehingga referat ini dapat selesai dengan baik.
Saya menyadari referat ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik
dan saran saya harapkan demi memperbaiki kekurangan atau kekeliruan yang
mungkin ada. Semoga referat ini bermanfaat bagi rekan dokter muda khususnya dan
masyarakat umum pada umumnya. Akhir kata, penulis mengharapkan tugas ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Surabaya, Maret 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sesak napas merupakan sensasi kesukaran bernapas atau napas yang pendek,
mekanisme sesak napas belum dapat diketahui dengan pasti. American Thoracic
Society (ATS) 2012 mendefinisikan sesak napas sebagai pengalaman subjektif atas
ketidaknyamanan dalam bernapas. Sesak napas dapat terjadi pada kondisi fisiologis
dan patologis. Pemahaman mekanisme pengendalian pernapasan memerlukan
pengetahuan tentang beberapa hal dasar berikut yaitu fungsi komponen utama
pernapasan di medula, pengaruh pusat pernapasan pons, sistem pengawas utama yang
mempengaruhi komponen pernapasan di medula dan refleks yang mempengaruhi
pernapasan. Sesak napas merupakan interaksi berbagai sinyal yang berasal dari
sejumlah reseptor di saluran napas atas, paru dan kemoreseptor yang dikirim ke pusat
pernapasan di batang otak dan kortek motorik. Penyebab sesak napas dapat dibagi
berdasarkan mekanismenya, kronisitas dan waktu, patofisiologi, anatomi dan
kelainan. Sesak napas dapat disebabkan oleh intra paru dan ekstra paru. Sesak napas
karena kelainan ekstra paru antara lain, latihan, berada di ketinggian, wanita hamil,
kelainan jantung, gangguan ginjal, dan gangguan psikis. Kata kunci : Sesak napas,
pusat pernapasan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Sesak Nafas


Suatu istilah yang menggambarkan suatu persepsi subjektif mengenai
ketidaknyamanan bernapas yang terdiri dari berbagai sensasi yang berbeda
intensitinya. Merupakan hasil interaksi berbagai dari faktor fisiologi, psikologi, sosial
dan lingkungan dan dapat menginduksi respons fisiologi dan perilaku sekunder.
Melainkan bukan takipnea, bukan hiperkapnea dan bukan hiperventilasi tapi
pernapasan yang sulit, sejenis pernapasan yang tidak menyenangkan maupun
menyakitkan (Comroe,1996)
Menurut Thoracic Society America (ATS) Sesak napas adalah Persepsi
subyektif atas ketidaknyamanan pernapasan yang meliputi sensasi dengan intensitas
yang berbeda, sebagai hasil interaksi dari faktor phsycology, faktor sosial dan faktor
lingkungan

2.2 Etiologi Sesak Nafas


 Penyempitan saluran pernapasan contohnya bronkospasme dengan edema
mukosa, sumbatan massa intralumen atau desakan massa ekstralume
 Berkurangnya jaringan paru yang berfungsi
 Berkurangnya elastisitas paru
 Meningkatnya kerja pernapasan
 Gangguan transfer oksigen
 Ventilasi dan perfusi tidak seimbang
 Right to left shunt
 Cardiac outpu yang tidak memadai
 Right to left shunt
 Cardiac output yang tidak memadai
 Rangsangan pada system saraf pusat
 Penyakit neuromuskuler
2.3 Patofisiologi Sesak Nafas

Kegiatan bernapas adalah aktifitas tidak sadar dan kita hanya waspada
mengenai pernapasan ketika adanya sesuatu yang tidak semestinya. Sebagian besar
kondisi respirasi dapat menimbulkan sensasi sesak napas akut dan seperti nyeri yang
multidemensi dan berdampak psikologi. Sesak napas mempunyai dua dimensi yaitu
sensori dan afektif yang keduanya yang secara independen dapat diidenti'ikasi di
laboratorium dan klinik. Stimulasi yang diakibatkan oleh kondisi situasi yang berbeda
seperti latihan, hipoksia dan kondisi medis seperti meningkatnya resistensi saluran
napas, menurunnya compliance, kerja pernapasan, kondisi fisik akibat nyeri,
perubahan metabolic, ketidaknyamanan psikis serta depresi.

Stimulasi aferen yang meningkat pada sistem respirasi dari berbagai reseptor
seperti khemoreseptor, proprioreseptor atau emosi selanjutnya setelah melalui
susunan saraf pusat akan meningkatkan eferen saraf ke otot-otot respirasi. Juga
ditambah stimuli dari jaras aferen lainnya dapat menimbulkan: bronkhospasme,
inflamasi, hipertensi pulmonal dan edem paru. Informasi ini secara simultan diingat
pada area sensori di korteks serebral. Adapun patofisiologi yang berhubungan dengan
penyebab sesak napas dapat dilihat pada table, dan gambar.
2.4 Klasifikasi Sesak Nafas
Klasifikasi sesak nafas menurut American Thoracic Society (ATS)

Tingkat Derajat Kriteria


0 Normal Tidak ada kesulitan bernapas kecuali aktivitas berat
1 Ringan Terdapat kesulitan bernapas, napas pendek-pendek ketika
terburu buru atau ketika nenuju puncak landai
2 Sedang Berjalan lebih lambat dari pada kebanyakan orang yang
berusia sama karena sulit bernapas atau harus berhenti
berjalan untuk bernapas
3 Berat Berhenti berjalan setelah 90 meter untuk bernapas atau
setelah berjalan beberapa menit
4 Sangat berat Terlalu sulit untuk bernapas bila meninggalkan rumah atau
memekai baju atau membuka baju

2.5 Jenis – Jenis Sesak Nafas


- Ortopneu : dispnea yang terjadi pada posisi berbaring
- Platipneu : dispnea yang terjadi pada posisi tegak dan akan membaik jika
penderita dalam posisi berbaring
- Takipnea : frekuensi napas yang cepat yang dapat muncul dengan atau tanpa
dispnea
- Dispnea de effort : sesak napas ketika aktivitas dan membaik setelah istirahat
- Nokturnal paroksismal dispnea : sesak pada malam hari dan memerlukan
posisi duduk dengan segera untuk bernapas
2.6 Organ dan Sistem Organ yang terkait dengan Sesak Nafas
- Cardiac: congestive heart failure, coronary artery disease, arrhythmia, pericarditis,
acute myocardial infarction, anemia
- Pulmonary: chronic obstructive pulmonary disease, asthma,
pneumonia,pneumothorax, pulmonary embolism, pleural effusion, metastatic
disease, pulmonary edema, gastroesophageal reflux disease with aspiration,
restrictive lung disease
- Psychogenic: panic attacks, hyperventilation, pain, anxiety
- Upper airway obstruction: epiglottitis, foreign body, croup, Epstein-Barr virus
- Endocrine: metabolic acidosis, medications
- Central: neuromuscular disorders, pain, aspirin overdose
- Pediatric: bronchiolitis, croup, epiglottitis, foreign body aspiration, myocarditis
- Gaster Gastroesophageal reflux disease
- Liver cirrhosis
- Thyroid disease
- Neuromuscular disorders myasthenia gravis, amyotrophic lateral sclerosis)
- Chest wall deformities  kyphoscoliosis
2.7 Diagn
osis Sesak Nafas
Anamnesis  Ketika pasien menyampaikan keluhan sesak nafas maka perlu
ditanyakan berapa lama sesak nafas tersebut dialami untuk menentukan akut dan
kronis dari penyakit itu. Sesak nafas adalah sebuah gejala dari suatu pesehingga perlu
ditanyakan gejala-gejala lain yang menyertai untuk dapat mendiagnosa penyakit yang
diderita pasien tersebut. Contohnya:
- Nyeri dada bisa disebabkan oleh emboli paru, infark miokard atau penyakit
pleura
- Batuk bisa disebabkan oleh infeksi saluran nafas, atau proses radang
- Demam bisa disebabkan oleh infeksi
- Hemoptisis bisa disebabkan oleh emboli paru, tumor, atau radang saluran nafas.

Selain itu perlu dicari tahu tentang keadaan lingkungan ataupun obat-obatan yang
sedang dikonsumsi pasien tersebut karena dapat berdampak pada gejala sesak nafas
juga. Contohnya saja alergen seperti serbuk, jamur, zat kimia dapat menyebabkan
sesak nafas. Obat-obatan yang dimakan atau injeksi juga dapat menyebabkan reaksi
hipersensitivitas yang menyebabkan sesak. Lalu dokter harus menanyakan riwayat
penyakit dari pasien seperti penyakit jantung, paru dan anemia.

Pemeriksaan fisik
- Inspeksi
Pasien yang tampak gelisah dengan nafs yang cepat bisa disebabkan oleh
hipoksemia berat karena primer penyakit paru, jantung atau anxiety attack.
Otot bantu pernafasan di leher yang berkontraksi menunjukkan obstruksi
saluran nafas yang cukup parah. Gerakan dada yang asimetri juga harus
diperiksa.
- Palpasi:
Pengembangan hemitoraks yang tidak simetris menunjukkan adanya
gangguan yang dapat disebabkan oleh obstruksi, pneumotoraks, atau efusi
pleura. Selain itu menurunnya fremitus taktil pada daerah yang dipalpasi dapat
menunujukkan bronkus yang tersumbat atau adanya efusi pleura.
- Perkusi:
Jika terdengar suara redup/ dullness diatas batas paru hepar dapat
menunjukkan efusi pleura.
- Auskultasi:
Berkurangnya intensitas suara nafas pada paru-paru menunjukkan adanya
obstruksi saluran nafas. Bunyi tambahan seperti ronkhi, wheezing, dan
sebagainya juga harus diperhatikan karena merupakan ciri khas dari penyakit
tertentu. Selain itu keadaan jantung dan hematologi juga harus diperiksa
karena dapat menimbulkan gejala sesak nafas juga.

Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan dahak.
pemeriksaan dahak harus mencakup pemeriksaan bilasan sputum gram (gram-
stained smear) untuk membuktikan adanya radang saluran napas bawah dan
penentuan jenis gram patogen.
- Analisis gas darah arterial.
Pengukuran gas darah arterial dilakukan pada evaluasi awal seluruh pasien
sesak yang memperlihatkan tekanan darah sistolik kurang dari 90 mm Hg, suatu
frekuensi napas lebih dari 35 kali/menit atau kurang dari 10 kali/menit atau sianosis.
Nilai ini berguna sebagai petunjuk penggunaan suplemen oksigen dan keputusan
untuk penggunaan ventilasi mekanis.
- Spirometri/Peak Flow Meter (Peak Expiratory Flow Rate - PEFR).

Spirometri memberi informasi beratnya obstruksi dan dapat digunakan untuk


menentukan seriusnya keadaan penyakit; menentukan berat ringannya obstruksi,
hasilnya dinyatakan dalam liter per menit. Nilai normal ditentukan untuk setiap
individu menurut jenis kelamin, usia dan tinggi badan. Nilai kurang dari 50% dari
yang diperkirakan menunjukkan obstruksi yang parah. Pemeriksaan PEFR ini harus
diulangi setiap 30 menit untuk menentukan perjalanan penyakit.

- Radiologi

Pembuatan foto toraks postero·anterior dan lateral dilakukan apabila dicurigai


adanya kelainan pada pleura, parenkim paru atau jantung. Adanya bula, kista, paru
emfisematus atau diafragrna yang mendatar (flattened diagraph) mendukung
diagnosis PPOK. Adanya kardiomegali mendukung kemungkinan penyebab sesak
yang berkaitan dengan jantung.
2.8 Pendekatan Diagnosis pada Sesak Nafas
1. Pulmonary
a. Pneumonia
anamnesis  sesak, gejala timbul mendadak, dapat didahului infeksi saluran
napas akut bagian atas dengan gejala batuk, demam terus menerus
pemeriksaan fisik  I napas cuping hidung, sianosis, retraksi dinding dada;
Pal fremitus meningkat; Per sonor; A suara vesikular atau subbronkial sampai
bronkial, ronki.
b. Asma bronkiale
anamnesis  Sering kambuh pada saat-saat tertentu (menjelang pagi, udara
dingin, banyak debu, dll), Nafas berbunyi, disertai/ tanpa sputum, Kadang ada
riwayat alergi (makanan tertentu, Obat, dll), Ada riwayat alergi/ sesak pada
keluarga lain yang sedarah, Kadang dicetuskan oleh stres.
pemeriksaan fisik  I sesak napas, napas cuping hidung, sianosis, gerakan
dada yang berkurang, napas dangkal; Pal Frekuensi napas meningkat; Per
hipersonor; A bunyi napas lemah, terdapat wheezing
c. Efusi Pleura
anamnesis  sesak napas , lebih nyaman tidur pada posisi yang sakit
pemeriksaan fisik  I Lebih cembung dan ketertinggalan gerak pada paru
yang sakit; Pal Frekuensi napas meningkat, fremitus suara lemah pada bagian
redup; Per redup, A bunyi napas lemah
2. Cardiac
a. Gagal Jantung
anamnesis  sesak napas timbul saat melakukan aktivitas ringan atau sedang,
berkeringat
pemeriksaan fisik  Pal peningkatan JVP, Per batas jantung dapat
membesar (cardiomegaly), A: terdapat suara tambahan murmur (+) dan gallop
(+)
b. Anemia
anamnesis  cepat lelah dan sesak napas saat beraktivitas
pemeriksaan fisik  I sesak napas ; Pal palpitasi, takikardia; Per normal,
dapat terjadi cardiomegaly pada anemia kronis; A bisa timbul sistolik
murmur
3. Psychogenic
a. Panic attacks
anamnesis  berdebar-debar, nyeri dada, sesak nafas, tremor, pusing, merasa
dingin atau panas, gejala mencapai puncaknya dalam 10 menit.
pemeriksaan fisik  tidak didapatkan kelainan
4. Upper airway obstruction
a. Epiglottitis
anamnesis  nyeri tenggorok, nyeri menelan/ sulit menelan, dan suara ”hot
potato voice”, disertai sesak
pemeriksaan fisik  I stridor inspiratoar, saliva yang menggenang, retraksi
dinding dada; Pal laju pernafasan lebih dari 20 kali permenit, nyeri tekan (+);
Per - ; Auskultasi normal
5. Endocrine
a. Metabolic acidosis
Anamnesis  Pernafasan menjadi lebih dalam atau lebih cepat. Sejalan
dengan memburuknya asidosis, penderita mulai merasakan kelelahan yang luar
biasa, rasa mengantuk, semakin mual dan mengalami kebingungan.
2.9 Diagnosis Banding Sesak Nafas
DAFTAR PUSTAKA

1. Parshall MB, Schwartstein RM , A dams L , Banzett RB , Manning Hl , Bourbeau J et


al.An Official American Thoracic Society Statement: Update on Mechanisms ,
Assessment , and Management of dyspnea.Am J Respir Crit Care Med.2012,15:435-52.
2. Morrison R , Summer WR.Basic Evaluation : Symptom / Problem Base .Dyspnea.In :Ali
J,Summer WR , Levitzky MG.Pulmonary Pathophysiology, A Clinical Approach.3 rd
ed.New York.Mc Graw Hill. 2010 :1-20.
3. Stulbarg MS , Adams L .Dyspnea.In :Murray JF , Nadel JA.eds.Textbook of Respiratory
Medicine.3 rd eb.Philadelphia,PA:WB Saunder.2000: 541-9.
4. Hanley ME.The History & Physical Examination in Pulmonary Medicine.In :Hanley ME ,
Welsh CH.Eds.Current Diagnosis & Treatment in Pulmonary Medicine.1 st ed.Boston Mc
Graw Hill.2004 :16-25.
5. Wahls SA.Causes and Evaluation of Chronic Dyspnea.American Family Physician.Vol
86.2012:173-80.

Anda mungkin juga menyukai