Anda di halaman 1dari 3

Ida Ayu Apsari Pradnya Niti

1965050077
RSUD Bekasi

(f) Patogenesis
 Biasanya banyak muncul pada abnormalitas fungsi dari bagian auditory SSP
 Plastisitas neural mungkin menyebabkan reorganisasi pada nukleus auditori pada
respon untuk kejadian perifer. Itu lalu mungkin menginduksi keadaan hiperaktif yang
menyebabkan tinitus. Kejadian perifer yang mungkin termasuk
- Menurunnya atau abnormal input perifer (kehilangan sel rambut, dsb)
- Rangsangan patologis dapat membawa ke menurunnya atau abnormalnya pola
waktu spontan pada serabut saraf auditori. Ini dapat merupakan penyebab adanya
kompresi saraf pada neuroma akustik dan vascular loops
 Pusat SSP yang lain lebih memainkan peran pada persepsi daripada tinitus
- Pusat Nervus kranial (trigeminal) mempengaruhi sistem auditori
- Amygdala, sistem limbik, dan pusat yang memainkan emosi memainkan peran
yang penting juga
- Dapat menjelaskan kenapa beberapa individu dengan audiogram yang normal
dapat merasakan tinnitus
(g) Diagnosis
 Riwayat lengkap untuk mengevaluasi yang berpotensi adanya kemungkinan trauma,
ototoksisitas, paparan bising, dll
 Otomikroskopi untuk mengevaluasi kanal telinga, membran timpani, dan telinga
tengah
- Debris, air, benda asing, atau benda lain dapat menyebabkan tinnitus
 Test audiometri standard bisa dilakukan untuk merekam fungsi sel rambut bagian luar
 Persamaan tinnitus daoat dilakukan pada telinga kontralateral untuk
mengkarakteristikan frekuensi dan volume dari tinnitus
- Tidak ada korelasi antara karakteristik tinnitus dengan level aggravation pasien
- Sekitar 50% studi menjelaskan bahwa pasien mengalami tinnitus pada amplitudo
5 dB
 Jika ada sebab vaskular, tatalaksana seperti diatas
(h) Tatalaksana
 Menghindari potensi bising/obat-obatan/atau sumber lain yang berpotensi injuri
 Konseling pasien berperan besar pada tatalaksana tinnitus
- Pasien harus diskrining apakah ada ansietas dan depresi apalagi jika sering
mengalami kekambuhan dari tinnitus
- Semua pengobatan harus ditinjau kembali
- Pemicu makanan seperti diet garam, konsumsi alkohol, dan caffeine harus
didiskusikan
 Dari waktu ke waktu, sekitar 25% pasien mengalami gejala perbaikan gejala, 50%
melaporkan perkembangan signifikan dan 25% stabil
 Masking di sisi tempat tidur (baik masking sebenarnya vs angin atau radio diantara
pemancarnya) harus digunakan saat ada gejala muncul di waktu tidur
 Alat bantu dengar – tatalaksana lini pertama jika pasien berhubungan dengan
kehilangan pendengaran
- Kembali ke suara yang hilang sebelumnya yang dapat menutupi tinnitus
- Jika tinnitus refrakter, dapat menggunakan alat masking (instrumen tinnitus) pada
alat bantu dengar
- Membuat stimulus bunyi untuk menutupi tinnitus
- Bisa digunakan juga untuk alat bantu dengar independen
- Menggunakan masking device meningkatkan kemungkinan kontrol tinnitus dari
25% menjadi 55%
 Pelatihan ulang terapi tinnitus – kombinasi dari konseling dan paparan suara
broadband membiasakan pasien terhadap tinnitus
- Pasien diekspos selama 16 jam bising broad band per hari
- Bising biasanya dimulai dari rendah tapi meningkat lambat sampai di level
dimana pasien masih mendengar tinnitus
- Idealnya lama kelamaan pasien tidak akan mendengar tinitus yang panjang atau
tidak terganggu dengan tinnitus
 Terapi biofeedback – perlu pasien yang kooperatif pada saat terapi dengan psikolog
- Menggunakan berbagai pemicu seperti meningkatnya suhu atau denyut pasien saat
fokus menyadari adanya tinnitus. Menggunakan pemicu ini dapat mempelajari
fokuskan perhatian jauh dari tinnitus
- Tumpang tindih secara signifikan dengan pengurangan stress
 Neuromodulator – alat auditori spesial yang mengirimnkan kombinasi nada, musik,
dan bunyi lain, berdasarkan karakteristik tinnitus pasien yang unik, untuk upaya ada
perubahan pada jalur neural
 Stimulasi transkranial magnetik – tatalaksana pengulangan, di desain untuk mengubah
persepsi dari tinnitus, masih diinvestigasi dengan data nedukung yang sedikit
 Pemberian cochlear implant – penempatan unilateral diberikan pada beberapa pusat
untuk menghalau tinnitus, untuk hubungan dengan tuli pada satu sisi, akan
memperlihatkan opsi tatalaksana emerging ; masih di pelajari dengan data yang
terbatas
 Pengobatan
- Pengobatan pada kecemasan dan depresi yang sudah ada sebelumnya, dapat
membantu pasien berjuang dengan tinnitus
- Suplemen tertentu seperti melatonin, lipoflavinoid, niacin, dibanding yang lain,
direkomendasikan untuk tatalaksana tinnitus
- Obat-obatan psikotropik seperi antidepresan dosis rendah, anticemas, SSRi, dan
benzodiasepin juga dipakai pada tinnitus

Soal

1. Mana pernyataan berikut yang bener terkait tinnitus matching?


A. Frekuensi tinnitus berhubungan dengan aggravasi pasien dengan gejala
B. Intensitas tinnitus berhubungan dengan agravasi pasien dengan gejala
C. Frekuensi tinnitus berhubungan dengan kemungkinan resolusi
D. Intensitas tinnitus berhubungan dengan kemungkinan resolusi
E. Tidak ada yang benar
2. Berapa presentasi pasien tinnitus sadar akan perkembangan akan gejalanya?
A. 75%
B. 50%
C. 25%
D. <1%
3. Yang mana dari pernyataan dibawah yang menggambarkan terapi retraining?
A. Stimulus bunyi berkelanjutan untuk mengeliminasi persepsi tinnitus
B. Menggunakan alat amplifikasi untuk mengamplifikasi frekuensi hilangnya
pendengaran sebelumnya
C. Paparan suara broadband beberapa waktu per hari untuk membiasakan pasien
dengan tinntus
D. Menggunakan berbagai pemicu fisiologis untuk membantu pasien tidak perhatian
dengan tinnitus
4. Dibawah ini apa yang tidak menjadi penyebab potensial dari tinnitus pulsatile
objektif?
A. Fistula dural AV
B. Hipertensi intrakranial idiopatik
C. Diseksi carotis
D. Arteri stpedial persisten
5. Apa tatalaksana petama untuk spasme otot stapedius?
A. Operasi
B. Beta-bloker
C. Botox
D. Muscle relaxant

Anda mungkin juga menyukai