Anda di halaman 1dari 27

UNIVERSITAS BENGKULU

“Conveying Better Future”

Referat
Manajemen Tinitus Subjektif pada Pasien
Tinitus
dengan Tinnitus Retraining Therapy (TRT)

Oleh:
Lisdawaty Naomi S (H1AP13012)

Pembimbing:
dr. Andri Sudjatmoko, Sp.KJ

KEPANITERAAN
ILMU KEDOKTERAAN JIWA
Latar Belakang
SURVEY Dampak
• Berasal dari Bahasa Psikologis
Latin “Tinnire” yang
berarti berdenging.
•Sekitar 30-40% populasi dewasa • Terdapat korelasi yang linear antara derajat
• Bersifat Subjektif dan pernah mengalami tinnitus di dalam distress yang disebabkan oleh keluhan
Objektif. hidupnya dan 0,5-2,5% diantara tinnitus dengan prevalensi anxietas dan
populasi tersebut mengalami
• Tinitus subjektif gangguan kualitas hidup.
depresi yang dapat berdampak pada
paling banyak penurunan kualitas hidup penderita
•Di Indonesia prevalensi tinnitus terus
ditemukan dalam meningkat sampai tahun 2015 • Ketidaknyamanan subjektif yang dipicu oleh
praktek sehari-hari. mencapai 70-80% pada jumlah total persepsi tinnitus merupakan kriteria utama
kelainan gangguan pendengaran. untuk rencan evaluasi neuropsikiatrik,
•Divisi Neurotologi bagian THT-KL dalam rangka membangun farmakologikal
atau terapi perilaku kognitif.
Tinitus RSUP Dr. M. Djamil periode 1
Januari – 31 Desember 2016 mencatat
bahwa 22 pasien yang datang ke
poliklinik dengan keluhan tinnitus
yang disebabkan oleh berbagai
penyebab
Latar Belakang

Suara yang terdengar begitu nyata dan serasa berasal dari dalam telinga atau kepala.
Pada sebagian besar kasus, gangguan ini tidak begitu menjadi masalah, namun bila
terjadinya makin sering dan berat maka akan menganggu juga.

Yew S. Kenneth. 2014. Diagnostic Approach to Patients with Tinnitus. American Family Physician, Vol. 89, Number 2.
Latar Belakang
Latar Belakang


Penatalaksanaan terkini yang dikemukakan oleh Jastreboff,
berdasarkan pada model neurofisiologinya adalah berupa
kombinasi konseling terpimpin, terapi akustik dan medikamentosa
bila diperlukan. Metode ini disebut dengan Tinnitus Retraining
Therapy.
 Tujuan dari terapi ini adalah memicu dan menjaga reaksi
habituasi dan persepsi tinitus dan atau suara lingkungan yang
mengganggu.
Jastreboff PJ, Gray W.C., Gold SL. Neurophysiological approach to tinnitus patients. Am J Otol. 1996. 17:236-
40.
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI TINITUS

 Tinitus adalah salah satu bentuk gangguan pendengaran berupa


sensasi suara tanpa adanya rangsangan dari luar, dapat berupa sinyal
mekanoakustik maupun listrik. Keluhan suara yang di dengar sangat
bervariasi, dapat berupa bunyi mendenging, menderu, mendesis,
mengaum, atau berbagai macam bunyi lainnya.
 Serangan tinitus dapat bersifat periodik ataupun menetap.
Terkadang dapat menyebabkan timbulnya keinginan untuk bunuh diri
TINJAUAN PUSTAKA

KLASIFIKASI TINITUS

Tinitus Subjektif
Berdasarkan
Objek
Tinitus Objektif
TINJAUAN PUSTAKA

DIAGNOSIS TINITUS
Beberapa kuesioner kesehatan menilai efek
dari tinitus, antara lain; tinnitus handicap
Tidak ada tes objektif untuk inventory dan tinnitus functional index.
kebanyakan kasus tinitus Kuesioner untuk menilai gejala yang
berkaitan seperti hiperakusis dan distres
• Protokol dalam mendiagnostik Tinitus psikologis
antara lain anamnesis, pemeriksaan
fisik, identifikasi kondisi psikologis
atau psikiatrik (menggunakan
pengukuran derajat beratnya dan
keparahan tinitus, dan pengukuran
kecemasan dan depresi), dan
pengukuran psikoakustik dari tinitus.
TINJAUAN PUSTAKA

Tatalaksana Tinitus
Penatalaksanaan tinitus merupakan masalah
yang kompleks dan merupakan fenomena
psikoakustik murni sehingga tidak dapat diukur.

Terapi Psikologis
Stimulasi Auditorik
Pendekatan
Farmakologi
Stimulasi Otak
TINJAUAN PUSTAKA

Tatalaksana Tinitus
Penatalaksanaan tinitus dengan stimulasi
audiotorik dan modulasi syaraf berupa terapi
suara.

Perangkat pembunyi tinitus

Perangkat pengalihan
4 cara kerja yang
berbeda: Perangkat habituasi

Perangkat modulasi syaraf


Tinnitus Retraining Therapy
Tujuan dari TRT adalah memicu dan
Dikemukan oleh menjaga reaksi habituasi dan
Jastreboff persepsi tinitus dan atau suara
lingkungan yang mengganggu
• Model neurofisiologi adalah
kombinasi konseling
terpimpin, terapi akustik, dan
medikamentosa bila
diperlukan
Tinnitus Retraining Therapy

1-2% populasi
umum mengalamai Reaksi
gangguan Habituasi
kehidupan

Tinnitus
Retraining
Low Level Therapy
Sound Therapy Directive Counseling
(ST) (DC)
Tinnitus Retraining Therapy

Profil Psikoakustik sama dan


Persepsi Subjektif yang berbeda

• Dasar Teori Neurofisiologis


• Terdiri dari:
• Sistem Auditori Perifer
• Struktur Auditori Subcortical
• Cortical Centers
• Sistem Limbik ‘
• Struktur Saraf Autonom
Tinnitus Retraining Therapy
Tinnitus Retraining Therapy

Low Level Sound Therapy


Directive Counseling (DC)
(ST)
TINJAUAN PUSTAKA

Directive Counseling (DC)


Cognitive-Behavioral Therapy (CBT)

Cognitive Behavioral Therapy (CBT) merupakan suatu pendekatan untuk membantu


mengubah pola pikir penderita terhadap tinitus dengan cara meminimalisir pikiran
negatif penderita terhadap gejala tinitus. Pendekatan ini terutama dilakukan dengan
bantuan psikolog dan harus rutin dijalankan beberapa waktu. Beberapa literatur
menunjukkan bahwa dengan gabungan antara CBT dan sound therapy/stimulasi
auditorik menunjukkan peningkatan kualitas hidup pada pasien yang terganggu.

Lesmana, J. M. (2009). Teori-TeoriKognitif dan Cognitive Behavior Therapy. Depok: FakultasPsikologiUniversitasIndonesia.


TINJAUAN PUSTAKA

Directive Counseling (DC)


Cognitive-Behavioral Therapy (CBT)

Mahoney dan Arnkoff 2011 mencoba untuk mengorganisasikan CBT kedalam tiga
focus tujuan terapi, yaitu:
(a)Cognitive restructuring (restrukturisasi kognitif)
(b)Coping skills therapies
(c)Problem solving therapies
Tinnitus Retraining Therapy
Low Level Sound
Therapy (ST)
Tinnitus Retraining Therapy
Low Level Sound
Therapy (ST)
Tinnitus Retraining Therapy

Reaksi Habituasi
Tinnitus Retraining Therapy
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Anna Rita et al tahun 2016 dengan
hipotesis pertamanya bahwa tinnitus menentukan kondisi psikiatrik; sebaliknya
kelainan terkompensasi yang sebelumnya ada akan ditemukan karena tinnitus.

Tinitus yang ditoleransi baik muncul kembali  Psikosis, gangguan tidur dan
insomnia juga sering disebabkan oleh tinnitus kronis  Peningkatan depresi,
anxietas dan keparahan gejala somatik.
Rauschecker dkk (2010)  Fokus pada peran jaringan limbik-kortikostriatal dalam
persepsi subjektif tinnitus.
Tidak ada rekomendasi dalam penggunaan medikasi rutin oleh US FDA untuk terapi
tinnitus kecuali pada pasien yang bersamaan dengan gangguan anxietas dan
depresi.
Tinnitus Retraining Therapy
• TAHAPAN:
• Anamnesis awal untuk mengidentifikasi masalah dan keluhan pasien
• Ditujukan terapi / profesional untuk mengumpulkan informasi lengkap pasien
Pertama • Dalam hal ini juga mencakup menentukan pengaruh tinitus dan penurunan
toleransi terhadap suara sekitarnya

Kedua • Mengevaluasi kondisi emosional dan derajat distres pasien

• Mendapatkan informasi untuk memberikan konseling yang tepat


Ketiga

• Membuat data dasar yang akan digunakan untuk evaluasi terapi


• Pengajaran terapi psikologi terhadap pasien untuk menghiraukan suara-suara di telinga karena tinnitus
Keempat
• Tahap ini dikombinasikan dengan latihan-latihan relaksasi serta manajemen stress
KESIMPULAN
• Pasien yang menderita tinnitus memiliki risiko yang lebih tinggi berkembang menjadi
penyakit tertentu, seperti insomnia, anxietas, depresi dan menunjukkan secara
keseluruhan kualitas hidup yang menurun.
• Ketidaknyamanan subjektif yang dipicu oleh persepsi tinnitus merupakan kriteria
utama untuk rencan evaluasi neuropsikiatrik, dalam rangka membangun
farmakologikal atau terapi perilaku kognitif.
• Penatalaksanaan terkini yang dikemukakan oleh Jastreboff, berdasar pada model
neurofisiologi adalah kombinasi konseling terpimpin, terapi akustik, dan
medikamentosa bila diperlukan. Metode ini dikenal dengan Tinnitus Retraining
Therapy (TRT). Terapi ini memberikan perbaikan pada pasien dengan Tinnitus subjektif.
• Tujuan dari TRT adalah memicu dan menjaga reaksi habituasi dan persepsi tinitus dan
atau suara lingkungan yang mengganggu.
• Habituasi diperoleh sebagai hasil dari modifikasi hubungan sistem auditorik ke sistem
limbik dan sistem saraf otonom.
Lampiran
Lampiran
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai