Anda di halaman 1dari 7

A.

Definisi
Tinitus adalah salah satu bentuk gangguan pendengaran berupa sensasi suara tanpa adanya
rangsangan dari luar, dapat berupa sinyal mekanoakustik maupun listrik. Keluhan suara
yang di dengar sangat bervariasi, dapat berupa bunyi mendenging, menderu,
mendesis,mengaum, atau berbagai macam bunyi lainnya. Suara yang didengar dapat
bersifat stabil atau berpulsasi. Keluhan tinitus dapat dirasakan unilateral dan bilateral.
Serangan tinitus dapat bersifat periodik ataupun menetap. Kita sebut periodik jika serangan
yang datang hilang timbul. Episode periodik lebih berbahaya dan mengganggu dibandingkan
dengan yang berifat menetap. Hal ini disebabkan karena otak tidak terbiasa atau tidak dapat
mensupresi bising ini.

B.EPIDEMIOLOGI
Pada grafik 1 dan tabel 1 menunjukan prevalensi tinitus pada pria dan wanita meningkat
dengan bertambahnya umur dan pada umur tertentu mengalami penurunan .Prevalensi
tinitus pada pria lebih tinggi daripada prevalensi tinitus pada wanita. Prevalensi tinitus
meningkat antara umur 50 sampai 75 dan mengalami penurunan pada umur 80 tahun .Hal
ini disebabkan karena pada orang yang berumur kurang dari 80 tahun tinitus sering disertai
dengan penyakit kardiovaskuler sehingga pada umur 80 tahun prevalensinya mengalami
penurunan yang disebabkan oleh kematian akibat penyakit kardiovaskuler.

C.Klasifikasi tinnitus
Berdasarkan letak dari sumber masalah, tinnitus dapat dibagi menjadi tinnitus otik dan
tinitus somatik. Jika kelainan terjadi pada telinga atau saraf auditoris, kita sebut tinitus otik,
sedangkan kita sebut tinitus somatik jika kelainan terjadi di luar telinga dan saraf tetapi
masih di dalam area kepala atau leher.

Berdasarkan objek yang mendengar

a. Tinitus Objektif

Tinitus objektif adalah tinitus yang suaranya juga dapat di dengar oleh pemeriksa dengan
auskultasi di sekitar telinga. Tinitus objektif biasanya bersifat vibratorik, berasal dari
transmisivibrasi sistem muskuler atau kardiovaskuler di sekitar telinga. Umumnya tinitus
objektif disebabkan karena kelainan vaskular, sehingga tinitusnya berdenyut mengikuti
denyut jantung

b. Tinitus Subjektif Tinnitus Subjektif adalah tinnitus yang suaranya hanya dapat didengar
oleh penderita saja.Jenis ini sering sekali terjadi.tinitus subjektif bersifat nonvibratorik,
disebabkan oleh prosesiritatif dan perubahan degeneratif traktus auditoris mulai sel-sel
rambut getar sampai pusat pendengaran.Tinitus subjektif bervariasi dalam intensitas dan
frekuensi kejadiannya. Beberapa pasien dapat mengeluh mengenai sensasi pendengaran
dengan intensitas yang rendah, sementara pada orang yang lain intensitas suaranya
mungkin lebih tinggi.

Berdasarkan kualitas suara yang didengar pasien ataupun pemeriksa, tinitus dapat dibagi
menjadi tinitus pulsatil dan tinitus nonpulsatil.

a. Tinitus Pulsatil
Tinitus pulsatil adalah tinitus yang suaranya bersamaan dengan suara denyut
jantung.Tinitus pulsatil jarang ditemukan dalam praktek sehari-hari. Tinitus pulsatil
dapat terjadi akibat adanya kelainan dari vaskular ataupun di luar vaskular.
b. Tinitus Nonpulsatil ,
Tinitus jenis ini bersifat menetap dan tidak terputuskan. Suara yang dapat didengar
oleh pasien bervariasi, mulai dari suara yang berdering, berdenging, berdengung,
berdesis, suara jangkrik, dan terkadang pasien mendengarkan bising bergemuruh di
dalam telinganya. Biasanya tinitus ini lebih didengar pada ruangan yang sunyi dan
biasanya paling menganggu di malam hari sewaktu pasien tidur, selama siang hari

E. Faktor risiko
• Terpapar suara yang keras. Paparan yang lama dari suara yang keras dapat merusak
sensoris sel rambut pada telinga yang mentransmisikan suara ke otak anda.Orang-orang
yang bekerja konstruksi,musisi dan tentara mempunyai risiko terkena

• Umur . Dengan bertambahnya umur,fungsi serat saraf pada telinga menurun .Hal ini ,
dapat menyebabkan masalah pendengaran yang dihubungkan dengan tinitus.

• Jenis kelamin.Laki-laki lebih banyak terkena tinnitus

 Merokok.Merokok mempunyai risiko yang tinggi untuk berkembang menjadi


tinnitus
 Penyakit kardiovaskular.Konsisi ini memberikan efek pada aliran darah
anda.Tekanan darah tinggi atau penyempitan arteri (atherosclerosis),dapat
meningkatkan risiko tinnitus
F. Patofisiologi tinitus
Tinitus adalah kondisi ketika seseorang mendengar suara atau bunyi di dalam telinga
mereka tanpa ada sumber suara eksternal yang nyata. Patofisiologi tinnitus masih belum
sepenuhnya dipahami, tetapi beberapa mekanisme yang mungkin terlibat meliputi:

1. Perubahan pada sel rambut di dalam telinga: Kerusakan pada sel rambut di koklea (bagian
telinga dalam yang bertanggung jawab untuk pendengaran) dapat menjadi penyebab
tinnitus. Kerusakan ini dapat disebabkan oleh kebisingan berlebih, infeksi telinga, atau
penuaan.

2. Gangguan aktivitas saraf: Ketika sel-sel rambut di dalam telinga mengalami kerusakan,
sinyal listrik yang dihasilkan oleh mereka mungkin tidak ditransmisikan dengan benar ke
otak. Hal ini dapat menyebabkan perubahan pada aktivitas saraf di jaringan telinga dan
otak, yang kemudian dapat diinterpretasikan sebagai suara tinnitus.

3. Perubahan pada sistem saraf pusat: Tinnitus juga dapat terkait dengan perubahan pada
sistem saraf pusat. Penyakit atau gangguan yang melibatkan sistem saraf pusat, seperti
tumor otak, cedera kepala, atau gangguan neurologis tertentu, dapat menyebabkan
tinnitus.

4. Gangguan pembuluh darah: Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara


gangguan vaskular (pembuluh darah) dan tinnitus. Perubahan pada aliran darah di telinga
dan daerah terkait dapat mempengaruhi munculnya tinnitus.

Penting untuk dicatat bahwa tinnitus bisa bersifat sementara atau kronis. Jika Anda
mengalami gejala tinnitus, disarankan untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan
Anda untuk menentukan penyebab yang mungkin dan mencari pengelolaan yang sesuai.

G. PENGGOLONGAN DAN MEKANISME OBAT


Obat untuk tinnitus tidak diklasifikasikan secara khusus karena tidak ada obat yang secara
khusus dikembangkan untuk mengobati kondisi ini. Namun, beberapa jenis obat dapat
digunakan untuk membantu mengurangi gejala yang terkait dengan tinnitus, seperti
kecemasan, depresi, atau gangguan sirkulasi yang mungkin berkontribusi pada kondisi ini.
Berikut ini adalah beberapa jenis obat yang mungkin diresepkan dan cara kerjanya yang
mungkin berkontribusi dalam mengelola gejala tinnitus:

1. Antidepresan: Obat ini dapat diresepkan dalam kasus di mana tinnitus menyebabkan
distres emosional yang signifikan. Antidepresan tertentu seperti amitriptilin atau nortriptilin
dapat membantu mengelola kecemasan dan depresi yang dapat memperparah persepsi
terhadap suara tinnitus. Mekanisme kerja obat ini melibatkan pengaruhnya pada
neurotransmiter di otak, yang dapat membantu mengurangi sensitivitas terhadap suara
tinnitus.

2. Obat anti-ansietas: Benzodiazepin seperti diazepam atau obat anti-ansietas non-


benzodiazepin seperti buspiron mungkin diresepkan untuk membantu mengurangi
kecemasan yang terkait dengan tinnitus. Mekanisme kerja obat ini melibatkan pengaruhnya
pada sistem saraf pusat untuk menghasilkan efek penenang dan mengurangi reaksi
kecemasan yang mungkin memperburuk persepsi terhadap suara tinnitus.

3. Obat anti-inflamasi: Dalam beberapa kasus di mana tinnitus disebabkan oleh masalah
sirkulasi atau peradangan di telinga bagian dalam, kortikosteroid atau obat anti-inflamasi
lainnya mungkin diresepkan untuk mengurangi peradangan dan memperbaiki sirkulasi
darah di area tersebut. Mekanisme kerja obat ini melibatkan pengurangan peradangan dan
peningkatan aliran darah ke telinga bagian dalam yang dapat membantu mengurangi gejala
tinnitus.

4. Suplemen makanan: Beberapa suplemen makanan seperti magnesium atau gingko biloba
telah diteliti untuk penggunaannya dalam mengelola gejala tinnitus. Mekanisme kerja dari
suplemen ini mungkin melibatkan efek antioksidan, perbaikan sirkulasi, atau pengaruh
mereka terhadap fungsi saraf dan pendengaran.

Penting untuk mendiskusikan opsi perawatan apa pun dengan dokter Anda sebelum
memulai penggunaan obat atau suplemen tertentu. Dokter adalah orang yang paling tepat
untuk mengevaluasi kondisi Anda, menyarankan pengobatan yang sesuai, dan memberikan
informasi tentang manfaat dan risiko yang terkait dengan penggunaan obat tertentu.
Selain itu, perlu diingat bahwa tinnitus dapat disebabkan oleh berbagai faktor, dan
pengobatan yang tepat untuk tinnitus dapat bervariasi tergantung pada penyebab yang
mendasarinya. Maka dari itu, diagnosis yang tepat dan penanganan yang sesuai merupakan
langkah kunci dalam mengelola tinnitus.

H. MONITORING EFEK SAMPING OBAT


Sebagai seorang farmasis, Anda memiliki peran yang sangat penting dalam memantau efek
samping obat yang diberikan kepada pasien yang mengalami tinnitus. Berikut adalah
langkah-langkah yang dapat diambil untuk memantau efek samping obat tinnitus:

1. Edukasi Pasien: Ketika memberikan obat untuk tinnitus kepada pasien, penting untuk
memberikan informasi yang jelas mengenai efek samping yang mungkin terjadi. Edukasi
pasien tentang gejala efek samping yang perlu diwaspadai dan diobservasi dapat membantu
dalam memantau respons pasien terhadap obat.

2. Follow-Up: Setelah memberikan obat, penting untuk melakukan follow-up dengan pasien.
Bertanyalah tentang pengalaman pasien dengan obat tersebut, termasuk apakah mereka
mengalami efek samping apa pun. Pemantauan ini membantu dalam mengidentifikasi efek
samping yang mungkin belum dilaporkan sebelumnya.

3. Evaluasi Kondisi Pasien: Selain memantau efek samping yang terkait dengan obat itu
sendiri, penting juga untuk mengidentifikasi apakah gejala tinnitus pasien membaik, tidak
berubah, atau bahkan memburuk setelah memulai pengobatan. Hal ini memerlukan
pemantauan terhadap gejala tinnitus yang spesifik dan perubahan apa pun yang terkait
dengan penggunaan obat.

4. Konsultasi dengan Profesional Kesehatan: Jika ada tanda-tanda efek samping yang
mencurigakan atau jika pasien melaporkan perubahan signifikan dalam gejala tinnitus
mereka, penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan yang merawat pasien,
seperti dokter atau ahli tuli. Kolaborasi dengan profesional kesehatan lainnya adalah
penting untuk memastikan pasien menerima perawatan yang komprehensif.
5. Catatan Pasien: Pastikan untuk mencatat semua informasi relevan mengenai respons
pasien terhadap obat, termasuk efek samping yang dilaporkan, perubahan gejala tinnitus,
dan segala rekomendasi atau langkah yang diambil sebagai respons terhadap pengamatan
tersebut. Catatan ini akan membantu dalam memantau keseluruhan respons pasien
terhadap pengobatan seiring waktu.

6. Konsultasi Profesional Kesehatan: Jika terjadi efek samping yang serius atau berpotensi
mengancam jiwa, segera rujuk pasien ke fasilitas layanan kesehatan yang tepat untuk
evaluasi lebih lanjut.

Dalam memantau efek samping obat tinnitus, keterlibatan farmasis dalam mendidik pasien,
memantau respons obat, serta berkolaborasi dengan profesional kesehatan lainnya
sangatlah penting. Dengan pemantauan yang cermat, Anda dapat membantu memastikan
bahwa pasien menerima perawatan yang aman dan efektif terkait dengan tinnitus.

I. MONITORING EFEKTIFITAS OBAT


Sebagai seorang farmasis, memantau efektivitas obat untuk tinnitus merupakan
bagian penting dari peran Anda dalam merawat pasien. Berikut adalah
beberapa langkah yang dapat Anda ambil untuk memantau efektivitas obat
tinnitus:

1. Edukasi Pasien: Penting untuk memberikan edukasi kepada pasien tentang


harapan yang realistis terkait dengan pengobatan tinnitus dan bagaimana cara
mereka dapat memantau perubahan dalam gejala mereka sendiri. Berikan
informasi tentang tanda-tanda perbaikan yang mungkin mereka alami, serta
tanda-tanda yang mengindikasikan perlunya konsultasi lebih lanjut.

2. Evaluasi Gejala: Saat pasien mengambil obat untuk tinnitus, minta mereka
untuk mengamati perubahan dalam gejala mereka. Tanyakan apakah mereka
merasakan perbaikan dalam intensitas atau frekuensi tinnitus mereka, atau
apakah mereka mengalami efek samping yang mempengaruhi kualitas hidup
mereka.

3. Jadwal Follow-Up: Sesuaikan jadwal follow-up dengan pasien untuk


memantau perubahan dalam gejala mereka seiring waktu. Dengan memantau
gejala secara teratur, Anda dapat membantu pasien dan profesional kesehatan
lainnya untuk mengevaluasi efektivitas pengobatan dan membuat penyesuaian
jika diperlukan.

4. Evaluasi Kondisi Pasien: Selain memantau gejala tinnitus itu sendiri,


pertimbangkan juga dampak pengobatan terhadap kesejahteraan umum pasien.
Apakah obat mengurangi stres atau kecemasan yang terkait dengan tinnitus?
Apakah pasien melaporkan perubahan dalam kualitas tidur atau tingkat energi
mereka?

5. Komunikasi dengan Profesional Kesehatan: Kolaborasi dengan dokter atau


spesialis tuli untuk memantau perubahan dalam gejala pasien. Diskusikan hasil
pengamatan Anda dengan profesional kesehatan yang merawat pasien secara
teratur untuk memastikan bahwa respons terhadap pengobatan dievaluasi
secara komprehensif.

6. Rekonsiliasi Obat: Perhatikan apakah pasien menggunakan obat-obatan lain


yang dapat mempengaruhi tinnitus atau respons terhadap pengobatan. Lakukan
rekonsiliasi obat secara rutin untuk memastikan bahwa tidak ada interaksi obat
yang tidak diinginkan yang dapat memengaruhi efektivitas pengobatan tinnitus.

7. Lakukan Konseling: Gunakan kesempatan konseling dengan pasien untuk


membahas penggunaan obat dengan cermat. Pastikan pasien memahami
rencana pengobatan mereka, termasuk dosis yang benar, jadwal minum obat,
dan imbauan untuk melaporkan segala perubahan yang mereka alami.

Dengan melibatkan diri secara aktif dalam memantau efektivitas obat tinnitus,
Anda dapat memainkan peran yang sangat penting dalam membantu pasien
mencapai hasil yang diinginkan. Komunikasi terbuka dengan pasien dan
profesional kesehatan lainnya, memantau perkembangan gejala secara teratur,
serta memastikan pemahaman pasien terhadap penggunaan obat adalah
langkah-langkah kunci dalam menjaga efektivitas pengobatan tinnitus.

Anda mungkin juga menyukai