Oleh :
dr.ERIE TRIJONO,Sp.THT-KL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Tinitus adalah bunyi abnormal yang didengar oleh penderita yang berasal dari
dalam kepala, biasanya terlokalisasi, dan jarang didengar oleh orang lain.
Tinitus dapat digambarkan sebagai telinga yang berdering dan berbagai suara
didalam kepala yang terdengar tanpa adanya sumber suara dari luar. Tinitus dapat
didengar pada satu atau kedua telinga atau ditengah-tengah kepala ataupun bisa juga
digambarkan tidak jelas lokasinya. Suara dapat terdengar lemah, sedang ataupun
keras, dapat terdengar satu jenis atau pun lebih,dan serangan dapat terus menerus
ataupun hilang timbul.
Tinitus dapat menyerang siapa saja dan semua umur. Kurang lebih 24 juta
orang mengalami tinitus, orang-orang tersebut terutama menndengar deringan atau
suara lain paling tidak satu kali atau lebih dalam suatu waktu dan dapat berulang pada
lain waktu. Menurut Tungland rata-rata 5% populasi dewasa di Inggris pernah
mengalami tinitus. Sedangkan di AS, tinitus dilaporkan oleh Richard menyerang 10%
populasi umumnya usia 40-70 tahun.
Tinitus dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu tinitus subjektif dan
tinitus objektif. Tinitus subjektif biasanya terjadi pada gangguan pendengaran
sensorineural, intoksikasi obat, sedangkan pada tinitus objektif biasanya terjadi pada
gangguan vaskuler, gangguan mekanis seperti terbukanya tuba eustachius,
kejang
klonus
muskulus
tensor
timpani
dan
muskulusstapedius
serta
otot-otot palatum.
Tinitus biasanya dihubungkan dengan tuli sensorineural dan dapat juga karena
tuli konduksi. Tinitus merupakan kelainan pada telinga dengan banyak penyebab. Pada banyak
kasus terutama terjadi tinitus subjektif, tetapi terkadang keluhan ini dapat didengar
oleh pemeriksa. Gangguan telinga, terutama gangguan pendengaran merupakan
penyebab utama terjadinya tinitus subjektif. Gangguan telinga bilateral dengan tinitus
harus dicurigai adanya neuroma akustik.
Vertigo adalah sensasi berputar atau berpusing yang merupakan suatu gejala,
penderita merasakan benda-benda di sekitarnya bergerak-gerak memutar
atau
Terjadinya vertigo ini bukan oleh suatu kelainan, tetapi justru oleh tidak adanya gaya
gravitasi.
Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai
beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam,
tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali.
Pada anak, tinitus dan vertigo dapat terjadi dikarenakan suatu masalah
penyakit tertentu. Pada makalah makalah ini kita akan membahas tentang penyakit
apa saja pada anak yang berhubungan dengan tinitus dan vertigo.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui jenis penyakit pada anak yang berhubungan dengan tinitus dan
vertigo
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kata tinitus berasal dari kata latin tinnire yang berarti berdering atau
deringan, tinitus berarti persepsi pendengaran yang tidak diinginkan akibat masalah
didalam kepala, umumnya terlokalisasi, dan jarang didengar orang lain.
Tinitus adalah bunyi abnormal yang didengar oleh penderita yang berasal dari dalam
kepala. Menurut Tungland tinitus adalah persepsi suara ketika tidak ada sumber suara.
Suara yang terdengar oleh penderita tinitus digambarkan bervariasi dari suara
berdering, berdengung, berbisik, melengking dan lain-lain.
Tinitus bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan sebuah gejala yang
berhubungan dengan lintasan pendengaran penderita. Hampir semua orang pernah
mengalami tinitus. Tinitus dapat sangat mengganggu, namun di banyak kasus
bukanlah masalah serius. Namun beberapa kasus memang memerlukan penanganan
medis bahkan dengan tindakan operasi.
2.2 Klasifikasi Tinitus
Klasifikasi tinitus dapat dibagi berdasarkan tekanan menjadi tinitus jenis
bergetar dan jenis yang tidak bergetar. Sedangkan berdasarkan jenis suaranya
dibedakan menjadi tinitus subjektif dan tinitus objektif. Klasifikasi yang sering
digunakan adalah pembagian klasifikasi yang kedua.
A. Tinitus Subjektif
Penyebab utama terjadinya tinitus ini adalah penyakit telinga. Yang paling
banyak adalah penyebab terjadinya gangguan pendengaran, baik yang konduktif
maupun yang sensorineural.
Gangguan konduktif dapat disebabkan oleh sumbatan oleh serumen,
otitis eksterna, perforasi membrane timpani, ataupun anomaly cincin tulang ossikular
atau otosklerosis. Sedangkan ganguan sensorineural terjadi karena abnormalitas inner
ear atau lesi nervus yang mempersarafi telinga terutama N.VIII. Etiologi utama
terjadinya gangguan ini adalah noise induced hearing loss (NIHL), dan presbyakusis.
B. Tinitus Objektif
Tinitus jenis ini jarang dijumpai, biasanya disebabkan oleh gangguan
vaskuler, penyakit neurologik, ataupun disfungsi tuba eustachius. Gangguan vaskuler
akan menunjukkan keluhan tinitus pulsatil, dimana bising arteri ditransmisikan ke
arteri yang berdekatan dengan tulang temporal.
2.3 Etiologi
1. Reaksi Alergi
a. Obat
Obat-obat terutama yang bersifat ototoksik, dimana obat tersebut akan
mempengaruhi sel-sel rambut, N.VIII, atau hantaran saraf pusat. Salah satu
contohnya berupa jenis antibiotik aminoglikosid yang mempunyai efek ototoksik.
Obat-obatan tersebut adalah neomisin, kanamisin, amikasin dan dihidro-streptomisin
yang berpengaruh pada komponen akustik. Gangguan akustik ini tidak selalu terjadi
pada kedua telinga sekaligus. Pada mulanya kepekaan terhadap gelombang frekuensi
tinggi akan berkurang dan tidak disadari. Gejala dini berupa tinitus bernada tinggi
dapat bertahan sampai dua minggu setelah pemberian aminoglikosid dihentikan.
Penggunaan obat-obat ototoksik harus dengan pengawasan ketat, terutama pada
penderita dengan faktor resiko, yaitu penderita anak kecil, gangguan hepar dan ginjal,
hamil, riwayat gangguan pendengaran atau NIHL (Noise Induced Hearing Loss).
Tabel 1. Obat dan Zat yang Bisa Penyebab Tinitus (Crummer, at.al., 2004)
Analgesik
Antibiotik
Aspirin
Nonsteroidal anti-inflammatory drugs
Aminoglikosida
Kloramfenikol (Chloromycetin)
Eritromisin
Tetracycline
Vankomisin (Vancocin)
Kemoterapi
Bleomycin (Blenoxane)
Cisplatin (Platinol)
Mechlorethamine (Mustargen)
Methotrexate (Rheumatrex)
Vincristine (Oncovin)
Loop Diuretik
Bumetanide (Bumex)
Ethacrynic acid (Edecrin)
Furosemide (Lasix)
Lainnya
Klorokuin (Aralen)
Logam berat : merkuri
Heterosiklik antidepresan
Kina
2. Penyakit
a. Lime Disease
b. Infeksi telinga berat
c. Hiperkolesterolemia
d. Abnormalitas vaskuler
e. Hipertensi intracranial
f. Menieres sindrom
g. Temporomandibular sindrom
h. Stress
i. Diet dan lifestyle
3. Trauma dan terapi pembedahan
a. Trauma kepala akibat kecelakaan
b. Operasi gigi dan Mercury amalgam thooth filling
c. Chocklear implant atau operasi tulang kepala lain
d. Arnold Chiari Malformation (AMC)
4. Paparan bising berlebihan.
Tabel 2. Penyebab Tinitus (Crummer, at.al., 2004)
Tinitus Subyektif
1. Otologic
Tinitus Obyektif
1. Vaskular
anamnesis
ditanyakan
waktu
permulaan
munculnya
gejala,
lokasi bunyi apakah uni atau bilateral, durasi, jenis bunyi, keluhan yang menyertai,
riwayat penyakit sebelumnya, dan riwayat penyakit yang lain yang mungkin dapat
berhubungan.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis tinitus dapat
dilakukan dengan tes-tes antara lain:
1.) Baer Test / uji Baer
Uji ini dilakukan untuk mencatat respon gelombang elektroda di tulang kepala
pada 0-10 msec (potensial awal), 10-50 msec (potensial tengah), dan 50-500 msec
(potensial akhir). Uji pada akhirnya dapat untuk menentukan adanya gangguan
pendengaran sensorineural dan penyebabnya, apakah akibat kelainan koklea, N.VIII,
atau lesi di susunan saraf pusat.
2.) Bedside Test.
Bedside test digunakan untuk analisis awal suatu gangguan pada telinga, yang
terdiri dari 4 jenis tes, antara lain:
a. Tes menggunakan suara dari pemeriksa sendiri dengan menggunakan intensitas
yang berbeda-beda (misalnya berbisik, berbicara biasa, berbicara keras dan
berteriak).
b. Tes Sschwabach : dengan membandingkan hantaran suara dari penala di tulang
mastoideus dan dibandingkan antara penderita dan pemeriksa.
c. Tes Rinne : saraf konduksi dibandingkan antara hantaran udara dan hantaran
tulang mastoideus. Tes ini digunakan untuk membandingkan antara hantaran
melalui udara dan melalui tulang. Normalnya hantaran udara dua kali lebih lama
daripada hantaran tulang
d. Tes Weber : penala diletakkan di garis tengah kepala ( dahi, vertex,
pangkal hidung, ditengah-tengah gigi seri atau di dagu ). Tes ini digunakan untuk
membandingkan hantaran tulang telinga kiri dan telinga kanan.
3.) Audiometri
Gambar 1 : Algoritma yang diusulkan untuk pendekatan diagnostik untuk tinitus. (CT = computed
tomography; MRA = magnetic resonance angiography; MRI = magnetic resonance imaging)
Idiopatik
Paparan Kebisingan
Biasanya oleh paparan suara keras
Otomikosis
Merupakan infeksi subakut atau kronis dari liang telinga luar oleh jamur.
Jamur penyebabnya dapat dibagi 2 jenis, yaitu (1) Saprofit, misalnya :
aspergilosis, penisilinosis, mukormikosis dan (2) Patogen, misalnya :
(a) dangkal (superficial), seperti : moniliasis, mikrosporosis, trikofitosis,
epidermofitosis; (b) dalam, seperti : aktinomikosis, blastomikosis.
Faktor predisposisi ialah udara panas dan lembab, terdapat terutama di
daerah tropis.
Patogenesis setelah jamur mengadakan implantasi pada stratum korneum
liang telinga luar selama beberapa hari sampai beberapa minggu kemudian
terjadi masa proliferasi sehingga jamur tumbuh sampai permukaan epidermis
dan mulai timbul peradangan. Keropeng jamur membentuk masa yang basah
dan mengisi seluruh liang telinga. Gejala timbul setelah jamur tumbuh dan
terjadi pengelupasan. Penderita merasa telinganya gatal, kadang-kadang
disertai nyeri. Telinga terasa penuh dan pendengaran berkurang, serta terdapat
tinitus.
Keropeng ini terdiri dari sel epitel yang rusak, miselium, spora dan
sel neutrofil. Bila keropeng ini dibersihkan tampak permukaan yang kasar,
bergranulasi dengan luka-luka yang kecil. Pembersihan kropeng-kropeng
yang tidak steril dapat menyebabkan infeksi sekunder. Infeksi ini dapat
menutupi infeksi primernya dan dapat terjadi selulitis dan adenopati.
Selulitis ini dapat menjalar ke jaringan ikat dan perikondrium daun telinga.
Gejala berupa rasa gatal, telinga terasa penuh, pendengaran kurang dan
d.
tinitus.
Tinitus berdenyut
Karena adanya aliran darah abnormal pada ateri atau vena dekat dengan
e.
f.
g.
10
2.6 Terapi
Pengobatan tinitus merupakan masalah yang kompleks dan merupakan
fenomena psiko-akustik murni, sehingga tidak dapat diukur. Perlu diketahui penyebab
tinitus supaya dapat dihilangkan dengan cara mengobati penyebabnya tetapi kadangkadang penyebabnya itu sukar diketahui.
1.
Terapi Penyamaran
Terapi penyamaran merupakan pilihan praktis untuk menghilangkan gangguan
tinitus, diantaranya dengan cara menyamarkan suara menggunakan kipas angin
dan atau radio / lagu-lagu setiap waktu / selama sadar / mau tidur.
Yang termasuk terapi ini antara lain:
a. Biofeedback
Biasanya digunakan untuk mengurangi stress.
b. Sound terapi
Metode terapi ini diindikasikan untuk tinnitus, vertigo. Metode ini
2.
(Tegretol),
fenitoin
(Dilantin),
Primidon
melindungi
otak
dari
radikal
bebas,
meningkatkan
ingatan,
12
5.
13
menormalkan kecepatan suara, juga berguna untuk mencegah suara bising dari
6.
oleh neuroma akustik, abnormalitas vaskuler, dan TMJ sindrom. Salah satu
bentuk tindakan ini adalah implant koklear.
Neurotomi merupakan tindakan pembedahan pilihan terakhir, dengan
melakukan pembedahan N.VIII, tetapi hati-hati, jika penyebab tinitus akibat
sesuatu di dalam otak, pasien akan tuli permanen dan tinitus masih dapat
terjadi.
12. Terapi alternative
a. Akupuntur
Akupuntur merupakan
pengobatan
tradisional
Cina
kuno.
Tujuan
Dengan
menggunakan
trial
and
error,
ditemukan
bahwa
untuk
BAB III
VERTIGO PADA ANAK
3. 1
Defenisi
Vertigo adalah sensasi berputar atau berpusing yang merupakan suatu gejala,
atau
15
- Vertigo posisi : Vertigo ini disebabkan oleh perubahan posisi kepala. Vertigo timbul
karena perangsangan pada kupula kanalis semi-sirkularis oleh debris atau pada
kelainan servikal. Debris ialah kotoran yang menempel pada kupula kanalis semisirkularis.
- Vertigo kalori : Vertigo yang dirasakan pada saat pemeriksaan kalori. Vertigo ini
penting
ditanyakan
pada
pasien
sewaktu
tes
kalori,
supaya
ia
dapat
3. 2
Etiologi
Fisiologik
Labirinitis
Menire
Otitis media
Motion sickness
Neuroma akustik
Neuronitis vestibular
16
Insufisiensi vertebro-basilar
Sklerosi diseminata
Tumor
Siringobulbia
3. 3 Patofisiologi
Vertigo timbul jika terdapat ketidak cocokan informasi aferen yang disampaikan
ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan
vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan impulsnya
ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem optik dan proprioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N.III,
IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis. Informasi yang
berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual,
dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih
dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya
adalah proprioseptik. Dalam kondisi fisiologis / normal, informasi yang tiba di pusat
integrasi alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan
proprioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan
sinkron dan wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa
penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak.
Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan
sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi
tidak normal / tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan,
maka proses pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo
dan gejala otonom; di samping itu respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat
sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness,
ataksia saat berdiri / berjalan dan gejala lainnya (Mardjono dan Shidarta, 2004)
17
3. 4 Fisiologi
Informasi yang berguna untuk alat keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh
respetor vestibuler visual dan propioseptik. Dan ketiga jenis reseptor tersebut,
reseptor vestibuler yang punya kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50%
disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil konstribusinya adalah
propioseptik. Arus informasi berlangsung
intensif
bila
perubahan gerakan dari kepala atau tubuh, akibat gerakan ini menimbulkan
perpindahan cairan endolimfe di labirin dan selanj utnya bulu (cilia) dari
s el rambut (hair cells) akan menekuk. Tekukan belum menyebabkan
permeabilitas membran sel berubah sehingga ion Kalsium menerobos masuk kedalam
sel (influx). Influx Ca akan menyebabkan terjadinya depolarisasi dan juga
merangsang pelepasan NT eksitator (dalam hal ini glutamat) yang selanjutnya akan
meneruskan impul sensoris ini lewat saraf aferen (vestibularis) ke pusat-pusat alat
keseimbangan tubuh di otak. Pusat Integrasi alat keseimbangan tubuh pertama diduga
di inti vertibularis menerima impuls aferen dari propioseptik, visual dan
vestibuler. Serebelum selain merupakan pusat integrasi kedua juga diduga
merupakan pusat komparasi informasi yang sedang berlangsung dengan informasi
gerakan yang sudah lewat, oleh karena memori gerakan yang pernah
dialami masa lalu diduga tersimpan di vestibule serebeli. Selain serebellum, informasi
tentang gerakan juga tersimpan di pusat memori prefrontal korteks serebri.
3.4.1 Cara Membedakan Vertigo Perifer dan Sentral
Ada dua macam vertigo, yakni vertigo sentral dan perifer. Vertigo sentral
adalah vertigo yang sumber masalahnya berasal dari kelainan pada sistem saraf pusat.
Sedangkan vertigo perifer adalah vertigo yang sumber masalahnya berasal dari
kelainan sistem vestibuler perifere yang terdiri dari sensor proprioseptif, sensor taktil
dan visual. Cara untuk membedakan kedua vertigo ini dapat dilihat melalui sejumlah
anamnesi yang berkaitan dengan onset vertigo, tingkat keparahannya, riwayat
penyakit terdahulu dan penggunaan obat. Semua pertanyaan itu memiliki nilai yang
sangat signifikan dalam menentukan penyebab vertigo agar pemberian terapi pada
pasien dapat mengatasi keluhan secara optimal. Selain anamnesis pemeriksaan fisis
juga sangat berperan dalam menentukan sumber kelainan vertigo. Manuver sederhana
sepertei manuver Epley juga dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis.
Ver tig o juga dap at diseba bka n ole h kelainan vaskuler, seperti
hipotensi. Untuk membedakan dengan kelainan vaskuler, maka kita harus
memeriksa tekanan darah dan denyut nadi pasien. Jika tidak terdapat kelainan pada
kedua hal maka kemungkinan diagnosis yang tersisa adalah kelainan
18
neurologis
dan kelainan
labirin.
Untuk menyingkirkan
kemungkinan
Vertigo Vestibular
Sifat vertigo
Serangan
Mual / muntah
Gangguan pendengaran
Gerakan pencetus
Situasi pencetus
rasa berputar
episodik
+
+/gerakan kepala
-
melayang,hilang keseimbangan
kontinu
gerakan obyek visual
keramaian, lalu lintas
19
Bangkitan vertigo
Derajat vertigo
Pengaruh gerakan kepala
Gejala otonom (mual,
muntah, keringat)
Gangguan pendengaran
(tinitus, tuli)
Tanda fokal otak
lebih mendadak
berat
++
++
lebih lambat
ringan
+/+
Disertai Keluhan
Telinga
Tidak Disertai
Keluhan Telinga
Timbul Karena
Perubahan Posisi
Penyakit Meniere,
tumor fossa cranii
posterior, transient
ischemic attack
(TIA) arteri
vertebralis
Benign paroxysmal
positional vertigo
(BPPV)
Vertigo kronis
Kontusio serebri,
sindroma paska
komosio,
multiple sklerosis,
intoksikasi obatobatan
Hipotensi ortostatik,
vertigo servikalis
Vertigo akut
Trauma labirin,
herpes zoster otikus,
labirinitis akuta,
perdarahan labirin
Neuronitis
vestibularis,
ensefalitis
vestibularis,
multipel sklerosis
3.5 Penyakit-Penyakit Yang Berkaitan Dengan Gejala Dan Penatalaksanaannya Pada Anak
3.5.I OTITIS
3.5.I.1 Definisi
20
Otitis adalah radang telinga, yang ditandai dengan nyeri, demam, hilangnya
pendengaran, tinitus dan vertigo. Otitis berarti peradangan dari telinga, dan media
berarti tengah. Jadi otitis media berarti peradangan dari telinga tengah. Otitis media
adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius,
antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Otitis media adalah infeksi atau inflamasi pada
telinga tengah.
3.5.1.2 Otitis Media Akut
Otitis media akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum
telinga tengah dan terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu. Otitis media akut
adalah proses infeksi yang ditentukan oleh adanya cairan di telinga atau gangguan
dengar, serta gejala penyerta lainnya tergantung berat ringannya penyakit, antara lain:
demam, iritabilitas, letargi, anoreksia, vomiting, bulging hingga perforasi membrana
tympani yang dapat diikuti dengan drainase purulen. Otitis media akut bisa terjadi
pada semua usia, tetapi paling sering ditemukan pada anak-anak terutama 3 bulan3 tahun.
Otitis media akut terjadinya dapat cepat dan berdurasi pendek, otitis media
akut biasanya berhubungan dengan akumulasi cairan di telinga tengah bersama
dengan tanda-tanda atau gejala-gejala dari infeksi telinga, gendang telinga, yang
menonjol biasanya disertai nyeri, atau gendang telinga yang berlubang, seringkali
dengan aliran dengan materi yang bernanah, dan dapat disertai demam.
3.5.1.3 Otitis Media Kronis
Otitis media kronis adalah infeksi menahun pada telinga tengah. Kondisi yang
berhubungan dengan patologi jaringan irreversible dan biasanya disebabkan oleh
episode berulang otitis media akut yang tak tertangani. Otitis media adalah proses
peradangan di telinga tengah dan mastoid yang menetap > 12 minggu. Otitis media
kronik adalah perforasi pada gendang telinga.
Otitis media kronis adalah peradangan telinga tengah yang dapat berulang,
secara khas untuk sedikitnya satu bulan. Orang awam biasanya menyebut congek.
OMK dibagi dapat dibagi menjadi 2 tipe, yaitu :
1. Tipe tubotimpani (tipe benigna/ tipe aman/ tipe mukosa)
21
Tipe ini ditandai adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala klinik
yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Proses peradangan pada OMK
posisi ini terbatas pada mukosa saja, biasanya tidak mengenai tulang, umumnya
jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya dan tidak terdapat kolesteatom.
Beberapa faktor lain yang mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba
Eustachius, infeksi saluran nafas atas, kegagalan pertahanan mukosa terhadap infeksi
pada penderita dengan daya tahan tubuh yang rendah, campuran bakteri aerob dan
anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa serta migrasi sekunder dari epitel
squamosa. Sekret mukoid berhubungan dengan hiperplasi sel goblet, metaplasi dari
mukosa telinga tengah.
22
OMK tipe benigna berdasarkan aktivitas sekret yang keluar dikenal 2 jenis,yaitu
OMK aktif ialah OMK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara
aktif
23
24
3.5.2 Etiologi
3.5.2.1 Otitis Media Akut
Biasanya penyakit ini merupakan komplikasi dari infeksi saluran pernafasan atas
(common cold). Penyebab otitis media akut (OMA) dapat berupa virus maupun
bakteri.
Virus atau bakteri dari tenggorokan bisa sampai ke telinga tengah melalui tuba
Eustachius atau kadang juga melalui aliran darah. Otitis media akut juga bisa terjadi
karena adanya penyumbatan pada sinus paranasalis atau tuba eustakius akibat alergi
atau pembengkakan amandel.
Penyebab utama otitis media akut adalah masuknya bakteri patogenik ke
dalam telinga tengah yang normalnya adalah steril. Paling sering terjadi bila terdapat
disfungsi tuba eustachius seperti obstruksi yang disebabkan oleh infeksi saluran
pernafasan atas, inflamasi jaringan disekitarnya (sinusitis, hipertrofi adenoid) atau
reaksi alergik (rhinitis alergika). Bakteri yang umum ditemukan sebagai organisme
penyebab adalah Streptococcus peneumoniae, Hemophylus influenzae, Streptococcus
pyogenes, dan Moraxella catarrhalis.
3.5.2.2 Otitis Media Kronis
Otitis media kronis terjadi akibat adanya lubang pada gendang telinga (perforasi)
(Mediastore,2009). Perforasi gendang telinga bisa disebabkan oleh : otitis media akut
penyumbatan tuba eustakius cedera akibat masuknya suatu benda ke dalam telinga
atau akibat perubahan tekanan udara yang terjadi secara tiba-tiba akibat luka bakar
karena panas atau zat kimia. Bisa juga disebabkan karena bakteri, antara lain:
Streptococcus.
Stapilococcus.
Diplococcus pneumonie.
Hemophilus influenza.
Lingkungan
Hubungan penderita OMK dan faktor sosio ekonomi belum jelas, tetapi
kelompok sosio ekonomi rendah memiliki insiden OMK yang lebih tinggi.
Tetapi sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan kesehatan secara
umum, diet, dan tempat tinggal yang padat.
2.
Genetik
Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden
OMK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor
genetik. Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media,
tapi belum diketahui apakah hal ini primer atau sekunder.
3.
4.
Infeksi
Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir tidak
bervariasi pada otitis media kronik yang aktif. Keadaan ini menunjukkan
bahwa metode kultur yang digunakan adalah tepat. Organisme yang terutama
dijumpai adalah bakteri Gram (-), flora tipe usus, dan beberapa organisme
lainnya.
26
7. Alergi
Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi
dibanding yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian
penderita yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteri atau toksintoksinnya, namun hal ini belum terbukti kemungkinannya.
8. Gangguan fungsi tuba Eustachius
Pada otitis media kronis aktif tuba Eustachius sering tersumbat oleh edema,
tetapi apakah hal ini merupakan fenomena primer atau sekunder masih belum
diketahui. Pada telinga yang inaktif berbagai metode telah digunakan untuk
mengevaluasi fungsi tuba eustachius dan umumnya menyatakan bahwa tuba
tidak mungkin mengembalikan tekanan negatif menjadi normal.
Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani yang menetap
pada OMK adalah:
3.5.3 PATOFISIOLOGI
3.5.3.1 Otitis Media Akut
Terjadi akibat terganggunya faktor pertahanan tubuh yang bertugas menjaga
kesterilan telinga tengah. Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran
napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat
saluran Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat
27
merupakan stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang sudah
terbentuk diikuti dengan keluarnya sekret yang terus menerus. Terjadinya OMK
hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang. OMK disebabkan oleh
multifaktor antara lain infeksi virus atau bakteri, gangguan fungsi tuba, alergi,
kekebalan tubuh, lingkungan, dan social ekonomi.
Fokus infeksi biasanya terjadi pada nasofaring (adenoiditis, tonsillitis,
rhinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Kadang-kadang
infeksi berasal dari telinga luar masuk ke telinga tengah melalui perforasi membran
timpani, maka terjadi inflamasi. Bila terbentuk pus akan terperangkap di dalam
kantung mukosa di telinga tengah. Dengan pengobatan yang cepat dan adekuat serta
perbaikan fungsi telinga tengah, biasanya proses patologis akan berhenti dan kelainan
mukosa akan kembali normal. Walaupun kadang-kadang terbentuk jaringan granulasi
atau polip ataupun terbentuk kantong abses di dalam lipatan mukosa yang masingmasing harus dibuang, tetapi dengan penatalaksanaan yang baik perubahan menetap
pada mukosa telinga tengah jarang terjadi. Mukosa telinga tengah mempunyai
kemampuan besar untuk kembali normal. Bila terjadi perforasi membrane timpani
yang permanen, mukosa telinga tengah akan terpapar ke telinga luar sehingga
28
dalam telinga tengah. Kadang berwarna normal atau keruh pucat. Efusi tidak dapat
dideteksi. Sukar dibedakan dengan otitis media serosa akibat virus atau alergi.
2.
membran timpani tampak hiperemis serta edema. Sekret yang telah terbentuk
mungkin masih bersifat eksudat serosa sehingga sukar terlihat.
3.
Stadium supurasi
Membrana timpani menonjol ke arah telinga luar akibat edema yang hebat
pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial serta terbentuknya
eksudat purulen di kavum timpani. Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu
meningkat, serta nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila tekanan tidak berkurang,
akan terjadi iskemia, tromboflebitis dan nekrosis mukosa serta submukosa. Nekrosis
ini terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan kekuningan pada membran timpani.
Di tempat ini akan terjadi ruptur.
4.
Stadium perforasi
Karena pemberian antibiotik yang terlambat atau virulensi kuman yang
tinggi, dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga
29
tengah ke telinga luar. Pasien yang semula gelisah menjadi tenang, suhu badan turun,
dan dapat tidur nyenyak.
5.
Stadium resolusi
Bila membran timpani tetap utuh maka perlahan-lahan akan normal
kembali. Bila terjadi perforasi maka sekret akan berkurang dan mengering. Bila daya
tahan tubuh baik dan virulensi kuman rendah maka resolusi dapat terjadi tanpa
pengobatan. Otitis media akut (OMA) berubah menjadi otitis media supuratif subakut
bila perforasi menetap dengan sekret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul
lebih dari 3 minggu. Disebut otitis media supuratif kronik (OMSK) bila berlangsung
lebih 1,5 atau 2 bulan. Dapat meninggalkan gejala sisa berupa otitis media serosa bila
sekret menetap di kavum timpani tanpa perforasi. Pada anak, keluhan utama adalah
rasa nyeri di dalam telinga dan suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat
batuk pilek sebelumnya. Pada orang dewasa, didapatkan juga gangguan pendengaran
berupa rasa penuh atau kurang dengar. Pada bayi dan anak kecil gejala khas otitis
media anak adalah suhu tubuh yang tinggi (> 39,5 derajat celsius), gelisah, sulit tidur,
tiba-tiba menjerit saat tidur, diare, kejang, dan kadang-kadang memegang telinga
yang sakit. Setelah terjadi ruptur membran tinmpani, suhu tubuh akan turun dan anak
tertidur.
3.5.4.2 Otitis Media Kronis
Gejala berdasarkan tipe Otitis Media Kronis:
1. OMK tipe benigna:
Gejalanya berupa discharge mukoid yang tidak terlalu berbau busuk, ketika
pertama kali ditemukan bau busuk mungkin ada tetapi dengan pembersihan dan
penggunaan antibiotiklokal biasanya cepat menghilang, discharge mukoid dapat
konstan atau intermitten.
Gangguan pendengaran konduktif selalu didapat pada pasien dengan derajat
ketulian tergantung beratnya kerusakan tulang-tulang pendengaran dan koklea selama
infeksi nekrotik akut pada awal penyakit.
Perforasi membrane timpani sentral sering berbentuk seperti ginjal tapi selalu
meninggalkan sisa pada bagian tepinya. Proses peradangan pada daerah timpani
terbatas pada mukosa sehingga membrane mukosa menjadi berbentuk garis dan
30
tergantung derajat infeksi membrane mukosa dapt tipis dan pucat atau merah dan
tebal, kadang suatu polip didapat tapi mukoperiosteum yang tebal dan mengarah pada
meatus menghalangi pandangan membrane timpani dan telinga tengah sampai polip
tersebut diangkat . Discharge terlihat berasal dari rongga timpani dan orifisium tuba
eustachius yang mukoid, dan setelah satu atau dua kali pengobatan local maka bau
busuk berkurang. Cairan mukus yang tidak terlalu bau datang dari perforasi besar tipe
sentral dengan membrane mukosa yang berbentuk garis pada rongga timpani
merupakan diagnosa khas pada OMSK tipe benigna.
1. OMK tipe maligna dengan kolesteatoma:
Sekret pada infeksi dengan kolesteatom ber-aroma khas, sekret yang sangat bau
dan berwarna kuning abu-abu, kotor purulen dapat juga terlihat keping-keping kecil,
berwarna putih mengkilat.
Gangguan pendengaran tipe konduktif timbul akibat terbentuknya kolesteatom
bersamaan juga karena hilangnya alat penghantar udara pada otitis media nekrotikans
akut. Selain tipe konduktif dapat pula tipe campuran karena kerusakan pada koklea
yaitu karena erosi pada tulang-tulang kanal semisirkularis akibat sifat osteolitik dari
kolesteatom.
Gejalanya bervariasi, berdasarkan pada lokasi perforasi gendang telinga:
1. Perforasi sentral (lubang terdapat di tengah-tengah gendang telinga).
Otitis media kronis bisa kambuh setelah infeksi tenggorokan dan hidung (misalnya
pilek) atau karena telinga kemasukan air ketika mandi atau berenang. Penyebabnya
biasanya adalah bakteri. Dari telinga keluar nanah berbau busuk tanpa disertai rasa
nyeri. Bila terus menerus kambuh, akan terbentuk pertumbuhan menonjol yang
disebut polip, yang berasal dari telinga tengah dan melalui lubang pada gendang
telinga akan menonjol ke dalam saluran telinga luar. Infeksi yang menetap juga bisa
menyebabkan kerusakan pada tulang-tulang pendengaran (tulang-tulang kecil di
telinga tengah yang mengantarkan suara dari telinga luar ke telinga dalam) sehingga
terjadi tuli konduktif.
2. Perforasi marginal: (lubang terdapat di pinggiran gendang telinga). Bisa
terjadi tuli konduktif dan keluarnya nanah dari telinga.
3.5.5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
31
perselubungan mastoid.
3.5.6 PENATALAKSANAAN
3.5.6.1 Otitis Media Akut
Terapi bergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal
ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian antibiotik,
dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik.
-
Stadium Oklusi
Stadium Presupurasi
Diberikan antibiotik, obat tetes hidung dan analgesik. Bila membran timpani sudah
terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Dianjurkan pemberian
antibiotik golongan penisilin atau eritromisin. Jika terjadi resistensi, dapat diberikan
kombinasi dengan asam klavulanat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan
penisilin intramuskular agar konsentrasinya adekuat di dalam darah sehingga tidak
32
Stadium Supurasi
Stadium Resolusi
Membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi, dan perforasi
menutup. Bila tidak, antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila tetap,
mungkin telah terjadi mastoiditis.
a. Pemberian Antibiotik
1. OMA umumnya adalah penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya.
2. Sekitar 80% OMA sembuh dalam 3 hari tanpa antibiotik. Penggunaan
antibiotik tidak mengurangi komplikasi yang dapat terjadi, termasuk
berkurangnya pendengaran.
3. Observasi dapat dilakukan pada sebagian besar kasus. Jika gejala tidak
membaik dalam 48-72 jam atau ada perburukan gejala, antibiotik diberikan.
American Academy of Pediatrics (AAP) mengkategorikan OMA yang dapat
diobservasi dan yang harus segera diterapi dengan antibiotik sebagai berikut:
Usia
< 6 bln
6 bln 2 th
Diagnosis pasti
Antibiotik
Antibiotik
2 thn
Diagnosis meragukan
Antibiotik
Antibiotik jika gejala berat,
observasi jika gejala ringan
Observasi
33
Yang dimaksud dengan gejala ringan adalah nyeri telinga ringan dan demam <39C
dalam 24 jam terakhir. Sedangkan gejala berat adalah nyeri telinga sedang berat
atau demam 39C.
Pilihan observasi selama 48-72 jam hanya dapat dilakukan pada anak usia
enam bulan dua tahun dengan gejala ringan saat pemeriksaan, atau diagnosis
meragukan pada anak di atas dua tahun. Untuk dapat memilih observasi, follow-up
harus dipastikan dapat terlaksana. Analgetik tetap diberikan pada masa observasi.
British Medical Journal memberikan kriteria yang sedikit berbeda untuk
menerapkan observasi ini.10 Menurut BMJ, pilihan observasi dapat dilakukan
terutama pada anak tanpa gejala umum seperti demam dan muntah.
Jika diputuskan untuk memberikan antibiotik, pilihan pertama untuk sebagian besar
anak adalah amoxicillin.
Sumber
seperti
AAFP
(American
Academy
of
Family
Physician)
Risiko tinggi yang dimaksud antara lain adalah usia kurang dari dua tahun,
dirawat sehari-hari di daycare, dan ada riwayat pemberian antibiotik dalam
tiga bulan terakhir.
AAP menganjurkan dosis 80-90 mg/kg berat badan/hari. 6 Dosis ini terkait
dengan meningkatnya persentase bakteri yang tidak dapat diatasi dengan dosis
standar di Amerika Serikat. Sampai saat ini di Indonesia tidak ada data yang
mengemukakan hal serupa, sehingga pilihan yang bijak adalah menggunakan
dosis 40 mg/kg/hari. Dokumentasi adanya bakteri yang resisten terhadap dosis
standar harus didasari hasil kultur dan tes resistensi terhadap antibiotik.
Antibiotik pada OMA akan menghasilkan perbaikan gejala dalam 48-72 jam.
Dalam 24 jam pertama terjadi stabilisasi, sedang dalam 24 jam kedua mulai
terjadi perbaikan. Jika pasien tidak membaik dalam 48-72 jam, kemungkinan
ada penyakit lain atau pengobatan yang diberikan tidak memadai. Dalam
kasus seperti ini dipertimbangkan pemberian antibiotik lini kedua. Misalnya:
34
- Pada pasien dengan gejala berat atau OMA yang kemungkinan disebabkan
Haemophilus influenzae dan Moraxella catarrhalis, antibiotik yang
kemudian dipilih adalah amoxicillin-clavulanate.6 Sumber lain menyatakan
pemberian amoxicillin-clavulanate dilakukan jika gejala tidak membaik
dalam tujuh hari atau kembali muncul dalam 14 hari.
-
atau clarithromycin
Pilihan lainnya adalah erythromycin-sulfisoxazole atau sulfamethoxazole-
trimethoprim.
Namun kedua kombinasi ini bukan pilihan pada OMA yang tidak membaik
dengan amoxicillin.
Jika pemberian amoxicillin-clavulanate juga tidak memberikan hasil, pilihan
anak berusia di bawah dua tahun atau anak dengan gejala berat.
Pada usia enam tahun ke atas, pemberian antibiotik cukup 5-7 hari. Di
Inggris, anjuran pemberian antibiotik adalah 3-7 hari atau lima hari.
Tidak adanya perbedaan bermakna antara pemberian antibiotik dalam jangka
waktu kurang dari tujuh hari dibandingkan dengan pemberian lebih dari tujuh
hari. Dan karena itu pemberian antibiotik selama lima hari dianggap cukup
pada otitis media. Pemberian antibiotik dalam waktu yang lebih lama
meningkatkan risiko efek samping dan resistensi bakteri.
b.
35
c. Obat lain
Myringotomy
(myringotomy
melubangi
gendang
telinga
untuk
Tuli
Abses Otak
Sakit kepala
Tuli yang terjadi secara mendadak
Vertigo (perasaan berputar)
Demam dan menggigil.
Otitis Media Kronis
akut
yang
dapat
menimbulkan
komplikasi
dengan
terjadinya
tromboplebitis vaskuler.
OMK tipe maligna : Komplikasi dimana terbentuknya kolesteatom berupa :
1.
2.
3.
4.
5.
37
3.5.2
LABYRINTHITIS.
Viral labyrinthitis. Infeksi telinga dalam disebabkan oleh virusvirus (seperti virus-virus yang menyebabkan measles, mumps atau
flu). Viral labyrinthitis umumnya h i l a n g d e n g a n s e n d i r i n y a ,
tanpa
perawatan,
dan
tidak
meninggalkan
komplikasi-
3.5.2.1 Definisi :
Labirintitis merupakan radang pada Labirin Membranosus
3.5.2.2 Patogenesis
-
Timbunan nanah pada labirin sehingga merusak sel sensoris Tuli sensorineural
Gejala: Vertigo (kontinu), Nystagmus spontan, Tuli sensorineural,
Kanal paresis (Teskalori), Berbaring miring ke sisi yang sakit, Tuli total,
permanen.
Terapi :
o
o
o
o
o
40
s e k o l a h , d e n g a n o t i t i s m e d i a y a n g p a l i n g s e r i n g didiagnosis. Banyak
anak-anak mengalami infeksi telinga yang berulang.
Anak-anak terutama lebih mudah terserang infeksi telinga
karena
s i s t i m pertahanan
berkembang
sempurna
tambahan,
anak-anak
tubuh
sampai
(immune
kira-kira
mempunyai
systems)
umur
ukuran
mereka
tahun.
belum
Sebagai
struktur-struktur
saluran-saluran
dan
berkontribusi
pada
peningkatan
dilahirkan
berbeda-beda,
telinga
Pengaliran cairan dari telinga
Kehilangan pendengaran (umumnya sementara)
Tinitus atau telinga berdengung
Demam
Menggigil
Iritasi
Nafsu makan berkurang
Kepeningan (Pusing)
Mual dan muntah
Diare
Anak-anak
telinga
yang
pendengarannya
yang berulang
dapat
terpengaruh
mengalami
oleh
perkembangan
infeksi
yang
normal.
Infeksi
mempengaruhi
telinga
dalam
(labyrinthitis)
memutar (vertigo).
3.5.2.5 Metode Diagnose
Dalam mendiagnosis suatu infeksi telinga, seorang dokter akan
melaksanakan suatu pemeriksaan fisik yang lengkap dan menyusun suatu
sejarah medis yang teliti. Perhatian khusus diberikan pada tenggorok, sinus
paranasalis, kepala, leher dan paru-paru. Dokter kemungkinan besar akan
menanyakan tentang sejarah yang baru-baru ini dari selesma-selesma atau adanya
alergi. Pada kasus telinga perenang (swimmers ear), infeksi dapat terlihat jelas dari
gejala-g e j a l a s e p e r t i k e m e r a h a n d a n k e l e m b u t a n d a r i t e l i n g a l u a r
a t a u s a l u r a n t e l i n g a . K u l i t menyerupai eksim (eczema), dengan suatu
penampakan yang bersisik. Dalam mendiagnosis otitis media, dokter mungkin
menggunakan suatu alat khusus yang diterangkan dengan sinar ( otoscope)
untuk melihat pada saluran telinga dan gendang t e l i n g a t a n d a - t a n d a
d a r i k e m e r a h a n a t a u p e m b e n g k a k a n . P a d a b e b e r a p a k a s u s , lubang
dalam gendang telinga (perforasi) terlihat jelas. Mungkin suatu gelembung
dipasang pada otoscope yang dapat mendorong udara kedalam saluran
telinga untuk menguji mobilitas (gerakan) gendang telinga. Suatu infeksi
telinga tengah dimana cairan atau tekanan didalam telinga tengah menekan pada
gendang telinga dapat membatasi gerakan dari gendang telinga. Pasien-pasien yang
42
menunggu
tubuh
untuk
sembuh,
pasien-pasien
dapat
telinga
seseorang.
Antibiotik
(pil
atau
tetes
telinga)
digunakan
untuk m e l a w a n i n f e k s i - i n f e k s i y a n g b e r a s a l d a r i b a k t e r i - b a k t e r i ,
dimana
corticosteroids
peradangan.
Kadangkala,
dapat
membantu
ketika
saluran
mengurangi
telinga
gatal
meradang
dan
atau
pembengkakan
dari
tabung-tabung
eustachius,
tekanan
pada
telinga,
yang
dapat
meningkatkan
nyeri/sakit
yang
3.5.3.3 Etiologi
Ves t i b u l a r n e u r i t i s d i d u g a d i s e b a b k a n o l e h i n f e k s i v i r u s
pada nervus vestibularis yang berjalan dari telinga tengah ke
b a t a n g o t a k . B e l u m d i k e t a h u i v i r u s a p a t e p a t n y a y a n g menyebabkan
masalah ini dan kenyataannya banyak virus yang dapat menginfeksi
nervus vestibularis. Beberapa pasien mempunyai riwayat infeksi saluran
napas atas (common cold ) atau flu yang mendahului onset terjadinya
gejala-gejala vestibular neuritis, beberapa yang lain tidak mempunyai riwayat
infeksi virus yang mendahului serangan vertigo
45
3.5.3.4 Pengobatan
Pengobatan
biasanya
ditujukan
akut.
(diphenhydramine),
untuk
mengontrol
Contohnya
An t i v e r t
dapat
(meclizine),
mual
dan
diberikan
Phenergen
( p r o m e t h a z i n e h y d r o c h l o r i d e ) , A t i v a n ( l o r a z e p a m ) , a n d Val i u m
(diazepam.)
46
BAB IV
KESIMPULAN
47
Tinnitus
+
+
Vertigo
-
+
+
+
+
+
+
-
+
+
+
+
+
+
Penyakit tinitus pada anak meliputi : oleh karena idiopatik, degenerasi tulang di telinga
tengah, neuroma akustik, otomikosis, otitis eksterna, otitis media kronik, oleh karena
paparan kebisingan, dan tinitus berdenyut.
Penyakit vertigo pada anak meliputi: labirinthitis, meniere syndrome, neuroma akustik,
otitis media akut, otitis media kronik, dan vestibular neuritis.
Penyakit tinnitus dan vertigo pada anak meliputi : neuroma akustik dan otitis media
kronik.
DAFTAR PUSTAKA
-
48
Boston,M
.E.,
2011.I nner E ar
Labyrinthitis
Diunduh
dari
2012 2.
Seranganvertigoitusepertiapa.
http://www.balipost.co.id/BALIPOSTCETAK/2004/12/12/ink.html.
printeddate:6/11/2007.
Anonim.Vertigo. http://www.infosehat.com/content.php?S_Sid=896. Printed
date :6/11/2007.
Anonim.
Jangan
remehkan
http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2006/2/8/k4.Htm.
vertigo.
Printed
date
29/3/2003.
printed
Carpenito,Lynda
Juall.2006.Buku
Saku
Diagnosis
Keperawatan.Edisi
10.EGC:Jakarta
-
2012.
Meyerhoff WL, Cooper JC. Tinnitus. In: Paparella MM, ed. Otolaryngology.
3d ed. Philadelphia: Saunders, 1991:116975.
49
Jastreboff PJ. Tinnitus. In: Gates GA, ed. Current therapy in otolaryngology:
head and neck surgery. 6th ed. St. Louis: Mosby, 1998:905.
Dinces
EA.
Tinnitus.
Accessed
September
20,
2012,
at
http://www.uptodate.com/physicians/adult_primary_care_toclist.asp.
-
Pulec JL. Tinnitus. In: Rakel RE, Bope ET, eds. Conn's Current therapy.
Philadelphia: Saunders, 2003:456.
Koufman JA. Tinnitus, otalgia, and facial paralysis. In: Koufman JA, ed. Core
otolaryngology. Philadelphia: Lippincott, 1990:1259.
Gulya AJ. Evaluation of tinnitus. In: Goroll AH, Mulley AG, eds. Primary
care medicine: office evaluation and management of the adult patient. 4th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2000:11235.
Weber PC, Klein AJ. Hearing loss. Med Clin North Am. 1999;83:12537.
Rabinowitz
PM.
Am Fam Physician.
2000;61:274956,275960.
-
Haln TC, Micco A. Vestibulocochlear system. In: Goetz CG, Pappert EJ, eds.
Textbook of clinical neurology. Philadelphia: Saunders, 1999:18499.
50
Kapadia SB, Janecka IP. Overview of skull base tumors. Accessed September
20, 2012, at http://www.uptodate.com.
51