Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan


Kelompok Waktu Gejala Toksisitas Jumlah
(menit) Hewan Mati
Pernapasan Ataksia Nistagmus Diare Urinasi Saliva
Kontrol 0 Normal - - - Normal Normal 0
5 Sedikit meningkat - - - Normal Normal 0
(CMC-Na)
15 Normal - - - Sedikit Normal 0
meningkat
30 Normal - - - Normal Normal 0
60 Normal - - - Normal Normal 0
90 Normal - - - Normal Normal 0
120 Normal - - - Normal Normal 0
24 jam Normal - - - Normal Normal 0
Kontrol 0 Normal - - - Normal Normal 0
5 Sedikit meningkat - - - Normal Normal 0
(Aquadest)
15 Normal - - - Sedikit Normal 0
meningkat
30 Normal - - - Normal Normal 0
60 Normal - - - Normal Normal 0
90 Normal - - - Normal Normal 0
120 Normal - - - Normal Normal 0
24 jam Normal - - - Normal Normal 0
Dosis I 0 Normal - - - Normal Normal 0
5 Sedikit meningkat - - - Normal Normal 0
15 2 mencit = cepat; 1 mencit = - - Sedikit Normal 0
3 mencit = sedikit meningkat hiperkinestetik; meningkat
2 mencit = ansietas;
1 mencit = normal
30 3 mencit = cepat; 3 mencit = 2 mencit = - Normal Normal 0
2 mencit = sedikit meningkat hiperkinestetik, normal;
ansietas; 3 mencit =
2 mencit = nistagmus
hiperkinestetik
60 Normal Sedasi - - - Normal 0
90 Normal Sedasi - - - Normal 0
120 4 mencit = sedikit menurun; Sedasi - - - Normal 0
1 mencit = normal
24 jam 2 mencit = napas lambat dan 4 mencit = normal 2 mencit = 2 mencit 4 mencit = Normal 1
berat; 1 mencit = ataksia nistagmus; = diare; normal;
3 mencit = normal 3 mencit = 3 mencit 1 mencit =
normal = normal anuria
Dosis II 0 Normal - - - Normal Normal 0
5 Sedikit meningkat - - - Normal Normal 0
15 4 mencit = cepat; 3 mencit = 1 mencit = 3 mencit Normal Normal 0
1 mencit = sedikit meningkat hiperkinestetik, normal; = diare;
ansietas; 4 mencit = 2 mencit
2 mencit = nistagmus = normal
hiperkinestetik
30 Normal Sedasi - - - Normal 0
60 2 mencit = napas lambat; Sedasi - 1 mencit - Normal 0
3 mencit = normal = diare;
4 mencit
= normal
90 3 mencit = napas lambat dan Sedasi - - - Normal 0
berat;
1 mencit = napas lambat;
1 mencit = normal
120 3 mencit = napas lambat dan 4 mencit = sedasi; - 2 mencit - 1 mencit 1
berat; 1 mencit = ataksia = diare; hipersalivasi;
2 mencit = napas agak 3 mencit 4 mencit =
lambat = normal normal
24 jam 1 mencit = napas lambat dan 2 mencit = normal; Nistagmus 2 mencit 2 mencit = 1 mencit 1
berat; 1 mencit = = diare; oliguria hipersalivasi;
2 mencit = napas agak hiperkinestetik; 3 mencit 3 mencit =
lambat 1 mencit = ataksia = normal normal
1 mencit = apnea
Dosis III 0 Normal - - - Normal Normal 0
5 Sedikit meningkat - - - Sedikit Sedikit 0
meningkat meningkat
15 3 mencit = cepat; 3 mencit = 2 mencit = - Normal Normal 0
2 mencit = sedikit meningkat hiperkinestetik, normal;
ansietas; 3 mencit =
2 mencit = nistagmus
hiperkinestetik
30 Normal Sedasi - - - Normal 0
60 3 mencit = napas lambat dan 4 mencit = sedasi; - Diare 3 mencit = Normal 1
berat; 1 mencit = ataksia oliguria;
1 mencit = napas lambat; 2 mencit =
1 mencit = apnea normal
90 4 mencit = napas lambat dan Sedasi - Diare - Normal 0
berat
120 3 mencit = napas lambat dan 3 mencit = sedasi; - Diare - Normal 1
berat; 1 mencit = ataksia
1 mencit = apnea
24 jam 1 mencit = napas agak 2 mencit = ataksia - - - Normal 2
lambat ;
2 mencit = apnea
Dosis IV 0 Normal - - - Normal Normal 0
5 Sedikit meningkat - - - Sedikit Sedikit 0
meningkat meningkat
15 Normal 3 mencit = sedasi - - - Normal 0
30 3 mencit = napas lambat dan Sedasi - 4 mencit 3 mencit = Normal 0
berat; = diare oliguria;
2 mencit = napas lambat 2 mencit =
normal
60 4 mencit = napas lambat dan 4 mencit = sedasi; - Diare 3 mencit = Normal 1
berat; 1 mencit = ataksia oliguria;
1 mencit = apnea 2 mencit =
normal
90 3 mencit = napas lambat dan 3 mencit = sedasi; - Diare Oliguria Normal 1
berat; 1 mencit = ataksia
1 mencit = apnea
120 1 mencit = napas agak 2 mencit = ataksia - Diare - 2 mencit = 2
lambat ; hipersalivasi
2 mencit = apnea
24 jam Apnea Ataksia - Diare - - 1
4.2 Pembahasan
4.2.1 Fenobarbital (luminal)
Fenobarbital secara historis merupakan obat pilihan untuk penatalaksanaan
gangguan epilepsi lokal dan fokal. Peningkatan kadar dapat menyebabkan tanda-
tanda awal toksisitas termasuk sedasi, nystagmus, dan ataksia, yang pada akhirnya
menyebabkan koma dan kegagalan pernapasan atau sindrom syok. Sejauh ini
mekanisme berdasarkan kelasnya, yaitu fenobarbital berikatan dengan reseptor
GABAA, yang meningkatkan durasi pembukaan saluran ion klorida. GABA
neurotransmitter penghambat (asam gammaaminobutyric) mengaktifkan reseptor
ini dan mengurangi transmisi sinyal neurologis. Onset dengan dosis oral adalah 20
hingga 60 menit dan durasinya adalah 6 hingga 10 jam. (Alleva, 2015).
Fenobarbital merupakan antikonvulsan turunan barbiturat dan sebagai obat
yang efektif untuk pasien yang tidak mempunyai respon baik terhadap obat
antiepilepsi lain pada pengobatan kejang tonik-klonik, kejang parsial sederhana
dan kejang parsial kompleks juga efektif pada pengobatan pada status epileptikus.
Barbiturat adalah obat yang bertindak sebagai penekan sistem saraf pusat dan
karenanya dapat menghasilkan berbagai efek, mulai dari sedasi ringan hingga
kematian. Barbiturat dalam dosis tinggi digunakan untuk bunuh diri yang dibantu
dokter, dan dalam kombinasi dengan pelemas otot untuk eutanasia dan untuk
hukuman mati dengan suntikan yang mematikan. Barbiturat sering digunakan
sebagai agen eutanasia dalam kedokteran hewan. Mekanisme kerja fenobarbital
adalah dengan menekan neuron abnormal secara selektif, menghambat
penyebaran dan rangsangan depolarisasi dengan cara menyekat kanal Ca2+,
memperlama pembukaan kanal Cl- dan menyekat respon eksikatorik yang
diinduksi oleh glutamat. Efek samping dari obat ini antara lain sedasi, ataksia,
nistagmus, dan reaksi hipersensitifitas (Wibowo & Gofir, 2006).

4.2.3 Pemberian Obat


Obat adalah bahan atau panduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki system fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, penigkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia (Supardi dkk,
2012). Pada praktikum ini pemberian obat dilakukan terhadap 5 kelompok mencit
yang akan dilakukan percobaan. Dalam penelitian ini mencit dipilih sebagai
hewan coba. Alasan memilih mencit dikarenakan mencit mempunyai karakteristik
antara lain dalam laboratorium mencit mudah ditangani, ia bersifat penakut,
fotofobik, cenderung berkumpul sesamanya, mempunyai kecenderungan untuk
bersembunyi, dan lebih aktif pada malam hari. Suhu tubuh normal: 37,4°C. Laju
respirasi normal 163 tiap menit. Ukurannya kecil (berat badan kurang dari 1kg),
mudah dipegang dan dikendalikan, pemberian materi (ekstraksi mudah dilakukan
dengan berbagai rute, mudah dikembangbiakkan dan mudah dipelihara
dilaboratorium, lama hidup relatif singkat, dan fisiologi diperkirakan sesuai atau
identik dengan manusia (Listyorini, 2012).
Rute pemberian obat pada percobaan ini dilakukan secara per oral. Cara
pemberian senyawa pada hewan coba yang lazim adalah per-oral (Listyorini,
2012). Selain itu ada beberapa alasan mengenai dipilihnya rute per oral, hal ini
antara lain pemberian zat kimia melalui oral secara cepat akan diabsorbsi oleh
saluran cerna, zat kimia akan dimetabolisme di hati sesuai dengan kadar yang
tertelan dan hal ini tidak terjadi pada jalur pemberian lainnya. Obat yang
digunakan dalam percobaan ini adalah Na.CMC pada mencit 5 sebagai kontrol
obat dan suspense luminal diberikan pada mencit 1, 2, 3, dan 4 yang digunakan
untuk melihat efek toksisitas yang ditimbulkan. Dosis yang diberikan pada
masing-masing mencit berbeda-beda, tergantung berat badan mencit. Sehingga,
obat yanga akan diberikan ke mencit, sebelumnya dilakukan pengencerkan
terlebih dahulu. Tujuan pengenceran obat adalah untuk memperoleh dosis yang
sesuai. Adapun prinsip pengenceran menurut (Stevani, Hendra, 2016) adalah
jumlah pengenceran yang akan diambil harus merupakan bilangan bulat dan dapat
ditimbang karena nilai hasil pengenceran, bilangannya tidak boleh dibulatkan lagi.
Farmakologi molekuler reseptor asam gamma amino butirat (GABA)
terikat pada saluran kanal klorida yang merupakan salah satu mesin respons obat
dalam tubuh yang paling handal. Fenobarbital, asam 5,5-fenil-etil barbiturate
merupakan senyawa yang meniru kerja GABA. Fenobarnital merupakan senyawa
organik pertama yang digunakan dalam pengobatan antikonvulsi. Kerjanya
membatasi penjalaran aktivitas bangkitan dan menaikkan ambang rangsang. Efek
utama barbiturate ialah depresi SSP. Semua tingkat depresi dapat dicapai mulai
dari sedasi, hipnosis, berbagai tingkat anesthesia, koma sampai dengan kematian.
Efek hipnotik fenobarbital dapat dicapai dalam waktu 20-60 menit dengan dosis
hipnotik (Ganiswara et al, 2007).

4.2.3 Kelompok Kontrol (CMC-Na) dan Aquadest


CMC-Na didefinisikan sebagai garam dari poli-hidroksi-metil-eter dari
selulosa. CMC-Na memiliki pemerian yakni berwarna putih, tidak berbau, tidak
berasa dan higroskopis setelah mengalami pengenceran (Rowe, 2009). CMC-Na
berfungsi sebagai emulsifying agent dan tablet binder (Indriyati, 2016). Na-CMC
juga digunakan untuk membandingkan ada tidaknya suatu perlakuan (Turdiyanto,
2010). CMC-Na dapat meningkatkan viskositas larutan dengan mekanisme
perpanjangan rantai dengan bobot molekuler tinggi.
Langkah awal yang dilakukan adalah pengenceran (pembuatan CMC Na)
pada percobaan ini adalah dipanaskan kurang lebih 200 ml air hingga mendidih
dan ditimbang Na. CMC sebanyak 1 gram. Setelah itu masukkan Na.CMC ke
dalam beaker glass 300 ml lalu ditambahkan 50 ml air panas. Kemudian, diaduk
campuran tersebut hingga homogen, dimana larutan tersebut sampai membentuk
campuran berupa seperti gel yang ditandai dengan tidak nampaknya lagi serbuk
berwarna putih. Langkah terakhir, ditambahkan air panas sedikit demi sedikit
sambil diaduk hingga volume larutan menjadi 100 ml, dan larutan didinginkan.
Sesuai dengan perhitungan yang dilakukan oleh praktikan, dosis Na.CMC yang
diambil untuk diberikan pada mencit 5 sebesar 0,4 ml.
Rute pemberian Na. CMC dan aquadest diberikan secara per oral
menggunakan sonde kepada mencit kontrol. Langkah pertama diambil cairan Na.
CMA dan aquadest sebanyak 0,4 ml dengan spuit injeksi ukuran 1 ml. Selanjutnya
dipegang mencit dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanan memegang sonde.
Setelah itu dimasukkan sonde ke mulut mencit secara hati-hati sampai jarum
sonde tidak terlihat dan didorong cairan pada spuit injeksi untuk masuk pada
tubuh mencit.
Parameter yang dapat diamati setelah pemberian Na. CMC dan aquadest
yaitu seperti pengamatan secara umum yaitu pernafasan, ataxia, nistagmus, diare,
urinasi dan saliva. Pengamatan yang dilakukan pada hewan cobia dilakukan pada
menit ke 5’,15’,30’,60 dan 24 jam++. Pengamatan pada menit ke-5’ menunjukan
adanya perubahan pernafasan menjadi sedikit meningkat, 15 menit kemudian
pernafasan kembali normal tetapi terjadi sedikit peningkatan pada urinasi.
Pengamatan pada menit ke-30’ sampai dengan 24 jam tidak ada perubahan
terhadap mencit kontrol.

4.2.4. Pemberian Dosis I


Pembuatan suspense luminal 1,56% yaitu, diambil 26 tablet luminal lalu
digerus hingga halus. Kemudian serbuk luminal yang dudah halus dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer 100 ml. setelah itu tambahkan sekitar 50 ml larutan Na.CMC
dan kocok hingga homogen. Terakhir, tambahkan larutan Na. CMC hingga tanda
batas dan kocok hingga lagi hingga homogen. Sesuai dengan perhitungan yang
dilakukan oleh praktikan, dosis luminal yang diberikan pada mencit 1 sebesar
0,05 ml. Rute pemberian luminal diberikan secara per oral menggunakan sonde
kepada mencit 1. Langkah pertama diambil cairan luminal sebanyak 0,05 ml
dengan spuit injeksi ukuran 1 ml. Selanjutnya dipegang mencit dengan tangan
kiri, sedangkan tangan kanan memegang sonde. Setelah itu dimasukkan sonde ke
mulut mencit secara hati-hati sampai jarum sonde tidak terlihat dan didorong
cairan pada spuit injeksi untuk masuk pada tubuh mencit.
Parameter yang dapat diamati setelah pemberian yaitu seperti pengamatan
secara umum yaitu pernafasan, ataxia, nistagmus, diare, urinasi dan saliva.
Pengamatan yang dilakukan pada hewan cobia dilakukan pada menit ke
5’,15’,30’,60 dan 24 jam++. Pengamatan pada menit ke-5’ menunjukan adanya
perubahan pernafasan yang sedikit meningkat, 15 menit kemudian terdapat 2
mencit dengan pernafasan cepat, 3 mencit dengan pernafasan yang sedikit
meningkat. Pada ataksia terdapat 1 mencit yang hiperkinetik dan 2 mencit
ansietas. Urinasi yang sedikit meningkat.
Pengamatan pada menit ke-30’ terdapat 3 mencit dengan pernafasan cepat
dan 2 mencit yang sedikit meningkat. Ansietas 3 mencit hiperkinestik dan
ansietas, 2 mencit hiperinestik. Nistagmus terjadi pada 3 mencit. Pengamatan pada
menit ke-60’ sampai menit ke 90’ pernafasan kembali normal. Ansietas sedasi.
Pengamatan pada menit ke-120’ 4 mencit pernafasan sedikit menurun, ansietas
sedasi. Pengamatan ke 24 jam 2 mencit napas labat dan berat, ansietas 1 mencit
ataksia. Nistagmus pada 2 mencit. Diare pada 2 mencit. Anuria pada 1 mencit.
Terdapat 1 mencit yang mati.

4.2.5 Pemberian Dosis II


Dosis luminal yang diberikan pada mencit 1 sebesar 0,15 ml. Rute
pemberian luminal diberikan secara per oral menggunakan sonde kepada mencit
1. Langkah pertama diambil cairan luminal sebanyak 0,15 ml dengan spuit injeksi
ukuran 1 ml. Selanjutnya dipegang mencit dengan tangan kiri, sedangkan tangan
kanan memegang sonde. Setelah itu dimasukkan sonde ke mulut mencit secara
hati-hati sampai jarum sonde tidak terlihat dan didorong cairan pada spuit injeksi
untuk masuk pada tubuh mencit.
Parameter yang dapat diamati setelah pemberian yaitu seperti pengamatan secara
umum yaitu pernafasan, ataxia, nistagmus, diare, urinasi dan saliva. Pengamatan
yang dilakukan pada hewan cobia dilakukan pada menit ke 5’,15’,30’,60 dan 24
jam++. Pengamatan pada menit ke-5’ pernafasan sedikit meningkat. Pengamatan
pada menit ke-15’ pernafasan 4 mencit cepat, 1 mencit sedikit meningkat. Ataksia
3 mencit hiperkinestetik dan ansietas, 2 mencit hiperkinestetik. Nistagmus pada 4
mencit. Diare pada 3 mmencit.
Pengamatan pada menit ke-30’ pernafasan normal. Ataksia sedasi pada
semua mencit. Pengamatan pada menit ke-60’ pernafasan 2 mencit lambat.
Ataksia sedasi pada semua mencit. Diare pada 1 mencit. Pengamatan pada menit
ke-90’ pernafasan 3 mencit lambat dan berat, 1 mencit lambat. Ataksia sedasi
pada semua mencit. Pengamatan pada menit ke-120’ pernafasan 3 mencit lambat
dan berat, 2 mencit agak lambat. Ataksia sedasi pada 4 mencit. Diare pada 2
mencit. Hipersalivasi pada 1 mencit. 1 Mencit mengalami kematian. Pengamatan
pada 24 jam pernafasan 1 mencit lambat dan berat, 2 mencit agak lambat, 1
mencit apnea. Ataksia pada 1 mencit dan 1 mencit hiperkinestetik. Nistagmus
pada semua mencit. Diare pada 2 mencit. Urinasi oliguria pada 2 mencit.
Hipersalivasi pada 1 mencit. 1 Mencit mengalami kematian.
4.2.6 Pemberian Dosis III
Dosis luminal yang diberikan pada mencit 1 sebesar 0,2 ml. Rute
pemberian luminal diberikan secara per oral menggunakan sonde kepada mencit
1. Langkah pertama diambil cairan luminal sebanyak 0,2 ml dengan spuit injeksi
ukuran 1 ml. Selanjutnya dipegang mencit dengan tangan kiri, sedangkan tangan
kanan memegang sonde. Setelah itu dimasukkan sonde ke mulut mencit secara
hati-hati sampai jarum sonde tidak terlihat dan didorong cairan pada spuit injeksi
untuk masuk pada tubuh mencit.
Parameter yang dapat diamati setelah pemberian yaitu seperti pengamatan secara
umum yaitu pernafasan, ataxia, nistagmus, diare, urinasi dan saliva. Pengamatan
yang dilakukan pada hewan cobia dilakukan pada menit ke 5’,15’,30’,60 dan 24
jam++. Pengamatan pada menit ke-5’ pernafasan sedikit meningkat. Pengamatan
pada menit ke-15’ pernafasan 3 mencit cepat, 2 mencit sedikit meningkat. Ataksia
3 mencit hiperkinestetik dan ansietas, 2 mencit hiperkinestetik. Nistagmus pada 3
mencit.
Pengamatan pada menit ke-30’ pernafasan normal. Ataksia sedasi pada
semua mencit. Pengamatan pada menit ke-60’ pernafasan 3 mencit lambat dan
berat, 1 mencit lambat, 1 mencit apnea. Ataksia sedasi pada 4 mencit. Diare pada
semua mencit. Urinasi oliguria pada 3 mencit. 1 mencit mengalami kematian
Pengamatan pada menit ke-90’ pernafasan 4 mencit lambat dan berat. Ataksia
sedasi pada semua mencit. Diare pada semua mencit. Pengamatan pada menit ke-
120’ pernafasan 3 mencit lambat dan berat, 1 mencit apnea. Ataksia pada 1 mencit
dan sedasi pada 3 mencit. Diare pada semua mencit. 1 Mencit mengalami
kematian. Pengamatan pada 24 jam pernafasan 1 mencit agak lambat, 2 mencit
apnea. Ataksia pada 2 mencit. Nistagmus pada semua mencit. Diare pada semua
mencit. 2 Mencit mengalami kematian.

4.2.7 Pemberian Dosis IV


Dosis luminal yang diberikan pada mencit 1 sebesar 0,4 ml. Rute
pemberian luminal diberikan secara per oral menggunakan sonde kepada mencit
1. Langkah pertama diambil cairan luminal sebanyak 0,4 ml dengan spuit injeksi
ukuran 1 ml. Selanjutnya dipegang mencit dengan tangan kiri, sedangkan tangan
kanan memegang sonde. Setelah itu dimasukkan sonde ke mulut mencit secara
hati-hati sampai jarum sonde tidak terlihat dan didorong cairan pada spuit injeksi
untuk masuk pada tubuh mencit.
Parameter yang dapat diamati setelah pemberian yaitu seperti pengamatan secara
umum yaitu pernafasan, ataxia, nistagmus, diare, urinasi dan saliva. Pengamatan
yang dilakukan pada hewan cobia dilakukan pada menit ke 5’,15’,30’,60 dan 24
jam++. Pengamatan pada menit ke-5’ pernafasan sedikit meningkat. Pengamatan
pada menit ke-15’ pernafasan normal. Ataksia sedasi pada 3 mencit.
Pengamatan pada menit ke-30’ pernafasan 3 mencit lambat dan berat, 2
mencit lambat. Ataksia sedasi pada semua mencit. Diare pada 4 mencit, Urinasi
oliguna pada 3 mencit. Pengamatan pada menit ke-60’ pernafasan 4 mencit lambat
dan berat, 1 mencit apnea. Ataksia sedasi pada 4 mencit. Diare pada semua
mencit. Urinasi oliguna pada 3 mencit. 1 mencit mengalami kematian.
Pengamatan pada menit ke-90’ pernafasan 3 mencit lambat dan berat, 1 mencit
apnea. Ataksia pada 1 mencit dan sedasi pada 3 mencit. Diare pada semua mencit.
Urinasi Oliguria. 1 mencit mengalami kematian Pengamatan pada menit ke-120’
pernafasan 1 mencit agak lambat, 2 mencit agak apnea. Ataksia pada 2 mencit.
Diare pada semua mencit. Hipersalivasi pada 2 mencit. 2 Mencit mengalami
kematian. Pengamatan pada 24 jam pernafasan apnea pada 1 mencit. Ataksia pada
1 mencit. Diareada 1 mencit. 1 Mencit mengalami kematian.

4.2.8 Penentuan LD50


Uji toksisitas akut adalah salah satu uji praklinik yang penting. Uji ini dirancang
untuk menentukan efek toksik suatu senyawa yang akan terjadi dalam waktu yang
singkat setelah pemajanan atau pemberiannya dalam takaran tertentu. Data
kuantitatif yang diperoleh dari uji toksisitas akut ini adalah LD50 (lethal dose 50).
Berdasar atas data LD50, suatu senyawa dapat digolongkan sebagai bahan yang
sangat toksik (extremely toxic) hingga bahan yang tidak toksik (practically non
toxic). Data kualitatif yang diperoleh meliputi penampakan klinis, morfologis, dan
mekanisme efek toksik (Makiyah,2017). Berdasarkan literatur Jenova , Rika
(2009) Dosis Letal tengah atau LD50 adalah tolak ukur statistik setelah pemberian
dosis tunggal yang sering dipergunakan untuk menyatakan tingkatan dosis toksik
sebagai data kuantitatif. Sedangkan gejala klinis, gejala fisiologis dan mekanisme
toksik sebagai data kualitatifnya. Menurut Gosselon et. Al, (1984), kriteria dosis
urutan daya toksisitas suatu bahan (per-berat badan manusia 70 Kg).
Tabel 1. Kriteria Penggolongan Sediaan Uji
Kriteria Dosis
Praktis tidak toksik >15g/Kg
Sedikit toksik 5-15 g/Kg
Toksik sedang 0,5-5 g/Kg
Sangat toksik 50-500 mg/Kg
Amat sangat toksik 5-50 mg/Kg
Super toksil <5 mg/Kg

Anda mungkin juga menyukai