0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
21 tayangan13 halaman
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas hasil pengamatan gejala toksisitas pada tikus yang diberi ekstrak daun sirih merah dengan berbagai dosis.
2. Gejala toksisitas yang diamati antara lain pernapasan, ataksia, nistagmus, diare, urinasi dan salivasi.
3. Semakin besar dosis yang diberikan, semakin parah gejala toksisitas yang ditunjukkan oleh tikus. Beber
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas hasil pengamatan gejala toksisitas pada tikus yang diberi ekstrak daun sirih merah dengan berbagai dosis.
2. Gejala toksisitas yang diamati antara lain pernapasan, ataksia, nistagmus, diare, urinasi dan salivasi.
3. Semakin besar dosis yang diberikan, semakin parah gejala toksisitas yang ditunjukkan oleh tikus. Beber
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas hasil pengamatan gejala toksisitas pada tikus yang diberi ekstrak daun sirih merah dengan berbagai dosis.
2. Gejala toksisitas yang diamati antara lain pernapasan, ataksia, nistagmus, diare, urinasi dan salivasi.
3. Semakin besar dosis yang diberikan, semakin parah gejala toksisitas yang ditunjukkan oleh tikus. Beber
Kelompok Waktu Gejala Toksisitas Jumlah (menit) Hewan Mati Pernapasan Ataksia Nistagmus Diare Urinasi Saliva Kontrol 0 Normal - - - Normal Normal 0 5 Sedikit meningkat - - - Normal Normal 0 (CMC-Na) 15 Normal - - - Sedikit Normal 0 meningkat 30 Normal - - - Normal Normal 0 60 Normal - - - Normal Normal 0 90 Normal - - - Normal Normal 0 120 Normal - - - Normal Normal 0 24 jam Normal - - - Normal Normal 0 Kontrol 0 Normal - - - Normal Normal 0 5 Sedikit meningkat - - - Normal Normal 0 (Aquadest) 15 Normal - - - Sedikit Normal 0 meningkat 30 Normal - - - Normal Normal 0 60 Normal - - - Normal Normal 0 90 Normal - - - Normal Normal 0 120 Normal - - - Normal Normal 0 24 jam Normal - - - Normal Normal 0 Dosis I 0 Normal - - - Normal Normal 0 5 Sedikit meningkat - - - Normal Normal 0 15 2 mencit = cepat; 1 mencit = - - Sedikit Normal 0 3 mencit = sedikit meningkat hiperkinestetik; meningkat 2 mencit = ansietas; 1 mencit = normal 30 3 mencit = cepat; 3 mencit = 2 mencit = - Normal Normal 0 2 mencit = sedikit meningkat hiperkinestetik, normal; ansietas; 3 mencit = 2 mencit = nistagmus hiperkinestetik 60 Normal Sedasi - - - Normal 0 90 Normal Sedasi - - - Normal 0 120 4 mencit = sedikit menurun; Sedasi - - - Normal 0 1 mencit = normal 24 jam 2 mencit = napas lambat dan 4 mencit = normal 2 mencit = 2 mencit 4 mencit = Normal 1 berat; 1 mencit = ataksia nistagmus; = diare; normal; 3 mencit = normal 3 mencit = 3 mencit 1 mencit = normal = normal anuria Dosis II 0 Normal - - - Normal Normal 0 5 Sedikit meningkat - - - Normal Normal 0 15 4 mencit = cepat; 3 mencit = 1 mencit = 3 mencit Normal Normal 0 1 mencit = sedikit meningkat hiperkinestetik, normal; = diare; ansietas; 4 mencit = 2 mencit 2 mencit = nistagmus = normal hiperkinestetik 30 Normal Sedasi - - - Normal 0 60 2 mencit = napas lambat; Sedasi - 1 mencit - Normal 0 3 mencit = normal = diare; 4 mencit = normal 90 3 mencit = napas lambat dan Sedasi - - - Normal 0 berat; 1 mencit = napas lambat; 1 mencit = normal 120 3 mencit = napas lambat dan 4 mencit = sedasi; - 2 mencit - 1 mencit 1 berat; 1 mencit = ataksia = diare; hipersalivasi; 2 mencit = napas agak 3 mencit 4 mencit = lambat = normal normal 24 jam 1 mencit = napas lambat dan 2 mencit = normal; Nistagmus 2 mencit 2 mencit = 1 mencit 1 berat; 1 mencit = = diare; oliguria hipersalivasi; 2 mencit = napas agak hiperkinestetik; 3 mencit 3 mencit = lambat 1 mencit = ataksia = normal normal 1 mencit = apnea Dosis III 0 Normal - - - Normal Normal 0 5 Sedikit meningkat - - - Sedikit Sedikit 0 meningkat meningkat 15 3 mencit = cepat; 3 mencit = 2 mencit = - Normal Normal 0 2 mencit = sedikit meningkat hiperkinestetik, normal; ansietas; 3 mencit = 2 mencit = nistagmus hiperkinestetik 30 Normal Sedasi - - - Normal 0 60 3 mencit = napas lambat dan 4 mencit = sedasi; - Diare 3 mencit = Normal 1 berat; 1 mencit = ataksia oliguria; 1 mencit = napas lambat; 2 mencit = 1 mencit = apnea normal 90 4 mencit = napas lambat dan Sedasi - Diare - Normal 0 berat 120 3 mencit = napas lambat dan 3 mencit = sedasi; - Diare - Normal 1 berat; 1 mencit = ataksia 1 mencit = apnea 24 jam 1 mencit = napas agak 2 mencit = ataksia - - - Normal 2 lambat ; 2 mencit = apnea Dosis IV 0 Normal - - - Normal Normal 0 5 Sedikit meningkat - - - Sedikit Sedikit 0 meningkat meningkat 15 Normal 3 mencit = sedasi - - - Normal 0 30 3 mencit = napas lambat dan Sedasi - 4 mencit 3 mencit = Normal 0 berat; = diare oliguria; 2 mencit = napas lambat 2 mencit = normal 60 4 mencit = napas lambat dan 4 mencit = sedasi; - Diare 3 mencit = Normal 1 berat; 1 mencit = ataksia oliguria; 1 mencit = apnea 2 mencit = normal 90 3 mencit = napas lambat dan 3 mencit = sedasi; - Diare Oliguria Normal 1 berat; 1 mencit = ataksia 1 mencit = apnea 120 1 mencit = napas agak 2 mencit = ataksia - Diare - 2 mencit = 2 lambat ; hipersalivasi 2 mencit = apnea 24 jam Apnea Ataksia - Diare - - 1 4.2 Pembahasan 4.2.1 Fenobarbital (luminal) Fenobarbital secara historis merupakan obat pilihan untuk penatalaksanaan gangguan epilepsi lokal dan fokal. Peningkatan kadar dapat menyebabkan tanda- tanda awal toksisitas termasuk sedasi, nystagmus, dan ataksia, yang pada akhirnya menyebabkan koma dan kegagalan pernapasan atau sindrom syok. Sejauh ini mekanisme berdasarkan kelasnya, yaitu fenobarbital berikatan dengan reseptor GABAA, yang meningkatkan durasi pembukaan saluran ion klorida. GABA neurotransmitter penghambat (asam gammaaminobutyric) mengaktifkan reseptor ini dan mengurangi transmisi sinyal neurologis. Onset dengan dosis oral adalah 20 hingga 60 menit dan durasinya adalah 6 hingga 10 jam. (Alleva, 2015). Fenobarbital merupakan antikonvulsan turunan barbiturat dan sebagai obat yang efektif untuk pasien yang tidak mempunyai respon baik terhadap obat antiepilepsi lain pada pengobatan kejang tonik-klonik, kejang parsial sederhana dan kejang parsial kompleks juga efektif pada pengobatan pada status epileptikus. Barbiturat adalah obat yang bertindak sebagai penekan sistem saraf pusat dan karenanya dapat menghasilkan berbagai efek, mulai dari sedasi ringan hingga kematian. Barbiturat dalam dosis tinggi digunakan untuk bunuh diri yang dibantu dokter, dan dalam kombinasi dengan pelemas otot untuk eutanasia dan untuk hukuman mati dengan suntikan yang mematikan. Barbiturat sering digunakan sebagai agen eutanasia dalam kedokteran hewan. Mekanisme kerja fenobarbital adalah dengan menekan neuron abnormal secara selektif, menghambat penyebaran dan rangsangan depolarisasi dengan cara menyekat kanal Ca2+, memperlama pembukaan kanal Cl- dan menyekat respon eksikatorik yang diinduksi oleh glutamat. Efek samping dari obat ini antara lain sedasi, ataksia, nistagmus, dan reaksi hipersensitifitas (Wibowo & Gofir, 2006).
4.2.3 Pemberian Obat
Obat adalah bahan atau panduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki system fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, penigkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia (Supardi dkk, 2012). Pada praktikum ini pemberian obat dilakukan terhadap 5 kelompok mencit yang akan dilakukan percobaan. Dalam penelitian ini mencit dipilih sebagai hewan coba. Alasan memilih mencit dikarenakan mencit mempunyai karakteristik antara lain dalam laboratorium mencit mudah ditangani, ia bersifat penakut, fotofobik, cenderung berkumpul sesamanya, mempunyai kecenderungan untuk bersembunyi, dan lebih aktif pada malam hari. Suhu tubuh normal: 37,4°C. Laju respirasi normal 163 tiap menit. Ukurannya kecil (berat badan kurang dari 1kg), mudah dipegang dan dikendalikan, pemberian materi (ekstraksi mudah dilakukan dengan berbagai rute, mudah dikembangbiakkan dan mudah dipelihara dilaboratorium, lama hidup relatif singkat, dan fisiologi diperkirakan sesuai atau identik dengan manusia (Listyorini, 2012). Rute pemberian obat pada percobaan ini dilakukan secara per oral. Cara pemberian senyawa pada hewan coba yang lazim adalah per-oral (Listyorini, 2012). Selain itu ada beberapa alasan mengenai dipilihnya rute per oral, hal ini antara lain pemberian zat kimia melalui oral secara cepat akan diabsorbsi oleh saluran cerna, zat kimia akan dimetabolisme di hati sesuai dengan kadar yang tertelan dan hal ini tidak terjadi pada jalur pemberian lainnya. Obat yang digunakan dalam percobaan ini adalah Na.CMC pada mencit 5 sebagai kontrol obat dan suspense luminal diberikan pada mencit 1, 2, 3, dan 4 yang digunakan untuk melihat efek toksisitas yang ditimbulkan. Dosis yang diberikan pada masing-masing mencit berbeda-beda, tergantung berat badan mencit. Sehingga, obat yanga akan diberikan ke mencit, sebelumnya dilakukan pengencerkan terlebih dahulu. Tujuan pengenceran obat adalah untuk memperoleh dosis yang sesuai. Adapun prinsip pengenceran menurut (Stevani, Hendra, 2016) adalah jumlah pengenceran yang akan diambil harus merupakan bilangan bulat dan dapat ditimbang karena nilai hasil pengenceran, bilangannya tidak boleh dibulatkan lagi. Farmakologi molekuler reseptor asam gamma amino butirat (GABA) terikat pada saluran kanal klorida yang merupakan salah satu mesin respons obat dalam tubuh yang paling handal. Fenobarbital, asam 5,5-fenil-etil barbiturate merupakan senyawa yang meniru kerja GABA. Fenobarnital merupakan senyawa organik pertama yang digunakan dalam pengobatan antikonvulsi. Kerjanya membatasi penjalaran aktivitas bangkitan dan menaikkan ambang rangsang. Efek utama barbiturate ialah depresi SSP. Semua tingkat depresi dapat dicapai mulai dari sedasi, hipnosis, berbagai tingkat anesthesia, koma sampai dengan kematian. Efek hipnotik fenobarbital dapat dicapai dalam waktu 20-60 menit dengan dosis hipnotik (Ganiswara et al, 2007).
4.2.3 Kelompok Kontrol (CMC-Na) dan Aquadest
CMC-Na didefinisikan sebagai garam dari poli-hidroksi-metil-eter dari selulosa. CMC-Na memiliki pemerian yakni berwarna putih, tidak berbau, tidak berasa dan higroskopis setelah mengalami pengenceran (Rowe, 2009). CMC-Na berfungsi sebagai emulsifying agent dan tablet binder (Indriyati, 2016). Na-CMC juga digunakan untuk membandingkan ada tidaknya suatu perlakuan (Turdiyanto, 2010). CMC-Na dapat meningkatkan viskositas larutan dengan mekanisme perpanjangan rantai dengan bobot molekuler tinggi. Langkah awal yang dilakukan adalah pengenceran (pembuatan CMC Na) pada percobaan ini adalah dipanaskan kurang lebih 200 ml air hingga mendidih dan ditimbang Na. CMC sebanyak 1 gram. Setelah itu masukkan Na.CMC ke dalam beaker glass 300 ml lalu ditambahkan 50 ml air panas. Kemudian, diaduk campuran tersebut hingga homogen, dimana larutan tersebut sampai membentuk campuran berupa seperti gel yang ditandai dengan tidak nampaknya lagi serbuk berwarna putih. Langkah terakhir, ditambahkan air panas sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga volume larutan menjadi 100 ml, dan larutan didinginkan. Sesuai dengan perhitungan yang dilakukan oleh praktikan, dosis Na.CMC yang diambil untuk diberikan pada mencit 5 sebesar 0,4 ml. Rute pemberian Na. CMC dan aquadest diberikan secara per oral menggunakan sonde kepada mencit kontrol. Langkah pertama diambil cairan Na. CMA dan aquadest sebanyak 0,4 ml dengan spuit injeksi ukuran 1 ml. Selanjutnya dipegang mencit dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanan memegang sonde. Setelah itu dimasukkan sonde ke mulut mencit secara hati-hati sampai jarum sonde tidak terlihat dan didorong cairan pada spuit injeksi untuk masuk pada tubuh mencit. Parameter yang dapat diamati setelah pemberian Na. CMC dan aquadest yaitu seperti pengamatan secara umum yaitu pernafasan, ataxia, nistagmus, diare, urinasi dan saliva. Pengamatan yang dilakukan pada hewan cobia dilakukan pada menit ke 5’,15’,30’,60 dan 24 jam++. Pengamatan pada menit ke-5’ menunjukan adanya perubahan pernafasan menjadi sedikit meningkat, 15 menit kemudian pernafasan kembali normal tetapi terjadi sedikit peningkatan pada urinasi. Pengamatan pada menit ke-30’ sampai dengan 24 jam tidak ada perubahan terhadap mencit kontrol.
4.2.4. Pemberian Dosis I
Pembuatan suspense luminal 1,56% yaitu, diambil 26 tablet luminal lalu digerus hingga halus. Kemudian serbuk luminal yang dudah halus dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 100 ml. setelah itu tambahkan sekitar 50 ml larutan Na.CMC dan kocok hingga homogen. Terakhir, tambahkan larutan Na. CMC hingga tanda batas dan kocok hingga lagi hingga homogen. Sesuai dengan perhitungan yang dilakukan oleh praktikan, dosis luminal yang diberikan pada mencit 1 sebesar 0,05 ml. Rute pemberian luminal diberikan secara per oral menggunakan sonde kepada mencit 1. Langkah pertama diambil cairan luminal sebanyak 0,05 ml dengan spuit injeksi ukuran 1 ml. Selanjutnya dipegang mencit dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanan memegang sonde. Setelah itu dimasukkan sonde ke mulut mencit secara hati-hati sampai jarum sonde tidak terlihat dan didorong cairan pada spuit injeksi untuk masuk pada tubuh mencit. Parameter yang dapat diamati setelah pemberian yaitu seperti pengamatan secara umum yaitu pernafasan, ataxia, nistagmus, diare, urinasi dan saliva. Pengamatan yang dilakukan pada hewan cobia dilakukan pada menit ke 5’,15’,30’,60 dan 24 jam++. Pengamatan pada menit ke-5’ menunjukan adanya perubahan pernafasan yang sedikit meningkat, 15 menit kemudian terdapat 2 mencit dengan pernafasan cepat, 3 mencit dengan pernafasan yang sedikit meningkat. Pada ataksia terdapat 1 mencit yang hiperkinetik dan 2 mencit ansietas. Urinasi yang sedikit meningkat. Pengamatan pada menit ke-30’ terdapat 3 mencit dengan pernafasan cepat dan 2 mencit yang sedikit meningkat. Ansietas 3 mencit hiperkinestik dan ansietas, 2 mencit hiperinestik. Nistagmus terjadi pada 3 mencit. Pengamatan pada menit ke-60’ sampai menit ke 90’ pernafasan kembali normal. Ansietas sedasi. Pengamatan pada menit ke-120’ 4 mencit pernafasan sedikit menurun, ansietas sedasi. Pengamatan ke 24 jam 2 mencit napas labat dan berat, ansietas 1 mencit ataksia. Nistagmus pada 2 mencit. Diare pada 2 mencit. Anuria pada 1 mencit. Terdapat 1 mencit yang mati.
4.2.5 Pemberian Dosis II
Dosis luminal yang diberikan pada mencit 1 sebesar 0,15 ml. Rute pemberian luminal diberikan secara per oral menggunakan sonde kepada mencit 1. Langkah pertama diambil cairan luminal sebanyak 0,15 ml dengan spuit injeksi ukuran 1 ml. Selanjutnya dipegang mencit dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanan memegang sonde. Setelah itu dimasukkan sonde ke mulut mencit secara hati-hati sampai jarum sonde tidak terlihat dan didorong cairan pada spuit injeksi untuk masuk pada tubuh mencit. Parameter yang dapat diamati setelah pemberian yaitu seperti pengamatan secara umum yaitu pernafasan, ataxia, nistagmus, diare, urinasi dan saliva. Pengamatan yang dilakukan pada hewan cobia dilakukan pada menit ke 5’,15’,30’,60 dan 24 jam++. Pengamatan pada menit ke-5’ pernafasan sedikit meningkat. Pengamatan pada menit ke-15’ pernafasan 4 mencit cepat, 1 mencit sedikit meningkat. Ataksia 3 mencit hiperkinestetik dan ansietas, 2 mencit hiperkinestetik. Nistagmus pada 4 mencit. Diare pada 3 mmencit. Pengamatan pada menit ke-30’ pernafasan normal. Ataksia sedasi pada semua mencit. Pengamatan pada menit ke-60’ pernafasan 2 mencit lambat. Ataksia sedasi pada semua mencit. Diare pada 1 mencit. Pengamatan pada menit ke-90’ pernafasan 3 mencit lambat dan berat, 1 mencit lambat. Ataksia sedasi pada semua mencit. Pengamatan pada menit ke-120’ pernafasan 3 mencit lambat dan berat, 2 mencit agak lambat. Ataksia sedasi pada 4 mencit. Diare pada 2 mencit. Hipersalivasi pada 1 mencit. 1 Mencit mengalami kematian. Pengamatan pada 24 jam pernafasan 1 mencit lambat dan berat, 2 mencit agak lambat, 1 mencit apnea. Ataksia pada 1 mencit dan 1 mencit hiperkinestetik. Nistagmus pada semua mencit. Diare pada 2 mencit. Urinasi oliguria pada 2 mencit. Hipersalivasi pada 1 mencit. 1 Mencit mengalami kematian. 4.2.6 Pemberian Dosis III Dosis luminal yang diberikan pada mencit 1 sebesar 0,2 ml. Rute pemberian luminal diberikan secara per oral menggunakan sonde kepada mencit 1. Langkah pertama diambil cairan luminal sebanyak 0,2 ml dengan spuit injeksi ukuran 1 ml. Selanjutnya dipegang mencit dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanan memegang sonde. Setelah itu dimasukkan sonde ke mulut mencit secara hati-hati sampai jarum sonde tidak terlihat dan didorong cairan pada spuit injeksi untuk masuk pada tubuh mencit. Parameter yang dapat diamati setelah pemberian yaitu seperti pengamatan secara umum yaitu pernafasan, ataxia, nistagmus, diare, urinasi dan saliva. Pengamatan yang dilakukan pada hewan cobia dilakukan pada menit ke 5’,15’,30’,60 dan 24 jam++. Pengamatan pada menit ke-5’ pernafasan sedikit meningkat. Pengamatan pada menit ke-15’ pernafasan 3 mencit cepat, 2 mencit sedikit meningkat. Ataksia 3 mencit hiperkinestetik dan ansietas, 2 mencit hiperkinestetik. Nistagmus pada 3 mencit. Pengamatan pada menit ke-30’ pernafasan normal. Ataksia sedasi pada semua mencit. Pengamatan pada menit ke-60’ pernafasan 3 mencit lambat dan berat, 1 mencit lambat, 1 mencit apnea. Ataksia sedasi pada 4 mencit. Diare pada semua mencit. Urinasi oliguria pada 3 mencit. 1 mencit mengalami kematian Pengamatan pada menit ke-90’ pernafasan 4 mencit lambat dan berat. Ataksia sedasi pada semua mencit. Diare pada semua mencit. Pengamatan pada menit ke- 120’ pernafasan 3 mencit lambat dan berat, 1 mencit apnea. Ataksia pada 1 mencit dan sedasi pada 3 mencit. Diare pada semua mencit. 1 Mencit mengalami kematian. Pengamatan pada 24 jam pernafasan 1 mencit agak lambat, 2 mencit apnea. Ataksia pada 2 mencit. Nistagmus pada semua mencit. Diare pada semua mencit. 2 Mencit mengalami kematian.
4.2.7 Pemberian Dosis IV
Dosis luminal yang diberikan pada mencit 1 sebesar 0,4 ml. Rute pemberian luminal diberikan secara per oral menggunakan sonde kepada mencit 1. Langkah pertama diambil cairan luminal sebanyak 0,4 ml dengan spuit injeksi ukuran 1 ml. Selanjutnya dipegang mencit dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanan memegang sonde. Setelah itu dimasukkan sonde ke mulut mencit secara hati-hati sampai jarum sonde tidak terlihat dan didorong cairan pada spuit injeksi untuk masuk pada tubuh mencit. Parameter yang dapat diamati setelah pemberian yaitu seperti pengamatan secara umum yaitu pernafasan, ataxia, nistagmus, diare, urinasi dan saliva. Pengamatan yang dilakukan pada hewan cobia dilakukan pada menit ke 5’,15’,30’,60 dan 24 jam++. Pengamatan pada menit ke-5’ pernafasan sedikit meningkat. Pengamatan pada menit ke-15’ pernafasan normal. Ataksia sedasi pada 3 mencit. Pengamatan pada menit ke-30’ pernafasan 3 mencit lambat dan berat, 2 mencit lambat. Ataksia sedasi pada semua mencit. Diare pada 4 mencit, Urinasi oliguna pada 3 mencit. Pengamatan pada menit ke-60’ pernafasan 4 mencit lambat dan berat, 1 mencit apnea. Ataksia sedasi pada 4 mencit. Diare pada semua mencit. Urinasi oliguna pada 3 mencit. 1 mencit mengalami kematian. Pengamatan pada menit ke-90’ pernafasan 3 mencit lambat dan berat, 1 mencit apnea. Ataksia pada 1 mencit dan sedasi pada 3 mencit. Diare pada semua mencit. Urinasi Oliguria. 1 mencit mengalami kematian Pengamatan pada menit ke-120’ pernafasan 1 mencit agak lambat, 2 mencit agak apnea. Ataksia pada 2 mencit. Diare pada semua mencit. Hipersalivasi pada 2 mencit. 2 Mencit mengalami kematian. Pengamatan pada 24 jam pernafasan apnea pada 1 mencit. Ataksia pada 1 mencit. Diareada 1 mencit. 1 Mencit mengalami kematian.
4.2.8 Penentuan LD50
Uji toksisitas akut adalah salah satu uji praklinik yang penting. Uji ini dirancang untuk menentukan efek toksik suatu senyawa yang akan terjadi dalam waktu yang singkat setelah pemajanan atau pemberiannya dalam takaran tertentu. Data kuantitatif yang diperoleh dari uji toksisitas akut ini adalah LD50 (lethal dose 50). Berdasar atas data LD50, suatu senyawa dapat digolongkan sebagai bahan yang sangat toksik (extremely toxic) hingga bahan yang tidak toksik (practically non toxic). Data kualitatif yang diperoleh meliputi penampakan klinis, morfologis, dan mekanisme efek toksik (Makiyah,2017). Berdasarkan literatur Jenova , Rika (2009) Dosis Letal tengah atau LD50 adalah tolak ukur statistik setelah pemberian dosis tunggal yang sering dipergunakan untuk menyatakan tingkatan dosis toksik sebagai data kuantitatif. Sedangkan gejala klinis, gejala fisiologis dan mekanisme toksik sebagai data kualitatifnya. Menurut Gosselon et. Al, (1984), kriteria dosis urutan daya toksisitas suatu bahan (per-berat badan manusia 70 Kg). Tabel 1. Kriteria Penggolongan Sediaan Uji Kriteria Dosis Praktis tidak toksik >15g/Kg Sedikit toksik 5-15 g/Kg Toksik sedang 0,5-5 g/Kg Sangat toksik 50-500 mg/Kg Amat sangat toksik 5-50 mg/Kg Super toksil <5 mg/Kg