Anda di halaman 1dari 246

Drill Soal UKMPPD

Nefrologi
Rheumatologi
d r.T i m o t i u s P r a t a m a
• UKMPPD CBT terdiri dari 150 soal • Bedakan antara terapi yang tepat,
dalam 200 menit  1 soal = 1 definitive, abortif, suportif, awal
menit dan pendukung
• Baca soal  Baca Kasus  Kata • Terapi awal : Tatalaksana
kunci  Informasi tambahan simtomatis / kegawat daruratan
• Pemeriksaan Objektif > Subjektif • Terapi definitive : Terapi yang
langsung ke etiologi
• Jika kesulitan  Eksklusi jawaban
• Terapi supportif: Terapi yang
 Memperbesar kemungkinan
membantu dalam terapi
untuk benar
utama.

2
Nefrologi
NEFROLOGI

1
Seorang pria usia 50 tahun datang dengan keluhan nyeri
kepala yang hilang timbul sejak 2 tahun yang lalu. Pasien
mengeluhkan tangan sering gemetar dan berkeringat dingin.
Pada pemeriksaan didapatkan TD 170/100mmHg, Nadi 90x/i,
Napas 18x/i, Suhu afebris. Pada pemeriksaan penunjang
didapatkan adanya tumor adrenal yang mensekresi
katekolamin.
Diagnosis pasien ini adalah
A. Hipertensi esensial
B. Hipertensi sekunder
C. Krisis hipertensi
D. Hipertensi maligna
E. Hipertensi emergensi
5
Seorang pria usia 50 tahun datang dengan keluhan nyeri
kepala yang hilang timbul sejak 2 tahun yang lalu. Pasien
mengeluhkan tangan sering gemetar dan berkeringat dingin.
Pada pemeriksaan didapatkan TD 170/100mmHg, Nadi 90x/i,
Napas 18x/i, Suhu afebris. Pada pemeriksaan penunjang
didapatkan adanya tumor adrenal yang mensekresi
katekolamin.
Diagnosis pasien ini adalah
A. Hipertensi esensial
B. Hipertensi sekunder
C. Krisis hipertensi
D. Hipertensi maligna
E. Hipertensi emergensi
6
Definisi

Tekanan darah ≥140 mmHg sistolik dan/atau ≥90 mmHg diastolik pada seseorang yang
tidak sedang makan OAH. Pengukuran dilakukan minimal 2 kali tiap kunjungan pada 2 kali
kunjungan dengan posisi duduk dan telah beristirahat 5 menit.

Klasifikasi

Klasifikasi Sistole Diastole


Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Stg I 140-159 90-99
Hipertensi Stg II 160 100
Klasifikasi:
• Hipertensi Essensial: tidak dapat menentukan penyebabnya
• Hipertensi Sekunder: terdapat underlying disease
MAP+SENSES

Patofisiologi
RAAS (Renin-Angiotensin-Aldosteron System) ACE-I Captopril, Ramipril

Dehidrasi
(↓Na+) ARB Valsartan, Candesartan

Normal
↓Volume
darah
↑Tekanan Darah

↓Tekanan Juxtaglomerulus Pembuluh Darah Vasokontriksi


Darah
(Arteri)

↑ Renin
Kelenjar Adrenal
Angiotensinogen
↑ Angiotensin I ↑Reabsorbsi Na+ dan
H2O
↑Aldosteron
(↑ Sekresi K+ dan H+)
ACE ↑ Angiotensin II

ACE-I TD Normal ARB


A. Hipertensi esensial  Penyebab tidak diketahui
B. Hipertensi sekunder
C. Krisis hipertensi  Peningkatan TD > 180/120
D. Hipertensi urgensi  Peningkatan TD >180/120
disertai kerusakan target organ akut
E. Hipertensi emergensi  Peningkatan TD >180/120
disertai kerusakan target organ akut

9
NEFROLOGI

2
Seorang laki-laki usia 40 tahun datang ke Puskesmas dengan
keluhan nyeri dada yang dialami terutama saat beraktivitas.
Keluhan sudah dialami selama 1 bulan terakhir. Selama ini
pasien kontrol ke Puskesmas dan konsumsi captopril secara
teratur. Pemeriksaan tanda vital dijumpai TD 150/90 mmHg.
Apakah terapi tambahan yang sesuai?
A. HCT
B. Valsartan
C. Bisoprolol
D. Furosemid
E. Hydralazin

11
Seorang laki-laki usia 40 tahun datang ke Puskesmas dengan
keluhan nyeri dada yang dialami terutama saat beraktivitas.
Keluhan sudah dialami selama 1 bulan terakhir. Selama ini
pasien kontrol ke Puskesmas dan konsumsi captopril secara
teratur. Pemeriksaan tanda vital dijumpai TD 150/90 mmHg.
Apakah terapi tambahan yang sesuai?
A. HCT
B. Valsartan
C. Bisoprolol
D. Furosemid
E. Hydralazin

12
Tatalaksana Berdasarkan Algoritma Pedoman Hipertensi JNC 8 Obat pilihan awal untuk
Hipertensi:
• ACE-I
Dewasa berusia > 18 tahun dengan HT
Terapkan modifikasi gaya hidup • ARB
Tetapkan target TD, mulai pengobatan penurun TD berdasarkan algoritma • Thiazide Diuretic
Tidak ada Diabetes/CKD Ada Diabetes/CKD • CCB
Semua usia Diabetes Semua Usia dan Ras
Usia > 60 tahun Usia < 60 tahun
tanpa CKD CKD dengan atau
tanpa diabetes Perubahan gaya hidup:
Target TD < Target TD < Target TD < • Berhenti merokok
150/90 140/90 140/90 Target TD <
140/90 • Kontrol glukosa darah
Black
dan lipid
Non Black ACEI atau ARB, sendiri • Diet
atau kombinasi
Mulai Tiazide, ACEI, ARB atau Mulai Tiazide atau CCB
dengan kelas lain
• Makan sehat
CCB sendiri atau kombinasi sendiri atau kombinasi • Kurangi asupan
natrium hingga
Target Tercapai?
Tidak
Ya tidak melebihi
Perkuat gaya hidup dan kepatuhan. Titrasi obat dengan dosis maksimum atau pertimbangkan untuk 2.400 mg/hari
menambahkan obat lain(ACEI, ARB, CCB, Thiazide) • Aktivitas Fisik
• Aktivitas moderat
Target Tercapai?
Tidak
Ya ke kuat 3-4 hari
Perkuat gaya hidup dan kepatuhan. Tambahkan kelas obat yang belum dipilih (Beta Blocker, aldosterone seminggu rata-
antagonis dan lain-lain) dan titrasi obat diatas hingga maksimal rata 40 menit per
sesi
Target Tercapai?
Tidak
Ya Lanjutkan terapi
Perkuat gaya hidup dan kepatuhan. Titrasi obat-obatan ke dosis dan pantau
maksimal, tambahkan obat lain dan/atau rujuk ke spesialis
Strategi Penanganan Hipertensi
Strategi Penjelasan
A Mulai satu obat, titrasi ke dosis maksimum, dan kemudian tambahkan
obat kedua
B Mulai satu obat, lalu tambahkan obat kedua sebelum mencapai
dosis maksimal pertama
C Mulailah 2 obat secara bersamaan, sebagai pil atau pil kombinasi
yang terpisah. Terapi kombinasi awal direkomendasikan jika TD lebih
besar dari 20/10 mmHg diatas sasaran
Cara Kombinasi Antihipertensi

Diuretik Tiazid

Penghambat Penghambat Reseptor


Reseptor Beta Angiotensin

Antihipertensi Antagonis
lain Kalsium

ACE-inhibitor
Obat Hipertensi Khusus
Penyakit Pilihan Obat
Jantung (Angina, gangguan irama jantung) β-blocker (Propanolol, bisoprolol, dll)
Edema (CHF, overload cairan) Diuretik (Furosemide, Spironolactone, dll)
Hamil Nifedipin, metildopa
BPH α-blocker (terazosin, prazosin, dll)
A. HCT  Pada kasus diatas kombinasi ACE-i/ARB +
BB/CCB
B. Valsartan  Pada kasus diatas kombinasi ACE-i/ARB
+ BB/CCB
C. Bisoprolol
D. Furosemid  Pada kasus diatas kombinasi ACE-i/ARB
+ BB/CCB
E. Hydralazin  Pada kasus diatas kombinasi ACE-i/ARB
+ BB/CCB

17
NEFROLOGI

3
Seorang laki-laki usia 42 tahun datang dengan keluhan
terdapat benjolan pada bagian ibu jari. Pasien memiliki
riwayat hipertensi. Pada pemeriksaan lab dijumpai kadar
asam urat 16,5.
Obat apa yang harus dihindari pada pasien ini?
A. Hidroklorothiazid
B. Candesartan
C. Amlodipine
D. Captopril
E. Bisoprolol

19
Seorang laki-laki usia 42 tahun datang dengan keluhan
terdapat benjolan pada bagian ibu jari. Pasien memiliki
riwayat hipertensi. Pada pemeriksaan lab dijumpai kadar
asam urat 16,5.
Obat apa yang harus dihindari pada pasien ini?
A. Hidroklorothiazid
B. Candesartan
C. Amlodipine
D. Captopril
E. Bisoprolol

20
Efek Samping Obat Antihipertensi
Golongan OAH Efek Samping

ACE-i Batuk, hiperkalemia

ARB Hiperkalemia (lebih jarang terjadi dibandingkan ACE-I)

CCB
Dihidroporidin Edema pedis, Nyeri kepala
Non-Dihidroporidin Konstipasi (verapamil), sakit kepala (diltiazem)

Diuretik Sering berkemih, hipokalemia, hiponatremia,


hiperglikemia, hiperlipidemia, hiperurisemia, disfungsi
seksual
Alfa blocker Edema pedis, hipotensi ortostatik, pusing

Beta blocker Lemas, bronkhospasme, hiperglikemia, disfungsi ereksi


Kontraindikasi
Obat Compelling

Diuretic (thiazide) Gout Arthritis

Beta Blocker Asma, AV block (derajat 2/3)

CCB (dihidropiridine) Takiaritmia

CCB (non dihidropiridine) AV-Block (derajat 2/3)

ACE-I dan ARB Kehamilan, Hiperkalemia, renal stenosis


bilateral
Antagonis Aldosteron Hiperkalemia, GFR <30mL/menit
A. Hidroklorothiazid
B. Candesartan  Tidak tepat
C. Amlodipine  Tidak tepat
D. Captopril  Tidak tepat
E. Bisoprolol  Tidak tepat

23
NEFROLOGI

4
Seorang perempuan usia 60 tahun datang dengan
keluhan nyeri kepala hebat dan pandangan buram sejak
1 jam yang lalu. Pada pemeriksaan tanda vital dijumpai
TD 220/120 mmHg, Nadi 110x/i, Napas 18x/i, Suhu afebris
dan ditemukan defisit neurologis.
Tatalaksana yang tepat diberikan adalah
A. Amlodipine
B. Bisoprolol
C. Captopril
D. Nicardipine
E. Valsartan
25
Seorang perempuan usia 60 tahun datang dengan
keluhan nyeri kepala hebat dan pandangan buram sejak
1 jam yang lalu. Pada pemeriksaan tanda vital dijumpai
TD 220/120 mmHg, Nadi 110x/i, Napas 18x/i, Suhu afebris
dan ditemukan defisit neurologis.
Tatalaksana yang tepat diberikan adalah
A. Amlodipine
B. Bisoprolol
C. Captopril
D. Nicardipine
E. Valsartan
26
Definisi

Sindroma klinis yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik


>180mmHg atau tekanan darah diastolik > 120mmHg dengan komplikasi
disfungsi dari target organ baik dalam proses maupun dalam tahap akut
progresif.

Bentuk Klinis

• Hipertensi emergensi: Peningkatan TD disertai


kerusakan target organ akut.
• Hipertensi urgensi: Peningkatan TD tanpa
disertai kerusakan target organ akut.

27
Hipertensi Urgensi Hipertensi Emergensi

TD diturunkan dalam 24-48 jam. TD TD diturunakan dengan cepat


diturunkan sampai ≤ 160/≤ 100 mmHg

Gunakan obat oral Gunakan obat parenteral

Jika belum pernah menggunakan obat HT, Keluhan jantung: Gunakan Nitrogliserin
gunakan CCB, BB, Ace-I atau ARB Otak/mata: Nicardipin

Penurunan tidak boleh >25% MAP maks diturunkan sebesar 25% dalam 2
jam dan selesai dalam 24 jam
Tatalaksana Hipertensi Urgensi

Obat Dosis Awitan Lama Kerja


Captopril 25 mg PO atau SL 15-30 menit; 10-20 6-8 jam;2-6 jam
Range dosis: 6,25-50mg menit SL
PO
Dosis maks: 50mg PO
Clonidine 0,1-0,2 mg PO 15-30 menit 2-8 jam
dilanjutkan dengan 0,05-
0,1 mg per jam s/d efek
yang diinginkan
Dosis maks: 0,8 mg PO
Labetalol 200-400 mg PO dapat 1-2 jam 2-12 jam
diulang tiap 2-3 jam
Dosis maks: 1200 mg PO
Amlodipin 2.5-5 mg PO 1-2 jam 12-18 jam
Tatalaksana Hipertensi Emergensi

Obat Dosis Intravena


Nitroprusside Inisial 0,3 ug/kg/menit; 2-4 ug/kg/menit; maks 10 ug/kg/menit
selama 10 menit
Nicardipine Inisial 5 mg/jam; titrasi 2,5 mg/jam tiap 5-15 menit; maks 15mg/jam
Labetalol 2mg/menit s/d 300 mg atau 20 mg dalam 2 menit, kemudian 40-
80 mg pada interval 10 menit s/d total 300 mg
Esmolol Inisial 80-500 ug/kg dalam 1 menit, kemudian 50-300 ug/kg/menit
Phentolamine 5-15 mg bolus
Nitrogliserin Inisial 5 ug/menit, titrasi 5ug/menit tiap interval 3-5 menit; apabila
tidak ada respon pada 20 ug/menit, dosis tambahan 10-20
ug/menit dapat digunakan
Hydralazine 10-50 mg tiap interval 30 menit
A. Amlodipine  Pada hipertensi emergensi pemberian
OAH secara parenteral
B. Bisoprolol  Pada hipertensi emergensi pemberian
OAH secara parenteral
C. Captopril  Pada hipertensi emergensi pemberian
OAH secara parenteral
D. Nicardipine
E. Valsartan  Pada hipertensi emergensi pemberian
OAH secara parenteral

31
NEFROLOGI

5
Seorang laki-laki usia 55 tahun datang dengan keluhan demam
sejak 7 hari. Keluhan disertai dengan nyeri suprapubis dan flank
kanan. Nyeri tembus ke pinggang kanan. Pada pemeriksaan tanda
vital dijumpai suhu 38,5C. Pada pemeriksaan fisik dijumpai nyeri
ketok CVA kanan (+). Hasil lab menunjukkan Hb 13,4, Leukosit
24.000, Trombosit 344.000. BUN 16 mg/dl. Leukosit urin >50/lp. Eritrosit
urin 10-20/lp. Epitel 10-20/lp. Bakteri (+++). Nitrit (-).
Diagnosis pasien adalah
A. Glomerulonefritis akut
B. Pyelonefritis akut
C. Sindroma nefrotik
D. Tumor ginjal
E. Sistitis
33
Seorang laki-laki usia 55 tahun datang dengan keluhan demam
sejak 7 hari. Keluhan disertai dengan nyeri suprapubis dan flank
kanan. Nyeri tembus ke pinggang kanan. Pada pemeriksaan tanda
vital dijumpai suhu 38,5C. Pada pemeriksaan fisik dijumpai nyeri
ketok CVA kanan (+). Hasil lab menunjukkan Hb 13,4, Leukosit
24.000, Trombosit 344.000, BUN 16 mg/dl, Leukosit urin >50/lp, Eritrosit
urin 10-20/lp, Epitel 10-20/lp, Bakteri (+++), Nitrit (-).
Diagnosis pasien adalah
A. Glomerulonefritis akut
B. Pyelonefritis akut
C. Sindroma nefrotik
D. Tumor ginjal
E. Sistitis
34
Definisi

Infeksi di saluran kemih oleh mikroorganisme

Klasifikasi

Berdasarkan Asimptomatik: ditemukannya bakteriuria bermakna tanpa disertai keluhan ataupun tanda
Tanda Klinis klinis
Simtomatik: ditemukannya bakteriuria bermakna disertai dengan keluhan dan tanda klinis ISK
Berdasarkan Atas: Pyelonefritis, Ureteritis
Anatomis Bawah: Sistitis, Prostatitis, Epididimitis, Urethritis

Berdasarkan Nonkomplikata: ISK bawah pada wanita dewasa tanpa kelainan struktur/fungsi pada
Komplikasi saluran kemih
Komplikata: ISK pada anak-anak, ISK apapun pada laki-laki dewasa dan wanita hamil, ISK
atas pada perempuan, ISK pada gangguan structural saluran kemih, ISK yang
menyebabkan sepsis, gagal ginjal, atau organ lain

IAU
Etiologi
• Eschericia coli  Bakteri batang gram -, 80-90% penyebab umum ISK
• Staphylococcus aureus  Bakteri batang gram +
• Pseudomonas sp  penyebab tersering ISK karena infeksi dari kateter
• Proteus mirabilis  penyebab ISK pada laki-laki
• Klebsiella sp
Faktor Risiko

• Hygine buruk • Hamil


• Kebiasaan menahan BAK • Pemakaian kateter
• Hubungan seksual • Anomali struktur saluran kemih
• Riwayat BSK
• Riwayat ISK Sebelumnya
• Riwayat DM

36
Infeksi Saluran Kemih
Pyelonefritis:
• Demam
• Mual muntah
• Nyeri Cystitis:
pinggang • 50-80% tidak
• Nyeri ketok demam
CVA + • Disuria
• Anyang-
anyangan
• Nyeri tekan
suprapubic +
Urethritis:
• Disuria
• Duh tubuh +
(mucoid/purulent)

37
Pemeriksaan Penunjang
• Urinalisis
• Pyuria (> 5-10 leukosit/LPB)
• Leukosit esterase (+)
• Bakteri (+)
• Nitrit (+)
• Kultur urin : Gold standard diagnosis
• Radiologi : Jika gejala tidak khas atau tidak responsif terhadap terapi

Lokasi Temuan hasil kultur urin pada ISK


Urin pancar tengah • >= 104 CFU/mL
(simptomatik)
• >= 105 CFU/mL
(asimptomatik)

Kateter • >= 103-5x104 CFU/mL

Suprapubik • Any growth

38
Pemeriksaan Penunjang

Hasil Urinalisis
Tes Nilai Rujukan Indikasi Infeksi Akurasi
Bakteri (-) Berapapun Sensitivitas rendah,
Spesifisitas tinggi
Leukosit Esterase (-) Positif = Pyuria, dijumpainya WBC pada urin Sensitivitas tinggi, Spesifisitas
rendah
WBC <5 Pyuria: WBC>10 Sensitivitas tinggi, Spesifisitas
rendah
Nitrit (-) Positif = Dijumpainya bakteri pereduksi nitrat Sensitivitas rendah,
Spesifisitas tinggi
RBC <5 Hematuria dijumpai biasa pada infeksi Sensitivitas rendah,
Spesifisitas tinggi
Sel Epitel <5 <5 = hasil urin normal Sel epitel yang tinggi
menunjukkan kontaminasi
flora normal kulit
pH 4,5-8,0 pH meningkat jika dijumpai Proteus mirabilis Spesifisitas rendah
A. Glomerulonefritis akut  Hipertensi, Edema minimal,
gross hematuria
B. Pyelonefritis akut
C. Sindroma nefrotik  Hiperkolesterolemia, Edema,
Proteinuria
D. Tumor ginjal  hematuria, teraba massa, penurunan
BB, dsb
E. Sistitis  tidak dijumpai nyeri ketok CVA

40
NEFROLOGI

6
Seorang laki-laki usia 46 tahun, mengeluhkan sering BAK sejak
1 minggu ini. Pasien merasakan BAK tersendat dan menetes di
akhir BAK. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 120/90
mmHg, Nadi 80x/i, Napas 16x/i, Suhu 38,5C. Pada RT
didapatkan prostat teraba membesar, pool atas masih teraba
namun dirasakan sangat nyeri. Urinalisis didapatkan adanya
bakteri dan pus dalam urin.
Diagnosis pasien adalah
A. Pembesaran prostat jinak
B. Prostatitis akut bakterialis
C. Tumor prostat
D. Karsinoma prostat
E. Prostatitis kronis
42
Seorang laki-laki usia 46 tahun, mengeluhkan sering BAK sejak
1 minggu ini. Pasien merasakan BAK tersendat dan menetes di
akhir BAK. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 120/90
mmHg, Nadi 80x/i, Napas 16x/i, Suhu 38,5C. Pada RT
didapatkan prostat teraba membesar, pool atas masih teraba
namun dirasakan sangat nyeri. Urinalisis didapatkan adanya
bakteri dan pus dalam urin.
Diagnosis pasien adalah
A. Pembesaran prostat jinak
B. Prostatitis akut bakterialis
C. Tumor prostat
D. Karsinoma prostat
E. Prostatitis kronis
43
Penyakit Demam Hasil RT Hematuria
BPH - Prostat teraba lunak, permukaan licin, pool -
atas tidak teraba, nyeri tekan (-)
Ca Prostat - Prostat teraba keras, permukaan berbenjol- +/-
benjol, pool atas bisa teraba atau tidak,
nyeri tekan (+/-)
Prostatitis + Prostat teraba lunak, pool atas teraba, nyeri -
tekan (+)
Tipe Insidensi Gejala Mikrobiologi Tatalaksana
Prostatitis Paling Demam, menggigil, nyeri, Urinalisis: Antibiotik
bakterial akut jarang LUTS, rasa terbakar saat Leukosit +
berkemih Eritrosit +
Patogen +
Prostatitis Jarang Sama dengan akut, namun Patogen yang Antibiotik
bakterial kronis berulang, atau tidak hilang > sama jangka
3 bulan ditemukan panjang
pada
pengulangan
pemeriksaan
Prostatitis kronis Paling Sama dengan akut, namun Tidak Tidak
non bakterial sering berulang, atau tidak hilang > ditemukan digunakan
3 bulan patogen, antibiotik
namun
leukosit + dan
eritrosit +
pada urin
A. Pembesaran prostat jinak  pool atas tidak teraba,
nyeri tekan (-), usia tua
B. Prostatitis akut bakterialis
C. Tumor prostat  Teraba massa pada prostat, nyeri
tekan +/-
D. Karsinoma prostat  Konsistensi keras, ireguler, nyeri
+/-, bernodul-nodul, PSA tinggi
E. Prostatitis kronis  Keluhan menetap > 3 bulan

46
NEFROLOGI

7
Seorang wanita usia 40 tahun datang dengan keluhan nyeri
pinggang kanan sejak 3 hari yang lalu. Keluhan disertai
dengan demam dan terasa panas saat BAK. Pada
pemeriksaan fisik dijumpai TD 110/80 mmHg, HR 90x/i, RR 22x/i,
Suhu 38,5C dan nyeri ketok CVA (+). Pada pemeriksaan
urinalisa dijumpai leukosit ++.
Apa terapi yang dapat diberikan pada pasien ini?
A. Ciprofloxacin
B. Ceftriaxone
C. Amoxicilin
D. Chloramphenicol
E. Mupirosin
48
Seorang wanita usia 40 tahun datang dengan keluhan nyeri
pinggang kanan sejak 3 hari yang lalu. Keluhan disertai
dengan demam dan terasa panas saat BAK. Pada
pemeriksaan fisik dijumpai TD 110/80 mmHg, HR 90x/i, RR 22x/i,
Suhu 38,5C dan nyeri ketok CVA (+). Pada pemeriksaan
urinalisa dijumpai leukosit ++.
Apa terapi yang dapat diberikan pada pasien ini?
A. Ciprofloxacin
B. Ceftriaxone
C. Amoxicilin
D. Chloramphenicol
E. Mupirosin
49
Tata LaksanaTatalaksana

Sistitis Pyelonefritis ISK pada Ibu Hamil

• Kotrimoksazol (TMP - SMX) • Ciprofloxacin 2x500 mg • Amoksisilin 3x500 mg (sistitis 5-7


2x160/800 mg selama 3 hari selama 7-14 hari hari, pyelonefritis 10-14 hari)
• Ciprofloxacin 2x500 mg selama 3 • Kotrimoksazol (TMP- SMX) • Ampisilin 4x250 mg
hari 2x160/800 mg selama 10-14 • Amoksisilin dosis tunggal
• Ko-amoksiklav 2 x 625 mg 7 hari hari 3g
• Nitrofurantoin 2 x 100 mg 7 hari

Sistitis Akut Rekuren pada Perempuan


Sistitis Akut Rekuren pada Perempuan
Antibiotik PO sebagai profilaksis, contohnya:
• Nitrofurantoin 50 mg/hari
• Kotrimoksasol 1 x 240 mg/hari

ISK Rawat Inap


Bila ada indikasi rawat inap Antibiotik IV 14 hari : MED+NOTES
• Levofloksasin 1x500 mg IV Indikasi Rawat Inap (ISK Berat):
• Ciprofloxacin 2 x 400 mg IV • Tidak mampu minum obat PO
• Ceftriaxone 1x1 g IV • Komorbid (batu saluran kemih, DM,
usia lanjut)
• Gangguan hemodinamik
• Sepsis
A. Ciprofloxacin
B. Ceftriaxone  Terapi untuk pasien rawat inap
C. Amoxicilin  Terapi pada ibu hamil
D. Chloramphenicol  Bukan pilihan terapi
E. Mupirosin  Bukan pilihan terapi

51
NEFROLOGI

8
Seorang wanita usia 25 tahun datang ke poliklinik dengan
keluhan wajah tiba-tiba bengkak dan air kencing seperti air
cucian daging. Pasien mengaku mengalami radang
tenggorokan sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik dijumpai TD
140/90 mmHg, Nadi 87x/i, Napas 20x/i, T 36,8C, edema pada
wajah. Dari hasil urinalisis dijumpai eritrosit +3.
Diagnosis pasien adalah
A. Glomerulonefritis akut
B. Gagal ginjal akut pre renal
C. Glomerulonefritis kronik
D. Gagal ginjak akut post renal
E. Sindrom nefrotik
53
Seorang wanita usia 25 tahun datang ke poliklinik dengan
keluhan wajah tiba-tiba bengkak dan air kencing seperti air
cucian daging. Pasien mengaku mengalami radang
tenggorokan sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik dijumpai TD
140/90 mmHg, Nadi 87x/i, Napas 20x/i, T 36,8C, edema pada
wajah. Dari hasil urinalisis dijumpai eritrosit +3.
Diagnosis pasien adalah
A. Glomerulonefritis akut
B. Gagal ginjal akut pre renal
C. Glomerulonefritis kronik
D. Gagal ginjak akut post renal
E. Sindrom nefrotik
54
55
Sindrom Nefritik

Definisi
• Sekumpulan tanda dan gejala yang disebabkan oleh kerusakan kapiler akibat
inflamasi glomerulus
Klasifikasi
Akut
• Glomerulonefritis Akut Pasca Streptococcal (GNAPS) : paling sering di anak-anak
• Crescentic/Rapidly Progressive Glomerulonephritis (RPGN)

Kronik
• IgA nefropatis/Berger disease
• Nefritis herediter
• Thin basement membrane disease

56
Sindrom Nefritik

Manifestasi Klinis
• Edema pitting : tidak separah sindroma nefrotik
• Hematuria : urin kemerahan seperti air cucian daging atau cola
• Proteinuria < 3.5 g/hari
• Hipertensi
• Oliguria
• Azotemia

57
Sindrom Nefritik

Pemeriksaan Penunjang
• Urinalisis: Sedimen nefritik
• Hematuria
• RBC cast
• Proteinuria ringan sedang (150-3.500 mg/24 jam) dan tidak sebanyak
sindroma nefrotik
• Lab darah
• Peningkatan kreatinin, penurunan GFR
• Azotemia dengan peningkatan BUN (rasio BUN: Kreatinin >15)
• Biopsi ginjal untuk konfirmasi diagnosis

58
Sindrom Nefritik

Tatalaksana
• Suportif: diet rendah garam, restriksi cairan
• Medikamentosa:
• Antihipertensi: ACE-i atau ARB untuk mengurangi proteinuria,
mengatasi HT dan memperlambat perburukan ginjal
• Diuretik loop untuk mengatasi edema
• Spesifik:
• GNAPS: Antibiotik
• Lupus Nefritis, MPGN: Imunosupresan

59
Glomerulonefitis Akut Post Streptococal

Etiologi

Terjadi 1—30 hari pasca infeksi grup A beta hemolitikus


Streptococcus (GABHS)
• Infeksi rongga mulut dan tenggorokan seperti tonsilitis, faringitis
• Infeksi kulit dan jaringan lunak seperti impetigo, erysipelas
Manifestasi Klinis
• Edema pitting : tidak separah sindroma nefrotik
• Hematuria : urin kemerahan seperti air cucian daging atau cola
• Proteinuria < 3.5 g/hari
• Hipertensi
• Oliguria
• Azotemia
60
A. Glomerulonefritis akut
B. Gagal ginjal akut pre renal  Penurunan UO dan
peningkatan sr kreatinin yang disebabkan oleh dehidrasi,
hipovolume, dsb.
C. Glomerulonefritis kronik  Telah dijumpai CKD dan sudah
ada tanda uremia
D. Gagal ginjak akut post renal  Penurunan UO dan
peningkatan sr kreatinin yang disebabkan oleh obstruksi.
E. Sindrom nefrotik  Edema seluruh tubuh,
hiperkolesterolemia
61
NEFROLOGI

9
Seorang anak laki-laki usia 8 tahun dibawa orang tuanya berobat dengan
keluhan bengkak pada kedua kelopak mata sejak 2 hari yang lalu.
Keluhan disertai dengan BAK berwarna seperti air cucian daging. Menurut
ibu pasien, 2 minggu yang lalu pasien masuk ke RS karena demam dan
nyeri tenggorokan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 140/100mmHg,
Nadi 106x/i, Napas 24x/i, Suhu 37,2 C. Ditemukan edema palpebra
bilateral.
Temuan lain yang sejalan dengan kondisi pasien adalah
A. Kristal berbentuk jarum dengan birefringent negatif pada urinalisis.
B. Tes ASTO positif
C. Kadar Trigliserida > 200mg/dl
D. Didapatkan basil berwarna merah pada pewarnaan Ziehl-Neelsen
E. Didapatkan vegetasi denan echocardiography

63
Seorang anak laki-laki usia 8 tahun dibawa orang tuanya berobat dengan
keluhan bengkak pada kedua kelopak mata sejak 2 hari yang lalu.
Keluhan disertai dengan BAK berwarna seperti air cucian daging. Menurut
ibu pasien, 2 minggu yang lalu pasien masuk ke RS karena demam dan
nyeri tenggorokan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 140/100mmHg,
Nadi 106x/i, Napas 24x/i, Suhu 37,2 C. Ditemukan edema palpebra
bilateral.
Temuan lain yang sejalan dengan kondisi pasien adalah
A. Kristal berbentuk jarum dengan birefringent negatif pada urinalisis.
B. Tes ASTO positif
C. Kadar Trigliserida > 200mg/dl
D. Didapatkan basil berwarna merah pada pewarnaan Ziehl-Neelsen
E. Didapatkan vegetasi denan echocardiography

64
Glomerulonefitis Akut Post Streptococal

Pemeriksaan Penunjang Khas


• Anti streptolysin (ASTO) titer tinggi
• Komplemen C3 menurun
• Biopsi ginjal apabila dicurigai terjadi rapid progressive glomerulonephritis (RPGN)
• Tampak crescentic glomerulus
• Starry sky pattern pada imunofluoresnsi
Tatalaksana

• Sesuai sindrom nefritik


• Definitif: Amoksisilin 50 mg/kgBB/hari terbagi 3 dosis atau Eritromisin 30
mg/kgBB/hari terbagi 3 dosis selama 7-10 hari

65
A. Kristal berbentuk jarum dengan birefringent negatif
pada urinalisis.  Gout
B. Tes ASTO positif
C. Kadar Trigliserida > 200mg/dl  Sindroma Nefrotik
D. Didapatkan basil berwarna merah pada pewarnaan
Ziehl-Neelsen  TB
E. Didapatkan vegetasi denan echocardiography 
Endokarditis Infektif

66
NEFROLOGI

10
Seorang anak laki-laki usia 6 tahun dibawa ke RS karena sakit
tenggorokan berulang dalam 2 bulan terakhir. Ibu pasien juga
mengatakan anak sering merintih kesakitan saat BAK, pipis menjadi
lebih sedikit. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan dalam
batas normal. Pada pemeriksaan fisik terdapat edema periorbital
bilateral. Urinalisis didapatkan eritrosit (+), protein (+). Hasil biopsi
ginjal menunjukkan adanya crescent formation glomerulus.
Diagnosis pasien ini adalah
A. IgA nefropati
B. Minimal change disease
C. Focal segmental glomerulonephritis
D. Glomerulonefritis rapid progresif
E. Membranous proliferative glomerulonephritis
68
Seorang anak laki-laki usia 6 tahun dibawa ke RS karena sakit
tenggorokan berulang dalam 2 bulan terakhir. Ibu pasien juga
mengatakan anak sering merintih kesakitan saat BAK, pipis menjadi
lebih sedikit. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan dalam
batas normal. Pada pemeriksaan fisik terdapat edema periorbital
bilateral. Urinalisis didapatkan eritrosit (+), protein (+). Hasil biopsi
ginjal menunjukkan adanya crescent formation glomerulus.
Diagnosis pasien ini adalah
A. IgA nefropati
B. Minimal change disease
C. Focal segmental glomerulonephritis
D. Glomerulonefritis rapid progresif
E. Membranous proliferative glomerulonephritis
69
Rapid Progressive Glomerulonephritis (RPGN)

Definisi

• Sindrom klinis yang ditandai dengan:


• Penurunan progresif fungsi ginjal secara cepat (minggu-bulan)
• Extensive glomerular crescentic formation

Klasifikasi Berdasarkan Mekanisme Penyebab

• Anti-GBM antibody disease


• Immune complex-mediated injury
• Pauci-immune necrotizing and crescentic GN

70
Rapid Progressive Glomerulonephritis (RPGN)

Patofisiologi
• Terjadi kerusakan pada dinding kapiler glomerular menyebabkan terbentuknya
celah pada glomerular basement membrane (GBM) dan kapsula Bowman
• Adanya celah tersebut menyebabkan crescent formation karena:
• Proliferasi sel epitel parietal yang melapisi kapsula Bowman
• Migrasi faktor koagulasi (menyebabkan terbentuk fibrin) dan elemen seluler
(monosit, limfosit) ke dalam celah

Crescent formation
71
Rapid Progressive Glomerulonephritis (RPGN)

Tatalaksana
• Terapi empiris:
• Metilprednisolon IV 500/1000 mg/hari selama 3 hari
• Pertimbangkan plasmapheresis
• Terapi spesifik sesuai penyebab:
• Anti-GBM disease: plasmapheresis, metilprednisolon,
siklofosfamid
• IgA nefropati: glukokortikoid selama 6 bulan
• IgA vasculitis: glukokortikoid selama 6 bulan

72
A. IgA nefropati  Deposit IgA pada glomerulus
B. Minimal change disease  SN pada anak-anak
C. Focal segmental glomerulonephritis  Sclerosis
glomerulus
D. Glomerulonefritis rapid progresif
E. Membranous proliferative glomerulonephritis 
Double contour

73
NEFROLOGI

11
Seorang anak usia 5 tahun dibawa berobat oleh kedua orang
tuanya karena bengkak di kedua mata dan kaki sejak 3 hari yang
lalu. Keluhan disertai dengan BAK tampak berbuih. Pada
pemeriksaan fisik dijumpai edema anasarka. Hasil pemeriksaan lab
dijumpai proteinuria +3, albumin 2,1 g/dL. Pada evaluasi 4 minggu
pasca pengobatan, didapatkan proteinuria negatif selama 1
minggu.
Manakah klasifikasi yang tepat sesuai dengan diagnosis pasien ini?
A. Dependen steroid
B. Sensitif steroid
C. Belum dapat disimpulkan
D. Resisten steroid
E. Window period
75
Seorang anak usia 5 tahun dibawa berobat oleh kedua orang
tuanya karena bengkak di kedua mata dan kaki sejak 3 hari yang
lalu. Keluhan disertai dengan BAK tampak berbuih. Pada
pemeriksaan fisik dijumpai edema anasarka. Hasil pemeriksaan lab
dijumpai proteinuria +3, albumin 2,1 g/dL. Pada evaluasi 4 minggu
pasca pengobatan, didapatkan proteinuria negatif selama 1
minggu.
Manakah klasifikasi yang tepat sesuai dengan diagnosis pasien ini?
A. Dependen steroid
B. Sensitif steroid
C. Belum dapat disimpulkan
D. Resisten steroid
E. Window period
76
Sindrom Nefrotik

Definisi Menurut IDAI


Proteinuria masif (> 40 mg/m2 LPB/jam
atau 50 mg/kgBB/hari atau rasio
protein/kreatinin pada urin sewaktu > 2
atau dipstick >= 2+

Hipoalbuminemia < 2,5 g/dL

Edema
Dapat disertai hiperkolesterolemia > 200
mg/dL
Sindrom Nefrotik

Pemeriksaan Penunjang
• Konfirmasi proteinuria
• Kualitatif: Protein dipstick > 3+
• Kuantitatif: Uji Esbach didapatkan protein > 3,5 g/24 jam
• Sedimen urin : Khas nefrotik: fatty casts, oval fat bodies
• Biopsi : Identifikasi etiologi sindrom nefrotik

78
Sindrom Nefrotik

Etiologi

Primer (Idiopatik)
• Minimal change disease
• Focal segmental glomerulosclerosis
• Membranous nephropathy
• Hereditary nephropathy

Sekunder
• Nefropati diabetikum
• SLE, Amiloidosis, Infeksi vital
• Preeklampsia
79
Sindrom Nefrotik

Klasifikasi
Remisi • Proteinuria negatif atau trace (proteinuria <4 mg/m2 LPB/jam) 3 hari berturut
turut dalam 1 minggu
Relaps • Proteinuria ≥2+ (proteinuria >40 mg/m2 LPB / jam) 3 hari berturut-turut dalam 1 minggu

Relaps Jarang • Relaps <2x dalam 6 bulan pertama setelah respon awal Atau
• Relaps <4x per tahun pengamatan

Relaps Sering • Relaps ≥2x dalam 6 bulan pertama setelah respon awal Atau
• Relaps ≥4x per tahun pengamatan

Dependen Steroid • Relaps 2x berurutan pada saat dosis steroid diturunkan (alternating) atau dalam
14 hari setelah pengobatan dihentikan

Resisten Steroid • Tidak terjadi remisi pada pengobatan prednison dosis penuh (2 mg/kgbb/hari
selama 4 minggu)
Sensitif Steroid • Remisi terjadi pada pemberian prednison dosis penuh selama 4 minggu

80
A. Dependen steroid  Relaps 2x berurutan saat dosis
diturunkan atau 14 hari setelah dosis distop
B. Sensitif steroid
C. Belum dapat disimpulkan  Sudah dapat
disimpulkan
D. Resisten steroid  Tidak remisi setelah pengobatan
full dose
E. Window period  Tidak ada klasifikasi ini

81
NEFROLOGI

12
Seorang anak usia 11 tahun datang dibawa orang tuanya ke IGD
karena bengkak pada seluruh tubuh sejak 2 hari yang lalu. Keluhan
lain disangkal. Ayah pasien mengatakan bahwa kejadian ini
pertama kali dialami oleh pasien. Pada pemeriksaan fisik dijumpai
TD 100/70 mmHg, Nadi 88x/i, Napas 20x/i, Suhu 37,5C. Ditemukan
edema generalisata. Pemeriksaan lab didapatkan protein urin
dipstick +3, albumin 2,2 g/dL dan kolesterol total 270 mg/dL.
Tatalaksana definitif pasien ini adalah
A. Furosemide
B. Klorfeniramin maleat
C. Eritromisin
D. Prednison
E. Amkosisilin
83
Seorang anak usia 11 tahun datang dibawa orang tuanya ke IGD
karena bengkak pada seluruh tubuh sejak 2 hari yang lalu. Keluhan
lain disangkal. Ayah pasien mengatakan bahwa kejadian ini
pertama kali dialami oleh pasien. Pada pemeriksaan fisik dijumpai
TD 100/70 mmHg, Nadi 88x/i, Napas 20x/i, Suhu 37,5C. Ditemukan
edema generalisata. Pemeriksaan lab didapatkan protein urin
dipstick +3, albumin 2,2 g/dL dan kolesterol total 270 mg/dL.
Tatalaksana definitif pasien ini adalah
A. Furosemide
B. Klorfeniramin maleat
C. Eritromisin
D. Prednison
E. Amkosisilin
84
Sindrom Nefrotik
Komponen Keterangan
Perubahan gaya hidup Diet rendah garam (1-2 g/hari)
selama edema Diet protein sesuai
RDA (1,5-2,0 g/kgBB/hari)
Kontrol gejala/komplikasi Diuretik: loop diuretic seperti furosemid 1-3 mg/kgBB/hari
Hipoalbumin berat: infus albumin 20-25% 1 g/KgBB
selama 2-4 jam
Profilaksis infeksi: imunisasi
Steroid: dosis awal prednison 2 mg/kgBB/hari atau
60mg/m2/hari
dosis lanjutan 1,5mg/kgBB/hari atau 40mg/m2/hari
(selang seling)
A. Furosemide  Tatalaksana simtomatis bila edema
paru berat
B. Klorfeniramin maleat  Antihistamin Generasi 1
C. Eritromisin  Tatalaksana GNAPS
D. Prednison
E. Amkosisilin  Tatalaksana GNAPS

86
NEFROLOGI

13
Seorang anak usia 8 tahun dibawa ke IGD dengan kondisi lemas.
Diketahui pasien sudah mengalami BAB encer sebanyak 10x/hari
sejak 3 hari lalu. Menurut pengamatan ibu pasien, pasien terakhir
BAK 6 jam yang lalu dan bekum BAK lagi hingga saat ini. Pada
pemeriksaan fisik dijumpai TD 60/50 mmHg, Nadi 140x/i, Napas 32x/i,
Suhu 38,2C. Tampak mata cekung dan CRT kembali setelah 4 detik.
Setelah dirawat selama 7 jam, produksi urin negatif.
Apakah diagnosis yang tepat untuk pasien ini?
A. Gagal ginjal akut derajat 1
B. Gagal ginjal akut derajat 2
C. Gagal ginjal akut derajat 3
D. Gagal ginjal akut derajat 4
E. Gagal ginjal kronis
88
Seorang anak usia 8 tahun dibawa ke IGD dengan kondisi lemas.
Diketahui pasien sudah mengalami BAB encer sebanyak 10x/hari
sejak 3 hari lalu. Menurut pengamatan ibu pasien, pasien terakhir
BAK 6 jam yang lalu dan belum BAK lagi hingga saat ini. Pada
pemeriksaan fisik dijumpai TD 60/50 mmHg, Nadi 140x/i, Napas
32x/i, Suhu 38,2C. Tampak mata cekung dan CRT kembali setelah 4
detik. Setelah dirawat selama 7 jam, produksi urin negatif.
Apakah diagnosis yang tepat untuk pasien ini?
A. Gagal ginjal akut derajat 1
B. Gagal ginjal akut derajat 2
C. Gagal ginjal akut derajat 3
D. Gagal ginjal akut derajat 4
E. Gagal ginjal kronis
89
Definisi

• Gangguan filtrasi ginjal dan fungsi ekskresi selama beberapa hari hingga
beberapa minggu, mengakibatkan retensi nitrogen dan produk sisa lainnya.

Klasifikasi
• Pre-renal : Penurunan aliran darah ke ginjal
• Intrinsik/ parenkimal : Masalah pada struktur ginjal
• Post-renal : Obstruksi saluran kemih
Definisi menurut KDIGO:
Peningkatan serum keratinin (SCr) >= 0,3 mg/dL dalam 48 jam; atau
Peningkatan SCr >= 1,5 kali dari baseline; yang dilihat dalam 7 hari sebelumnya;
atau
Volume urin < 0,5 ml/kgBB/jam selama 6 jam

Derajat Serum Kreatinin Urine Output Nilai Normal


• Ur 21-43
mg/dL
1 1,5-1,9 kali dari baseline ATAU <0,5 ml/kgBB/jam selama 6-12 • Cr 0,6-1,2
peningkatan >= 0,3 mg/dl (>= 26,5 mikromol/l) jam mg/dL
• UO 0,5-1,5
2 2,0-2,9 kali dari baseline <0,5 ml/kgBB/jam selama >= 12 mL/kgBB/j
am
jam
3 3,0 kali dari baseline, ATAU < 0,3 ml/kgBB/jam selama >= 24
peningkatan >= 4,0 mg/dl (>= 353,6 jam,
mikromol/l), ATAU inisiasi terapi pengganti ATAU
ginjal, ATAU anuria >= 12 jam
pada pasien < 18 tahun, penurunan eGFR < 35
ml/menit per 1,73 m2
Kriteria RIFLE menurut Acute Dialysis Quality Initiative (ADQI)
Kelas Kretinin Serum atau Kriteria GFR Kriteria Output Urine

Risk Kreatinin serum x 1.5 atau penurunan GFR >25% <0.5 mL/kg/jam x 6 jam

Injury Kreatinin serum x2 atau Penurunan


GFR >100%
<0.5 mL/kg/jam x 12 jam

Failure Kreatinin serum x3 atau Kreatinin


serum ≥354 μmol/L (0.5 mg/dL)
<0.3 mL/kg/jam x 24 jam Atau
Anuria x 12 jam

Loss Gagal ginjal akut persisten = hilangnya


fungsi ginjal secara lengkap >4 minggu

End-Stage Kidney Disease End-stage kidney disease >3 bulan

Nilai Normal
• Ur 21-43 mg/dL
• Cr 0,6-1,2 mg/dL
• UO 0,5-1,5
mL/kgBB/jam
Penyebab AKI
Acute Kidney Injury

Prerenal Intrinsic Postrenal

Hypovolemia Glomerular Tubules Vascular Bladder outlet obstruction


Decreased Cardiac Output • Acute and • Vasculitis Bilateral pelvoureteral obstruction
Decreased Effective Circulating glomerulo Interstitium • Malignant (or unilateral obstruction of a
Volume nephritis hypertens solitary functioning kidney)
• Congestive heart failure ion
• Liver failure • TTP-HUS
Impaired Renal autoregulation
• NSAIDs
• ACE-I/ARB
• Cyclosporine Ischemia Sepsis/ Nephrotoxins
Infection • Exogenous: Iodinated
contrast, aminoglycosides,
cisplatin, amphotericin B
• Endogenous: Hemolysis,
Rhabdomyolisis,
myeloma, intratubular
crystals
Manifestasi Klinis
Temuan Klinis

Anamensis Letargi, pusing, penurunan kesadaran (Encepalopathy Uremikum)


BAK sedikit atau tidak BAK sama sekali
Mual muntah
Sesak nafas
Gatal-gatal
Pemeriksaan fisik Edema periorbital, edema tungkai
Peningkatan JVP
Ronki Basah Halus (Edema pulmo)
Oligouria atau anuria
Penunjang Peningkatan ureum kreatinin
Urinalisis  muddy brown cast, renal tubular epithelial cells, WBC Cast (AIN)

94
A. Gagal ginjal akut derajat 1  Tidak tepat
B. Gagal ginjal akut derajat 2  Tidak tepat
C. Gagal ginjal akut derajat 3
D. Gagal ginjal akut derajat 4  Tidak tepat
E. Gagal ginjal kronis  Tidak tepat

95
NEFROLOGI

14
Seorang wanita usia 45 tahun datang ke RS dengan keluhan
sulit BAK sejak 2 hari yang lalu. Pasien kemudian dipasang
kateter dan urin yang keluar hanya 50cc. Pasien juga
mengeluh mual muntah, sesak napas. Tekanan darah 100/70
mmHg, terdapat ronki halus di kedua lapangan paru, edema
tungkai (+). Pemeriksaan lab didapatkan GDS 300 mg/dl,
asam urat 10 mg/dl. Ureum 120 mg/dl, dan kreatinin 8 mg/dl.
Terapi yang tepat adalah
A. Dialisis
B. Injeksi furosemid
C. Furosemid oral
D. Captopril oral
E. HCT oral
97
Seorang wanita usia 45 tahun datang ke RS dengan keluhan
sulit BAK sejak 2 hari yang lalu. Pasien kemudian dipasang
kateter dan urin yang keluar hanya 50cc. Pasien juga
mengeluh mual muntah, sesak napas. Tekanan darah 100/70
mmHg, terdapat ronki halus di kedua lapangan paru, edema
tungkai (+). Pemeriksaan lab didapatkan GDS 300 mg/dl,
asam urat 10 mg/dl. Ureum 120 mg/dl, dan kreatinin 8 mg/dl.
Terapi yang tepat adalah
A. Dialisis
B. Injeksi furosemid
C. Furosemid oral
D. Captopril oral
E. HCT oral
98
Tatalaksana Umum

Atasi penyakit dasar

Asupan nutrisi

• Kebutuhan kalori, protein, karbohidrat, dan lemak


• Suplementasi asam amino TIDAK DIANJURKAN (karena menambah beban kerja ginjal)
Asupan cairan  balance cairan (jika tersedia dapat dilakukan pemasangan akses untuk mengukur tekanan vena
sentral

Koreksi gangguan asam basa

Koreksi gangguan elektrolit

• Asupan kalium dibatasi, hindari makanan yang mengandung banyak kalium (seperti PISANG);
pasien AKI memiliki kecenderungan untuk menjadi HIPERKALEMIA
• Bila terdapat Hipokalsemia, dapat dikoreksi dengan pemberian kalsium karbonat

99
Indikasi Hemodialisis Darurat/CITO

• Terutama bila pH < 7,2 atau tidak respon


Asidosis dengan pemberian bicnat

Intoksikasi • Alkohol, Lithium, Besi, dll

• Sindrom uremia yang ditandai dengan


Uremia penurunan kesadaran, perikarditis, kejang, dll

Elektrolit • Terutama hiperkalemia (K > 6,5 meq/L) atau


Imabalans terdapat perubahan EKG

Overload • Ditandai dengan edema paru (ronkhi basah)


(Volume) BUKAN edema tungkai
A. Dialisis
B. Injeksi furosemid  pada kasus sudah dijumpai
indikasi dialisis
C. Furosemid oral  pada kasus sudah dijumpai indikasi
dialisis
D. Captopril oral  pada kasus sudah dijumpai indikasi
dialisis
E. HCT oral  pada kasus sudah dijumpai indikasi dialisis

101
NEFROLOGI

15
Seorang perempuan usia 50 tahun datang berobat dengan
keluhan kencing sedikit sejak 2 hari yang lalu. Pasien sempat
dirawat di rumah sakit 1 minggu yang lalu dan mendapatkan
antibiotik intravena. Pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan ureum 152 mg/dL dan kreatinin 7,7 mg/dL.
Manakah diantara antibiotik berikut ini yang paling mungkin
menyebabkan keluhan pasien?
A. Ciprofloxacin
B. Kotrimoksazol
C. Gentamicin
D. Amoksisilin
E. Metronidazole
103
Seorang perempuan usia 50 tahun datang berobat dengan
keluhan kencing sedikit sejak 2 hari yang lalu. Pasien sempat
dirawat di rumah sakit 1 minggu yang lalu dan mendapatkan
antibiotik intravena. Pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan ureum 152 mg/dL dan kreatinin 7,7 mg/dL.
Manakah diantara antibiotik berikut ini yang paling mungkin
menyebabkan keluhan pasien?
A. Ciprofloxacin
B. Kotrimoksazol
C. Gentamicin
D. Amoksisilin
E. Metronidazole
104
ACUTE TUBULAR NECROSIS ACUTE INTERSTITIAL NEPHRITIS
• Penyebab tersering AKI • Akibat infeksi, sering kali berupa
• Akibat iskemia (contoh pada hipotensi, ASCENDING INFECTION, atau diakibatkan
sepsis, shock, dehidrasi) atau kondisi oleh penggunaan NSAID
nefrotoksik (konsumsi aminoglikosida,
amphotericin B, kontras radiologi,
rhabdomyolisis)

Patogenesis: Patogenesis:
• terjadi kematian sel tubular ginjal • adanya inflamasi pada rongga antar
tubulus ginjal akhirnya akan
mengakibatkan inflamasi pada tubulus
ginjal
Urinalisis: adanya granular cast (Muddy Urinalisis: WBC cast, eosinophil cast
brown cast), renal tubular epithelial cells
105
A. Ciprofloxacin  Tidak tepat
B. Kotrimoksazol  Tidak tepat
C. Gentamicin
D. Amoksisilin  Tidak tepat
E. Metronidazole  Tidak tepat

106
NEFROLOGI

16
Seorang pasien laki-laki usia 48 tahun datang dengan keluhan nyeri
pada kedua pinggang sejak 2 minggu yang lalu. Pasien juga
mengaku BAK berwarna kemerahan. Ayah dan kakak laki-laki
pasien pernah mengalami hal serupa namun sudah meninggal
sebelum sempat memeriksakan diri. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan TD 150/90 mmHg, Nadi 88x/i, Napas 20x/i, Suhu 37,1C.
Nyeri ketok CVA bilateral (+/+). Pada pemeriksaan USG didapatkan
gambaran berikut.
Diagnosis pasien ini adalah
A. Abses hepar
B. PCOS
C. Penyakit ginjal polikistik
D. Abses ginjal multipel
E. Nefrolithiasis

108
Seorang pasien laki-laki usia 48 tahun datang dengan keluhan nyeri
pada kedua pinggang sejak 2 minggu yang lalu. Pasien juga
mengaku BAK berwarna kemerahan. Ayah dan kakak laki-laki
pasien pernah mengalami hal serupa namun sudah meninggal
sebelum sempat memeriksakan diri. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan TD 150/90 mmHg, Nadi 88x/i, Napas 20x/i, Suhu 37,1C.
Nyeri ketok CVA bilateral (+/+). Pada pemeriksaan USG didapatkan
gambaran berikut.
Diagnosis pasien ini adalah
A. Abses hepar
B. PCOS
C. Penyakit ginjal polikistik
D. Abses ginjal multipel
E. Nefrolithiasis

109
Polycystic Kidney Disease (PKD)
Definisi
• Kelainan bawaan yang ditandai dengan timbulnya beberapa kista di ginjal.
• Klasifikasi:
– PKD Autosomal resesif (ARPKD)
– PKD Autosomal dominan (ADPKD)

Etiologi

• ADPKD
– Autosomal dominan
– Mutasi pada
• PKD1 di Kromosom 16 (85% kasus), gen yang mengkode polycystin-1
• PKD2 di Kromosom 4 (15% kasus), gen yang mengkode polycystin-2
– Riwayat Keluarga dijumpai
• ARPKD
– Autosomal resesif
– Mutasi pada gen PKHD1 di kromosm 6, gen yang mengkode fibrocystin
Polycystic Kidney Disease (PKD)
Manifestasi Klinis
• ADPKD
– Gejala biasa muncul setelah usia 30 tahun, namun dapat dijumpai pada usia muda
– Gejala Renal : Gross hematuria, nyeri pinggang atau abdomen, ISK berulang, nefrolitiasis, Tanda-tanda CKD
– Gejala Ekstrarenal :
• Multiple benign hepatic cysts
• Kista juga dapat dijumpai pada pankreas, limpa, ovarium dan testikel.
• Cerebral Berry Aneurisma (8%)
• Kardiovaskular: Hipertensi arterial, prolaps mitral valve, hipertrofi ventrikular kiri
• Diverticulosis, hernia abdominal atau inguinalis
• ARPKD
– Gejala sering dijumpai pada anak-anak
– Gejala Renal: Massa pada abdomen akibat pembesaran bilateral ginjal, CKD
– Gejala ekstrarenal
• Hipertensi
• Fibrosis porta hepatic -> hipertensi porta
Polycystic Kidney Disease (PKD)
Pemeriksaan Penunjang
• USG
• CT-Scan (Apabila USG meragukan)
• MR-Angiografi
• Genetic testing
• Pemeriksaan Lab
– Darah lengkap (Renal Anemia)
– Kreatinin Klirens
– Urinalisis
• Biopsi

Tatalaksana
• ACE-i atau ARB
• Tolvaptan:
• Cairan yang adekuat untuk mencegah pembentukan BSK
• Hindari penggunaan agen nefrotoksik seperti NSAID, antibiotik sulfonamida, aminoglikosida
• Hindari ADH (vasopressin dapat menstimulasi pertambahan kista)
• Pada kasus berat: ESRD
– Hemodialisis
– Transplantasi ginjal
– Tatalaksana komplikasi (portal hipertensi, SAH)
A. Abses hepar  Tidak tepat
B. PCOS  Tidak tepat
C. Penyakit ginjal polikistik
D. Abses ginjal multipel  Tidak tepat
E. Nefrolithiasis  Tidak tepat

113
NEFROLOGI

17
Seorang wanita berusia 60 tahun dengan berat badan 60 kg
datang dengan keluhan sesak dan muntah. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan TD 160/100mmHg dan Napas 28x/menit dengan
edema pada kedua kaki dan rales pada kedua basal paru. Dari
pemeriksaan darah didapatkan Hb 7.3 g/dL, MCV dan MCHC
normal, ureum 421 mg/dL, Cr 32 mg/dL. Dari pemeriksaan USG
didapatkan ukuran kedua ginjal mengecil, densitas korteks
meningkat, dan batas korteks medula kabur.
Diagnosis fungsional ginjal pada pasien tersebut adalah
A. CKD st V
B. CKD st II
C. CKD st I
D. CKD st III
E. CKD st IV

115
Seorang wanita berusia 60 tahun dengan berat badan 60 kg
datang dengan keluhan sesak dan muntah. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan TD 160/100mmHg dan Napas 28x/menit dengan
edema pada kedua kaki dan rales pada kedua basal paru. Dari
pemeriksaan darah didapatkan Hb 7.3 g/dL, MCV dan MCHC
normal, ureum 421 mg/dL, Cr 32 mg/dL. Dari pemeriksaan USG
didapatkan ukuran kedua ginjal mengecil, densitas korteks
meningkat, dan batas korteks medula kabur.
Diagnosis fungsional ginjal pada pasien tersebut adalah
A. CKD st V
B. CKD st II
C. CKD st I
D. CKD st III
E. CKD st IV

116
Definisi
• Kerusakan struktural dan/atau fungsional ginjal yang telah berlangsung > 3 bulan

Kriteria Kriteria
CKD
Penanda • Albuminuria (>= 3
kerusakan mg/mmol)
ginjal • Kelainan sedimen urin
• Kelainan elektrolit
• Kelainan histologi
• Kelainan struktur
dilihat dari
pencitraan
• Riwayat transplantasi ginjal
Penurunan laju LFG < 60 mL/menit/1,73 m2
filtrasi
gomerular (LFG)
Klasifikasi dan Prognosis CKD menurut KDGIO

Kategori Albumin Albumin-to-creatinine Keterangan


Excretion Rate ratio = ACR
= AER (approximate
(mg/24 jam) equivalent)

(mg/mmol) (mg/g)

A1 <30 <3 <30 Normal –


mildly
increase
d
A2 30–300 3–30 30–300 Moderatel
y
increased
A3 >300 >30 >300 Severely
increase
d
REPLACEMENT THERAPY DAPAT BERUPA:
1. Transplantasi ginjal
2. Dialisis (Hemodialisis atau Peritoneal dialisis)

119
Penyebab CKD
Examples of Systemic Diseases Examples of Primary Kidney Diseases
Affecting the Kidney (absence of systemic diseases
affecting the kidney)
Glomerular diseases Diabetes, systemic autoimmune Diffuse, focal, or cresentic
disease, systemic infections, drugs, proliferative GN; focal and
neoplasia (including amyloidosis) segmental glomerulosclerosis,
membranous nephropathy, minimal
change disease
Tubulointerstitial diseases Systemic infections, autoimmune, Urinary-tract infections, stones,
sarcoidosis, drugs, urate, obstruction
environmental toxins (lead,
aristolochic acid), neoplasia
(myeloma)
Vascular diseases Atherosclerosis, hypertension, ANCA-associated renal limited
ischemia, cholseterol emboli, vasculitis, fibromuscular dysplasia
systemic vasculitis, thrombotic
microangiopathy, systemic sclerosis
Cystic and Congenital diseases Polycystic kidney disease, Alport Renal dysplasia, medullary cystic
syndrome, Fabry disease disease, podocythopathies
Patofisiologi CKD

Chronic Kidney Disease

Sodium and Potassium Elimination of Erythropoietin Acid-Base Activation of Phosphate


Water Balance Balance Nitrogenous Production Balance Vitamin D Elimination
Wastes

Hyperkalemia Anemia Skeletal


Hypertension Buffering Hypocalcemia

Coagulopathies
Increased
Vascular Edema Hyperparathyroidism
Volume Uremia Bleeding Acidosis

Heart
Failure
Pericarditis

Impaired Skin Gastrointestinal Neurologic Sexual Osteodystrophies


Immune Disorders Manifestations Manifestations Dysfunction
Function
Manifestasi Klinis:
Staidum 1-2: Asimptomatis, gejala baru tampak pada stadium 3-5:
• Anemia : Malaise, penurunan imunitas, peningkatan risiko KV
• Keseimbangan air-garam : Edema perifer, hipertensi
• Asidosis metabolik : Malnutrisi, kelemahan otot
• Hiper-PTH : akibat penurunan eksresi fosfat (hiperfosfatemia) dan hipokalsemia.
• Sindrom Uremia : perikarditis, ensefalopati, neuropati, malnurtisi, gangguan GIT
Diagnosis CKD
• Terdapat penyakit yang mendasari: DM, infeksi, batu, SLE, dll.
• Sindrom Uremia: sindrom klinik dan laboratorium yang terjadi pada semua fungsi ginjal
pada GGK.
• Gejala: Komplikasi penting (anemia, defisiensi besi, hipertensi, hiperparatiroid sekunder).
Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium
– Mencari etiologi
– Ureum, Kreatinin dan LFG
– Kelainan Biokimiawi: Anemia, asam urat, Kalium, Hiponatremia, Hipofosfatemia, Hipokalsemia,
Asidosis Metabolik
– Kelainan Urinalisis: Proteinuria, Hematuria
• Radiologi
– USG ginjal: paling membantu melihat simetrisitas, ukuran dan ada/tidak obstruksi ginjal
– Foto Polos Abdomen: Mencari batu
– Pemeriksaan renovaskuler: Doppler, CT Scan
• Biopsi Ginjal : Dilakukan pada pasien dengan pengerutan ginjal bilateral
Komplikasi CKD

Fungsi Ginjal

Keseimbangan Ekskresi Ekskresi Keseimbangan Erythropoisesis


Natrium Potasium Asam Kalsium/Fosfat

 Phosphate
 PTH
Retensi Sodium
Asidosis  Kalsium serum
dan Volume Hiperkalemia
Metabolik  Kalsitriol
Overload Anemia

PO4 2°HPT

Tatalaksana Restriksi Restriksi Diet Sodium Phosphate Calcimimetics Erythropoisesis


Sodium, Hindari NSAID Bikarbonat binders stimulating
Diuretik agents
iron replacement
Tatalaksana CKD secara umum:
Komponen Keterangan
Perubahan gaya hidup Berhenti merokok
Menjaga IMT sesuai kriteria ideal
Restriksi protein 0,6-0,8
g/kgBB/hari Restriksi fosfat <= 10
g/kgBB/hari
Restriksi cairan (500-600 mL + urin yang keluar normal)
Olahraga 30-60 menit 4-7 hari per minggu (intensitas sedang seperti
berlari, bersepeda, berenang)

Kontrol gejala/komplikasi Anemia: eritropoetin


Displidemia: target LDL < 100 mg/dl dengan golongan statin
Hipertensi:
ACEi/ARB
Overload: diuretik
DM: metformin

Terapi pengganti ginjal Hemodialisis


CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dyalisis)
Transplantasi ginjal

KDIG
A. CKD st V
B. CKD st II  Tidak tepat
C. CKD st I  Tidak tepat
D. CKD st III  Tidak tepat
E. CKD st IV  Tidak tepat

126
NEFROLOGI

18
Seorang laki-laki usia 50 tahun datang ke poliklinik RS untuk
kontrol penyakit gagal jantung. Saat ini pasien merasa pegal
dan lemas pada otot seluruh tubuh. Pasien selama ini
mengonsumsi obat anti hipertensi dan obat gagal jantung
yang membuat pasien sering kencing.
Mekanisme yang menjadi penyebab keluhan pasien di atas
adalah?
A. Hipokalemia
B. Hiponatremia
C. Hipokalsemia
D. Hiperurisemia
E. Hiperkolesterolemia
128
Seorang laki-laki usia 50 tahun datang ke poliklinik RS untuk
kontrol penyakit gagal jantung. Saat ini pasien merasa pegal
dan lemas pada otot seluruh tubuh. Pasien selama ini
mengonsumsi obat anti hipertensi dan obat gagal jantung
yang membuat pasien sering kencing.
Mekanisme yang menjadi penyebab keluhan pasien di atas
adalah?
A. Hipokalemia
B. Hiponatremia
C. Hipokalsemia
D. Hiperurisemia
E. Hiperkolesterolemia
129
Efek Samping Obat Antihipertensi
Golongan OAH Efek Samping

ACE-i Batuk, hiperkalemia

ARB Hiperkalemia lebih jarang terjadi dibandingkan ACE-i

CCB
Dihidroporidin Edema pedis, Nyeri kepala
Non-Dihidroporidin Konstipasi (verapamil), sakit kepala (diltiazem)

Diuretik Sering berkemih, hipokalemia, hiponatremia,


hiperglikemia, hiperlipidemia, hiperurisemia, disfungsi
seksual
Alfa blocker Edema pedis, hipotensi ortostatik, pusing

Beta blocker Lemas, bronkhospasme, hiperglikemia, disfungsi ereksi


Hiperkalemia
Komponen Keterangan
Lab K > 5,5 mEq/L
Manifestasi Klinis Kelemahan otot, paralysis -> gagal napas, aritmia, mual-muntah, oliguria/anuria
Penyebab Hipoaldosteronemia, AKI/CKD, obat (ACEi, inhibitor renin, diuretik potassium
sparing, digoxin)
Terapi Restriksi intake garam, rehidrasi cairan (dextrose 5%, NS, RL), insulin 10-20 IU + D40%,
Ca glukonas
Hipokalemia
Komponen Keterangan
Lab K < 3,5 mEq/L
Manifestasi Klinis Konstipasi, ileus paralitik, kelemahan otot, aritmia, mual-muntah, poliuria
Penyebab Hiperaldosteronemia, diare, muntah, hipomagnesemia, overdosis insulin, obat
(amfoterisin B, loop diuretik)
Terapi Koreksi dengan KCl (10 mEq meningkatkan K 0,1 mEq/L, magnesium, ganti diuretik
dengan potassium sparing)
A. Hipokalemia
B. Hiponatremia  Tidak tepat
C. Hipokalsemia  Tidak tepat
D. Hiperurisemia  Tidak tepat
E. Hiperkolesterolemia  Tidak tepat

132
NEFROLOGI

19
Seorang wanita usia 45 tahun datang ke IGD karena
kejang sudah 6 jam. Sebelumnya pasien mengeluhkan
kebas dan kaku pada jari tangan hingga lengan. Pasien
memiliki riwayat operasi thyroidectomy beberapa bulan
yang lalu.
Apa tatalaksana pada pasien?
A. Kalsium glukonas IV
B. Kalsium laktat PO
C. Kalsium laktat IM
D. Kalium klorida
E. Kalium sitrat
134
Seorang wanita usia 45 tahun datang ke IGD karena
kejang sudah 6 jam. Sebelumnya pasien mengeluhkan
kebas dan kaku pada jari tangan hingga lengan. Pasien
memiliki riwayat operasi thyroidectomy beberapa bulan
yang lalu.
Apa tatalaksana pada pasien?
A. Kalsium glukonas IV
B. Kalsium laktat PO
C. Kalsium laktat IM
D. Kalium klorida
E. Kalium sitrat
135
Hiperkalsemia
Komponen Keterangan
Lab Ca > 10,5 mg/dL
Manifestasi Klinis Aritmia, batu ginjal, bradikardi, hipertensi, refleks berkurang, nyeri tulang,
gangguan mood
Penyebab Hiperparatiroidisme, tirotoksikosis, keganasan, intake vitamin D berlebih
Terapi Rehidrasi cairan, loop diuretik, glukokortikoid, kalsitonin/ bifosfonat

Hipokalsemia
Komponen Keterangan
Lab Ca < 8,5 mEq/L
Manifestasi Klinis Chvostek’s sign, Trousseau’s sign
Penyebab Diet kurang vitamin D, hipoparatiroidisme, hiperfosfatemia, CKD, sepsis
Terapi Ca glukonas, Vitamin D
Dikatakan Tall-T apabila tinggi T melebihi 5mm
Dika
sadapan ekstremitas atau
>10 mm pada sadapan prekordial

Perubahan EKG
Hiperkalsemia HipokalsemiaHipokalsemia
Hiperkalsemia

Perubahan EKG - Hipo

Dikatakan Shallow-T apabila tinggi T


kurang dari 3mm

Hipokalsemia

Chvostek’s Sign Trousseau’s Sign


Chvostek dan Trosseau sign
Tatalaksana
Hiperkalsemia yang bergejala (simtomatik)
• Hidrasi karena hiperkalsemia berhubungan dengan dehidrasi : 4-8 liter cairan
isotonic secara intravena dalam 24 jam pertama, dengan target urin 100-150 ml per
jam. Jika ada penyakit komorbid (gagal jantung kongestif) dapat ditambahkan
loop diuretic untuk meningkatkan ekskresi atrium dan kalsium; setelah status volume
menjadi normal.

Hipokalsemia akut (simptomatik)


• Kalsium glukonat 10 % 10ml ( 90 mg atau 2.2 mmol) diencerkan dengan 50 ml
Dekstrosa 5 % atau 0,9 Na Cl secara intravena selama 5 menit.
• Dilanjutkan pemberian secara infus 10 ampul kalsium glukonat (atau 900 mg kalsium
dalam 1 liter Dekstrosa 5 % atau 0,9 NaCI) dalam 24 jam.
• Jika ada hipomagnesemia dengan fungi ginjal normal larutan magnesium sulfat 10
% sebesar 2 gram selama 10 menit, dilanjutkan dengan 1 gram dalam 100 cc
cairan per 1 jam .
A. Kalsium glukonas IV
B. Kalsium laktat PO  Tidak tepat
C. Kalsium laktat IM  Tidak tepat
D. Kalium klorida  Tidak tepat
E. Kalium sitrat  Tidak tepat

139
NEFROLOGI

20
Seorang perempuan usia 80 tahun datang ke IGD dengan keluhan
penurunan kesadaran yang memberat sejak 1 jam yang lalu. Pasien tidak
merespon pemeriksa dan menatap dengan pandangan kosong.
Diketahui pasien merupakan penderita CKD, namun pasien malah
mencoba pengobatan alternatif. Pada pemeriksaan didapatkan
kesadaran stupor dengan GCS E1V2M2. Pada EKG didapatkan
gelombang T-tall. Pada pemeriksaan elektrolit dijumpai K+ 7,5 mEq/L.
Berikut ini yang bukan merupakan tindakan untuk menurunkan kadar
Kalium pasien adalah
A. Kalsium glukonas 10% IV
B. Nebulisasi dengan Salbutamol
C. Insulin rapid acting 10 unit IV bolus
D. Pemberian furosemid
E. Kalsium klorida 10% IV

141
Seorang perempuan usia 80 tahun datang ke IGD dengan keluhan
penurunan kesadaran yang memberat sejak 1 jam yang lalu. Pasien tidak
merespon pemeriksa dan menatap dengan pandangan kosong.
Diketahui pasien merupakan penderita CKD, namun pasien malah
mencoba pengobatan alternatif. Pada pemeriksaan didapatkan
kesadaran stupor dengan GCS E1V2M2. Pada EKG didapatkan
gelombang T-tall. Pada pemeriksaan elektrolit dijumpai K+ 7,5 mEq/L.
Berikut ini yang bukan merupakan tindakan untuk menurunkan kadar
Kalium pasien adalah
A. Kalsium glukonas 10% IV
B. Nebulisasi dengan Salbutamol
C. Insulin rapid acting 10 unit IV bolus
D. Pemberian furosemid
E. Kalsium klorida 10% IV

142
Tatalaksana
Hiperkalemia
• Calcium gluconate 10% 5-10cc
• Calcium chloride 10% 5-10cc: lebih poten tetapi mengiritasi vena
• Insulin (Actrapid 10-20 unit) + glukosa 40%
Hipokalemia
• Koreksi menggunakan KCl atau KSR tab
A. Kalsium glukonas 10% IV  Sudah tepat
B. Nebulisasi dengan Salbutamol
C. Insulin rapid acting 10 unit IV bolus  Sudah tepat
D. Pemberian furosemid  Sudah tepat
E. Kalsium klorida 10% IV  Sudah tepat

144
Rheumatologi
Rheumatologi

21
Seorang wanita berusia 55 tahun datang dengan keluhan nyeri
lutut kanan yang dialami sejak 2 bulan ini. Pasien juga mengeluhkan
kaku pada pagi hari sekitar 5 menit kemudian menghilang. Pasien
memiliki riwayat nyeri ulu hati. Pada pemeriksaan fisik eritema (-),
hambatan ROM (+).
Tatalaksana yang tepat diberikan pada kasus ini adalah?
A. Indometacin
B. Natrium diclofenac
C. Asam mefenamat
D. Celecoxib
E. Allopurinol
Seorang wanita berusia 55 tahun datang dengan keluhan nyeri
lutut kanan yang dialami sejak 2 bulan ini. Pasien juga mengeluhkan
kaku pada pagi hari sekitar 5 menit kemudian menghilang. Pasien
memiliki riwayat nyeri ulu hati. Pada pemeriksaan fisik eritema (-),
hambatan ROM (+).
Tatalaksana yang tepat diberikan pada kasus ini adalah?
A. Indometacin
B. Natrium diclofenac
C. Asam mefenamat
D. Celecoxib
E. Allopurinol
Osteoarthritis vs Rheumatoid Arthritis
Definisi
• Penyakit sendi degeneratif pada sendi penopang beban yang biasanya
terjadi pada usia lanjut atau penggunaan sendi yang berlebihan.

Etiologi
• Faktor risiko dapat dimodifikasi
• Obesitas
• Stress mekanik  "wear and tear"
• Faktor risiko tidak dapat dimodifikasi
• Usia >55 tahun
• Riwayat trauma sendi
Klasifikasi

OA Primer OA Sekunder

• Trauma sendi, bisa


akibat dislokasi sendi.
• Paling sering ditemukan
• Infeksi sebelumnya
• Akibat wear and tear
• Rheumatoid arthritis
changes
• Congenital dislocation
• Pada weight bearing
of the hip,perthes
joint (Lumbosakral, hip
disease
joint knee joint)
• Obesitas
• Hipertiroidisme.
Patofisiologi

Stres mekanis kronis pada sendi dan


penurunan proteoglikan terkait usia

tulang rawan kehilangan elastisitas dan


menjadi rapuh

degenerasi dan peradangan tulang rawan

penyempitan dan penebalan ruang sendi


dan sklerosis tulang subkondral

152
Manifestasi Klinis
• Awal
• Nyeri saat aktivitas
• Krepitus
• Kaku sendi, ROM menurun  paling sering di lutut dan panggul
• Deformitas genu varus
• Umumnya mengenai sendi unilateral / asimetris
• Lanjut
• Nyeri terus menerus
• Kaku sendi di pagi hari <30 menit
• ROM menurun drastis
Manifestasi Klinis
• Heberden's node  penebalan nodular dan nyeri pada bagian dorsal interphalanges distal (DIP)
• Bouchard's node  penebalan nodular dan nyeri pada bagian dorsal interphalanges proximal
(PIP)
• Rhizarthrosis  OA sendi carpometacarpal 1
• Hallux rigidus  arthrosis sendi metatarsophalangeal 1

MED+EASY

DenDi
Heberden Distal
OPERATIF

Grade Kellgren-Lawrence OA Grading MED+EASY


0 Tidak ada temuan radiologis yang mendukung OA Ragu : Meragukan
I Meragukan (Osteofit minimal) Os : Osteofit
Sekali Sempit : Sklerosis, Celah
II Osteofit nyata, penyempitan celah sendi minimal
sendi menyempit
III Sklerosis/Kista subkondral + Menyempitnya celah sendi + Multiple osteofit
Kiss-Kiss : Kista subkondral,
IV Kista subkondral, kissing joint (celah sendi menghilang / deformitas) Kissing Joint

155
156
Tatalaksana
• Konservatif
• Edukasi, lifestyle, olahraga, menurunkan BB
• Farmakologis
• Acetaminophen
• NSAID (Natrium diclofenac, meloxicam, celecoxib, dll)
• Intervensi
• Injeksi steroid intraartikular
• Bedah
• Endoprosthesis (penggantian sendi)  Grade 3 dan 4
A. Indometacin  non-selective COX inhibitor
B. Natrium diclofenac  non-selective COX inhibitor
C. Asam mefenamat  non-selective COX inhibitor
D. Celecoxib
E. Allopurinol  tatalaksana gout arthritis
Rheumatologi

22
Seorang wanita berusia 50 tahun datang dengan keluhan
nyeri dan kaku pada jari-jari tangan terutama dirasakan pada
pagi hari yang berlangsung selama 2 jam. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan rheumatoid factor (+) dan anti CCP
(+).
Kelainan pada pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan pada
kasus ini adalah?
A. Heberden’s and bouchard’s nodes
B. Podagra
C. Tofaceous deformity
D. Boutonniere deformity
E. Ankylosing deformity
Seorang wanita berusia 50 tahun datang dengan keluhan
nyeri dan kaku pada jari-jari tangan terutama dirasakan pada
pagi hari yang berlangsung selama 2 jam. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan rheumatoid factor (+) dan anti CCP
(+).
Kelainan pada pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan pada
kasus ini adalah?
A. Heberden’s and bouchard’s nodes
B. Podagra
C. Tofaceous deformity
D. Boutonniere deformity
E. Ankylosing deformity
Osteoarthritis vs Rheumatoid Arthritis
Definisi
• Penyakit autoimun sistemik yang ditandai dengan arthritis
• inflamasi dan gejala ekstra-artikular.

Etiologi
• Autoimun idiopatik  Autoantibodi terhadap citrullinated protein (ACPA)
• Berhubungan dengan genetik, lingkungan, dan hormonal
Serangan inflamasi, angiogenesis, dan proliferasi

Jaringan granulasi proliferatif dengan sel inflamasi


mononuklear

Hipertrofi pannus dan sinovial

Invasi, destruksi progresif, dan kerusakan kartilago


dan tulang

Produsi RF untuk membantu menghilangkan


autoantibodi dan kompleks imun.

Kelebihan RF memicu pembentukan kompleks


imun baru dan Reaksi HS tipe III
Manifestasi Klinis

Artikular Ekstraartikular

• Nyeri dan pembengkakan sendi simetris


• Paling sering pada MCP dan PIP • Gejala umum  Demam subfebris, nyeri
• Kaku pagi hari > 60 menit otot, malaise, keringat malam
• Deformitas: • Mata  Skleritis, episkleritis, mata kering
• Swan neck deformity • Nodul rheumatoid  Pembengkakan
• Boutonniere deformity subkutan tidak nyeri
• Hitchhiker deformity (Z deformity) • Fibrosis paru
• Deviasi ulnar
Deviasi Ulnar Swan Neck Deformity
Nodul Rheumatoid Boutonniere deformity
Pemeriksaan Penunjang

• Rheumatoid factor (RF)  spesifisitas rendah, sensitifitas


tinggi (screening)
• Anti-cyclic citrullinated peptide (Anti CCP atau ACPA)
 spesifisitas tinggi, sensitifitas rendah (diagnosis)
• Aspirasi & Analisis cairan sendi :
• Cairan sendi kuning keruh
• Leukositosis steril
• ↑ protein, ↓ viskositas
• Dapat ditemukan RF
• X-ray dorso palmar kedua tangan
• Sendi menyempit, erosi tulang dan kartilago,
demineralisasi luas
• USG
• Efusi sendi dan pembentukan pannus
Tatalaksana
• Akut
• NSAIDs
• Kortikosteroid  Per oral atau injeksi intraartikular
• Jangka Panjang
• Disease modifying antirheumatic drug (DMARD)  imunosupresan
• Methotrexate  drug of choice

Untuk menjawab soal UKMPPD

Tatalaksana Awal : control nyeri  NSAID


Tatalaksana yang tepat : DMARD (Methotrexate)
A. Heberden’s and bouchard’s nodes  pada
osteoarthritis
B. Podagra  pada gout arthritis
C. Tofaceous deformity  pada gout arthritis
D. Boutonniere deformity
E. Ankylosing deformity  pada ankylosing spondilitis
Rheumatologi

23
Seorang laki-laki berusia 50 tahun datang dengan keluhan nyeri, bengkak,
dan merah pada ibu jari kaki kiri tiba-tiba sejak 2 jam SMRS. Pasien sering
mengonsumsi kacang-kacangan dan jeroan. Pemeriksaan laboratorium
didapatkan kadar asam urat dalam darah 9.7 mg/dL. Pada pemeriksaan
didapatkan edema MTP 1, hiperemis, hangat, nyeri tekan (+).
Hasil pemeriksaan mikroskopik yang mungkin ditemukan pada kasus ini
adalah?
A. Kristal birefringent negatif bentuk rhomboid
B. Kristal birefringent positif bentuk jarum
C. Kristal birefringent negatif bentuk jarum
D. Kristal birefringent positif bentuk rhomboid
E. Kristal birefringent positif bentuk prisma
Seorang laki-laki berusia 50 tahun datang dengan keluhan nyeri,
bengkak, dan merah pada ibu jari kaki kiri tiba-tiba sejak 2 jam SMRS.
Pasien sering mengonsumsi kacang-kacangan dan jeroan. Pemeriksaan
laboratorium didapatkan kadar asam urat dalam darah 9.7 mg/dL. Pada
pemeriksaan didapatkan edema MTP 1, hiperemis, hangat, nyeri tekan
(+).
Hasil pemeriksaan mikroskopik yang mungkin ditemukan pada kasus ini
adalah?
A. Kristal birefringent negatif bentuk rhomboid
B. Kristal birefringent positif bentuk jarum
C. Kristal birefringent negatif bentuk jarum
D. Kristal birefringent positif bentuk rhomboid
E. Kristal birefringent positif bentuk prisma
Gout vs Pseudogout
Definisi

• Penumpukan kristal monosodium urat akibat supersaturasi asam urat pada


persendian

Etiologi
• Diet tinggi purin (daging merah, seafood, jeroan, kacang-kacangan)  purin
dimetabolisme menjadi asam urat, konsumsi tinggi purin akan meningkatkan
risiko artritis gout
• Alkohol
• Gagal ginjal akut
Manifestasi Klinis

•Predileksi: MTP 1, sendi tarsal, lutut, pergelangan kaki, jari tangan


•Serangan pertama→ sering dimulai saat malam, sangat nyeri,
Fase Akut  bengkak, tanda inflamasi (+) → podagra
podagra

•Asimtomatik  gejala akut menghilang


Fase •Durasi: biasanya 2 tahun, kemudian akan muncul flare berulang
interkritikal 
asimtomatik

•Pembengkakan keras  berisi kristal urat disertai kerusakan jaringan


sekitar (deformitas)
Fase kronik: •Biasanya tidak nyeri  namun bila meradang dapat menjadi nyeri
Pembentukan
tophus
•Dapat menonjol dari kulit  berwarna keputihan
Pemeriksaan Penunjang
• Serum asam urat  perempuan >6mg/dL, laki-laki >7mg/dL (tidak selalu tinggi)
• Aspirasi cairan sendi→ polarized microscopy  kristal birefringent negative
berbentuk jarum (Gold Standard)
• X-ray→ Destruksi sendi dan erosi pada tulang (ditemukan pada gout kronis)
Tatalaksana

Non-Farmakologis Farmakologis
• Modifikasi Diet • Fase akut  mengurangi gejala dan
• Hidrasi yang cukup inflamasi
• Hindari makanan kaya purin (mis. daging • Kolkisin  Pilihan utama, paling efektif
merah, jeroan) pada onset <12 jam. Dosis awal 1mg diikuti
0,5mg/jam sampai gejala menghilang
• NSAID  Pilihan kedua, atau dapat
dikombinasikan dengan kolkisin pada onset
>12 jam. Contoh: Indometasin, Na
diclofenac, dll
• Kortikosteroid  Diberikan bila Kolkisin dan
NSAID tidak efektif
• Aspirasi sendi + Kortikosteroid Intraartikuler
 Dilakukan bila tatalaksana PO tidak
efektif
MED+NOTES
Kolkisin dan NSAID tidak boleh diberikan pada
pasien dengan gangguan fungsi ginjal
Tatalaksana

Fase kronik

• ↓ asam urat  mencegah serangan akut


• Target asam urat: <6 mg/dL
• Tidak boleh diberikan saat serangan karena bisa
memperparah serangan.
• Xanthine oxidase inhibitor → allopurinol 100 mg/hari bila
perlu dinaikan bertahap (max 900 mg/hari)
• Urikosurik→ probenesid (1-2 g/hari), KI: gangguan ginjal
• Target→ Asam urat <6mg/dL
A. Kristal birefringent negatif bentuk rhomboid  tidak tepat
B. Kristal birefringent positif bentuk jarum  tidak tepat
C. Kristal birefringent negatif bentuk jarum
D. Kristal birefringent positif bentuk rhomboid  pseudogout
E. Kristal birefringent positif bentuk prisma  tidak tepat
Rheumatologi

24
Seorang wanita berusia 45 tahun datang dengan keluhan lutut kiri
bengkak, nyeri dan teraba agak panas yang dialami sejak 2 hari yang
lalu. Riwayat trauma sebelumnya disangkal. Pasien memiliki riwayat DM
sejak 10 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan cairan sendi didapatkan
jumlah leukosit 100.000/m3 dengan PMN 85%. Hasil pemeriksaan rontgen
lutut kiri dalam batas normal.
Diagnosis yang tepat pada kasus ini adalah?
A. Osteoarthritis
B. Rheumatoid arthritis
C. Gout arthritis
D. Demam rematik
E. Septic arthritis
Seorang wanita berusia 45 tahun datang dengan keluhan lutut kiri
bengkak, nyeri dan teraba agak panas yang dialami sejak 2 hari yang
lalu. Riwayat trauma sebelumnya disangkal. Pasien memiliki riwayat DM
sejak 10 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan cairan sendi didapatkan
jumlah leukosit 100.000/m3 dengan PMN 85%. Hasil pemeriksaan rontgen
lutut kiri dalam batas normal.
Diagnosis yang tepat pada kasus ini adalah?
A. Osteoarthritis
B. Rheumatoid arthritis
C. Gout arthritis
D. Demam rematik
E. Septic arthritis
Definisi
• Infeksi dari rongga sendi yang menyebabkan inflamasi
• Nama lain  Artritis bakterialis = artritis supuratif = artritis infeksiosa

Faktor Resiko
• Prostesis sendi lutut/panggul disertai atau tanpa infeksi kulit
• DM
• Usia > 80 tahun
• RA dalam terapi imunosupresif
• Tindakan bedah persendian atau proseudr injeksi intra-artikular
• SLE
Etiologi : Infeksi bakteri
• Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, N. gonorrhea,
• Pseudomonas
Manifestasi Klinis
• Umumnya monoartikuler, pada sendi-sendi besar (Lutut >
Panggul > Bahu> Ankle)
• Gejala :
• Demam
• Sendi nyeri, bengkak, dan pseudoparalisis

Pemeriksaan Penunjang
• Aspirasi cairan sendi  Gold Standard
• Sel darah putih > 50.000/microliter dengan 90%
predominansi
• neutrophil
• Menemukan bakteri pathogen
• Darah lengkap + Hitung jenis
• LED + CRP
• X-ray sendi
Interpretasi Aspirasi Cairan Sendi
Prinsip Tatalaksana
• Aspirasi sendi adekuat
• Antibiotik IV
• Antibiotik empirik sesuai kultur.
• Gram (+) cefazolin/oxacillin;
• Gram (-) ceftriaxone/cefotaxime
• Latihan sendi segera setelah infeksi teratas (cegah kontraktur)

Bakteri Pilihan Antibiotik


Kokus Gram + Vankomisin
Kokus Gram - Ceftriaxone
Basil Gram - Ceftazidime, Cefepime, Piperacilin/Tazobactam, Carbapenem
Pewarnaan Gram
Vankomisin + Ceftazidime atau Aminoglikosida
inkonklusif
Diagnosa Banding Arthritis
RA OA Gout Arthritis Septik

Asimetris, melibatkan sendi


Paling sering Monoartikular
Sendi Bilateral simetris; PIP > DIP penahan beban (panggul, Sendi distal asimetris
(di lutut)
lutut); DIP > PIP

Gejala memberat setelah Gejala memberat jika


Pergerakan - -
istirahat (morning stiffness) sendi digerakkan

Podagra (pembengkakan
Manifestasi Swan neck deformity; Heberden’s node; sendi MTP 1)  akut Bengkak, eritem dan
Khas Boutonniere deformity Bouchard’s node Tofus (benjolan tidak nyeri) sangat nyeri
 kronis
Cairan Kristal jarum Leukosit
Ditemukan RF -
Sinovial birefringens (-) >100.000/mm3

Penunjang Anti-CCP (ACPA), Osteofit, celah sendi Kadar asam urat


Demam, leukositosis
Lainnya Pannus menyempit Tinggi, rat bite erosion
A. Osteoarthritis  Asimetris, melibatkan sendi penahan beban, (-)
tanda infeksi
B. Rheumatoid arthritis  Bilateral simetris, morning stiffness, (-)
tanda infeksi
C. Gout arthritis  Sendi distal asimetris, kadar asam urat meningkat
D. Demam rematik  didahului infeksi saluran napas, dijumpai
kriteria mayor dan minor dari demam reumatik
E. Septic arthritis
Rheumatologi

25
Seorang anak perempuan berusia 6 tahun dibawa orangtuanya dengan
keluhan nyeri pada kedua sendi lutut dan pergelangan kaki yang dialami
sejak 3 bulan yang lalu. Sendi terasa nyeri saat digerakkan. Keluhan
terutama dirasakan pada pagi hari. Pada pemeriksaan fisik, pasien
menangis saat dilakukan penekanan pada sendi lutut dan pergelangan
kaki bilateral. Pemeriksaan ANA test (+).
Diagnosis yang paling mungkin dari kondisi diatas?
A. Juvenile idiopathic arthritis
B. Rheumatoid arthritis
C. Demam reumatik akut
D. Arthritis septik
E. Osteoarthritis
Seorang anak perempuan berusia 6 tahun dibawa orangtuanya dengan
keluhan nyeri pada kedua sendi lutut dan pergelangan kaki yang dialami
sejak 3 bulan yang lalu. Sendi terasa nyeri saat digerakkan. Keluhan
terutama dirasakan pada pagi hari. Pada pemeriksaan fisik, pasien
menangis saat dilakukan penekanan pada sendi lutut dan pergelangan
kaki bilateral. Pemeriksaan ANA test (+).
Diagnosis yang paling mungkin dari kondisi diatas?
A. Juvenile idiopathic arthritis
B. Rheumatoid arthritis
C. Demam reumatik akut
D. Arthritis septik
E. Osteoarthritis
Definisi
• Penyakit sendi pada masa kanak-
kanak yang dimulai sebelum usia 16
tahun dan ditandai dengan
peradangan sendi yang berlangsung
lebih dari 6 minggu.

Etiologi Faktor Risiko


• Idiopatik
• Predisposisi imunologis: berasosiasi
dengan HLA
Klasifikasi MED+NOTES

Trias Still’s
• Oligoartikuler  1-4 sendi Disease:
• Demam
• Poliartikuler  > 4 Sendi • Nyeri sendi
• Ruam kulit
• Sistemik (Still’s Disease)  (+) Gejala sistemik (Salmon
Colored skin)

JIA JIA JIA


SISTEMIK OLIGOARTIKULAR POLIARTIKULAR
2-5 tahun
Usia <17 Tahun Biasanya 2-3 tahun
10-14 tahun
Jumlah dan lokasi Jumlah dan lokasi
1-4 >4
sendi tidak tentu
Gejala sistemik + - -
Destruksi Sendi >50% Jarang >50%
Manifestasi Klinis

• Gejala Artikular
• Sendi bengkak, jarang eritema
• Kekakuan di pagi hari
• Gerakan sendi terbatas atau nyeri
• Gejala ekstra-artikular
• Demam (selama 2 minggu)
• Uveitis
• Ruam
• Perubahan kuku
• Limfadenopati
• Hepatosplenomegali
Sistemic JIA
Pemeriksaan Penunjang

• ANA test (+)


• Leukositosis
• RF (+) pada Polyarticular JIA

Tatalaksana
• NSAID
• Kortikosteroid  pada manifestasi ekstra-articular
• DMARD  Methotrexate
A. Juvenile idiopathic arthritis
B. Rheumatoid arthritis  Bilateral simetris, morning stiffness, (-)
tanda infeksi
C. Demam reumatik akut  didahului infeksi saluran napas,
dijumpai kriteria mayor dan minor dari demam reumatik
D. Arthritis septik  paling sering monoartikular (di lutut),
bengkak, eritem dan sangat nyeri
E. Osteoarthritis  asimetris, melibatkan sendi penahan
beban, (-) tanda infeksi
Rheumatologi

26
Seorang wanita berusia 55 tahun datang dengan keluhan nyeri pada
bahu, leher dan panggul yang dialami sejak 3 hari SMRS. Pasien juga
mengeluhkan badan terasa kaku setiap pagi dengan durasi lebih dari 1
jam. Pada pemeriksaan fisik ditemukan range of motion pada abduksi
bahu <90o, tes Tinel dan Phalen (+) pada kedua pergelangan tangan,
kekuatan motorik seluruh otot tubuh normal. Pada pemeriksaan
penunjang didapatkan LED 120 mm/jam.
Tatalaksana yang tepat pada kasus ini adalah?
A. Natrium diklofenak
B. Paracetamol
C. Methotrexat
D. Prednison
E. Siklosforin
Seorang wanita berusia 55 tahun datang dengan keluhan nyeri pada
bahu, leher dan panggul yang dialami sejak 3 hari SMRS. Pasien juga
mengeluhkan badan terasa kaku setiap pagi dengan durasi lebih dari 1
jam. Pada pemeriksaan fisik ditemukan range of motion pada abduksi
bahu <90o, tes Tinel dan Phalen (+) pada kedua pergelangan tangan,
kekuatan motorik seluruh otot tubuh normal. Pada pemeriksaan
penunjang didapatkan LED 120 mm/jam.
Tatalaksana yang tepat pada kasus ini adalah?
A. Natrium diklofenak
B. Paracetamol
C. Methotrexat
D. Prednison
E. Siklosforin
Definisi

• Penyakit sendi yang terutama


menyerang pasien di atas usia 50
tahun, terjadi dua kali lebih sering
pada wanita daripada pria

Etiologi Faktor Resiko

• Predisposisi genetik
• Berkaitan dengan Giant Cell Arteritis
 10% individu dengan polymyalgia
rheumatica juga memiliki GCA
Manifestasi Klinis
• Nyeri sendi
• Kaku pada pagi hari (morning
stiffness) pada sendi bahu,
panggul dan leher
• Nyeri dan kaku yang bersifat
simetris, paling parah saat pagi
hari
• Fenomena gel  kaku jika tidak
digerakkan dalam waktu lama
• Manifestasi klinis CTS
Pemeriksaan Penunjang

• ↑ LED
• ↑ CRP
• Leukositosis
• Anemia normokromik
• USG  bursitis pada sendi yang terkena

Tatalaksana

• Kortikosteroid dosis rendah


• Prednisone 15mg/hari
A. Natrium diklofenak  tidak tepat
B. Paracetamol  tidak tepat
C. Methotrexat  tidak tepat
D. Prednison
E. Siklosforin  tidak tepat
Rheumatologi

27
Seorang wanita berusia 25 tahun datang dengan keluhan mata
merah berulang sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan disertai
penglihatan kabur dan punggung terasa kaku. Kekakuan pada
sendi terkadang dirasakan membaik dengan aktivitas. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan uji Schober positif. Pada pemeriksaan
penunjang didapatkan LED 120 mm/jam.
Diagnosis yang tepat pada kasus ini adalah?
A. Hernia nukleus pulposus
B. Ankylosis Spondilosis
C. Polymyalgia Rheumatika
D. Spondilitis TB
E. Spondilolisis
Seorang wanita berusia 25 tahun datang dengan keluhan mata
merah berulang sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan disertai
penglihatan kabur dan punggung terasa kaku. Kekakuan pada
sendi terkadang dirasakan membaik dengan aktivitas. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan uji Schober positif. Pada pemeriksaan
penunjang didapatkan LED 120 mm/jam.
Diagnosis yang tepat pada kasus ini adalah?
A. Hernia nukleus pulposus
B. Ankylosis Spondilosis
C. Polymyalgia Rheumatika
D. Spondilitis TB
E. Spondilolisis
Definisi
• Penyakit inflamasi kronis pada
rangka aksial yang menyebabkan
fusi dan kekakuan dari vertebra.
• Nama lain = Penyakit Bechterev,
penyakit Pierre-Marie

Etiologi
• Idiopatik
• Berhubungan dengan HLA-B27
Gejala artikular

• Nyeri punggung dan leher


• Morning stiffness yang membaik
dengan aktivitas
• ROM fleksi lumbal berkurang
• Arthritis panggul, bahu, lutut

Gejala ekstra-articular
• Uveitis anterior unilateral
• Demam, lemas, penurunan BB
• IBD
Pemeriksaan Fisik

• Pengukuran ekspansi dada 


perbedaan keliling dada saat
inspirasi dan ekspirasi
• Patologis bila <2 cm
• Tes Schober  tes mobilitas
vertebra, lihat slide berikutnya untuk
prosedur
• Mennell sign  nyeri saat perkusi
atau gerakan sendi sakroiliak
• Flesche test

Flesche Test Schober test


Pemeriksaan Penunjang

• HLA-B27 positif (95% pasien)


• X-ray
• Pelvis  Mencari tanda
sakroiliitis dan ankilosis
• Vertebra
• Temuan awal: Lesi
Romanus (shiny corner sign)
• Temuan lanjut
• Bamboo spine
• Dagger sign
Squaring Bamboo spine
Tatalaksana

• Fisioterapi jangka panjang dan olahraga


• NSAID
• Bedah
• Indikasi: deformitas berat, defisit neurologis, instabilitas vertebra
• Tindakan: Osteotomi
A. Hernia nukleus pulposus  nyeri saat bungkuk, laseque
(+)
B. Ankylosis Spondilosis
C. Polymyalgia Rheumatika  nyeri pada sendi bahu,
panggul dan leher terutama pada pagi hari
D. Spondilitis TB  infeksi pada vertebra oleh
Mycobacterium tuberculosis
E. Spondilolisis  fraktur pars interartikularis, displacement
(-)
Rheumatologi

28
Seorang wanita berusia 70 tahun datang ke dengan keluhan
nyeri pinggang yang dialami sejak 2 bulan yang lalu. Pasien
mengeluh nyerinya semakin lama semakin memberat. Pasien
menyangkal adanya riwayat trauma. Pada pemeriksaan
radiologis lumbosacral didapatkan gambaran sebagai berikut.
Diagnosis yang tepat pada kasus ini adalah?
A. Spondilolisthesis
B. Spondilosis
C. Spondiloarthrosis
D. Spondilitis
E. Spondilolisis
Seorang wanita berusia 70 tahun datang ke dengan keluhan
nyeri pinggang yang dialami sejak 2 bulan yang lalu. Pasien
mengeluh nyerinya semakin lama semakin memberat. Pasien
menyangkal adanya riwayat trauma. Pada pemeriksaan
radiologis lumbosacral didapatkan gambaran sebagai berikut.
Diagnosis yang tepat pada kasus ini adalah?
A. Spondilolisthesis
B. Spondilosis
C. Spondiloarthrosis
D. Spondilitis
E. Spondilolisis
Etiologi Manifestasi klinis

• Stress overused • Gejala LBP


• Trauma • Seperti gangguan otot (muscle strain)
• Rasa menjalar hingga bokong dan bagian
belakang paha
• Diperparah dengan aktivitas dan membaik
dengan istirahat
Kelainan Vertebra
Spondilosis Spondilolisis Spondilolistesis

• Degenerasi tulang belakang, • Fraktur pada pars artikularis • Slipped vertebra


aging (OA Vertebra) vertebra • Satu korpus vertebra slip
• Defek pada pars • Tidak ada dislokasi posisinya menjadi lebih di
interarticularis • Penyebab nyeri punggung depan korpus vertebrae lain
• Ditemukan osteofit dan tersering pada usia produktif • Faktor risiko: olahraga, aktivitas
penyempitan celah • Terdapat Scotty dog (trauma, mengangkat berat),
intervertebralis Appearance defek kongenital
Kelainan Vertebra
Spondilitis TB Ankylosing Spondilitis

• Infeksi pada vertebrae oleh • Infeksi di ligamen dan tendon


Mycobacterium tuberculosis • Bisa merupakan bagian dari arthritis (kaki
• Dikenal juga sebagai Pott’s Disease atau nyeri sendi yang memberat jika
• Terdapat nyeri punggung dengan disertai istirahat terlalu lama)
gejala TB • Disebut juga spondiloartropati
• Dapat terlihat adanya Gibbus • Berkaitan dengan gen HLA B27
• Umumnya di dewasa muda (17-35 tahun)
Kelainan Vertebra
Pemeriksaan Penunjang:
• X-ray  definitif
• Lokasi tersering spondilolisthesis
• Akibat spondylosis  L4/L5
• Akibat spondilolisis  L5/S1
• Gambaran decapitated scottie dog
Tatalaksana

• Konservatif
• Indikasi  Pergeseran vertebra <50%
• Istirahat
• Fisioterapi
• NSAID atau injeksi steroid
• Bedah
• Indikasi :
• Terapi konservatif gagal
• Pergeseran vertebra >50%
• Prosedur  Fusi vertebra
A. Spondilolisthesis
B. Spondilosis  OA pada vertebrae
C. Spondiloarthrosis  tidak spesifik
D. Spondilitis  infeksi pada ligament dan tendon
E. Spondilolisis  fraktur pars interartikularis, displacement (-)
Rheumatologi

29
Seorang wanita berusia 18 tahun datang dengan keluhan badannya
terasa lemas, nyeri sendi, serta sariawan berulang di mulut tetapi tidak
nyeri yang dialami sejak 3 bulan ini. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
konjungtiva pucat dan ruam makular di wajah berbentuk seperti kupu-
kupu. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 8 mg/dL,
proteinuria (++) dan hematuria (+)
Pemeriksaan penunjang lanjutan yang paling spesifik pada kasus ini
adalah?
A. ANA test
B. Anti-Smith
C. Anti-CCP
D. HLA-B27
E. Rheumatoid factor
Seorang wanita berusia 18 tahun datang dengan keluhan badannya
terasa lemas, nyeri sendi, serta sariawan berulang di mulut tetapi tidak
nyeri yang dialami sejak 3 bulan ini. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
konjungtiva pucat dan ruam makular di wajah berbentuk seperti kupu-
kupu. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 8 mg/dL,
proteinuria (++) dan hematuria (+)
Pemeriksaan penunjang lanjutan yang paling spesifik pada kasus ini
adalah?
A. ANA test
B. Anti-Smith
C. Anti-CCP
D. HLA-B27
E. Rheumatoid factor
Definisi

• Penyakit inflamasi autoimun sistemik


yang ditandai dengan temuan
autoantibodi pada jaringan dan
kompleks imun/antigen-antibody
complexes (hipersensitivitas tipe III)
 manifestasi klinis di berbagai sistem
organ

Etiologi
• Genetik, hormonal, lingkungan
• Obat obatan: CBZ, metildopa,
isoniazid, dll
Pemeriksaan Penunjang

• Awal ANA test (sensitive)


• Lanjutan
• Anti SM (sensitive dan spesifik)
• Anti dsDNA (spesifik)
Acute Cutaneus LE

• Butterfly rash  muncul jika terpapar matahari,


menghilang jika menghindari paparan matahari

Subacute Cutaneus LE

• Lesi simetris berbentuk plak kemerahan yang


menebal
• Jaringan parut (-)

Chronic Cutaneus LE

• Plak kemerahan
• Seolah-olah kulit menebal
• Jaringan parut (+)
233
Derajat Tatalaksana

• Ringan: • Non-farmakologi:
• Manifestasi kulit • Sunscreen
• Artritis • Farmakologi
• Sedang • Kortikosteroid:
• Trombositopenia • MP 0.5-1mgbb/hari
• Nefritis ringan • Prednisone 0.5mgbb/hari
• Berat • Immunomodulator
• Trombositopenia berat
• Nefritis berat (AKI CKD
grade 3>>)
A. ANA test  pemeriksaan awal pada SLE
B. Anti-Smith
C. Anti-CCP  pada rheumatoid arthritis
D. HLA-B27  pada ankylosing spondilitis
E. Rheumatoid factor  pada rheumatoid arthritis
Rheumatologi

30
Seorang wanita 42 tahun datang dengan fraktur kollum femoris sinistra
setelah terjatuh dari kamar mandi sejak 3 jam SMRS. Pasien memiliki riwayat
konsumsi obat asma sejak kecil. Pasien masih dalam keadaan aktif menstruasi
dan mengkonsumsi KB pil. Dari hasil pemeriksan radiologi tambak tulang
femur porotik. Dari hasil pemeriksaan BMD-DXA, didapatkan hasil -4.
Diagnosis yang tepat pada kasus ini adalah?
A. Osteoporosis primer
B. Osteoporosis sekunder
C. Osteoporosis senilis
D. Osteoarthritis primer
E. Osteoarthritis sekunder
Seorang wanita 42 tahun datang dengan fraktur kollum femoris sinistra
setelah terjatuh dari kamar mandi sejak 3 jam SMRS. Pasien memiliki riwayat
konsumsi obat asma sejak kecil. Pasien masih dalam keadaan aktif
menstruasi dan mengkonsumsi KB pil. Dari hasil pemeriksan radiologi tambak
tulang femur porotik. Dari hasil pemeriksaan BMD-DXA, didapatkan hasil -4.
Diagnosis yang tepat pada kasus ini adalah?
A. Osteoporosis primer
B. Osteoporosis sekunder
C. Osteoporosis senilis
D. Osteoarthritis primer
E. Osteoarthritis sekunder
OSTEOPOROSIS PRIMER
TRABECULAR BONE
• Idiopatik
• Tipe 1 (postmenopausal)
• Tipe 2 (senilis)
• Loss of trabecular bone
NORMAL OSTEOPOROSIS

CORTICAL BONE
OSTEOPOROSIS SEKUNDER
• Penyakit sistemik (SLE,MM,CKD)
• Obat-obatan (glukokortikoid, GnRH
antagonis, SSRI)
• Loss of cortical bone NORMAL OSTEOPOROSIS

239
MED+EASY

240
RESORPSI TULANG > PEMBENTUKAN TULANG

Normal Bone Remodelling Abmormal Bone Remodelling

241
Anamnesis
• Fraktur akibat trauma ringan
• Tubuh makin pendek
• Penyakit sistemik
• Riwayat konsumsi obat
• Menopause dini

Pemeriksaan Fisik
• Tinggi badan
• Deformitas tulang
• Kifosis dorsal (dowager’s hump)

242
Pemeriksaan Penunjang

• DPL, Kadar kalsium serum & urin, fungsi hati, kadar 25-OH-vitamin D
• X-Ray : penipisan korteks dan daerah trabekuler lebih lusen
• Bone mass densitometry (BMD)/Dual-energy X-Ray Absorptiometry (DXA)

Indikasi BMD/DXA

• Wanita >65 tahun, pria >70 tahun T-Score Interpretasi


• Wanita postmenopause dini ≥ -1 SD Normal

• Pasien riwayat fraktur pada usia 50 -1 > -2.5 SD Osteopenia

tahun ≤ −2.5 𝑆𝐷 Osteoporosis


≤ −2.5 𝑆𝐷 Osteoporosis berat
• Pasien RA, penggunaan prednison >5 Dengan fraktur
mg selama > 3 bulan

243
Tatalaksana
• Atasi faktor risiko yang dapat
dicegah
USIA KALSIUM
• Vitamin D :
INTAKE
• <50 tahun → 200 IU/hari (mg/d)
• 50-70 tahun → 400 IU/hari Young children (1-3 tahun) 500
• > 70 tahun → 600 IU/hari Older children (4-8 tahun) 800
• Aktivitas fisik
Young adult (9-18 tahun) 1300
• Terapi Farmakologi
Men and women (19-50 tahun) 1000
• Antiresorptive agent
Men and women ( 51 tahun 1200
• Terapi hormone estrogen
keatas)
• SERMS
• Terapi spesifik : Bifosfonat,
Denosumamb
244
A. Osteoporosis primer  penyebab idiopatik
B. Osteoporosis sekunder
C. Osteoporosis senilis  usia diatas 70 tahun
D. Osteoarthritis primer  tidak tepat
E. Osteoarthritis sekunder  tidak tepat
Terima Kasih
#OneShotBersamaMedsense +

Anda mungkin juga menyukai