Anda di halaman 1dari 8

PERSPEKTIF, 8 (2) (2019): 45-52

DOI: http://dx.doi.org/10.31289/perspektif.v8i2.2585

PERSPEKTIF
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/perspektif

Sejarah Doloksanggul dan Perkembangannya sebagai Ibukota


Kabupaten Humbang Hasundutan (2003-2010)

The History of Doloksanggul and Its Development as the Capital of


Humbang Hasundutan Regency (2003-2010)
Lamtagon Aryanto Sigalingging

Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan, Indonesia.

Diterima: Mei 2019; Disetujui: Juni 2019; Dipublish: Juli 2019

Abstrak
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Doloksanggul. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan dari
skripsi ini digunakan metode penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan deskriptif kualitatif, dimana
data diperoleh dari lapangan yang berhubungan dengan permasalahan penelitian. Data juga diperoleh dari hasil
wawancara dengan para tokoh yang mengetahui tentang sejarah dan perkembangan dari Kota Doloksanggul,
selain itu data juga diperoleh dari hasil observasi dan dokumentasi. Dari hasil penelitian, peneliti dapat
mengetahui mengenai asal nama dan sejarah huta Doloksanggul. Kota Doloksanggul mengalami perkembangan
dengan tahapan-tahapan yang sangat panjang yang terbagi dalam 2 periode yaitu antara tahun 2003-2007 dan
2008-2010 yang meliputi perkembangan Doloksanggul di bidang jumlah penduduk, pendidikan, kesehatan dan
transportasi. Disamping itu terdapat juga faktor penghambat berkembangnya kota Doloksanggul yang ditinjau
dalam berbagai aspek juga seperti jumlah penduduk, pendidikan, kesehatan dan transportasi. Dari keseluruhan
hasil penelitian dilapangan diperoleh kesimpulan bahwa perkembangan Doloksanggul terjadi pada awal kota
Doloksanggul menjadi ibukota Kabupaten Humbang Hasundutan, yang dapat ditinjau dari berbagai aspek seperti
bidang pertumbuhan jumlah penduduk, pendidikan, kesehatan dan transportasi.

Kata Kunci: Sejarah, Doloksanggul, Perkembangan, Ibukota Kabupaten Humbang Hasundutan

Abstract
This research was conducted in the City of Doloksanggul. To obtain the data needed in the preparation of this thesis, a
field research method is used with a qualitative descriptive approach, where data is obtained from the field related to
research problems. Data were also obtained from interviews with leaders who knew about the history and
development of the City of Doloksanggul, in addition data were also obtained from the results of observations and
documentation. From the results of the research, researchers can find out about the origin of the name and history of
the Doloksanggul. The city of Doloksanggul experienced development with very long stages which were divided into 2
periods, namely between 2003-2007 and 2008-2010 which included the development of Doloksanggul in the area of
population, education, health and transportation. Besides that there are also inhibiting factors for the development of
the city of Doloksanggul which are reviewed in various aspects as well as population, education, health and
transportation. From the overall results of the study in the field it was concluded that the development of
Doloksanggul occurred at the beginning of the city of Doloksanggul as the capital of Humbang Hasundutan Regency,
which can be viewed from various aspects such as population growth, education, health and transportation.

Keywords: History, Doloksanggul, Development, Capital of Humbang Hasundutan Regency

How to Cite: Sigalingging, L.A (2016). Sejarah Doloksanggul dan Perkembangannya Sebagai Ibukota Kabupaten
Humbang Hasundutan (2003-2010). PERSPEKTIF, 6 (2): 45-52

*Corresponding author: ISSN 2085-0328 (Print)


E-mail: Lamtangon12 @gmail.com ISSN 2684-9305 (Online)

45
Lamtagon Aryanto Sigalingging, Sejarah Doloksanggul dan Perkembangannya Sebagai Ibukota

PENDAHULUAN cukup tertinggal baik dari segi ekonomi dan


Doloksanggul adalah wilayah yang juga dari segi pemerintahannya, karena pada
berada pada kelembaban rendah, karena masa itu mayoritas penduduknya
berada di kawasan dataran tinggi. Di daerah berpenghasilan dari bertani. Maka seiring
ini suhu udara cukup dingin, dalam kata lain dengan dikeluarkannya Undang-undang No.22
daerah ini termasuk salah satu daerah yang tahun 1999 yaitu yang berisi tentang otonomi
bercuaca paling dingin di Sumatera Utara. daerah dalam artian daerah itu yang
Sacara administrasi Doloksanggul berbatasan mengurusi daerahnya sendiri bagi setiap
dengan: 1) Sebelah timur: Kecamatan Lintong daerah di Indonesia. Dengan dikeluarkannya
Nihuta; 2) Sebelah barat: Kecamatan Onan otonomi daerah ini menjadi acuan bagi
Ganjang; 3) Sebelah selatan: Kecamatan Humbang Hasundutan untuk memekarkan diri
sebagai Kabupaten baru. Dan pada tanggal 28
Parmonangan; 4) Sebelah utara: Kecamatan
Juli 2003 menjadi hari resminya Humbang
Pollung
Hasundutan ini menjadi sebagai Kabupaten
Sejarah singkat nama Doloksanggul yaitu
dan beribukota di Doloksanggul.
berasal dari suatu kegiatan masyarakat yang
Sebagai ibukota Kabupaten Humbang
menghuni daerah ini. Kegiatan itu berupa
Hasundutan, Doloksanggul berkembang
suatu pesta (ulaon), yang mana pesta itu
dengan pesat dan menjadi pusat aktivitas dari
diselenggarakan di suatu daerah yang cukup
masyarakat, seperti pusat jalur transportasi,
jauh, bila ditempuh dengan jalan kaki
pusat perdagangan (perekonomian) dan juga
memerlukan waktu setengah hari untuk dapat
pusat dari pemerintahan. Padahal bila ditinjau
menempuhnya, dan jalan yang ditempuh harus
dari segi luas wilayah, Doloksanggul bukanlah
melalui Doloksanggul. Pada umumnya dalam
daerah yang terluas wilayahnya dibanding
adat Batak toba, dimana di daerah ini
Kecamatan lainnya, hanya berada di urutan
mayoritas dihuni oleh etnis batak toba, kaum
keempat dari 10 (sepuluh) Kecamatan yang
ibu harus mengenakan kebaya dan memakai
ada di Kabupaten ini. Kesepuluh Kecamatan itu
sanggul (konde) untuk menghadiri suatu pesta
adalah Kecamatan Parlilitan, Pakkat,
(ulaon). Hal itu juga sudah dilakukan oleh ibu-
Tarabintang, Doloksanggul, Pollung, Onan
ibu pada masa itu. Ketika mereka menempuh
Ganjang, Sijamapolang, Lintong Nihuta,
perjalanan menuju pesta itu, mereka kelelahan
Paranginan dan Kecamatan Bakti Raja.
dan beristirahat di daerah Doloksanggul dan
Doloksanggul hanya mempunyai luas wilayah
mencopot sanggul tersebut untuk sementara.
seluas 211,50 Km2, atau hanya 9.06% dari luas
Sesampainya di pesta mereka menyadari
wilayah Kabupaten yang luasnya 2335,33 Km2.
bahwa sanggul mereka ketinggalan di tempat
(BPS Humbang Hasundutan dalam Angka
peristirahatannya.
2003).
Setelah pesta usai mereka kembali
Doloksanggul resmi menjadi Ibukota
dengan melewati jalan yang sama, tetapi
Kabupaten Humbang Hasundutan pada tahun
sanggul yang ketinggalan tadi sudah tidak ada
2003. Setelah menjadi ibukota Kabupaten
lagi di tempat. Di saat itulah mereka
perkembangan Doloksanggul sangat signifikan
memandang (manatap) dari bukit (dolok)
dan menunjukkan karakteristik menjadi suatu
kediaman mereka, bahwa tempat itu sangat
kota, hal ini ditandai dari segi fisik dan
indah, lama-kelamaan mereka menyukai
nonfisiknya. Dimana dari semenjak menjadi
tempat itu dan membuka lahan pertanian di
ibukota Kabupaten (2003) sampai sekarang
tempat tersebut. Sehingga dapat diartikan
perkembangannya dapat dilihat dari
bahwa bukit adalah dolok dan sanggul berasal
banyaknya bangunan-bangunan besar,
dari sanggul ibu-ibu yang ketinggalan dan
gedung-gedung yang rapat dan juga didukung
hilang, lalu mereka menamainya
dengan laju pertumbuhan penduduknya yang
DOLOKSANGGUL.
dari tahun ke tahun semakin padat.
Doloksanggul adalah ibukota Kabupaten
Berdasarkan latar belakang diatas maka
Humbang Hasundutan. Humbang Hasundutan
penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dulunya bagian dari daerah Kabupaten
dengan judul “Sejarah Doloksanggul dan
Tapanuli Utara. Selama menjadi bagian dari
Perkembangannya Sebagai Ibukota Kabupaten
Kabupaten Tapanuli Utara, daerah Humbang
Humbang Hasundutan (2003-2010)”.
ini merupakan salah satu daerah yang masih

46
PERSPEKTIF, 8 (2) (2019): 45-52

METODE PENELITIAN kepustakaan tertulis atau dokumen-dokumen


Metode penelitian merupakan gambaran dan foto dari objek penelitian.
secara metodologi tentang cara-cara yang Teknik analisa data yang dipakai dalam
digunakan dalam suatu penelitian. Jenis penelitian ini adalah teknik analisa data
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini kualitatif yang dinyatakan dalam bentuk
adalah penelitian lapangan (field research) uraian atau kalimat yakni dengan
dengan pendekatan deskriptif kualitatif, membandingkan antara kajian teoritis dengan
dimana sumber data yang diperoleh dari data penelitian lapangan. Untuk melakukan
lapangan berhubungan dengan permasalahan analisa data dilakukan beberapa tahap,
penelitian. diantaranya: Tahap pertama, membuat daftar
Penelitian lapangan yaitu kegiatan pertanyaan (interview guide) dan daftar
penelitian yang dilakukan di lingkungan observasi (observation guide); Tahap kedua,
masyarakat tertentu, baik di lembaga-lembaga melakukan wawancara dan observasi; Tahap
dan organisasi-organisasi kemasyarakatan ketiga, menginterprestasi data berdasarkan
(sosial) maupun lembaga-lembaga data primer dan didukung oleh data sekunder
pemerintahan. Sedangkan metode diskriptif (mencocokkan data-data di lapangan dengan
kualitatif adalah usaha mendiskripsikan atau
literatur yang ada); Tahap keempat,
menggambarkan atau melukiskan fenomena
menyimpulkan data dan menuangkannya ke
atau suatu keadaan atau peristiwa yang
sedang dikaji untuk ditemukan jawabannya dalam bab pembahasan.
dengan sistematis, faktual dan akurat. Untuk
memperkuat literatur dilakukan studi pustaka HASIL DAN PEMBAHASAN
(library research) dengan mengumpulkan Latar belakang Kota Doloksanggul Sebagai
literatur maupun referensi yang berkaitan Ibukota Kabupaten Humbang Hasundutan
langsung dengan penelitian. Tapanuli Utara sebagai Kabupaten induk
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari Humbang Hasundutan terbentuk
dari 2 (dua) macam yaitu: 1) Data Primer, berdasarkan Undang Undang Darurat Nomor 7
Data primer adalah sumber data yang Tahun 1956 tentang pembentukan daerah
diperoleh secara langsung dari penelitian ini, otonom kabupaten-kabupaten dalam
yakni berupa hasil wawancara yang dilakukan lingkungan Propinsi Sumatera Utara. Pada
dengan tokoh-tokoh masyarakat yang masa pemerintahan penjajahan Belanda, salah
mengetahui mengenai perkembangan satu afdeling di wilayah Keresidenan Tapanuli
Doloksanggul dan berupa dokumen maupun adalah Afdeling Bataklanden dengan ibukota
arsip yang berhubungan langsung dengan Tarutung terdiri atas lima onder afdeling.
penelitian ini; 2) Data Sekunder, Data Setelah kemerdekaan tepatnya tahun 1947
sekunder adalah data yang dapat diperoleh Kabupaten Tanah Batak menjadi 4 (empat)
dari keterangan-keterangan yang didapatkan kabupaten yaitu: 1) Kabupaten Silindung
dari literatur-literatur berupa buku, jurnal ibukotanya Tarutung; 2) Kabupaten
ilmiah dan juga artikel-artikel yang beredar di Humbang ibukotanya Dolok Sanggul; 3)
situs internet yang berkaitan dengan masalah Kabupaten Toba Samosir ibukotanya Balige;
di dalam penelitian ini. 4) Kabupaten Dairi ibukotanya Sidikalang.
Untuk mengumpulkan data-data yang Pada Tahun 1950 keempat Kabupaten
dibutuhkan dalam penelitian ini, maka peneliti ini dilebur menjadi Kabupaten Tapanuli Utara,
memilih 3 (tiga) metode, diantaranya: Metode seiring dengan terbentuknya Kabupaten
wawancara yaitu melakukan interview Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, dan
dengan orang-orang yang dapat memberikan Kabupaten Nias. Keadaan ini bertahan hingga
masukan dan informasi maupun data-data tahun 1964, karena pada saat itu Tapanuli
tentang perkembangan Doloksanggul. Utara dimekarkan dengan terpisahnya Dairi
Observasi yakni pengamatan yang dilakukan menjadi Kabupaten berdasarkan Undang-
di seluruh kawasan Doloksanggul dan undang Nomor 15 Tahun 1964 dan
Dokumentasi yakni pengumpulan data-data selanjutnya berdasarkan Undang-undang
atau informasi yang bersumber dari Nomor 12 Tahun 1998 terbentuknya
Kabupaten Toba Samosir. Kenyataan

47
Lamtagon Aryanto Sigalingging, Sejarah Doloksanggul dan Perkembangannya Sebagai Ibukota

menunjukan bahwa kedua daerah tersebut Negeri RI sekaligus melantik Penjabat Bupati
mengalami perkembangan dalam Drs. Manatap Simanungkalit di
meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Kantor Gubernur Sumatera Utara, Medan. (BPS
Berdasarkan faktor sejarah dan keinginan Humbang Hasundutan Dalam Angka 2003).
untuk semakin cepat pembangunan dengan Kabupaten Humbang Hasundutan
pelayanan yang semakin dekat kepada diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri RI pada
masyarakat maka harapan yang terkandung tanggal 28 Juli 2003 menurut UU No.9 tahun
selama ini mengkristal menjadi usul 2003, sekaligus melantik Penjabat Bupati Drs.
pembentukan Kabupaten Humbang Manatap Simanungkalit di Kantor Gubernur
Hasundutan melalui terbentuknya Panitia Sumatera Utara, Medan. Maka Kabupaten
Pembentukan Kabupaten Humbang Humbang Hasundutan untuk memulai
Hasundutan Terbitnya Undang-undang Nomor pemerintahannya harus mempunyai suatu
22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah kota administrasi sebagai pusat pemerintahan
yang dilengkapi dengan Peraturan Pemerintah yang akan dijadikan sebagai ibukota
Nomor 129 Tahun 2000 tentang Persyaratan Kabupaten, maka dipilihlah Doloksanggul
Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, sebagai ibukotanya karena Kecamatan
Penghapusan dan Penggabungan Daerah, Doloksanggul memiliki standart minimal
menjadi peluang munculnya wacana perlunya untuk dijadikan ibukota Kabupaten
usul pemekaran melalui pembentukan dibandingkan Kecamatan lainnya. Dalam
Kabupaten. undang-undang pembentukan Kabupaten
Berbekal keinginan untuk mendambakan Humbang Hasundutan (Undang undang RI No.
peningkatan kesejahteraan masyarakat, 9 Tahun 2003) juga ditegaskan bahwa Ibukota
peluang tersebut dimanfaatkan secara tepat Kabupaten Humbang Hasundutan adalah Kota
oleh masyarakat di wilayah Humbang Doloksanggul. Berkaitan dengan kebijakan
Hasundutan melalui Panitia Pembentukan tersebut maka perlu adanya tindak lanjut
Kabupaten Humbang Hasundutan. Ternyata berupa upaya penyiapan Kota Doloksanggul
sejalan dengan tuntutan kemajuan jaman menjadi sebuah ibukota Kabupaten terutama
mampu menumbuhkan aspirasi masyarakat berkaitan dengan pengembangan kawasan
untuk mengusulkan Pemekaran Kabupaten perkotaan dimasa datang. Dimasa mendatang
Tapanuli Utara melalui usul pembentukan Kota Doloksanggul diperkirakan akan terus
Kabupaten Humbang Hasundutan. Aspirasi mengalami perkembangan akibat beban yang
murni masyarakat tersebut disambut dan harus diemban. Selama ini Kota Doloksanggul
difasilitasi oleh pemerintah Kabupaten hanya berperan sebagai Ibukota Kecamatan.
Tapartuli Utara, serta dukungan DPRD Dengan ditetapkannya Kota Doloksanggul
Kabupaten Tapanuli Utara, yang kemudian sebagai Ibukota Kabupaten maka secara
memperoleh dukungan Gubernur Sumatera otomatis sarana dan prasarana yang harus
Utara dan DPRD Provinsi Sumatera Utara. dipersiapkan di Kota Doloksanggul akan
Pemerintah Pusat sangat responsif semakin besar pula.
terhadap aspirasi ini karena dalam waktu
relatif singkat Tim Terpadu Depdagri, DPOD Kondisi dan Perkembangan Doloksanggul
dan Komisi II DPR-RI melakukan kunjungan Tahun 2003-2007
dan pertemuan dengan masyarakat se-wilayah
Humbang Hasundutan tanggal 5 September Setelah Doloksanggul menjadi ibukota
2002 sebagai lanjutan kunjugan Komisi II DPR- Kabupaten Humbang Hasundutan sekaligus
RI tanggal 29 Juli 2002. Sebagai tindak ibukota Kecamatan, Doloksanggul mengalami
lanjutnya maka usul pemekaran ini mendapat perkembangan yang cukup pesat. Hal ini bisa
pembahasan pada Sidang Paripurna DPR-RI kita lihat dari perkembangan pesatnya sarana
yang pada puncaknya melahirkan Uudang- dan prasana di Doloksanggul sebagai kota dan
undang Nomor 9 Tahun 2003 tentang ibukota sebuah Kabupaten. Perkembangan
Pembentukan Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Doloksanggul dapat dilihat dalam tahap
Bharat dan Kabupaten Humbang Hasundutan pertama (2003-2007) yang meliputi:
di Provinsi Sumatera Utara. Pada hari Senin Setelah Doloksanggul menjadi ibukota
tanggal 28 Juli 2003 Kabupaten Humbang pemerintahan Humbang Hasundutan jumlah
Hasundutan diresmikan oleh Menteri Dalam penduduk di Doloksanggul pada awalnya

48
PERSPEKTIF, 8 (2) (2019): 45-52

memiliki populasi yang cukup banyak. Karena kesehatan di Doloksanggul diikuti juga dengan
polulasinya penduduk yang cukup banyak ini, meningkatnya jumlah calon pasien yang
sehingga mendorong Doloksanggul untuk berobat ke rumah sakit dan pusat kesehatan
berkembang dan membenahi dirinya untuk lainya, karena itu jumlah sarana kesehatan
lebih lengkap juga untuk mewujudkan terus disesuaikan dengan kebutuhan akan
tersedianya kemudahan dalam sarana dan pusat-pusat kesehatan sehingga penduduk
prasana sebuah perkotaan disamping sebagai yang ingin berobat dapat dilayani seluruhnya.
sebuah ibukota Kabupaten. Penduduk 4. Perkembangan dalam bidang
Doloksanggul bukan saja dari kota tersebut transportasi
tersebut tetapi berasal dari luar kota Pada saat Doloksanggul menjadi ibukota
Doloksanggul juga yang ingin mencari sebuah Kabupaten, sarana transportasi sudah
penghidupan di kota tersebut, sehingga jumlah dengan mudah didapat, seperti sepeda motor,
penduduk terus bertambah bukan dari angka bus-bus maupun angkutan umum yang sudah
kelahiran tapi juga dari pendatang-pendatang. cukup ramai. Angkutan umum serta angkutan
Jumlah penduduk mengalami pribadi sudah hilir mudik dari kota
pertambahan sehingga mendorong terjadinya Doloksanggul atau melintasi kota ini. Sarana
perkembangan, hal ini selaras dengan tranportasi ini digunakan untuk
peningkatan sarana dan prasarana kota memperlancar kegiatan sehari-hari dan juda
Doloksanggul yaitu seperti sarana dan mempermudah menuju ibukota Kabupaten
prasarana pendidikan, kesehatan dan atau propinsi. Hal ini juga yang mendorong
tranportasi. Doloksanggul cepat berkembang. Pada saat ini
Pada awal Doloksanggul menjadi ibukota sarana jalan sudah cukup memadai yang
pemerintahan Humbang Hasundutan sarana dilalui kendaraan roda empat dan juga roda
pendidikan di Doloksanggul sudah mulai yang cukup ramai, sehingga hampir 24 jam
lengkap terdiri dari tingkatan SD sampai SMA, selalu dilalui oleh kendaraan bermotor. Faktor
jumlahnya dari pada sekolah-sekolah itu sudah yang mendorong bertambahnya sarana
cukup memadai. Siswa-siswa dari sekolah transportasi khususnya angkutan umum
tersebut bukan hanya berasal dari adalah bertambahnya jumlah penduduk. Hal
Doloksanggul saja tetapi berasal dari luar kota ini bisa kita lihat bahwa mobil bus dan sepeda
Doloksanggul juga dan jumlah dari pada siswa- motor yang mengalami perkembangan pada
siswa sekolah tersebut terus bertambah, tahun 2007.
sehingga pembangunan sekolah-sekolah juga Jumlah sarana tranportasi mengalami
terus dilakukan. perkembangan, hal ini dapat dilihat dari
Jumlah sarana pendidikan mengalami pertambahan sarana transportasi di akhir
perkembangan, hal ini dapat dilihat dari tahun 2007. Perubahan pertambahan jumlah
pertambahan sarana sekolah. Perubahan sarana tranportasi di Doloksanggul didukung
jumlah sarana pendidikan di Doloksanggul juga dengan meningkatnya jumlah penduduk,
diikuti juga dengan meningkatnya jumlah kemudian disesuaikan dengan kebutuhan akan
siswa yang ingin bersekolah, karena itu jumlah angkutan umum, sehingga penduduk yang
sarana pendidikan disesuaikan dengan jumlah ingin melakukan mobilitas dapat dilayani
siswa sehingga anak-anak yang ingin seluruhnya.
bersekolah dapat tertampung seluruhnya. Agar mobilitas penduduk dapat berjalan
Pada awal Doloksanggul menjadi ibukota lancar, maka yang dibutuhkan sarana
pemerintahan Humbang Hasundutan, sarana tranportasi yaitu angkutan umum maupun
bidang kesehatan di Doloksanggul sudah pribadi dan juga prasarana tranportasi yaitu
terdapat rumah sakit dan sarana kesehatan jalan. Jalan merupakan prasarana
lainnya antara lain puskesmas, pustu dan pengangkutan darat yang penting untuk
posyandu. Dengan sudah adanya memperlancar dan mendorong kegiatan
pembangunan rumah sakit dan sarana perekonomian. Makin meningkatnya
kesehatan lainnya, sehingga masyarakat tidak pembangunan dan perekonomian disertai
mengalami kesulitan dalam konsultasi dan tuntutan zaman, maka diperlukan peningkatan
perawatan kesehatan. pembangunan jalan untuk memudahkan atau
Jumlah sarana kesehatan mengalami memperlancar lalu lintas dalam pengankutan
perkembanga. Perubahan jumlah sarana barang maupun manusia dari daerah ke
49
Lamtagon Aryanto Sigalingging, Sejarah Doloksanggul dan Perkembangannya Sebagai Ibukota

daerah lain serta mempercepat akomodasi Sarana bidang kesehatan di Dolosanggul


bagi daerah-daerah yang terisolisir. sudah lengkap, hal ini dapat dilihat dari sudah
Jumlah prasarana tranportasi tidak adanya rumah sakit dan sarana kesehatan
mengalami perubahan atau pertambahan, hal lainnya antara lain puskesmas, pustu dan
ini dapat dilihat dari tabel prasarana posyandu, sehingga penduduk kota
transportasi di akhir tahun 2007. Perubahan Doloksanggul dalam bidang kesehatan dapat
prasarana tranportasi di Doloksanggul yang terlayani dengan maksimal.
tidak mengalami perubahan disebabkan oleh Jumlah sarana kesehatan mengalami
konsentrasi pada perbaikan dan perluasan pertambahan, hal ini dapat dilihat dari
jalan lintas di Doloksanggul agar lebih baik, pertambahan sarana kesehatan yaitu
karena itu jumlah prasarana tranportasi terus posyandu. Perubahan jumlah sarana kesehatan
disesuaikan dengan kebutuhan akan mobilitas di Doloksanggul diikuti juga dengan
yang lebih baik. meningkatnya jumlah calon pasien yang
berobat ke rumah sakit dan pusat kesehatan
Kondisi dan Perkembangan Doloksanggul lainya, karena itu jumlah sarana kesehatan
tahun 2008-2010 harus terus disesuaikan dengan kebutuhan
akan pusat-pusat kesehatan sehingga
Perkembangan Jumlah penduduk di penduduk yang ingin berobat dapat dilayani
Doloksanggul pada awalnya memiliki populasi dengan maksimal.
yang cukup banyak, sehingga mendorong Sarana tranportasi berfungsi untuk
sarana dan prasarana untuk membenahi menunjang dan memudahkan lancarnya
dirinya menjadi lebih lengkap. Tersedianya akomodasi untuk kegiatan sehari-hari. Selain
kemudahan dalam sarana dan prasana sebuah itu juga untuk mempercepat menuju ibukota
perkotaan sebagai sebuah ibukota kabupaten Kabupaten atau propinsi. Pada saat ini sarana
dititikberatkan dengan jumlah penduduk yang jalan sudah cukup memadai yang dilalui oleh
terus bertambah. Pada tahun 2008 dan 2009 kendaraan roda empat dan kendaraan roda
jumlah penduduk di Doloksanggul sudah dua, hingga hampir 24 jam ini selalu ramai dan
mencapai 37.045 jiwa dan pada tahun 2010 lalulalang dilalui oleh kendaraan. Fasilitas
mengalami juga peningkatan yang signifikan. transportasi mengalami perkembangan yang
Jumlah penduduk mengalami pesat, yang bisa kita lihat dari jumlah
pertambahan sehingga mendorong kendaraan dan jenisnya.
pembangunan seperti sarana dan prasarana Jumlah sarana tranportasi mengalami
pendidikan, kesehatan dan tranportasi. perkembangan yang cukup pesat, hal ini dapat
Pada periode ini bidang pendidikan dilihat dari pertambahan sarana transportasi
sudah mulai berkembang yang terdiri dari di tahun 2008 masih berjumlah 718
tingkatan SD sampai SMA, jumlah sekolah- sementara di tahun 2009 dan tahun 2010
sekolah ini sudah bertambah tetapi kurang mengalami peningkatan, hingga berjumlah
memadai. Banyak siswa-siswa dari sekolah ribuan. Perubahan pertambahan jumlah
tersebut bukan hanya berasal dari luar kota sarana tranportasi di Doloksanggul didukung
Doloksanggul juga dan jumlah dari pada siswa- juga dengan meningkatnya jumlah penduduk,
siswa sekolah tersebut terus bertambah, karena itu jumlah sarana tranportasi terus
sehingga pembangunan sekolah-sekolah juga disesuaikan dengan kebutuhan akan angkutan
harus terus dilakukan. umum, sehingga penduduk yang ingin
Jumlah sarana pendidikan mengalami melakukan mobilitas dapat dilayani
pertambahan, hal ini dapat dilihat dari seluruhnya.
pertambahan sarana sekolah. Perubahan
jumlah sarana pendidikan di Doloksanggul
pada periode ini masih belum diikuti dengan Faktor-Faktor Penghambat Perkembangan
meningkatnya jumlah siswa yang ingin Kota Doloksanggul.
bersekolah, karena itu jumlah sarana Dalam bidang kependudukan salah satu
pendidikan harus disesuaikan dengan jumlah faktor penghambat pembangunan kota yaitu
siswa sehingga anak- anak yang ingin rendahnya kuantitas dan kualitas SDM,
bersekolah dapat tertampung seluruhnya. khususnya pada usia produktif yang dapat
menghambat pembangunan fisik. Rendahnya

50
PERSPEKTIF, 8 (2) (2019): 45-52

kualitas SDM, merupakan tantangan untuk Doloksanggul sendiri dalam bidang


tetap melibatkan masyarakat lokal dalam transportasi.
pengembangan kegiatan ekonomi perkotaan.
Selain itu belum maksimalnya perencanaan SIMPULAN
maupun pelaksanaan penyuluhan pemerintah Dimasa mendatang Kota
daerah untuk peningkatan produktifitas Doloksanggul diperkirakan akan terus
penduduk. mengalami perkembangan akibat beban
Masalah yang dihadapi dalam bidang yang harus diemban. Selama ini Kota
pendidikan, erat hubungannya dengan Doloksanggul hanya berperan sebagai
masalah sumber daya manusia. Dimana
Ibukota Kecamatan. Dengan ditetapkannya
mereka yang sudah berpendidikan tinggi
seperti S1 dan S2 banyak yang bekerja di luar
Kota Doloksanggul sebagai Ibukota
daerah atau propinsi. Hal ini dikarenakan Kabupaten, maka secara otomatis sarana
kurangnya lapangan pekerjaan dan mereka dan prasarana yang harus dipersiapkan di
juga menganggap tinggal di Doloksanggul Kota Doloksanggul akan semakin besar
kurang memberikan apa-apa, baik itu materi pula. Adapun faktor-faktor yang
maupun pengalaman. Meskipun begitu masih mendukung Kecamatan Doloksanggul
ada dari mereka yang mau bekerja yang sebagai ibukota Kabupaten Humbang
membangun Doloksanggul walaupun hanya Hasundutan, yaitu faktor letak geografis,
sedikit jumlahnya, selain itu keterbatasan fasilitas ekonomi (sektor industri,
fasilitas atau sarana dan prasarana pendidikan perdaganghan jasa, pertanian, peternakan,
yang ada di Doloksanggul seperti fasilitas
laju pertumbuhan ekonomi), prasarana
untuk perguruan tinggi belum ada. Sehingga
mendorong mereka keluar daerah untuk
umum (fasilitas pendidikan, kesehatan,
melanjutkan sekolah atau studinya ke jenjang peribadatan, perkantoran dan
yang lebih tinggi. pemerintahan, kondisi bangunan dan
Adapun faktor penghambat dalam lingkungan perumahan), fasilitas
bidang kesehatan yaitu belum terlaksananya transportasi dan utalitas kota.
secara maksimal akan penyuluhan kesehatan Perkembangan Kota Doloksanggul
kepada masyarakat Doloksanggul belum yang dibagi dalam dua periode yaitu
maksimal. Selain itu sarana kesehatan seperti periode pertama dari tahun 2003-2007
puskesmas masih perlu ditambah jumlahnya. dan periode kedua dari tahun 2008-2010,
Masalah yang dihadapi dalam bidang meliputi jumlah penduduk, bidang
transportasi ialah prasarana transportasi yaitu pendidikan, kesehatan dan bidang
jalan. Minim Jalan-jalan yang menghubungkan
transportasi. Selain faktor-faktor
kota Doloksanggul dengan kota-kota
disekitarnya seperti jalan yang pendukung perkembangan kota, ada juga
menghubungkan dengan Pakkat, Siborong- faktor-faktor penghambat, diantaranya
borong, Sidikalang masih banyak dalam kurangnya fasilitas dalam bidang jumlah
kondisi rusak. Kemudian pola jaringan jalan penduduk, bidang pendidikan, kesehatan
yang tidak terintegrasi tidak tertata dengan dan bidang transportasi.
baik. Untuk menunjang sarana perangkutan
yang ada pada kota Doloksanggul sekarang ini DAFTAR PUSTAKA
perlu dibangun terminal, mengingat Adsasmita, R. (2006). Pembangunan Pedesaan dan
perkembangan kota saat ini sudah mulai Perkotaan. Pustaha Graha Ilmu
Bintarto. (1993). Perkembangan dan Pertumbuhan
berkembang. Untuk sekarang ini terminal
Daerah.
tersebut belum ada, para pengendara masih Bintarto. (1997). Pengantar Geografi Kota:
memarkirkan kenderaan masing-masing Yogyakarta
secara sembarangan dan juga pada lokasi- Biro Pusat Statistik. (2003). Humbang Hasundutan
lokasi tertentu sehingga sering mengakibatkan Dalam Angka
kemacetan terutama pada pusat kota. Sehingga Biro Pusat Statistik. (2006). Kecamatan
tidak adanya terminal merupakan salah satu Doloksanggul Dalam Angka
faktor penghambat pembangunan Kota Biro Pusat Statistik. (2007). Kecamatan
Doloksanggul Dalam Angka

51
Lamtagon Aryanto Sigalingging, Sejarah Doloksanggul dan Perkembangannya Sebagai Ibukota

Biro Pusat Statistik. (2009). Kecamatan Kuntowijoyo. (2003). Metodologi Sejarah.


Doloksanggul Dalam Angka Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya
Biro Pusat Statistik. (2010). Kecamatan Kuntowijoyo. (2005). Pengantar Ilmu Sejarah.
Doloksanggul Dalam Angka Yogyakarta: Benteng Pustaka
Biro Pusat Statistik.. (2008). Kecamatan Menno, S dan Alwi, M. (1992). Antropologi
Doloksanggul Dalam Angka Perkotaan. Jakarta: Rajawali Press
Biro Pusat Statistik.. (2010). Humbang Hasundutan Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan.
Dalam Angka (2004). Profil dan Potensi Daerah
Castles, L. (2001). Kehidupan Politik Suatu Poedarminta. (1986). Perkembangan Desa Kota.
Keresidenan Di Sumatra: Tapanuli 1915- Yogyakarta: Rineka Cipta
1940. Jakarta: Kepustakaan Populer Poerwadarminta. W.J.S. (1983). Kamus Umum
Gramedia (KPG) Bahasa Indonesia. Pusat Pembinaan dan
Daldjoeni, N. (1985). Seluk Beluk Masyarakat Kota. Pengembangan Bahasa Debdikbud. Jakarta
Bandung: Penerbit Alumni Silaban, J. (2008). Terbentuknya Kabupaten
Fakultas ilmu Sosial. (2007). Buku Pedoman Humbang Hasundutan (Analisis Sejarah).
Penulisan Sikripsi Dan Proposal Penelitian. Sikripsi. Fis Unimed
http://beeingawinner.blogspot.com/2011/01/secu Suharsimi, A. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta:
il-cerita-dari-dolok-sanggul.html PT. Rineka Cipta
http://id.wikipedia.org/wiki/Dolok_Sanggul,_Hum Sujanto, A. (1985). Psikologi Perkembangan.
bang_Hasundutan Jakarta: Aksara Baru
http://my.opera.com/SupandiMarbun/blog/. Undang-Undang Republik Indonesia NO.22 Tahun
Hutagalung, W.M. (1991). Pustaha Batak. Tulus Jaya 1999. Himpunan Pengaturan Tentang
Koestoer (dkk). 2001. Dimensi Keruangan Kota. pemerintahan Daerah. Jakarta: Djambatan
Jakarta: UI Press www.humbanghasundutankab.go.id
Kuntowijoyo. (1994). Metodologi Sejarah. Yuswita, T. (2008). Pertumbuhan Dan
Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya Perkembangan Galang Kota dari Tahun 1920-
1980. Sikipsi. Fis Unimed.

52

Anda mungkin juga menyukai