EKONOMI PEMBANGUNAN
“Ketimpangan Pembangunan di D.I Yogyakarta”
Disusun:
YOGYAKARTA, 2020
Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkatnya dan
kehendakNya jugalah makalah sederhana ini dapat saya selesaikan tepat waktunya.
Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas UTS mata kuliah
Ekonomi Pembangunan . Adapun yang kami bahas dalam makalah sederhana ini mengenai “
Ketimpangan Pembangunan di D.I.Yogyakarta”.
Dalam penulisan makalah ini saya menemui berbagai hambatan yang dikarenakan
terbatasnya Ilmu Pengetahuan saya mengenai hal yang berkenan dengan penulisan makalah ini.
Dalam makalah ini saya sudah berusaha semaksimal mungkin.Tapi saya yakin makalah ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu saran dan juga kritik membangun agar lebih maju di masa
yang akan datng.
Harapan saya makalah ini dapat menjadi track record dan menjadi referensi bagi
kami dalam mengarungi masa depan.Kami juga berharap agar makalah ini dapat berguna bagi
orang lain yang membacanya.
Penulis
Daftar Isi
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Abstrak
Bab I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
Daftar Pustaka
Abstrak
Ketimpangan pembangunan terjadi di hampir seluruh daerah di Indonesia, salah satunya Daerah
Yogyakarta. Ketimpangan pembangunan di Daerah Yogyakarta termasuk kategori sedang.
Angka ketimpangan yang sedang merupakan dampak dari pembangunan yang massif. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui penyebab ketimpangan pembangunan, permasalahan
ketimpangan pembangunan dan cara menyelesaikan ketimpangan pembangunan di
D.I.Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik
Yogyakarta dan jurnal terkait ketimpangan pembangunan. Hasil penelitian ini diketahui bahwa
masalah ketimpangan pembangunan ada di bagian tata ruang dan sisi pengeluaran rumah tangga
penduduk Yogyakarta.
Kata Kunci : Ketimpangan pembangunan, tata ruang, dan pengeluaran rumah tangga
Development disparities occur in almost all regions in Indonesia, one of which is Yogyakarta.
Development inequality in the Yogyakarta area is medium. Medium inequality is the result of
massive development. This study aims to determine the causes of development inequality,
problems of development inequality and how to resolve development inequality in
D.I.Yogyakarta. This study uses secondary data from the Central Statistics Agency of
Yogyakarta province and journals related to development inequality. The result of this study
note that the problem of development inequality is in the spatial planning and household
expenditure side of the residents of Yogyakarta.
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui penyebab ketimpangan pembangunan di provinsi Yogyakarta?
2. Untuk mengetahui permasalahan ketimpangan pembangunan di provinsi Yogyakarta?
3. Untuk mengetahui cara menyelesaikan ketimpangan pembangunan di provinsi
Yogyakarta?
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut data dari BPS Yogyakarta, pada Maret 2019 angka Gini Ratio D.I.Yogyakarta sebesar
0,423 atau mengalami peningkatan dibandingkan September 2018 yang tercatat sebesar 0,422.
Angka ini jauh diatas angka Gini Ratio Nasional sebesar 0,382 atau mengalami penurunan
dibandingankan September 2018 yang mencapai 0,384. Angka Gini Ratio seperti itu di
D.I.Yogyakart disebabkan karena pembangunan yang massif. Perizinan pembangunan hotel dan
mall yang mudah untuk di dapatkan hanya menguntungkan masyarakat menengah ke atas
sementara masrakat kelas bawah tidak merasakan manfaatnya dan tetap berhemat. Padahal
pembangunan tersebut untuk lahan persawahan penduduk asli Yogyakarta tetapi diizinkan
pembangunan mall dan hotel oleh investor pendatang kelas menengah ke atas.
Petani yang makin terjepit kondisi ekonomi akhirnya terpaksa melepas lahannya untuk dijadikan
lahan properti. Pemerintah harus mengendalikan harga tanah dari permainan spekulan. Jika harga
properti yang mahal, sulit dijangkau warga Yogyakarta, terutama dari kelompok miskin. Tapi
lebih dinikmati oleh pendatang dari kelompok kaya. Instrumen pengendalian harga salah satunya
dengan memberikan denda yang tinggi bagi pemilik lahan sawah yang mengkonversi jadi
bangunan.
Wilayah DIY terbagi atas daerah yang bersifat perkotaan yang sebagian besar berada di
Yogyakarta bagian utara. Sedangkan wilayah yang sifatnya perdesaan ada di sisi barat, timur dan
selatan. Di mana wilayah tersebut sebagian besar masyarakatnya merupakan masyarakat agraris.
Oleh karena itu akan berbeda pengeluaran orang desa dengan yang tinggal di kota. Jadi yang
timpang adalah pengeluarannya.
Hal yang perlu dilakukan yakni pemerataan aktivitas pembangunan. Pembangunan infrastruktur
selama ini hanya terpusat di daerah perkotaan. Padahal DIY memiliki wilayah yang cukup luas
di beberapa kabupaten yang masih memungkinkan dikembangkannya infrastruktur maupun
fasilitas publik.
Berdasarkan data BPS DIY, tingkat konsumsi pada kelompok penduduk di perdesaan mengalami
penurunan.Tidak banyaknya infrastruktur yang berkembang di desa, membuat daya beli dan
konsumsi, atau pengeluaran masyarakat lebih rendah. Seharusnya fasilitas umum di desa lebih
bervariasi. Pembangunan infrastruktur ini diharapkan dapat memancing dan meningkatkan daya
beli masyarakat desa.
Mengajak perusahaan-perusahaan yang ada, yang memiliki program CSR untuk bisa sama-sama
membantu mengurangi ketimpangan sosial di Yogyakarta. Upaya optimalisasi pemanfaatan
program CSR perusahaan dilakukan dengan pembentukan kelompok-kelompok sasaran.
Tujuannya, agar bantuan CSR yang diberikan dapat terorganisir dengan baik, serta tepat sasaran,
sehingga sesuai dengan yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Penyelesain masalah tersebut kaitannya dengan teori pembangunan ekonomi menurut Sadono
Sukirno (1996:33) pembangunan ekonomi ialah usaha meningkatkan pendapatan perkapita
dengan jalan mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui penanaman
modal, penggunaan teknologi, penambahan pengetahuan, penningkatan ketrampilan,
penambahan kemampuan berorganisasi dan manajemen.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA