Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH LAMPU OPERASI

Nama : Farisadina Tyagita


NIM : P27838018029
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu ruang diantara berbagai ruang yang ada di rumah sakit yaitu ruang operasi.
Menurut definisinya, ruang operasi merupakan sebuah bentuk pelayanan rumah sakit yang
secara khusus berfungsi untuk memberikan layanan dan tindakan bedah secara efektif
maupun emergency dengan kondisi steril. Sebagai sarana bedah medis, tentu saja pada
saaat menjalankan fungsinya, ruangan ini dilengkapi dengan berbagai macam peralatan
baik umum maupun medis.
Alat-alat di ruang operasi cukup banyak, khususnya untuk alat kesehatan. Terdapat
berbagai macam peralatan medis yang memang secara khusus difungsikan di dalam
ruangan ini. Berdasarkan prosedur standar ruang operasi yang benar dari pemerintah,
adanya peralatan khusus ruang operasi ini menjadi syarat operasional yang harus dipenuhi
oleh rumah sakit dan klinik yang memiliki ruang operasi.
Jika kita merujuk pada pedoman teknis ruang operasi rumah sakit disebutkan, di dalam
ruang tersebut terdapat beberapa ruangan khusus yang memiliki fungsi tertentu. Salah satu
diantaranya yaitu ruang penyimpanan perlengkapan bedah yang berisi alat – alat bedah
yang digunakan pada saat proses operasi berlangsung.
Peralatan medis yang juga harus ada di ruang operasi rumah sakit yaitu lampu
operasi (operating lamp). Lampu ini biasanya tergantung di langit – langit dan tepat
berada di atas meja operasi. Fungsi lampu ini yaitu sebagai penerangan pada saat tim
dokter menjalankan tugasnya. Lampu operasi juga terdapat dua macam yaitu lampu
halogen dan LED. Keduanya memiliki kelebihan masing – masing dalam hal penggunaan.
Namun keduanya memiliki fungsi yang sama.

1.2 Batasan Masalah


Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui pengertian serta cara menggunakan
lampu operasi serta dapat mempraktikkanya.

1.3 Rumusan Masalah


Dalam penulisan makalah ini, rumusan masalah yang akan dikaji diantaranya :
1. Apa pengertian Lampu Operasi?
2. Bagaimana sistem pencahayaan pada Lampu Operasi?
3. Bagaimana prinsip kerja pada Lampu Operasi?

1.4 Tujuan
1.4.1 Mahasiswa dapat memahami apa itu lampu operasi
1.4.2 Mahasiswa dapat menganalisa kerusakan yang terjadi pada lampu operasi.
1.4.3 Mahasiswa dapat menentukan langkah - langkah yang harus diambil dalam
mengatasi kerusakan yang terjadi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Penggunaan Lampu Operasi


Dimulai pada pertengahan tahun 1850-an, kamar operasi dibangun menghadap arah
tenggara dengan jendela terdapat pada langit-langit untuk mendapatkan sinar matahari
alami sebanyak mungkin. Namun masalah terbesar pada saat pelaksanaan operasi adalah
ketergantungan terhadap pencahayaan dan apakah operasi tersebut dapat dilakukan pada
siang hari dan apakah kita dapat memperkirakan cuaca yang sedang terjadi.
Cahaya alami akan mudah terblokir oleh dokter, suster atau ahli medis lain yang
sedang melakukan operasi, pemasangan cermin di empat sudut pada langit-langit ruang
operasi untuk memantulkan sinar matahari tepat ke arah meja operasi hanya sedikit
meringankan masalah ini.
Upaya dilakukan dengan menggunakan kondensor optik dalam cahaya tidak langsung
untuk mengurangi pemanasan, tetapi hal itu tidak berhasil. Awalnya lampu listrik masuk
dalam ruang operasi di tahun 1880an masih memiliki beberapa masalah. Dengan kontrol
teknologi listrik, cahaya yang dipancarkan cenderung masih sedikit. Cahaya dari lampu
listrik masih bergerak dan menyebar dengan radiasi panas yang cukup besar. Light-
emitting diode (LED) sebagai sumber cahaya terbaru menghilangkan masalah radiasi
panas yang terjadi dan juga mengurangi kebutuhan energi.
Komisi Elektroteknik Internasional/International Electrotechnical Commission (IEC)
merilis dokumen yang berisikan persyaratan khusus untuk keselamatan dasar dan kinerja
utama dari luminer bedah dan luminer untuk diagnosis, di mana bertujuan untuk
membangun norma-norma dan pedoman karakteristik cahaya bedah dan pemeriksaan
dalam keselamatan dan keamanan bagi pasien serta menurunkan resiko ke tingkat yang
kecil ketika cahaya digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan.
Lampu operasi merupakan sebuah perangkat medis yang digunakan untuk membantu
tenaga medis selama prosedur pembedahan dengan menerangi area lokal atau rongga
pasien. Sebuah kombinasi dari lampu operasi biasa disebut dengan “Sistem lampu
operasi”. Beberapa kualifikasi dasar untuk kelayakan lampu operasi adalah sebagai
berikut :
1. Cahaya homogen
Cahaya yang digunakan harus menggunakan pencahayaan yang baik pada
permukaan yang datar, sempit atau jauh di dalam rongga, di mana hal ini akan
memudahkan dalam proses operasi. Meskipun hal ini tidak ada kendala serius yang
terjadi, biasanya kendala yang ada adalah cahaya terhalang oleh kepala atau tangan
ahli medis yang sedang bertugas.
2. Lux
Penerangan sentral yang digunakan harus berada di antara 160.000 dan 40.000
lux. Lux merupakan satuan untuk menyatakan jumlah cahaya yang tampak di mana
diukur dengan suatu alat yang bernama luxmeter pada titik tertentu.
3. Diameter bidang cahaya
Diameter bidang cahaya pada sekitar pusat cahaya berakhir di mana
pencahayaan mencapai 10% dari Ec, ini biasanya diketahui dengan diameter bidang
cahaya D10. Diameter bidang cahaya pada sekitar pusat cahaya berakhir di mana
pencahayaan mencapai 50% Ec, ini disebut dengan diameter bidang cahaya D10. Nilai
yang dilaporkan adalah rata-rata dari empat penampang yang berbeda dari pusat
cahaya. Diameter D50 minimal harus 50% dari D10.
4. Penampakan warna
Pada saat membedakan jaringan warna dalam rongga yang benar, indeks
rendering warna (Ra) harus antara 85 dan 100.
5. Kemungkinan cadangan
Ketika terjadi gangguan dari sumber daya listrik, cahaya harus dikembalikan
dalam waktu 5 detik dengan intensitas lux sebelumnya setidaknya 50%, akan tetapi
tidak kurang dari 40.000 lux. Dalam waktu 40 detik cahaya harus benar-benar
dikembalikan dalam kecerahan aslinya.
Setiap rumah sakit yang memiliki ruang operasi wajib memiliki sistem lampu operasi
di dalamnya. Lampu ini akan memudahkan ahli bedah dalam melakukan operasi. Di masa
ini lampu operasi merek apapun memiliki komponen yang sama. Komponen-komponen
yang biasanya terdapat pada lampu operasi yaitu antara lain:
1. Tempat untuk memasang bola lampu atau disebut dengan cup lampu.
2. Tangkai untuk menompang lampu.
3. Reflektor, yang berfungsi untuk merefleksikan cahaya dari bola lampu yang terpasang.
4. Dimmer, berfungsi untuk mengatur kekuatan cahaya untuk memperoleh tingkat
cahaya yang tepat.
5. Pengaturan fokus, yang berfungsi untuk memfokuskan cahaya pada satu area tertentu.
Biasanya komponen ini banyak dipergunakan untuk lampu operasi portable. Yang
paling penting dari semua itu adalah adanya trafo untuk mengatur tegangan listrik
yang akan dipergunakan, di mana biasanya tegangan yang diperlukan sebesar 24 volt.
Dan yang tidak kalah penting adalah adanya saklar yang dipergunakan untuk
menyalakan lampu operasi.

2.2 Sistem Pencahayaan


2.2.1 Pencahayaan Umum.
Bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit harus mempunyai pencahayaan alami
dan/atau pencahayaan buatan, termasuk pencahayaan darurat sesuai dengan
fungsinya. Ruang fasilitas/akomodasi petugas dan ruang pemulihan sebaiknya
dibuat untuk memungkinkan penetrasi cahaya siang langsung/tidak langsung.
Pencahayaan buatan harus direncanakan berdasarkan tingkat iluminasi yang
dipersyaratkan sesuai fungsi ruang dalam bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit
dengan mempertimbangkan efisiensi, penghematan energi, dan penempatannya
tidak menimbulkan efek silau atau pantulan. Pencahayaan buatan yang digunakan
untuk pencahayaan darurat harus dipasang pada bangunan Ruang Operasi Rumah
Sakit dengan fungsi tertentu, serta dapat bekerja secara otomatis dan mempunyai
tingkat pencahayaan yang cukup untuk evakuasi yang aman. Semua sistem
pecahayaan buatan, kecuali yang diperlukan untuk pencahayaan darurat, harus
dilengkapi dengan pengendali manual, dan/atau otomatis, serta ditempatkan pada
tempat yang mudah dibaca dan dicapai, oleh pengguna ruang. Pencahayaan umum
disediakan dengan lampu yang dipasang di langit-langit. Disarankan pencahayaan
ruangan menggunakan lampu fluorecent, dengan pemasangan sistem lampu
recessed karena tidak mengumpulkan debu. Pencahayaan harus didistribusikan rata
dalam ruangan. Dokter anestesi harus mendapat cukup pencahayaan, sekurang-
kurangnya 200 footcandle (= 2.000 Lux), untuk melihat wajah pasiennya dengan
jelas.
Untuk mengurangi kelelahan mata (fatique), perbandingan intensitas
pencahayaan ruangan umum dan di ruang operasi, jangan sampai melebihi satu
dibanding lima, disarankan satu berbanding tiga.
Perbedaan intensitas pencahayaan ini harus dipertahankan di koridor, tempat
pembersihan dan di ruangannya sendiri, sehingga dokter bedah menjadi terbiasa
dengan pencahayaan tersebut sebelum masuk ke dalam daerah steril. Warna-warni
cahaya harus konsisten.
2.2.2 Pencahayaan tempat operasi/bedah.
Pencahayaan tempat operasi/bedah tergantung dari kualitas pencahayaan dari
sumber sinar lampu operasi/bedah yang menggantung (overhead) dan refleksi dari
tirai. Cahaya atau penyinaran haruslah sedemikian sehingga kondisi patologis bisa
dikenal. Lampu operasi/bedah yang menggantung (overhead), haruslah :
Membangkitkan cahaya yang intensif dengan rentang dari 10.000 Lux hingga
20.000 Lux yang disinarkan ke luka pemotongan tanpa permukaan pemotongan
menjadi silau. Harus memberikan kontras terhadap kedalaman dan hubungan
struktur anatomis. Lampu sebaiknya dilengkapi dengan kontrol intensitas. Dokter
bedah akan meminta cahaya agar lebih terang jika diperlukan. Lampu cadangan
harus tersedia. Menyediakan berkas cahaya yang memberikan pencahayaan
diametral (lingkaran) dan mempunyai fokus yang tepat untuk ukuran luka
pembedahan. Ini dilakukan dengan menyesuaikan tombol-tombol pengontrol yang
terpasang di armatur/fixture lampu. Hal terpenting adalah menghindari terjadinya
bagian yang gelap di daerah yang dibedah. Suatu fokus dengan ke dalaman 10
sampai 12 inci ( 25 sampai 30 cm) memberikan intensitas yang relatif sama pada
permukaan dan kedalaman luka potong. Untuk menghindari kesilauan, suatu
bagian berupa lingkaran dengan diameter 25 cm memberikan zona intensitas
maksimum sebesar 5 cm di tengah bagian dan dengan 1/5 (seperlima) intensitas
disekelilingnya.
Hilangkan bayangan. Sumber cahaya yang majemuk (banyak) atau reflektor
yang majemuk (banyak) mengurangi terjadinya bayangan. Pada beberapa unit
hubungannya tetap; yang lain mempunyai sumber sumber cahaya yang terpisah
yang bisa diatur untuk mengarahkan cahaya dari sudut pemusatan.
Pilihlah cahaya yang mendekati biru/putih (daylight). Kualitas cahaya dari
tissue yang normal diperoleh dengan energi spektral dari 1800 hingga 6500 Kelvin
(K). Disarankan menggunakan warna cahaya yang mendekati warna terang (putih)
dari langit tidak berawan di siang hari, dengan temperatur kurang lebih 5000 K.
Kedudukan lampu operasi/bedah harus bisa diatur menurut suatu posisi atau sudut.
Pergerakan ke bawah dibatasi sampai 1,5 m di atas lantai kalau dipergunakan bahan
anestesi mudah terbakar. Jika hanya dipergunakan bahan tidak mudah terbakar,
lampu bisa diturunkan seperti yang dikehendaki. Umumnya lampu operasi/bedah
digantung pada langit-langit dan armature/fixturenya bisa digerakka /digeser-geser.
Beberapa jenis lampu operasi/bedah mempunyai lampu ganda atau track ganda
dengan sumber pada tiap track .Lampu operasi direncanakan untuk dipergunakan
guna memperoleh intensitas cahaya yang cukup dan bayangan yang sekecil
mungkin pada luka pembedahan.
2.3 Prinsip Kerja
Cara kerja dari lampu operasi adalah merubah energy listrik menjadi cahaya oleh
LED.  Proses pembentukan cahaya pada LED yaitu mengubah elektron menjadi foton.
Elektron yang dialiri oleh sumber tegangan (FORWARD BIAS) akan mengalami medan
elektromagnetik hingga menimbulkan arus listrik. Arus listrik ini kemudian akan
meng”ON”kan dioda (LED) hingga foton dalam LED akan memancarkan energi dalam
bentuk cahaya LED ( Lizuka,  2008). Berikut gambaran mengenai prinsip kerja dari LED.
Dalam LED, dapat dipandang sebagai sebuah kristal. Kristal ini terdiri dari lubang (hole)
dan elektron (ion), setiap elektron akan mengisi lubang yang kosong dalam rekombinasi
ini disebabkan oleh hantaran arus listrik dari sumber tegangan (panjar maju). Ketika
elektron telah berekombinasi dengan lubang tadi, menyebabkan elektron terlepas dari
energi ikatnya. Rekombinasi ini menghasilkan energi yang terlepas dari elektron. Energi
yang terlepas inilah digunakan untuk memancarkan foton (rekombinasi radiaktif),
sebagaian lain digunakan untuk memanaskan partikel-partikel kristal (rekombinasi non-
radiaktif). Pancaran cahaya ini merupakan cahaya sebuah LED.

2.4 Bagian – Bagian Alat

1. Kabinet Lampu Operasi sebagai tempat meletakkan komponen lampu operasi


sekaligus sebagai tumpuan dari lengan lampu yang ditancapkan ke langit-langit kamar
operasi.
2. Lengan Lampu Operasi untuk mengarahkan dimana posisi head light sesuai yang
dibutuhkan. Ada 2  lengan yaitu tang bisa berputar 360 0(A) dan yang bergerak ke atas
dan bawah dengan membentuk sudut tertentu dimana porosnya ada di ujung lengan
yang bisa berputar 3600 tadi.
3. Modul Kontrol sebagai tempat untuk mengontrol seberapa besar intensitas dan suhu
yang diinginkan, berbentuk tombol-tombol.
4. Head Light sebagai tempat pemasangan modul-modul LED. Berbentuk seperti
mangkuk yang tebalik.
5. Lengan Penyangga Head Light sebagai poros head light agar bisa digerakan memutar
dengan sudut pancar yang diinginkan.
6. Modul LED berisi beberapa LED yang dirangkai menjadi 1 agar mempermudah dalam
disribusi daya serta pengaturan cahayanya. Setiap 1 modul led terdapat 5 LED.
Menggunakan LED khusus yang menghasilkan cahaya putih terang namun lembut.
7. LED komponen pengubah energy lisrtik menjadi cahaya.
8. Cup LED untuk mengarahkan cahaya LED agar semuanya terpantul ke bawah
9. Filter untuk mengurangi panas yang dihasilkan dari proses pengubahan energy listrik
menjadi cahaya.
10. Handle Pengatur Fokus untuk mengarahkan fokus cahaya lampu operasi.

2.5 Skema Rangkaian

1. AC 110/230 adalah sebagai sumber catu daya utama


2. Intensitas Regulator adalah sebagai pengatur tegangan yang akan megubah intensitas
cahaya yang akan dihasilkan oleh LED.
3. Trafo adalah sebagai penurun tegangan sesuai batas maksimal tegangan kerja LED.
4. Rectifier adalah sebagai penyearah arus dari arus AC menjadi DC. Karena LED
bekerja dengan tegangan DC.
5. LED1-LED6 adalah sebagai penghasil cahaya dengan prinsip mengubah energi listrik
menjadi cahaya.

Cara Kerja Dari Blok diagram Lampu Operasi adalah :


Dari sumber daya “AC110/230 V” tegangan akan diatur di “Intensitas Regulator”.
Disini tegangan diatur sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kebutuhan untuk
membuat perbedaan intensitas cahaya yang akan dihasilkan LED1-6,  setelah tegangan
diatur tegangan yang semula AC akan di searahkan menjadi DC oleh “Rectifier” karena
tegangan yang dibutuhkan LED1-6 adalah DC. Kemudian tegangan memberikan energy
untuk “LED1-6” bekerja sehingga menghasilkan cahaya. Besar kecilnya intensitas cahaya
yang dihasilakan LED1-6 tergantung dari besarnya tegangan yang dihasilakan oleh
intensitas regulator. Semakin besar tegangan intensitas cahaya yang dihasilkan semakin
kuat.

2.6 Pemeliharaan
Hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan lampu operasi secara berkala dan teratur
adalah sebagai berikut :
1. Kebersihan lampu operasi
2. Karena lampu operasi menggunakan mekanik berupa logam, pengaturan harus dengan
lembut jika tidak as dan poros akan cepat longgar dan aus.
3. Periksa pengatur focus penyinaran
4. Periksa kesetabilan posisi lampu operasi
5. Periksa intensitas regulator cahaya mulai minimum hingga maksimum sebelum
pengoperasian.
6. Saat pertama dioperasikan pengatur intensitas lampu operasi harus dalam keadaan
minimum, barulah diatur sesuai kebutuhan secara perlahan-lahan, karena LED sensitif
terhadap perubahan tegangan.
7. Kembalikan posisi lampu operasi ke posisi parkir setelah selesai dioperasikan

2.7 Kerusakan yang sering terjadi


 LED : Karena led adala komponen penghasil cahaya yang terus menerus dan selain itu
juga terdapat panas. Inilah yang sering membuat led cepat padam.
 TRAFO : merupakan komponen yang disipasi panasnya terbesar untuk itu trafo yang
sudah berumur lama sering terbakar karena tidak kuat lagi menehan panas yang
dihasilkan dari proses penurunan tegangan.
 Pengaturan Intensitas : Pengaturan yang terus menerus akan menyebabkan umur dari
pengatur intensitas (potensio) menjadi pendek karena mengalami keausan.

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Lampu operasi merupakan sebuah perangkat medis yang digunakan untuk membantu
tenaga medis selama prosedur pembedahan dengan menerangi area lokal atau rongga
pasien. Perawatan dalam lampu operasi secara berkala dan teratur adalah yang penting
walaupun itu hal yang sepele. Karena lampu operasi sangat penting dalam tindakan saat
operasi berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA

[1.] Nur, Baehaqi. 2018. “Standar Peralatan di Ruang Operasi Rumah Sakit dan Klinik”,
https://www.gloryamedica.com/alat-alat-di-ruang-operasi/
Diakses pada tanggal 24 April 2020

[2.] No Name. 2018. “Sekilas tentang Lampu Operasi”,


https://medx.co.id/sekilas-tentang-lampu-operasi/
Diakses pada tanggal 24 April 2020

[3.] No Name. 2014. “Definisi Kamar Operasi (Definisi,pembagian ruang, persyaratan,


konsep persiapan operasi)”,
https://antibodo.blogspot.com/2016/12/definisi-kamar-operasi.html
Diakses pada tanggal 24 April 2020

[4.] Ayni Arina Fauzi. 2014. “Makalah K3 dalam Ruang Operasi”,


https://www.academia.edu/32003764/MAKALAH_k3_dalam_ruang_operasi
Diakses pada tanggal 24 April 2020

[5.] Eris. “Lampu Operasi”,


https://fajarahmadfauzi.wordpress.com/2016/11/23/lampu-operasi/
Diakses pada tanggal 24 April 2020

[6.] No Name. 2020. “Syarat Lampu Operasi yang Baik”,


https://www.medicalogy.com/blog/syarat-lampu-operasi-yang-baik/
Diakses pada tanggal 24 April 2020

Anda mungkin juga menyukai