Anda di halaman 1dari 16

Critical Journal Review

DOSEN PEMBIMBING :

Dr. Rusydi Ananda M.Pd

DISUSUN

O
L
E
H

HALIMI

NIM : 0331193035

PROGRAM MAGISTER FAKULTAS ILMU TARBIYAH


DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2020
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT. Karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya saya dapat
menyelesaikan Tugas ini dengan tapat waktu. Saya memohon maaf apabila kepenulisan
dalam tugas saya masih jauh dari kata sempurna. Saya mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Dosen yang memberi arahan dalam mengerjakan tugas Critical Journal
Review dengan Judul jurnal pertama berjudul Efektivitas Penggunaan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (Tps) Untuk Meningkatkan
Kepercayaan Diri Dan Komunikasi Matematis Siswa Sman 9 Makassar, dan jurnal
kedua yang berjudul Tps Application Based On Mouse Mischief For Improving The
Ability To Solve Mathematics Problem For Senior High School Students In
Temanggung - Indonesia.
Saya berharap tugas ini dapat menambah wawasan kita mengenai materi yang
diangkat menjadi topik utama dalam tugas Critical Journal Review serta dapat menjadi
referensi yang bermanfaat bagi para pembaca. 
Dengan ini saya mempersembahkan tugas ini dengan penuh rasa terima kasih dan
harapan semoga tugas saya bermanfaat bagi penulis maupun pembaca. 

Medan, 02 Mei 2020

Halimi

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Jurnal 1
Judul Jurnal : Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share (Tps) Untuk Meningkatkan Kepercayaan
Diri Dan Komunikasi Matematis Siswa Sman 9 Makassar
Penulis : Reskiwati Salam Universitas Negeri Makassar
Penerbit : Jurnal Nalar Pendidikan
Indentitas : Volume 2, Nomor 2, Juli-Desember 2014
Kota : Makassar
ISSN : 2339-0794

Jurnal 2
Judul Jurnal : Tps Application Based On Mouse Mischief For Improving The
Ability To Solve Mathematics Problem For Senior High School
Students In Temanggung - Indonesia
Penulis : Dr. Rochmad and Endang Sugiharti, S.Si, M.Kom , Universitas
Semarang
Penerbit : International Journal of Education and Research
Indentitas : Vol. 3 No. 3 March 2015
Kota : Semarang
ISSN : 2201-6333 (Print) ISSN: 2201-6740 (Online)

3
1.2 Ringkasan Jurnal 1
pendahuluan
Definisi matematika sebagai bahasa, mengartikan bahwa matematika juga dapat
digunakan sebagai alat komunikasi. Komunikasi dalam matematika dapat melalui simbol,
tabel, grafik dan diagram untuk menjelaskan suatu gagasan [1]. Oleh karenanya untuk
dapat menggunakan matematika sebagai alat komunikasi, maka diperlukanlah kemampuan
berkomunikasi dalam bahasa matematika.
Pentingnya kemampuan komunikasi matematis bagi siswa menjadikan
kemampuan tersebut perlu ditumbuhkembangkan dalam setiap pembelajaran matematika,
tidak terkecuali pada pembelajaran matematika di Sekolah Menengah Atas (SMA).
Namun faktanya, kegiatan pembelajaran matematika di sekolah-sekolah sampai saat ini
belum memperlihatkan hasil yang memuaskan. Hal ini juga didukung oleh hasil survey
pengukuran dan penilaian oleh the Trends in International Mathematics and Science Study
(TIMSS) dan laporan evaluasi dari Program of International Student Assessment (PISA)
menunjukkan bahwa kemampuan matematis siswa masih berada pada tingkatan yang
rendah.
Model pembelajaran koperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang
menuntut siswa agar dapat berperan secara aktif pada sebuah kelompok dalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu, dalam penelitian ini ditetapkan model pembelajaran
koopertaif tipe Think Pair Share (TPS) yang menuntut adanya keaktifan siswa sebagai
upaya untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan kepercayaan diri siswa
dalam pembelajaran Matematika. Adapun dalam penelitian yang menggunakan model
pembelajaran koopertaif tipe Think Pair Share (TPS) ini diharapkan dapat memberikan
respon yang baik dan menunjukkan aktivitas yang lebih baik oleh siswa.
Berdasarkan yang telah diuraikan, penulis tertarik mengambil judul penelitian
“Pengaruh Pembelajaran Matematika Menggunakan Model Koperatif Tipe Think Pair
Share (TPS) Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis dan Kepercayaan Diri Siswa
Kelas XI SMAN 9 Makassar”

Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk menyelidiki
pengaruh penerapan pendekatan realistik setting kooperatif terhadap kemampuan
komunikasi matematika. Penelitian ini melibatkan 2 kelompok, yaitu satu kelompok

4
K: R O3 T2 O4

eksperimen dan satu kelompok kontrol (pembanding). Desain penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Pretest-Posttest Control Group Design.

Dalam desain ini, terdapat dua kelompok kelas yang dipilih secara random (R)
yaitu kelompok kelas pertama disebut kelas eksperimen yang diberikan pretest sebelum
siswa diberikan perlakuan. Perlakuan berupa pengajaran dengan menggunakan model
pembelajaran tipe Think Pair Share. Kelompok kelas kedua disebut kelompok
pembanding (kontrol) yang diberikan pretest sebelum siswa diajar dengan model
pembelajaran konvensional.
Adapun instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data terdiri dari tes
komunikasi matematis (pretest-postest), angket kepercayaan diri, lembar observasi
keterlaksanaan pembelajaran dan angket respon siswa.

Hasil Penelitian
Secara deskriptif diketahui bahwa nilai komunikasi matematika siswa kelas XI IPA 5
SMA Negeri 9 Makassar yang mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan model konvensional dengan rata-rata 85 dengan standar deviasi 5,264
berada pada kategori sangat tinggi interval 84-100.
Secara analisis inferensial, nilai komunikasi matematika siswa diperoleh nilai

peluang = 0,006 untuk = 0,05, maka secara statistik hipotesis H0 ditolak dan H1
diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan komunikasi
matematika siswa yang diajar dengan model kooperatif tipe TPS dengan model
konvensional.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka secara deskriptif dan inferensial terlihat
adanya perbedaan peningkatan nilai komunikasi matematika siswa kelas XI IPA 4 SMA
Negeri 9 Makassar yang mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif tipe TPS
dengan siswa kelas XI IPA 5 yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional.
Namun setelah diberikan perlakuan pada tiap kelas maka rata-rata nilai posttes kelas
eksperimen lebih tinggi daripada nilai posttes kelas kontrol yaitu 88 dan 85 yang keduanya
berada pada interval sangat tinggi.
Selain itu, secara deskriptif pula didapatkan skor kepercayaan diri siswa siswa kelas
XI IPA 4 SMA Negeri 9 Makassar yang mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif

5
tipe TPS bervariasi dengan nilai rata-rata 67 dengan standar deviasi 5,96 berada pada
kategori sedang. Secara deskriptif diketahui pula bahwa skor kepercayaan diri siswa kelas
XI IPA 5 SMA Negeri 9 Makassar yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan
model konvensional dengan rata-rata 64 dengan standar deviasi 8,3 berada pada kategori
sedang.

Secara analisis inferensial, skor kepercayaan diri siswa diperoleh nilai peluang

= 0,141 untuk = 0,05, maka secara statistik hipotesis H0 diterima dan H1 ditolak. Jadi
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan peningkatan skor kepercayaan diri
siswa yang diajar dengan model kooperatif tipe TPS dengan model konvensional.
Tepatnya, kepercayaan diri siswa tidak dapat dirubah dalam waktu singkat.
Kepercayaan diri adalah salah satu aspek psikologi yang membutuhkan waktu lama untuk
dirubah. Pada penelitian ini, hanya menggunakan enam pertemuan dimana enam
pertemuan itu belum cukup untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa.

Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa yang
diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS secara signifikan lebih
tinggi daripada peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa yang
diajarkan dengan model pembelajaran konvensional.
Sedangkat pada skor kepercayaan diri, tidak terjadi peningkatan skor kepercayaan
diri antara siswa yang diajar menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan
siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional.

2.3 Ringkasan Jurnal 2


Pendahuluan
Saat ini, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dalam matematika bagi
siswa adalah fokus dari ahli pendidikan di beberapa negara. Menurut Leong (2011),
"Pemecahan masalah adalah jantung dari kurikulum Singapura Matematika." Pemecahan
masalah juga tercermin dalam kurikulum yang diterapkan di Indonesia. Kurikulum
Matematika saat ini diterapkan di Indonesia mengatakan bahwa pemecahan masalah
merupakan fokus dalam matematika yang mencakup ditutup masalah dengan solusi
tunggal, membuka masalah dengan solusi tidak ada tunggal, dan masalah dengan
6
berbagai cara penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah,
maka perlu mengembangkan keterampilan untuk memahami masalah, membuat model
matematika, memecahkan masalah, dan menafsirkan solusinya.
Dari sekian banyak teknik yang baik belajar dan dapat dipilih, maka dalam kegiatan
kolaboratif antara dosen dari Universitas Negeri Semarang dengan guru Matematika di
SMA Negeri 1 Temanggung telah dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam
kegiatan CAR ini, salah satu teknik pembelajaran yang diharapkan untuk meningkatkan
kemampuan memecahkan masalah bagi siswa SHS adalah melalui penerapan belajar
teknik Think-Pair Share (TPS) berdasarkan penggunaan media interaktif. Salah satu
media interaktif adalah Tikus Mischief. media interaktif menggunakan program tikus
kenakalan adalah alat untuk membangun komunikasi antara siswa, guru, dan bahan ajar
lainnya yang dapat memungkinkan siswa untuk memberikan umpan balik.

1. Kemampuan untuk Memecahkan Masalah Matematika


Matematika adalah universal, termasuk dalam pemecahan masalah nya. Torner
(2007) menulis bahwa matematika bersifat universal: teorema yang teorema, di mana pun
mereka terbukti. Demikian pula, aspek kognisi manusia hampir secara universal: otak
manusia, memori, dan pemecahan masalah bekerja dalam banyak cara yang sama di
seluruh dunia.
Masalah dapat digunakan sebagai sarana untuk belajar keterampilan pemecahan
masalah. Ada empat kondisi masalah dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran yang
menekankan pada keterampilan pemecahan masalah. Keempat kondisi (1) prasyarat
bahan yang dibutuhkan untuk mengerjakan soal yang telah dijelaskan oleh guru; (2)
algoritma untuk memecahkan masalah belum diberikan kepada siswa; (3) solusi dari
masalah terjangkau oleh siswa; (4) siswa bersedia untuk menyelesaikan masalah. Hal ini
juga dikonfirmasi oleh Rigelman (2007) yang menulis bahwa: Kebiasaan pemecahan
masalah pikiran mempersiapkan individu untuk real masalah-Situasi yang membutuhkan
usaha dan pemikiran, kurang memiliki jelas Segera strategi atau solusi.

Penerapan Pembelajaran menggunakan Think Pair Share (TPS)


TPS merupakan salah satu jenis teknik pembelajaran kooperatif. Jika guru akan
menerapkan TPS maka langkah-langkah adalah sebagai berikut. (1) Guru membentuk
kelompok belajar yang terdiri dari 4 -5 siswa yang heterogen. (2) Guru memberikan

7
pertanyaan dengan karakteristik pemecahan masalah kepada siswa, masalah yang
algoritma ini tidak diketahui oleh para siswa. Siswa bekerja dalam kelompok. (3) Guru
meminta siswa secara individu untuk mencoba untuk memikirkan solusi dari pertanyaan
guru (tahap Think). (4) Setelah itu, guru meminta siswa untuk berpasangan (2 atau 3
siswa) dalam kelompok, dalam rangka untuk melanjutkan upaya untuk menemukan solusi
dari masalah (tahap Pair). (5) Selanjutnya, kedua pasangan dalam kelompok, berbagi
pendapat mereka (bersama dalam kelompok), diteruskan dengan berbagi di antara
kelompok, dipandu oleh guru.

Menggunakan Program Tikus Mischief


Penggunaan komputer dalam belajar dan mencari bahan ajar dari internet telah
mengubah cara pandang dan berpikir praktis dan efisien dalam masyarakat Indonesia
pada khususnya dan pendidikan pada umumnya. Siswa dan guru dihadapkan dengan
ambang pintu gerbang transisi, berbasis teknologi, dimana kecepatan pengiriman dan
menangkap informasi menjadi sangat penting dalam rangka memajukan pendidikan.
Penggunaan teknik yang tepat pembelajaran, metode, dan strategi yang optimal
didukung oleh media interaktif telah dikembangkan untuk meningkatkan motivasi siswa
dalam proses pembelajaran. Salah satu media interaktif adalah Tikus Mischief. media
interaktif menggunakan program kenakalan tikus sebagai alat untuk mengevaluasi
seberapa jauh pemahaman siswa tentang materi matematika untuk membangun proses
komunikasi antara siswa, pendidik, dan bahan pengajaran yang dapat memungkinkan
siswa untuk memberikan respon dan umpan balik. Melalui program Microsoft Mouse
Mischief memungkinkan guru untuk menciptakan dan beroperasi beberapa mouse yang
memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan layar tunggal (LCD), baik secara
individual maupun dalam tim, menggunakan mouse itu sendiri.
The Microsoft Mouse Mischief juga sering disebut sebagai program Tikus Mischief
dapat digunakan untuk membuat slide dari pertanyaan benar atau salah dan slide soal
pilihan ganda bagi siswa. Siswa dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan mengklik
jawaban yang benar menggunakan mouse mereka. Menjawab atau hasil juga bisa langsung
ditampilkan sehingga siswa segera mengetahui hasil / pekerjaannya.

8
Penerapan TPS Berdasarkan Program Mouse Mischief
Aplikasi TPS berbasis pada teknologi komputer banyak diadopsi oleh para ahli
pendidikan, misalnya, Slone dan Mitchell (2014) dan Othman (2012). Oleh karena itu,
penerapan TPS berdasarkan penggunaan program mouse Mischief untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika dianggap cocok. Alasannya
adalah sebagai berikut. (1) Pada saat siswa diberi tugas / masalah yang memecahkan
masalah, siswa diberi kesempatan untuk berpikir pertama secara individual, kemudian
berpasangan, dan diskusi dalam kelompok (berbagi dalam kelompok). (2) Siswa yang
lemah dapat dibantu oleh siswa yang baik, dan siswa cerdas dilatih untuk dapat
menyajikan / nya temuannya ke / teman-temannya. (3) Dengan menggunakan program
Tikus Mischief, guru dapat mengkondisikan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil di
mana masing-masing kelompok harus setuju pada jawaban yang benar dan mereka
mengedepankan cepat dibandingkan kelompok lain untuk menjawab pertanyaan yang ada
di layar.

Keuntungan dan Kerugian dari Program Mouse Mischief Dikombinasikan


dengan TPS keuntungan sebagai Alat Pendidikan untuk Meningkatkan
Kegiatan Belajar
a. Meningkatkan aktivitas siswa. Seorang siswa dapat berpartisipasi aktif dan sopan
dengan siswa lain, tidak hanya di meja mereka, tetapi juga dapat bekerja secara
bersamaan pada layar, baik individu yang dapat mendorong minat yang sehat dalam
berkompetisi secara individu maupun kelompok untuk memecahkan masalah /
pertanyaan yang dapat membantu siswa belajar berkolaborasi dengan siswa lain.
b. Untuk membantu guru menghubungkan siswa di kelas besar. Dalam sebuah kelas yang
memiliki rasio atau beberapa siswa, beberapa mouse dapat dikoordinasikan untuk
membantu guru untuk melibatkan setiap siswa dengan / mouse-nya masing-masing
sehingga dapat memberikan guru untuk mendapatkan umpan balik pada pemahaman
masing-masing siswa dari materi pelajaran matematika disajikan selama proses
pembelajaran.
c. Mouse kerusakan dapat memberikan siswa lebih banyak akses ke teknologi, bahkan
ketika sumber daya yang terbatas. Sebuah teknologi multipoint seperti mouse Mischief
memungkinkan kelompok besar siswa untuk mendapatkan komputer praktis dengan
menggunakan komputer yang ada di dalam kelas.

9
Kekurangan sebagai Alat Pendidikan untuk Meningkatkan Kegiatan Belajar
Berdasarkan pengamatan pada saat siswa menggunakan program Mouse Mischief,
kerugian yang telah dicatat adalah sebagai berikut.
a. Dalam pembelajaran awal siswa cenderung bermain-main kerusakan tikus. Oleh
karena itu, guru perlu mendisiplinkan kelas untuk kembali suasana belajar yang
kondusif.
b. Program Mouse Mischief perlu dilengkapi dengan kemampuan pelaporan untuk
menyoroti dan menilai mana siswa menjawab pertanyaan.
c. Selain itu, jika ada gangguan pada LCD atau kabel LCD kemudian menggunakan
Mouse Mischief dapat terganggu.

Dukungan Penelitian Relevan


Berdasarkan aktivitas CAR, hasil penelitian adalah sebagai berikut. (1) Penerapan
TPS berdasarkan penggunaan program Mouse Mischief diuji melalui CAR, bisa
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah matematika untuk siswa SMA. (2)
Penerapan TPS berdasarkan penggunaan program Mouse Mischief dapat meningkatkan
siswa SHS dalam kegiatan belajar.
Selain hasil di atas, teramati bahwa: (1) pada awal pembelajaran siswa cenderung
bermain-main kenakalan mouse, sehingga guru perlu mendisiplinkan kelas untuk kembali
suasana belajar yang kondusif; (2) menggunakan kenakalan tikus juga menjadi terganggu
ketika terjadi gangguan LCD termasuk gangguan kabel LCD; (3) kesopanan, disiplin
siswa, dan tanggung jawab untuk tugas-tugas untuk memecahkan masalah terjaga.

Kesimpulan
Penelitian dalam makalah ini, kita dapat menyimpulkan hal-hal berikut.
1) Penerapan TPS berdasarkan penggunaan program Mouse Mischief diuji melalui CAR,
bisa meningkatkan kemampuan untuk memecahkan masalah matematika untuk siswa
SHS.
2) Penerapan TPS berdasarkan penggunaan program Mouse Mischief dapat
meningkatkan siswa SHS dalam kegiatan belajar. Kegiatan yang disertai dengan
kesopanan, disiplin siswa, dan tanggung jawab untuk tugas-tugas untuk memecahkan
masalah terjaga.
Keuntungan dan kerugian dari penggunaan program Mouse Mischief dalam pembelajaran

10
matematika di SMA 1 Temanggung - Indonesia adalah:
Keuntungan, dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, membantu guru
menghubungkan siswa di kelas besar, sehingga memberikan guru untuk mendapatkan
umpan balik pada pemahaman masing-masing siswa dari materi pelajaran matematika
disajikan selama proses pembelajaran, dan teknologi multipoint seperti mouse Mischief
memungkinkan kelompok besar siswa untuk mendapatkan praktek komputer dengan
memanfaatkan komputer yang ada di dalam kelas.
Kerugian, Program Mouse Mischief perlu dilengkapi dengan kemampuan pelaporan
untuk menyoroti dan menilai mana siswa menjawab pertanyaan, selain jika ada gangguan
pada LCD atau kabel LCD kemudian menggunakan Mouse Mischief dapat terganggu.

Rekomendasi
Rekomendasi dapat diberikan berdasarkan makalah ini adalah sebagai berikut.
Perlu program pelatihan Mouse Mischief sebagai media interaktif pembelajaran bagi guru
dan siswa. Penerapan teknik pembelajaran TPS berdasarkan penggunaan dari program
Mouse Mischief sebagai media interaktif untuk belajar matematika dapat diterapkan
untuk kelas-kelas lain.

11
BAB III
PEMBAHASAN ANALISIS
3.1. Kritik Jurnal
Jurnal 1
Jurnal kesatu membahas tentang Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Share (Tps) Untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Dan
Komunikasi Matematis Siswa Sman 9 Makassar. Sama halnya dengan dengan jurnal
pertama, jurnal kedua juga cukup bagus terlihat dari dari hasil karya ilmiahnya penulis
yang bervolume 2. Pengalaman penulis kedua belum terlalu banyak berbeda dengan
penulis pertama. Dari sudut pandang reviewer masih ditemukan beberapa kekurangan
dalam penulisan ini guna membangun kualitas penulis agar lebih baik untuk hasil karya
selanjutnya mengurangi kekurangan dalam penulisan yang berikutnya. Pembahasan jurnal
kedua memiliki beberapa kekurangan. Hasil dari penelitian jurnal kedua menunjukkan
bahwa ada perbedaan peningkatan komunikasi matematika siswa yang diajar dengan
model kooperatif tipe TPS dengan model konvensional dan tidak terdapat perbedaan
peningkatan skor kepercayaan diri siswa yang diajar dengan model kooperatif tipe TPS
dengan model konvensional.
Pembahasan dalam jurnal tidak menjelaskan secara rinci indikator dari kemampuan
komunikasi siswa dan indikator kepercayaan siswa yang ingin diukur dari penelitian
tersebut. Sample yang digunakan dalam penelitian kurang akurat dikarenakan banyak
siswa yang merupakan anggota pengurus OSIS, sehingga kita bisa menimbulkan beberapa
kemungkinan yang terjadi dengan sample yang berbeda akan menghasilakn hasil nilai
penelitian yang mungkin sangat berbeda. Sehingga hasilnya akan terdapat perbedaan
peningkatan skor kepercayaan diri siswa yang diajar dengan model kooperatif tipe TPS
dengan model konvensional. Pembaca lebih merasa sulit untuk memahami hasil dari
penelitian tersebut karna hasil perhitungan tidak disajikan secara akurat di dalam jurnal.
Sehingga jika pembaca bukan dari kalangan pendidikan akan merasa bingung mana bukti
perhitungan dari penelitian tersebut. Penjelasan teori masih sangat kurang untuk
memperkuat landasan teori. Indikator yang akan dinilai dan istrument penelitian
kemampuan komunikasi dan kepercayaan diri siswa tidak dijabarkan dengan jelas.

12
Jurnal 2
Jurnal kedua membahas tentang “Tps Application Based On Mouse Mischief For
Improving The Ability To Solve Mathematics Problem For Senior High School Students
In Temanggung - Indonesia” yang artinya adalah Aplikasi TPS Berbasis Mouse Mischief
Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika Untuk Siswa SMA
Di Temanggung - Indonesia. Sama halnya dengan dengan jurnal pertama dan jurnal
kedua , jurnal ketiga ini juga cukup bagus terlihat dari dari hasil karya ilmiahnya penulis
yang bervolume 3. Pengalaman penulis ketiga lebih banyak dibanding dari penulis kedua.
Dari sudut pandang reviewer masih ditemukan beberapa kekurangan dalam penulisan ini
guna membangun kualitas penulis agar lebih baik untuk hasil karya berikutnya.
Pembahasan jurnal kedua sudah lumayan bagus karena setiap pembahasan dari
keyword jurnal dijelaskan, walaupun masih memiliki beberapa kekurangan. Hasil dari
penelitian jurnal ketiga penerapan TPS berdasarkan penggunaan program Mouse Mischief
diuji melalui CAR, bisa meningkatkan kemampuan untuk memecahkan masalah
matematika untuk siswa SHS. Dapat meningkatkan siswa SHS dalam kegiatan belajar.
Kegiatan yang disertai dengan kesopanan, disiplin siswa, dan tanggung jawab untuk tugas-
tugas untuk memecahkan masalah terjaga.
Hasil penelitian penerapan TPS tidak ditunjukan didalam jurnal. Penulis hanya
memaparkan dokumentasi berupa foto didalam jurnal dan instrumen untuk tes pemecahan
masalah tidak diberikan untuk siswa agar hasil penilitian bisa terlihat jelas dalam proses
penghitungan untuk melihat meningkatkan kemampuan untuk memecahkan masalah
matematika untuk siswa SHS dengan tipe TPS. Pembaca lebih merasa sulit terlebih lagi
untuk pembaca yang bukan berasal dari orang pendidikan untuk memahami hasil dari
penelitian tersebut karna tidak disajikan.

3.2. Kelebihan dan Kekurangan Jurnal


Jurnal 1
Kelebihan jurnal kesatu :
Penjelasan hasil penelitian dijabar dengan baik agar pembaca mudah memahaminya dalam
setiap arti kata.
Kelemahan jurnal kesatu :

13
1. Pembahasan dalam jurnal tidak menjelaskan secara rinci indikator dari kemampuan
komunikasi siswa dan indikator kepercayaan siswa yang ingin diukur dari penelitian
tersebut.
2. Sample yang digunakan dalam penelitian kurang akurat dikarenakan banyak siswa
yang merupakan anggota pengurus OSIS,
3. Dalam jurnal pada hasil penitian tidak menujukkan hasilnya penilitian dalam bentuk
yang spesifik karna hasil perhitungan tidak disajikan secara akurat di dalam jurnal

Jurnal 2
Kelebihan jurnal kedua:
Pembahasan jurnal kedua setiap keyword dijelaskan dengan rinci. Teori pendukung
didalam jurnal ketiga lebih spesifik dan jelas sehingga pembaca lebih mudah memahami
kemampuan yang ingin diukur oleh peneliti.
Kelemahan jurnal kedua :
1. Dalam jurnal hasil penelitian dan perhitungan secara rinci penerapan TPS tidak
ditunjukan.
2. Instrumen untuk tes pemecahan masalah tidak diberikan untuk siswa agar hasil
penilitian bisa terlihat jelas dalam proses penghitungan untuk melihat meningkatkan
kemampuan untuk memecahkan masalah matematika untuk siswa SHS dengan tipe
TPS.
3. Indikator kemampuan pemecahan masalah tidak di jabarkan di dalam jurnal.

14
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Jurnal pertama, da kedua ini sudah bisa menjadi referensi bagi pembaca yang
mempelajari tentang penerapan model kooperetif tipe Think Pair Share (TPS) didalam
pembelajaran metematika. Kelebihan dari jurnal pertama hasil penelitian dan nilai dari
siklus I sampai siklus II dijabarkan dalam bentuk tabel sehingga mempermudah pembaca
untuk lebih memahami hasil penilitian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
think pair share (TPS) untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

4.2. Saran
Penulisan jurnal pertama dan kedua sudah baik, terlihat dari identitas jurnal yang
sudah bervolume 2 dan 3 artinya penulis jurnal ini memang sudah terbiasa dalam penulis
karya ilmiah. Meskipun begitu bahkan seorang ahli pun tetap memerlukan kritik dan saran
yang membangun untuk kepenulisan jurnal berikutnya. Menurut saya sebagai pembaca,
jurnal ini akan lebih bagus lagi jika setiap hasil penelitian dicantumkan dengan jelas, lebih
baik lagi jika disajikan dalam bentuk tabel agar lebih mudah dalam memahami dan
membacanya. Sehingga jika menemukan persoalan yang sama, pembaca bisa menjadikan
jurnal ini sebagai referensi yang kuat. Begitu juga dengan jurnal yang kedua dan ketiga.

15
DAFTAR PUSTAKA
Salam Reskiwati. Desember 2014. Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Share (Tps) Untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Dan
Komunikasi Matematis Siswa Sman 9 Makassar. Jurnal Nalar Pendidikan. Volume 2,
Nomor 2. ISSN : 2339-0794
Rochmad & Sugiharti,E. Maret 2015. Tps Application Based On Mouse Mischief For
Improving The Ability To Solve Mathematics Problem For Senior High School
Students In Temanggung – Indonesia. International Journal of Education and
Research. Vol. 3 No. 3. ISSN : 2201-6333 (Print) ISSN: 2201-6740 (Online)

16

Anda mungkin juga menyukai