Anda di halaman 1dari 52

MAKALAH

MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI KELISTRIKAN

“KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMI PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA


MIKROHIDRO (PLTMH) DI SUNGAI LEMATANG KOTA PAGAR ALAM”

Dosen Pembimbing :

Maryantho Masarrang, ST. MT.

Yusnani Arifin, ST. MT.

Disusun oleh;

Muh Rifai F44118049

PRODI S1 TEKNIK ELEKTRO


FAKULTA S TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Manajemen
Proyek Kontruksi ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami
berterimakasih pada Bapak Maryantho Masarrang, ST. MT. dan Ibu Yusnani Arifin, ST. MT.
selaku dosen mata kuliah Manajemen Proyek yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai manajemen proyek kontruksi kelistrikan. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan
makalah ini di waktu yang akan datang.

Donggala, 23 April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................... i
DAFTAR ISI............................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN............................................ 1
BAB II ISI PEMBAHASAN......................................... 3
2.1 Manajemen Secara Umum....................................... 3
2.2 Manajemen Konstruksi ............................................ 9
2.3 Tahap-Tahap Dalam Proyek Konstruksi..................11
2.4 Analisa Proses........................................................ 15
2.5 Perangkat-Perangkat Manajemen Proyek Konstruksi 24
BAB III ANALISA DAN PENJELASAN....................... 30
3.1 Hydropower........................................................... 30
3.2 Metodologi Penelitian dan Perancanaan ................ 36
3.3 Hasil dan Pembahsan.............................................36
BAB IV PENUTUP...................................................45
4.1 Kesimpulan............................................................ 45
4.2 Saran...................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA.................................................47

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Energi listrik merupakan energi yang digunakan untuk kepentingan seharihari. Terutama
alat – alat eletronik. Energi listrik merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui
(energi listrik PLN). Energi listrik sekarang ini sudah semakin menipis, untuk itu harus
menggunakan energi listrik tersebut secara hemat dan efisien. Di dunia, terutama di Indonesia
pemerintah telah menyarankan agar masyarakat dapat menghemat listrik. Misalnya saja pada
siang hari tidak perlu menyalakan lampu, mengganti lampu pijar dengan lampu hemat energi,
mengurangi pemakaian listrik dari pukul 17:00 hingga 22:00.
Sebagaimana yang telah diketahui kekurangan (atau peningkatan harga) dalam
persediaan sumber daya energi ke ekonomi. Krisis ini biasanya menunjuk kekurangan minyak
bumi, listrik, atau sumber daya alam lainnya. Krisis ini memiliki akibat pada ekonomi, dengan
banyak resesi disebabkan oleh krisis energi dalam beberapa bentuk. Terutama, kenaikan biaya
produksi listrik, yang menyebabkan naiknya biaya produksi. Bagi para konsumen, harga BBM
untuk mobil dan kendaraan lainnya meningkat, menyebabkan pengurangan keyakinan dan
pengeluaran konsumen.
Sekarang ini, telah banyak para ahli menemukan berbagai alat pembangkit tenaga listrik.
Yang bekerja dengan mengubah suatu energi menjadi energi listrik. Satunya adalah hydropower.
Tenaga air atau hydropower adalah energi yang diperoleh dari air yang mengalir. Energi listrik
yang berasal dari energi kinetik air ini sering disebut sebagai hydroelectric. Hydroelectric
menyumbang sekitar 715.000 MW atau sekitar 19% kebutuhan listrik dunia. Indonesia memiliki
potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) untuk minihidro sebesar 450 MW. Saat ini
pengembangan EBT mengacu pada Perpres No. 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi
Nasional. Dalam perpres tersebut disebutkan bahwa kontribusi EBT dalam bauran energi primer
nasional pada tahun 2025 adalah sebesar 17% dengan biomassa, nuklir, air, surya, dan angin
berkontribusi sebesar 5%. Untuk itu langkah yang akan diambil pemerintah adalah menambah
kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Mikrohidro menjadi 2.846 MW pada tahun 2025.
Mikrohidro atau yang dimaksud dengan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH),
adalah suatu pembangkit listrik skala kecil yang menggunakan tenaga air sebagai tenaga

1
penggeraknya seperti, saluran irigasi, sungai atau air terjun alam dengan cara memanfaatkan
tinggi terjunan (head) dan jumlah debit air.
Mengacu pada latar belakang di atas, manajemen dalam proyek pembangunan PLTMH
sangat diperlukan agar dalam pelaksanaannya PLTMH dapat bekerja secara maksimal.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini adalah
1. Apa yang dimaksud dengan manajemen proyek?
2. Bagaimana menajemen proyek kontruksi kelistrikam

1.3 Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah
1. Mengetahui tentang manajemen proyek
2. Mengerti menajemen proyek kontruksi kelistrikam
1.4 Manfaat
Makalah ini diharapkan menjadi ilmu yang bermanfaat bagi pembaca

2
BAB II
ISI PEMBAHASAN
2.1 MANAJEMEN SECARA UMUM
1. Prinsip Dasar Manajemen
Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni
melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima
secara universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas
mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.
Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran
(goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan
perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar,
terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Manajemen sering didefinisikan sebagai pencapaian tujuan melalui kerja sama dengan
orang lain. Kedengarannya memang terlalu sederhana, akan tetapi memberi kita gambaran
tentang beberapa hal mendasar. Yang pertama berkaitan dengan pencapaian tujuan. Manajemen
selalu berkaitan dengan sebuah usaha untuk mencapai tujuan tertentu dan bukan semata-mata
sebuah posisi atau jabatan di dalam perusahaan. Banyak orang memiliki jabatan manajer, akan
tetapi dalam kenyataannya mereka hanya menjalankan kedudukan dan bukan mengarahkan
sesuatu ke arah pencapaian tujuan yang tertentu.
Pokok yang kedua adalah berkaitan dengan aspek melalui orang lain. Sebagai sebuah
aktivitas, manajemen selalu menyangkut orang-orang lain, yakni bawahan-bawahan; dan pada
usaha untuk mengarahkan atau mengkoordinasi kerja dari orang-orang tersebut. Meskipun setiap
manajer memang memiliki tugas-tugas khusus yang hanya bisa dilakukan olehnya, peran seorang
manajer lebih didasarkan pada kenyataan bagaimana dia mengkoordinasi dan mengarahkan
aktivitas-aktivitas bawahannya. Dalam arti ini, seorang manajer seharusnya lebih mementingkan
pencapaian hasil dari para bawahannya daripada prestasinya sendiri. Sebab pencapaian hasil
bersama itulah yang menentukan keberhasilan dari organisasi secara keseluruhan.

a/. Manajemen

3
Kata manajemen berasal dari kata manos, managio, manage, yang artinya melatih kuda
mengangkat kaki, merupakan kutipan dari bahasa Latin/Italia/Perancis. Selanjutnya dapat
dipahami bahwa dalam melatih kuda mengangkat kaki diperlukan langkah-langkah yang teratur
dan dilakukan secara bertahap, sehingga manajemen identik dengan mengatur atau menata
sesuatu dengan fungsinya.
Hidup berkelompok adalah gejala hidup yang sangat menonjol di dalam masyarakat.
Kebanyakan kelompok-kelompok ini merupakan wujud usaha bersama karena memiliki tujuan
bersama. Untuk mencapai tujuan dari usaha-usaha tersebut, diperlukan rangkaian pekerjaan-
pekerjaan induk menurut corak dari tujuan itu. Agar pekerjaan-pekerjaan induk dan sumber-
sumber kegiatan lainnya dapat terarahkan kepada maksud pencapaian tujuan haruslah dilakukan
pengaturan. Istilah lazim yang digunakan untuk pengaturan ini adalah penataan, dari asal kata
“tata”, “menata” dan seterusnya. Rangkaian penataan inilah yang dimaksud dengan administrasi.
Sebagian dari kegiatan-kegiatan yang demikian adalah kegiatan yang khusus menyangkut segi-
segi memimpin pengaturan atau penataan tadi, agar tujuan sungguh-sungguh dapat dicapai,
kegiatan inilah yang disebut dengan manajemen. Jadi pada pokoknya, manajemen adalah:
“Segenap rangkaian memimpin penataan atau pengaturan terhadap pekerjaan induk dan
sumber-sumber kegiatan lainnya dalam suatu usaha bersama agar tujuan dapat benar-benar
dicapai”.
Administrasi dipelajari oleh ilmu administrasi dan termasuk dalam kelompok ilmu-ilmu
sosial/kemasyarakatan, orangnya disebut administrator. Sedangkan manajemen dipelajari oleh
ilmu manajemen, sehingga berangkat dari pengertian di atas, manajemen merupakan cabang
ilmu administrasi.
Di negara-negara barat pengertian administrasi dan manajemen sering dikisruhkan, karena belum
ada suatu kesepakatan mengenai ruang lingkup dari kedua pengertian tersebut. Dalam
kenyataannya, penggunaan kedua pengertian di atas lebih tergantung kepada orangnya (baik
berupa penulis buku atau profesi lainnya), yang mana penggunaannya disesuaikan dengan
maksud istilah yang dipakai. Dengan kata lain, istilah manajer cenderung dipakai di kalangan
perusahaan, sedangkan administrator di kalangan pemerintahan. Manajemen menekankan
persoalan dari atas (sudut majikan), sedangkan administrasi menekankan dari bawah (sudut
pelayanan).

4
Istilah manajemen menurut Lawrence Apply (American Management Association)
adalah suatu seni untuk melakukan suatu usaha yang memerlukan perantaraan atau bantuan
orang lain. Sedangkan George R. Terry menyatakan manajemen adalah melaksanakan tujuan
yang telah ditetapkan terlebih dahulu dengan bantuan orang lain.
Di Amerika Serikat hubungan pemerintahan dan masyarakat (rakyat) tidak disebut
manajemen, karena mereka menganut sistem liberal (semua serba swasta), artinya masyarakat
tidak mau melayani pemerintah, tetapi pemerintahlah yang menjadi pelayan masyarakat. Jadi
orang bekerja pada pemerintah dianggap pelayan masyarakat (public servant).
Fayol (Amerika Serikat) merinci kemahiran manajemen atas:
1. Kemahiran merencanakan
2. Kemahiran mengorganisasi
3. Kemahiran memerintah
4. Kemahiran mengkoordinasikan
5. Kemahiran pengontrolan

Inti dari perencanaan yang menyeluruh lazimnya merupakan gambaran yang memuat unsur-
unsur 5W+1H, yaitu:
What : Apa yang dikerjakan (materi);
Why : Mengapa justru itu yang dikerjakan (dasar pertimbangan/tujuan);
Who : Siapa yang mengerjakan (pelaksana);
Where : Di mana sesuatu itu akan dikerjakan (lokasi kerja);
When : Kapan dimulai dan selesainya pekerjaan tersebut (waktu);
How : Bagaimana mengerjakannya (Tata kerja/peralatan).

b. Proyek
Proyek adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan waktu dan sumber daya terbatas
untuk mencapai hasil akhir yang ditentukan. Dalam mencapai hasil akhir, kegiatan proyek
dibatasi oleh anggaran, jadwal, dan mutu, yang dikenal sebagai tiga kendala (triple constraint).

5
c. Konstruksi
Kata “Konstruksi” dapat didefinisikan sebagai tatanan/susunan dari elemen-elemen suatu
bangunan yang kedudukan setiap bagian-bagiannya sesuai dengan fungsinya. Berbicara tentang
konstruksi, maka yang terbayangkan adalah gedung bertingkat, jembatan, bendungan, dam, jalan
raya, bangunan irigasi, lapangan terbang dan lain-lain.
Secara umum, konstruksi ada 2 (dua) macam yaitu:
1. Konstruksi Bangunan Gedung, terdiri atas: bangunan gedung, perumahan, hotel dan lain-
lain; dan
2. Konstruksi Bangunan Sipil, seperti jembatan, jalan, lapangan terbang, terowongan,
irigasi, bendungan dan lain-lain.

2. Manajemen sebagai sebuah profesi


Sebagai sebuah profesi, manajemen memiliki beberapa karakteristik sebagai
berikut:
a. Merupakan sebuah spesialisasi yang memiliki prinsip-prinsip, ketrampilan dan teknik-
teknik analisis tertentu.
b. Memiliki aturan main dan kode etik tertentu.
c. Bersifat universal. Manajer-manajer yang sudah terlatih baik bisa dengan mudah
dipindahkan dari industri yang satu ke industri yang lain. Meskipun untuk ini ada catatan,
yakni: Untuk jenis pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan teknis tertentu yang
semula tidak dimiliki oleh seorang manajer, sebuah proses transfer belum bisa dijamin
berhasil sebelum ketrampilan teknis tersebut bisa dipelajari lebih dahulu. Misalnya,
seorang bekas jendral angkatan darat sudah pensiun dan diserahi posisi sebagai presiden
direktur sebuah pabrik. Sebelum dia mengambil posisi tersebut dia berkeliling selama
setahun ke fasilitas-fasilitas pabrik itu dan belajar tentang proses-proses teknis bisnis
pabrik tersebut. Setelah itu barulah pengalaman dan ketrampilan manajerial yang
dimilikinya di angkatan darat bisa lebih efektiv.

6
3. Tanggung jawab manajemen:
Manajemen di dunia usaha, baik for profit maupun sosial, setidak-tidaknya bertanggung
jawab pada empat kelompok: para pemegang saham atau Yayasan pendiri, karyawan / pekerja,
pelanggan, dan masyarakat umum. Kepada para pemegang saham, manajemen bertanggung
jawab untuk melindungi modal yang ditanamkan dan mengusahakan hasil yang lebih dari
penanaman modal tersebut. Manajemen tidak hanya bertanggung jawab untuk hasil jangka
pendek tetapi juga hasil jangka panjang.Kepada karyawan atau pekerja manajemen memiliki
berbagai jenis tanggung jawab.
Manajemen harus berusaha untuk menyediakan pekerjaan yang tetap dengan upah yang
memadai; menjaga kondisi dan keselamatan kerja yang baik; dan rasa aman secara ekonomis
setelah masa pensiun. Kepada pelanggan manajemen harus menyediakan produk berkualitas
dengan harga yang bersaing dan menyediakan pelayanan perbaikan atau perawatan yang
memadai. Kepada masyarakat umum, manajemen bertanggung jawab untuk selalu menjadi
anggota masyarakat yang baik. Ini berarti ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan,
menjaga lingkungan dari pencemaran, dsb.
4. Fungsi – fungsi Manajemen:
Secara umum fungsi-fungsi yang dijalankan manajemen adalah merencanakan
(planning),mengorganisasi (organizing), menempatkan orang (staffing), mengarahkan (directing) dan
mengontrol (controlling).
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah menentukan apa yang harus dikerjakan dan bagaimana
mengerjakannya. Ini berarti menyangkut pengambilan keputusan berhadapan dengan
pilihan-pilihan. Seorang manajer harus memahami dan bisa menangkap peluang-peluang
yang datang, dan memiliki pula kemampuan untuk menciptakan peluang-peluang. Dia
harus mampu membuat analisa atas peluang-peluang tersebut dan mengambil keputusan
untuk memilih yang terbaik sesuai dengan kondisi dan keterbatasan sumber daya yang
dimiliki. Keputusan-keputusan misalnya harus diambil untuk menentukan rantai produk
mana yang akan ditawarkan dengan diskon, harga-harga mana harus dirubah, metode
produksi yang digunakan, gaji atau upah yang harus dibayar atau riset dan penelitian
yang harus diadakan, dsb.

7
Ada dua jenis perencanaan: jangka panjang dan jangka pendek. Perencanaan
jangka panjang tentu saja harus bertitik tolak dari tujuan jangka panjang dari perusahaan
yang bersangkutan dan langkah-langkah yang harus diambil. Misalnya, untuk
mendapatkan posisi di pasar tertentu barangkali perlu memperkenalkan satu produk
tertentu tahun ini, dan produk yang lain tahun depan, dan membangun pabrik baru di
tahun ketiga, dst. Dalam perencanaan jangka pendek, manajer itu harus menterjemahkan
secara tepat langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengembangkan dan
memperkenalkan produk baru tersebut. Untuk perencaaan jangka lebih pendek lagi, dia
harus mulai memesan material tertentu dan mempersiapkan pekerja. Semakin pendek
jangka perencanaan, semakin harus spesifik perencanaan tersebut.
b. Mengorganisasi (Organizing)
Fungsi ini berkaitan dengan usaha untuk menetapkan jenis-jenis kegiatan yang
dituntut untuk mencapai suatu tujuan tertentu, mengelompokkan kegiatan-kegiatan
tersebut berdasarkan jenisnya supaya lebih mudah ditangani oleh bawahan. Fungsi ini
mengandaikan bahwa seorang manajer bisa mendelegasikan otoritasnya kepada
bawahannya dan bawahannya bisa memahami tanggung jawabnya masing-masing.
Struktur organisasi bisa bermacam-macam dan tidak boleh dilihat sebagai tujuan
pada dirinya sendiri. Struktur organisasi barulah efektiv kalau bisa mempermudah
perusahaan mencapai tujuan utamanya, bukan hanya karena terlihat “teratur” dan
“manis”.
c. Penempatan Orang (Staffing)
Fungsi ini menyangkut usaha untuk mengembangkan dan menempatkan orang-
orang yang tepat di dalam berbagai jenis pekerjaan yang sudah didisain lebih awal dalam
organisasi. Lebih jauh lagi fungsi ini meliputi hal-hal seperti pengembangan sumber daya
manusia, proses penilaian dan promosi, pelatihan. Salah satu aspek penting dari fungsi ini
adalah mengidentifikasi orang-orang di dalam organisasi yang berpotensial untuk
dikembangkan sebagai manajer. Good managers develop managers.
d. Mengarahkan (Directing)
Fungsi ini biasa juga disebut supervisi. Ini menyangkut pembinaan motivasi dan
pemberian bimbingan kepada bawahan untuk mencapai tujuan utama. Secara umum bisa
dikatakan bahwa pekerja-pekerja akan berprestasi lebih baik pada pekerjaan di mana

8
mereka persis tahu apa yang diharapkan dari mereka. Lebih jauh lagi, para pekerja
tersebut akan lebih menghargai pekerjaannya kalau mereka bisa melihat bagaimana
kaitan perkerjaan mereka dengan gambar keseluruhan dari organisasi. Mengerjakan
sesuatu hanya karena atasan menyuruh demikian biasanya tidak bisa menghasilkan secara
maksimal.
Salah satu aspek penting dari fungsi ini adalah fungsi koordinasi, yang berarti
penciptaan suatu harmoni dari individu-individu yang berkerja bersama-sama untuk
mencapai tujuan bersama. Kemampuan komunikasi menjadi kunci keberhasilan fungsi
ini.
e. Mengontrol (Controlling)
Fungsi ini dijalankan untuk menjamin bahwa perencaan bisa diwujudkan secara
pasti. Ada banyak alat-alat analisa untuk suatu proses kontrol yang efektiv. Proses kontrol
pada dasarnya selalu memuat unsur: perencanaan yang diterapkan, analisa atas deviasi
atau penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, dan menentukan langkah-langkah yang
perlu untuk mengoreksi.

2.2 MANAJEMEN KONSTRUKSI


Yang dimaksud dengan proyek adalah suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu
yang dibatasi oleh waktu dan sumber daya yang terbatas. Sehingga pengertian proyek konstruksi
adalah suatu upaya untuk mencapai suatu hasil dalam bentunk bangunan atau infrastruktur.
Bangunan ini pada umumnya mencakup pekerjaan pokok yang termasuk di dalamnya bidang
teknik sipil dan arsitektur, juga tidak jarang melibatkan disiplin lain seperti teknik industri,
teknik mesin, elektro dan sebagainya.
Manajemen proyek konstruksi adalah proses penerapan fungsi-fungsi manajemen
(perencanaan, pelaksanaan dan penerapan) secara sistimatis pada suatu proyek dengan
menggunkan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien agar tercapai tujuan proyek secara
optimal. Manajemen Konstruksi meliputi mutu fisik konstruksi, biaya dan waktu. manajemen
material dan manjemen tenaga kerja yang akan lebih ditekankan. Hal itu dikarenakan manajemen
perencanaan berperan hanya 20% dan sisanya manajemen pelaksanaan termasuk didalamnya
pengendalian biaya dan waktu proyek.
Manajemen konstruksi memiliki beberapa fungsi antara lain :

9
1. Sebagai Quality Control untuk menjaga kesesuaian antara perencanaan dan
pelaksanaan
2. Mengantisipasi terjadinya perubahan kondisi lapangan yang tidak pasti dan
mengatasi kendala terbatasnya waktu pelaksanaan
3. Memantau prestasi dan kemajuan proyek yang telah dicapai, hal itu dilakukan
dengan opname (laporan) harian, mingguan dan bulanan
4. Hasil evaluasi dapat dijadikan tindakan pengambilan keputusan terhadap masalah-
masalah yang terjadi di lapangan
5. Fungsi manajerial dari manajemen merupakan sistem informasi yang baikuntuk
menganalisis performa dilapangan

1. Tujuan Manajemen Konstruksi


Tujuan Manajemen Konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen atau mengatur
pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil optimal sesuai dengan
persyaratan (Spesification) untuk keperluan pencapaian tujuan ini, perlu diperhatikan pula
mengenai mutu bangunan, biaya yang digunakan dan waktu pelaksanaan Dalam rangka
pencapaian hasil ini selalu diusahakan pelaksanaan pengawasan mutu (Quality Control) , pengawasan
biaya (Cost Control) dan pengawasan waktu pelaksanaan (Time Control).
Penerapan konsep manajemen konstruksi yang baik adalah mulai tahap perencanaan,
namun dapat juga pada tahap - tahap lain sesuai dengan tujuan dan kondisi proyek tersebut
sehingga konsep MK dapat diterapkan pada tahap - tahap proyek sebagai berikut
Manajemen Konstruksi dilaksanakan pada seluruh tahapan proyek. Pengelolaan proyek
dengan sistem MK, disini mencakup pengelolaan teknis operasional proyek, dalam bentuk
masukan - masukan dan atau keputusan yang berkaitan dengan teknis operasional proyek
konstruksi, yang mencakup seluruh tahapan proyek, mulai dari persiapan, perencanaan,
perancangan, pelaksanaan dan penyerahan proyek.
1. Tim MK sudah berperan sejak awal disain, pelelangan dan pelaksanaan proyek
selesai, setelah suatu proyek dinyatakan layak ('feasible ") mulai dari tahap disain.
2. Tim MK akan memberikan masukan dan atau keputusan dalam penyempurnaan
disain sampai proyek selesai, apabila manajemen konstruksi dilaksanakan setelah tahap
disain

10
3. MK berfungsi sebagai koordinator pengelolaan pelaksanaan dan melaksanakan
fungsi pengendalian atau pengawasan, apabila manajemen konstruksi dilaksanakan mulai
tahap pelaksanaan dengan menekankan pemisahan kontrak - kontrak pelaksanaan untuk
kontraktor.

2. Peranan Manajemen Konstruksi


Peranan MK pada tahapan proyek konstruksi dapat dibagi menjadi :
a. Agency Construction Manajement (ACM)
Pada sistim ini konsultan manajemen konstruksi mendapat tugas dari pihak pemilik dan
berfungsi sebagai koordinator "penghubung" (interface) antara perancangan dan
pelaksanaan serta antar para kontraktor. Konsultan MK dapat mulai dilibatkan mulai dari
fase perencanaan tetapi tidak menjamin waktu penyelesaian proyek, biaya total serta
mutu bangunan. Pihak pemilik mengadakan ikatan kontrak langsung dengan beberapa
kontraktor sesuai dengan paket-paket pekerjaan yang telah disiapkan.
b. Extended Service Construction Manajemen (ESCM)
Jasa konsultan MK dapat diberikan oleh pihak perencana atau pihak kontraktor. Apabila
perencana melakukan jasa Manajemen Konstruksi, akan terjadi "konflik-kepentingan"
karena peninjauan terhadap proses perancangan tersebut dilakukan oleh konsultan
perencana itu sendiri, sehingga hal ini akan menjadi suatu kelemahan pada sistim ini Pada
type yang lain kemungkinan melakukan jasa Manajemen Konstruksi berdasarkan
permintaan Pemilik ESCM/ KONTRAKTOR.
c. Owner Construction Management (OCM)
Dalam hal ini pemilik mengembangkan bagian manajemen konstruksi profesional yang
bertanggungjawab terhadap manajemen proyek yang dilaksanakan
d. Guaranted Maximum Price Construction Management (GMPCM)
Konsultan ini bertindak lebih kearah kontraktor umum daripada sebagai wakil pemilik.
Disini konsultan GMPCM tidak melakukan pekerjaan konstruksi tetapi
bertanggungjawab kepada pemilik mengenai waktu, biaya dan mutu. Jadi dalam Surat
Perjanjian Kerja/ Kontrak konsultan GMPCM tipe ini bertindak sebagai pemberi kerja
terhadap para kontraktor (sub kontraktor).

11
2,3 TAHAPAN-TAHAPAN DALAM PROYEK KONSTRUKSI
1. Tahap Perencanaan (Planning)
Semua proyek konsruksi biasanya dimulai dari gagasan atau rencana dan dibangun
berdasarkan kebutuhan (need). Pihak yang terlibat adalah pemilik.
Dalam menyusun suatu perencanaan yang lengkap minimal meliputi :
a. Menentukan tujuan.
Tujuan dimaksudkan sebagai pedoman yang memberikan arah gerak dari kegiatan yang
akan dilakukan.
b. Menentukan sasaran.
Sasaran adalah titik-titik tertentu yang perlu dicapai untuk mewujudkan suatu tujuan yang
lelah ditetapkan sebelumnya.
c. Mengkaji posisi awal terhadap tujuan.
Untuk mengetahui sejauh mana kesiapan dan posisi maka perlu diadakan kajian terhadap
posisi dan situasi awal terhadap tujuan dan sasaran yang hendak dicapai
d. Memilih alternatif.
Selalu tersedia beberapa alternatif yang dapat dipergunakan untuk mewujudkan tujuan
dan sasaran. Karenanya memilih alternatif yang paling sesuai untuk suatu kegiatan yang
hendak dilakukan memerlukan kejelian dan pengkajian perlu dilakukan agar alternatif
yang dipilih tidak merugikan kelak.
e. Menyusun rangkaian langkah untuk mencapai tujuan
Proses ini terdiri dari penetapan langkah terbaik yang mungkin dapat dilaksanakan
setelah memperhatikan berbagai batasan.

Tahapan perencanaan di atas merupakan suatu rangkaian proses yang dilakukan sesuai
urutannya. Dari proses tersebut perencanaan disusun dan selanjutnya dilakukan penjadwalan.
2. Tahap Studi Kelayakan (Feasibility Study)
Pada tahap ini adalah untuk meyakinkan pemilik proyek bahwa proyek konstruksi yang
diusulkan layak untuk dilaksanakan. Kegiatan yang dilaksanakan :
a. Menyusun rancangan proyek secara kasar dan membuat estimasi biaya

12
b. Meramalkan manfaat yang akan diperoleh
c. Menyusun analisis kelayakan proyek
d. Menganalisis dampak lingkungan yang akan terjadi Pihak yang terlibat adalah konsultan
studi kelayakan atau konsultan manajemen konstruksi (MK)

3. Tahap Penjelasan (Briefing)


Pada tahap ini pemilik proyek menjelaskan fungsi proyek dan biaya yang diijinkan sehingga
konsultan perencana dapat dengan tepat menafsirkan keinginan pemilik. Kegiatan yang
dilaksanakan :
a. Menyusun rencana kerja dan menunjuk para perencana dan tenaga ahli
b. Mempertimbangkan kebutuhan pemakai, keadaan lokasi dan lapangan, merencanakan
rancangan, taksiran biaya, persyaratan mutu.
c. Menyiapkan ruang lingkup kerja, jadwal, serta rencana pelaksanaan
d. Membuat sketsa dengan skala tertentu sehingga dapat menggambarkan denah dan batas-
batas proyek. Pihak yang terlibat adalah pemilik dan Konsultan Perencana.

4. Tahap Perancangan (Design)


Pada tahap ini adalah melakukan perancangan (design) yang lebih mendetail sesuai dengan
keinginan dari pemilik. Seperti membuat Gambar rencana, spesifikasi, rencana anggaran biaya
(RAB), metoda pelaksanaan, dan sebagainya. Kegiatan yang dilaksanakan :
a. Mengembangkan ikthisiar proyek menjadi penyelesaian akhir
b. Memeriksa masalah teknis.
c. Meminta persetujuan akhir dari pemilik proyek
d. Mempersiapkan:
 Rancangan terinci, Gambar kerja, spesifikasi dan jadwal, serta daftar kuantita/
 Taksiran biaya akhir.
Pihak yang terlibat adalah konsultan perencana, konsultan MK, konsultan
rekayasa nilai dan atau konsultan quantitiy surveyor.

5. Tahap Pengadaan/Pelelangan (Procurement/Tender)

13
Pada tahap ini bertujuan untuk mendapatkan kontraktor yang akan mengerjakan proyek
konstruksi tersebut, atau bahkan mencari sub kontraktornya Kegiatan yang dilaksanakan :
a. Prakulaifikasi
b. Dokumen Kontrak
Pihak yang terlibat adalah pemilik, pelaksana jasa konstruksi (kontraktor), konsultan MK.

6. Tahap Pelaksanaan (Construction)


Tujuan pada tahap ini adalah mewujudkan bangunan yang dibutuhkan oleh pemilik
proyek yang sudah dirancang oleh konsultan perencana dalam batasan biaya, waktu yang sudah
disepakati, serta dengan mutu yang telah disyaratkan. Kegiatan yang dilaksanakan adalah
merencanakan, mengkoordinasikan, mengendalikan semua oprasional di lapangan :
a. Kegiatan perencanaan dan pengendalian adalah:
 Perencanaan dan pengendalian Jadwal waktu pelaksanaan.
 Organisasi lapangan
 Tenaga kerja
 Peralatan dan material
b. Kegiatan Koordinasi
 Mengkoordinasikan seluruh kegiatan pembangunan
 Mengkoordinasi para sub kontraktor
Pihak yang terlibat adalah Konsultan Pengawas dan atau Konsultan MK, kontraktor, Sub
Kontraktor, suplier dan instansi terkait.

7. Tahap Pemeliharaan dan Persiapan Penggunaan (Maintenance & Start Up)


Tujuan pada tahap ini adalah untuk menjamin agar bangunan yang telah sesuai dengan
dokumen kontrak dan semua fasilitas bekerja sebagaimana mestinya. Kegiatan yang dilakukan
adalah :
a. Mempersiapkan data-data pelaksanaan, baik berupa data-data selama pelaksanaan
maupun gambar pelaksanaan (as build drawing)
b. Meneliti bangunan secara cermat dan memperbaiki kerusakan- kerusakan
c. Mempersiapkan petunjuk oprasional/pelaksanaan serta pedoman pemeliharaan.
d. Melatih staff untuk melaksanakan pemeliharaan

14
Pihak yang terlibat adalah Konsultan Pengawas/ MK, pemakai, pemilik.

2.4 ANALISIS PROSES MENGORGANISIR.


1. Melakukan Identifikasi Dan Klasifikasi Pekerjaan.
Lingkup proyek terdiri dari sejumlah besar pekerjaan terdiri dari identifikasi dan
klasifikasi untuk mengetahui berapa besar volume, macam dan jenisnya dalam rangka
mengetahui dana dan sumber daya yang diperlukan sebelum diserahkan kepada individu
atau kelompok yang akan menanganinya.
2. Mengelompokkan Pekerjaan.
Selanjutnya mengelompokkan pekerjaan tersebut kedalam unit atau paket yang
masing-masing telah diidentifikasi biaya, jadwal dan mutunya. Menyerahkan tugas
tersebut kepada individu atau kelompok yang diberi tugas untuk menanganinya.
3. Menyiapkan Pihak Yang Akan Menangani Pekerjaan.
Mempersiapkan pihak-pihak yang akan menerima tugas di atas, seperti memilih
kerampilan dan keahlian kelompok yang sesuai dengan kebutuhan pekerjaan dan
memberitahukan sasaran yang ingin dicapai yang berkaitan dengan unit atau paket kerja
yang akan menjadi tanggung jawabnya.
4. Mengetahui Wewenang dan Tanggung Jawab Serta Melakukan Pekerjaan.
Agar hasil pekerjaan sesuai dengan harapan, maka kelompok yang menerima
pekerjaan harus mengetahui batas wewenang dan tanggung jawabnya. Gunanya untuk
menghindari tumpang tindih dan duplikasi. Setelah itu masing-masing kelompok mulai
melaksanakan pekerjaannya.
5. Menyusun Mekanisme Koordinasi.
Adanya mekanisme koordinasi agar semua bagian pekerjaan proyek yang
ditangani oleh para peserta tersebut dapat bergerak menuju sasaran secara sinkron

A. Struktur Organisasi
1. Organisasi Fungsional
Adalah organisasi yang dipecah atau dikelompokkan menjadi unit-unit berdasarkan
fungsinya, kemudian unit-unit tersebut dipecah lagi ke dalam sub bidang yang lebih kecil. Ciri

15
utama organisasi fungsional ialah memiliki struktur piramidal, dengan konsep otoritas dan
hirarki vertikal.
Sifat-Sifat Organisasi Fungsional:
a. Prinsip komando tunggal dimana masing-masing personil hanya memiliki satu atasan.
b. Setiap personil mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang jelas.
c. Arus informasi dan pelaporan bersifat vertikal.
d. Hubungan kerja horizontal diatur dengan prosedur kerja, kebijakan (policy) dan
petunjuk pelaksanaan.
Mekanisme koordinasi antar unit, bila diperlukan dilakukan dengan rapat-rapat atau
membentuk panitia perwakilan
Keuntungan pengelompokkan dan pengelolaan kegiatan yang serupa,
adalah :
a. Memudahkan pengawasan karena personil hanya melapor kepada satu atasan.
b. Adanya potensi meningkatkan ketrampilan dan keahlian individu serta kelompok
untuk menjadi spesialis pada bidangnya.
c. Konsentrasi perhatian personil terpusat pada sasaran bidang yang bersangkutan.
d. Penggunaan sumber daya yang makin efisien sebagai akibat pekerjaan yang sejenis
dan berulang-ulang.

Memudahkan pengendalian kinerja personil serta biaya, jadwal dan mutu produk
Keterbatasan Organisasi Fungsional:
a. Cenderung memperioritaskan kinerja dan keluaran (output) masing masing bidang. Hal
I ni dapat mengurangi perhatian tujuan perusahaan secara menyeluruh.
b. Makin besar organisasi, makin panjang prosedur pengambilan keputusan.
c. Sulit mengkoordinasi & mengintegrasikan pekerjaan yg multi disiplin dan melibatkan
banyak pihak di luar organisasi.
d. Kurangnya jalur komunikasi horizontal
2. Organisasi Produk Dan Area

Organisasi ini dibuat jika perusahaan merasa, bahwa jumlah dan keaneka ragaman
produk terlalu besar, sehingga sulit untuk ditangani dengan struktur fungsional

16
3. Organisasi Matriks

a. Arus pelaporan dan kegiatan selain jalur vertikal, juga terdapat jalur horisontal.

b. Manajer proyek berbagi otoritas dan tanggung jawab dengan manajer fungsional
yang telah ada.

4. Organisasi Proyek

a. Selain arus vertikal, dipakai juga arus horisontal.

b. Manajer proyek adalah penanggung jawab tunggal atas terselenggaranya proyek.

c. Pendekatan sistem dalam perencanaan dan implementas

Pendekatan yang dipergunakan untuk membahas struktur organisasi proyek adalah dengan
mengidentifikasi dan menganalisis struktur organisasi di atas yang digolongkan menjadi :

a. Organisasi Proyek Fungsional (OPF)


Pada organisasi proyek fungsional, lingkup kegiatan proyek diserahkan dan menjadi
bagian atau tambahan kegiatan fungsional serta dipimpin oleh manajer lini yang telah
ada. Dengan kata lain, pengelolaan kegiatan proyek dititipkan dan dirangkap oleh
hirarki fungsional yang telah ada di perusahaan bersangkutan.
b. Organisasi Proyek Murni (OPMi)
Organisasi ini sering disebut organisasi proyek murni, karena di sini proyek berstatus
mandiri. Artinya, proyek ini terpisah dan sejajar dengan devisi/departemen lain
dalam perusahaan.
Ciri organisasi proyek murni adalah :
1). Pimpro berfungsi seperti manajer lini yang lain.
2). Pimpro mempunyai wewenang penuh atas pengelolaan proyek.
3). Tenaga pelaksana dipindahkan ke dalam organisasi proyek, dan khusus
melaksanakan pekerjaan proyek sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya
dalam organisasi tersebut.
4). Hanya memerlukan sedikit dukungan dari unit fungsional
c. Organisasi Proyek Matriks (OPM)

17
Organisasi proyek matriks dimaksudkan untuk mengambil segi-segi positif struktur
fungsional dan OPMi dari sudut pandang perusahaan secara menyeluruh dalam
menangani proyek. Pada OPM tergabung dua unsur dasar, yaitu unsur organisasi
fungsional dan proyek.

B. Menyusun Tim Proyek


Tim proyek Adalah semua pihak atau peserta yang berkepentingan dan terlibat dalam
penyelenggaraan dan hasil proyek. Tim Proyek dapat dikelompokkan menjadi :
1. Peserta I : Pemilik proyek, pemakai produk (end user)
2. Peserta II : Organisasi atau perusahaan yang melaksanakan pembangunan proyek.
3. Peserta III : Sub Kontraktor, suplier, konsultan dan lain-lain.
Arus Kerja Antar Anggota Tim:
 Pimpro dan tim inti
a. Bertugas mengindentifikasi dan menganalisis lingkup proyek.
b. Mengelompokkan menjadi bagian atau paket kerja untuk dikirimkan kepada
departemen fungsional.
c. Setiap paket kerja diberi keterangan mengenai : jadwal pelaksanaan, anggaran
biaya, batasan mutu atau kriteria.
d. Pimpro dan tim inti sewaktu-waktu mengadakan evaluasi mengenai proses
dan kemajuan pelaksanaan
 Departemen Fungsional, terdiri dari :
a. Departemen Teknis Manajemen, meliputi bidang-bidang engineering,
konstruksi, dan project control. Departemen Teknis Manajemen melaksanakan
tugas- tugas sebagai berikut:
1). Menyediakan tenaga ahli untuk tim inti proyek.
2). Mengerjakan paket kerja yang diserahkan kepada departemen ini sesuai
dengan lingkup, jadwal, dan biaya yang telah ditentukan pimpro.
3). Memberikan petunjuk perihal standar, kriteria, dan prosedur.

18
 Departemen Fungsional Non Teknis, meliputi bidang-bidang keuangan dan
akuntansi, personalia, pengadaan, urusan umum dan lain-lain.
1). Menyediakan tenaga ahli yang diperlukan tim inti proyek.
2) Memberikan petunjuk mengenai prosedur dan peraturan-peraturan yang
diperlukan.
3). Melaksanakan bagian pekerjaan proyek yang diserahkan kepada departemen
ini, misalnya pembayaran, audit, keperluan perizinan dan lain-lain.

 Direktur Proyek-Proyek / Korpel.


- Memberi petunjuk tentang pokok-pokok kebijakan penyelenggaraan
proyek.
- Menentukan patokan sasaran-sasaran utama (jadwal penyelesaian
proyek, total anggaran, dan mutu)
- Menentukan prioritas proyek dan penggunaan sumber daya.

 Pimpinan Perusahaan.
a. Memberikan wawasan tujuan perusahaan dan strategi untuk mencapainya.
b. Memberikan batasan yang jelas mengenai wewenang dan tanggung jawab
proyek serta masing-masing bidang fungsional guna mencapai tujuan proyek.
c. Memberikan kebijakan penggunaan sumber daya perusahaan berupa dana,
tenaga ahli dan lain-lain.

C, Ukuran Tim Inti


1. Kriteria Yang Disarankan
Hal-Hal yang perlu dipertimbangkan :
a. Mereka yang berurusan dengan aspek manajemen, perlu selalu dekat dengan manajer
lapangan atau pimpro.
b. Mereka yang full time lebih dari 6 bulan.
c. Mereka yang tidak dapat diawasi dengan efektif karena jarak geografis atau
pertimbangan organisasi

19
Organisasi Tim Inti Disarankan Minimal terdiri dari :
a. Manajer Proyek / Pimpro.
b. Ahli Proyek Kontrol.
c. Manager Engineering dan tenaga spesialis dari berbagai disiplin ilmu.
d. Manajer lapangan.
e. Superintenden konstruksi.
f. Kepala pengadaan dan staf.
g. Personil administrasi, keuangan dan jasa-jasa.
h. Inspektor.

2. Pengisian Personil Tim


Dalam pengisian personil diperlukan perekrutan anggota. Untuk itu sebelumnya perlu
diadakan wawancara yang meliputi :
a. Pendidikan dan pengalaman calon.
b. Kecakapan dan kepandaian calon.
c. Kesediaannya jika ditempatkan pada lokasi tertentu.
d. Alasan calon mau bergabung.

3. Kesulitan yang dihadapi


a. Karena keterbatasan waktu.
b. Kurangnya personil yang ahli.
c. Kurangnya semangat dalam mengerjakan tugas
D.. Kepemimpinan dan SDM dalam proyek
1. Otoritas resmi, adalah hak untuk memerintah dan dipatuhi, berdasarkan surat
keputusan organisasi yang bersangkutan. Otoritas atasan lebih besar dari otoritas
bawahan.
2. Otoritas tidak resmi (personal authority), adalah Adalah otoritas yang tidak tertulis
dan tidak ditetapkan oleh organisasi, melainkan muncul karena karisma, kepandaian,
pengalaman, nilai moral, kepribadian, dan lain-lain. Ada 2 macam otoritas tidak resmi,
yaitu:

20
a. Expert Power adalah personal authority yang diperoleh seorang pemimpin
karena ia dianggap memiliki pengetahuan dan pengalaman luas mengenai
disiplin ilmu di bidang yang ia pimpin.
b. Referent Power Adalah personal authority yang diperoleh seorang pemimpin
karena ia memiliki daya tarik karisma yang ditunjukkan oleh sikap dan
tindakan, sehingga pengikutnya menaruh hormat dan pujian.
3. Aplikasi Dalam Proyek
a. Pimpro hendaknya memahami dengan baik prilaku hubungan antar manusia
pada dimensi SDM dalam proyek.
b. Mengadakan komunikasi ekstensif untuk mengetahui pandangan dan
menampung pendapat yang mungkin berbeda.
c. Membahas isu atau konflik yang menghambat kelancaran pekerjaan.
4. Otoritas Proyek adalah total otoritas yang terdiri dari otoritas resmi dan otoritas tidak
resmi yang harus dimiliki oleh pimpro agar dapat menyelenggarakan proyek dengan
baik. Otoritas proyek harus disusun dengan mengacu pada pemikiran yang dilandasi oleh
upaya menyatukan dan mengkoordinasi semua komponen kegiatan proyek kearah hasil
yang effektif dan efisien.
5. Efektivitas Otoritas dan Pengaruh. Pimpro perlu mengetahui dan memilah-milah cara
yang dianggap paling efektif untuk mendapatkan dukungan dari mereka.
Tabel 1. sumber pengaruh & nilai yg dapat dipergunakan oleh pimpro.

E. Kualifikasi Pimpro

21
1. Kepemimpinan yang berorientasi kuat pada pencapaian sasaran, yaitu pemimpin yang
bersedia mengambil resiko, setelah dianalisis secara matang dan bersifat kritis terhadap
tatanan atau prosedur yang berlaku.
2. Generalis dan spesialis, yaitu pemimpin yang mampu merencanakan dan
mengendalikan sumber daya perusahaan serta mengerti aspek bidang usaha dan memiliki
kemauan untuk melatih personil. Menguasai pengertian umum masalah akuntansi,
keuangan dan administrasi.
3. Kredibilitas teknis, memiliki cukup pengetahuan teknis dan latar belakang
pengalaman yang diharapkan dapat menangkap dan mengerti aspek-aspek teknis serta
operasional kegiatan proyek yang dikelolanya
4. Bergairah menghadapai tantangan, yaitu pemimpin yang memiliki sikap yang selalu
bersedia dan siap menghadapi segala permasalahan proyek, dapat meyakinkan
tim proyek, bahwa persoalan-persoalan yang timbul adalah wajar dan perlu ditanggapi
dengan bergairah. Mampu mencegah sikap yang ingin menunda pekerjaan apalagi
menghindarinya atau melemparkan ke pihak lain.
5. Menguasai aspek SDM, yaitu pemimpin yang menguasai dan dapat mempraktekkan
sebaik-baiknya teknik hubungan antar manusia. Mampu mengadakan kontak dengan
bermacam-macam tingkatan dari lapisan birokrasi dan individu, baik internal maupun
eksternal dari perusahaan yang bersangkutan.
6. Kekuasaan Berasal Dari Expert Power dan Referent Power. Pimpinan perusahaan
hendaknya memilih seorang pimpro dengan latar belakang dan pengalaman yang
diperkirakan mampu menumbuhkan dan mengembangkan kekuasaannya berdasarkan
keahlian expert power dan referent power.
7. Memenuhi Persyaratan. Pimpro harus menguasai prinsip dasar manajemen, disamping
pengetahuan teknis khusus yang relevan dengan proyek yang sedang dikelola.

F. Fungsi dan Proses Pengendalian.


Pengendalian adalah usaha yang sistematis untuk menentukan standar yang sesuai
dengan sasaran perencanaan. Merancang sistem informasi dan membandingkan pelaksanaan
dengan standar menganalisis kemungkinan adanya penyimpangan antara pelaksanaan dan

22
standar. Mengambil tindakan pembetulan yang diperlukan agar sumber daya digunakan secara
efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran
Langkah-Langkah Proses Pengendalian :
1. Menentukan Sasaran, Sasaran dihasilkan dari suatu perencanaan dasar dan menjadi salah satu
faktor pertimbangan utama dalam mengambil keputusan untuk melakukan investasi atau
membangun proyek.
2. Lingkup Kegiatan, Meliputi ukuran, batas, dan jenis pekerjaan yang harus dilakukan.
3. Standar dan kriteria, ada bermacam-macam standar & kriteria, yaitu berupa :
a. Satuan uang.
b. Jadwal kerja
c. Unit pekerjaan.
d. Standar mutu, kriteria dan spesifikasi.
4. Merancang Sistem Informasi, berupa program komputer yang dapat mengumpulkan,
menganalisis, menyimpan, dan memproses data sehingga menjadi informasi yang diperlukan.
5. Mengkaji dan menganalisis hasil pekerjaan, yaitu mengkaji segala sesuatu yang dihasilkan
oleh kegiatan pada butir 4.
6. Mengadakan tindakan pembetulan, yang berupa : realokasi sumber daya, menambah tenaga
kerja dan pengawasan, mengubah metode, cara, dan prosedur kerja, atau mengganti peralatan
yang digunakan

F, Area (Objek) dan Aspek Pengendalian.


1. Organisasi dan Personil, Memantau apakah organisasi pelaksana proyek dibentuk sesuai
rencana, apakah pengisian personil telah memenuhi kualifikasi, dan apakah jumlahnya telah
mencukupi.
2. Waktu/Jadwal, Dalam aspek ini objek pengendalian amat ekstensif dan berlangsung
sepanjang siklus proyek.
3. Anggaran Biaya dan Jam-Orang, pengendalian anggaran dan pemakaian jam-orang
berlangsung sepanjang siklus proyek.
4. Pengendalian pengadaan, meliputi masalah prosedur dan peraturan yang diberlakukan.
5. Pengendalian lingkup kerja, berkaitan dengan aspek biaya.
6. Pengendalian mutu, berkaitan dengan tujuan pokok produk, mulai dari

23
menyusun program sampai kepada inspeksi dan uji coba produksi.
7. Pengendalian kerja, memantau dan mengendalikan aspek biaya dan jadwal
secara terpisah.

E. Pengendalian Proyek
1. Pengendalian Proyek yang Efektif.
a. Tepat waktu dan peka terhadap penyimpangan.
b. Bentuk tindakan yang diadakan tepat dan benar.
c. Terpusat pada masalah atau titik yang sifatnya strategis.
d. Mampu mengetengahkan dan mengko-munikasikan masalah dan penemuan, agar
koreksi dapat segera dilakukan.
e. Kegiatan pengendalian tidak lebih dari yang diperlukan.
f. Dapat memberikan petunjuk berupa perkiraan hasil pekerjaan yang akan datang.
2. Pengendalian Yang Tidak Efektif, disebabkan oleh :
a. Karakteristik proyek, tidak mudah mengikuti kinerja masing-masing kegiatan dan
menyimpulkan menjadi laporan yang terkonsolidasi.
b. Kualitas informasi, laporan yang tidak tepat pada waktunya dan tidak pandai memilih
materi.
c. Kebiasaan, sulit menyesuaikan diri dalam waktu yang relatif singkat.

2.5 PERANGKAT-PERANGKAT MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI


A. Umum
Dalam manajemen konstruksi, terdapat beberapa perangkat yang dapat digunakan untuk
memantau jalannya kegiatan-kegiatan suatu proyek dan memperoleh informasi-informasi yang
diperlukan, perangkat-perangkat tersebut adalah:
1. Bar Chart (Gantt Chart) diagram dan Kurva S;
2. Net Work Planning diagram;
3. Critical Path Method (CPM);
4. Linear Schedule Methode (LSM);
5. Precedence Diagram Method (PDM); dan
6. Project Evaluation and Review Technique (PERT).

24
B. Bar Chart (Gantt Chart) dan Kurva S
Bar Chart pertama sekali dikembangkan oleh Henry L. Gantt (1861-1919) sehingga sering juga
disebut dengan Gantt Chart, adalah suatu diagram yang terdiri dari batang-batang yang
menunjukkan saat dimulai dan saat selesai yang direncanakan untuk kegiatan-kegiatan pada
suatu proyek.
Sejarah terciptanya bagan Gantt ini dimulai ketika Henry L Gantt berdiri sendiri sebagai
konsultan insinyur industri. Gantt mulai mempertimbangkan sistem insentif dari Taylor (ahli
manajemen ilmiah). Gantt membuat ide baru yaitu dengan meninggalkan sistem tarif yang
berbeda karena dianggapnya terlalu kecil memberikan dampak motivasional. Sistem baru
tersebut yaitu:
• Setiap pekerja yang dalam sehari berhasil menyelesaikan tugas dibebankan kepadanya
akan menerima bonus sebesar 50 sen.
• Motivasi kedua yaitu supervisor akan mendapat bonus untuk setiap pekerja yang
mencapai standar harian, ditambahkan bonus tambahan biola semua pekerja mencapai standar
tersebut.
Alasan Gantt akan mendorong dan melatih para pekerja yang diawasi untuk melakukan
pekerjaan lebih baik. Setiap kemajuan pekerja dinilai secara terbuka dan dicatat pada bagan
balok. Suatu bagan balok secara grafis menguraikan suatu proyek yang terdiri dari kumpulan
tugas atau aktivitas yang telah dirumuskan dengan baik di mana suatu penyelesaian pekerjaan
merupakan titik akhirnya.
Suatu aktivitas adalah suatu atau kelompok tugas-tugas yang saling erat hubungannya antara
yang satu dengan lainnya yang pemaksaannya ikut berperan untuk menyelesaikan proyek secara
menyeluruh. Umumnya suatu bagan balok diatur sedemikian semua aktivitas didaftarkan dalam
satu kolom di bagian kiri bagan. Suatu skala waktu yang mendatar (horizontal) memanjang ke
bagian kanan daftar dengan suatu garis yang berkenaan dengan setiap aktivitas yang tertera
dalam daftar itu.
Sedangkan Kurva S merupakan suatu grafik yang menunjukkan hubungan antara kemajuan
pelaksanaan proyek terhadap waktu penyelesaian, di mana fungsinya sebagai alat kontrol atas
maju mundurnya pelaksanaan pekerjaan.

25
Menurut Hannum (penemu kurva-S) aturan yang harus dipenuhi dalam membuat Kurva S
adalah:
1. Pada seperempat waktu pertama, grafiknya naik landai sampai 10%.
2. Pada setengah waktu, grafiknya naik terjal mencapai 45%.
3. Pada saat tiga per empat waktu terakhir, grafiknya naik terjal mencapai 82%.
4. Waktu terakhirnya, grafiknya naik landai hingga mencapai 100%.

Pada sebagian besar proyek, pengeluaran sumber daya untuk setiap satuan waktu condong untuk memulainya
dengan lambat, berkembang ke puncak dan kemudian berkurang secara berangsur- angsur bila telah mendekat ke
ujung akhir. Secara lebih terperinci Bar Chart dan Kurva S dibuat sebagai berikut:

1. Pada kolom paling kiri dituliskan item-item pekerjaan;


2. Kolom kedua dituliskan durasi setiap item pekerjaan;
3. Kolom ketiga berisi harga setiap item pekerjaan;
4. Kolom keempat berisi bobot setiap pekerjaan; Bobot pekerjaan dihitung berdasarkan
persamaan

Biaya setiap pekerjaan


Bobot %  Biaya total 100%

5. Selanjutnya dibuat diagram batang, panjangnya sesuai dengan durasi


pekerjaan (hari kerja atau hari kalender);
6. Bila bobot setiap pekerjaan telah dihitung, kemudian dapat dicari
persentase pekerjaan harian dengan menjumlahkan bobot harian dari pekerjaan
masing-masing. Kemudian dicari persentase harian komulatif di mana pada akhir
jadwal harus 100%. Hubungan antara persentase komulatif (sumbu X) dengan
nilai persentase 0 s/d 100% (sumbu Y) ditarik sebuah garis yang membentuk
huruf S. Garis yang dihasilkan inilah yagn disebut dengan Kurva-S. Kurva S ini
berfungsi untuk memberikan gambaran kemajuan setiap pekerjaan terhadap
fungsi waktu. Penggunaan kurva S menyangkut 2 aspek, yaitu:

•Aspek perencanaan;

26
Dalam hal ini, kurva S yang dihasilkan merupakan kurva S rencana, yaitu kurva S
yang diperoleh berdasarkan jadwal rencana. Kurva S ini dijadikan sebagai dasar
untuk menentukan apakah pekerjaan terlambat, sesuai atau lebih cepat.
•. Aspek pengendalian
Di sini, kurva S dibuat pada saat suatu pekerjaan selesai dan kurva S yang
dihasilkan merupakan kurva aktual, yaitu kurva S yang diperoleh dari
jangka waktu pelaksanaan pekerjaan sebenarnya di lapangan. Dengan
membandingkan kurva S aktual ini dengan kurva S rencana, maka akan
dapat diketahui suatu pekerjaan terlambat (kurva S aktual di bawah kurva S
rencana), sesuai (kurva S aktual berimpit dengan kurva S rencana) atau lebih
cepat dari rencana (kurva S aktual di atas kurva S rencana).
Beberapa kelebihan dan kelemahan perangkat Bar Chart dan kurva S adalah sebagai berikut:
a. Kelebihannya:
• Mudah dalam membaca waktu mulainya suatu pekerjaan;
• Mudah dalam membaca waktu suatu pekerjaan diselesaikan;
• Memberikan informasi cepat, normal atau terjadi keterlibatan pelaksana setiap
pekerjaan dalam pelaksanaan suatu proyek;
• Memberikan informasi mengenai persentase pekerjaan yang telah diselesaikan.

b. Kelemahannya:
• Tidak memberikan informasi mengenai rincian pekerjaan secara pasti seperti
susunan pekerjaan yang sesuai dengan pelaksanaan di lapangan;
• Tidak memberikan informasi mengenai hubungan ketergantungan antar kegiatan;
• Tidak memberikan informasi mengenai adanya kegiatan- kegiatan dengan waktu
kritis, sehingga tidak dapat dilakukanpercepatan suatu pekerjaan
bila terjadi keterlambatan.

C. Net Work Planning


Net Work Planning adalah alat manajemen yang memungkinkan dengan lebih luas dan lengkap
dalam perencanaan dan pengawasan suatu proyek. Proyek secara umum didefinisikan sebagai
suatu rangkaian kegiatan-kegiatan (aktivitas) yang mempunyai saat permulaan dan yang harus

27
dilaksanakan serta diselesaikan untuk mendapat satu tujuan tertentu. Ini penting untuk digunakan
oleh orang yang bertanggung jawab atas bidang-bidang engineering, produksi, marketing
administrasi dan lain-lain, di mana setiap kegiatan tersebut tidak merupakan kegiatan rutin.
Pada prinsipnya, suatu proyek dapat merupakan salah satu atau kumpulan dari proyek-proyek
yang dikategorikan sebagai berikut:
1. Proyek-proyek yang kompleks dengan banyak aktivitas- aktivitas yang saling
bergantungan; dapat digolongkan di sini antara lain: Rumah susun, gedung bertingkat banyak.
Karena banyaknya fasilitas-fasilitas yang harus disediakan menjadikannya menjadi proyek
kompleks dan untuk menata semua unsur pekerjaan ini harus digunakan NWP.
2. Proyek-proyek besar di mana banyak sekali personalia, tenaga kerja dan juga dalam
jumlah yang cukup besar material, equipment, waktu dan biaya;
3. Proyek-proyek yang membutuhkan koordinasi antara beberapa pejabat dan departemen-
departemen;
4. Proyek-proyek di mana sangat diperlukan informasi yang pada dan kontinyu;
5. Proyek-proyek yang harus diselesaikan dalam waktu yang tepat dengan biaya yang
terbatas.

Penyusunan Network Planning dilakukan dalam dua tahap, yaitu:


1. Menginventarisasikan kegiatan-kegiatan yang terdapat di dalam proyek serta logika
ketergantungan antar satu kegiatan dengan kegiatan lainnya. Dengan mengetahui kedua hal
tersebut, maka dapat menggunakan simbol-simbol rencana mendetail yang merupakan sebuah
jaringan (network) dapat digambarkan. Pada tahap ini, faktor waktu dan sumber daya belum
dipertimbangkan, yang ditinjau adalah kegiatan, kejadian dan hubungannya satu sama lain.
Bentuk logika ketergantungan dalam jaringan ini merupakan dasar dari penyusunan Network
Planning selanjutnya.
2. Peninjauan unsur waktu. Dalam ini, waktu untuk menyelesaikan suatu kegiatan
diperkirakan berdasarkan pengalaman, teori dan perhitungan. Kemudian dihitung waktu
terjadinya tiap kejadian (event) dari awal sampai akhir proyek sesuai dengan Network yang telah
dibuat. Dalam analisa ini, dapat dilihat satu atau lebih lintasan dari kegiatan-kegiatan pada
jaringan yang menentukan waktu penyelesaian seluruh proyek yang dinamakan dengan Lintasan

28
Kritis, selain itu terdapat lintasan-lintasan lainnya yang jangka waktunya lebih pendek. Lintasan
yang tidak kritis ini mempunyai waktu untuk bisa terlambat yang dinamakan dengan Float.
Guna dari sebuah Network Planning adalah:
1. Dengan harus digambarkan logika ketergantungan setiap pekerjaan dalam sebuah
jaringan, maka memaksa kita merencanakan sebuah proyek secara mendetail. Dengan
memperhitungkan dan mengetahui waktu terjadinya setiap peristiwa yang ditimbulkan oleh satu
atau lebih kegiatan, maka dapat diketahui dengan pasti kesukaran yang timbul jauh sebelum
terjadinya kesukaran tersebut. Sehingga dapat segera diadakan tindakan-tindakan pencegahan.
Didalam Network Planning ditunjukkan dengan jelas di mana hal-hal yang waktu
penyelesaiannya sangat kritis dan di mana yang tidak, sehingga memungkinkan kita mengatur
pembagian usaha dan perhatian terhadap hal-hal tersebut.
2. Dalam Network Planning ditunjukkan dengan jelas pekerjaan- pekerjaan yang waktunya
penyelesaiannya kritis dan yang tidak, sehingga memungkinkan pengaturan pembagian usaha
terhadap pekerjaan tersebut.
3. Network Planning memberikan bantuan yang berharga dalam berkomunikasi;
4. Memungkinkan dapat dicapainya pelaksanaan proyek yang lebih ekonomis dari sudut
biaya langsung, ketidakraguan dalam penggunaan sumber-sumber daya dan lain-lain.

29
BAB III
ANALISIS DAN PENJELASAN
3.1 HYDROPOWER
Tenaga air atau hydropower adalah energi yang diperoleh dari air yang mengalir. Energi
listrik yang berasal dari energi kinetik air ini sering disebut sebagai hydroelectric. Hydroelectric
menyumbang sekitar 715.000 MW atau sekitar 19% kebutuhan listrik dunia. Indonesia memiliki
potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) untuk minihidro sebesar 450 MW. Saat ini
pengembangan EBT mengacu pada Perpres No. 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi
Nasional. Dalam perpres tersebut disebutkan bahwa kontribusi EBT dalam bauran energi primer
nasional pada tahun 2025 adalah sebesar 17% dengan biomassa, nuklir, air, surya, dan angin
berkontribusi sebesar 5%. Untuk itu langkah yang akan diambil pemerintah adalah menambah
kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Mikrohidro menjadi 2.846 MW pada tahun 2025.
Mikrohidro atau yang dimaksud dengan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro
(PLTMH), adalah suatu pembangkit listrik skala kecil yang menggunakan tenaga air sebagai
tenaga penggeraknya seperti, saluran irigasi, sungai atau air terjun alam dengan cara
memanfaatkan tinggi terjunan (head) dan jumlah debit air.
Kota Pagar Alam merupakan salah satu kota di Provinsi Sumatera Selatan yang secara
geografis berada pada posisi 40° Lintang Selatan (LS) dan 103,150° Bujur Timur (BT) dengan
luas wilayah 63.366 Ha atau sama dengan 633,66 km2 dan terletak sekitar 298 km dari Kota
Palembang serta berjarak 60 km di sebelah barat daya dari ibu Kota Kabupaten Lahat. Kota
Pagar Alam merupakan daerah berbukit dengan ketinggian 400-3.400 di atas permukaan laut.
Kondisi topografi bervariasi dari 0 sampai 15 derajat, sampai kelerengan 45 derajat. Kota Pagar

30
Alam mempunyai beberapa sungai, di antaranya Sungai Lematang, Sungai Selangis Besar,
Sungai Selangis Kecil, Sungai Air Kundur, Sungai Betung, Sungai Air Perikan, sedangkan
Sungai Endikat merupakan sungai yang membatasi dengan Kecamatan Kota Agung Kabupaten
Lahat. Rata-rata curah hujan berkisar antara 1.462 mm – 5.199 mm per tahun dengan
kelembaban udara berkisar antara 75% − 89% dan temperatur udara berkisar antara 22°C − 28°C
dan intensitas cahaya matahari antara 6 jam – 10 jam per hari. Dengan kondisi topografi dan
iklim tersebut, maka dapat dimungkinkan untuk dilakukan perencanaan pengembangan PLTMH
di Kota Pagar Alam di mana penelitian ini berfokus pada lokasi Sungai Lematang.

Gambar 1. Peta wilayah administrasi Kota Pagar Alam (Sumber: Pemkot Pagar Alam, 2012)

Tujuan dari penelitian perencanaan PLTMH di Sungai Lematang Kota Pagar Alam ini
adalah sebagai berikut:
1. Menghitung debit aliran sungai untuk perencanaan PLTMH berdasarkan analisis ketersediaan
air dengan Model Mock.
2. Menghitung tinggi jatuh air atau head efektif berdasarkan skema layout perencanaan PLTMH.
3. Menganalisis potensi daya listrik yang dapat dibangkitkan dari PLTMH.
4. Mengevaluasi kelayakan investasi dari perencanaan PLTMH berdasarkan metode NPV, BCR,
PBP dan IRR.

31
1. Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro

Mikrohidro dibangun berdasarkan kenyataan bahwa adanya air yang mengalir di suatu
daerah dengan kapasitas dan ketinggian yang memadai. Istilah kapasitas mengacu kepada jumlah
volume aliran air persatuan waktu atau flow capacity, sedangkan beda ketinggian daerah aliran
sampai ke instalasi dikenal dengan istilah tinggi jatuh air atau head. Mikrohidro juga dikenal
sebagai white resources dengan terjemahan bebas bisa dikatakan sebagai energi putih.
Jika ditinjau berdasarkan output daya yang mampu dihasilkan, pembangkit listrik tenaga
mikrohidro adalah pembangkit listrik tenaga air yang mampu menghasilkan daya dalam rentang
5 – 100 kW yang biasanya berfungsi sebagai pemasok daya listrik yang berjumlah sedikit atau
industri pedesaan yang terpisah jauh dari sistem grid.
Formulasi sederhana untuk analisis daya bersih (Pnet) yang dibangkitkan dari suatu
pembangkit PLTMH adalah:

Pnet  g . Q . He . Eo (1)
Dimana
Eo  Eturbin . Egenerator . Edrive system . Eline . Etransformer (2)

dengan:
Pnet : Daya bersih yang dapat dibangkitkan (kW)
Q : Debit air (m3/s)
g : percepatan gravitasi, 9,81 (m/s2)
He : head efektif (m)
Eo : Efisiensi dari sistem
Eturbin : 0,70 ~ 0,85 (tergantung dari jenis turbin yang dipakai)
Egenerator : 0,80 ~ 0,95 (tergantung dari kapasitas generator)
Edrive system : 0,97
Eline : 0,90 ~ 0,98 (tergantung dari panjang transmisi)
Etransformer : 0,98

32
Pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) merupakan pembangkit listrik yang
menggunakan energi potensial air dan dapat dikelompokkan berdasarkan metode mendapatkan head,
sistem operasi dan jenis turbin yang digunakan. Secara singkat prinsip kerja dari suatu pembangkit
PLTMH ditunjukkan pada Gambar 2 berikut.

Gambar 2. Prinsip kerja suatu PLTMH

2. Pemilihan Turbin
Turbin air berperan untuk mengubah energi air yaitu energi potensial, tekanan dan energi
kinetik menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran poros. Putaran poros turbin ini akan
generator menjadi tenaga listrik. prinsip kerjanya turbin air dibagi diubah oleh Berdasarkan
menjadi dua kelompok yaitu turbin impuls dan turbin reaksi
Cara kerja kedua tipe turbin tersebut diuraikan sebagai berikut:
7. Turbin Impuls
Turbin jenis ini meliputi crossflow, pelton, dan turgo, menggunakan tekan
yang sama pada setiap sisi sudut geraknya atau runner di mana bagian turbin
yang berputar.
8. Turbin Reaksi
Turbin ini meliputi jenis francis dan kaplan/propeller, menggunakan energi
kinetik dan tekanan dikonversikan di runner. Secara umum, jenis turbin ini tidak
menerima tumbukan dan hanya mengikuti aliran air.

Tabel 1 berikut menunjukkan pembagiaan jenis- jenis turbin berdasarkan prinsip kerja serta
tinggi jatuh air.

33
Tabel 1. Klasifikasi dan rentang penggunaan turbin
Turbine Head (Pressure)
High > Medium 20 m – Low 5 m –
Type
40 m 40 20 m
m
Impulse Pelton Turgo Crossflow (Banki) Crossflow (Banki)
Turgo
Pelton
Francis Pump as Propeller Kaplan
Reaction Turbine
(PAT)
Kaplan Propeller

Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa daerah kerja operasi turbin dapat dibagi
menjadi low head power plant, medium head power plant, dan high head power plant. Hal yang
perlu diperhatikan dalam pemilihan turbin adalah putaran Kecepatan turbin sama dengan
kemampuan kecepatan generator.
Daerah aplikasi berbagai jenis turbin air relatif spesifik. Beberapa daerah operasi
memungkinkan digunakan beberapa jenis turbin. Pemilihan jenis turbin pada daerah operasi yang
overlapping ini memerlukan perhitungan yang lebih mendalam. Grafik pada Gambar 3 di bawah
ini dapat membantu untuk pemilihan jenis turbin

34
Gambar 3. Grafik emilihan jenis turbin

3. Desain Struktur Sipil PLTMH


SebuahPLTMH adalah sebuah sistem pembangkit listrik yang memanfaatkan tenaga air
sebagai sumber energinya dan memiliki komponen- komponen paling tidak adalah sebagai
berikut:
1. Bendung Pengalihan dan Intake
2. Bak Pengendap atau Settling Basin
3. Saluran Pembawa atau Headrace
4. Bak Penenang atau Headtank
5. Pipa Pesat atau Penstock
6. Rumah Pembangkit atau Powerhouse
7. Turbin air dan sistem transmisi mekaniknya
8. Kontrol beban dan atau control turbin serta variasinya
9. Generator listrik
10. Sistem jaringan dan distribusi listrik, dan
11. Sambungan rumah hingga pada pembatas atau meter

Pada Gambar 4 di bawah ini dapat dilihat bagaimana skema layout PLTMH yang ada pada
umumnya

Gambar 4. Skema sistem PLTMH

35
Jenis turbin tidak dibatasi, namun penggunaan kincir air serta pemanfaatan energi air tanpa
tekanan tidak dimasukkan dalam definisi sistem PLTMH. Instalasi di dalam rumah tidak
dimasukkan sebagai komponen peralatan PLTMH.

3.2. METODOLOGI PENELITIAN DAN PERENCANAAN


Langkah – langkah dalam perencanaan PLTMH ini terdiri dari:
1. Pengumpulan data
Data yang digunakan terdiri dari data primer yaitu pengamatan debit sungai, dan data sekunder
yaitu data curah hujan, klimatologi dan topografi.
2. Perhitungan debit ketersediaan air
Debit ketersediaan air dihitung dengan menggunakan Metode Mock berdasarkan data curah
hujan dan perhitungan evapotranspirasi dengan Metode Penman modifikasi.
3.Penentuan tinggi jatuh air bersih
Penentuan didasarkan pada skema layout perencanaan PLTMH.
4. Perhitungan daya terbangkitkan dan produksi energi tahunan
5. Analisis kelayakan investasi
Parameter yang digunakan dalam analisis adalah nilai Net Present Value (NPV), Benefit Cost
Ratio (BCR), Payback Period (PBP), dan Internal Rate Return (IRR).

3.3 HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Perhitungan Debit Ketersediaan Air
Debit ketersediaan air dihitung dengan menggunakan Model Mock, dimana data yang
dibutuhkan untuk perhitungan yaitu:
a. Curah hujan
Data curah hujan yang dipakai adalah data curah hujan bulanan Kota Pagar Alam dari
tahun 2003 sampai dengan 2012.
b. Evapotranspirasi potensial
Nilai evapotranspirasi dihitung menggunakan persamaan Penman Modifikasi berdasarkan
data klimatologi yaitu temperatur udara, kelembaban relatif, lama penyinaran matahari,
dan kecepatan angin. Data tersebut merupakan data klimatologi kota Pagar Alam dari
tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Tabel 2 berikut menyajikan data klimatologi

36
bulanan dan hasil perhitungan evapotranspirasi potensial bulanan untuk tahun 2009
sampai dengan tahun 2012 menggunakan persamaan Penman modifikasi.
T RH n/N u PET
Bulan
(°C) (%) (%) (m/s) (mm/bulan)
Jan 26,475 86,600 41,575 1,543 147,560
Feb 26,625 87,950 44,250 1,285 135,576
Mar 27,075 86,500 51,150 1,285 145,886
Apr 27,600 84,975 58,325 1,157 144,780
Mei 28,100 84,000 61,525 1,285 138,229
Jun 27,700 83,600 63,375 1,414 129,840
Jul 27,350 82,350 62,700 1,543 144,553
Agus 27,700 79,650 68,800 1,671 166,470
Sept 28,100 77,775 61,250 1,671 182,100
Okt 27,600 82,025 56,325 1,157 173,135
Nov 27,325 84,850 48,325 1,028 157,950
Des 26,775 86,675 39,300 1,285 148,707
Tabel 2. Data klimatologi bulanan dan hasil perhitungan evapotranspirasi potensial tahun 2009 sampai
dengan tahun 2012 bulanan menggunakan persamaan Penman modifikasi

c. Parameter DAS
Parameter DAS yang digunakan dalam perhitungan debit ketersediaan air dengan model
Mock yaitu koefisien infiltrasi (Ic), initial soil moisture storage (ISM), soil moisture
capacity (SMC), initial groundwater storage (IGWS), dan groundwater recession constant
(K). Nilai parameter DAS tersebut dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
Parameter DAS Nilai
No Simbol Satuan
Dikalibrasi Optimasi

1 Koefisien Infiltrasi Ic - 0,75

2 Initial Soil Moisture ISM mm 50

Soil Moisture
3 SMC mm 85
Capacity
Initial Groundwater
4 IGWS mm 65
Storage
Groundwater
5 K - 0,9
Recession Constant
Tabel 3. Parameter DAS

Nilai optimasi pada Tabel 3 ditentukan berdasarkan hasil kalibrasi dengan cara
membandingkan data pengamatan debit sungai dengan hasil perhitungan debit ketersediaan air
dengan Model Mock. Kalibrasi dilakukan dengan bantuan fungsi add-on Solver pada Microsoft
37
Excel 2010. Nilai optimasi diatur sedemikian rupa sehingga data yang dibandingkan memiliki
koefisien korelasi ≥ 0,7 dan volume keslahan ≤ 5%. Hasil perhitungan debit ketersediaan air
dengan Model Mock menggunakan data curah hujan tahun 2009 sampai dengan 2012 dimana
hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.

Debit (m3/s) Qmin


Bulan 2009 2010 2011 2012
(m3/s)
Jan 5,956 5,735 6,26 9,01 5,735
Feb 3,241 13,216 6,238 9,021 3,241
Mar 3,076 9,035 8,338 6,302 3,076
Apr 3,937 8,951 14,675 8,477 3,937
Mei 4,221 10,608 9,745 6,308 4,221
Jun 2,585 7,853 9,202 5,852 2,585
Jul 2,252 9,67 8,4 5,447 2,252
Agus 2,585 11,247 7,109 4,593 2,585
Sept 2,028 10,379 6,042 4,448 2,028
Okt 4,698 9,123 6,819 3,484 3,484
Nov 8,997 10,342 10,416 6,256 6,256
Des 11,242 7,168 11,455 4,139 4,139
Tabel 4. Hasil perhitungan debit ketersediaan air dengan model Mock

Gambar 5. Kurva massa debit ketersediaan air

Berdasarkan kurva massa aliran pada Gambar 5 di atas, dengan menetapkan bahwa besarnya
debit ketersediaan air untuk PLTMH adalah dipilih probabilitas 90% dengan pertimbangan

38
bahwa perencanaan PLTMH merupakan on-grid system, maka debit ketersediaan air adalah
sebesar 3,076 m3/s yang ditentukan dalam perencanaan PLTMH ini.

2. Perhitungan Tinggi Jatuh Air

Perhitungan tinggi jatuh berdasarkan pada Gambar 6, air (He) dilakukan dimana Hg adalah beda
tinggi antara muka air pada intake dan tinggi muka air pada saluran pembuang atau tailrace, H
adalah beda tinggi antara tinggi muka air pada headtank atau bak penenang dan elevasi instalasi
turbin, HL1 adalah headloss dari intake ke headtank, HL2 adalah headloss pada pipa pesat atau
penstock, HL3 adalah headloss antara instalasi turbin dan tailrace. Dari hasil pengukuran di
lapangan dan analisis topografi menggunakan teknik sistem informasi geografis (SIG) dipe oleh:

Elevasi muka air headtank = +721,930 mdpl

Elevasi instalasi turbin = +710,214 mdpl

HL2 = 0,274 m

maka,

H = 721,930 – 710,214 = 11,716 m

He = 11,716 – 0,274 = 11,442 m

Gambar 6. Penentuan tinggi jatuh air

3. Pemilihan Turbin

Berdasarkan pada Gambar 3, untuk debit ketersediaan air sebesar 3,076 m3/s dan tinggi
jatuh air bersih sebesar 11,442 m diketahui bahwa terdapat dua jenis turbin yang
sesuai yaitu turbin Crossflow dan turbin Kaplan. Dalam penelitian ini dipilih turbin Kaplan
karena cocok untuk tinggi jatuh air yang relatif rendah.

39
4. Perhitungan Day Terbangkitkan dan Produksi Energi Tahunan
Perhitungan daya terbangkitkan berdasarkan pada rumus 1, dimana efisiensi total ditentukan
sebesar 47,9%, sehingga

Pnet = g · Q · He · Eo

= 9,81 · 3,076 · 11,442 · 0,479


= 165,384 kW
÷ 165 Kw

Untuk menghitung produksi energi listrik tahunan ditentukan bahwa bnerdasarkan kurva durasi
aliran Gambar 5.

Qrata–rata /Q = (3,076 + 2,028)/(2 · 3,076) = 83%

Diambil, Plant factor = 90%

Load factor = 100% (untuk PLTMH sistem on- grid)

PannuaS = 165 · (24 · 365) · 0,90 · 1

= 1.300.860 kWℎ/taℎun
÷ 1,3 GWℎ/taℎun

5. Analisis Kelayakan Investasi


Dengan diketahui bahwa Pnet sebesar 165 kW dan Pannual sebesar 1,2 GWh/tahun. Biaya
konstruksi ditetapkan 5.000 $/kW, sementara itu biaya operasional dan perbaikan diambil 2%
dari biaya konstruksi. Nilai ini diambil dari Global Sustainable Electricity Partnership (2005).
Sehingga,

Biaya konstruksi dihitung:

40
Construction Cos = 5.000 USD/kW · 165 kW
= 825.000 USD

Biaya operasional dan perbaikan dihitung:


O&M Cost = 2% · Construction Cost
= 2% · 825.000 USD
= 16.500 USD /taℎun

Jika kemudian biaya konstruksi dianggap merupakan nilai investasi, I dan biaya
operasional dan perbaikan dianggap merupakan biaya pengeluaran tahunan, AC,
sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika berada pada kisaran 13.000 IDR.
Maka diperoleh bahwa
Nilai investasi, I:
I = 825.000 USD · 13.000 IDR/USD I = 10.725.000.000 IDR
I ÷ 10,7 Milyar IDR

Biaya pengeluaran tahunan, AC:


AC = 16.500 USD/taℎun · 13.000 IDR/USD AC = 214.500.000 IDR/taℎun
AC ÷ 214,5 Juta IDR/taℎun

Berdasarkan Permen ESDM Nomor 12 Tahun 2014 tentang pembelian tenaga listrik
dari pembangkit listrik tenaga air oleh PT. Perusahaan

Listrik Negara (Persero), harga beli tenaga listrik untuk tegangan rendah (≤ 250 kW)
untuk lokasi atau wilayah Sumatera untuk tahun ke-1 sampai tahun ke-8 adalah 1.270
IDR/kWh dan untuk tahun ke-9 sampai dengan tahun ke-20 adalah 770 IDR/kWh.
Sehingga,

Keuntungan tahunan, AB:


AB1 = 1,3 GWℎ/taℎun · 1.270 IDR/kWℎ AB1 = 1.651.000.000 IDR/taℎun

41
AB1 ÷ 1,7 Milyar IDR/taℎun

AB2 = 1,3 GWℎ/taℎun · 770 IDR/kWℎ AB2 = 1.001.000.000 IDR/taℎun

AB2 ÷ 1 Milyar IDR/taℎun

Pada perencanaan PLTMH ini ditetapkan bahwa umur investasi n selama 20 tahun
terhitung setelah proses pelaksanaan fisik PLTMH selesai dikerjakan. Tingkat suku bunga
ditetapkan sebesar 8% yang merupakan tingkat suku bunga untuk fasilitas pinjaman Bank
Indonesia periode 14 Juli 2015. Tingkat suku bunga 8% ini juga akan ditetapkan sebagai
nilai MARR untuk analisis nilai IRR. Maka,

PWC = I + AC · (P/A , 8%, 20 taℎun)

= 10, 7 Milyar + 214,5 Juta · 9,8181

= 12.805.982.450 IDR

÷ 12,8 Milyar IDR

PWB = (AB1 − AB2 ) · (P/A , 8%, 8 taℎun)

+ AB2 · (P/A , 8%, 20 taℎun)

= 700 Juta · 5,7466 + 1 Milyar · 9,8181


= 13.840.720.000 IDR

÷ 13,8 Milyar IDR

Berikut ini perhitungan nilai NPV BCR, dan k(PBP)


NPV = PWB − PWC

= 13,8 Milyar IDR − 12,8 Milyar IDR

= 1 Milyar IDR

42
BCR = PWB /PWC
= 13,8 Milyar IDR /12,8 Milyar IDR
= 1,078 k(PBP) = I /(AB − AC )

= I /(AB1 − AC )

= (10,7 Milyar)/((1,7 Milyar − 214,5 Juta) )


= 7,203 taℎun

Selanjutnya dihitung nilai IRR dengan tingkat suku bunga 8%, 9%, 10% dan 11%,
yaitu kondisi di mana cash flow investasi menghasilkan nilai NPV = 0 pada suatu tingkat
suku bunga. Perhitungan ini dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Cash flow investasi dengan berbagai tingkat suku bunga

Dari Tabel 5 di atas diketahui bahwa cash flow investasi akan menghasilkan NPV = 0 pada
tingkat suku bunga antara 9% dan 10%, sehingga nilai IRR ditentukan dengan cara coba-coba.

43
Kemudian ditetapkan bahwa nilai IRR adalah sebesar 9,50%. Hasil evaluasi kelayakan
investasi dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.

Tabel 6. Hasil evaluasi kelayakan investasi perencanaan PLTMH

44
BAB VI
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari hasil tinjauan dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan analisis data curah hujan dan klimatologi diketahui besarnya debit yang
tersedia untuk perencanaan PLTMH dengan probabilitas 90%, karena pertimbangan bahwa
perencanaan PLTMH merupakan on-grid system, yaitu sebesar 3,076 m3/s.
2. Dari skema layout perencanaan PLTMH yang telah direncanakan diketahui tinggi jatuh air
atau head efektif yang tersedia untuk pengoperasian PLTMH adalah sebesar 11,442 m.
3. Dengan pertimbangan batas bawah dari efisiensi total PLTMH yaitu sebesar 47,9%, maka besarnya
daya yang dapat dibangkitkan minimal dari PLTMH yang direncanakan adalah 165 kW dengan
produksi energi listrik tahunan sebesar 1,3 GWh/tahun.
4. Pada evaluasi kelayakan investasi ditetapkan umur investasi selama 20 tahun dengan tingkat suku
bunga 8%.Besarnya nilai investasi yaitu biaya konstruksi PLTMH adalah 825 ribu USD atau 10,7
milyar IDR jika kurs rupiah terhadap dollar amerika berada pada kisaran 13.000 IDR. Biaya
operasional dan perbaikan tahunan diambil 2% dari biaya konstruksi. Harga beli listrik dari PLN
untuk setiap kWh yang dihasilkan PLTMH adalah 1.270 IDR dari tahun ke-1 sampai tahun ke-8
dan 770 IDR dari tahun ke-9 sampai tahun ke-20. Dari hasil perhitungan didapat nilai NPV sebesar
1 Milyar IDR (NPV > 0), nilai BCR sebesar 1,078 (BCR > 1), nilai k PBP atau periode pengembalian
selama 7,203 tahun (kPBP < umur investasi), dan nilai IRR sebesar 9,50% (IRR > MARR = 8%).
Sehingga perencanaan PLTMH ini berada dalam status layak investasi.

4.2 Saran

Saran yang dapat diambil setelah melakukan perencanaan PLTMH ini adalah sebagai
berikut:

1. Penentuan lokasi perencanaan PLTMH harus dipertimbangkan dengan baik, lokasi yang
dipilih sebisa mungkin mudah untuk dijangkau, selain itu hal ini juga berkaitan erat dengan
desain bangunan PLTMH yang ekonomis serta untuk mendapatkan tinggi jatuh air atau

45
head yang paling efektif.
2. Karena letak sungai Lematang yang berada di dasar tebing, maka perencanaan desain
bangunan PLTMH harus mempertimbangkan kemungkinan akan bahaya tanah longsor dan
banjir bandang.
3. Analisis perhitungan seperti perhitungan debit ketersediaan air dilakukan dengan cermat dan
menggunakan sumber data yang memadai sehingga hasil perhitungan akan sesuai atau
paling tidak mendekati kondisi aktual.
4. Karena daya yang dapat dibangkitkan dari potensi sungai Lematang sebesar 165 kW, maka
dapat dikategorikan ke dalam Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (daya yang dapat
dibangkitkan kisaran antara 100 kW – 1 MW).

46
DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia, 2013. Kurs Transaksi Bank Indonesia. [Online] Available at:
http://www.bi.go.id/id/ moneter/informasi-kurs/transaksi-bi/Default.aspx [Diakses 30
Agustus 2015].

Bank Indonesia, 2013. Siaran Pers. [Online] Available at: http://www.bi.go.id/id/ruang-


media/siaran-pers/ Pages/sp_175615.aspx [Diakses 30 Agustus 2015].

Department of Energy (DOE)-Energy Utilization Management Bureau, 2009. Manual for


Design, Implementation and Management for Micro-Hydropower Development, s.l.:
Japan International Cooperation Agency.

Department of Energy (DOE)-Energy Utilization Management Bureau, 2009. Training


Manual for Micro- Hydropower Technology, s.l.: Japan International Cooperation
Agency.

European Small Hydropower Association (ESHA), 1998. Layman's Guidebook on How


to Develop a Small Hydro Site, s.l.: Comission of The European Communities.

Giatman, M., 2011. Ekonomi Teknik. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Global Sustainable Electricity Partnership, 2005. Renewable Energies Workshop


Majuro, Marshal Island Module 4 – Micro-Hydro Power. [Online] Available at:
http://www.globalelectricity.org/Projects/Majuro/MicroHydro_fichiers/4x
%20Appendix.pdf [Diakses 30 Agustus 2015].

47
Hartono, A., 2015. Saat Terbaik Investasi di Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro -
PLTM. [Online] Available at: https://adienergy.wordpress.com/ 2015/06/07/saat-terbaik-
investasi-di-pembangkit-listrik-tenaga-minihidro-pltm/ [Diakses 30 Agustus 2015].

Kadir, R., 2010. Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di
Sungai Marimpa Kecamatan Pinembani. Tugas Akhir. Universitas Tadulako.

Kamiana, I. M., 2011. Teknik Perhitungan Debit Rencana Bangunan Air. Yogyakarta:
Graha Ilmu.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2014. Peraturan Menteri Tahun 2014.
[Online] Available at: http://www.esdm.go.id/regulasi/pp/\cat_view/64- regulasi/70-
peraturan-menteri/276-peraturan-menteri- esdm/ 383-tahun-2014.html [Diakses 30
Agustus 2015].

Kurniawan, A. et al., 2009. Buku 2A Pedoman Studi Kelayakan Hidrologi. s.l.:Direktorat


Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.

, A. et al., 2009. Buku 2B Pedoman Studi Kelayakan Sipil. s.l.:Direktorat Jenderal Listrik
dan Pemanfaatan Energi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.

Wikipedia, 2015. Mikrohidro. [Online] Available at: https://id.wikipedia.org/


wiki/Mikrohidro [Diakses 30 Agustus 2015].

Wikipedia, 2015. Tenaga Air. [Online] Available at: https://id.wikipedia.org/


wiki/Tenaga_air [Diakses 30 Agustus 2015].

48
49

Anda mungkin juga menyukai