PENDAHULUAN
Melanoma maligna adalah tumor ganas kulit yang berasal dari sel melanosit
dengan gambaran berupa lesi kehitam-hitaman pada kulit atau mukosa. Melanoma
sebagian besar ditemukan di kulit, namun kemungkinan juga dapat terjadi pada
tempat lain, dimana melanosit ditemukan.
Melanoma pada rongga mulut ditemukan pada pasien dengan umur rata-rata
56 tahun, dan lebih sering didapatkan pada laki-laki. Kelainan ini sering dijumpai
pada palatum durum, gingival rahang atas, lidah, mukosa bukal, dan pada bibir 1
Pemeriksaan klinis saja tidak dapat menunjang diagnosa yang tepat pada
melanoma maligna tanpa dilakukan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan
penunjang harus segera dilakukan apabila telah dicurigai adanya melanoma.3,4
1
BAB II
MELANOMA MALIGNA RONGGA MULUT
2.1. Epidemiologi
2.2. Etiologi
a) Sinar Matahari
Paparan sinar matahari, terutama radiasi ultraviolet (UV) merupakan faktor resiko
utama terjadinya melanoma. Resiko terjadinya melanoma akan meningkat seiring
dengan terjadinya sunburn. Diduga insidensi melanoma lebih sering dijumpai pada
penduduk atau populasi di daerah sekitar ekuator.
Paparan sinar matahari mungkin merupakan faktor risiko lingkungan yang
paling relevan untuk melanoma. Ambang paparan sinar UVA dan UVB yang
diperlukan untuk meningkatkan resiko melanoma masih belum diketahui. Kerentanan
genetik untuk radiasi UV sangat bervariasi antar individu dan ini tidak sepenuhnya
berkorelasi dengan jenis kulit, karena itu, faktor genetik lain yang berperan perlu
diperhatikan.6
Jenis kulit dan respon terhadap paparan sinar matahari mempunyai peran penting dalam
terjadinya melanoma.
Resiko terbesar melanoma terjadi pada tipe kulit 1 dan 2, yaitu pada jenis kulit putih,
edangkan, pada tipe kulit gelap yaitu tipe 5 dan 6 jarang ditemui melanoma maligna.6
c) Nevi
Nevi adalah tumor jinak melanosit yang mulai muncul di masa kecil, terus
berkembang di masa dewasa awal, dan menurun secara bertahap pada usia 40-50
tahun dan seterusnya. Nevi dipengaruhi oleh jenis kelamin. Pada anak perempuan,
nevi lebih banyak ditemukan di anggota badan sedangkan pada anak laki-laki sering
ditemukan pada batang badan. Alasan mengapa gender mempengaruhi distribusi pada
melanoma belum diketahui. Nevi merupakan faktor risiko terkuat untuk melanoma,
jauh lebih besar daripada resiko relatif yang berhubungan dengan paparan sinar
4,6
matahari.
d) Anak-anak, Keluarga, dan Kehamilan
Melanoma jarang terjadi pada anak yang belum pubertas. Riwayat keluarga terhadap
melanoma akan meningkatkan resiko terjadinya melanoma terhadap seseorang.
Melanoma yang terjadi pada wanita hamil mempunyai ukuran ketebalan yang lebih
4,6
besar daripada melanoma yang terjadi pada wanita yang tidak hamil.
e) Faktor Biologis
Tidak ada faktor etiologi khusus untuk melanoma rongga mulut, beberapa faktor
resiko pun sulit untuk dipahami. Sama seperti melanoma yang terjadi di kulit,
melanoma rongga mulut primer juga dipercaya berasal dari nevus, pre-existing
pigmented areas atau de novo (pada 30% kasus). Beberapa melanoma rongga mulut
berasal dari
junctional nevi, namun jarang berkembang dari pre-existing Hutchinson`s malignan
1, 3, 4,6
lentigo yang dipercaya sering hadir pada mukosa oral.
Trauma mekanis dari protesa dan infeksi rongga mulut merupakan faktor kausatif
yang mungkin menyebabkan melanoma rongga mulut. Faktor kebiasaan oral dan
riwayat pengobatan diri dapat merupakan etiologi yang signifikan pada ras Indian
dan Afrika.1
f)Faktor Genotip
Faktor resiko melanoma oleh karena genetik memberikan kontribusi 10% dari semua
kasus melanoma. Mutasi gen yang ditemukan di keluarga dengan kecenderungan terjadi melanoma memiliki
(CDNK2A).
Tes mutasi pada gen CDKN2A mengungkapkan alasan mengapa melanoma dapat
menurun pada keluarga, lebih banyak gen yang dikaitkan dengan melanoma
mempunyai kontribusi yang rendah dan biasa di populasi umum, dimana sebagian
besar tidak akan menyebabkan melanoma. Mutasi pada beberapa lokus genetik,
CDNK2A (p16INK dan p14ARF) dan Cyclin-dependent kinase 4 CDK4, telah
diidentifikasi dalam keluarga dengan riwayat melanoma.
2.3 Patofisiologi
ketebalan Breslow). Indikator lainnya adalah potensi metastasis limfatik, tingkat mitosis, dan ulserasi. Tidak hanya melibatkan metastasis kelen
A B C
b. Junctional nevus.
c. Compound nevus.
d. Intradermal nevus.
e. Intradermal nevus dengan neurotisasi (pematangan).
B. hyperplasia lentiginous melanocytic.
C. Lentiginous compound nevus dengan arsitektur dan sitologi abnormal (dysplastic nevus).
D. Tahap awal atau fase pertumbuhan radial melanoma (sel gelap besar di epidermis) yang
Morfologi sel melanoma biasanya jauh lebih besar dari sel-sel nevus. Mereka
berisi banyak inti dengan kontur tak beraturan, memiliki kromatin yang berkelompok.
Di pinggiran membran nukleus dan nukleolus eosinofilik sering digambarkan
sebagai
"cherry red". Sel-sel ganas tumbuh dengan bentuk seperti sarang yang buruk atau sel- sel individual di semua tingkat ep
merupakan fase pertumbuhan radial dan vertikal 2,4,8
Melanoma maligna dapat berkembang dari lesi yang jinak dan juga bisa dari
pigmentasi nevus. Beberapa peneliti menyatakan bahwa sel-sel melanoma dibentuk
dari sel-sel epidernal. Sel melanosit yang normal berada di lapisan basal kulit dan
mukosa, proses keganasan mengubahnya sehingga dapat muncul pada pre-existing
2
nevus, lesi- lesi melanosit.
Lesi-lesi primer mulanya hadir dengan variasi-variasi dari segi warna, bentuk dan
ketinggian derajat pigmentasi dari lesi tersebut. Tipe lesi seperti ini akan mengarah
kepada maligna, biasanya terjadi indurasi dan dari lesi tersebut sering bermetastase.
Melanoma dapat tersebar baik melalui aliran darah dan melewati aliran limfa,
melibatkan paru-paru dan juga hepar. Melanoma dapat muncul dibawah mukosa,
sebagai suatu massa polipoid yang melibatkan regio-regio yang jauh. 2,5
ng ditemukan di Indonesia (70%). Subtipe ini paling sering terlihat pada individu usia 30-50 tahun. Pada umumnya SSM timbul pada kulit norma
0,5 - 3 cm dengan tepi meninggi dan irreguler. Pada permukaannya terdapat
campuran dari bermacam-macam warna, seperti coklat, abu-abu, biru, hitam
dan sering kemerahan Lesi ini meluas secara radial. Pada umumnya
mempunyai ukuran 2 cm dalam waktu 1 tahun, untuk melanjutkan tumbuh
secara vertikal dan berkembang menjadi nodula biru kehitaman. Dapat
mengalami regresi spontan dengan meninggalkan bercak hipopigmentasi.
Predileksinya pada wanita sering dijumpai di tungkai bawah, sedangkan pada
pria di badan dan leher. Secara histologis, ditandai buckshot (pagetoid)
melanosit pada epidermis.
A B
A B
Sering dijumpai di telapak tangan, ibu jari kaki, daerah subungul, dan
membran mukosa. Biasanya berawal dari pigmentasi hitam, makula batas
tidak teratur, yang kemudian berkembang menjadi papula yang invasif.
Sering terjadi didekade ke-5 sampai ke-7 dari hidup seseorang. Pertumbuhan
lesi makula meluas kearah lateral dan ke arah vertikal berupa penebalan
lesi.2,6
Gejala yang patut dicurigai sebagai tanda dari keganasan lesi berpigmen
adalah perubahan warna apakah lebih terang atau lebih gelap, gatal, perubahan bentuk
menjadi tidak teratur atau nevus bertambah luas dan tebal, pertumbuhan horizontal
dan vertikal, permukaan tidak rata, dan pembentukan ulser serta adanya peradahan.
1,2,5
Gambar 6. (A).Pasien pria Jepang dengan makula yang luas, hitam-berpigmen dan tidak teratur
berbatasan di mukosa labial gingiva rahang atas dan garis tengah wajah.(B) Lesi besar warna
biru-hitam,dengan batas tidak teratur.5
Alat bantu diagnostik yang digunakan dalam pemeriksaan klinis kelainan ini meliputi:
Tabel 3. MacKies revised seven point checklist.Tabel 4. Glasgow seven point checklist
2. The ABCDE checklist from the American C
-A: Asimetry
-D: Diameter
-E: Evolution, terdapat perubahan lesi yang dapat diperhatikan sendiri oleh
penderita dan keluarganya
Pemeriksaan Penunjang
a) Biopsi
b) Pemeriksaan Mikroskopis
Dalam mukosa mulut, prognosisnya buruk jka terdapat semua jenis arsitektur
(spindled, pleomorfik,dan plasmacytoid. Sering juga ditemukan metastasis ke kelenjar
getah bening leher dan supraklavikula.
Gambar 11.
Sel tumor menunjukkan afinitas permukaan epitelium (penggabungan tumor dan epitel).
Diagnosis melanoma oral5
Gambar 12.
Sarang melanosit yang bundar dalam berbagai variasi ukuran dengan pseudoinclusion nuklir
(hematoxylin dan eosin, X40 perbesaran asli). Diagnosis melanoma oral.5
Gambar 13.
(A) Massa polypoid. Kumpulan sarang melanosit bulat mengisi jaringan ikat dan memiliki
tropisme untuk epitel permukaan Massa ini dipotong dari permukaan lingual rahang bawah
posterior dari seorang pria tua. (B) Massa polypoid dengan sel tumor menunjukkan peawarnaan
yang kuat dan positif dengan protein S-100 imunohistokimia Diagnosis melanoma oral5
Nevus pigmentosus
Blue nevus
Keratosis seboroik
Karsinoma sel basal jenis nodula dan berpigmen
Penyakit bowen
Dermafibroma
Granuloma piogenikum
Sublingual hematoma
Klasifikasi Klinik
Stadium I:
Melanoma maligna lokal tanpa metastase jauh atau kelenjar limfe regional
Melanoma primer yang belum diobati atau telah dilakukan biopsi eksisi
Melanoma rekuren lokal yang berada dalam jarak 4 cm dari lesi primer
Melanoma primer multipel
Stadium II:
Stadium III:
n kelenjar limfe. Hal ini menerangkan bahwa untuk menentukan prognosis dan tindakan pengobatannya tidak cukup hanya didasarkan pada kla
Klasifikasi Histologik
Klasifikasi ini didasarkan pada sifat biologis Melanoma Maligna. Dikenal dua
klasifikasi histologik standar yang digunakan, yaitu:
3.1 Perawatan
Perawatan yang dilakukan pada pasien melanoma adalah tindakan bedah segera
setelah dilalakukan pemeriksaan klinik dan juga pemeriksaan laboratorium berupa
1,2,5,9
biopsi.
1.Eksisi Bedah
Tindakan eksisi bedah diindikasikan pada melanoma stadium I dan II.
m mendeteksi dan menegakkan diagnosa. Biasanya ELND dilakukan pada melanoma stadium III, dimana telah terdapat metastase ke kelenjar ly
3.2 Prognosa