Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN INDIVIDU ASUHAN

KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny. S DENGAN


REUMATOID ARTHRITIS (REMATIK) DI WISMA (C) BPSTW
UNIT BUDI LUHUR KASONGAN BANTUL YOGYAKARTA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Profesi Ners


Stase Keperawatan Gerontik

Disusun oleh:
Hertin Dika Puspitasari
(1910206008)

PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rematik adalah orang yang menderita arthritis atau di sebut juga radang

sendi. Tiga jenis artritis yang paling sering diderita adalah osteoarthritis,

arthritis gout, dan rheumatoid arthritis yang menyebabkan berbenjol pada sendi

atau radang pada sendi secara serentak (Utomo, 2015). Di Indonesia penyakit

rematik yang paling banyak ditemukan dan dijumpai adalah osteoarthritis.

Osteoarthritis merupakan suatu penyakit degeneratif persendian yang

disebabkan oleh beberapa faktor. Penyakit ini mempunyai karateristik berupa

terjadinya kerusakan pada kartilago (tulang rawan sendi). Kartilago merupakan

suatu jaringan keras bersifat licin yang melingkupi sekitar bagian akhir tulang

keras di dalam persendian. Jaringan ini berfungsi sebagai penghalus gerakan

antar tulang dan sebagai peredam (shock absorber) pada saat persendian

melakukan aktivitas atau gerakan.

Gejala osteoarthritis bersifat progresif, dimana keluhan terjadi

perlahanlahan dan lama-kelamaan akan memburuk (Helmi, 2012). Tenaga

kesehatan yang menangani kasus osteoarthritis salah satunya adalah fisioterapi.

Menurut Fukuda (2011), dilihat dari aspek fisioterapi, Osteoarthritis dapat

menimbulkan bermacam-macam gangguan seperti impairment yaitu terjadi

penurunan kekuatan otot, adanya nyeri yang mengakibatkan lingkup gerak sendi

terbatas, terjadi spasme pada otot, dan 2 disability yaitu terjadi ketidak

mampuan dalam melakukan aktivitas tertentu contoh berlutut, berdiri lama,

bangkit dari duduk, dan jongkok. Akibat dari menurunnya kemampuan gerak.

Bahkan pada tingkat functional limitation seperti mengalami gangguan saat


berjalan, naik turun tangga, dan saat berlari. Penderita osteoarthritis di Indonesia

cukup tinggi yaitu pada laki-laki 15,5% dan pada perempuan 12,7% dari seluruh

penderita osteoarthritis, pada usia < 40 tahun penderita osteoarthritis mencapai

5% sedangkan pada usia 40-60 tahun mencapai 30% dan pada usia > 60 tahun

mencapai 65%. (Mutiwara, 2016). Osteoarthritis biasanya terjadi pada usia di

atas 50 tahun.

Di Amerika, di laporkan bahwa terdapat lebih dari 60.000.000 penderita

osteoarthritis, sampai penyakit ini disebut sebagai penyakit pasca pensiun.

Sebagian besar penderita osteoarthritis kelihatannya menderita obesitas.

Perempuan lebih banyak menderita osteoarthritis daripada lelaki dan terutama

pada usia lanjut. Sendi yang sering dikenai osteoarthritis adalah sendi lutut,

panggul dan beberapa sendi kecil di tangan dan kaki (Yatim, 2016). Nyeri lutut

merupakan salah satu keluhan yang sering timbul dan sering dijumpai pada

kasus osteoarthritis. Sedangkan nyeri merupakan gejala klinik yang sering

dijumpai pada pasien osteoarthritis lutut terutama saat melakukan aktifitas atau

pembebanan yang berlebih. Akibat lanjut dari osteoarthritis adalah terjadi

penurunan aktifitas fungsional (Parjoto, 2011).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka rumusan masalah pada laporan
kasus ini adalah bagaimana memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif terhadap klien dengan rematik di Wisma C BPSTW Unit Budi
Luhur Kasongan Bantul.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Didapatkannya pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan
secara komprehensif pada klien dengan rematik di Wisma C BPSTW Unit
Budi Luhur Kasongan Bantul.
2. Tujuan Khusus
a. Profesi Ners
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian, merumuskan masalah,
mendiagnosa, merencanakan, implementasi dan mengevaluasi tindakan
asuhan keperawatan pada klien dengan rematik di Wisma Cempaka
BPSTW Unit Budi Luhur Kasongan Bantul.
b. Pasien
Mampu meningkatkan status kesehatan klien baik secara biologi,
psikologi, sosial, dan spiritual.
D. Manfaat
1. Ilmu Pengetahuan
Hasil laporan ini diharapkan mampu memberikan informasi dan menambah
pengetahuan di bidang kesehatan terutama ilmu keperawatan gerontik terkait
pemberian asuhan keperawatan pada klien lansia dengan rematik .
2. Manfaat Praktisi
a. Bagi Pasien
Diharapkan dapat menjadi media informasi untuk menambah
pengetahuan dan memotivasi klien dalam melakukan tindakan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif terkait dengan kasus rematik pada
lansia.
b. Bagi Profesi Ners
Diharapkan dapat menjadi sumber bacaan dalam meningkatkan
perkembangan dan kualitas kesehatan klien serta sebagai bahan masukan
terkait kasus rematik pada lansia .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Manifestasi Klinis
Definisi 1. Pembengkakan / radang
Etiologi
2. Kekakuan pagi yang berlangsung selama lebih dari
Artritis rheumatoid adalah suatu penyakit inflamasi satu jam
1. Faktor Genetik
sistemik kronik yang walaupun manifestasi utamanya 3. Kekakuan setelah lama tidak ada gerakan
2. Hormon Sex
adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini 4. Kelelahan
3. Faktor Infeksi
juga melibatkan seluruh organ tubuh. Pada umumnya 5. Daerah yang terasa hangat saat disentuh
4. Faktor Lingkungan
selain gejala artikuler, AR dapat pula menunjukan gejala 6. Sensitif terhadap rasa nyeri
5. Jenis Kelamin
konstitusional berupa kelemahan umum, cepat lelah, atau 7. Benjolan atau nodul di bawah kulit
6. Usia
gangguan organ nonartikuler lannya (Sjaifoellah, 2004). 8. Kelemahan
9. Demam ringan

REMATIK

Klasifikasi Stadium Pemeriksaan Penunjang Penatalaksanaan


Tiga stadium pada RA yaitu (Nasution, 1. Laju endap darah (LED) dan C-Reactive Protein (CRP) 1. Obat – obatan
2011): 2. Tes RhF (rheumatoid factor) 2. Perlindungan Sendi
1. Stadium sinovitis. 3. Tes antibodi anti-CCP (Cyclic Citrullinated Peptide) 3. Diet
2. Stadium destruksi 4. Tes darah lengkap 4. Dukungan Psikososial
3. Stadium deformitas 5. Analisis cairan sinovial 5. Fisioterapi
6. Tes Antinuklear Antibodi (ANA) 6. Operasi
(Shiel, 2011).
Patofisiologi Reumathoid Athritis
Sendi merupakan bagian tubuh yang paling sering terkena inflamasi dan degenerasi yang terlihat pada penyakit rematik. Inflamasi
akan terlihat pada persendian sebagai sinovitis. Pada penyakit rematik inflamatori, inflamasi merupakan proses primer dan degenerasi yang
terjadi merupakan proses sekunder yang timbul akibat pembentukan pannus (proliferasi jaringan synovial). Inflamasi merupakan akibat dari
respon imun.
Pada penyakit rematik degenerative dapat terjadi proses inflamasi yang sekunder. Sinovitis ini biasanya lebih ringan serta
menggambarkan suatu proses reaktif. Sinovitis dapat berhubungan dengan pelepasan proteoglikan tulang rawan yang bebas dari kartilago
artikuler yang mengalami degenerasi kendati faktor-faktor imunologi dapat pula terlibat.
RA merupakan manifestasi dari respon system imun terhadap antigen asing pada individu2 dengan predisposisi genetic.Suatu antigen
penyebab RA yang berada pada membrane synovial, akan memicu proses inflamasi. Proses inflamasi mengaktifkan terbentiknya makrofag.
Makrofag akan meningkatkan aktivitas fagositosisnya terhadap antigen dan merangsang proliferasi dan aktivasi sel B untuk memproduksi
antibody. Setelah berikatan dengan antigen, antibody yang dihasilkan akan membentuk komplek imun yang akan berdifusi secara bebas ke
dalam ruang sendi. Pengendapan komplek imun ini akan mengaktivasi system komplemen C5a.
Komplemen C5a merupakan faktor kemotaktik yang selain meningkatkan permiabilitas vaskuler, juga dapat menarik lebih banyak
polimorfonukler (PMN) dan monosit kea rah lokasi tersebut. Fagositosi komplek imun oleh sel radang akan disertai pembentukan dan
pembebasan radikal oksigen bebas, leukotrin, prostaglandin yang akan menyebabkan erosi rawan sendi dan tulang. Radikal oksigen bebas
dapat menyebabkan terjadinya depolimerisasi hialuronat sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan viskositas cairan sendi. Selain itu
radikal oksigen bebas juga merusak kolagen dan proteoglikan rawan sendi.
Pengendapan komplek imun akan menyebabkan terjadinya degranulasi mast cell yang menyebabkan terjadinya pembebasan
histamine dan berbagai enzim proteolitik serta aktivasi jalur asam arakidonat yang akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi
membrane synovial dan akhirnya terbentuk pannus. Masuknya sel radang ke dalam membrane synovial akibat pengendapan komplek imun
menyebabkan terbentuknya pannus yang merupakan elemen yang paling destruktif dalam pathogenesis RA. Pannus merupakan jaringan
granulasi yang terdiri dari sel fibroblast yang berproliferasi, mikrovaskuler dan berbagai jenis sel radang. Pannus akan menghancurkan tulang
rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerakan sendi. Otot akan
turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degenerative dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot.
Pathways

Mind Map Asuhan Keperawatan

Inflamasi non bacteria : infeksi, endokrin, autoimun,


metabolic, faktor genetik dan faktor lingkungan

Nyeri Kronis

Reaksi Peradangan ( REMATIK )

Kurangnya informasi Sinofial menebal Sinovitis


tentang proses penyakit

Pannus Hermia dan pembengkakan

Nekrosis dan kerusakan


Infiltrasi ke dalam os. Nodul pada dalam sendi
Subcandria
Deformitas Nyeri
Hambatan nutrisi pada Sendi
kartilago artikularis
Gangguan Body
Image

Kerusakan kartilago dan Kartilago Nekrosisi


tulang

Erosi Kartilago
melemah
Adhesi pada permukaan
sendi
Hilangnya kekuatan otot

Alkilosis Fibrosa
Resiko Cidera

Kekakuan Sendi

Terbatasnya gerak Gangguan Mobilitas Fisik

Defisit Self Care

Nyeri Kronis
Kontrol Nyeri (1605) : Manajemen Nyeri (1400) :
1. Mengenali kapan nyeri terjadi 2-4 1. Melakukan pengkajian nyeri ( meliputi
2. Mengambarkan faktr penyebab 3- lokasi, durasi, frekuensi, intensitas dan
4 faktor pencetus
3. Menggunakan tindakan 2. Berikan informasi tentang penyebab
pengurangan nyeri tanpa analgesik nyeri, antisipasi dan ketidaknyamanan
2-4 akibat nyeri
4. Menggunakan analgesik yang 3. Pilih tindakan non farmakologi untuk
direkomendasikan 3-5 meredakan rasa nyeri ( tarik nafas
dalam)
4. Dorong pasien untuk menggunakan
obat-obat penurun rasa sakit yang
adekuat
5. Dukung istirahat atau tidur untuk
menurunkan rasa nyeri

Resiko Jatuh
Kejadian Jatuh (1912) Manajemen Lingkungan: Keselamatan
a. Klien tidak jatuh saat berdiri maupun (6486)
berjalan a. Identifikasi kebutuhan keamanan klien
b. Klien tidak jatuh saat ke kamar mandi berdasarkan fungsi fisik dan kognitif
serta riwayat perilaku di masa alalu
Perilaku Pencegahan Jatuh (1909) b. Identifikasi hal-hal yang
a. Klien meminta bantuan jika membahayakan di lingkungan
membutuhkan c. Modifikasi lingkungan untuk
b. Klien menggunakan pegangan tangan meminimalkan bahaya dan resiko
jika diperlukan d. Gunakan peralatan perlindungan
c. Klien mendapat pencahayaan yang (missal pegangan pada sisi, kunci pintu,
memadai pagar, dll)
d. Menyesuaikan ketinggian toilet sesuai e. Siapkan nomer telepon emergensi
yang diperlukan untuk klien (missal polisi, dinas
kesehatan, dll)
Pencegahan Jatuh (6490)
a. Identifikasi perilaku dan factor yang
mempengaruhi resiko jatuh
b. Identifikasi karakteristik lingkungan
yang mungkin meningkatkan potensi
jatuh (misal lantai licin)
c. Ajarkan klien bagaimana jika jatuh
untuk meminimalkan cedera.

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny. S DENGAN REUMATOID ARTHRITIS (REMATIK) DI


WISMA (C) BPSTW UNIT BUDI LUHUR KASONGAN BANTUL YOGYAKARTA

1. Identitas Klien
Nama : Ny.S
Umur : 70 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Pengok Blok M, Pakuningan, Jetis, Bantul
Status perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SD
Tanggal masuk : 18 Maret 2015
2. Status kesehatan saat ini
P : Low Back Pain
Q : Di tusuk tusuk
R : Di punggung
S : Ny. S mengatakan rasa sakit yang dialaminya menunjukan pada skala 7
T : Rasa sakit yang dirasakan Ny. S pada malam hari dan bagun tidur dipagi hari dan kadang terasa hilang dan timbul.
3. Riwayat kesehatan dahulu
a. Penyakit :
Ny. S memiliki penyakit nyeri punggung dan perut terasa kram-kram sejak beberapa bulan yang lalu.
b. Alergi
Ny. S mengatakan tidak memiliki alergi makanan dan obat.
c. Kebiasaan
1. Ny. S tidak minum kopi
2. Ny. S sering bersih-bersih di sekitar area wisma.
3. Ny. S tidak merokok
4. Riwayat kesehatan keluarga
Ny. S mengatakan keluarganya tidak ada keluarga yang mengalami Rematik.

5. Tinjauan sistem
Keadaan Umum Composmetis
Integumen Kulit terlihat agak keriput, warna sawo
matang
Sistem hemopietik Tidak ada tanda-tanda memar dan wajah
tidak tampak pucat
Kepala Rambut hitam putih, kulit kepala dan area
wajah terdapat bekas luka gatal.
Mata Ny. S tidak dapat melihat jelas apabila
jaraknya jauh , mata bersih.
Telinga Pendengaran tidak terganggu.
Mulut dan Teng-gorokan Memiliki gigi tetapi terdapat karies gigi,
tidak ada bau mulut
Leher dan bagian payudara Tidak terdapat benjolan.
Sistem pernafasan Pernafasan dada normal, tidak ada suara
tambahan
Sistem kardiovaskuler Tidak ada edema
Sistem gastrointestinal Pola makan 3 kali sehari dengan lauk dan
sayuran yang telah disediakan, frekuensi
BAB lancar. Setiap pagi bangun tidur
Sistem perkemihan BAK lancar minimal 3-4 kali sehari dan
tidak ada keluhan nyeri saat BAK.
- Pengkajian inkotinensia  Ny. S mengatakan bahwa ia buang air
urine akut : kecil sekitar 3-5 jam
 Ny. S mengatakan pada malam hari
biasanya ia bisa buang air kecil 1- 2
kali.
 Ny. S mengatakan bila merasa ingin
kencing ia bisa menahannya sampai
kamar mandi dan mengeluarkannya di
kamar mandi.
 Ny. S mengatakan Tidak ada masalah
ketika buang air kecil dan Ny. S mampu
melakukannya sendiri tanpa bantuan
orang lain
 Ny. S mengatakan BAB setiap pagi

- Pengkajian inkotinensia  Ny. S mengatakan tidak pernah


urine persisten : mengeluarkan urine jika tidak kebelet
kencing

Sistem Genetoreproduksi Tidak ada keluhan


Sistem Musculoskeletal Tidak ada keluhan
Sistem Saraf pusat Tidak ada riwayat cedera kepala
Sistem Endokrin Tidak ada tanda-tanda pembesaran goiter
6. Pengkajian Psikososial dan spritual
a. Psikososial
Kemampuan sosialisasi Ny. S dengan teman- temannya baik, dan bisa bersosialisasi dengan Teman satu wisma lainnya.
b. Identifikasi masalah emosional
1) Pertanyaan tahap 1
a) Apakah klien mengalami sukar tidur? Tidak
b) Apakah klien sering mengalami gelisah? Tidak
c) Ada gangguan / masalah atau banyak pikiran? Tidak
d) Apakah klien sering mengalami was-was atau kuatir? Tidak
Lanjutkan ke pertanyaan tahap 2 jika lebih dari 1 atau sama dengan 1 jawaban “Ya”
2) Pertanyaan tahap 2
a) Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari satu kali dalam sebulan? Tidak
b) Ada masalah / banyak pikiran? Tidak
c) Ada gangguan / masalah dengan keluarga lain? Tidak
d) Menggunakan obat tidur/ penenang atas anjuran dokter? Tidak
e) Cenderung mengurung diri? Tidak
Bila lebih dari 1 atau sama dengan satu jawaban “Ya” masalah emosional positif.
dari beberapa pertanyaan yang dipertanyakan pada saat pengkajian tidak ada jawaban “Ya” sehingga dapat disimpulkan Ny. S
MASALAH EMOSIONAL NEGATIF
c. Spiritual
Ny. S selalu melaksanakan sholat 5 waktu tetapi jarang berjama’ah di Mushola BPSTW budi luhur.
7. Pengkajian Fungsional Klien
a. KATZ Indeks
Termasuk kategori yang manakah klien?
1) Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB, BAK), menggunakan pakaian, pergi ketoilet, berpindah dan mandi.
2) Mandiri semuanya kecuali satu fungsi saja.
3) Mandiri, kecuali mencuci pakaian.
Dari hasil observasi dan wawancara, Ny. S termasuk dalam kategori 1 yakni mandiri.
b. Modifikasi dari bartel indeks
Termasuk yang mana klien?
Dengan
No Kriteria Mandiri Keterangan
Bantuan
1 Makan 5 10 Frekuensi: 3x
Jumlah: sedikit
Jenis, nasi, sayur, lauk
2 Minum 5 10 Frekuensi: 6-8 kali sehari
Jumlah: secangkir kecil
Jenis: air putih dan teh
3 Berpindah dari 5-10 15 Pasien aktif dalam melakukan
satu tempat aktifitas harian seperti bersih-
ketempat lain bersih wisma, frekuensi
berpindah > 7kali
4 Personal toilet 0 5 Frekuensi: 3x
(cuci muka,
menyisir
rambut, gosok
gigi).
5 Keluar masuk 5 10 Frekuensi: 2-3 kali
toilet ( mencuci
pakaian,
menyeka tubuh,
meyiram)
6 Mandi 5 15 2X1
7 Jalan 0 5 Setiap ingin melakukan
dipermukaan sesuatu misalnya mengambil
datar minum atau ke kamar mandi.
8 Naik turun 5 10 Tidak dilakukan
tangga
9 Mengenakan 5 10 Pasien mandiri dalam
pakaian menggunakan pakaian.
10 Kontrol Bowel 5 10 Frekueensi: 1x setiap pagi
(BAB) Konsistensi: -
11 Kontrol Bladder 5 10 Frekuensi: 3-5 kali sehari
(BAK) Warna: kuning
12 Olah raga/ 5 0 Ny. S tidak ikut senam setiap
latihan pagi di PSTW budi luhur
13 Rekreasi/ 5 10 Jenis: hanya duduk saja
pemanfaatan kadang mengobrol dengan
waktu luang teman yang berada di PSTW
Budi luhur.
Keterangan:
a) 130 : Mandiri
b) 65-125 : Ketergantungan sebagian
c) 60 : Ketergantungan total
Setelah dikaji didapatkan skor 125 yang termasuk dalam kategori ketergantungan sebagian.
8. Pengkajian Status Mental Gerontik
a. Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Short Portable Status Mental Questioner (SPSMQ)
Benar Salah No Pertanyaan
√ 01 Tanggal berapa hari ini?
√ 02 Hari apa sekarang?
√ 03 Apa nama tempat ini?
√ 04 Dimana alamat anda?
√ 05 Berapa umur anda?
√ 06 Kapan anda lahir?
√ 07 Siapa presiden Indonesia sekarang?
√ 08 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
√ 09 Siapa nama ibu anda?
Jumla Jumlah 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari
h setiap angka baru, semua secara menurun
Interpretasi hasil:
a) Salah 0-3: fungsi intelektual utuh
b) Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
c) Salah 6-8 : Kerusakan intelektual sedang
d) Salah 9-10: Kerusakan intelektual berat
Skor yang didapatkan dari hasil pengkajian yaitu Benar semua sehingga dapat disimpulkan Ny. S mengalami fungsi intelektual utuh
b. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini Mental Status Exam)
1. Orientasi
2. Registrasi
3. Perhatian
4. Kalkulasi
5. Mengingat kembali
6. Bahasa

Aspek Nilai Nilai


No Kriteria
Kognitif Maksimal Klien
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar
 Tahun
 Musim
 Tanggal
 Hari
 Bulan
Orientasi 5 5 Dimana kita sekarang?
 Negara Indonesia
 Provinsi DIY
 Kota Yogyakarta
 BPSTW Budi Luhur
 Wisma C
2 Registrasi 3 3 Sebutkan nama tiga obyek (oleh
pemeriksa) 1 detik dan mengatakan
asing-masing obyek. Kemudian
tanyakan kepada klien tentang 3
obyek tadi untuk disebutkan
3 Perhatian 5 5 Minta klien untuk memulai dari
dan angka 100 kemudian dikurangi 7
kalkulasi sampai 5 kali / tingkat.
 93
 86
 79
 72
 65
4. Menginga 3 3 Minta klien untuk mengulangi
t ketiga obyek pada no 2 (registrasi)
tadi. Bila benar, 1 point masing-
masing obyek.
5 Bahasa 9 5 Tunjukkan pada klien suatu benda
dan tanyakan nama pada klien
 Missal bolpoint
 Missal pensil
Minta klien untuk mengulangi kata
berikut: “taka da jika, dan, atau,
tetapi”. Bila benar nilai satu poin
 Pertanyaan benar 2 buah: taka
da, tetapi
Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut terdiri dari 3
langkah.
“ ambil kertas ditangan anda, lipat
dua dan taruh dilantai”
 Ambil kertas ditangan anda
 Lipat dua
 Taruh dilantai
Perintahkan pada klien untuk hal
berikut ( bila aktivitas sesuai
perintah nilai 1 point)
 “tutup mata anda”
Perintahkan pada klien untuk
menulis satu kalimat dan menyalin
gambar
 Tulis satu kalimat
 Menyalin gambar
Total 25
Nilai
Interpretasi hasil
>23: aspek kognitif dari fungsi mental baik
<23: terdapat kerusakan aspek fungsi mental
Dari hasil pengkajian Aspek kognitif dari fungsi mental Tn. H mendapat skor 25 (>23) jadi dapat disimpulkan Tn. H terdapat fungsi
mental baik.
9. Pengkajian Depresi Geriatrik
a. Apakah pada dasarnya anda puas dengan kehidupan anda? Ya
b. Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan atau minat atau kesenangan anda? ya
c. Apakah anda merasa bahwa hidup ini kosong belaka? Tidak
d. Apakah anda sering merasa bosan? Ya
e. Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat? Ya
f. Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda? Ya
g. Apakah anda bahagia di sebagian besar hidup anda? Ya
h. Apakah anda sering merasa tak berdaya? Tidak
i. Apakah anda senang tinggal dirumah dari pada pergi keluar dan mengerjakan sesuatu yang baru? Ya
j. Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat dibandingkan dengan kebanyakan orang? Tidak
k. Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini menyenangkan? Ya
l. Apakah anda merasa berharga? Ya
m. Apakah anda merasa penuh semangat? Ya
n. Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan? Tidak
o. Apakah anda pikir orang lain keadannya lebih baik dari pada anda? Tidak
Penilaian
Nilai 1 jika menjawab sesuai kunci berikut:
1. Tidak 9. Ya
2. Ya 10. Ya
3. Ya 11. Tidak
4. Ya 12. Ya
5. Tidak 13. Tidak
6. Ya 14. Ya
7. Tidak 15. Ya
8. Ya
Skor:
5-9: kemungkinan depresi
10 atau lebih depresi
Dari hasil pengkajian depresi geriatrik Tn. H tidak mengalami DEPRESI.
10. Pengkajian resiko jatuh
Terdapat beberapa cara untuk menilai resiko jatuh pada lansia, antara lain :
a. Postural hipotensi
Ukur tekanan darah lansia dalam 3 posisi, yaitu :
 Tidur : 140/100 mmHg
 Duduk : 150/90 mmHg
 Berdiri : 150/90 mmHg
Bila terdapat perbedaan tekanan darah lebih atau sama dengan 20 mmHg, maka yang dikatakan memiliki resiko jatuh.
Catatan : jarak pengukuran antar posisi kurang lebih 5-10 menit.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ny. S mengalami resiko jatuh.
b. Fungional reach test (FR Test)
Mintalah lansia untuk berdiri di tembok
Mintailah lansia untuk mencondongkan badanya kedepan tanpa melangkahkan kakinya
Ukur jarak condong antara tembok dengan punggung lansia, dan biarkan kecondongan terjadi selama 1-2 menit
c. Hasil pengukuran Fungional reach test (FR Test) adalah < 6inc maka lansia dikatakan memiliki resiko jatuh
d. The timep up and Go (TUG test ).
1. Mintalah lansia berdiri dari kursi dan berjalan 10 langkah ke depan, kembali ke kursi semula, mengangkat 1 kaki setinggi langkah,
dan kembali duduk di kursi.
2. Ukur waktu dalam detik, jika:
< 10 detik =Mobilitas bebas
<20 detik =Mostly independent
20-29 detik =Varable mobiliti
>30detik =Gangguan mobilitas
Dari pengukuran diatas durasi waktu yang dibutuhkan Ny. S untuk melakukan The timep up and Go (TUG test ) adalah 25 detik maka
dapat dikatatakn bahwa Ny. S varable mobiliti.
A. Analisa data
N Data Fokus Etiologi Problem
o
1 DS : penyakit Nyeri kronis
 Klien mengatakan merasa (Reumatik)
tegang seperti ada beban,
dibagian punggung
 Klien mengatakan perut
terasa kram-kram bila
kelelahan dalam bekerja.
DO :
Pasien tampak lemas, tampak,
TD: 150/100 mmHg, Nadi:
88x/menit, RR : 30x/menit.
P : Arthritis
Q : Di tusuk-tusuk
R : Di punggung dan perut
S : Ny. S mengatakan rasa sakit
yang dialaminya menunjukan
pada skla 7
T : Rasa sakit yang dirasakan Ny. S
pada malam hari dan bangun
tidur dipagi hari dan kadang
hilang dan timbul

2 DS: - Resiko Jatuh


Pasien mengatakan “takut
terjatuh karena punggungnya
sakit dan bungkuk”
DO:
 Pasien tampak jika berjalan
memegang dinding atau
kursi
 Berjalan memegang tangan
oranglain
 TD: 170/100 mmHg, Nadi:
88x/menit, RR : 30x/menit.

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri kronis b.d penyakit (Reumatik)
2. Resiko jatuh
RENCANA KEPERAWATAN
No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
1. Kamis, 06 Nyeri kronis Setelah dilakukan tindakan keperawatan Managamen Nyeri (1400)
Februari 2020 berhubungan dengan selama 1x7 jam, tingkat nyeri (2102) dapat  Lakukan pengkajian ulang nyeri secara komperhensif
(lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas)
penyakit (Reumatik) teraratasi dengan kriteria hasil:  Gunakan teknik komunikasi terapeutik.
 Mampu mengenali rasa  Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
nyeri (skala, intensitas, frekuensi) (skala 2  Ajarkan teknik non farmakalogi untuk mengurangi
ke 4) nyeri.
 Mampu mengontrol  Berikan obat analgetik untuk mengurangi nyeri sesuai
intruksi dokter.
nyeri dengan teknik non farmakologi  Tingkatkan istirahat
(skala 2 ke 4)
 Melaporkan nyeri
berkurang (skala 2 ke 4)
 Melaporkan rasa
nyaman setelah nyeri berkurang (skala 2
ke 4)

2. Kamis, 06 Risiko Jatuh Setelah dilakukan tindakan keperawatan Menejemen Lingkungan (6480)
Februari 2020 selama 1x7 jam diharapkan risiko jatuh pasien Pencegahan Jatuh (6490)
dapat diminimalsir dengan kriteria hasil:  Ciptakan lingkungan yang aman untuk
Kontrol Risiko (1925) pasien
 Pasien mengetahui faktor yang  Identifikasi kebutuhan keamanan pasien,
menyebabkan risiko jatuh (skala 2 ke 4)  Jauhkan objek berbahaya dari lingkunga
 Pasien mengetahui strategi untuk  Manipulasi pencahayaan untuk keuntungan
mengatasi risiko cidera (skala 2 ke 4) terapeutik
 Pasien mengetahui dan dapat  Monitor/awasi Ny. S selama shift secara
menggunakan pengaman sesuai prosedur periodic
(skala 2 ke 4)  Beri penjelasan tentang pencegahan jatuh
 Pasien dapat menunjukan sikap kepada pasien dan keluarga
melindungi diri sendiri dari risiko jatuh  Libatkan penghuni wisma lainnya untuk
(skala 2 ke 4) mengawasi pasien

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Diagnosa Hari/ Implementasi Evaluasi


Keperawatan Tanggal
Nyeri kronis Jumat, 07 Pukul 08.00 S:
berhubungan Februari  Mengkaji ulang nyeri secara o Ny. S mengatakan sudah bisa melakukan relaksasi otot progresif tetapi masih lupa
komperhensif (lokasi,
dengan 2020 o
karakteristik, durasi, frekuensi, Ny. S mengatakan sering merasakan nyeri dibagian punggung dan perut
penyakit kualitas) dengan mnggunakan P : Nyeri dirasakan ketika kelelahan
(Reumatik) teknik komunikasi terapeutik. Q : Nyeri terasa cekut-cekut
 Mengajarkan teknik R : Nyeri pada kaki kanan dan kiri
nonfarmakologi (relaksasi otot
progresif)
S : Skala 6.
 Mengukur tekanan darah Ny. S T : Nyeri dirasakan hilang timbul.
O:
o Ny. S tampak mampu melakukan relaksasi otot progresif
o TTV: TD 130/80 mmHg
A:
o Nyeri belum teratasi
Kriteria Awal Target Capaian
Mampu mengenali rasa nyeri (skala, intensitas, frekuensi) 2 4 4

Mampu mengontrol nyeri dengan teknik non farmakologi. 2 4 3

Melaporkan nyeri berkurang. 2 4 3


Melaporkan rasa nyaman setelah nyeri berkurang. 2 4 3
P:
Klien
Melakukan relaksasi otot progresif ketika nyeri muncul
Perawat
Monitor keadaan Ny. S
Ajarkan teknik nonfarmakologi lain

Hertin Dika Puspitasari


Risiko Jatuh Jumat, 07 Pukul 08.30 S:
Februari o Merapikan wisma agar tidak
oNy. S mengatakan sudah mengerti terkait pencegahan jatuh.
2020 membahayakan lansia. oNy. S mengatakan “saya selalu pelan-pelan kalau jalan mbak”
o Menjauhkan objek berbahayaO:
dari lingkungan.  Ny. S tampak berhati-hati saat berjalan
.  Ny. S tampak bungkuk ketika berjalan
 Ny. S tampak berpegangan dinding ketika berjalan
 Ny. S tampak berjalan dengan pelan-pelan
 TTV: TD 130/80 mmHg
 Lingkungan tampak kondusif.
A:
o Risiko jatuh teratasi sebagian
Kriteria Awal Target Capaian
Pasien mengetahui faktor yang menyebabkan risiko jatuh. 2 4 3
Pasien mengetahui strategi untuk mengatasi risiko cidera. 2 4 3
Pasien mengetahui dan dapat menggunakan pengaman 2 4 3
sesuai prosedur.
Pasien dapat menunjukan sikap melindungi diri sendiri 2 4 3
dari risiko jatuh.

P:
o Monitor keadaan Ny. S
o Pantau kondisi lingkungan.

Hertin Dika Puspitasari


Nyeri kronis Sabtu, 08 Pukul 08.00 P:
berhubungan Februari  Mengkaji ulang nyeri secara o Ny. S mengatakan sudah bisa melakukan relaksasi otot progresif dan sudah hafal
komperhensif (lokasi,
dengan 2020 karakteristik, durasi, frekuensi, gerakan 1-4
penyakit kualitas) dengan mnggunakan o Ny. S mengatakan masih merasakan nyeri dibagian punggung dan perut
(Reumatik) teknik komunikasi terapeutik. P : nyeri dirasakan ketika kelelahan melakukan aktifitas
 Melakukan bersama teknik Q : nyeri terasa cekut-cekut
nonfarmakologi (relaksasi otot
progresif)
R : nyeri pada kaki kanan dan kiri
 Mengukur tekanan darah Ny. S S : skala 6.
 Mengingatkan pasien minum T : nyeri dirasakan hilang timbul.
obat rutin untuk menurunkan O:
tekanan darah o Ny. S tampak mampu melakukan relaksasi otot progresif
o TTV: TD 130/60 mmHg
A:
o Nyeri belum teratasi
Kriteria Awal Target Capaian
Mampu mengenali rasa nyeri (skala, intensitas, frekuensi) 2 4 4
Mampu mengontrol nyeri dengan teknik non farmakologi. 2 4 3
Melaporkan nyeri berkurang. 2 4 3
Melaporkan rasa nyaman setelah nyeri berkurang. 2 4 3

P:
Klien
Melakukan relaksasi otot progresif ketika nyeri muncul
Perawat
Monitor keadaan Ny. S

Hertin Dika Puspitasari

Risiko Jatuh Sabtu, 08 Pukul 08.30 S:


Februari o Merapikan wisma agar tidak
o Ny. S mengatakan akan berhati hati lagi dalam berjalan
2020 membahayakan lansia. o Ny. S mengatakan “saya bisa kemana-mana sendiri tetapi kadang tersandung”
O:
 Ny. S tampak berhati-hati saat berjalan
 Ny. S tampak bungkuk ketika berjalan
 Ny. S tampak berpegangan dinding ketika berjalan
 Ny. S tampak berjalan dengan pelan-pelan
 TTV: TD 150/80 mmHg
 Lingkungan tampak kondusif.
A:
o Risiko jatuh teratasi sebagian
Kriteria Awal Target Capaian
Pasien mengetahui faktor yang menyebabkan risiko jatuh. 2 4 3
Pasien mengetahui strategi untuk mengatasi risiko cidera. 2 4 3
Pasien mengetahui dan dapat menggunakan pengaman 2 4 3
sesuai prosedur.
Pasien dapat menunjukan sikap melindungi diri sendiri 2 4 3
dari risiko jatuh.

P:
o Monitor keadaan Ny. S
o Pantau kondisi lingkungan.

Hertin Dika Puspitasari


Nyeri kronis Kamis, 13 Pukul 08.00 P:
berhubungan Februari Mengkaji ulang nyeri secara
o Ny. S mengatakan sudah bisa melakukan relaksasi otot progresif
komperhensif
dengan 2020 o Ny. S mengatakan badannya relaks setelah dilakukan teknik relaksasi progresif
Melakukan evaluasi bersama teknik
penyakit nonfarmakologi (relaksasi o
otot Ny. S mengatakan terkadang merasa nyeri dibagian punggung dan perut
(Reumatik) progresif) o Ny. S mengatakan senang karena sudah diajari tentang relaksasi progresif
Mengukur tekanan darah Ny. S P : Nyeri dirasakan setelah jatuh di depan wisma 1 bulan yg lalu.
Mengingatkan pasien minum obat
Q : Nyeri terasa cekut-cekut
rutin untuk menurunkan tekanan
darah R : Nyeri pada kaki kanan dan kiri
S : Skala 6.
T : Nyeri dirasakan hilang timbul.
O:
o Ny. S tampak mampu melakukan relaksasi otot progresif
o Ny. S tampak hafal semua gerakan senam
o TTV: TD 130/70 mmHg
A:
o Nyeri sudah teratasi sebagian
Kriteria Awal Target Capaian
Mampu mengenali rasa nyeri (skala, intensitas, frekuensi) 2 4 4

Mampu mengontrol nyeri dengan teknik non farmakologi. 2 4 3

Melaporkan nyeri berkurang. 2 4 3


Melaporkan rasa nyaman setelah nyeri berkurang. 2 4 3

P:
Klien
Melakukan relaksasi otot progresif ketika nyeri muncul
Perawat
Monitor keadaan Ny. S

Hertin Dika Puspitasari


Resiko Jatuh Kamis, 13 Pukul 08.30 S:
Februari o Merapikan wisma agar tidak
o Ny. S mengatakan “saya bisa jalan sendiri dan akan terus hati-hati mbak”
2020 membahayakan lansia. o Ny. S mengatakan “saya bisa senam dan jangan bantu saya berjalan mbak”
O:
o Ny. S tampak berhati-hati saat berjalan
o TTV: TD 150/80 mmHg
o Lingkungan tampak kondusif.
A:
o Risiko jatuh teratasi sebagian
Kriteria Awal Target Capaian
Pasien mengetahui faktor yang menyebabkan risiko jatuh. 2 4 3
Pasien mengetahui strategi untuk mengatasi risiko cidera. 2 4 3
Pasien mengetahui dan dapat menggunakan pengaman 2 4 3
sesuai prosedur.
Pasien dapat menunjukan sikap melindungi diri sendiri 2 4 3
dari risiko jatuh.

P:
o Monitor keadaan Ny. S
o Pantau kondisi lingkungan.

Hertin Dika Puspitasari


KESIMPULAN

Lansia yang menderita arthiritis selain pola makan yang sangat diperhatikan
dan pola istirahat maka perlu juga dilakukan tindakan nonfarmakologis yaitu terapi
massage punggung. Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan klien (Ny. S) setelah
diberikan terapi relaksasi progresif, klien mengatakan badannya lebih rileks ditandai
dengan adanya penuruhan tekanan darah. Hal ini diperkuat dengan hasil evidence
based yang menerangkan tetang terapi relaksasi progresif yang secara signifikan
berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah pada lansia. Oleh karena itu, terapi
relaksasi progresif perlu dilakukan untuk mengurangi tekanan
DAFTAR PUSTAKA

Davey, Patrick. (2005). At A Glance Medicine. Jakarta: EGC


Mansjoer Arif, dkk. (2002). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I.  Jakarta:
Media Aesculapius
Sjaifoellah, Noer, dkk. (2004). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
Smeltzer & Barre. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 3. Jakarta: EGC
SATUAN ACARA PPENYULUHAN (SAP) DOPS
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) KEPERAWATAN GERONTIK
PENDIDIKAN KESEHATAN TERAPI RELAKSASI PROGESIF PADA
KELOMPOK LANSIA DI WISMA C BPSTW YOGYAKARTA

Di susun oleh :
Hertin Dika P 1910206008

PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ’AISYIYAH
YOGYAKARTA
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
KEGIATAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KELOMPOK LANSIA

A. Identifikasi Masalah
Lanjut usia (lansia) merupakan periode akhir dalam kehidupan manusia
dimana seseorang mulai mengalami perubahan dalam hidupnya yang ditandai
adanya perubahan fisik, psikologis dan sosial. Sehingga terjadi penurunan,
kelemahan meningkatnya kerentanan terhadap penyakit, perubahan lingkungan,
serta perubahan fisiologi yang terjadi (Maheshwari, 2016). Salah satu akibat yang
mengganggu lanjut usia karena adanya perubahan fisiologis yaitu adanya
gangguan terhadap kualitas tidur lanju tusia.
Prevalensi gangguan tidur pada lanjut usia cukup tinggi, berdasarkan data
dari National Sleep Foundation tahun 2010 menemukan bahwa orang yang lebih
tua sekitar 65 tahun ke atas dilaporkan 67 % dari 1.508 lanjut usia di Amerika
mengalami gangguan tidur dan sebanyak 7,3 % lanjut usia mengeluhkan
gangguan memulai dan mempertahankan tidur. Sementara itu di Indonesia pada
usia 65 tahun terdapat sekitar 50 % mengalami gangguan tidur (Puspitosari,
2011) dalam (Sumitra, 2014).
Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah
gangguan tidur tanpa menggunakan obat adalah dengan teknik relaksasi otot
progresif (Saeedi, 2012). Relaksasi pertama kali diperkenalkan oleh Edmund
Jacobson sebagai teknik terapi yang dapat membantu mengurangi kecemasan
serta stres. MenurutPranata (2013) relaksasi otot progresif merupakan teknik
yang memfokuskan relaksasi dan peregangan pada sekelompok otot dalam suatu
keadaan rileks. Teknik yang digunakan berdasarkan suatu rangsangan pemikiran
untuk mengurangi kecemasan dengan menegangkan sekelompok otot dan
kemudian rileks.
B. Pengantar
Bidang studi : Keperawatan Gerontik
Topik : Terapi Relaksasi Progesif
Sub topik : Terapi Relaksasi Progesif
Sasaran : Lansia di BPSTW
Hari/tanggal : Kamis, 13 Februari 2020
Jam : 08.00- 08.30 WIB
Waktu : 30 menit
Tempat : Wisma D BPSTW
C. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah mengikuti penyuluhan ini selama 1 x 25 menit pada lansia di Wisma D
diharapkan Lansia mampu memahami dan melakukan Terapi Relaksasi Progesif
D. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
Setelah mengikuti penyuluhan ini selama 1 x 10 menit, Lansia diharapkan:
a. Mampu memahami pengertian Terapi Relaksasi Progesif
b. Mampu memahami manfaat Terapi Relaksasi Progesif
c. Mampu memahami teknik Terapi Relaksasi Progesif
E. Materi
Terlampir
F. Metode
a. ceramah
b. Tanya jawab dan diskusi
G. Media
c. PPT
H. Kegiatan Pembelajaran

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta


1. 5 menit Pembukaan : Menjawab salam,
a. Memberikan salam mendengarkan dan
b. Perkenalan memperhatikan
c. Menjelaskan materi yang akan dibahas
d. Menjelaskan tujuan
e. Menggali pengetahuan yang dimiliki
peserta tentang Terapi relaksasi
Progresif

2. 15 menit Pelaksanaan : Menyimak,


Melaksanakan materi penyuluhan memperhatikan
secara berurutan dan dan mengikuti
teratur mengenai:
a. pengertian Terapi relaksasi Progresif
b. manfaat Terapi relaksasi Progresif
c. tujuan Terapi relaksasi Progresif
d. indikasi dan kontraindikasi Terapi
relaksasi Progresif
e. persiapan Terapi relaksasi Progresif
f. tekhnik Terapi relaksasi Progresif
3. 5 menit Evaluasi : Bertanya dan
a. Menyimpulkan inti penyuluhan menjawab
b. Menyampaikan secara singkat materi pertanyaan
penyuluhan
c. Memberi kesempatan kepada sasaran
untuk bertanya
d. Memberi kesempatan kepada responden
untuk menjawab pertanyaan yang
dilontarkan
e. Menutup acara

I. EVALUASI
1. Evaluasi Persiapan
a. Menyiapkan materi tentang Terapi Relaksasi Progesif
b. Pengaturan tempat dan waktu baik dan tepat
c. Melakukan kontrak waktu dengan peserta untuk dilakukan pendidikan
kesehatan tentang Terapi Relaksasi Progesif
d. Menyiapkan Flipchart dan leaflet tentang Terapi Relaksasi Progesif yang
digunakan sebagai media SAP
2. Evaluasi proses
a. Peserta bersikap kooperatif terhadap penjelasan yang diberikan oleh
penyaji/ perawat
b. Peserta terlibat secara aktif dalam proses penyuluhan
3. Evaluasi Hasil: tes lisan pada akhir kegiatan Lansia :
a. 80 % Mampu menyebutkan pengertian Terapi Relaksasi Progesif
b. 80 % Mampu menyebutkan manfaat Terapi Relaksasi Progesif
c. 80 % Mampu menyebutkan teknik Terapi Relaksasi Progesif
J. Lembar Pengesahan

Yogyakarta, 13 Februari 2020

Mahasiswa Clinical Intruction

Hertin Dika P. Nurul

Mengetahui, Pembimbing
Praktik Lapangan
Keperawatan Komunitas

(Istiqomah Nur Khasanah, S.Kep.,Ns)

Anda mungkin juga menyukai