Anda di halaman 1dari 18

Latihan 1

PROSES KEPERAWATAN JIWA


KASUS PEMICU

N JENIS SITUASI KASUS


O
01 Kelompok 1 Seorang pasien wanita 30 tahun di ruang rawat
psikiatridengan riwayat sering mengurung diri dikamar.
Menurut keluarga klien gagal dalam kuliahnya (DO). Klien
sebetulnya anak yang pintar, tetapi klien sempat sakit dalam
waktu yang cukup lama klien tidak naik tingkat karena
ketinggalan pelajaran. Sejak saat itu klien menolak kuliah
dan menghindari membiacarakan tentang kuliahnya. Saat
pengkajian klien mengatakan malu dengan teman-teman dan
dosennya. Dia sudah gagal
02 Kelompok 2 Seorang laki-laki, 22 tahun, diantar keluarga masuk RS Jiwa
pada tanggal 4 Februari 2015 karena melakukan
penganiayaan terhadap ibu dan klien selama dirumah
menunjukkan perilaku yang tidak wajar yaitu sering marah
tanpa sebab yang jelas dan juga tiba-tiba sering memukul
anggota keluarganya, dan mengganggu lingkungan setempat.
Klien mengatakan ibunya pilih kasih dengan tidak
mengijinkan menikah dengan pujaan hatinya. Menurut
ibunya klien ditinggal pacarnya
03 Kelompok 3 Seorang pasien wanita 34 tahun di ruang rawat
psikiatridengan riwayat sering mengurung diri dikamar.
Hasil observasi klien banyak diam, tidak mau bicara,
menyendiri, tidak mau berinteraksi, tampak sedih, ekspresi
datar dan dangkal, kontak mata kurang. Keluarga
mengatakan 1 tahun yang lalu klien bercerai dengan suami,
orang anaknya dibawa oleh suami. Keluarga juga
mengatakan jika klien sering bengong/melamun
04 Kelompok 4 Seorang laki-laki,40 Tahun masuk RS jiwa Bandar Lampung
pada bulan Februari 2015 dengan riwayat klien sering
menyendiri mengurung diri dikamar, melamun, dari
pengakuannya ia disuruh oleh roh halus yang membisikinya
untuk mengusir orang yang akan medekatinya, terkadang
suara itu memintanya untuk melempari orang yang
medekatinya. Klien sudah pernah dibawa ke RS jiwa
sebelumnya pada tahun 2016. Dari hasil pengkajian klien
sering mendengar suara-suara saat sedang sendiri. Malam
lebih sering. Hasil observasi klien sering meyendiri, klien
tampak seperti mendengarkan sesuatu serta mulut komat-
kamit dan kadang tersenyum sendiri.

05 Kelompok 5 Seorang pasienlaki-laki24 tahun tinggal bersama ibu dan 2


adiknya. Saat kunjungan rumah keluarga mengatakan klien
banyak mengurung diri dikamarnya. Sudah satu minggu
klien tidak mandi dang anti baju. Saat diminta mengganti
baju klien hanya melapisi bajunya tanpa membuka baju yang
lama. Hasil observasi klien tampak tiduran. Klien
mengatakan malas mandi karena dingin. Rambut gondrong
dan kumis tebal. Klien membawa makan ke kamarnya.

TUGAS

BAGI KELAS MENJADI 5 KELOMPOK

1. DISKUSIKAN DALAM KELOMPOK

2. Susun satu SP yang disepakati dan sesuaikan dengan kasus

3. Role playkan dalam kelompok proses implementasinya

4. Buat pendokumentasian (implementasi dan evaluasi} dengan benar

Latihan 2
MASALAH KESEHATAN JIWA
LOGBOOK 02.1

Diagnosis dan terapi Skizofrenia

Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta mampu :

1. Menjelaskan pengertian skizofrenia


2. Menjelaskan tanda dan gejala Skizofrenia
3. Menjelaskan Pedoman Diagnostik Skizofrenia
4. Menjelaskan Penatalaksanaan non Famakologis dan Famakologis Skizofrenia
5. Mengidentifikasi Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada pasien skizofrenia

LOGBOOK 02.2
Diagnosis dan terapi Psikotik Akut

Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta mampu :

1. Menjelaskan pengertian Psikotik akut


2. Menjelaskan tanda dan gejala Psikotik akut
3. Menjelaskan Pedoman Diagnostik Psikotik akut
4. Menjelaskan Penatalaksanaan non Famakologis dan Famakologis Psikotik akut
5. Mengidentifikasi Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada pasien psikoik akut

LOGBOOK 02.3
Diagnosis dan terapi Depresi

Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta mampu :

1. Menjelaskan pengertian Depesi


2. Menjelaskan tanda dan gejala Depesi
3. Menjelaskan Pedoman Diagnostik Depesi
4. Menjelaskan Penatalaksanaan non Famakologis dan Famakologis Depesi
5. Mengidentifikasi Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada pasien Depesi

TUGAS 1
Kasus
Seorang perempuan, 32 th tinggal di Panjang bersama suami dan 2 orang anaknya.
Sudah 1 minggu ini pasien memperlihatkan perilaku yang membingungkan. Kadang-
kadang bicara atau tertawa-tawa sendiri di kamarnya. Bila diingatkan suaminya ia marah
Menurut suaminya sejak orang tuanya menjadi korban kecelakaan pesawat dan
jenazahnya tidak ditemukan 1 tahun yang lalu pasieni mulai sering melamun dan
menangis. Selama itu perilaku pasien belum banyak berubah. Tetapi di minggu terakhir
ini ia tidak mengurusi anak, suami bahkan dirinya sendiri. Sering tidur larut malam

Soal 1
Pelajari cerita dibawah ini secara berkelompok

Soal 2
Identifikasi gangguan jiwa yang terjadi pada Klien sesuai klasifikasi medis dalam modul
ini

Soal 3
Tuliskan hasil analisis tersebut pada lembar kerja yang tersedia
N0 Nama Tanda & Gejala Diagnosis Terapi/obat Diagnosis
Medik Keperawatan

Non
Farmakologi
s

TUGAS 2

Kasus
Seorang laki-laki, 38 th tinggal di Kedaton dengan 1 orang anaknya. pasien di bawa
tetangganya ke puskesmas karena gelisah, berteriak-teriak, menyerang orang lain,
bicara tertawa sendiri, curiga dengan orang lain. Perilaku ini mulai tampak sejak ia
bercerai dengan istrinya 1 bulan yang lalu.

Soal 1
Pelajari cerita dibawah ini secara berkelompok

Soal 2
Identifikasi gangguan jiwa yang terjadi pada pasien sesuai klasifikasi medis dalam modul
ini

Soal 3
Tuliskan hasil analisis tersebut pada lembar kerja yang tersedia
N0 Nama Tanda & Gejala Diagnosis Terapi/obat Diagnosis
Medik Keperawatan

Non
Farmakologi
s
TUGAS 3

Kasus
Seorang perempuan, 22 th, belum menikah, tinggal di Gedung meneng bersama
pamannya, kedua orang tuanya telah meninggal dunia. Satu bulan yang lalu ia di putus
pacarnya. Sejak seminggu ini pasien tanpak banyak diam, malas melakukan kegiatan
yang biasa dilakukannya, tidak merawat diri, murung dan sering menangis. Tiga hari
yang lalu minum racun serangga namun tertolong

Soal 1
Pelajari cerita dibawah ini secara berkelompok

Soal 2
Identifikasi gangguan jiwa yang terjadi pada pasien sesuai klasifikasi medis dalam modul
ini

Soal 3
Tuliskan hasil analisis tersebut pada lembar kerja yang tersedia
N0 Nama Tanda & Gejala Diagnosis Terapi/obat Diagnosis
Medik Keperawatan

Non
Farmakologi
s
Diagnosis dan Terapi Materi
Skizofrenia (F20) 03.1
Pendahuluan Masalah kesehatan jiwa yang terjadi pada individu dan keluarga di
masyarakat membutuhkan penanganan praktisi kesehatan. Keperawatan
sebagai salah satu profesi kesehatan meyakini adanya kolaborasi dan
kerja tim untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami individu,
keluarga maupun masyarakat sehingga beberapa tindakan keperawatan
membutuhkan kolaborasi dengan berbagai profesi kesehatan lainnya;
salah satunya adalah dokter.

Identifikasi masalah kesehatan dlakukan dengan melakukan diagnosis


dan terapi pada klien. Salah satu masalah gangguan jiwa terbanyak yang
diteukn di unit psikiatri adalah skizofrenia.

Skizofrenia adalah sekelompok gangguan jiwa berat yang umumnya


ditandai oleh distorsi proses pikir dan persepsi yang mendasar, alam
perasaan yang menjadi tumpul dan tidak serasi, kesadaran umumnya
tetap jernih dan kemampuan intelektual biasanya dapat dipertahankan

Mengetahui penyebab skizoprenia perlu dikaji secara mendalam dari


aspek bio-psiko-sosial-spirritual dan kultural klien. Diagnosis yang tepat
akan berpengaruh terhadap terapi yan tepat pula bagi klien. Hal ini tentu
saja mempengruhi keberhasilan klien untuk memperoleh kualitas hidup
yang tinggi.

Saat ini, penatalaksanaan klien dengan skizofrenia tidak hanya dapat


dilakukan di pelayanan spesialis seperti rumah sakit jiwa. Semakin
tingginya kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan jiwa disemua
tatanan, diharapkan pelayanan kesehatan jiwa termasuk klien gangguan
jiwa dapat diberikan di pelayanan dasar seperti puskesmas. Obat psikiatri
atau psikofarmaka Yang banyak digunanakan adalah antipsikotik generasi
satu. Tanpa Antipsikotik, perilaku klien khususnya pada konDIsi kronis
sulit dikontrol. Hal ini tentu saja berbahaya baik bagi lien, orang lain
maupun lingkungan. Terlepas dari pemberian terapi biologis, terapi
psikologis (psikoterapi/terapi modalitas merupakan terapi pendukung
yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup klien. Yang perlu
ditekankan pada klien dan keluarga adalah waktu pengobatan yang
relatif lama dan dukungan keluarga untuk mempertahankan kemampuan
fungsional klien merupakan faktor yang berperan mencegah kambuh.

Perawatan skizofrenia harus berlanjut terus. Perawatan tidak akan


mempengaruhi aktivitas-aktivitas normal apabila kesadaran yang cukup,
perawatan yang tepat, dan kedisiplinan dalam pemeriksaan dan
pengobatan dijalankan. Medikasi antipsikotik dimulai dengan dosis
rendah dan ditingkatkan secara bertahap. (misalnya Haloperidol 3 x 1,5-5
mg sehari atau Chlorpromazine 3 x 100-200 mg sehari). Dosis harus
serendah mungkin untuk menghilangkan gejala, walaupun beberapa
pasien membutuhkan dosis yang lebih tinggi.

Tujuan Setelah mempelajari diagnosis dan terapi skizofreni diharapkan peserta


pembelajaran didik mampu memahami prinsip diagnosis dan penatalaksanaan pada
umum klien skizofenia berdasarkan proses keperawatan.

Tujuan Setelah mempelajari askep Skizofrenia diharapkan peserta didik mampu:


pembelajaran
1. Melakukan pengkajian klien Skizofrenia
khusus
2. Merumuskan diagnosis keperawatan klien Skizofrenia
3. Menyusun rencana keperawatan klien Skizofrenia
4. Melaksanakan tindakan keperawatan klien Skizofrenia
1. Melakukan edukasi/pendidikan kesehatan Skizofrenia
2. Melakukan evaluasi tindakan perawatan klien Skizofrenia
5. Melakukan pendokumentasian proses perawatan klien Skizofrenia

Strategi 1. Kuliah/penyampaian materi askep Skizofrenia


pembelajaran 2. Akses informasi askep Skizofrenia
3. Menyelesaikan tugas dengan mengisi log-book (mandiri)
4. Berdiskusi
5. Mengkoreksi log-book
6. Praktikum
Waktu

Fasilitator Tim

Evaluasi Cognitif : logbook, test tulis


pembelajaran Afektif
Performance assessment : SOP

Referensi Stuart GW, (2013), Principles and practice of Psychiatric Nursing,


Lippicot: Mosby
Maslim, R. (2005), Peedoman Pengolongan Gaanggan Jiwa, Jakarta: EGC
Maramis, A. (2010), Ilmu Kesehatan Jiwa, Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Diagnosis dan Terapi Modul


Psikotik Akut (F23) 03.2

Pendahuluan Masalah kesehatan jiwa yang terjadi pada individu dan keluarga di
masyarakat membutuhkan penanganan praktisi kesehatan. Keperawatan
sebagai salah satu profesi kesehatan meyakini adanya kolaborasi dan
kerja tim untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami individu,
keluarga maupun masyarakat sehingga beberapa tindakan keperawatan
membutuhkan kolaborasi dengan berbagai profesi kesehatan lainnya;
salah satunya adalah dokter.

Identifikasi masalah kesehatan dlakukan dengan melakukan diagnosis


dan terapi pada klien. Salah satu masalah gangguan jiwa terbanyak yang
diteukn di unit psikiatri adalah skizofrenia.

Gangguan psikotik akut adalah gangguan jiwa yang ditandai adanya gangguan
daya nilai realitas yang muncul secara tiba-tiba dan durasinya singkat (dalam
masa 2 minggu atau kurang).

Mengetahui penyebab Psikotik perlu dikaji secara mendalam dari aspek


bio-psiko-sosial-spirritual dan kultural klien. Diagnosis yang tepat akan
berpengaruh terhdap terapi yan tepat pula bagi klien. Hal ini tentu saja
mempengruhi keberhasilan klien untuk memperoleh kualitas hidup yang
tinggi.

Saat ini, penatalaksanaan klien dengan Psikotik tidak hanya dapat


dilakukan di pelayanan spesialis seperti rumah sakit jiwa. Semakin
tingginya kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan jiwa disemua
tatanan, diharapkan pelayanan kesehatan jiwa termasuk klien gangguan
jiwa dapat diberikan di pelayanan dasar seperti puskesmas. Obat psikiatri
atau psikofarmaka Yang banyak digunanakan adalah antipsikotik generasi
satu. Tanpa Antipsikotik, perilaku klien khususnya pada kondIsi kronis
sulit dikontrol. Hal ini tentu saja berbahaya baik bagi lien, orang lain
maupun lingkungan. Terlepas dari pemberian terapi biologis, terapi
psikologis (psikoterapi/terapi modalitas merupakan terapi pendukung
yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup klien. Yang perlu
ditekankan pada klien dan keluarga adalah waktu pengobatan yang
relatif lama dan dukungan keluarga untuk mempertahankan kemampuan
fungsional klien merupakan faktor yang berperan mencegah kambuh.

Perawatan psikotik akut harus berlanjut terus. Perawatan tidak akan


mempengaruhi aktivitas-aktivitas normal apabila kesadaran yang cukup,
perawatan yang tepat, dan kedisiplinan dalam pemeriksaan dan
pengobatan dijalankan. Untuk mengontrol gejala-gejala psikotik akut
secara tepat, sebaiknya memulai terapi antipsikotik secepatnya sesudah
penilaian. Pertimbangkan terapi intramuskular akut jika terapi oral tidak
mungkin dilaksanakan. Jangan meresepkan injeksi depo/jangka panjang
untuk mengontrol gejala-gejala psikotik akut secara tepat. Resepkan satu
antipsikotik dalam 1 waktu (monoterapi). “Start low, go slow” dan
naikkan dosis secara perlahan hingga mencapai dosis efektif.

Tujuan Setelah mempelajari dignosis dan terapi psikotik diharapkan peserta


pembelajaran didik mampu memahami prinsip diagnosis dan penatalaksanaan pada
umum klien skizofenia berdasarkan proses keperawatan.

Tujuan Setelah mempelajari askep Skizofrenia diharapkan peserta didik mampu:


pembelajaran
khusus 1. Melakukan pengkajian klien psikotik
2. Merumuskan diagnosis keperawatan klien psikotik
3. Menyusun rencana keperawatan klien psikotik
4. Melaksanakan tindakan keperawatan klien psikotik
5. Melakukan edukasi/pendidikan kesehatan psikotik
6. Melakukan evaluasi tindakan perawatan klien psikotik
7. Melakukan pendokumentasian proses perawatan klien psikotik

Strategi 1. Kuliah/penyampaian materi askep psikotik


pembelajaran 2. Akses informasi askep psikotik
3. Menyelesaikan tugas dengan mengisi log-book (mandiri)
4. Berdiskusi
5. Mengkoreksi log-book
6. Praktikum
Waktu

Fasilitator Tim

Evaluasi Cognitif : logbook, test tulis


pembelajaran Afektif
Performance assessment : SOP

Referensi Keliat. B.A . dkk (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN
(basic Course). EGC: Jakarta
Maslim, R. (2005 Buku Saku Diagnosis Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-
III. Jakarta
Kementerian Kesehatan RI. (2006). Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan
Jiwa di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta : Direktorat
Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa, Kementerian Kesehatan RI.

Diagnosis dan Terapi Modul


Depresi (F32) 03.3

Pendahuluan Masalah kesehatan jiwa yang terjadi pada individu dan keluarga di
masyarakat membutuhkan penanganan praktisi kesehatan. Keperawatan
sebagai salah satu profesi kesehatan meyakini adanya kolaborasi dan
kerja tim untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami individu,
keluarga maupun masyarakat sehingga beberapa tindakan keperawatan
membutuhkan kolaborasi dengan berbagai profesi kesehatan lainnya;
salah satunya adalah dokter.

Identifikasi masalah kesehatan dlakukan dengan melakukan diagnosis


dan terapi pada klien. Salah satu masalah gangguan jiwa terbanyak yang
ditemukan di pelayanan primer adalah depresi.

Gangguan depresi adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan


suasana hati (alam perasaan) yang menurun, proses pikir
melambat dan perilaku lamban (trias depresi).
Mengetahui penyebab depresi perlu dikaji secara mendalam dari aspek
bio-psiko-sosial-spiritual dan kultural klien. Diagnosis yang tepat akan
berpengaruh terhdap terapi yan tepat pula bagi klien. Hal ini tentu saja
mempengruhi keberhasilan klien untuk memperoleh kualitas hidup yang
tinggi.

Saat ini, penatalaksanaan klien dengan depresi banyak ditemukan di


pelayanan umum, bahkan di masyarakat. Untuk itu semakin tingginya
kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan jiwa disemua tatanan,
diharapkan pelayanan kesehatan jiwa termasuk klien gangguan jiwa
dapat diberikan di pelayanan dasar seperti puskesmas. Tidak semua
gejala fisik yang dikeluhkan pasien saat berobat menginformasikan
adanya gangguan pada fisik pasien. Jika dikaji lebih dalam tidak mentup
kemungkinan pasien mengalami keluhan psikosomatik atau adanya
masalah psikis yang dimanifestasikaan dengan keluhan fisik. Untuk itu
terapi psikologis (psikoterapi/terapi modalitas merupakan terapi yang
diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup klien. Yang perlu
ditekankan pada klien dan keluarga adalah motivasi hidup klien dan
dukungan keluarga untuk mempertahankan kemampuan fungsional klien
merupakan faktor yang berperan meningkatkan harga diri pasien.

Perawatan tidak akan mempengaruhi aktivitas-aktivitas normal apabila


kesadaran yang cukup, perawatan yang tepat, dan kedisiplinan dalam
pemeriksaan dan pengobatan dijalankan. Pasien berisiko melakukan
perilaku bunuh diri.

Tanyakan tentang risiko bunuh diri. Apakah pasien sering berpikir


tentang kematian. Apakah pasien mempunyai rencana bunuh diri yang
khas. Apakah ia telah membuat rencana yang serius untuk percobaan
bunuh diri di masa yang lalu. Apakah pasien bisa yakin untuk tidak
bertindak atas ide bunuh diri. Mungkin diperlukan pengawasan yang
ketat oleh keluarga dan teman, atau hospitalisasi (rawat inap). Tanyakan
tentang risiko mencederai orang lain. Dorong pasien untuk melawan
pesimisme atau kritik diri yang berlebihan, tidak bertindak atas dasar ide
pesimistik (misalnya, mengakhiri perkawinan, meninggalkan pekerjaan),
dan tidak memusatkan pada pikiran negatif atau bersalah.

Medikasi antidepresan sampai mencapai dosis efektif (misalnya


Imipramin atau amitripilin), dimulai dengan dosis 25-50 mg setiap malam
dan dinaikkan sampai 100-150 mg dalam dosis terbagi. Pada pasien usia
lanjut atau sakit fisik, berikan dosis yang lebih rendah atau menggunakan
antidepresan lain dengan efek samping yang minimal. Jelaskan kepada
pasien bahwa obat harus diminum setiap hari, bahwa perbaikan akan
terjadi dalam 2-3 minggu sesudah medikasi dimulai, dan mungkin timbul
efek samping ringan, tapi biasanya menghilang dalam 7-10 hari.
Tekankan bahwa pasien harus berkonsultasi dengan dokter sebelum
menghentikan obat.

Tujuan Setelah mempelajari dignosis dan terapi depresi diharapkan peserta didik
pembelajaran mampu memahami prinsip diagnosis dan penatalaksanaan pada klien
umum depresi berdasarkan proses keperawatan.

Tujuan Setelah mempelajari askep depresi diharapkan peserta didik mampu:


pembelajaran
khusus 1. Melakukan pengkajian klien depresi
2. Merumuskan diagnosis keperawatan klien depresi
3. Menyusun rencana keperawatan klien depresi
4. Melaksanakan tindakan keperawatan klien depresi
5. Melakukan edukasi/pendidikan kesehatan depresi
6. Melakukan evaluasi tindakan perawatan klien depresi
7. Melakukan pendokumentasian proses perawatan klien depresi

Strategi 1. Kuliah/penyampaian materi askep depresi


pembelajaran 2. Akses informasi askep Skizofrenia
3. Menyelesaikan tugas dengan mengisi log-book (mandiri)
4. Berdiskusi
5. Mengkoreksi log-book
6. Praktikum

Waktu

Fasilitator Tim

Evaluasi Cognitif : logbook, test tulis


pembelajaran Afektif
Performance assessment : SOP

Referensi Stuart dan Larian, (2010), Principles and practice of Psychiatric Nursing,
Lippicot: Mosby
Maslim, R. (2005), Peedoman Pengolongan Gaanggan Jiwa, Jakarta: EGC
Maramis, A. (2010), Ilmu Kesehatan Jiwa, Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai