NAMA NAMA
NIP. NIP.
NAMA
NIP.
Mengetahui,
Ketua Program Studi
DIII Teknik Bangunan dan Jalur Perkeretaapian
18
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................5
1.1 Latar Belakang 5
1.2 Identifikasi Masalah 9
1.3 Batasan Masalah 9
1.4 Maksud dan Tujuan 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................11
2.1 Penelitian Terdahulu 11
2.2 Aspek Teoristis 12
2.2.1Pemilihan Trase 13
2.2.2Geometri Jalan Rel 14
2.2.3Komponen Struktur Jalan Rel22
BAB III METODE.................................................................................................30
3.1 Diagram Alir 30
3.2 Pengumpulan Data 32
3.3 AnalisisData 33
3.4 Jadwal Penelitian 33
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................35
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Landai Penentu................................................................................................18
Tabel 2. 2 Jari-Jari Minimum Lengkung Vertikal...............................................................18
Tabel 2. 3 Jari-Jari Minimum yang Diizinkan....................................................................19
Tabel 2. 4 Pelebaran Jalan Rel Untuk 1067 mm...............................................................20
Tabel 2. 5 Pelebaran Jalan Rel untuk 1435 mm................................................................21
Tabel 2. 6 Dimensi Penampang Rel..................................................................................22
Tabel 2. 7 Ukuran Bantalan..............................................................................................30
PENDAHULUAN
sudah mati atau tidak beroperasi, dulunya jalur ini menghubungkan antara
dibangun oleh Staats Spoorwegen (SS) yaitu perusahaan kereta api milik
Disepanjang jalur ini juga terdapat dua pabrik gula yakni PG Kanigoro dan
adalah pedagang yang akan menjual hasil buminya kepasar. Hingga tahun
dianggap lebih cepat dari pada kereta api. Pada tahun 1984, jalur kereta api
Sisa-sisa rel besi yang dulunya menjadi pijakan kereta api dibeberapa titik
masih terlihat jelas dan kokoh seolah-olah menanti untuk dilewati kereta
api kembali.
barang dengan moda kereta api untuk 5 (lima) pulau besar (Sumatera,
di Pulau Jawa yaitu sebesar 858,5 juta orang/tahun (sekitar 92% dari total
perjalanan barang di Pulau Jawa sebesar 534 juta ton/tahun (53,6%) dan di
Pulau Sumatera sebesar 403 juta ton/tahun (40,56%) dan untuk melayani
2030.
persyaratan teknis jalur kereta api maka hal – hal yang perlu diperhatikan
sesuai dengan spesifikasi teknis. Adapun hal – hal yang perlu diperhatikan
geometri jalan rel ( kecepatan rencana, beban gandar, lebar jalan rel,
peninggian jalan rel, dan penampang melintang jalan rel ), dan komponen
kereta api tidak mengalami kemacetan karena berjalan diatas jalan rel yang
moda transportasi lain, dan dapat mengangkut lebih banyak muatan dalam
Madiun – Delopo.
Delopo.
waktu pelaksanaan.
kelongsoran tanah.
Madiun – Delopo.
Delopo.
TINJAUAN PUSTAKA
2. Karya tulis ilmiah oleh Rizqi Nugroho, Giovanny Natasha F. P., Moga
Narayudha dan Bambang Pudjianto, jurusan Teknik sipil, fakultas
Teknik, Universitas Diponegoro dengan judul “PERENCANAAN
REAKTIVASI JALAN REL KERETA API KORIDOR MAGELANG
– AMBARAWA”.
Penulisan karya tulis ilmiah ini berisi tentang Perencanaan Reaktivasi
Jalan Rel Kereta Api Koridor Magelang – Ambarawa menggunakan
metode Pendekatan perundang-undangan (Statute Approach).
Dari kedua kajian pustaka di atas, perbedaan keduanya terdapat pada
metode yang digunakan. Metode menggunakan software Autocad civil
3d dan Arcgis pada pustaka pertama akan lebih praktis, modern, dan
cepat karena hasil yang ditampilkan lebih akurat dan spesifik.
2.2 Aspek Teoristis
Berdasarkan Rencana Induk Perkeretaapian Nasional
(RIPNAS) tahun 2018 peningkatan kapasitas jaringan dan layanan
perkeretaapian dalam upaya mewujudkan kereta api sebagai alat
transportasi utama dapat dilakukan dengan mereaktivasi lintas-lintas
non operasional yang potensial serta meningkatkan kondisi jalur
perkeretaapian yang ada. Selain itu, pemilihan prasarana dan sarana
yang sesuai dengan daya dukung wilayah harus menjadi pertimbangan
dalam perencanaan. Peningkatan jalur ini diarahkan bagi
pengembangan tonase jalan rel dan jembatan sesuai standar, baik pada
lintas eksisting maupun lintas baru dengan memperhatikan daerah
rawan bencana. Hal ini dilakukan untuk mendukung tercapainya daya
angkut yang besar dengan tetap memperhatikan faktor keselamatan
dan keamanan serta antisipasi terhadap terjadinya bencana.
Gambar 2.0
Geometri jalan rel adalah bentuk dan ukuran jalan rel, baik pada
arah memanjang maupun arah melebar yang meliputi lebar sepur,
kelandaian, lengkung horizontal dan lengkung vertikal, peninggian rel, dan
pelebaran sepur. Geometri jalan rel direncanakan berdasar pada kecepatan
rencana serta ukuran kereta yang melewatinya dengan memperhatikan
faktor keamanan, kenyamanan, ekonomi dan keserasian dengan
lingkungan sekitarnya. Kriteria perencanaan alinyemen yang baik
mempertimbangkan beberapa factor berikut ini :
1. Kecepatan Rencana.
jalan rel.
2. Beban Gandar
Beban gandar adalah beban yang diterima oleh jalan rel dari
satu gandar. Untuk semua kelas, beban gandar maksimum adalah 18
ton. Perencanaan disasarkan pada satu macam beban gandar (18 ton)
dengan maksud agar:
a. Perpindahan kereta, terutama kereta barang, dari satu sepur ke
sepur lain yang kelasnya lebih rendah, dapat dilakukan tanpa
harus membongkar muatan (untuk mengurangi beban gandar)
lebih dahulu.
b. Setiap lokomotif dapat dipakai di semua sepur yang kelasnya
berbeda-beda. Dengan demikian diharapkan dapat dicapai
efisiensi dalam operasi, karena tidak akan ada waktu terbuang
untuk mengganti lok atau kegiatan bongkar muat barang dapat
dihindarkan, sehingga pemindahan dari satu sepur ke sepur lain
dapat lebih cepat.
4. Kelandaian
a) Persyaratan kelandaian yang harus dipenuhi meliputi persyaratan
landai penentu, persyaratan landai curam dan persyaratan landai
emplasemen.
b) Landai penentu adalah suatu kelandaian (pendakian) yang
terbesar yang ada pada suatu lintas lurus.
c) Persyaratan landai penentu harus memenuhi persyaratan seperti
yang dinyatakan pada berikut:
Tabel 2. 1 Landai Penentu
Kelas Jalan Ral Landai Penentu Maksimum
1 10 ‰
2 10 ‰
3 20 ‰
4 25 ‰
5 25 ‰
5. Lengkung Vertikal
a) Lengkung vertikal merupakan proyeksi sumbu jalan rel pada
bidang vertikal yang melalui sumbu jalan rel. Besar jari-jari
minimum lengkung vertikal bergantung pada kecepatan rencana,
sebagaimana dinyatakan dalam Tabel berikut:
Tabel 2. 2 Jari-Jari Minimum Lengkung Vertikal
Kecepatan Rencana (km/jam) Jari - Jari Minimum Lengkung
Vertikal (m)
Lebih besar dari 100 8000
Sampai 100 6000
a. Pada lengkungan, elevasi rel luar dibuat lebih tinggi dari pada
rel dalam untuk mengimbangi gaya sentrifugal yang dialami
oleh rangkaian kereta.
b. Peninggian rel dicapai dengan menempatkan rel dalam pada
tinggi semestinya dan rel luar lebih tinggi.
Keterangan:
a. Semakin besar nilai Mn, maka rel makin keras.
b. Semakin besar nilai C, maka rel makin getas/rapuh.
c. Semakin berat rel, maka semakin besar dapat memikul muatan
(axle load) untuk kecepatan tinggi
/ /
Rel R.25 Rel R.42
/ /
Rel R.50 Rel R.54
/ / / /
Gambar 2. 2 Tirpon
Untuk jalan kereta api kecepatan 100 km/jam dapat
digunakan:
a. Base plate Pandrol.
b. Pandrol klip.
c. Rubber pad.
d. DE klip.
e. Insulator clip.
Alat penambat harus memenuhi persyaratan berikut :
a. Alat penambat harus mampu menjaga kedudukan kedua rel
agar tetap dan kokoh berada di atas bantalan.
b. Clip harus mempunyai gaya jepit 900 – 1100 kgf.
c. Pelat landas harus mampu memikul beban yang ada dengan
ukuran sesuai jenis rel yang digunakan.
Pelat landas terbuat dari baja dengan komposisi kimia sebagai
berikut :
Carbon : 0.15 – 0.30%
Silicon : 0.35% max
Mangaanese : 0.40 – 0.80%
Phospor : 0.050% max
Sulphur : 0.05%
d. Alas rel (rail pad) dapat terbuat dari bahan High Density Poly
Ethylene (HDPE) dan karet (Rubber) atau Poly Urethane
(PU).
e. Seluruh komponen alat penambat harus memiliki identitas
produk tercetak permanen sebagai berikut:
1. Merek dagang;
2. Identitas pabrik pembuat;
3. Nomor komponen (part number);
4. Dua angka terakhir tahun produksi.
3. Bantalan
4. Balas
Balas merupakan komponen jalan rel bagian atas dengan
material batu krica ukuran 2-6 cm berbentuk persegi atau sisi-
sisinya bersudut tajam dengan tujuan saat dipadatkan tidak berubah
posisinya akibat getaran.
BAB III
METODE
Mulai
Studi Literaur
Pengumpulan Data
Data Sekunder:
Peta eksisting jalan rel kedungjati-
Data Primer: tuntang
Survei kondisi jalur kereta Kondisi topografi
api eksisting Kedungjati-
Tuntang (koordinat, Penggunaan lahan
elevasi, dan dokumentasi) Penelitian terdahulu
Informasi terkait perencanaan
reaktivasi
Analisis Data :
1. Evaluasi jalur eksisting lintas Kedungjati – Tuntang non aktif
2. Demand transportasi kereta api lintas Kedungjati – Tuntang
Selesai
1. Data primer:
Meninjau langsung kondisi track eksisting dengan melihat trase yang
ada, komponen yang tersisa, dan struktur bagian atas yang terlihat.
2. Data sekunder:
a. Peta topografi, penggunaan lahan, jaringan jalan, dan geologi
digunakan sebagai dasar untuk membuat desain trase jalan rel
yang baru
b. Data demand perjalanan kereta api lintas Kedungjati-Tuntang
untuk perhitungan daya angkut lintas kereta api terkait
perencanaan geometri jalan rel
c. Autocad Civil 3d sebagai penghitung volume galian dan timbunan
d. peraturan Dinas No.10 tahun 1986 sebagai acuan dalam
merencanakan komponen struktur jalan rel baru
e. Hasil survei lapangan
f. Penelitian terdahulu
3.3 AnalisisData
Terdapat beberapa tahapan yang dilakukan pada proses analisis
data. Pertama, melakukan analisis hasil survey kondisi jalur eksisting lintas
Kedungjati - Tuntang. Kedua, menganalisis peta topografi, penggunaan lahan,
jaringan jalan dan geologi untuk merencanakan desain trase baru didukung
dengan aplikasi global mapper untuk melihat peta lintas Kedungjati –
Tuntang secara menyeluruh. Ketiga, menganalisis data demand perjalanan
kereta api di lintas Kedungjati – Tuntang untuk menghitung daya angkut
lintas per tahun. Keempat, sebagai acuan yaitu peraturan dinas no. 10 tahun
1986 digunakan untuk merencanakan komponen struktur jalan rel dikaitkan
dengan data – data sebelumnya.
1. Proses Penelitian
a. Persiapan
b. Study
Literatur
c. Pengump-
ulan Data
d. Analisis
Data
e. Perencan-
aan Trase
f. Perencanaa
n Geometri
dan
Struktur
jalan rel
g. Pembaha-
san
2. Penulisan Kertas Kerja Wajib
a. Bagian
Awal
b. Bagian
Utama
c. Bagian
Akhir
3. Revisi
a. Revisi
kertas
Kerja
Wajib
4. Sidang Tugas Akhir
a. Sidang
Tugas
Akhir
Tabel 3. 1 Jadwal Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Butar Reinaldo Butar. (2015). Kajian Preferensi Masyarakat dan Sikap
Pemerintah Terkait Reaktivasi (Penghidupan Kembali) Jalur Kereta Api
Semarang – Yogyakarta. Jurnal Wilayah dan Lingkungan Vol 3 No 3. P-
ISSN: 2338-1604 dan E-ISSN: 2407-8751.
Hafidz Mohammad Ali Mughni, Chasanah Faizul. (2018). Perencanaan Jalan Rel
Kereta Api Rute Yogyakarta-Parangtritis, Prosiding Kolokium Program
Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII. ISSN : 9-772477-5B3159.