Anda di halaman 1dari 23

Tugas : Praktik Klinik Keperawatan 13 (Gadar 1)

Nama : Erton

Nim : 20166513026

BAB I
RESUME JURNAL
PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG ARITMIA PADA PASIEN INFARK
MIOKARD AKUT DI RUANG ICU/ICCU RSUD KABUPATEN WAJO
SULAWESI SELATAN

A. Judul Jurnal
Pengetahuan Perawat Tentang Aritmia Pada Pasien Infark Miokard Akut Di
Ruang Icu/Iccu Rsud Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan
B. Kata Kunci
Pengetahuan, perawat, aritmia
C. Nama Peneliti
Muhammad Asbir dan Padoli
D. Tempat Penelitian
RSUD Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan
E. Tujuan Penelitian
Menganalisis pengetahuan perawat tentang aritmia pada pasien infark
miokard akut Di Ruang Icu/Iccu Rsud Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan
F. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan diketahuinya
pengetahuan perawat tentang aritmia. Populasi dalam penelitian ini seluruh
perawat di Ruang ICU/ICCU RSUD Kabupaten Wajo, seluruhnya dijadikan
subjek penelitian dengan target populasi 20 orang
G. Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan hamper seluruhnya (95%) perawat Ruang
ICU/ICCU memiliki pengetahuan yang kurang baik tentang aritmia dan
sebagian kecil (5%) yang berpengetahuan baik.
BAB II
ANALISA JURNAL

A. Rumusan PICO
1. Pertanyaan Klinis
Seberapa besar Pengetahuan Perawat Tentang Aritmia Pada Pasien Infark
Miokard Akut Di Ruang Icu/Iccu Rsud Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan
2. Penegakan PICO
a. Populasi/sampel
Populasi dalam penelitian ini seluruh perawat di Ruang ICU/ICCU
RSUD Kabupaten Wajo, seluruhnya dijadikan subjek penelitian
dengan target populasi 20 orang.
b. Intervention/perlakuan
Populasi dalam penelitian ini seluruh perawat di Ruang ICU/ICCU
RSUD Kabupaten Wajo, seluruhnya dijadikan subjek penelitian
dengan target populasi 20 orang. Penelitian ini dilakukan dengan
memberikan kuisioner tentang pertanyaan yang mengukur tingkat
pengetahuan tentang aritmia, meliputi; pengertian aritmia, klasifikasi
aritmia, diagnosis berdasarkan EKG, jenis-jenis aritmia yang
mengancam jiwa dan penanganan aritmia.
c. Comparator/kelompok control
Ditemukan jurnal pembanding yaitu Hubungan Pengetahuan Perawat
Tentang Kegawatdarurat Infark Miokard Akut Dengan Sikap Perawat
Dalam Penanganan Pasien Infark Miokard Akut Di Ruang Intensif
Rsud Dr Moewardi Surakarta Tahun 2010, dengan hasil penelitian
yang didapatkan adanya hubungan antara pengetahuan perawat
tentang kegawatdaruratan Infark Miokard Akut dengan sikap perawat
dalam penanganan pasien Infark Miokard Akut.
d. Outcome/hasil peneltian
Hasil penelitian menunjukkan hampir seluruh perawat
berpengetahuan kurang baik tentang aritmia. Perawat yang berusia
kurang dari 33 tahun seluruhnya berpengetahuan kurang tentang
aritmia dan yang berusia antara 34-38 tahun setengahnya
berpengetahuan baik. Perawat yang berjenis kelamin laki-laki
seluruhnya berpengetahuan kurang dan perawat yang berjenis
kelamin perempuan hampir seluruhnya berpengetahuan kurang baik
tentang aritmia. Perawat dengan pendidikan DIII dan S1 Keperawatan
seluruhnya berpengetahuan kurang baik sedang perawat dengan
pendidikan DIV Keperawatan pengetahuannya baik tentang aritmia.
Perawat yang tidak pernah mengikuti pelatihan atau seminar
keperawatan seluruhnya berpengetahuan kurang baik tentang aritmia
sedang perawat yang pernah ikut pelatihan hampir seluruhnya
pengetahuannya kurang baik, sebagian kecil mempunyai pengetahuan
yang baik tentang aritmia. Perawat dengan lama kerja kurang dari 6
tahun seluruhnya berpengetahuan kurang baik dan sebagian kecil
berpengetahuan baik
3. Strategi pencarian database
Penelusuran jurnal melalui google scholar dengan memasukan kata kunci
Pengetahuan, perawat, aritmia, didapatkan beberapa jurnal yang relevan
kemudian di seleksi melalui pengkajian abstrak . hasilnya didapatkan jurnal
yang sesuai criteria yang diharapkan yaitu berjudul “Hubungan Pengetahuan
Perawat Tentang Kegawatdarurat Infark Miokard Akut Dengan Sikap Perawat
Dalam Penanganan Pasien Infark Miokard Akut Di Ruang Intensif Rsud Dr
Moewardi Surakarta Tahun 2010”

B. Kelebihan dan kekurangan penelitan


1. Kelebihan
a. Hasil yang diperoleh dari penelitian merupakan kenyataan yang
berada di lapanagan sesuai intervensi yang diberikan.
b. Penelitian ini membahas tentang pengetahuan perawat tentang aritmia
pada pasien infark miokard akut.
c. Jurnal mudah diakses dan mudah dipahami.
d. penelitian berbahasa Indonesia dan dilakukan di Indonesia.
2. kekurangan
a. penelitian ini hanya melakukan analisa tentang pengetahuan perawat
tentang aritmia.

C. Implikasi
Isi jurnal dapat dijadikan acuan bagu perawat-perawat Indonesia untuk
diterapkan dalam pengelolaan dan pembelajaran serta pendidikan kesehatan
tentang kasus aritmia.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa masih kurangnya pengetahuan
perawat tentang aritmia pada pasien infark miokard akut
B. Saran
Dengan adanya analisis ini semoga dapat digunakan sebagai bahan bacaan
atau pedoman. analisis ini masih banyak kekurangan dalam penulisan maupun
isi. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi
penyempurnaan analisis ini.
DAFTAR PUSTAKA

Asbir, M. (2020). Pengetahuan Perawat Tentang Aritmia Pada Pasien Infark


Miokard Akut Di Ruang Icu / Iccu Rsud Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan.
IX(2), 101–108.

Widodo. (2010). HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG


KEGAWATDARURAT INFARK MIOKARD AKUT DENGAN SIKAP PERAWAT
DALAM PENANGANAN PASIEN INFARK MIOKARD AKUT DI RUANG
INTENSIF RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2010. 44–50.
Vol. IX No 2 AGUSTUS 2016 ISSN 1979 - 8091

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG ARITMIA PADA PASIEN INFARK MIOKARD AKUT


DI RUANG ICU/ICCU RSUD KABUPATEN WAJO SULAWESI SELATAN
(Arrhythmias Knowledge Of Nurses In Patients Acute Myocardial Infarction In The ICU / ICCU
Hospital Wajo South Sulawesi)

MUHAMMAD ASBIR1, PADOLI2


1
RSUD Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan
2
Prodi DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya

ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan diketahuinya pengetahuan perawat
tentang aritmia. Populasi dalam penelitian ini seluruh perawat di Ruang ICU/ICCU RSUD Kabupaten Wajo,
seluruhnya dijadikan subjek penelitian dengan target populasi 20 orang. Hasil penelitian menunjukkan hampir
seluruh perawat berpengetahuan kurang baik tentang aritmia. Perawat yang berusia kurang dari 33 tahun
seluruhnya berpengetahuan kurang tentang aritmia dan yang berusia antara 34-38 tahun setengahnya
berpengetahuan baik. Perawat yang berjenis kelamin laki-laki seluruhnya berpengetahuan kurang dan
perawat yang berjenis kelamin perempuan hampir seluruhnya berpengetahuan kurang baik tentang aritmia.
Perawat dengan pendidikan DIII dan S1 Keperawatan seluruhnya berpengetahuan kurang baik sedang
perawat dengan pendidikan DIV Keperawatan pengetahuannya baik tentang aritmia. Perawat yang tidak
pernah mengikuti pelatihan atau seminar keperawatan seluruhnya berpengetahuan kurang baik tentang
aritmia sedang perawat yang pernah ikut pelatihan hampir seluruhnya pengetahuannya kurang baik, sebagian
kecil mempunyai pengetahuan yang baik tentang aritmia. Perawat dengan lama kerja kurang dari 6 tahun
seluruhnya berpengetahuan kurang baik dan sebagian kecil berpengetahuan baik. Melihat hasil penelitian ini,
maka pimpinan Rumah Sakit RSUD Kabupaten Wajo perlu meningkatkan pengetahuan perawat tentang
aritmia dengan menyediakan referensi tentang aritmia dan aktif mengikutkan perawat dalam pelatihan
tentang kegawatan kardiovaskuler serta meningkatkan pendidikan perawat di bidang kardiovaskuler.

Kata-kata kunci: Pengetahuan, perawat, aritmia.

ABSTRACT
This research is descriptive research that aims to know the nurse's knowledge about arrhythmias.
The population in this study all nurses in ICU / ICCU Hospital Wajo, entirely used as research subjects with a
target population of 20 people. The results showed nearly all nurses less knowledgeable both about
arrhythmia. Nurses aged less than 33 years altogether less knowledgeable about arrhythmias and those aged
between 34-38 years of half good knowledge. Nurse-sex male entirely less knowledgeable and nurses who
are female is almost entirely lacking good knowledge about arrhythmias. Nurses with education and S1
Nursing DIII wholly good being less knowledgeable nurses with nursing education DIV good knowledge about
arrhythmias. Nurses who have never attended a training or seminar nursing unfavorable entirely
knowledgeable about the arrhythmias were nurses who had joined the training is almost entirely lacking good
knowledge, a fraction having a good knowledge of arrhythmia. Old nurse with less than 6 years working
entirely unfavorable knowledgeable and good knowledge fraction. Seeing the results of this study, the
leadership of the Hospital District Hospital Wajo need to improve the nurse's knowledge about arrhythmias by
providing active references include arrhythmias and nurses in training about the gravity of cardiovascular as
well as improving education in the field of cardiovascular nurses.

Keywords: Knowledge, nurses, arrhythmia.

PENDAHULUAN kombinasi keduanya. Gangguan otomatisitas


berupa percepatan atau perlambatan pada nodus
Aritmia atau disritmia adalah gangguan sinus, misalnya pada sinus takikardi atau sinus
urutan irama, atau gangguan kecepatan dari bradikardi. Gangguan hantaran bisa berupa irama
proses depolarisasi, repolarisasi atau kedua- yang sangat cepat seperti Sindrom WPW dengan
duanya pada jantung (Kabo, 2010). Aritmia atau takikardi atau sangat lambat seperti Blok
disritmia adalah gangguan urutan irama, atau Atrioventrikel (Rilantono, dkk, 2003).
gangguan kecepatan dari proses depolarisasi, Badan kesehatan dunia atau WHO
repolarisasi atau kedua-duanya pada jantung memperkirakan bahwa penyakit kardiovaskuler
(Kabo, 2010). Aritmia bisa diakibatkan oleh akan menjadi penyebab terbesar kasus kematian
gangguan otomatisasi, gangguan hantaran atau di seluruh dunia pada tahun 2020. Di Amerika

JURNAL KEPERAWATAN 101


Vol. IX No 2 AGUSTUS 2016 ISSN 1979 - 8091

Serikat 1,5 juta orang menderita Infark Miocard studi pendahuluan tersebut disimpulkan
Acut atau IMA per tahun dengan angka kematian masalahnya adalah tingginya mortalitas pada klien
30% yang sering disebabkan oleh aritmia dengan aritmia. Beberapa faktor yang diduga
terutama ventrikel fibrilasi. Di Indonesia, menurut sebagai penyebab tingginya angka mortalitas
profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan pasien aritmia adalah sarana dan prasarana
Lingkungan 2008, jumlah pasien IMA rawat inap Rumah Sakit yang belum memadai, pengetahuan
tahun 2007 mencapai 22.454 orang dengan angka tenaga medik, tenaga perawat dan tenaga
kematian 1.268 orang atau sekitar 9,5% dengan kesehatan lainnya tentang aritmia masih kurang
penyebab kematian terbanyak adalah aritmia. serta faktor dari pasien sendiri.
Kematian mendadak atau yang biasa Tetapi apakah betul pengetahuan perawat
dikenal dengan Sudden Cardiac Death yang rendah tentang perawatan klien dengan aritmia
didefinisikan sebagai kematian yang tidak terduga yang memberi andil terhadap tingginya angka
atau proses kematian yang terlalu cepat. Sekitar mortalitas pada klien dengan aritmia, tentu perlu
93% kematian mendadak disebabkan aritmia, diteliti lebih jauh, sehingga dipandang perlu
artinya kematian terjadi akibat timbulnya dilakukan penelitian tentang hal tersebut.
gangguan irama jantung yang menyebabkan Tujuan penelitian dibagi menjadi
kegagalan sirkulasi darah. Hasil penelitian penelitian umum yaitu: diketahuinya pengetahuan
menunjukkan di negara maju seperti Amerika perawat tentang aritmia pada pasien IMA di
Serikat kejadian kematian mendadak mencapai Ruang ICU/ICCU RSUD Kabupaten Wajo. Dan
400.000 kasus per tahun, jumlah ini hampir 50% tujuan khusus yaitu: mengidentifikasi
dari seluruh kematian yang terjadi (Nenk, 2009). pengetahuan perawat di Ruang ICU/ICCU RSUD
Aritmia merupakan gangguan urutan Kabupaten Wajo tentang aritmia, mengukur
irama atau gangguan kecepatan dari proses pengetahuan perawat tentang aritmia pada pasien
depolarisasi, repolarisasi atau kedua-duanya pada IMA di Ruang ICU/ICCU RSUD Kabupaten Wajo
jantung (Thaler M.S, 2000). Aritmia merupakan berdasarkan usia, mengukur pengetahuan
penyulit infark miokard yang tersering dan terjadi perawat tentang aritmia pada pasien IMA di
pada saat pertama serangan. Hal ini disebabkan Ruang ICU/ICCU RSUD Kabupaten Wajo
perubahan masa refrakter, daya hantar rangsang berdasarkan jenis kelamin, mengukur
dan kepekaan terhadap rangsangan. Sistem saraf pengetahuan perawat tentang aritmia pada pasien
otonom juga berperan terhadap terjadinya IMA di Ruang ICU/ICCU RSUD Kabupaten Wajo
aritmia. Beberapa aritmia sangat berbahaya dan berdasarkan pendidikan, mengukur pengetahuan
memerlukan terapi segera untuk mencegah perawat tentang aritmia pada pasien IMA di
kematian mendadak. Diagnosis suatu aritmia Ruang ICU/ICCU RSUD Kabupaten Wajo
merupakan salah satu hal yang paling penting dan berdasarkan pernah atau tidaknya mendapatkan
yang dapat dilakukan adalah dengan pemeriksaan pelatihan tentang penatalaksanaan pasien IMA,
elektrokardiogram atau yang disingkat EKG dan mengukur pengetahuan perawat tentang aritmia
sampai sekarang belum ada yang dapat melebihi pada pasien IMA di Ruang ICU/ICCU RSUD
EKG untuk mengerjakan hal ini. Kabupaten Wajo berdasarkan lama bekerja.
Manifestasi klinik aritmia yang pertama
bisa kita jumpai adanya kematian mendadak. Oleh BAHAN DAN METODE
karena itulah pasien aritmia khususnya aritmia
yang mengancam jiwa harus dirawat di ruang Pada penelitian ini rancangan penelitian
perawatan jantung agar frekwensi dan irama yang digunakan merupakan jenis penelitian
jantungnya dapat terus menerus dimonitor. Pada deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah
prinsipnya tujuan terapi aritmia adalah seluruh perawat yang bertugas di ruang ICU/ICCU
mengembalikan irama jantung yang normal, RSUD Kabupaten Wajo, seluruhnya dijadikan
menurunkan frekwensi denyut jantung dan subjek penelitian dengan target populasi 20
mencegah terbentuknya bekuan darah. Aritmia orang. Sebagai variabel dalam penelitian ini
umumnya ditangani dengan terapi medis dan adalah pengetahuan perawat tentang aritmia.
disediakan berbagai terapi mekanis jika terapi Waktu penelitian dilaksanakan adalah waktu sejak
medis tidak mencukupi. Terapi mekanis yang penyusunan proposal sampai dengan selesainya
paling sering adalah kardioversi aktif dan penyusunan laporan hasil penelitian, yakni: pada
defibrilasi (Za‟a, 2009). bulan Nopember 2011-Mei 2012. Sedangkan
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di waktu pengumpulan data pada tanggal 28 April-2
Ruang ICU/ICCU RSUD Kabupaten Wajo, jumlah Mei 2012 di ruang ICU/ICCU RSUD Kabupaten
pasien yang dirawat dari bulan Januari sampai Wajo, Propinsi Sulawesi Selatan. Alat ukur yang
bulan September 2011 sebanyak 577 pasien digunakan untuk mengumpulkan data ini adalah
dengan jumlah pasien IMA 50 orang, sebanyak 23 kuesioner, kuesioner terdiri dari 2 bagian yaitu:
orang diantaranya atau sekitar 47% mengalami bagian pertama berisi identitas dan karakteristik
aritmia dengan kematian 14 orang atau 61%. Dari

JURNAL KEPERAWATAN 102


Vol. IX No 2 AGUSTUS 2016 ISSN 1979 - 8091

responden, meliputi; umur, pendidikan, jenis dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan
kelamin, lama bekerja. Bagian kedua berisi 20 diinterprestasikan secara kualitatif.
pertanyaan yang mengukur tingkat pengetahuan
tentang aritmia, meliputi; pengertian aritmia, HASIL DAN PEMBAHASAN
klasifikasi aritmia, diagnosis berdasarkan EKG,
jenis-jenis aritmia yang mengancam jiwa dan Karakteristik Perawat
penanganan aritmia.
Setelah data dikumpulkan dilakukan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
scoring, penelitian dilakukan dengan cara perawat di Ruang ICU/ICCU RSUD Kabupaten
membandingkan jumlah skor jawaban dengan Wajo secara merata berumur antara 24-33 tahun,
skor yang diharapkan atau yang tertinggi hampir seluruhnya wanita dan lulusan DIII
kemudian dikalikan 100% dan hasilnya berupa keperawatan (90%), sebagian besar tidak pernah
persentase. Analisis data menggunakan analisis ikut seminaratau pelatihan (55%) dan lama
deskriptif yaitu data dikelompokkan dan disajikan bekerja 1- 3 tahun ( 60%). Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 Karakteristik Perawat ICU/ICCU Di RSUD Kabupaten Wajo


Karakteristik Perawat f %
Usia f %
19-23 4 20
24-28 7 35
29-33 7 35
34-38 2 10
Total 20 100
Jenis Kelamin f %
Laki-laki 2 10
Perempuan 18 90
Total 20 100
Pendidikan Ibu f %
S-1 keperawatan 1 5
D-IV keperawatan 1 5
D-III keperawatan 18 90
Total 20 100
Riwayat Pelatihan/Seminar
Pernah 9 45
Tidak Pernah 11 55
Total 20 100
Lama Bekerja (tahun)
1-3 12 60
4-6 3 15
7-9 5 25
Total 20 100

Pengetahuan Perawat Tentang Aritmia pendidikan khusus kardiovaskuler, pengalaman


perawat dalam merawat pasien yang mengalami
Hasil penelitian menunjukkan hampir aritmia dan menerapkan ilmu yang didapatkan
seluruhnya (95%) perawat Ruang ICU/ICCU sewaktu pelatihan khusus kegawatan
memiliki pengetahuan yang kurang baik tentang kardiovaskuler.
aritmia dan sebagian kecil (5%) yang Teori pembelajaran yang berbasis
berpengetahuan baik (tabel 2 ). pengalaman menyatakan bahwa pembelajaran
Dari data yang ada, perawat yang menjadi efektif jika didasarkan pada pengalaman.
berpengetahuan baik tentang aritmia adalah yang Model yang banyak digunakan adalah proses
berpendidikan khusus kardiovaskuler, sering siklus yang menghubungkan antara pengalaman
mengikuti pelatihan dibidang kardiovaskuler dan nyata dengan konseptualisasi abstrak melalui
masa kerja yang lama di Ruang ICU/ICCU. refleksi dan perencanaan. Refleksi adalah
Pengetahuan perawat tentang aritmia akan merenung, memahami dan berpikir tentang
bertambah dengan mengikuti atau melanjutkan

JURNAL KEPERAWATAN 103


Vol. IX No 2 AGUSTUS 2016 ISSN 1979 - 8091

pengalaman yang didapat. Perencanaan meliputi tingkat kinerja yang baik dan optimal dibanding
antisipasi penerapan teori dan keterampilan baru dengan yang usianya lebih tua. Kelemahan umur
(Nursalam, 2008). yang masih muda adalah masih labil dalam
membuat suatu keputusan, tingkat emosi yang
tinggi sehingga tidak sabar dalam menyelesaikan
Tabel 2. Pengetahuan Perawat suatu pekerjaan sedangkan yang usianya lebih tua
ICU/ICCU Tentang Aritmia Di lebih banyak memiliki pengalaman.
RSUD Kabupaten Wajo Menurut Erfandi (2009) usia
Pengetahuan mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola
f %
Perawat pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan
Baik 1 5 semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
Kurang Baik 19 95 pikirnya, sehingga pengetahuan yang
Total 20 100 diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya,
individu akan lebih berperan aktif dalam
Kurangnya fasilitas komunikasi internet masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih
sering dijadikan alasan perawat dalam mengakses banyak melakukan persiapan demi suksesnya
pengetahuan (Nursalam, 2008). Padahal era upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain
teknologi yang semakin canggih saat ini identik itu orang usia madya akan lebih banyak
dengan era komputerisasi, sehingga perawat menggunakan banyak waktu untuk membaca.
dituntut untuk menguasai teknologi komputer Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan
didalam melaksanakan MIS atau Management kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada
Information System baik ditatanan pelayanan penurunan pada usia ini.
maupun pendidikan keperawatan. Penguasaan Berdasarkan simpulan dari fakta dan
dan keterlibatan dalam perkembangan ilmu teori tersebut di atas disarankan kepada perawat
pengetahuan dan teknologi dalam praktik yang usianya lebih tua dan berpengetahuan baik
keperawatan bagi perawat Indonesia merupakan dapat memberikan informasi kepada perawat
suatu keharusan (Nursalam, 2009). yang berusia lebih muda yang berpengetahuan
Berdasarkan fakta dan teori di atas, kurang baik karena semakin dewasa usia seorang
disarankan perawat yang pernah mengikuti perawat semakin tinggi tingkat pengalamannya
pelatihan dapat membagi ilmu dan pengalaman sehingga dalam menjalankan tugas keperawatan
kepada perawat yang belum pernah mengikuti akan semakin meningkat.
pelatihan dibidang kardiovaskuler. Untuk perawat
yang berpengetahuan kurang diharapkan aktif Pengetahuan Perawat Tentang Aritmia
dalam mengikuti pelatihan khusus kardiovaskuler Berdasarkan Jenis Kelamin
atau meningkatkan pendidikan khusus perawatan
kardiovaskuler. Diharapkan juga perawat lebih Hasil penelitian menunjukkan bahwa
aktif mencari informasi atau membaca referensi perawat yang berjenis kelamin laki-laki 100%
tentang aritmia baik melalui buku atau lewat memiliki pengetahuan kurang baik tentang
internet. aritmia, sedangkan perawat yang berjenis kelamin
perempuan 94,44% memiliki pengetahuan yang
kurang baik dan 5,56% berpengetahuan baik
Pengetahuan Perawat Berdasarkan Usia tentang aritmia (tabel 4) .
Profesi sebagai perawat masih identik
Perawat yang berusia antara 33-38 tahun dengan suatu pekerjaan yang membutuhkan
50% berpengetahuan baik dan 50% naluri wanita akan kesabaran, ketelitian dan jiwa
berpengetahuan kurang baik tentang aritmia, keibuan. Menurut Wahjosumidjo (2001), perawat
sedangkan perawat yang berusia kurang dari 33 perempuan lebih intensif dan bertanggung jawab
tahun 100% berpengetahuan kurang baik tentang dalam menangani pasien, motivasi bekerja untuk
aritmia (tabel 3). menambah penghasilan keluarga, mempraktekkan
Hasil penelitian mengenai pengetahuan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
perawat tentang aritmia berdasarkan usia diperoleh, meningkatkan karier dengan mencari
menunjukkan perawat yang berusia kurang dari kepuasan mental dibanding dengan laki-laki
33 tahun seluruhnya atau 100% memiliki motivasi bekerja lebih mencari peningkatan
pengetahuan yang kurang baik tentang aritmia finansial dan memenuhi tanggung jawab sebagai
dan perawat yang berusia antara 34-38 tahun kepala keluarga, tetapi secara biologis perempuan
setengahnya atau 50% yang berpengetahuan lebih mudah mengalami stres dalam bekerja
baik. Perawat yang berpengetahuan baik ini ditambah dengan faktor individu dan lingkungan
adalah yang berusia paling tua. Dalam bekerja kerja.
usia sangat berpengaruh, umumnya usia yang
masih muda dan baru menginjak dewasa memiliki

JURNAL KEPERAWATAN 104


Vol. IX No 2 AGUSTUS 2016 ISSN 1979 - 8091

Tabel 3. Tabulasi Silang Pengetahuan Perawat


Tentang Aritmia Berdasarkan Usia Di Ruang ICU/ICCU
RSUD Kabupaten Wajo
Usia Pengetahuan Total
(tahun) Baik Kurang Baik f (%)
f (%) f (%)
19-23 - - 4 100 4 100
24-28 - - 7 100 7 100
29-33 - - 7 100 7 100
34-38 1 50 1 50 2 100

Tabel 4 Tabulasi Silang Pengetahuan Perawat Tentang


Aritmia Berdasarkan Jenis Kelamin Di Ruang ICU/ICCU
RSUD Kabupaten Wajo
Pengetahuan Total
Jenis
Baik Kurang Baik
Kelamin f
f (%) f (%) (%)
Laki-laki - - 2 100 2 100
Perempuan 1 5,56 17 94,44 18 100

Tabel 5. Tabulasi Silang Pengetahuan Perawat Tentang


Aritmia Berdasarkan Pendidikan Di Ruang ICU/ICCU
RSUD Kabupaten Wajo
Pengetahuan Total
Pendidikan Baik Kurang Baik
f
f (%) f (%) (%)
S-1 0 0 1 100 1 100
D-IV 1 100 0 0 1 100
D-III 0 0 18 100 1 100
8

Tabel 6 Tabulasi Silang Pengetahuan Perawat Tentang


Aritmia Berdasarkan Riwayat Pelatihan atau Seminar Di
Ruang ICU/ICCU RSUD Kabupaten Wajo
Pendidikan Pengetahuan Total
Berkelanjutan Baik Kurang Baik f
f (%) f (%) (%)
Pernah 1 11,11 8 88,89 9 100
Tidak Pernah - - 11 100 11 100

Tabel 7. Tabulasi Silang Pengetahuan Perawat


Tentang Aritmia Berdasarkan Lama Bekerja Di
Ruang ICU/ICCU RSUD Kabupaten Wajo
Lama Pengetahuan Total
Bekerja Baik Kurang Baik
f (%)
(tahun) f (%) f (%)
1-3 0 0 12 100 12 100
4-6 0 0 3 100 3 100
7-9 1 20 4 80 5 100

JURNAL KEPERAWATAN 105


Vol. IX No 2 AGUSTUS 2016 ISSN 1979 - 8091

Berdasarkan fakta dan teori tersebut, Pengetahuan Perawat Tentang Aritmia


disarankan kepada perawat baik yang berjenis Berdasarkan Riwayat Pelatihan atau
kelamin laki-laki maupun yang berjenis kelamin Seminar Keperawatan
perempuan supaya lebih aktif mencari informasi
tentang aritmia baik melalui internet maupun Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dengan membaca referensi tentang aritmia demi perawat yang pernah mengikuti pelatihan 11,11%
meningkatkan pengetahuannya sehingga dapat berpengetahuan baik dan 88,89%
merawat pasien aritmia secara cepat dan tepat. berpengetahuan kurang baik, sedangkan perawat
yang tidak pernah mengikuti pelatihan 100%
Pengetahuan Perawat Tentang Aritmia berpengetahuan kurang baik tentang aritmia
Berdasarkan Pendidikan (tabel 6). Berdasarkan data yang diperoleh,
perawat yang berpengetahuan baik adalah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat yang pernah mengikuti pelatihan khusus
perawat yang berpendidikan D-IV Keperawatan kardiovaskuler karena pada pelatihan inilah
khusus kardiovaskuler memiliki pengetahuan yang pengetahuan tentang aritmia bisa didapat.
baik tentang aritmia sedangkan perawat yang Menurut Notoatmodjo (2010), pelatihan
berpendidikan S1 Keperawatan DIII Keperawatan memiliki tujuan penting untuk meningkatkan
memiliki pengetahuan yang kurang baik tentang pengetahuan dan keterampilan sebagai kriteria
aritmia (tabel 5). keberhasilan program secara keseluruhan. Upaya
Hasil penelitian tentang pengetahuan pelatihan harus dapat memberikan pengalaman
perawat tentang aritmia berdasarkan pendidikan belajar yang baik bagi petugas maupun bagi
menunjukkan perawat yang berpendidikan khusus masyarakat. Masih sedikitnya perawat yang
kardiovaskuler memiliki pengetahuan yang baik pernah mengikuti pelatihan khusus kardiovaskuler
tentang aritmia, sedang perawat yang mempengaruhi pola pikir dan cara kerja perawat.
berpendidikan S1 dan DIII Keperawatan Perawat yang telah mengikuti pelatihan
seluruhnya atau 100% memiliki pengetahuan diharapkan dapat membagi pengetahuan dan
yang kurang tentang aritmia. Dilihat dari data pengalaman kepada perawat yang belum pernah
yang ada jenjang pendidikan khusus mengikuti pelatihan. Pelatihan sebagai bentuk
kardiovaskuler sangat mempengaruhi pengembangan kemampuan dan keterampilan
pengetahuan perawat karena pengetahuan tenaga perawat tentunya akan memberi pengaruh
tentang aritmia hanya didapatkan pada terhadap peningkatan kualitas kerja (Nursalam,
pendidikan khusus kardiovaskuler sedang pada 2008).
jenjang pendidikan S1 dan DIII keperawatan Berdasarkan simpulan dari fakta dan teori
hanya mempelajari secara umum tentang tersebut di atas maka disarankan kepada
kardiovaskuler. pimpinan Rumah Sakit agar selalu mengirim
Pendidikan tinggi keperawatan perawat yang bekerja di Ruang ICU/ICCU untuk
menimbulkan perubahan yang berarti terhadap mengikuti pelatihan khusus kardiovaskuler dan
cara perawat memandang asuhan keperawatan kepada perawat yang pernah mengikuti pelatihan
dengan menggunakan pendekatan holistik dan khusus kardiovaskuler supaya bisa membagi
proses keperawatan (Nursalam, 2008). Pendidikan informasi dan pengalaman dengan cara
mempengaruhi proses belajar, makin tinggi melakukan pelatihan internal di Ruang ICU/ICCU.
pendidikan seseorang makin mudah orang
tersebut untuk menerima informasi (Notoatmodjo, Pengetahuan Perawat Tentang Aritmia
2007). Oleh karena itu, tenaga keperawatan harus Berdasarkan Lama Bekerja
selalu mengembangkan dan meningkatkan
kemampuan profesionalnya, hal ini dijabarkan di Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dalam Kepmenkes RI No. perawat yang bekerja antara 7-9 tahun 20%
1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang registrasi berpengetahuan baik dan 80% berpengetahuan
keperawatan dan Permenkes RI No. kurang baik, sedangkan perawat yang bekerja
1796/Menkes/Per/VIII/2011 tentang registrasi kurang dari 6 tahun 100% berpengetahuan
tenaga kesehatan (Nurhidayah, 2005). kurang baik (tabel 7).
Berdasarkan fakta dan teori, disarankan Pengetahuan perawat tentang aritmia
kepada pimpinan Rumah Sakit agar dapat berdasarkan lama bekerja seluruhnya yang
meningkatkan sumber daya manusia perawat memiliki masa kerja kurang dari 7 tahun
khususnya yang bertugas di Ruang ICU/ICCU berpengetahuan kurang baik tentang aritmia
dengan cara mengirim perawat mengikuti sedang yang memiliki masa kerja antara 7-9
pendidikan berkelanjutan atau pelatihan khusus tahun sebagian kecil atau 20% berpengetahuan
kardiovaskuler. baik dan hampir seluruhnya atau 80%
berpengetahuan kurang tentang aritmia.
Berdasarkan data yang ada, perawat yang

JURNAL KEPERAWATAN 106


Vol. IX No 2 AGUSTUS 2016 ISSN 1979 - 8091

berpengetahuan baik adalah yang memiliki masa Erfandi (2009). Pengetahuan dan Faktor-faktor
kerja yang lama di Ruang ICU/ICCU tetapi yang Mempengaruhi.
ditunjang dengan pelatihan dan pendidikan yang http://forbetterhealth.wordpress.com/2009
pernah diikuti. /04/19/pengetahuan-dan-faktor-faktor-
Menurut Nursalam (2009) pengetahuan yang-mempengaruhi/. Diakses tanggal 10
dan perilaku individu dipengaruhi oleh Desember 2011, jam 19.00 WIB.
pengalaman. Pengalaman akan bertambah jika
melalui rangkaian peristiwa yang pernah dihadapi Gray, Huon H (2003). Lecture Notes on
individu tersebut. Jadi jelaslah bahwa Cardiology, Edisi IV, Jakarta: Erlangga.
pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi unsur
pengalaman, semakin banyak pengalaman Hidayat, A (2009). Metode Penelitian
seseorang akan semakin banyak pengetahuan Keperawatan dan Teknik Analisis Data ,
yang didapat yang mungkin tidak dijumpai atau Jakarta: Salemba Medika.
didapatkan dalam teori, disamping itu faktor
pengalaman atau lama bekerja juga Hendi (2008). Perawat Gawat Darurat.
mempengaruhi pengetahuan perawat tentang http://perawatgawatdarurat.com/2008/terapi-
aritmia, semakin sering merawat pasien dengan listrik-defibrilasi.htp. Diakses tanggal 8
penyakit yang sama maka semakin mengerti Januari 2012, jam 22.00 WIB.
penatalaksanaan atau tindakan yang akan
diberikan. Henni (2010). Pengembangan dan Pelayanan
Berdasarkan simpulan dari fakta dan teori Medik dan Keperawatan.
tersebut di atas maka cara yang tepat http//:pustaka.unpad.ac.id/wp-
untukmeningkatkan pengetahuan perawat tentang content/pengembangan-pelayanan-medik-
dan-keperawatan.pdf. Diakses tanggal 10
aritmia adalah aktif mengikuti pelatihan atau
Pebruari 2012, jam 08.00 WIB.
seminar khusus kardiovaskuler karena proses
belajar dapat sering memberikan keterampilan Kabo, P (2010). Bagaimana Menggunakan Obat–
dan apabila keterampilan tersebut dipraktekkan Obat Kardiovaskuler Secara Rasional,
akan semakin tinggi tingkat keterampilannya. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

SIMPULAN DAN SARAN Kurniawan (2008). Makalah Resusitasi Pulmonal.


Berdasarkan hasil pembahasan www.scribd.com/doc/68282038/ makalah-
pengetahuan perawat tentang aritmia pada pasien resusitasi-pulmonal. Diakses tanggal 8 Januari
Infark Miokard Akut di Ruang ICU/ICCU RSUD 2012, jam 21.30 WIB.
Kabupaten Wajo disimpulkan bahwa hampir
seluruhnya memiliki pengetahuan yang kurang Machfoedz, I (2008). Metodologi Penelitian Bidang
baik dan sebagian kecil berpengetahuan baik. Kesehatan, Keperawatan, Kebidanan,
Perawat ICU perlu meningkatkan pengetahuan Kedokteran, cetakan ke-4, Yogyakarta:
tentang aritmia melalui sharing pengetahuan Fitramaya.
sesama perawat atau seminar, sehingga bila
terjadi kegawatdaruratan henti jantung perawat Muttaqin, A (2009). Pengantar Asuhan
dapat bertindak dengan cepat dan tepat sesuai Keperawatan Klien Dengan Gangguan
protap. Sistem Kardiovaskuler, Jakarta: Salemba
Medika.
DAFTAR PUSTAKA
Nazmah, A (2011). Cara Praktis dan Sistematis
Aaronson, Philip I (2007). The Cardiovascular Belajar Membaca EKG (Elektrokardiografi),
System at a Glance, Edisi III, Jakarta: Jakarta: Kompas Gramedia.
Erlangga.
Nazmah, A (2009). Kursus EKG Bagian II: II.4
Brunner dan Suddart (2002). Buku Ajar Aksis Jantung. http://kursusekg-
Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, vol.2, ii/2009/02/ii4.aksis-jantung-18.html.
Jakarta: EGC. Diakses tanggal 10 Januari 2012, jam 22.00
WIB.
Dharma, S (2009). Pedoman Praktis: Sistematika
Interpretasi EKG, Jakarta: EGC. Nenk (2009). Acute Miocard Infark (AMI).
www.lenterabiru.com/2009/01/acute-
miocard-infark-ami.htm. Diakses tanggal 1
Desember 2011, jam 06.00 WIB.

JURNAL KEPERAWATAN 107


Vol. IX No 2 AGUSTUS 2016 ISSN 1979 - 8091

Notoatmodjo (2007). Promosi Kesehatan & Ilmu


Perilaku, Edisi 1, Jakarta: Rineka Cipta. Schmieg, S (2008). Pulseles Electrical Activity
(PEA) / Elektromechanical Disscociation
Notoatmodjo (2010). Metodologi Penelitian (EMD).
Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta www.ecgblog.wordpress.com/2008/12/03/p
ulseless-electrical-activity-pea-
Nurhidayah (2005). Permenkes. electromechanical-disscociation-emd.
http//keperawatanku.com.2012/01/permen Diakses tanggal 16 Januari 2012, jam 22.00
kes. ri.no.1796 menkesperviii 2011.html. WIB.
Diakses tanggal 29 Agustus 2012, jam
17.00 WIB. Setiadi (2007). Konsep dan Penulisan Riset
Keperawatan, Edisi pertama, Yogyakarta:
Nursalam (2008). Pendidikan Dalam Keperawatan, Graha Ilmu.
Jakarta: Salemba Medika. Sudoyo, Aru W (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Jilid III, Edisi IV, Jakarta.
Nursalam (2009). Tata Laksana Penyakit dan
Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Thaler, M.S (2000). Satu-satunya Buku EKG yang
Keperawatan, Ilmu Skripsi Thesis dan Anda Perlukan, Edisi 2, Jakarta: Hipokrates.
Instrumen Penelitian Keperawatan,
Jakarta: Salemba Medika. Wahjosumidjo (2004). Kepemimpinan dan Motivasi,
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Pratanu, S (2004). Buku Pedoman: Kursus
Elektrokardiografi, Surabaya, Bagian Za‟a (2009). Aritmia/Disritmia.http://zaa23.
Kardiologi Fakultas Kedokteran Universitas wordpress.com/2009/10/08/ antidisritmia.
Airlangga RSUD Dr. Soetomo. Diakses tanggal 3 Desember 2011, jam 21.57
WIB.
Rilantono L I dkk, (2003). Buku Ajar Kardiologi,
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

JURNAL KEPERAWATAN 108


HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG
KEGAWATDARURAT INFARK MIOKARD AKUT DENGAN SIKAP
PERAWAT DALAM PENANGANAN PASIEN INFARK MIOKARD AKUT
DI RUANG INTENSIF RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA TAHUN
2010

Widodo
Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan

Abstract: Treatment of Acute Myocardial Infarction Patients, Nurses


Knowledge Relationships On Kegawatdarurat myocardial infarction. The
purpose of this study was to determine the relationship of knowledge nurses about
the room is kegawatdarurat acute myocardial infarction hospital intensive DR
Moewardi Surakarta. This type of research that will be used is the correlation of
quantitative research, and using Spearman rank statistical test criteria Spearman
Rank test calculation is that if the value of significance> probability values with
95% significance level, then Ho is rejected and Ha accepted which means that
there is a relationship between the nurse's knowledge of emergency Acute
myocardial infarction with the attitude of nurses in the management of acute
myocardial infarction patients.

Keywords: Management of Acute Myocardial Infarction Patients, Relationship


Awareness Emergency Nurses On Kegawat myocardial infarction

Abstrak: Penanganan Pasien Infark Miokard Akut, Hubungan Pengetahuan


Perawat Tentang Kegawatdarurat Infark Miokard. Tujuan penelitian ini
adalah mengetahui hubungan pengetahuan perawat tentang kegawatdarurat infark
miokard akut diruang intensif RSUD DR Moewardi Surakarta. Jenis penelitian
yang akan digunakan adalah penelitian kuantitatif korelasi, dan menggunakan uji
statistik Rank Spearman dengan kriteria perhitungan uji Rank Spearman adalah
jika nilai signifikansi > nilai probabilitas dengan derajat signifikansi 95%, maka
Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya ada hubungan antara pengetahuan
perawat tentang kegawatdaruratan Infark Miokard Akut dengan sikap perawat
dalam penanganan pasien Infark Miokard Akut.

Kata Kunci : Penanganan Pasien Infark Miokard Akut, Hubungan Pengetahuan


Perawat Tentang Kegawatdarurat Infark Miokard

85
86 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Jilid 2, November2012, hlm. 1-94

PENDAHULUAN dewasa ini. Badan Kesehatan Dunia


Pada zaman sekarang (WHO) mencatat lebih dari 7 juta
banyak sekali berkembang penyakit- orang meninggal akibat IMA di
penyakit yang berbahaya akibat dari seluruh dunia pada tahun 2002.
gaya hidup masyarakat yang tidak Angka ini diperkirakan meningkat
sehat. Penyakit-penyakit tersebut hingga 11 juta orang pada tahun
seperti hipertensi, Diabetes Mellitus 2020. Di Indonesia, kasus IMA
dan bahkan juga penyakit jantung semakin sering ditemukan karena
seperti IMA ( Infark Miokard Akut ). pesatnya perubahan gaya hidup.
IMA atau infark miokard akut adalah Meski belum ada data epidemiologis
proses dimana jaringan miokard pasti, angka kesakitan/kematiannya
mengalami kerusakan dalam region terlihat cenderung meningkat. Hasil
jantung yang mengurangi suplay Survei Kesehatan Nasional tahun
darah adekuat karena penurunan 2005 menunjukkan tiga dari 1.000
aliran darah koroner ( Baughman, penduduk Indonesia menderita IMA
D.C, 2000 ). ( Muzaki, R.A, 2010).
Banyak penelitian Kematian mendadak dapat
menunjukkan pasien dengan infark terjadi pada orang yang memiliki
miokardium biasanya pria, diatas 40 sakit jantung seperti IMA yang
tahun, mengalami aterosklerosis pada manifestasi klinisnya tidak tampak
pembuluh darah koronernya, sering atau “silent”. Artinya, kematian
disertai hipertensi arterial. Serangan mendadak dapat terjadi baik pada
juga terjadi pada wanita dan pria mereka yang telah diketahui
muda di awal 30-an atau bahkan 20- menderita sakit jantung sebelumnya
an. Wanita yang memakai maupun pada mereka yang dianggap
kontrasepsi pil dan perokok sehat-sehat saja selama ini (Nenx,
mempunyai risiko sangat tinggi. 2009).
Namun secara keseluruhan angka
kejadian infark miokardium pada METODE PENELITIAN
pria lebih tinggi dibanding wanita Metode penelitian yang
pada semua usia ( Smeltzer, S. C. at akan digunakan adalah dengan
all, 2001 ). pendekatan cross sectional yaitu
Di negara maju seperti penelitian non eksperimental dalam
Amerika Serikat, kejadian kematian rangka mempelajari dinamika antara
mendadak akibat IMA mencapai faktor resiko dengan variabel yang
400.000 kasus per tahun. Jumlah ini terlibat diobservasi secara
hampir 50 persen dari seluruh bersamaan. Penelitian ini
kematian yang terjadi. Keadaan yang dilaksanakan pada tanggal 12 - 19
sama bisa jadi dialami juga oleh April 2011 di ruang ICVCU RSUD
negara kita, khususnya di perkotaan, Dr. Moewardi Surakarta. Dari 24
di mana pola penyakitnya sudah kuesioner yang dibagikan kepada
sama dengan pola penyakit di responden penelitian hanya 22
negara-negara maju. kuesioner (91.67 %) yang kembali
dan terisi lengkap. Sehingga hanya
Infark Miokard Akut telah sejumlah 22 kuesioner (91.67 % )
menjadi penyebab utama kematian
Widodo, hubungan pengetahuan perawat tentang 87

tersebut yang diikutsertakan dalam tentang kegawatdaruratan Infark


penelitian ini. Miokard Akut dan sikap perawat
dalam penanganan pasien Infark
HASIL PENELITIAN Miokard Akut dengan korelasi (r)
Pada bagian berikut ini akan hitung sebesar 0,450 dan nilai
menganalisis tentang hubungan signifikansi hitung (2-tailed) sebesar
pengetahuan perawat tentang 0,036. Sedangkan rho tabel dengan
kegawatdaruratan Infark Miokard N=22, taraf signifikansi 0,05 adalah
Akut dengan sikap perawat dalam 0,428. Karena rho hitung > rho tabel
penanganan pasien Infark Miokard (0,450 > 0,428). Maka hipotesis Ho
Akut di ruang ICVCU RSUD Dr. ditolak dan Ha diterima. Untuk
Moewardi Surakarta. Uji statistik menunjukkan kuat rendahnya
yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan
hubungan tersebut yaitu dengan perawat tentang kegawatdaruratan
menggunakan uji statistik Rank Infark Miokard Akut dan sikap
Spearman dengan bantuan program perawat dalam penanganan pasien
SPSS for windows versi 18.0. Infark Miokard Akut di ruang
Kriteria perhitungan uji Rank ICVCU RSUD Dr. Moewardi
Spearman adalah jika nilai Surakarta ditentukan oleh interpretasi
signifikansi > nilai probabilitas koefisien korelasi dan signifikansi
dengan derajat signifikansi 95%, berikut ini :
maka Ho ditolak dan Ha diterima Tabel 4.8 Interpretasi Koefisien
yang artinya ada hubungan antara Korelasi
pengetahuan perawat tentang Interpretasi
Nilai
kegawatdaruratan Infark Miokard koefisien korelasi
Akut dengan sikap perawat dalam 0.00 –
penanganan pasien Infark Miokard Sangat rendah
0.199
Akut di ruang ICVCU RSUD Dr. 0.20 –
Moewardi Surakarta. Berdasarkan Rendah
0.399
perhitungan dengan menggunakan 0.40 –
uji Rank Spearman dengan bantuan Sedang
0.599
program komputer aplikasi statistik 0.60 –
SPSS for windows versi 18.0 Kuat
0.799
diperoleh hasil sebagai berikut : 0.80 –
Tabel 4.7 Hasil Uji Korelasi Sangat kuat
1.000
Rank Spearman
Nilai
Signifikansi
Variabel korelasi
(2-tailed)
(r)
Pengetahuan
0.450 0.036
* Sikap

Berdasarkan tabel di atas


dari analisis Rank Spearman didapat
korelasi antara pengetahuan perawat
88 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Jilid 2, November2012, hlm. 1-94

Tabel 4.9 Interpretasi Probability tinggi, hal ini karena perawat yang
Interpretasi bekerja di ruang ICVCU RSUD Dr.
Nilai
signifikansi Moewardi Surakarta telah
Sangat mendapatkan pendidikan dan
≤ 0.00 pelatihan tentang penanganan pasien
signifikan
< 0.05 Signifikan dengan gangguan sistem
Tidak kardiovaskuler khusunya Infark
> 0.05 Miokard Akut, diantaranya yaitu
signifikan
Sumber : Hadi (2004) dengan pelatihan BCLS dan ACLS,
serta ada juga beberapa perawat yang
Dengan nilai rho hitung telah mengikuti pelatihan sistem
0,450 berada dalam rentang (0,40 – kardiovaskuler di Pusat Kesehatan
0,599) yang berarti memiliki arah Jantung dan Pembuluh Darah
hubungan sedang dan nilai Nasional Rumah Sakit Jantung
signifikansi hitung (2-tailed) 0,036 Harapan Kita di Jakarta. Selain itu di
menunjukkan bahwa adanya ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi
hubungan yang signifikan antara Surakarta juga mempunyai prosedur
pengetahuan perawat tentang tetap tentang penanganan pasien
kegawatdaruratan Infark Miokard dengan kegawatdaruratan Infark
Akut dengan sikap perawat dalam Miokard Akut. Di samping itu,
penanganan pasien Infark Miokard sebagian besar responden yaitu 15
Akut. Sedangkan arah hubungannya responden (68.2 %) yang
adalah positif, yang mana nilai berpendidikan D3, hal ini sesuai
positif menunjukkan hubungan persyaratan minimal pendidikan
searah, yaitu semakin tinggi tenaga paramedis yang harus
pengetahuan perawat maka semakin setingkat D3, sedangkan yang
baik pula sikap perawat. berpendidikan D4 / S1 sebanyak 5
responden (22.7 %), dan masih ada
PEMBAHASAN yang mempunyai pendidikan SPK
yaitu sebanyak 2 responden (9.1 %).
1. Pengetahuan perawat tentang Sebagaimana disampaikan
kegawatdaruratan Infark Miokard oleh Notoatmodjo (2007) yang
Akut menjelaskan bahwa pengetahuan
Dari 22 responden yang berhubungan dengan banyak faktor,
diteliti di ruang ICVCU RSUD Dr. meliputi faktor internal, seperti
Moewardi Surakarta sebagian kesehatan, intelegensi, perhatian,
responden mempunyai pengetahuan minat dan faktor eksternal seperti
yang tinggi tentang keluarga, metode pembelajaran,
kegawatdaruratan Infark Miokard masyarakat. Selain itu pengetahuan
Akut yaitu sebanyak 20 responden ini juga bisa berhubungan dengan
(90.9 %) dan terdapat 2 responden tingkat pendidikan, informasi,
(9.1 %) yang mempunyai budaya, pengalaman, dan sosial
pengetahuan sedang. ekonomi (Suliha, 2002). Umur dan
Pengetahuan responden pekerjaan juga bisa berhubungan
tentang kegawatdaruratan Infark dengan pengetahuan, sebagaimana
Miokard Akut termasuk kategori disampaikan oleh Asrofudin (2010).
Widodo, hubungan pengetahuan perawat tentang 89

Sehingga belum berarti seseorang mengingat materi tersebut untuk


yang berpengetahuan tinggi mutlak dipelajari dan mempunyai
berpendidikan tinggi pula, karena kemampuan untuk menjelaskan
banyak faktor yang berhubungan secara benar tentang materi tersebut
dengan pengetahuan seseorang yang digunakan kemampuan tersebut
tersebut. dalam kondisi real (nyata).
Menurut Dariyo (2007), Selanjutnya menjabarkan materi
masa dewasa dibagi menjadi tiga suatu obyek ke dalam komponen
bagian, yaitu dewasa awal (20 - 40 untuk menyusun formulasi baru dari
tahun), dewasa tengah (41 – 65 formulasi yang telah ada dan
tahun), dan dewasa akhir (> 65 melakukan penilaian terhadap suatu
tahun). Oleh karena itu, pengetahuan materi yang dapat dilihat dari
yang tinggi juga disebabkan oleh responden dalam menjawab
faktor pendukung umur responden pertanyaan kuesioner yang diberikan
yang berada pada rentang usia pada waktu penelitian (Notoatmodjo,
dewasa awal (21 – 35 tahun). Hal ini 2007).
sesuai dengan pernyataan Erikson 2. Sikap perawat dalam penanganan
dalam Taylor (1997) dilaporkan pasien Infark Miokard Akut
bahwa pada rentang usia dewasa Berdasarkan hasil uji
awal tersebut mempunyai statistik, dari 22 responden yang
kemampuan menyelesaikan masalah diteliti di ruang ICVCU RSUD Dr.
melalui cara yang logis dengan Moewardi Surakarta sebagian besar
memanfaatkan kemampuan belajar sikap responden dalam penanganan
dan pengalaman hidup. pasien Infark Miokard Akut
Pengetahuan responden dikategorikan baik yaitu sebanyak 20
tentang kegawatdaruratan Infark responden (90.9 %) dan kategori
Miokard Akut juga ditemukan sedang sebanyak 2 responden (9.1
kategori sedang, hal ini disebabkan %).
perawat yang bekerja di ruang Menurut Notoatmodjo
ICVCU RSUD Dr. Moewardi (2007), sikap merupakan reaksi atau
Surakarta mempunyai latar belakang respon yang masih tertutup terhadap
pendidikan, dan lama bekerja yang suatu stimulus atau obyek. Sikap
berbeda-beda serta minimnya adalah pola pikir, tendensi, atau
pengalaman. Pendidikan yang rendah kesiapan antisipatif untuk bereaksi
dan lama bekerja akan terhadap suatu obyek dengan cara-
mempengaruhi seseorang dalam cara tertentu (Azwar, 2000).
memperoleh informasi melalui panca Sikap responden terbentuk
indera. Hal ini sesuai dengan teori karena adanya proses pertimbangan
Health Belief Model (HBM) dari terhadap stimulus dari sikap perawat
Anderson (1978) yang dikutip oleh dalam memberikan pelayanan
Notoatmodjo (2007) menyatakan kesehatan, untuk memberikan respon
bahwa tingkat pengetahuan terhadap suatu indikasi dari sikap
seseorang dipengaruhi oleh informasi tersebut. Mengajak orang lain untuk
dan lingkungan melalui proses mendiskripsikan suatu sikap yang
pengalaman. Setelah mendapat dilihatnya, maka terbentuklah sikap
informasi dari luar, seseorang akan responden terhadap penilaian
90 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Jilid 2, November2012, hlm. 1-94

pelayanan yang diberikan dengan Akut mempunyai hubungan yang


segala resiko merupakan sikap yang positif terhadap sikap perawat dalam
paling tinggi, merupakan reaksi atau penanganan pasien Infark Miokard
respon yang masih tertutup dari Infark. Hal ini dibuktikan dari uji
seseorang terhadap stimulus atau statistik yaitu dari hasil uji korelasi
obyek. Manifestasi dari sikap tidak antara variabel pengetahuan perawat
dapat langsung dilihat tetapi hanya tentang kegawatdaruratan Infark
ditafsirkan dari perilaku yang Miokard Akut dengan sikap perawat
tertutup (Notoatmodjo, 2007). dalam penanganan pasien Infark
Notoatmodjo (2007) Miokard Akut diperoleh hasil
menguraikan bahwa sikap adalah korelasi (r) hitung sebesar 0,450 dan
penilaian (bisa berupa pendapat) nilai signifikansi hitung (2-tailed)
seseorang terhadap stimulus atau sebesar 0,036. Dari hasil tersebut
objek, setelah seseorang mengetahui maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan
stimulus atau objek, proses hipotesis alternatif (Ha) diterima.
selanjutnya akan menilai atau Sehingga ada hubungan yang
bersikap terhadap stimulus atau signifikan antara pengetahuan
objek tersebut. Oleh karena itu, perawat tentang kegawatdaruratan
indikator untuk sikap harus sejalan Infark Miokard Akut dengan sikap
dengan pengetahuan. Dalam perawat dalam penanganan pasien
penentuan sikap yang utuh, Infark Miokard Akut di ruang
pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan ICVCU RSUD Dr. Moewardi
emosi memegang peranan penting. Surakarta.
Jika dibandingkan antara Hasil penelitian tersebut
teori di atas dengan hasil penelitian sesuai dengan pendapat yang
ini, maka sikap perawat yang disampaikan oleh Warner (1985)
mayoritas dikategorikan baik yang dikutip oleh Notoatmodjo
diharapkan dapat selalu (2007), yang menjelaskan bahwa
melaksanakan tindakan keperawatan aspek-aspek afektif petugas
dengan benar, dalam hal ini kesehatan menunjukkan kemampuan
penanganan pasien Infark Miokard seorang petugas kesehatan dalam
Akut berdasarkan prosedur yang memberikan pelayanan pada pasien.
telah ditetapkan oleh rumah sakit Tingkat pengetahuan akan
sehingga dapat meminimalisasi mempengaruhi sikap seseorang
terjadinya komplikasi penyakit lebih dalam memberikan pelayanan
lanjut dan bisa mempercepat proses kesehatan. Dengan pengetahuan
penyembuhan pasien. tersebut, seseorang akan lebih mudah
3. Hubungan pengetahuan perawat menyadari pentingya memberikan
tentang kegawatdaruratan Infark pelayanan kesehatan. Hal ini sangat
Miokard Akut dengan sikap relevan dengan pendapat yang
perawat dalam penanganan pasien disampaikan oleh Notoatmodjo
Infark Miokard Akut (2007), yang menjelaskan bahwa
Berdasarkan hasil dengan semakin tinggi tingkat
perhitungan statistik menunjukkan pengetahuan seseorang, maka
bahwa pengetahuan perawat tentang semakin tinggi pula seseorang
kegawatdaruratan Infark Miokard
Widodo, hubungan pengetahuan perawat tentang 91

memahsami pentingnya melakukan mana diperoleh hasil korelasi (r)


kegiatan untuk mencapai tujuan. hitung sebesar 0,450 dan (r) tabel
sebesar 0,428 dengan jumlah
KESIMPULAN DAN SARAN sampel penelitian (N) sebanyak
Hasil penelitian terhadap 22 22 responden (taraf signifikansi
responden tentang hubungan 0,05), sehingga nilai rho hitung >
pengetahuan perawat tentang rho tabel dan nilai signifikansi
kegawatdaruratan Infark Miokard hitung (2-tailed) sebesar 0,036.
Akut dengan sikap perawat dalam Dari hasil tersebut maka dapat
penanganan pasien Infark Miokard ditarik kesimpulan hipotesis nol
Akut di ruang ICVCU Rumah Sakit (Ho) ditolak dan hipotesis
Umum Daerah Dr. Moewardi tahun alternatif (Ha) diterima.
2011 dapat disimpulkan sebagai Berdasarkan kesimpulan
berikut : penelitian di atas, berikut ini
1. Dari hasil penelitian ini diusulkan saran untuk meningkatkan
didapatkan bahwa sebagian besar pengetahuan perawat tentang
responden mempunyai kegawatdaruratan Infark Miokard
pengetahuan yang tinggi yaitu Akut dengan sikap perawat dalam
sebanyak 20 responden (90.9 %) penanganan pasien Infark Miokard
dan terdapat 2 responden (9.1 %) Akut di ruang ICVCU Rumah Sakit
yang mempunyai pengetahuan Umum Daerah Dr. Moewardi
sedang tentang kegawatdaruratan Surakarta yaitu sebagai berikut :
Infark Miokard Akut di ruang 1. Bagi perawat yang memiliki
ICVCU RSUD Dr. Moewardi pengetahuan tinggi dan sedang
Surakarta. diharapkan mampu
2. Dari hasil penelitian ini mempertahankan dan
didapatkan bahwa sikap perawat meningkatkan lagi pengetahuan
dalam penanganan pasien Infark tentang kegawatdaruratan Infark
Miokard Akut di ruang ICVCU Miokard Akut yaitu dengan
RSUD Dr. Moewardi Surakarta meningkatkan kompetensi sesuai
sebagian besar dikategorikan baik dengan spesifikasi masing-masing
yaitu sebanyak 20 responden melalui seminar, presentasi karya
(90.9 %) dan terdapat 2 responden ilmiah, pelatihan, dan studi lanjut
(9.1 %) yang dikategorikan yang lebih tinggi.
sedang. 2. Bagi perawat yang memiliki sikap
3. Dari hasil penelitian ini baik dan sedang diharapkan
didapatkan bahwa ada hubungan mampu mempertahankan dan
yang positif dan signifikan antara meningatkan lagi sikap yang
pengetahuan perawat tentang dimilikinya dengan melaksanakan
kegawatdaruratan Infark Miokard tugas keprofesiannya sesuai
Akut dengan sikap perawat dalam dengan spesifikasi tugas masing-
penanganan pasien Infark masing sehingga dapat
Miokard Akut di ruang ICVCU menghasilkan kinerja profesional
RSUD Dr. Moewardi Surakarta. yang semakin baik dalam
Hal ini dibuktikan oleh uji meningkatkan kualitas pelayanan
korelasi Rank Spearman yang keperawatan.
92 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Jilid 2, November2012, hlm. 1-94

3. Dari hasil kesimpulan di atas Baradero, Marry, Mary Wilfrid Dayrit,


diharapkan bagi instansi RSUD dan Yakobus Siswadi. (2008).
Dr. Moewardi Surakarta dapat Seri Asuhan Keperawatan Klien
memberikan fasilitas-fasilitas bagi Gangguan Kardiovaskuler.
perawat untuk ikut serta dalam Jakarta : EGC.
pelatihan-pelatihan tentang
kegawatdaruratan kardiovaskuler Baughman, Diane C. & JoAnn C.
khususnya Infark Miokard Akut Hackley. (2000). Buku Saku dari
dan memfasilitasi perawat untuk Brunner Suddarth Keperawatan
mengikuti pelatihan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
kegawatdaruratan seperti BCLS,
ACLS, seminar maupun Corwin, Elizabeth J. (2008). Buku Saku
pertemuan ilmiah lain tentang Patofisiologi Edisi Revisi 3.
kegawatdaruratan Infark Miokard Jakarta : EGC.
Akut kepada perawat yang belum
pernah mengikuti pelatihan serta Danim, Sudarwan. (2004). Sejarah &
memberikan penyegaran ilmu Metodologi Riset Keperawatan.
kepada perawat yang sudah Jakarta : EGC.
pernah mengikuti pelatihan.
DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan Republik
Ali, Zaidin. (2002). Dasar-dasar Indonesia. (1996). Proses
Keperawatan Profesional. Keperawatan dengan Gangguan
Jakarta : Widya Medika. Sistem Kardiovaskuler. Jakarta :
Arikunto, Suharsimi. EGC.
(2006). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek Engram, Barbara. (1999). Rencana
Edisi Revisi VI. Jakarta : PT Asuhan Keperawatan Medikal
Rineka Cipta. Bedah Volume 2. Jakarta : EGC.
Asrofudin. (2010). Faktot-Faktor yang
Mempengaruhi Pengetahuan. Fakultas Kedokteran Universitas
Tersedia di Indonesia. (2004). Buku Ajar
http://www.canboyz.co.cc Kardiologi. Jakarta : Gaya Baru.
diunduh pada tanggal 29
Oktober 2010. Fransiska, Eka Maria. (2010). Skripsi.
Hubungan Pengetahuan
Azwar, Syaifuddin. (1998). Metode Tentang Kegawatdaruratan
Penelitian Edisi 1. Yogyakarta : Kardiovaskuler dengan Sikap
Pustaka Pelajar Offset. Perawat dalam Penanganan
Kegawatdaruratan Gangguan
Azwar, Syaifuddin. (2000). Sikap Sistem Kardiovaskuler di Ruang
Manusia Teori dan UGD dan ICU RSUD Belitung
Pengukurannya. Yogyakarta : Timur. Tidak Diterbitkan.
Pustaka Pelajar Offset. Surakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
Widodo, hubungan pengetahuan perawat tentang 93

Politeknik Kesehatan Surakarta Nenk. (2009). Internet. Acute Miocard


Jurusan Keperawatan. Infark. Tersedia di
http://www.lenterabiru.com/20
Gaffar, La Ode Jumadi. (1999). 09/01/acute-miocard-infark-
Pengantar Keperawatan ami.htm diunduh pada tanggal
Profesional. Jakarta : EGC. 20 Februari 2010.

Hadi, Sutrisno. (2004). Metodologi Noer, Sjaifoellah. (1996). Buku Ajar


Research, Jilid 2. Yogyakarta: Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi
ANDI Offset. Ketiga. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas
Hudak, Carolyn M. & Barbara M. Indonesia.
Gallo. (1997). Keperawatan
Kritis Pendekatan Holistik Edisi Notoatmodjo, Soekidjo. (2002).
VI Volume I. Jakarta : EGC. Metodologi Penelitian
Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta :
Kasuari. (2002). Asuhan Keperawatan PT Rineka Cipta.
Sistem Pencernaan dan
Kardiovaskuler dengan Notoatmodjo, Soekidjo. (2003).
Pendekatan Patofisiologi. Prinsip-prinsip Dasar Ilmu
Magelang : Politeknik Kesehatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta :
Semarang Program Studi Ilmu PT Rineka Cipta.
Keperawatan.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2005).
Lewis, Sharon Mantik, Margaret Promosi Kesehatan Teori dan
McLean Heitkemper, and Aplikasinya. Jakarta : PT Rineka
Shannon Ruff Dirksen. (2000). Cipta.
Medical Surgical Nursing
Assessment and Management Notoatmodjo, Soekidjo. (2007).
of Clinical Problems (5th ed.). St. Promosi Kesehatan dan Ilmu
Louis : Mosby. Perilaku. Jakarta : PT Rineka
Cipta.
Mansjoer, Arief. (2001). Kapita Selekta
Kedokteran Jilid 1 Edisi Ketiga. Nursalam. (2003). Konsep dan
Jakarta : Media Aesculapius. Penerapan Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan
Muzaki, Al Rizal. (2010). Internet. (Pedoman Skripsi, Tesis dan
Alternatif Terapi Penyakit Instrumen Penelitian
Jantung Koroner. Tersedia di Keperawatan). Jakarta :
http://rizalsains.student.umm.a Salemba Medika.
c.id/2010/02/11/alternatif-
terapi-penyakit-jantung-
koroner/ diunduh pada tanggal
15 Maret 2010.
94 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Jilid 2, November2012, hlm. 1-94

Nursalam. (2008). Konsep dan Surajiyo. (2000). Suatu Pengantar Ilmu


Penerapan Metodologi Filsafat. Jakarta : Institut Ilmu
Penelitian Ilmu Keperawatan Politik dan Ilmu Sosial.
(Pedoman Skripsi, Tesis dan
Instrumen Penelitian Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan
Keperawatan) Edisi 2. Jakarta : Riset Keperawatan. Yogyakarta :
Salemba Medika. Graha Ilmu.

Rihandoyo. (2009). Makalah. Alat Uji Smeltzer, Suzanne C. & Brenda G.


Hipotesis Penelitian Sosial Non Bare. (2001). Buku Ajar
Parametrik. Semarang : Fakultas Keperawatan Medikal Bedah
Ilmu Sosial dan Politik Brunner & Suddarth Volume 2
Universitas Diponegoro. Edisi 8. Jakarta : EGC.

Rokhaeni, Heni, Elly Purnamasari, dan Sugiyono. (2007). Statistika Untuk


Anna Ulfah Rahayoe. (2001). Penelitian. Bandung : CV
Buku Ajar Keperawatan Alfabeta.
Kardiovaskuler Edisi Pertama.
Jakarta : Bidang Pendidikan dan Taylor. (1997). Foundamentals of
Pelatihan Pusat Kesehatan Nursing The Art and Science of
Jantung dan Pembuluh Darah Nursing Care. Philadelphia :
Nasional Rumah Sakit Jantung Lippincott.
Harapan Kita.

RSUD Dr. Moewardi Surakarta. (2011).


Buku Daftar Mondok Pasien di
Ruang ICVCU Tahun 2006 –
2011. Surakarta : RSUD Dr.
Moewardi Surakarta.

RSUD Dr. Moewardi Surakarta. (2011).


Buku Keluar Masuk Pasien di
Ruang ICVCU Tahun 2011.
Surakarta : RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.

Suliha, U. (2002). Pendidikan


Kesehatan dalam Keperawatan.
Jakarta: EGC.

Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk


Keperawatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai