Etika Dan Logika Dalam Pendidikan (Kelompok 10)
Etika Dan Logika Dalam Pendidikan (Kelompok 10)
Oleh :
Kelompok 1
Rezki Suci Awalia ( 1764041004 )
M Ladunni Ibrahim ( 1764041002 )
Putri Pratiwi Arsyad ( 1764042005 )
Nahdatul Ulama ( 1604 )
Riswin ( 1764041012 )
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul
”HUBUNGAN ETIKA DAN LOGIKA DENGAN PENDIDIKAN” dengan
sebaik baiknya. Penyusunan makalah ini mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatannya. Untuk itu kami
menyampaikan terima kasih terutama kepada guru bidang studi sejarah, yaitu
Bapak Dr. Ibrahim, S. Ag., M. Pd dan kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Adapaun tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Etika dan Logika yang telah diberikan oleh Bapak Dr. Ibrahim, S. Ag.,
M. Pd .
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
: a. Latar Belakang
: b. Rumusan Masalah
: c. Tujuan Penulisan
BAB II : PEMBAHASAN
BAB III : PENUTUP
: a. Kesimpulan
: b. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan patut diakui bahwa usia pendidikan sama tuanya
dengan usia manusia. Pendidikan telah dilaksanakan semenjak manusia hadir di
muka bumi dengan sebuah tujuan awal bahwa pendidikan hanyalah sekedar
mempersiapkan generasi muda untuk bisa survive di tengah masyarakat luas.
Karena itu, bentuk pendidikan lebih berupa mewariskan wawasan, pengetahuan
dan keterampilan yang diperlukan untuk survival kepada generasi berikutnya.
Etika pendidikan merupakan dua pokok penting yang berbeda namun
tidak dapat dipisahkan dalam praktiknya. Untuk dapat memahami kedua pokok
ini sebagai modal awal dalam pemahaman yang benar tentang etika pendidikan
harus didasarkan pada suatu pengertian yang benar tentang etika pendidikan itu
sendiri.
Dapat dikatakan bahwa etika pendidikan merupakan sebuah proses
pendidikan yang berlangsung secara etis dan terus menerus dalam kehidupann
seseorang melalui pengajaran dan penekanan terhadap etika itu sendiri sehingga
kemampuan, bakat, kecakapan dan minatnya dapat dikembangkan seimbang
dengan etika yang baik dan benar dalam kehidupannya. Hampir semua orang
dikenali pendidikan dan melaksanakan pendidikan. Pendidikan tidak terpisahkan
dari etika dalam kehidupan manusia. Anak-anak menerima pendidikan dari orang
tuanya dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga, mereka juga
akan mendidik anak mereka dengan baik dan sopan sesuai dengan etika yang
baik.
Etika dalam pendidikan dua pokok yang saling terkait, seorang yang
memiliki pendidikan akan dilihat dari cara dan gaya hidupnya yang menunjukkan
sifat-sifat serta perkataan yang sopan dan santun. Hal ini dibentuk untuk untuk
landasan etika, karena menurut Umar Tirtarahaja bahwa, “Pendidikan bermaksud
membantu peserta didik untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi
kemanusiannya. Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk
menjadi manusia. Pendidikan itu berlangsung dengan baik dan berhasil, jika
seorang pendidik memahami dan menerapkan konsep keteladanan yang baik
berdasarkan etika dan moral yang baik.
Manusia memiliki ciri khas yang salah satu perbedaan yang sangat
nampak dalam kehidupan manusia adalah cara hidup yang penuh dengan nilai-
nilai baik dan luhur dalam kehidupannya. Tujuan pendidikan memuat gambaran
tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan.
Pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan
pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan
pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengambil rumusan masalah
sebagai berikut :
a. Bagaimana hubungan antara Etika dan Logika dalam Pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
1. Etika
a. Konsep Etika
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “etika” adalah ilmu
tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral.
Kumpulan asas/nilai yang berkenaan dengan akhlak, nilai mengenai yang benar
dan salah yang dianut masyarakat. Jika diteliti dengan baik, etika tidak hanya
sekedar sebuah ilmu tentang yang baik dan buruk ataupun bukan hanya sekedar
sebuah nilai, tetapi lebih dari itu bahwa etika adalah sebuah kebiasaan yang baik
dan sebuah kesepakatan yang diambil berdasarkan suatu yang baik dan benar.
Dari asal usul kata, “Etika” berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang
berarti adat istiadat/kebiasaan yang baik. Perkembangan etika studi tentang
kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan, menurut ruang dan waktu yang
berbeda, yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan pada
umumnya. Kemudian secara etimologi Etika berasal dari bahasa Yunani adalah
“Ethos”, yang biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan
istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang
berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan
perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk.
Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-
hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan
yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang
berlaku.
Istilah lain yang identik dengan etika, yaitu : “Susila (Sansekerta),lebih
menunjukkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik
(su). Akhlak (Arab), berarti moral dan etika berarti ilmu akhlak. Kemudian Filsuf
Aristoteles, dalam bukunya Etika Nikomacheia, menjelaskan tentang
pembahasan Etika, sebagai berikut:
Terminius Techicus, pengertian etika dalam hal ini adalah, etika dipelajari
untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau
tindakan manusia.
Manner dan Custom, membahas etika yang berkaitan dengan tata cara
dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (In herent in
human nature) yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk” suatu
tingkah laku atau perbuatan manusia.
Etika pada hakikatnya mengamati realitas moral secara kritis, dan dalam
kajian secara terminologi etika berarti sebuah cabang ilmu yang membicarakan
perbuatan/tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan yang baik dan yang
buruk. Surajiyo mengatakan, “Secara terminologi, etika adalah cabang ilmu yang
membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan
yang baik dan buruk. Yang dapat dinilai baik buruk adalah sikap manusia, yaitu
yang menyangkut perbuatan, tingkah laku, gerakan, kata-kata dan lain-lain. Etika
pada dasarnya mengamati realitas moral secara kritis, dan etika tidak
memberikan ajaran melainkan kebiasaan, nilai, norma, dan pandangan-
pandangan moral secara kritis. Etika menyangkut cara dilakukannya suatu
perbuatan sekaligus memberi norma dari perbuatan itu sendiri. Misalnya,
dilarang mengambil barang milik orang lain tanpa izin karena mengambil barang
milik orang lain tanpa izin sama artinya dengan mencuri. “Jangan Mencuri”
merupakan suatu norma etika. Jadi etika memiliki sifat kritis sebagai suatu sifat
yang mendasar, karena etika mempersoalkan norma-norma yang dianggap
berlaku, memiliki dasar norma-norma itu, mempersoalkan hak dari setiap
lembaga seperti orang tua sekolah, negara dan agama untuk memberikan perintah
atau larangan yang harus ditaati. Dari satu sisi, etika membicarakan suatu fakta
apa adanya tentang nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait
dengan situasi dan realitas yang membudaya dinamakan etika deskriptif
sedangkan menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya
dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan
tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini, merupakan sebuah penekanan dari
etika normatif.
2. Kerja Sama
Kerja sama adalah usaha menggabungkan tenaga dari diri sendiri
dengan orang lain sehingga bisa bekerja untuk mencapai sebuah
tujuan. Selain itu, kerja sama juga memiliki arti membagi
pekerjaan dengan orang lain supaya sebuah tujuan nantinya bisa
dicapai.
3. Berani
Berani adalah kemampuan untuk menghadapi sebuah kesulitan,
bahaya dan juga sakit dengan menggunakan cara agar situasi bisa
dikendalikan sekaligus cara menguatkan mental. Berani juga
memiliki arti mengenali sesuatu hal yang sedikit menakutkan
atau menantang lalu mulai melakukan pemikiran strategi supaya
bisa menghadapi situasi tersebut.
5. Adil
Adil adalah usaha untuk memperlakukan orang lain dengan cara
memakai sikap yang tidak memihak dan juga dilakukan dengan
wajar yang penting dalam cara membangun sikap kritis. Adil
juga mengartikan memiliki pandangan yang jujur dalam
kehidupan sehari hari dan juga dalam situasi khusus tanpa
adanya pengaruh dari mana pun dan siapa pun juga.
6. Suka Menolong
Suka menolong merupakan kebiasaan baik untuk membantu
orang lain dan selalu siap untuk mengulurkan tangan sekaligus
secara aktif selalu mencari kesempatan untuk menyumbang baik
dalam bentuk barang dan juga tenaga sehingga cara
meningkatkan persepsi antar pribadi bisa dilakukan.
8. Sabar
Sabar merupakan sikap yang mampu dan bisa untuk
mengendalikan diri dari berbagai kelambatan untuk mencapai
kesempatan khusus atau cita cita sebagai salah satu cara menjadi
pribadi yang dewasa. Selain itu, menunggu juga berarti
menunggu atas segala kebutuhan dan juga kepentingan dengan
cara yang tenang dan bisa mengendalikan diri dari gangguan
orang lain serta menunda keinginan yang bisa merugikan diri
sendiri.
9. Banyak Akal
Banyak akal merupakan kemampuan seseorang untuk berpikir
secara kreatif mengenai sebuah metode dan juga bahan yang
berbeda beda dan dilakukan sebagai cara menanggulangi situasi
yang baru dan sulit. Banyak akal juga mengartikan bisa membuat
pertimbangan dengan menggunakan imajinasi dan segala pilihan
terbaik untuk menemukan cara memecahkan sebuah masalah.
11. Toleransi
Toleransi adalah sikap saling menghormati antar sesama tanpa
perlu memandang suku, ras, agama atau pun aliran dan juga
sikap saling membantu antar sesama manusia untuk mewujudkan
sebuah kebaikan yang membutuhkan peran lingkungan dalam
pendidikan karakter.
12. Bangga
Bangga merupakan cara untuk menghargai diri sendiri sekaligus
merasa senang saat bisa menyelesaikan sebuah tugas yang cukup
memberi tantangan atau bisa mendapatkan sesuatu yang sudah
diinginkan.
13. Loyalitas
Loyalitas adalah usaha agar selalu bisa setia pada sebuah
komitmen dengan orang lain baik itu keluarga atau teman dan
juga kelompok tertentu. Selain itu, loyalitas juga mengartikan
tetap bisa menjaga komitmen meski sedang berada dalam
keadaan sulit dan terdapat banyak rintangan yang menghalangi.
15. Humor
Humor adalah kemampuan seseorang untuk bisa merasakan dan
menanggapi sebuah hal yang lucu baik dari luar ataupun dari diri
sendiri dan juga menciptakan suasana yang cerah dalam
kehidupan sehari hari sebab dengan wajah tersenyum, situasi
senang dan tertawa serta menggelikan akan menciptakan suasana
yang baik
Studi Kasus
Dengan melihat realita yang terjadi dalam lingkungan masyarakat dan
keluraga serta diri sendiri, maka dapat ditarik kesimpulan contoh kasus yang
nyata dalam dunia pendidikan terkait masalah beretika yaitu :
PESERTA DIDIK YANG TIDAK SEKOLAH (PUTUS SEKOLAH)
Kasus putus sekolah atau tidak mau sekolah bagi seorang peserta didik,
tentunya disebabkan oleh kurangnya kesadaran yang benar tentang makna
pendidikan dan penerapan pendidikan yang baik dalam diri peserta didik itu,
yang berakar dari krisis beretika yang dialami oleh peserta didik itu sendiri.
Sehingga banyak peserta didik yang putus sekolah bahkan ada yang memilih
untuk tidak mau sekolah. Tilaar mengatakan bahwa “Menurunnya etika dan
moral peserta didik disebabkan karena perubahan hidup, menyebabkan
longgarnya ikatan-ikatan moral kehidupan yang mempengaruhi pula kehidupan
generasi muda. Pembinaan etika dan moral generasi muda haruslah di mulai dari
keluarga, di dalam sekolah atau di dalam masyarakat.
Proses internalisasi etikda dalam diri peserta didik tidak dapat dilakukan
secara instant, namun melalui proses sejalan dengan perkembangan jasmani dan
rohani peserta didik. Proses internaslisasi dimulai dengan pengenalan nilai-nilai
di dalam keluarga oleh orang tua. Dunia pendidikan sebenarnya mempunyai
kewajiban untuk memperluas, meperdalam pemahaman nilai-nilai yang
diperlukan di dalam kehidupan bermasyarakat, seperti pengenalan etika profesi,
etika bisnis, etika pergaulan dan lain-lain. Jika tidak ada kesinambungan dalam
pendidikan etika di sekolah anak akan mencari nilainya sendiri tanpa merasa
perlu memahami alasannya dan menganggap nilai yang diambil dari lingkungan
pergaulan serta media massa adalah baik, modern dan gaul. Oleh karena itu,
sekolah wajib mengembalikan nunsa pendidikan etika di dalam proses
pendidikan yang di selenggarakan oleh sekolah. Pendidik perlu mendidik dengan
hati yang dilandasi kasih sayang kepada peserta didik yang sedang tumbuh-
kembang baik secara fisik maupun psikologik.
2. Logika
a. Konsep Logika
Logika berasal dari kata yunani kuno (logos) yang berarti hasil
pertimbangan akal pikiran yang di utarakan lewat kata, dan mengenai
percakapan yang berkenaan dengan bahasa. Logos adalah kata atau pikiran yang
benar, dengan demikian secara etimologi, logika berarti suatu pertimbangan akal
atau pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan lewat bahasa. Sebagai
ilmu, logika disebut dengan logike episteme (Latin: logica scientia) atau ilmu
logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berfikir secara
lurus, tepat dan teratur. Secara umum logika adalah suatu pertimbangan pikiran
manusia yang diungkapkan melalui perkataan dan dinyatakan dalam bahasa.
Selain itu, cara orang berbahasa dalam mencerminkan jalan pikirannya.
Jadi mempelajari logika itu sama dengan mempelajari ilmu, pasti dalam
arti sama-sama tidak langsung memperoleh hasilnya dengan ilmu itu sendiri, tapi
ilmu-ilmu itu sebagai perantara yang merupakan suatu jembatan untuk ilmu-ilmu
yang lain juga untuk menimbang sampai dimana kebenara ilmu-ilmu itu. Dengan
demikian maka ilmu logika juga disebut pertimbangan atau ukuran.