Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ETIKA DAN LOGIKA


( Hubungan Etika dan Logika dengan Pendidikan)
Dosen Pembimbing : Dr. Ibrahim, S. Ag., M. Pd

Oleh :
Kelompok 1
Rezki Suci Awalia ( 1764041004 )
M Ladunni Ibrahim ( 1764041002 )
Putri Pratiwi Arsyad ( 1764042005 )
Nahdatul Ulama ( 1604 )
Riswin ( 1764041012 )

Pendidikan IPS ( 2017 )


Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Makassar
2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul
”HUBUNGAN ETIKA DAN LOGIKA DENGAN PENDIDIKAN”  dengan
sebaik baiknya. Penyusunan makalah ini mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatannya. Untuk itu kami
menyampaikan terima kasih terutama kepada guru bidang studi sejarah, yaitu
Bapak Dr. Ibrahim, S. Ag., M. Pd dan kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Adapaun tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Etika dan Logika yang telah diberikan oleh  Bapak Dr. Ibrahim, S. Ag.,
M. Pd .

Kami menyadari penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.


Kami meminta maaf atas segala kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritikan serta saran sehingga kami dapat
memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada dalam penyusunan makalah ini.

Makassar, 22 Februari 2020


Penyusun

Kelompok 1

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
: a. Latar Belakang
: b. Rumusan Masalah
: c. Tujuan Penulisan
BAB II : PEMBAHASAN
BAB III : PENUTUP
: a. Kesimpulan
: b. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan patut diakui bahwa usia pendidikan sama tuanya
dengan usia manusia. Pendidikan telah dilaksanakan semenjak manusia hadir di
muka bumi dengan sebuah tujuan awal bahwa pendidikan hanyalah sekedar
mempersiapkan generasi muda untuk bisa survive di tengah masyarakat luas.
Karena itu, bentuk pendidikan lebih berupa mewariskan wawasan, pengetahuan
dan keterampilan yang diperlukan untuk survival kepada generasi berikutnya.
Etika pendidikan merupakan dua pokok penting yang berbeda namun
tidak dapat dipisahkan dalam praktiknya. Untuk dapat memahami kedua pokok
ini sebagai modal awal dalam pemahaman yang benar tentang etika pendidikan
harus didasarkan pada suatu pengertian yang benar tentang etika pendidikan itu
sendiri.
Dapat dikatakan bahwa etika pendidikan merupakan sebuah proses
pendidikan yang berlangsung secara etis dan terus menerus dalam kehidupann
seseorang melalui pengajaran dan penekanan terhadap etika itu sendiri sehingga
kemampuan, bakat, kecakapan dan minatnya dapat dikembangkan seimbang
dengan etika yang baik dan benar dalam kehidupannya. Hampir semua orang
dikenali pendidikan dan melaksanakan pendidikan. Pendidikan tidak terpisahkan
dari etika dalam kehidupan manusia. Anak-anak menerima pendidikan dari orang
tuanya dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga, mereka juga
akan mendidik anak mereka dengan baik dan sopan sesuai dengan etika yang
baik.
Etika dalam pendidikan dua pokok yang saling terkait, seorang yang
memiliki pendidikan akan dilihat dari cara dan gaya hidupnya yang menunjukkan
sifat-sifat serta perkataan yang sopan dan santun. Hal ini dibentuk untuk untuk
landasan etika, karena menurut Umar Tirtarahaja bahwa, “Pendidikan bermaksud
membantu peserta didik untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi
kemanusiannya. Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk
menjadi manusia. Pendidikan itu berlangsung dengan baik dan berhasil, jika
seorang pendidik memahami dan menerapkan konsep keteladanan yang baik
berdasarkan etika dan moral yang baik.
Manusia memiliki ciri khas yang salah satu perbedaan yang sangat
nampak dalam kehidupan manusia adalah cara hidup yang penuh dengan nilai-
nilai baik dan luhur dalam kehidupannya. Tujuan pendidikan memuat gambaran
tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan.
Pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan
pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan
pendidikan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengambil rumusan masalah
sebagai berikut :
a. Bagaimana hubungan antara Etika dan Logika dalam Pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN

HUBUNGAN ETIKA DAN LOGIKA DENGAN PENDIDIKAN

1. Etika
a. Konsep Etika
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “etika” adalah ilmu
tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral.
Kumpulan asas/nilai yang berkenaan dengan akhlak, nilai mengenai yang benar
dan salah yang dianut masyarakat. Jika diteliti dengan baik, etika tidak hanya
sekedar sebuah ilmu tentang yang baik dan buruk ataupun bukan hanya sekedar
sebuah nilai, tetapi lebih dari itu bahwa etika adalah sebuah kebiasaan yang baik
dan sebuah kesepakatan yang diambil berdasarkan suatu yang baik dan benar.

Dari asal usul kata, “Etika” berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang
berarti adat istiadat/kebiasaan yang baik. Perkembangan etika studi tentang
kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan, menurut ruang dan waktu yang
berbeda, yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan pada
umumnya. Kemudian secara etimologi Etika berasal dari bahasa Yunani adalah
“Ethos”, yang biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan
istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang
berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan
perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk.
Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-
hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan
yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang
berlaku.
Istilah lain yang identik dengan etika, yaitu : “Susila (Sansekerta),lebih
menunjukkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik
(su). Akhlak (Arab), berarti moral dan etika berarti ilmu akhlak. Kemudian Filsuf
Aristoteles, dalam bukunya Etika Nikomacheia, menjelaskan tentang
pembahasan Etika, sebagai berikut:
 Terminius Techicus, pengertian etika dalam hal ini adalah, etika dipelajari
untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau
tindakan manusia.
 Manner dan Custom, membahas etika yang berkaitan dengan tata cara
dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (In herent in
human nature) yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk” suatu
tingkah laku atau perbuatan manusia.
Etika pada hakikatnya mengamati realitas moral secara kritis, dan dalam
kajian secara terminologi etika berarti sebuah cabang ilmu yang membicarakan
perbuatan/tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan yang baik dan yang
buruk. Surajiyo mengatakan, “Secara terminologi, etika adalah cabang ilmu yang
membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan
yang baik dan buruk. Yang dapat dinilai baik buruk adalah sikap manusia, yaitu
yang menyangkut perbuatan, tingkah laku, gerakan, kata-kata dan lain-lain. Etika
pada dasarnya mengamati realitas moral secara kritis, dan etika tidak
memberikan ajaran melainkan kebiasaan, nilai, norma, dan pandangan-
pandangan moral secara kritis. Etika menyangkut cara dilakukannya suatu
perbuatan sekaligus memberi norma dari perbuatan itu sendiri. Misalnya,
dilarang mengambil barang milik orang lain tanpa izin karena mengambil barang
milik orang lain tanpa izin sama artinya dengan mencuri. “Jangan Mencuri”
merupakan suatu norma etika. Jadi etika memiliki sifat kritis sebagai suatu sifat
yang mendasar, karena etika mempersoalkan norma-norma yang dianggap
berlaku, memiliki dasar norma-norma itu, mempersoalkan hak dari setiap
lembaga seperti orang tua sekolah, negara dan agama untuk memberikan perintah
atau larangan yang harus ditaati. Dari satu sisi, etika membicarakan suatu fakta
apa adanya tentang nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait
dengan situasi dan realitas yang membudaya dinamakan etika deskriptif
sedangkan menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya
dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan
tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini, merupakan sebuah penekanan dari
etika normatif.

b. Tujuan dan Manfaat Pendidikan Etika


Dalam setiap pendidikan baik formal maupun non formal, dapat
dipastikan memiliki tujuan tertentu, baik dalam pendidikan keluarga, masyarakat
serta pendidikan didalam sekolah. Dalam kehidupan sehari-hari, etika sangat
penting untuk di terapkan untuk menciptakan nilai moral yang baik. Salah satu
tujuan etika yaitu untuk mendapatkan konsep mengenai penilaian baik buruk
manusia sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Berikut beberapa manfaat
pendidikan etika, sebagai berikut :

1. Kepedulian dan Empati


Yang dimaksud dengan etika kepedulian dan empati dalam
pendidikan karakter adalah menanggapi perasaan, pikiran dan
juga pengalaman orang lain sebab ia merasakan kepedulian pada
sesama. Selain itu, kepedulian dan empati adalah usaha untuk
mengenali pribadi orang lain dan juga usaha membantu orang
lain yang sedang kesusahan. Selain itu juga meliputi mengenali
rasa kemanusiaan terhadap orang lain.

2. Kerja Sama
Kerja sama adalah usaha menggabungkan tenaga dari diri sendiri
dengan orang lain sehingga bisa bekerja untuk mencapai sebuah
tujuan. Selain itu, kerja sama juga memiliki arti membagi
pekerjaan dengan orang lain supaya sebuah tujuan nantinya bisa
dicapai.
3. Berani
Berani adalah kemampuan untuk menghadapi sebuah kesulitan,
bahaya dan juga sakit dengan menggunakan cara agar situasi bisa
dikendalikan sekaligus cara menguatkan mental. Berani juga
memiliki arti mengenali sesuatu hal yang sedikit menakutkan
atau menantang lalu mulai melakukan pemikiran strategi supaya
bisa menghadapi situasi tersebut.

4. Teguh dan Komitmen


Keteguhan hati dan juga komitmen adalah kemampuan untuk
bertahan untuk mencapai sebuah cita cita, pekerjaan dan
berbagai urusan lainnya dan juga janji yang dipegang dengan
teguh terhadap sebuah keyakinan.

5. Adil
Adil adalah usaha untuk memperlakukan orang lain dengan cara
memakai sikap yang tidak memihak dan juga dilakukan dengan
wajar yang penting dalam cara membangun sikap kritis. Adil
juga mengartikan memiliki pandangan yang jujur dalam
kehidupan sehari hari dan juga dalam situasi khusus tanpa
adanya pengaruh dari mana pun dan siapa pun juga.

6. Suka Menolong
Suka menolong merupakan kebiasaan baik untuk membantu
orang lain dan selalu siap untuk mengulurkan tangan sekaligus
secara aktif selalu mencari kesempatan untuk menyumbang baik
dalam bentuk barang dan juga tenaga sehingga cara
meningkatkan persepsi antar pribadi bisa dilakukan.

7. Jujur dan Integritas


Jujur dan integritas merupakan cara berbicara jujur atau tidak
bohong serta memperlakukan orang lain dengan cara yang adil.
Selain itu, jujur juga dilakukan pada diri sendiri sekaligus tetap
berpegang teguh dengan nilai nilai moral itu sendiri

8. Sabar
Sabar merupakan sikap yang mampu dan bisa untuk
mengendalikan diri dari berbagai kelambatan untuk mencapai
kesempatan khusus atau cita cita sebagai salah satu cara menjadi
pribadi yang dewasa. Selain itu, menunggu juga berarti
menunggu atas segala kebutuhan dan juga kepentingan dengan
cara yang tenang dan bisa mengendalikan diri dari gangguan
orang lain serta menunda keinginan yang bisa merugikan diri
sendiri.

9. Banyak Akal
Banyak akal merupakan kemampuan seseorang untuk berpikir
secara kreatif mengenai sebuah metode dan juga bahan yang
berbeda beda dan dilakukan sebagai cara menanggulangi situasi
yang baru dan sulit. Banyak akal juga mengartikan bisa membuat
pertimbangan dengan menggunakan imajinasi dan segala pilihan
terbaik untuk menemukan cara memecahkan sebuah masalah.

10. Hormat dan Tanggung Jawab


Sikap hormat adalah cara menghormati orang lain dengan cara
mengagumi, menghargai dan juga memiliki penghargaan khusus
sekaligus berlaku sopan pada orang lain dan memperlakukan
mereka dengan cara yang baik. Sedangkan tanggung jawab
adalah bisa dipercaya sekaligus bisa diandalkan mengenai
sebuah perbuatan atau tindakan. Tanggung jawab juga
mengartikan segala perbuatan dan tindakan yang akan dilakukan
bisa dipertanggungjawabkan.

11. Toleransi
Toleransi adalah sikap saling menghormati antar sesama tanpa
perlu memandang suku, ras, agama atau pun aliran dan juga
sikap saling membantu antar sesama manusia untuk mewujudkan
sebuah kebaikan yang membutuhkan peran lingkungan dalam
pendidikan karakter.

12. Bangga
Bangga merupakan cara untuk menghargai diri sendiri sekaligus
merasa senang saat bisa menyelesaikan sebuah tugas yang cukup
memberi tantangan atau bisa mendapatkan sesuatu yang sudah
diinginkan.

13. Loyalitas
Loyalitas adalah usaha agar selalu bisa setia pada sebuah
komitmen dengan orang lain baik itu keluarga atau teman dan
juga kelompok tertentu. Selain itu, loyalitas juga mengartikan
tetap bisa menjaga komitmen meski sedang berada dalam
keadaan sulit dan terdapat banyak rintangan yang menghalangi.

14. Disiplin Diri dan Mandiri


Disiplin diri merupakan penerapan disiplin pada anak usia dini
untuk membiasakan diri sendiri dalam taat pada peraturan atau
kesepakatan yang sudah dibuat dan juga melakukan sebuah
perbuatan yang baik. Sedangkan mandiri adalah kebebasan untuk
melakukan apa saja yang dibutuhkan diri sendiri sekaligus
mempertimbangkan pilihan dan juga mengambil keputusan
sendiri.

15. Humor
Humor adalah kemampuan seseorang untuk bisa merasakan dan
menanggapi sebuah hal yang lucu baik dari luar ataupun dari diri
sendiri dan juga menciptakan suasana yang cerah dalam
kehidupan sehari hari sebab dengan wajah tersenyum, situasi
senang dan tertawa serta menggelikan akan menciptakan suasana
yang baik

c. Etika dalam Pendidikan


Etika pendidikan merupakan pengembangan dari studi etika yang
merupakan salah satu satu cabang dari ilmu filsafat. Dengan demikian segala
aspek yang melekat pada studi etika akan melekat juga pada etika pendidikan.
Etika pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang melakukan refleksi kritis
terhadap dunia pendidikan, baik dalam proses belajar mengajar maupun terhadap
perilaku para pelaku dalam dunia pendidikan beserta ha-hal yang terkait di
dalamnya, seperti masalah politik, ideologi, ataupun kekuasaan.

Etika pendidikan akan mengarahkan pada kesadaran manusia ketika


manusia melakukan berbagai tindakan yang terkait dengan proses belajar
mengajar (pendidikan). Pada dasarnya etika pendidikan masing-masing memiliki
pokok pemahaman yang berbeda yaitu etika menyangkut kebiasaan atau sikap
baik buruk seseorang sedangkan pendidikan menyangkut sebuah proses yang
secara terus-menerus berlangsung dalam kehidupan seseorang, yang mengacu
pada tujuan pendidikan itu sendiri, ingin menanamkan nilai-nilai yang baik,
luhur, pantas, benar dan indah untuk kehidupan manusia itu sendiri. H. A. R.
Tilaar mengatakan, “Suatu tindakan pendidikan atau lebih tepat lagi suatu
pertemuan pendidikan (pedagogical encounter) merupakan suatu tindakan
rasional etis. Hal ini membedakan manusia dengan binatang yang tindakan-
tindakannya berdasarkan insting dan bukan berdasarkan pertimbangan rasional
serta didasarkan pada etika. Manusia hidup untuk kebaikan dan oleh sebab itu
pertimbangan-pertimbangan etis ditunjukkan pada perbaikan manusia sebagai
makhluk yang baik. Ini yang disebut manusia sebagai makhluk rasional etis.

Etika pendidikan berdasarkan pada sebuah kajian nyata bahwa manusia


harus melakukan sesuatu dalam tindakan yang beretika, termasuk di dalamnya
proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan. Proses pendidikan harus
dijalankan dengan etika yang baik dan benar, karena pendidikan bukan saja
berbicara dari sisi penanaman nilai yang baik melalui pembelajaran tetapi juga
berbicara dari sisi penerapan etika baik kepada pendidik maupun peserta didik.

Dalam kaitannya etika pendidikan dan pembelajaran sebagai proses dari


pendidikan itu sendiri, tugas pendidik adalah sebagai perencana, pelaksana, dan
sebagai penilai keberhasilan belajar peserta didik. Tugas tersebut untuk
membantu peserta didik mendapatkan pengetahuan, kemahiran dan keterampilan
serta nilai dan sikap tertentu. Agar peserta didik mempunyai nilai dan sikap yang
diharapkan, sesuai standar yang berlaku di masyarakat, pendidik harus
melaksanakan tugasnya berdasarkan standar moral dan etika yang baik dan
benar. Dalam melaksanakan pendidikan, beretika yang baik harus dipraktikkan
oleh seorang pendidik karena jika dikaitkan dengan pemahaman etika maka
seorang pendidik bukan saja mampu mengajar dan berkualitas secara intelektual
tetapi juga harus memiliki kualitas rohani dan moral yang baik.

Studi Kasus
Dengan melihat realita yang terjadi dalam lingkungan masyarakat dan
keluraga serta diri sendiri, maka dapat ditarik kesimpulan contoh kasus yang
nyata dalam dunia pendidikan terkait masalah beretika yaitu :
PESERTA DIDIK YANG TIDAK SEKOLAH (PUTUS SEKOLAH)
Kasus putus sekolah atau tidak mau sekolah bagi seorang peserta didik,
tentunya disebabkan oleh kurangnya kesadaran yang benar tentang makna
pendidikan dan penerapan pendidikan yang baik dalam diri peserta didik itu,
yang berakar dari krisis beretika yang dialami oleh peserta didik itu sendiri.
Sehingga banyak peserta didik yang putus sekolah bahkan ada yang memilih
untuk tidak mau sekolah. Tilaar mengatakan bahwa “Menurunnya etika dan
moral peserta didik disebabkan karena perubahan hidup, menyebabkan
longgarnya ikatan-ikatan moral kehidupan yang mempengaruhi pula kehidupan
generasi muda. Pembinaan etika dan moral generasi muda haruslah di mulai dari
keluarga, di dalam sekolah atau di dalam masyarakat.

Banyaknya penggangguran atau peserta didik yang tidak mau sekolah


disebabkan oleh sebuah krisis moral dan etika yang dialaminya, sehingga
kejahatan semakin banyak terjadi. Jika hal itu, untuk memperbaiki keadaan
pendidikan maka bangsa ini akan hancur, krena kekuatan sebuah bangsa ada
pada tingkat pendidikan yang dimiliki oleh warganya.
Untuk itu, melihat kasus dalam etika pendidikan yang terjadi pada
pendidik maupun peserta didik maka pemerintah memberikan perhatian terhadap
penyelasaian kasus tersebut, yaitu adanya sekolah gratis hal ini bertujuan untuk
memberi perhatian besar pada kualitas pendidikan generasi mendatang bangsa
Indonesia. Hal ini terlihat dari banykanya keluarga yang berlatar belakang
kurang mampu namun kini tidak lagi menjadi halangan bagi orang tersebut untuk
bisa berkembang.

Kesimpulannya, etika pendidikan merupakan sebuah proses pendidikan


yang berlangsung secara etis dan terus menerus dalam kehidupan seseorang
melalui pengajaran dan penekanan terhadap etika itu sendiri. Dalam dunia
pendidikan, jika dikaitkan dengan etika maka dapat dibangun sebuah pemahaman
yaitu etika pendidikan berdasarkan pada sebuah kajian nyata bahwa manusia
harus melakukan sesuatu dalam tindakan yang beretika, termasuk di dalamnya
proses belajar mengajar di dalam dunia pendidika.
Dalam dunia pendidikan, tentu saja semua orang yang berada dalam
lingkungan pendidikan tertentu harus terlebih dahulu memiliki etika. Jika
pendidikan yang dimaksud di institusi secara formal, maka guru dan siswa harus
memiliki etika yang baik dalam bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.

Proses internalisasi etikda dalam diri peserta didik tidak dapat dilakukan
secara instant, namun melalui proses sejalan dengan perkembangan jasmani dan
rohani peserta didik. Proses internaslisasi dimulai dengan pengenalan nilai-nilai
di dalam keluarga oleh orang tua. Dunia pendidikan sebenarnya mempunyai
kewajiban untuk memperluas, meperdalam pemahaman nilai-nilai yang
diperlukan di dalam kehidupan bermasyarakat, seperti pengenalan etika profesi,
etika bisnis, etika pergaulan dan lain-lain. Jika tidak ada kesinambungan dalam
pendidikan etika di sekolah anak akan mencari nilainya sendiri tanpa merasa
perlu memahami alasannya dan menganggap nilai yang diambil dari lingkungan
pergaulan serta media massa adalah baik, modern dan gaul. Oleh karena itu,
sekolah wajib mengembalikan nunsa pendidikan etika di dalam proses
pendidikan yang di selenggarakan oleh sekolah. Pendidik perlu mendidik dengan
hati yang dilandasi kasih sayang kepada peserta didik yang sedang tumbuh-
kembang baik secara fisik maupun psikologik.

2. Logika
a. Konsep Logika
Logika berasal dari kata yunani kuno (logos) yang berarti hasil
pertimbangan akal pikiran yang di utarakan lewat kata, dan mengenai
percakapan yang berkenaan dengan bahasa. Logos adalah kata atau pikiran yang
benar, dengan demikian secara etimologi, logika berarti suatu pertimbangan akal
atau pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan lewat bahasa. Sebagai
ilmu, logika disebut dengan logike episteme (Latin: logica scientia) atau ilmu
logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berfikir secara
lurus, tepat dan teratur. Secara umum logika adalah suatu pertimbangan pikiran
manusia yang diungkapkan melalui perkataan dan dinyatakan dalam bahasa.
Selain itu, cara orang berbahasa dalam mencerminkan jalan pikirannya.

Logika berguna untuk melakukan penyelidikan/menganalisa,


merumuskan dan menerapkan peraturan yang harus ditepati, sehingga logika
bukan merupakan teori tapi merupakan suatu keterampilan untuk menerapkan
peraturan tentang pemikiran dalam praktek atau tindakan.

b. Pentingnya Belajar Logika


Mempelajari ilmu logika atau mantiq (arab), seperti halnya mempelajari
ilmu lainnya, tidak terlepas dari tujuan dan kegunaan. Tujuan dan kegunaan ilmu
logika diantaranya sebagaimana di jelaskan oleh pakar ilmu logika (Manathiqah)
berikut :
Tujuan logika menurut Muhammad Nur al-ibrahim
1. Melatih, mendidik dan mengembangkan potensi akal dalam mengkaji
objek pikir dengan menggunakan metodologi berfikir.
2. Menempatkan persoalan dan menunaikan tugas pada situasi dan
kondisi yang tepat.
3. Membedakan proses dan kesimpulan berfikir yang berani (hak) dari
yang salah.
Adapun pentingnya mempelajari ilmu logika yaitu ;
1. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berfikir secara
rasional, kritis, lurus, tetap, metodis dan koheren.
- Rasional yaitu sesuai dengan nalar, hubungan logis antara bagian
bagan konseptual.
- Kritis yaitu mempertanyakan segala sesuatu permasalahan yang
dihadapi manusia.
- Lurus yaitu sesuatu yang sesuai dengan arah yang tepat
- Tetap yaitu sesuatu yang tidak akan dinamis
- Metodis yaitu sesuai metode-metode yang ada
- Koheren yaitu sesuatu yang bersifat runtut.

2. Mendidik kekuatan akal pikiran dan mengembangkannya yang sebaik-


baiknya dengan melatih dan membiasakan mengadakan penyelidikan-
penyelidikan tentang cara berfikir. Dengan membiasakan latihan berfikir,
manusia akan mudah cepat mengetahui dimana letak kesalahan yang
menggelincirikannya dalam usaha menuju hukum-hukum yang diperoleh
dengan fikiran itu,

3. Mendorong orang untuk berfikir sendiri dengan menggunakan asas-asas


sistematis.

4. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian

Jadi mempelajari logika itu sama dengan mempelajari ilmu, pasti dalam
arti sama-sama tidak langsung memperoleh hasilnya dengan ilmu itu sendiri, tapi
ilmu-ilmu itu sebagai perantara yang merupakan suatu jembatan untuk ilmu-ilmu
yang lain juga untuk menimbang sampai dimana kebenara ilmu-ilmu itu. Dengan
demikian maka ilmu logika juga disebut pertimbangan atau ukuran.

c. Cara Guru Meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis Siswa


Untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa guru harus
menggunakan metode pembelajaran yang metode pembelajarannya lebih
menekankan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, hal ini dapat
membantu meningkatkan kemampuan berfikir siswa melalui analisis.
Seperti metode cooperative learnig tipe jigsaw, Group Investigasion dan
lain- lain. Ini diharapkan bisa menghadirkan nuansa baru yang lebih
menarik dan berkesan, sehingga pembelajaran bisa dirasakan lebih
menyenangkan dan tidak membosankan. Pembelajaran lansung dirancang
secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan
prosedural deklaratif yaitu pengetahuan tentang sesuatu yang diajarkan
selangkah demi selangkah.

d. Manfaat Berpikir Kritis


1. Memiliki banyak alternative jawaban dan ide kreatif
Berpikir kritis membuat pikiran dan otak Anda lebih fleksibel.
Anda tidak akan terlalu kaku dalam berpikir atas pendapat atau
ide-ide dari orang lain. Anda lebih mudah untuk menerima
pendapat orang lain dan persepsi yang berbeda dari persepsi
Anda sendiri. Hal ini memang tidak mudah untuk dilakukan,
namun jika Anda telah terbiasa untuk berpikir kritis, maka
dengan sendirinya, secara spontanitas, hal ini akan mudah
untuk Anda lakukan. Keuntungan lain dari memiliki pikiran
yang lebih fleksibel dari berpikir kritis adalah Anda lebih
mudah memahami sudut pandang orang lain. Tidak terlalu
terpaku pada pendapat Anda sendiri, dan lebih terbuka terhadap
pemikiran, ide, atau pendapat orang lain.

2. Mudah Memahami Sudut Pandang Orang Lain


Berpikir kritis membuat pikiran dan otak Anda lebih fleksibel.
Anda tidak akan terlalu kaku dalam berpikir atas pendapat atau
ide-ide dari orang lain. Anda lebih mudah untuk menerima
pendapat orang lain dan persepsi yang berbeda dari persepsi
Anda sendiri. Hal ini memang tidak mudah untuk dilakukan,
namun jika Anda telah terbiasa untuk berpikir kritis, maka
dengan sendirinya, secara spontanitas, hal ini akan mudah
untuk Anda lakukan. Keuntungan lain dari memiliki pikiran
yang lebih fleksibel dari berpikir kritis adalah Anda lebih
mudah memahami sudut pandang orang lain. Tidak terlalu
terpaku pada pendapat Anda sendiri, dan lebih terbuka terhadap
pemikiran, ide, atau pendapat orang lain.
3. Lebih Mandiri
Berpikir kritis membuat Anda mampu berpikir lebih mandiri,
artinya tidak harus selalu mengandalkan orang lain. Saat
dihadapkan pada situasi yang rumit dan sulit serta harus segera
mengambil keputusan, Anda tidak perlu menunggu seseorang
yang Anda anggap mampu menyelesaikan masalah, karena
Anda sendiri juga mampu menyelesaikan masalah tersebut.
Dengan memiliki pikiran yang kritis, Anda dapat memunculkan
ide-ide, gagasan, serta saran-saran penyelesaian masalah yang
baik. Dengan berpikir kritis, akan melatih otak Anda untuk
berpikir lebih kritis, tajam, kreatif, serta inovatif.

4. Sering Menemukan Peluang Baru


Dengan berpikir kritis, lebih memungkinkan Anda untuk
menemukan peluang-peluang baru dalam segala hal, bisa dalam
pekerjaan maupun bisnis atau usaha Anda. Berpikir kritis
membuat pikiran Anda lebih tajam dalam menganalisa suatu
masalah atau keadaan. Tentu saja hal ini akan berdampak pada
kewaspadaan Anda itu sendiri. Untuk menemukan peluang,
dibutuhkan pikiran yang tajam serta mampu menganalisa
peluang yang ada pada suatu keadaan. Berpikir kritis akan
menguntungkan Anda, karena Anda akan lebih cepat dalam
menemukan peluang tersebut jika dibandingkan dengan orang
yang tidak terbiasa berpikir kritis.

5. Meminimalkan Salah Presepsi


Salah persepsi akan sering terjadi bila Anda tidak terbiasa
berpikir kritis. Saat Anda menerima sebuah pernyataan dari
orang lain dan orang lain tersebut juga percaya akan pernyataan
tersebut maka jika Anda memiliki pemikiran yang kritis Anda
akan mencari kebenaran akan persepsi tersebut. Anda tidak
akan mudah salah dalam sebuah persepsi yang belum tentu
benar hanya dengan orang lain mengatakan hal tersebut adalah
benar. Saat Anda tahu sebuah persepsi dari orang lain tersebut
salah Anda akan membantu bukan hanya diri Anda tapi juga
orang tersebut. Dengan semakin Anda berpikir kritis hal ini
akan meminimalkan salah persepsi.

e. Logika dalam Pendidikan


Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan
pengetahuan. Proses berfikir itu harus dilakukan dengan suatu cara
tertentu. Dengan cara proses penarikan kesimpulan. Cara penarikkan
kesimpulan ini disebut logika yang didefinisikkan sebagai pengkajian
untuk berpikir secara benar. Maka dari itu logika adalah  bidang
filsafat yang berhubungan dengan proses penalaran dan
mengidentifikasi aturan-aturan yang memungkinkan pemikir mencapai
kesimpulan-kesimpulan yang benar.
Dua jenis proses penalaran logis yang perlu dikuasai oleh para
siswa dimana para guru dapat memotivasinya dengan pemikiran
deduktif dan induktif. Logika deduktif membantu kita untuk menarik
kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi permasalahan yang
bersifat individual atau khusus.
DAFTAR PUSTAKA
 Surajiyo. 2005. Ilmu Filsafat Suatu Pengatar. Jakarta: Bumi Aksara
 Anggi, Sopriandi. Pengertian Etika. Diakses 30 Juni 2014.
http://anggisopriandi.blogspot.com/2014/04/pengertian-etika-profesi-
dan.html
 Massofa. Pengertian Etika, Moral dan Etiket. Diakses 17 Mei 2014.
http://massofa.wordpress.com/2008/II/17/pengertian-etika-moral-dan-
etiket/
 Tilaar, H. A. R. 2009. Kekuasaan dan Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
 Tanyid, Maidiantius. 2014. Etika dalam Pendidikan: Kajian Etis tentang
Krisis Moral Berdampak pada Pendidikan. Jurnal Jaffray. Vol. 12(2). 237-
249.
 Tas’adi, Rafsel. 2014. Pentingnya Etika dalam Pendidikan. Jurnal Ta’dib.
Vol. 17(2). 191-197
 Dosen Pendidikan. 2019. Logika adalah. Diakses 22 Februari 2020.
https://www.dosenpendidikan.co.id/logika-adalah/
 Unknown. Pentingnya Belajar Logika. Diakses 22 Februari 2020.
http://catatanlistiawan.blogspot.com/2014/10/pentingnya-belajar-logika.html

Anda mungkin juga menyukai