Anda di halaman 1dari 9

1.

Bagaimana konsep politik ekonomi pembiayaan pembangunan dalam perspektif ekonomi


syariah? Sejauh mana politik ekonomi pembiayaan pembangunan di Indonesia mengakomodir
prinsip-prinsip ekonomi syariah di bidang pembiayaan pembangunan? Apa yang salah dalam
kebijakan politik ekonomi pembiayaan pembangunan di Indonesia sehingga bangsa kita masih
menghadapi berbagai isu pembiayaan pembangunan seperti tata kelola anggaran yang masih
kurang baik ditandai dengan masih tingginya tingkat korupsi, rendahnya tingkat transaparansi
dan akuntabilitas serta anggaran yang lebih banyak habis untuk belanja rutin? Apa usulan
strategi dan kebijakan ekonomi politik di bidang pembiayaan pembangunan yang Anda usulkan
untuk memperbaiki kondisi ini?

2. Bagaimana konsep politik ekonomi tentang hutang luar negeri dalam perspektif
ekonomi syariah? Buatlah perbandingan cost-benefit analysis antara hutang luar negeri
dengan penanaman modal asing secara langsung (FDI/Foreign Direct Investment)? Apa
yang salah dalam kebijakan politik ekonomi hutang luar negeri di Indonesia sehingga
bangsa kita masih memiliki rasio hutang luar negeri yang sangat tinggi? Apa usulan
strategi dan kebijakan ekonomi politik di bidang hutang luar negeri yang Anda usulkan
untuk memperbaiki kondisi ini?

Perihal utang negara yang melibatkan pihak asing sebenarnya tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Hal itu bisa dilihat dari beberapa aspek. Pertama, utang yang didasarkan pada riba. Bunga utang
jelas dilarang oleh Islam, apapun bentuknya. Di surat Al-Baqarah ayat 278-279 telah dijelaskan:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa Riba (yang
belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan
(meninggalkan sisa riba), Maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. dan
jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak
Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (Q.S. Al-Baqarah: 278-279)

Kedua, merendahkan martabat suatu bangsa. Padahal Islam sangat menjunjung tinggi
intregitas suatu bangsa. Selain itu nilai manfaat yang diterima oleh negara belum tentu
berbanding dengan beban yang ia tanggung. Di sisi lain, bantuan luar negeri telah membuat
negara-negara kafir mendominasi, mengeksploitasi, dan menguasai kaum muslimin dalam
jeratan utangnya. Kaum muslimin tidak boleh membiarkan hal ini terjadi. Dengan demikian,
islam tidak menganjurkan adanya utang luar negeri, kecuali dalam keadaan-keadaan yang sangat
genting yang mengancam kesejahteraan rakyat banyak.

Utang luar negeri telah banyak diterapkan di berbagai negara untuk stimulus
perekonomian dan menutupi budget deficit yang memang sengaja diterapkan. Sebagai agama
yang kaffah, tentunya hal ini tak luput dari kacamata islam. Menurut pandangan islam, utang luar
negeri ini mencederai kedaulatan negara. Sudah banyak kasus di dunia dimana negara peminjam
didikte perekonomiannya oleh negara yang memberi pinjaman. Selain itu, bunga pinjaman tak
pernah lepas dari utang luar negeri. Bunga pinjaman tentunya dilarang oleh islam. Dan terbukti,
utang luar negeri jika diterapkan telah menyebabkan kekacauan ekonomi dunia, seperti kasus di
Uni Eropa. Sudah sepatutnya kita kembali kepada prinsip-prinsip syariah, untuk menjaga
kestabilan perekonomian dunia.

Rasio hutang luar negeri Indonesia tinggi disebabkan karna sebagian besar pembangunan
infrastruktur bangsa Indonesia menggunakan dana hasil hutang dari luar negeri, se

3. Bagaimana konsep politik ekonomi perdagangan luar negeri dalam persepktif ekonomi
syariah? Sejauh mana politik ekonomi perdagangan luar negeri di Indonesia
meningkatkan ekspor dan mengeliminir impor (dengan pembangunan industry pengganti
impor) dalam rangka meningkatkan perekonomian bangsa? Apa yang salah dalam
kebijakan politik ekonomi perdagangan luar negeri Indonesia sehingga Indonesia lebih
sering mengalami deficit neraca perdagangan, ketimbang surplus? Apa usulan strategi dan
kebijakan ekonomi politik di bidang perdagangan luar negeri yang Anda usulkan untuk
memperbaiki kondisi ini? Sejauh mana Indonesia siap menghadapi era perdagangan bebas
dunia?

(i) Islam memiliki nilai dan konsep yang berbeda dengan pandangan atau konsep pada
ekonomi kapitalisme. Value tentang kebaikan dan konsep maslahah menjadi satu titik pijak
dalam memandang setiap permasalahan. Bahkan didalam masalah-masalah perdagangan
internasional Islam memandang dalam setiap segi diantaranya:
1. Islam melihat memberikan rambu-rambu perdagangan tidak hanya pada aspek komoditi
semata namun juga pada subjek pelaku perdagangan. Dalam permasalahan perdagangan baik
itu domestik atau pada tataran internasional, Islam memusatkan perhatiannya pada subjek
pelaku perdagangan. Seperti yang telah disebutkan dalam Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat
275: ‫“ َواَ َح َّل هللاُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم الرِّ بَ<<وا‬dan Allah menghalalkan Jual Beli dan mengharamkan Riba”.
Ayat tersebut menegaskan tentang Perintah kepada hambanya bahwasanya Allah SWT
memperbolehkan untuk melakukan perdagangan dan melarang adanya riba dalam setiap
transaksi.
2. Perdagangan Internasional Islam mengikuti kebijakan politik luar negeri Islam.
Menurut pandangan Islam, status pedagang internasional mengikuti kebijakan politik luar
negeri Islam. Dalam politik luar negeri Islam, negara-negara di luar Darul Islam dipandang
sebagai darul harbi. Darul harbi dibagi dua, yaitu darul harbi fi'lan, yaitu negara yang secara
real (de facto) sedang memerangi Islam, dan darul harbi hukman, yaitu negara yang secara de
facto tidak sedang berperang dengan Islam.Berlandaskan pada pandangan politik luar negeri
itulah, maka status pedagang dapat dikelompokkan menjadi 4::
1. Pedagang yang berstatus sebagai warga negara.
Kategori ini tidak hanya muslim saja namun non muslim pun bisa masuk didalamnya.
Yang penting ada kemauan untuk tunduk dan patuh terhadap kebijakan negara. Dalam
hal ini yang bukan muslim disebut sebagai kafir Dzimmi atau orang kafir yang tidak
melakukan perlawanan dan mempunyai hak untuk melakukan aktifitas perdagangan baik
ekspor maupun impor seperti halnya Muslim.
2. Pedagang dari negara harbi hukman.
Terdapat kewajiban untuk mengurus perizinan khusus apabila pedagang ini ingin
melakukan transaksi dengan negara Islam. Dalam hal ini, bisa saja diberi izin untuk
barang komoditinya saja atau dengan pedagangnya sekalian. Namun yang perlu
diperhatikan adalah disaat pedagang dari kafir harbi hukman sudah berada di negara
Islam, maka ia harus tunduk dan patuh terhadap aturan Islam. Dan ia juga berhak untuk
membawa keluar barang ke luar negara Islam selama tidak membawa mudharat.
3. Pedagang dari negara harbi hukman yang terikat dengan perjanjian.
Dalam hal ini, pedagang kafir mu’ahad adalah pedagang yang berasal dari negara
harbi hukman yang terikat perjanjian dengan negara islam. Perdagangan yang dilakukan
terikat pada komoditi yang mereka ekspor atau impor.
4. Pedagang dari negara kafir harbi fi’lan.
Pedagang tipe ini mempunyai perhatian khusus didalam kebijakan pemerintah.
Karena tidak boleh sama sekali melakukan kegiatan baik ekspor maupun impor dengan
negara Islam. Sehingga yang paling tepat untuk menamakan larangan muamalah dengan
pedagang dari negara harbi fi’lan adalah embargo secara penuh. Didalam Islam jiwa yang
terbangun adalah keimanan dan ketaqwaan. Batas yang menjadikan pedagang itu
dilindungi atau tidak adalah perkara iman. Jika seandainya kafir maka dilihat kategorinya
terlebih dahulu. Jika kafir dhimmi, yaitu yang masih tunduk dan patuh terhadap kebijakan
negara Islam, maka masih mempunyai hak berdagang meskipun dengan berbagai catatan.
Namun jika sudah kafir harbi, sudah tidak ada lagi kesempatan untuk melakukan
muamalah.

Etika perdagangan dalam islam : shidiq (Jujur), amanah (tanggung jawab), tidak menipu,
menepati Janji, murah hati.

Bea cukai dalam Pandangan Islam


Ada hal yang menarik didalam kebijakan politik luar negeri Islam, yaitu pedagang asing
yang melakukan perdagangan kedalam negeri akan dikenakan tariff sesuai yang dikenakan
oleh negara asing terhadap pedagang lokal yang berdagang ke luar negeri. Misalnya, jika
pedagang warga negara Islam memasukkan barang dagangan dikenakan tarif bea masuk
sebesar 10%, maka bagi negara asing yang masuk ke negara Islam juga dikenakan sama. Dan
tarif bea masuk ini 10% tersebut diberlakukan sebagai balasan terhadap apa yang telah
diperlakukan terhadap pedagang warga negara Islam di negeri asing.

(ii) Kebijakan Politik ekonomi perdagangan di Indonesia terdiri dari sektor ekspor dan
Impor. Pengutamaan ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak tahun 1983. Sejak saat
itu, ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi seiring dengan
berubahnya strategi industrialisasi dari penekanan pada industri substitusi impor ke industri
promosi ekspor. Konsumen dalam negeri membeli barang impor atau konsumen luar negeri
membeli barang domestik, menjadi sesuatu yang sangat lazim. Persaingan sangat tajam antar
berbagai produk. Selain harga, kualitas atau mutu barang menjadi faktor penentu daya saing
suatu produk.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia pada Agustus turun sebesar 2,90% menjadi US$
15,82 miliar dibandingkan Juli 2018 sebesar US$ 16,29 miliar. Penurunan ekspor Agustus
2018 dibanding Juli 2018 disebabkan oleh menurunnya ekspor nonmigas 2,86%, yaitu dari
US$14,85 miliar menjadi US$14,43 miliar, demikian juga ekspor migas turun 3,27% dari
US$1,43 miliar menjadi US$1,38 miliar.Sedangkan impor pada bulan lalu juga mengalami
penurunan 7,97% menjadi US$ 16,84 miliar dari Juli 2018 sebesar US$ 18,30 miliar.
Adapun secara tahunan, ekspor Agustus 2018 memang mencatat kenaikan 4,15% dari
US$ 15,19 miliar menjadi US$ 15,82 miliar. Namun, impor periode tersebut juga mengalami
kenaikan dengan persentase lebih tinggi yakni sebesar 24,65% US$ 16,84 miliar dari US$
13,51 miliar.
Ekspor negara Indonesia masih bagus, tetapi yang jadi masalah impornya tumbuh lebih
tinggi. BPS mencatat, kenaikan impor Agustus 2018 lebih banyak disumbang oleh impor
migas sebesar 14,5% menjadi US$ 3,05 miliar dari periode Juli sebesar US$ 2,66 miliar.
Oleh karena itu kebijakan pemerintah harus terus digalakkan, terutama dalam
pengendalian impor dan meningkatkan ekspor.

(iii) Kebijakan politik ekonomi yang menyebabkan defisit neraca perdagangan


Indonesia semakin meningkat. Di antaranya:
1. Ketergantungan terhadap bahan baku dan modal dari produksi luar negeri atau impor
yang semakin tinggi.
2. Pelemahan nilai rupiah. Apabila banyak impor di saat rupiah melemah, maka harga
yang dibeli pun semakin menjadi mahal.
3. Dari sisi migas, kegiatan produksi kita masih tergantung pada minyak, sedangkan
minyak diimpor dari luar. Ketika harga minyak naik, menambah lebar defisit

(iv) Strategi yang dapat dilakukan antara lain: dibutuhkannya upaya bersifat struktural dan
fundamental untuk memperkuat ekonomi khususnya di kegiatan produksi dalam negeri.
Upaya ini harus mengarah pada pemanfaatkan sebesar-besarnya potensi dalam negeri dan
mengurangi ketergantungan terhadap impor. Pemerintah juga harus mengarahkan kegiatan
produksi ke arah non minyak sehingga terjadi pembauran energi. Dampaknya, tingkat
ketergantungan minyak bisa diarahkan ke sumber energi yang dimiliki Indonesia. misalnya
batu bara dan juga energi terbarukan yang belum menjadi fokus utama pemerintah.
Cara berikutnya adalah membuat peraturan agar investor dari luar negeri yang ingin
menanamkan investasi di kegiatan produksi manufaktur dan infrasatruktur di Indonesia untuk
memanfaatkan sumber daya dalam negeri. "Baik itu dari segi manusia maupun alamnya,"
Apabila pasar masih melihat bahan baku dari Indonesia masih belum maksimal dari segi
kualitas, berarti harus ada skema transfer teknologi. Tujuannya, agar kemampuan SDM bisa
meningkat supaya tidak lagi bergantung pada tenaga luar negeri.

(v) Jika kita perhatikan keadaan Indonesia saat ini belum sepenuhnya siap dalam menghadapi era
MEA, hal ini disebabkan karena beberapa faktor penting, antara lain:
 Kebanyakan Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia masih belum mampu
bersaing dengan SDM negara lain, terutama dengan Malaysia dan Singapura.
 Mentalitas masih terbilang rendah sehingga perlu adanya peningkatan. Ditambah
dengan perilaku konsumtif yang cenderung lebih tinggi.
 Transparansi dalam penyelenggaraan pemerintahan masih kurang.
 Ketidaktegasan Pemerintah dalam membuat regulasi bisnis.
 Lemahnya perlindungan Pemerintah terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual
(Intellectual Property Rights) dan Penguatan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
yang membuat barang-barang lokal lemah dalam bersaing.
 Swasembada Indonesia di banyak bidang cenderung kurang dibandingkan dengan
negara lainnya hingga kurangnya sosialisasi Pemerintah tentang MEA pada
masyarakat.

4. Bagaimana konsep politik ekonomi pembangunan yang berperspektif pertumbuhan dan


pemerataan dalam perspektif ekonomi syariah? Sejauh mana politik ekonomi pembangunan di
Indonesia mampu menyeimbangkan antara pertumbuhan ekonomi di satu sisi dengan pemerataan
pendapatan di sisi lain? Apa yang salah dalam kebijkan politik ekonomi pembangunan di
Indonesia sehingga kesenjangan demikian tinggi antara kelompok minoritas yang sangat kaya
(lebih kecil dari 10% penduduk) yang menguasai hampir 75% kekayaan nasional dengan
kelompok mayoritas yang komposisinya lebih banyak masyarakat menengah ke bawah bahkan
10% penduduk Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan? Apa usulan strategi dan
kebijakan ekonomi politik di bidang pembangunan yang Anda usulkan untuk memperbaiki
kondisi ini?

5. Bagaimana konsep ekonomi politik mengenai kesejahteraan dalam perspektif ekonomi


syariah? Apa perbedaan konsep kesejahteraan dalam perspektif ekonomi syariah dengan
ekonomi konvensional? Apa alat ukur dan indikator dari masing-masing perspektif? Apa yang
menyebabkan perbedaan kedua perspektif ini—syariah dan konvensional?

6. Apa substansi yang Anda dapatkan dalam Masterplan Arsitektur Keuangan Syariah di
Indonesia? Apa kelebihan dan kekurangannya? Sejauh mana masterplan ini
diimplementasikan dalam perekonomian Indonesia?

(i) Masterplan Arsitektur Keuangan Syariah di Indonesia yang dibuat oleh BAPPENAS
(Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) membahas mengenai sejauh mana lanskap
industri keuangan syariah di Indonesia berpengaruh pada pembangunan ekonomi nasional,
serta hambatan-hambatan yang dihadapi dan memberikan berbagai rekomendasi atau arahan
untuk penyelesaiannya.

(ii) - Kelebihan : Isi yang dipaparkan disetiap materi sangat lengkap, disertai pula data
yang komprehensif. Penyajian masterplan juga sangat menarik, dilengkapi skema yang urut
hingga grafik yang mudah dipahami. Masterplan ini juga memberi rekomendasi atas
penyelesaian disetiap permasalahan yang ada di semua sub bab.
- Kekurangan : Untuk data yang tercantum pada materi ini hanya mencakup sampai
tahun 2015, belum ada lagi update mengenai perkembangan terkini.

(iii) Pengimplementasian rekomendasi dari Masterplan 2015 ini cukup signifikan


sampai dengan tahun 2018 ini, dibuktikan terdapat beberapa sektor keuangan syariah yang
meningkat pesat baik dalam jumlah maupun asset yang dimiliki.

7. Apa subtansi yang Anda dapatkan dalam Roadmap Keuangan Syariah di Indonesia?
Apa kelebihan dan kekurangannya? Sejauh mana Roadmap ini diimplementasikan dalam
perekonomian Indonesia?

(i) Roadmap pengembangan keuangan syariah di Indonesia 2017-2019 membahas mengenai


berbagai visi dan misi yang harus dicapai untuk mewujudkan industri jasa keuangan syariah
yang tumbuh dan berkelanjutan. Roadmap ini juga menawarkan beberapa program unggulan
yang dapat dilakukan untuk memperbesar keuangan syariah,

(ii) - Kelebihan : Isi yang dipaparkan sangat lengkap, dimulai dari sejarah keuangan
syariah, perkembangan keuangan syariah baik di ranah global maupun di Indonesia, dan visi
misi yang ingin di capai. Dijelaskan pula secara lengkap program-program apa saja yang
harus dilakukan untuk mencapai semua misi tersebut. Penjelasan tabel dan grafik yang dibuat
menarik juga menjadi nilai tambah dari jurnal ini. Selain itu terdapat juga milestone untuk
mempermudah para pembaca.
- Kekurangan : Dibeberapa poin tertentu adanya pengulangan kata atau materi sehingga
terkesan bertele-tele.

(iii) Pengimplementasian
8. Buatlah sebuah draft proposal singkat mengenai Riset Ekonomi Politik Islam dengan salah
satu tema yang telah dipelajari yang dengannya Anda tidak hanya berkontribusi terhadap litertaur
ekonomi politik Islam tertapi juga berupaya memecahkan persoalan yang tengah dihadapi bangsa
ini dengan outline penyusunan: Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Literature Review
Singkat, Metodologi (Data dan Metode Analisa Data), dan Referensi!

Anda mungkin juga menyukai